bab ii landasan teori 2.1. kajian teori 2.1.1. pengertian...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/1.jpg)
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah kaku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak
perubahan yang terjadi dalam diri seeorang baik sifat maupun jenisnya,
sehingga belum tentu setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan
perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2003:2).
Perubahan yang terjadi pada seseorang setelah melalui proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap, ketrampilan dan
penngeahuan. Hal tersebut sama dengan pendapat aliran ilmu jiwa tingkah
laku tentang belajar sebagai perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi
sebagai hasil dari pengalaman.
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. (Dimyati dan Mudjiono, 2009:23)
Sedangkan belajar menurut Teori Gestalt adalah reorganisasi
pengalaman yang dihasilkan dari suatu interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Jadi siswa belajar menggunakan segala pengalaman yang
telah dimiliki.
Teori dari R.Gagne,mendefisinikan dua pengertian belajar yaitu:
a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasan, dan tingkah laku.
b) Belajar adalah pengusaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh
dari instruksi
Berdasarkan pengertian belajar dari beberapa ahli di atas, maka belajar
adalah suatu perubahan dalam diri seseorang melalui pengalaman atau
![Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/2.jpg)
7
pengamatan secara langsung terhadap sesuatu yang memandu perilaku
selanjutnya.
2.1.2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran atau proses belajar mengajar menurut Muhibbin Syah
(2004:256) adalah sebuah kesatuan kegiatan yang integral dan resiprokal
antara guru dan siswa dalam insturksional. Dalam situasi ini,guru mengajar
dan siswa belajar.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang
berusaha meningkatkan kemampuam-kemampuan kognitif, afektif,
psikomotorik siswa dalam pengelolaan pesan sehingga tercapai sasaran
belajar (Dimyati dan Mudjiono,2009:185).
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan. Proses belajar mengajar terjadi apabila ada subyek didik
secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru atau
pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana (2004 : 22) membagi tiga macam
hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan
dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.
Menurut Purwanto ( 2009 : 3 ), menyatakan bahwa hasil belajar adalah
suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang digunakan untuk
menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu
tertentu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:17), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
![Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/3.jpg)
8
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh
kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran, menerima suatu pelajaran
untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai dengan menggunakan alat
penilaian yang disusun guru berupa tes yang hasilnya adalah nilai kemampuan
siswa selama proses belajar mengajar.
Menurut Slameto (2003:47) Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
1) Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik
yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai
sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi
keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan
fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur,
olahraga serta cukup tidur.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah
kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi
![Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/4.jpg)
9
hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat
kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat
dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang.
Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya
seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan
tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan
lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang,
adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan
pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan
belajarnya.
2) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan
secara konsekuen dan konsisten.
3) Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan
masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat
merupkan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa
karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat
menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga
![Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/5.jpg)
10
pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes,
pengajian remaja dan lain-lain.
Berdasarkan ulasan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar diatas dapat disumpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
hasil belajar merupakan hal yang paling utama untuk menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Dalam faktor eksternal siswa yang
belajar akan menerima pengaruh dari cara orangtua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi
keluarga. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
pertama dan utama.
Dimyati dan Mudjiono (2009:201) mengemukakan bahwa, ranah
tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
2.1.3.1. Hasil Belajar Kognitif
Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif
berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Sudjana (1995)
dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir,
mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi,
enam aspek tersebut antara lain:
1) Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akal hal-hal yang
dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
2) Pemahaman(Comprehension), mengacu pada kemampuan memahami
makna materi.
![Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/6.jpg)
11
3) Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan
atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru
dan menyangkut penggunaan atau dan prinsip.
4) Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke
dalam hubungan diantara bagian yang satu dengan lainnya sehingga
struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
5) Sintesis (Synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep
atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur
atau bentuk baru.
6) Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan
pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat
rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk
kognitif tingkat tinggi. Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris,
maka ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran
di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar aspek pengetahuan
termasuk tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi pengetahuan faktual
dan pengetahuan hafalan atau untuk diingat.
Hasil belajar kognitif siswa dapat diukur melalui instrumen dalam
bentuk tes. Tes yang peneliti gunakan yaitu tes objektif dalam bentuk tes
uraian. Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay examination,
merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes
uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan,
dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasanya sendiri. Dengan demikian, dalam tes
ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya
![Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/7.jpg)
12
melalui gagasan tulisan. Dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes essay
dari alat penilaian lainnya.Harus diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal
mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan
kemampuan menalar dikalangan siswa. Hal ini ialah karena melalui tes ini
siswa dapat mengungkapakan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis-
sintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga dibiasakan
dengan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), mencoba
merumuskan hipotesis, .menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan
menarik kesimpulan dari pemecahan masalah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau
keunggulan tes uraian ini antara lain adalah :
a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat
tinggi.
b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun
tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
c) Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir
logis, analitis, dan sistematis.
d) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).
e) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga
tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat
proses berfikir siswa.
