bab ii landasan teori 2.1. kajian teori 2.1.1. pengertian...

25
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah kaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak perubahan yang terjadi dalam diri seeorang baik sifat maupun jenisnya, sehingga belum tentu setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2003:2). Perubahan yang terjadi pada seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap, ketrampilan dan penngeahuan. Hal tersebut sama dengan pendapat aliran ilmu jiwa tingkah laku tentang belajar sebagai perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi sebagai hasil dari pengalaman. “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. (Dimyati dan Mudjiono, 2009:23) Sedangkan belajar menurut Teori Gestalt adalah reorganisasi pengalaman yang dihasilkan dari suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Jadi siswa belajar menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki. Teori dari R.Gagne,mendefisinikan dua pengertian belajar yaitu: a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasan, dan tingkah laku. b) Belajar adalah pengusaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi Berdasarkan pengertian belajar dari beberapa ahli di atas, maka belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang melalui pengalaman atau

Upload: lamkhue

Post on 17-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah kaku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak

perubahan yang terjadi dalam diri seeorang baik sifat maupun jenisnya,

sehingga belum tentu setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan

perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2003:2).

Perubahan yang terjadi pada seseorang setelah melalui proses belajar

meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap, ketrampilan dan

penngeahuan. Hal tersebut sama dengan pendapat aliran ilmu jiwa tingkah

laku tentang belajar sebagai perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi

sebagai hasil dari pengalaman.

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. (Dimyati dan Mudjiono, 2009:23)

Sedangkan belajar menurut Teori Gestalt adalah reorganisasi

pengalaman yang dihasilkan dari suatu interaksi antara seseorang dengan

lingkungannya. Jadi siswa belajar menggunakan segala pengalaman yang

telah dimiliki.

Teori dari R.Gagne,mendefisinikan dua pengertian belajar yaitu:

a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasan, dan tingkah laku.

b) Belajar adalah pengusaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh

dari instruksi

Berdasarkan pengertian belajar dari beberapa ahli di atas, maka belajar

adalah suatu perubahan dalam diri seseorang melalui pengalaman atau

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

7

pengamatan secara langsung terhadap sesuatu yang memandu perilaku

selanjutnya.

2.1.2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran atau proses belajar mengajar menurut Muhibbin Syah

(2004:256) adalah sebuah kesatuan kegiatan yang integral dan resiprokal

antara guru dan siswa dalam insturksional. Dalam situasi ini,guru mengajar

dan siswa belajar.

Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang

berusaha meningkatkan kemampuam-kemampuan kognitif, afektif,

psikomotorik siswa dalam pengelolaan pesan sehingga tercapai sasaran

belajar (Dimyati dan Mudjiono,2009:185).

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk

mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk

mencapai tujuan. Proses belajar mengajar terjadi apabila ada subyek didik

secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru atau

pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana (2004 : 22) membagi tiga macam

hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan

dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.

Menurut Purwanto ( 2009 : 3 ), menyatakan bahwa hasil belajar adalah

suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang digunakan untuk

menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu

tertentu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:17), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

8

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh

kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran, menerima suatu pelajaran

untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai dengan menggunakan alat

penilaian yang disusun guru berupa tes yang hasilnya adalah nilai kemampuan

siswa selama proses belajar mengajar.

Menurut Slameto (2003:47) Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

1) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik

yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai

sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi

keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan

fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi

keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur,

olahraga serta cukup tidur.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini

meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.

Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah

kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

9

hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat

kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap

keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat

dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang.

Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya

seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan

tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan

belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang,

adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan

pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan

belajarnya.

2) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan

keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi

keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan

secara konsekuen dan konsisten.

3) Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan

masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat

merupkan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa

karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat

menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

10

pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes,

pengajian remaja dan lain-lain.

Berdasarkan ulasan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar diatas dapat disumpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

hasil belajar merupakan hal yang paling utama untuk menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Dalam faktor eksternal siswa yang

belajar akan menerima pengaruh dari cara orangtua mendidik, relasi

antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi

keluarga. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan yang

pertama dan utama.

