bab ii landasan teori 2.1 hakekat ilmu pengetahuan alam...

15
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1 Pengertian IPA Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi di alam. Dengan mempelajari seluk beluk alam dan fenomenanya siswa diharapkan mampu memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupannya. Menurut Depdiknas (2006: 443), “IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa juga harus memiliki kemampuan proses penemuan (discovery).” IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan manusia secara kodrati terhadap apa yang ada disekelilingnya (alam). Secara khsusus siswa disekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang seharusnya diarahkan dengan benar supaya berlangsung secara sistematis dan tidak terjadi miskonsepsi. Penggalian keingintahuan siswa dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya metode eksperimen, demonstrasi, membaca artikel, mendeskripsikan fenomena alam yang ada di sekitarnya dan lain-lain dengan tujuan siswa dapat menemukan konsep dan pola sendiri secara konstruktif. Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi

Upload: buinga

Post on 04-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.1 Pengertian IPA

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan

alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. IPA merupakan

mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi di alam. Dengan

mempelajari seluk beluk alam dan fenomenanya siswa diharapkan mampu

memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi

siswa dalam menjalani kehidupannya. Menurut Depdiknas (2006: 443), “IPA

berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa,

melainkan siswa juga harus memiliki kemampuan proses penemuan (discovery).”

IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan manusia secara kodrati

terhadap apa yang ada disekelilingnya (alam). Secara khsusus siswa disekolah

juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang seharusnya diarahkan

dengan benar supaya berlangsung secara sistematis dan tidak terjadi miskonsepsi.

Penggalian keingintahuan siswa dapat dilakukan dengan berbagai metode,

diantaranya metode eksperimen, demonstrasi, membaca artikel, mendeskripsikan

fenomena alam yang ada di sekitarnya dan lain-lain dengan tujuan siswa dapat

menemukan konsep dan pola sendiri secara konstruktif.

Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara

mencari tahu tentang alam, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu

pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya

meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh

sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

8

dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang

terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.

Uraian diatas sudah sangat jelas memberikan pemahaman bahwa IPA

sesungguhnya merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala macam

fenomena yang terjadi di alam. Pengetahuan IPA muncul karena manusia secara

kodrati ingin mencari tahu alasan atas fenomena-fenomena yang terjadi di alam

yang merupakan tempat tinggal manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa IPA

tidak hanya sebagai sekumpulan pengetahuan yang harus dihafalkan tetapi

manusia dalam mempelajari IPA juga harus mempunyai keahlian untuk

menemukan sendiri sehingga dengan kemampuan menemukan itulah manusia

akan lebih bisa untuk memaknai suatu fenomena yang sedang terjadi. IPA

merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara

induktif ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, dan universal.

2.1.2 Pembelajaran IPA

Pendidikan IPA adalah IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan

fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA

di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan

mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, KTSP (2006).

Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui

pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan

dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam hal ini para

guru, khususnya yang mengajar sain di sekolah dasar, diharapkan mengetahui dan

dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam pembelajaran IPA guru

tidak kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran. Siswa yang

melakukan pembelajaran juga tidak mendapat kesulitan dalam memahami konsep

sains.Susanto (2013: 167), menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan slam sebagai produk, proses, dan

sikap. Ilmu pengetahuan sebagai produk adalah kumpulan hasil penelitian yang

dilakukan oleh ilmuan yang sudah membentuk sebuah konsep. Ilmu pengetahuan

sebagai proses merupakan ilmu yang yang digunakan untuk menggali dan

memahami penegetahuan tentang alam yang berupa fakta dan konsep untuk

menemukan fakta dan teori yang kemudian akan digenerelasasikan oleh ilmuan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

9

Ilmu pengetahuan sebagai sikap merupakan ilmu yang digunakan dalam mata

pelajaran IPA untuk mengembangkan sikap ilmiah.

Berdasarkan urian diatas dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA

merupakan pembelajaran yang berdasar pada prinsip-prinsip, proses yang mana

dapat menumbuhkan sikap siswa terhadap konsep-konsep IPA. Pembelajaran IPA

di sekolah dasar akan lebih baik apabila dilakukan dengan penyelidikan sederhana

dan bukan hafalan terhadap konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut,

pembelajaran IPA akan lebih bermakna bagi siswa karena siswa akan memperoleh

pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.