Di lain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini
antara lain adalah :
a) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat
menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif
yang dapat menanyakan banyak hal melalui jumlah pertanyaan.
b) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat
pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya.
![Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/8.jpg)
13
c) Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi
kelas yang jumlah kelas yang relatife besar.
1. Jenis-jenis Tes Uraian
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi (a) Uraian bebas (free essay), (b)
Uraian terbatas dan uraian berstruktur. Dalam uraian bebas jawaban siswa
tidak dibatasi, bergantung pad pandangan siswa itu sendiri.Hal ini disebabkan
oleh isi pertanyaan uraian bebas yang sifatnya umum.
Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat
digunakan apabila bertujuan untuk:
1) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga
dapat diketahui luas dan intensitasnya.
2) Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam
sehingga tidak ada jawaban satupun yang pasti.
3) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari
berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini adalah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa
bervariasi, sulit menentukan criteria penilaian, sangat subyektif karena
bergantung pada guru sebagai penilaiannya.
2. Menyusun Soal Bentuk Uraian.
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memandai sebagai alat
penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:
a) Dari segi isi yang di ukur.
Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas
abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep,
analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan
kejelasan apa yang akan di ungkapkan maka soal atau pertanyaan yang
![Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/9.jpg)
14
dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas
tersebut.
Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi
yang ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulumnya
atau silabusnya, pilihlah materi yang esensial sehingga tidak semua
materi perlu ditanyakan.
b) Dari segi bahasa.
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui
makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya
sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa
yang berbelit-belit, membingungkan atau mengecoh siswa.
c) Dari segi teknis penyajian soal.
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap
materi yang samasekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal
atau pertanyaan yang diajukan lebih kompeherensif dari pada segi
lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengejakan
soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut
tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong sulit hendaknya di beri
bobot yang lebih besar.Tingkat kesulitan soal dilihat dari sifat
materinya dan abilitas yang diukurnya. Abilitas analisis lebih sulit
daripada aplikasi dan pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit
daripada analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit
diperoleh dari fakta.
d) Dari segi jawaban.
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan
jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula
besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang di jawab benar dan
skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang memadai.
![Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/10.jpg)
15
Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum
pasti atau guru sendiri tidak tau jawabannya, atau mengharapkan
kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari siswa.
Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan
(power test), bukan kecepatan (speed test), maka maka dalam
pelaksanaan tes ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:
1) Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-
soal tersebut. Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan
jawabannya tanpa terburu-buru.
2) Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal
siswa yang mudah terlebih dahulu tanpa harus mengikuti urutan
nomor soal.
3) Awasi pengerjaan soal oleh para siswa sehingga meraka bekerja
sendiri tanpa bekerja sama dengan yang lain.
4) Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian
yang memperbolehkan siswa membuka buku dan catatan
pelajarannya. Biasanya soal mengungkapkan aplikasi suatu konsep,
pemecahan suatu masalah, menarik suatu generalisasidapat
diberikan kepada siswa dengan memperbolehkan siswa membuka
catatan dan materi pelajaran.
5) Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru
menjelaskanjawaban setiap soal sehingga para siswa
mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman
mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.
2.1.3.2. Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai”. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta
![Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/11.jpg)
16
didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata
pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran disekolah,
motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran
yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan
sebagainyaRanah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang,
yaitu: (a) receiving (b) responding (c) valueing (d) organization (e)
characterization by evalue or calue complex (Sudjana, 2006: 23).
a) Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan
kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
b) Sambutan (Responding), merupakan sikap siswa dalam memberikan
respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup
kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan perpartisipasi dalam
suatu kegiatan.
c) Penghargaan (Valueing), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita
mengkaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-
reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan.
Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang
apresiasi.
d) Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
e) Karakteristik nilai (Characerization by value), mencakup kemampuan
untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga
menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan
jelas dalam mengatur kehidupannya.