Dimyati dan Mudjiono (2009:201) mengemukakan bahwa, ranah

tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotor.

2.1.3.1. Hasil Belajar Kognitif

Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan

kemampuan intelektual. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut

aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif

berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya

kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,

mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Sudjana (1995)

dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir,

mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi,

enam aspek tersebut antara lain:

1) Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akal hal-hal yang

dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

2) Pemahaman(Comprehension), mengacu pada kemampuan memahami

makna materi.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

11

3) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan

atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru

dan menyangkut penggunaan atau dan prinsip.

4) Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke

dalam hubungan diantara bagian yang satu dengan lainnya sehingga

struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.

5) Sintesis (Synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep

atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur

atau bentuk baru.

6) Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan

pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat

rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk

kognitif tingkat tinggi. Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris,

maka ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran

di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa

dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar aspek pengetahuan

termasuk tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi pengetahuan faktual

dan pengetahuan hafalan atau untuk diingat.

Hasil belajar kognitif siswa dapat diukur melalui instrumen dalam

bentuk tes. Tes yang peneliti gunakan yaitu tes objektif dalam bentuk tes

uraian. Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay examination,

merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes

uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk

menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan,

dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan

menggunakan kata-kata dan bahasanya sendiri. Dengan demikian, dalam tes

ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

12

melalui gagasan tulisan. Dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes essay

dari alat penilaian lainnya.Harus diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal

mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan

kemampuan menalar dikalangan siswa. Hal ini ialah karena melalui tes ini

siswa dapat mengungkapakan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis-

sintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga dibiasakan

dengan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), mencoba

merumuskan hipotesis, .menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan

menarik kesimpulan dari pemecahan masalah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau

keunggulan tes uraian ini antara lain adalah :

a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat

tinggi.

b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun

tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.

c) Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir

logis, analitis, dan sistematis.

d) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).

e) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga

tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat

proses berfikir siswa.

Di lain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini

antara lain adalah :

a) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat

menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif

yang dapat menanyakan banyak hal melalui jumlah pertanyaan.

b) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat

pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

13

c) Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas,

pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi

kelas yang jumlah kelas yang relatife besar.

1. Jenis-jenis Tes Uraian

Bentuk tes uraian dibedakan menjadi (a) Uraian bebas (free essay), (b)

Uraian terbatas dan uraian berstruktur. Dalam uraian bebas jawaban siswa

tidak dibatasi, bergantung pad pandangan siswa itu sendiri.Hal ini disebabkan

oleh isi pertanyaan uraian bebas yang sifatnya umum.

Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat

digunakan apabila bertujuan untuk:

1) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga

dapat diketahui luas dan intensitasnya.

2) Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam

sehingga tidak ada jawaban satupun yang pasti.

3) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari

berbagai segi atau dimensinya.

Kelemahan tes ini adalah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa

bervariasi, sulit menentukan criteria penilaian, sangat subyektif karena

bergantung pada guru sebagai penilaiannya.

2. Menyusun Soal Bentuk Uraian.

Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memandai sebagai alat

penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:

a) Dari segi isi yang di ukur.

Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas

abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep,

analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan

kejelasan apa yang akan di ungkapkan maka soal atau pertanyaan yang

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

14

dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas

tersebut.

Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi

yang ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulumnya

atau silabusnya, pilihlah materi yang esensial sehingga tidak semua

materi perlu ditanyakan.

b) Dari segi bahasa.

Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui

makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya

sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa

yang berbelit-belit, membingungkan atau mengecoh siswa.

c) Dari segi teknis penyajian soal.

Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap

materi yang samasekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal

atau pertanyaan yang diajukan lebih kompeherensif dari pada segi

lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengejakan

soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut

tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong sulit hendaknya di beri

bobot yang lebih besar.Tingkat kesulitan soal dilihat dari sifat

materinya dan abilitas yang diukurnya. Abilitas analisis lebih sulit

daripada aplikasi dan pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit

daripada analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit

diperoleh dari fakta.

d) Dari segi jawaban.

Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan

jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula

besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang di jawab benar dan

skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang memadai.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

15

Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum

pasti atau guru sendiri tidak tau jawabannya, atau mengharapkan

kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari siswa.

Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan

(power test), bukan kecepatan (speed test), maka maka dalam

pelaksanaan tes ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:

1) Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-

soal tersebut. Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan

jawabannya tanpa terburu-buru.

2) Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal

siswa yang mudah terlebih dahulu tanpa harus mengikuti urutan

nomor soal.

3) Awasi pengerjaan soal oleh para siswa sehingga meraka bekerja

sendiri tanpa bekerja sama dengan yang lain.

4) Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian

yang memperbolehkan siswa membuka buku dan catatan

pelajarannya. Biasanya soal mengungkapkan aplikasi suatu konsep,

pemecahan suatu masalah, menarik suatu generalisasidapat

diberikan kepada siswa dengan memperbolehkan siswa membuka

catatan dan materi pelajaran.

5) Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru

menjelaskanjawaban setiap soal sehingga para siswa

mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman

mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.

2.1.3.2. Ranah afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,

emosi, dan nilai”. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

16

didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata

pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran disekolah,

motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran

yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan

sebagainyaRanah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang,

yaitu: (a) receiving (b) responding (c) valueing (d) organization (e)

characterization by evalue or calue complex (Sudjana, 2006: 23).

a) Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan

kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.

b) Sambutan (Responding), merupakan sikap siswa dalam memberikan

respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup

kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan perpartisipasi dalam

suatu kegiatan.

c) Penghargaan (Valueing), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita

mengkaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-

reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan.

Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang

apresiasi.

d) Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai

pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

e) Karakteristik nilai (Characerization by value), mencakup kemampuan

untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga

menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan

jelas dalam mengatur kehidupannya.

2.1.3.3. Ranah psikomotor

Kibler, Baket, dan Miles dalam Dimyati dan Mudjiyono

(2009:207) mengemukakan tujuan ranah psikomotor sebagai berikut:

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

17

gerakan tubuh yang mencolok, ketepatan gerak yang dikoordinasikan,

perangkat komunikasi non verbal, dan kemampuan berbicara. Tes untuk

mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan

atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh siswa. Tes tersebut

dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes

unjuk kerja.

1. Tes paper and pencil

Merupakan kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui paper and

pencil adalah kemampuan siswa dalam menampilkan karya, missal

berupa desain alat peraga, desain model, dan sebagainya.

2. Tes Identifikasi

Yaitu untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi

suatu hal, missal menemukan bagian alat praktikum yang rusak,

menemukan kesalahan hubungan dari suatu alat dan sebagainya.

3. Tes Simulasi

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada

alat yang sesungguhnya yang dipakai untuk memperagakan

penampilan siswa, sehingga siswa dapat dinilai tentang penguasaan

ketrampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-

olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya. Misalnya

memperagakan revolusi matahari dengan menggunakan model tata

surya, memperagakan terjadinya gerhana bulan.

4. Tes Unjuk kerja

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan

dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui

apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat

tersebut. Misalnya melakukan praktikum.

Dari uraian beberapa jenis tes psikomotorik diatas peneliti

menyimpulkan untuk menggunakan tes unjuk kerja sebagai acuan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

18

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam melakukan

kegiatan praktikum dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta

didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut (Noehi

Nasution, dkk. ,2007: 8.18). Misalnya melakukan kegiatan praktikum.

Menurut Gronlund dan Linn (1998) dalam penilaian praktikum perlu

memperhatikan aspek atau kategori sebagai berikut:

a) Kemampuan menjelaskan prosedur dan mengidentifikasi peralatan.

b) Merancang/merencanakan percobaan.

c) Melakukan percobaan. (memilih dan menyiapkan alat)

d) Mengamati dan mencatat hasil.

e) Mengintreprestasikan hasil dan merumuskan kesimpulan.

f) Mengatur alat, menyeleseikan kegiatan, dan membersihkan alat

praktikum.