Pembelajaran yang demikian akan menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang

dimulai dari merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga siswa mampu

untuk berfikir kritis melalui pembelajaran IPA.

2.1.3 Tujuan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang

masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran

kimia, biologi, dan fisika.

Adapun tujuan pembelajaran sains disekolah dasar dalam Badan Nasional

Standar Pendidikan (BNSP, 2006) adalah (1) untuk memperoleh keyakinan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan

keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesederhanaan

tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan,

meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan alam, (5) meningkatkan kesadaran untuk menghargai

alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (6) memperoleh

bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

10

Pada hakikatnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan

ilmu pengetahuan yang mempelajari segala macam fenomena yang terjadi di

alam. Pembelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa dapat mengetahui

dan mempelajari berbagai fenomena yang terjadi di alam serta bertujuan agar

siswa dapat mencarai dan mengetahui alasan mengapa suatu fenomena itu bisa

terjadi. Maka pembelajaran IPA akan dirasa lebih dipahami oleh siswa apablia

pembelajaran dilakukan dengan keikutsertaan siswa secara langsung dalam

melakukan penyelidikan sederhana terhadap suatu hal dan bukan hafalan terhadap

konsep IPA. Dengan keikutsertaan siswa secara langsung dalam melakukan

penyelidikan sederhana tersebut maka siswa dapat melatih dan mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan terhadap suatu konsep maupun fenomena alam

yang terjadi di sekitar. Dengan diasah dan dilatihnya keterampilan siswa itulah

diharapkan siswa dapat memanfaatkan pengetahuan yang didapatnya dan

kemudian dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan

tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh

dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat

kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2002: 251) mengatakan “prestasi belajar sebagai pengenalan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran dan

biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru”.

Tulus, Tu’u (2004: 75) mengatakan “prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Menurut

Sukmadinata (2003: 58) prestasi belajar merupakan pemberian balikan atas

kecakapan-kecakapan potensi yang dimiliki oleh siswa berdasarkan tingkat

penguasaan materi pelajaran yang dilambangkan dengan angka maupun huruf.

Menurut Syakira (2009: 43) prestasi belajar itu dipengaruhi oleh beberapa

hal yaitu: kondisi fisiologis/jasmani, kondisi psikologis/ non

kognitif (minat dan motivasi) dan kognitif (bakat dan intelegensia),

kemampuan pembawaan, sikap terhadap guru dan mata pelajaran,

bimbingan agar anak tidak mengalami kegagalan, dan ulangan.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

11

Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa prestasi belajar adalah suatu

output yang merupakan suatu bukti keberhasilan proses yang diperoleh dari diri

seseorang individu setelah melalui berbagai pembelajaran dalam suatu interaksi.

Prestasi belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah perilaku yang

ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan dan sikap sebagai hasil dari seseorang dalam melakukan

kegiatan pada proses pembelajaran dan terjadi karena latihan dan pengalaman.

Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport

setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar

siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi siswa.

Sekolah merupakan lembaga formal di dalam pendidikan, di dalam

pendidikan formal belajar menunjukkan adanya perubahan yang bersifat positif

sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan, dan

pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi

belajarnya. Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri

seseorang. Untuk mengetahui sampai berapa jauh perubahan yang terjadi, perlu

adanya penilaian. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui

sejauh mana telah mencapai sasaran belajar yang ditentukan inilah yang disebut

sebagai prestasi belajar. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar sehingga peranan

prestasi belajar sangatlah penting untuk memotivasi siswa dalam belajar.

2.3 Model Cooperative Learning

2.3.1 Pengertian Model Cooperative Learning

Model cooperative learning adalah model pembelajaran yang

memungkinkan guru dapat mendorong siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

baik berupa tujuan akademik, penerimaan akan keragaman, maupun sebagai saran

untuk mengembangkan ketrampilan proses (Sagala, 2008: 7). Menurut Slavin

(2009: 4), “pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Etin

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

12

Solihatin dan Raharjo (2005: 4), mengatakan bahwa “cooperative learning

mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja

atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam

kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”.

Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama

dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Sedangkan

menurut Sanjaya (2006: 239), “cooperative learning merupakan kegiatan belajar

siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok

adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dlam kelompok-

kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan

pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya

kemampuan akademik dalam pengertian penguasan materi pelajaran, tetapi juga

adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama

inilah yang menjadi ciri khas dari coopertive learning.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat kita ketahui bahwa model

pembelajaran cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang

menekankan kepada pembelajaran secara berkelompok. Pembelajaran secara

berkelompok sendiri dianggap sebagai pembelajaran yang bisa membuat anggota

di dalam kelompok tersebut menjadi aktif. Karena, model pembelajaran ini

menuntut setiap anggota kelompok untuk terlibat langsung dalam interaksi yang

terjadi antar anggota kelompok. Interaksi yang terjadi di dalam kelompok tersebut

dapat melatih tingkat intelegensi antar anggota kelompok. Tingkat intelegensi

antar anggota kelompok berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menjalin

relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi

pembelajaran koopertaif, bertujuan mengembangkan keterampilan sosial,

keterampilan sosial yang dimaksud adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan

bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.

Pembelajaran cooperative learning selain dapat meningkatkan kognitif dan

afektif siswa, juga dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa karena siswa yang

berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memliki sikap harga diri yang

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

13

lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar. Dengan pembelajaran

kooperatif, siswa dapat menjadi lebih peduli kepada teman-temannya dan diantara

mereka akan terjadi ketergantungan positif di dalam proses belajar mereka.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap

teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda

karena siswa sudah terbiasa untuk belajar bersama-sama dengan siswa lain di

dalam kelompok yang berasal dari latar belakang yang berbeda dengan dirinya.

Dengan sikap seperti itu, maka di masa yang akan datang siswa akan siap untuk

dihadapkan dalam era dimana siswa akan dituntut untuk dapat bekerja sama

didalam kelompok yang memiliki perbedaan latar belakang setiap individunya.

2.3.2 Langkah-langkah Cooperative Learning

Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat beberapa tahap

ataupun langkah yang harus dijalankan. Ibrahim (2000: 10) mengemukakan ada

enam fase atau tahap cooperative learning, yang dapat dilihat pada tabel 2.1

dibawah ini.

Tabel 2.1

Langkah-langkah Cooperative Learning

Fase Langkah – langkah Tingkah Laku Guru

1. Menyampaikan tujuan

pembelajaran dan

memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai pada kegiatan

pembelajaran tersebut dan

guru memberikan motivasi

kepada siswa untuk mengawali

pembelajaran.

2. Menyampaikan

informasi.

Guru menyampikan informasi

kepada siswa, baik dengan

peragaan (demonstrasi) atau

teks.

3. Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok-kelompok

belajar.

Guru membagi siswa kedalam

kelompok-kelompok belajar

dan membantu setiap

kelompok agar melakukan

perubahan efisien.

4. Membantu kerja

kelompok belajar.

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas.

5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil kerja

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

14

kelompok tentang materi yang

telah dipelajari atau kelompok

menyajikan hasil-hasil

pekerjaan mereka.

6. Memberikan

penghargaan.

Guru memberikan contoh cara

menghargai, baik upaya

maupun hasil belajar individu

maupun kelompok.

Langkah-langkah dalam pembelajaran cooperative learning dapat

membantu guru dan memberikan tuntunan bagi guru dalam melaksanakan

pembelajaran menggunakan cooperatif learning. Langkah-langkah dalam

pembelajaran kooperatif dibagi menjadi 6 fase. Fase pertama, guru

mengklarisifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk

dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan

dalam pembelajaran. Fase kedua, guru menyampaikan informasi kepada peserta

didik, di dalam fase kedua ini guru menyampaikan informasi berupa materi yang

akan diberiakn kepada peserta didik baik dengan peragaan maupun teks. Fase

ketiga, di dalam fase ketiga guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok

dan menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerjasama di dalam

kelompok, guru harus mengontrol setiap kelompok tidak menggantungkan tugas

kelompok kepada individu lainnya. Fase keempat, guru mendampingi kelompok-

kelompok kecil untuk memberikan arahan dan petunjuk tentang tugas-tugas yang

harus dikerjakan oleh peserta didik. Fase kelima, guru mrlakukan evaluasi dengan

menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase

keenam, guru memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menyelesaikan

tugas yang diberikan dengan oleh guru dengan tepat dan dalam waktu yang telah

ditentukan.