2.1.3.3. Ranah psikomotor
Kibler, Baket, dan Miles dalam Dimyati dan Mudjiyono
(2009:207) mengemukakan tujuan ranah psikomotor sebagai berikut:
![Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/12.jpg)
17
gerakan tubuh yang mencolok, ketepatan gerak yang dikoordinasikan,
perangkat komunikasi non verbal, dan kemampuan berbicara. Tes untuk
mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan
atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh siswa. Tes tersebut
dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes
unjuk kerja.
1. Tes paper and pencil
Merupakan kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui paper and
pencil adalah kemampuan siswa dalam menampilkan karya, missal
berupa desain alat peraga, desain model, dan sebagainya.
2. Tes Identifikasi
Yaitu untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
suatu hal, missal menemukan bagian alat praktikum yang rusak,
menemukan kesalahan hubungan dari suatu alat dan sebagainya.
3. Tes Simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada
alat yang sesungguhnya yang dipakai untuk memperagakan
penampilan siswa, sehingga siswa dapat dinilai tentang penguasaan
ketrampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-
olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya. Misalnya
memperagakan revolusi matahari dengan menggunakan model tata
surya, memperagakan terjadinya gerhana bulan.
4. Tes Unjuk kerja
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan
dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui
apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat
tersebut. Misalnya melakukan praktikum.
Dari uraian beberapa jenis tes psikomotorik diatas peneliti
menyimpulkan untuk menggunakan tes unjuk kerja sebagai acuan
![Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/13.jpg)
18
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam melakukan
kegiatan praktikum dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut (Noehi
Nasution, dkk. ,2007: 8.18). Misalnya melakukan kegiatan praktikum.
Menurut Gronlund dan Linn (1998) dalam penilaian praktikum perlu
memperhatikan aspek atau kategori sebagai berikut:
a) Kemampuan menjelaskan prosedur dan mengidentifikasi peralatan.
b) Merancang/merencanakan percobaan.
c) Melakukan percobaan. (memilih dan menyiapkan alat)
d) Mengamati dan mencatat hasil.
e) Mengintreprestasikan hasil dan merumuskan kesimpulan.
f) Mengatur alat, menyeleseikan kegiatan, dan membersihkan alat
praktikum.
2.1.4. Pengertian IPA
Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari
tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan
pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010).
Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006).
Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan
fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran
IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang
mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan,
Agus. S. (Khalimah, 2010).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA, IPA
merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di
![Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/14.jpg)
19
alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA
merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik
secara induktif ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis,
universal, dan tentatif.
2.1.5. Pembelajaran IPA
IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA
merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di
sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang
mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan,
KTSP (2006).
Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan, bahwa
anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam
belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi, (Abruscato, 1999).
Menurut kami definisi dari pembelajaran IPA adalah pembelajaran
melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian
alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator
yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat
memperoleh berbagai pengalaman belajar.
2.1.6. Pembelajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Dasar diberikan sejak
kelas I. Ruang lingkup dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V
SD adalah :
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan
gas.
![Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/15.jpg)
20
c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kelas V,
Semester II adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan
Perubahannya
5. Memahami
hubungan
antara gaya,
gerak, dan
energi, serta
fungsinya
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan
energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya
gesek, pembentukan tanah)
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat
membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
6. Menerapkan
sifat-sifat
cahaya melalui
kegiatan
membuat suatu
karya/model
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop
atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan
sifat-sifat cahaya
![Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/16.jpg)
21
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar
Bumi dan Alam
Semesta
7. Memahami
perubahan
yang terjadi di
alam dan
hubungannya
dengan
penggunaan
sumber daya
alam
7.1.Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena
pelapukan
7.2.Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.3.Mendeskripsikan struktur bumi
7.4.Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan
manusia yang dapat mempengaruhinya
7.5.Mendeskripsikan perlunya penghematan air
7.6.Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di
Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungan
7.7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang
dapat mengubah permukaan bumi (pertanian,
perkotaan, dsb).
2.1.7. Laboratorium Alam Sebagai Sumber Belajar
Dalam pendidikan IPA kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan
bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan
IPA. Laboratorium merupakan suatu tempat untuk melakukan percobaan,
penelitian, dan latihan.
2.1.7.1. Laboratorium Alam
Menurut Widyarti (2005:1) “ laboratorium alam adalah suatu sarana
atau tempat untuk melakukan kegiatan praktek atau penilaian yang di tunjang
![Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/17.jpg)
22
adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur
laboratorium yang lengkap”
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008) lingkungan sekolah yang baik
adalah lingkungan sekolah yang didalamnya dihiasi dengan
tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik. Apotek hidup
mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai laboratorium alam bagi anak
didik.