2.1.4. Pengertian IPA

Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari

tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan

pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah.

Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010).

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam

sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006).

Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan

fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran

IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang

mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan,

Agus. S. (Khalimah, 2010).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA, IPA

merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

19

alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA

merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik

secara induktif ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis,

universal, dan tentatif.

2.1.5. Pembelajaran IPA

IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA

merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di

sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang

mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan,

KTSP (2006).

Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan, bahwa

anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam

belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat

pengetahuan yang lebih tinggi, (Abruscato, 1999).

Menurut kami definisi dari pembelajaran IPA adalah pembelajaran

melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian

alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator

yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat

memperoleh berbagai pengalaman belajar.

2.1.6. Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Dasar diberikan sejak

kelas I. Ruang lingkup dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V

SD adalah :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan

gas.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

20

c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kelas V,

Semester II adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan

Perubahannya

5. Memahami

hubungan

antara gaya,

gerak, dan

energi, serta

fungsinya

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan

energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya

gesek, pembentukan tanah)

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat

membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

6. Menerapkan

sifat-sifat

cahaya melalui

kegiatan

membuat suatu

karya/model

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop

atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan

sifat-sifat cahaya

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

21

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

Bumi dan Alam

Semesta

7. Memahami

perubahan

yang terjadi di

alam dan

hubungannya

dengan

penggunaan

sumber daya

alam

7.1.Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena

pelapukan

7.2.Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

7.3.Mendeskripsikan struktur bumi

7.4.Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan

manusia yang dapat mempengaruhinya

7.5.Mendeskripsikan perlunya penghematan air

7.6.Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di

Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan

lingkungan

7.7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang

dapat mengubah permukaan bumi (pertanian,

perkotaan, dsb).

2.1.7. Laboratorium Alam Sebagai Sumber Belajar

Dalam pendidikan IPA kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan

bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan betapa

pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan

IPA. Laboratorium merupakan suatu tempat untuk melakukan percobaan,

penelitian, dan latihan.

2.1.7.1. Laboratorium Alam

Menurut Widyarti (2005:1) “ laboratorium alam adalah suatu sarana

atau tempat untuk melakukan kegiatan praktek atau penilaian yang di tunjang

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

22

adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur

laboratorium yang lengkap”

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008) lingkungan sekolah yang baik

adalah lingkungan sekolah yang didalamnya dihiasi dengan

tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik. Apotek hidup

mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai laboratorium alam bagi anak

didik.

Menurut Djumpri Padmawinata (1981) yang dikutip oleh Udin S. Winataputra mendefinisikan laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan tempat dimana guru dan siswa melakukan kegiatan percobaan dan penelitian. Dalam pengertian ini laboratorium dapat berbentuk tertutup dan terbuka. Laboratorium tertutup dapat berbentuk ruang atau yang dibatasi dinding, sedangkan laboratorium terbuka adalah laboratorium yang tidak dibatasi dinding, laboratorium terbuka dapat berupa kebun sekolah, hutan, sungai, atau lingkungan lain yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium

alam merupakan lingkungan terbuka yang bisa berupa lingkungan sekitar

seperti kebun, hutan ataupun lingkungan lain seperti lingkungan sosial

teknologi atau pun budaya yang bisa dimanfaatkan sebagai media pengajaran

ataupun sumber belajar.

Dalam pembelajaran di laboratorium alam menggunakan metode

praktikum tujuannya adalah untuk melakukan percobaan dan mengamati

susunan lapisan tanah yaitu membedakan antara tanah humus, tanah berpasir,

tanah lempung, dan pengikisan tanah (erosi).