Menurut Djumpri Padmawinata (1981) yang dikutip oleh Udin S. Winataputra mendefinisikan laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan tempat dimana guru dan siswa melakukan kegiatan percobaan dan penelitian. Dalam pengertian ini laboratorium dapat berbentuk tertutup dan terbuka. Laboratorium tertutup dapat berbentuk ruang atau yang dibatasi dinding, sedangkan laboratorium terbuka adalah laboratorium yang tidak dibatasi dinding, laboratorium terbuka dapat berupa kebun sekolah, hutan, sungai, atau lingkungan lain yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium
alam merupakan lingkungan terbuka yang bisa berupa lingkungan sekitar
seperti kebun, hutan ataupun lingkungan lain seperti lingkungan sosial
teknologi atau pun budaya yang bisa dimanfaatkan sebagai media pengajaran
ataupun sumber belajar.
Dalam pembelajaran di laboratorium alam menggunakan metode
praktikum tujuannya adalah untuk melakukan percobaan dan mengamati
susunan lapisan tanah yaitu membedakan antara tanah humus, tanah berpasir,
tanah lempung, dan pengikisan tanah (erosi).
Menurut Suparno, P (2007:77) mejelaskan bahwa metode praktikum adalah metode yang mengajak Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan dan menguji teori yang telah dipelajari dan memiliki kebenaran. Kegiatan praktikum dapat dibedakan menjadi dua yaitu praktikum terbimbing atau terencana dan praktikum bebas. Kegiatan Siswa dalam praktikum terbimbing hanya melakukan
percobaan dan menemukan hasilnya saja, seluruh jalannya percobaan sudah
![Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/18.jpg)
23
dirancang oleh guru. Langkah-langkah percobaan, peralatan yang sudah
digunakan, serta objek yang sudah di amati atau diteliti sudah ditentukan sejak
awal oleh guru.
Pada pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum terdapat
kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan dari penggunaan metode
praktikum di laboratorium alam yaitu:
a. Dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri daripada hanya
menerima penjelasan dari guru atau buku.
b. Melibatkan siswa secara langsung dalam mengamati suatu proses.
c. Siswa dapat meyakini akan hasilnya, karena langsung mendengar,
melihat, meraba, dan mencium yang sedang dipelajari.
d. Siswa akan mempunyai kemampuan dalam ketrampilan
e. Mengadakan kerjasama, tanggung jawab, membuat kesimpulan,
menulis laporan, dan mampu berfikir analitis.
f. Siswa lebih cenderung tertarik pada obyek yang nyata di alam
sekitarnya.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan metode praktikum di
laboratorium alam antara lain :
a. Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu
mudah diperoleh.
b. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semuanya bisa di jadikan materi
eksperimen.
c. Adanya kesan bahwa kegiatan belajar dengan memanfaatkan
laboratorium alam atau lingkungan membutuhkan waktu yang lama.
d. Sempitnya pandangan pendidik bahwa kegiatan belajar hanya terjadi
di dalam kelas saja.
![Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/19.jpg)
24
e. Kegiatan belajar kurang efektif, karena kegiatan belajar kurang
persiapan sebelumnya sehingga ada kesan main-main.
Aspek-aspek pelaksanaan pengajaran dengan lingkungan alam Sekitar
menurut (Suryobroto B, 2006 ) adalah sebagai berikut:
a. Penetapan tujuan
Yang dimaksud tujuan ialah apa yang hendak dicapai dengan
pengajaran alam sekitar itu. Di sini tujuan memiliki sifat umum dan
khusus. Tujuan umumnya adalah mengembangkan semua nilai-nilai yang
telah disebutkan. Sedangkan tujuan khususnya ialah disesuaikan dengan
obyek atau bahan pelajaran yang diberikan kepada anak-anak.
b. Guru mengadakan persiapan
Sebelum mengadakan perjalanan sekolah untuk mengunjungi sesuatu
yang akan dijadikan pokok pelajaran, guru wajib mengunjungi tempat dan
obyek itu sendiri lebih dahulu.
c. Persiapan dari pihak siswa
Anak-anak harus dibangkitkan perhatiannya dan kesediannya untuk
mengamati dan menyelidiki secara teratur kepada obyek pengamatan yang
telah ditentukan. Persiapan murid ini dilaksanakan di dalam kelas pada saat
akan memulai pengajaran dengan alam sekitar.
d. Pengamatan dengan efisien
Sesampainya pada obyek yang menjadi bahan pelajaran anak-anak
diberi kebebasan untuk bekerja sendiri. Tidak perlu guru selalu memimpin
dalam segala hal.
e. Pengolahan di sekolah tentang yang diamati
Setelah pengamatan selesai maka anak-anak kembali ke kelas. Di sini
pengetahuan dan pengelolaan murid hasil dari pada pengamatannya dan
penyelidikannya yang langsung itu, dibicarakan secara sistematis di dalam
kelas dengan pimpinan guru.
![Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/20.jpg)
25
f. Sumber Belajar
Sumber Belajar adalah tempat atau lokasi yang dapat ditemukan
ataupun diakses oleh siswa maupun guru sebagai tujuan untuk memperoleh
berbagai bahan belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran baik di
kelas, di perpustakaan atau dimana saja yang dapat dijangkau.
2.1.7.2. Langkah-langkah pembelajaran di laboratorium alam dengan metode praktikum.
Djajadisastra (2008:11) mengemukakan bahwa pelaksanaan praktikum
agar hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan baik maka perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah Persiapan
Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil kelemahan-
kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang muncul. Persiapan untuk
metode praktikum antara lain:
a. Menetapkan tujuan praktikum.
b. Mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
c. Mempersiapkan tempat praktikum.
d. Mempertimbangkan jumlah Siswa dengan jumlah alat jumlah alat yang
tersedia dan kapasitas tempat praktikum.
e. Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang dilakukan.
f. Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum.
g. Membuat petunjuk dan langkah-langkah praktikum.
2. Langkah Pelaksanaan
Pembelajaran berbasis praktikum mengandung pengertian bahwa
siswa dihadapkan pada kegiatan/aktivitas dari awal hingga akhir pada
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintaks atau fase diuraikan pada
tabel 2.2 berikut.
![Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/21.jpg)
26
Tabel 2.2
Sintaks model pembelajaran berbasis praktikum
Fase Sintak Kegiatan
1. Orientasi masalah a. Siswa di jelaskan objek dan langkah-langkah praktikum
b. Mendiskusikan persiapan dengan guru.
2. Perumusan Masalah a. Merumuskan masalah. b. Mengidentifikasi langkah-langkah
praktikum.
3. Melakukan
praktikum/observasi
a. Siswa mengidentifikasi masalah untuk di slidiki.
b. Siswa meminta keperluan praktikum (alat praktikum)
c. Siswa melakukan kegiatan penyelidikan dan pengumpulan data.
d. Siswa mengidentifikasi kesulitan dalam penyelidikan.
e. Menyelesaikan kegiatan praktikum.
4. Mengatasi kesulitan a. Menugaskan siswa untuk memikirkan berbagai cara untuk mengatasi kesulitan dalam proses penyelidikan.
b. Guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang dilaksanakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok.
5. Merefleksi hasil praktikum a. Mengaitkan hasil praktikum atau penyelidikan dengan konsep atau teori.
b. Siswa menyusun laporan praktikum.
Sumber: Modikasi dari Joyce & Weil (1986)
3. Tindak Lanjut Metode Praktikum
Setelah melakukan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah:
a. Meminta Siswa membuat laporan.
![Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/22.jpg)
27
b. Mendiskusikan masalah-masalah selama praktikum.
c. Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali alat yang
digunakan.
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Wahyu Dwi Aryanto, 2010 dalam penelitiannya “Efektifitas Penggunaan
Laboratorium Alam di Sekitar Sekolah Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Saling Ketergantungan dalam Ekosistem pada Siswa Kelas VII SMP
Nurul Islam Krapyak Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010”. Menyimpulkan
bahwa penelitian dan analisis menunjukkan bahwa Berdasarkan uji perbedaan
rata-rata satu pihak yaitu uji pihak kanan diperoleh t hitung = 3,704 dan t tabel =
1,67 berarti Ho ditolak, artinya bahwa hasil belajar biologi kedua kelompok
tersebut berbeda secara nyata atau signifikan.
Akidah Salamah, 2011 dalam penelitiannya berjudul “Studi
Komparasi Hasil Belajar Biologi Menggunakan Metode Praktikum di
Laboratorium Ruangan dan Metode Praktikum di Laboratorium Alam Materi
Pokok Ekosistem Kelas X Di MAN 1 Brebes”. Menyimpulkan bahwa rata-rata
kelompok eksperimen ialah 85,12 dengan standar deviasi 7,03 sedangkan rata-
rata pada kelompok kontrol adalah 76,92 dengan standar deviasi 6,92.