Menurut Suparno, P (2007:77) mejelaskan bahwa metode praktikum adalah metode yang mengajak Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan dan menguji teori yang telah dipelajari dan memiliki kebenaran. Kegiatan praktikum dapat dibedakan menjadi dua yaitu praktikum terbimbing atau terencana dan praktikum bebas. Kegiatan Siswa dalam praktikum terbimbing hanya melakukan

percobaan dan menemukan hasilnya saja, seluruh jalannya percobaan sudah

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

23

dirancang oleh guru. Langkah-langkah percobaan, peralatan yang sudah

digunakan, serta objek yang sudah di amati atau diteliti sudah ditentukan sejak

awal oleh guru.

Pada pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum terdapat

kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan dari penggunaan metode

praktikum di laboratorium alam yaitu:

a. Dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri daripada hanya

menerima penjelasan dari guru atau buku.

b. Melibatkan siswa secara langsung dalam mengamati suatu proses.

c. Siswa dapat meyakini akan hasilnya, karena langsung mendengar,

melihat, meraba, dan mencium yang sedang dipelajari.

d. Siswa akan mempunyai kemampuan dalam ketrampilan

e. Mengadakan kerjasama, tanggung jawab, membuat kesimpulan,

menulis laporan, dan mampu berfikir analitis.

f. Siswa lebih cenderung tertarik pada obyek yang nyata di alam

sekitarnya.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan metode praktikum di

laboratorium alam antara lain :

a. Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu

mudah diperoleh.

b. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semuanya bisa di jadikan materi

eksperimen.

c. Adanya kesan bahwa kegiatan belajar dengan memanfaatkan

laboratorium alam atau lingkungan membutuhkan waktu yang lama.

d. Sempitnya pandangan pendidik bahwa kegiatan belajar hanya terjadi

di dalam kelas saja.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

24

e. Kegiatan belajar kurang efektif, karena kegiatan belajar kurang

persiapan sebelumnya sehingga ada kesan main-main.

Aspek-aspek pelaksanaan pengajaran dengan lingkungan alam Sekitar

menurut (Suryobroto B, 2006 ) adalah sebagai berikut:

a. Penetapan tujuan

Yang dimaksud tujuan ialah apa yang hendak dicapai dengan

pengajaran alam sekitar itu. Di sini tujuan memiliki sifat umum dan

khusus. Tujuan umumnya adalah mengembangkan semua nilai-nilai yang

telah disebutkan. Sedangkan tujuan khususnya ialah disesuaikan dengan

obyek atau bahan pelajaran yang diberikan kepada anak-anak.

b. Guru mengadakan persiapan

Sebelum mengadakan perjalanan sekolah untuk mengunjungi sesuatu

yang akan dijadikan pokok pelajaran, guru wajib mengunjungi tempat dan

obyek itu sendiri lebih dahulu.

c. Persiapan dari pihak siswa

Anak-anak harus dibangkitkan perhatiannya dan kesediannya untuk

mengamati dan menyelidiki secara teratur kepada obyek pengamatan yang

telah ditentukan. Persiapan murid ini dilaksanakan di dalam kelas pada saat

akan memulai pengajaran dengan alam sekitar.

d. Pengamatan dengan efisien

Sesampainya pada obyek yang menjadi bahan pelajaran anak-anak

diberi kebebasan untuk bekerja sendiri. Tidak perlu guru selalu memimpin

dalam segala hal.

e. Pengolahan di sekolah tentang yang diamati

Setelah pengamatan selesai maka anak-anak kembali ke kelas. Di sini

pengetahuan dan pengelolaan murid hasil dari pada pengamatannya dan

penyelidikannya yang langsung itu, dibicarakan secara sistematis di dalam

kelas dengan pimpinan guru.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

25

f. Sumber Belajar

Sumber Belajar adalah tempat atau lokasi yang dapat ditemukan

ataupun diakses oleh siswa maupun guru sebagai tujuan untuk memperoleh

berbagai bahan belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran baik di

kelas, di perpustakaan atau dimana saja yang dapat dijangkau.