Berdasarkan uji perbedaan rata-rata dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar biologi antara metode praktikum di laboratorium ruangan dengan
metode praktikum di laboratorium alam materi pokok ekosistem siswa kelas X
MAN 1 Brebes 2010/2011.pada siklus I diperoleh peningkatan hasil belajar.
Wagiyo, 2011 dalam penelitiannya “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Melalui Laboratorium Alam Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lerep Kebumen
Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011”. Menyimpulkan bahwa ada peningkatan
ketuntasan belajar dari kondisi pra siklus (awal) ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke
siklus 2. Pada kondisi awal sebelum penulis melaksanakan tindakan ketuntasan
belajar hanya 25% dari 32 siswa. Pada siklus I ketuntasan belajar yang dicapai
![Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/23.jpg)
28
sebesar 50%. Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar telah mencapai 87,5%.
Hal ini disebabkan adanya tindakan didalam proses pembelajaran yaitu
menggunakan laboratorium alam. Dilihat dari skor miniimal dan skor maksimal
mengalami peningkatan.
Dari referensi yang sudah disebutkan dan dijelaskan peneliti
berinisiatif mencari pentingnya sumber belajar dari laboratorium alam di sekitar
sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Disinilah peneliti mengangkat
judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran di
Laboratorium Alam Pada Siswa Kelas V SD N 2 Tanggel Kecamatan
Randublatung Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2011/2012”
2.3. Kerangka Berfikir
Kondisi awal pada pembelajaran IPA pada kelas V SD N 2 Tanggel
Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora yang rendah di bawah KKM yang
ditentukan yaitu ≥ 60, pembelajaran terkesan monoton, konvensional karena guru
tidak menggunakan sumber belajar yang menarik. Hal ini berakibat pada
aktivitas belajar siswa rendah. kurangnya pemahaman siswa terhadap materi IPA
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang rendah. Padahal agar hasil
belajar siswa meningkat guru harus mampu membuat siswa senang dan
termotivasi pada pelajaran tersebut, sehingga menarik perhatian dan antusias
siswa pada saat pembelajaran.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar mengacu pada pemanfaatan
laboratorium alam sekitar sebagai sumber belajar diharapkan guru mampu
membuat siswa menjadi tertarik dan antusias mengikuti pelajaran. Di
laboratorium alam nanti akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
banyak bergerak dan bereksplorasi serta bermain dan belajar dengan lingkungan
alam sekitar. Sehingga dapat tercipta kondisi belajar yang lebih aktif, efektif,
kreatif dan menyenangkan. Dalam pembelajaran di laboratorium alam
menggunakan metode praktikum, dapat membuat siswa lebih percaya atas
![Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/24.jpg)
29
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri
daripada hanya menerima penjelasan dari guru atau buku. Selanjutnya
melibatkan siswa secara langsung dalam mengamati suatu proses dan
mengadakan kerjasama, tanggung jawab, membuat kesimpulan, menulis laporan,
dan mampu berfikir analitis. Dengan demikian materi pelajaran akan lebih
mudah disampaikan oleh guru dan mudah diterima oleh siswa, serta daya ingat
siswa akan lebih kuat karena mereka belajar dengan mengalami, melihat,
mengamati dan melakukan secara langsung diharapkan hasil belajar siswa akan
meningkat dan materi dapat diterima dengan mudah. Sehingga membuat siswa
lebih antusias, aktif dalam mengikuti pelajaran.
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan
jalannya penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
Sumber
Belajar
Pembelajaran di Laboratorium
Alam
Hasil Belajar Kognitif dan
Psikomotorik Siswa
Metode Praktikum
Langkah Perencanaan
Tindak lanjut metode praktikum
Langkah Pelaksanaan
Menetapkan
Tujuan
Persiapan Guru
dan Siswa
Pengamatan/
Observasi
Pengolahan Hasil
pengamatan
Aspek-aspek
![Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/792/3/T1_292008024_BAB II.pdf · kelas yang jumlah kelas yang relatife besar](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022011808/5c8e0b2609d3f21d638b8497/html5/thumbnails/25.jpg)
30
2.4. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto,2002: 62). Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian
ini adalah: Melalui pembelajaran di laboratorium alam pada mata pelajaran IPA
materi Bumi dan Alam Semesta siswa mampu memahami materi dengan baik
dan di duga dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA Pada Siswa Kelas V SD
N 2 Tanggel Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Tahun Ajaran
2011/2012”. Penelitian ini akan berhasil bila semua siswa tuntas dengan KKM
yang telah ditetapkan yaitu ≥ 60.