2.1.7.2. Langkah-langkah pembelajaran di laboratorium alam dengan metode praktikum.

Djajadisastra (2008:11) mengemukakan bahwa pelaksanaan praktikum

agar hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan baik maka perlu dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah Persiapan

Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil kelemahan-

kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang muncul. Persiapan untuk

metode praktikum antara lain:

a. Menetapkan tujuan praktikum.

b. Mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

c. Mempersiapkan tempat praktikum.

d. Mempertimbangkan jumlah Siswa dengan jumlah alat jumlah alat yang

tersedia dan kapasitas tempat praktikum.

e. Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang dilakukan.

f. Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum.

g. Membuat petunjuk dan langkah-langkah praktikum.

2. Langkah Pelaksanaan

Pembelajaran berbasis praktikum mengandung pengertian bahwa

siswa dihadapkan pada kegiatan/aktivitas dari awal hingga akhir pada

kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintaks atau fase diuraikan pada

tabel 2.2 berikut.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

26

Tabel 2.2

Sintaks model pembelajaran berbasis praktikum

Fase Sintak Kegiatan

1. Orientasi masalah a. Siswa di jelaskan objek dan langkah-langkah praktikum

b. Mendiskusikan persiapan dengan guru.

2. Perumusan Masalah a. Merumuskan masalah. b. Mengidentifikasi langkah-langkah

praktikum.

3. Melakukan

praktikum/observasi

a. Siswa mengidentifikasi masalah untuk di slidiki.

b. Siswa meminta keperluan praktikum (alat praktikum)

c. Siswa melakukan kegiatan penyelidikan dan pengumpulan data.

d. Siswa mengidentifikasi kesulitan dalam penyelidikan.

e. Menyelesaikan kegiatan praktikum.

4. Mengatasi kesulitan a. Menugaskan siswa untuk memikirkan berbagai cara untuk mengatasi kesulitan dalam proses penyelidikan.

b. Guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang dilaksanakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok.

5. Merefleksi hasil praktikum a. Mengaitkan hasil praktikum atau penyelidikan dengan konsep atau teori.

b. Siswa menyusun laporan praktikum.

Sumber: Modikasi dari Joyce & Weil (1986)

3. Tindak Lanjut Metode Praktikum

Setelah melakukan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah:

a. Meminta Siswa membuat laporan.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

27

b. Mendiskusikan masalah-masalah selama praktikum.

c. Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali alat yang

digunakan.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Wahyu Dwi Aryanto, 2010 dalam penelitiannya “Efektifitas Penggunaan

Laboratorium Alam di Sekitar Sekolah Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi

Pokok Saling Ketergantungan dalam Ekosistem pada Siswa Kelas VII SMP

Nurul Islam Krapyak Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”. Menyimpulkan

bahwa penelitian dan analisis menunjukkan bahwa Berdasarkan uji perbedaan

rata-rata satu pihak yaitu uji pihak kanan diperoleh t hitung = 3,704 dan t tabel =

1,67 berarti Ho ditolak, artinya bahwa hasil belajar biologi kedua kelompok

tersebut berbeda secara nyata atau signifikan.

Akidah Salamah, 2011 dalam penelitiannya berjudul “Studi

Komparasi Hasil Belajar Biologi Menggunakan Metode Praktikum di

Laboratorium Ruangan dan Metode Praktikum di Laboratorium Alam Materi

Pokok Ekosistem Kelas X Di MAN 1 Brebes”. Menyimpulkan bahwa rata-rata

kelompok eksperimen ialah 85,12 dengan standar deviasi 7,03 sedangkan rata-

rata pada kelompok kontrol adalah 76,92 dengan standar deviasi 6,92.

Berdasarkan uji perbedaan rata-rata dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

hasil belajar biologi antara metode praktikum di laboratorium ruangan dengan

metode praktikum di laboratorium alam materi pokok ekosistem siswa kelas X

MAN 1 Brebes 2010/2011.pada siklus I diperoleh peningkatan hasil belajar.

Wagiyo, 2011 dalam penelitiannya “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Melalui Laboratorium Alam Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lerep Kebumen

Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011”. Menyimpulkan bahwa ada peningkatan

ketuntasan belajar dari kondisi pra siklus (awal) ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke

siklus 2. Pada kondisi awal sebelum penulis melaksanakan tindakan ketuntasan

belajar hanya 25% dari 32 siswa. Pada siklus I ketuntasan belajar yang dicapai

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

28

sebesar 50%. Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar telah mencapai 87,5%.

Hal ini disebabkan adanya tindakan didalam proses pembelajaran yaitu

menggunakan laboratorium alam. Dilihat dari skor miniimal dan skor maksimal

mengalami peningkatan.

Dari referensi yang sudah disebutkan dan dijelaskan peneliti

berinisiatif mencari pentingnya sumber belajar dari laboratorium alam di sekitar

sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Disinilah peneliti mengangkat

judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran di

Laboratorium Alam Pada Siswa Kelas V SD N 2 Tanggel Kecamatan

Randublatung Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2011/2012”

2.3. Kerangka Berfikir

Kondisi awal pada pembelajaran IPA pada kelas V SD N 2 Tanggel

Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora yang rendah di bawah KKM yang

ditentukan yaitu ≥ 60, pembelajaran terkesan monoton, konvensional karena guru

tidak menggunakan sumber belajar yang menarik. Hal ini berakibat pada

aktivitas belajar siswa rendah. kurangnya pemahaman siswa terhadap materi IPA

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang rendah. Padahal agar hasil

belajar siswa meningkat guru harus mampu membuat siswa senang dan

termotivasi pada pelajaran tersebut, sehingga menarik perhatian dan antusias

siswa pada saat pembelajaran.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar mengacu pada pemanfaatan

laboratorium alam sekitar sebagai sumber belajar diharapkan guru mampu

membuat siswa menjadi tertarik dan antusias mengikuti pelajaran. Di

laboratorium alam nanti akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih

banyak bergerak dan bereksplorasi serta bermain dan belajar dengan lingkungan

alam sekitar. Sehingga dapat tercipta kondisi belajar yang lebih aktif, efektif,

kreatif dan menyenangkan. Dalam pembelajaran di laboratorium alam

menggunakan metode praktikum, dapat membuat siswa lebih percaya atas

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

29

kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri

daripada hanya menerima penjelasan dari guru atau buku. Selanjutnya

melibatkan siswa secara langsung dalam mengamati suatu proses dan

mengadakan kerjasama, tanggung jawab, membuat kesimpulan, menulis laporan,

dan mampu berfikir analitis. Dengan demikian materi pelajaran akan lebih

mudah disampaikan oleh guru dan mudah diterima oleh siswa, serta daya ingat

siswa akan lebih kuat karena mereka belajar dengan mengalami, melihat,

mengamati dan melakukan secara langsung diharapkan hasil belajar siswa akan

meningkat dan materi dapat diterima dengan mudah. Sehingga membuat siswa

lebih antusias, aktif dalam mengikuti pelajaran.

Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan

jalannya penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

Sumber

Belajar

Pembelajaran di Laboratorium

Alam

Hasil Belajar Kognitif dan

Psikomotorik Siswa

Metode Praktikum

Langkah Perencanaan

Tindak lanjut metode praktikum

Langkah Pelaksanaan

Menetapkan

Tujuan

Persiapan Guru

dan Siswa

Pengamatan/

Observasi

Pengolahan Hasil

pengamatan

Aspek-aspek

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar

30

2.4. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto,2002: 62). Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian

ini adalah: Melalui pembelajaran di laboratorium alam pada mata pelajaran IPA

materi Bumi dan Alam Semesta siswa mampu memahami materi dengan baik

dan di duga dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA Pada Siswa Kelas V SD

N 2 Tanggel Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Tahun Ajaran

2011/2012”. Penelitian ini akan berhasil bila semua siswa tuntas dengan KKM

yang telah ditetapkan yaitu ≥ 60.