2.3.3 Kelebihan dan kekurangan Model Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut

Jeromelik dan Parker (Isjoni, 2007: 24) cooperative learning memiliki

keunggulan, diantaranya adalah menimbulkan rasa ketergantungan positif antar

siswa, siswa dapat ikut terlibat dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, suasana

kelas menjadi rileks dan menyenangkan, siswa mempunyai banyak kesempatan

untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Sementara itu,

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

15

kelemahan-kelemahan model cooperative learning yaitu guru harus lebih

mempersiapkan pembelajaran secara matang baik itu tenaga, pemikiran, maupun

waktu, selain itu juga dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadahi

agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Dari beberapa paparan diatas yang menjelaskan tentang kelebihan dan

kekurangan dari model pembelajaran cooperative learning dapat dilihat bahwa

ada banyak kelebihan yang diberikan oleh model pembelajaran ini yang tentunya

sangat bermanfaat pada saat pembelajan berlangsung dan juga manfaat bagi diri

siswa sendiri apabila guru menggunakan model ini pada saat pembelajaran

berlangsung. Namun disamping ada kelebihan, di model pembelajaran ini terdapat

juga kelemahannya, sebenarnya tidak menutup kemungkinan untuk

meminimaliskan beberapa kelemahan di dalam model pembelajaran ini tergantung

dari pembawaan guru di dalam kelas dan juga kekreatifan guru dalam

menuangkan ide-idenya untuk dikolaborasikan dengan model pembelajaran

cooperative learning tersebut.

2.3.4 Pembelajaran Make a Match

Di dalam perkembangan pembelajaran sekarang ini, banyak model

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif sehingga

siswa tertarik dan tidak merasa bosan, salah satu model pembelajaran tersebut

adalah model pembelajaran cooperative learning tipe make a match. Model

pembelajaran tipe make a match adalah model pembelajaran kooperatif dengan

cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat. Model pembelajaran tipe make a

match dikembangkan oleh Lorna Current. Make a match atau mencari pasangan

adalah salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan kepada

siswa. Penerapan model ini dimulai dari siswa diminta untuk mencari pasangan

kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan tiba,

dan siswa yang dapat mencocokkan atau menemukan kartu sebelum batas waktu

yang ditentukan mendapatkan poin.Isjoni (2011: 112) mengatakan “make a match

adalah teknik dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu

konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia”.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

16

Pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan sebuah kelompok

strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk

mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif tipe make a match bertujuan

untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kerjasama berpasangan, serta

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-

sama. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif tipe make a match siswa berperan

ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara

kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama

manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa make a match adalah

suatu model pembelajaran yang menggunakan teknik mencari pasangan. Make a

match sendiri dilaksanakan dengan membagi siswa-siswa ke dalam 2 kelompok

besar masing-masing kelompok diberikan kartu soal dan jawaban. Kelompok

pertama adalah kelompok yang diberi kartu soal, dan kelompok kedua adalah

kelompok yang diberi kartu jawaban. Masing-masing anggota dari kelompok

tersebut harus mencari pasangan mereka, kelompok soal harus mencari jawaban

dari soal itu, dan kelompok jawaban juga harus mencari soal dari jawaban yang

mereka punya. Masing-masing anggota harus mencari pasangan mereka dalam

waktu yang ditentukan oleh guru. Mereka yang sudah berhasil menemukan

pasangan diminta guru untuk menunjukkan pasangan dari soal dan jawaban yang

mereka punya kedepan kelas agar teman yang belum berhasil dalam mencari

pasangan juga dapat mengetahui pasangan dari soal dan jawaban.

2.3.5 Langkah-langkah Make a Match

Make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode

dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curent.

Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa diminta mencari

pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa

yang dapat mencocokkan kartunya diberi point. Menurut Miftahul, Huda (2011:

135) mengemukakan pembelajaran make a match mempunyai langkah-langkah

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

17

yang harus dilaksanakan, yang pertama guru menyiapkan kartu-kartu yang berisi

kartu soal dan kartu jawaban, kemudian siswa mencari pasangan kartu yang cocok

dengan kartunya, setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa

mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya,

kemudian diakhir pembelajaran guru menarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Agus Suprijono (2010: 95) , dalam make a match

terdapat lima tahao yaitu organizing, make a match, questioning, answering, dan

evaluating. Dalam organizing, guru membuka pelajaran, memberikan motivasi,

apersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Dalam tahap questioning guru

memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh kelompok. Dalam tahap answering

siswa mendiskusikan jawaban dan memberikan jawaban kepada penilai. Dalam

tahap evaluating guru memberikan kesimpulan pada materi, meluruskan

pemahaman, pemberian penghargaan kepada kelompok, menutup pelajaran, serta

memberikan tugas maupun tes kepada siswa.

Make a match adalah pembelajaran yang mengharuskan guru

mempersiapkan kartu-kartu yang berupa kartu jawaban dan kartu soal. Setelah

kartu-kartu tersebut siap guru membagi murid menjadi dua kelompok, kelompok

pertama adalah kelompok jawaban dan diberi kartu jawaban, kelompok kedua

adalah kelompok soal dan diberi kartu soal. Setelah guru membagi kelompok,

guru memulai pembelajaran make a match dengan membunyikan peluit sebagai

tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak untuk

bertemu mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok sebelum waktu yang

ditentukan habis. Anggota kelompok yang sudah bisa menemukan pasangannya

diminta untuk mempresentasikan jawaban dan soal dari pasangan yang mereka

cari. Kelompok yang sudah bisa mencari pasangan sebelum waktu yang

ditentukan akan diberikan penghargaan oleh guru. Di akhir pembelajaran guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonfirmasi hal-hal yang masih

belum diketahui oleh siswa, dan guru bersama dengan siswa menyimpulkan

pembelajaran pada hari itu.

2.3.6 Kelebihan dan Kekurangan Make a Match

Setiap strategi pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan

yang bisa dijadikan pertimbangan sebelum memilih atau menggunakan suatu

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

18

model pembelajaran. Begitu juga dengan strategi pembelajaran make a match

yang juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Miftahul, Huda (2014: 253)

mengemukakan beberapa kelebihan dari strategi pembelajaran make a match,

diantaranya adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa karena metode

yang digunakan menyenangkan, selain itu juga dapat meningkatkan pemahaman

siswa terhadap suatu materi ajar, dan efektif untuk melatih keberanian siswa saat

presentasi dan membuat siswa untuk lebih dapat menghargai waktu.

Sedangakan kelemahan dari strategi pembelajaran make a match adalah

guru harus senantiasa mempersiapkan strategi ini dengan baik agar tidak banyak

waktu yang terbuang saat pembelajaran berlangsung, guru juga harus

mengarahkan perhatian siswa dengan baik saat presentasi pasangan, dan guru juga

harus berhati-hati dan bijaksana saat memberikan hukuman pada siswa yang tidak

mrndapatkan pasangan, karena siswa bisa malu jika guru salah dalam memberikan

hukuman.

Berdasarkan kelebihan tersebut model pembelajaran kooperatif tipe make a

match efektif untuk digunakan dalam pembelajaran khususnya dalam mata

pelajaran IPA, karena dalam mata pelajaran IPA tidak hanya sebagai sekumpulan

pengetahuan yang harus dihafalkan, tetapi juga harus mempunyai keahlian untuk

menemukan sendiri dan harus bisa untuk memaknai suatu fenomena yang sedang

terjadi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe make a match sangat cocok untuk digunakan dalam pelajaran IPA karena

sesuai dengan kelebihan dari model tersebut terhadap mata pelajaran yaitu

pembelajaran IPA mengharapkan manusia tidak hanya untuk menghafalkan suatu

pengetahuan tetapi juga harus bisa menemukan sendiri suatu fenomena yang

terjadi, melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dan pemahaman siswa dalam materi yang

diajarkan karena metodenya menyenangkan sehingga efektif untuk melatih

kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu dan untuk melatih keberanian siswa

untuk berbicara didepan umum.

2.4 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Ellyvia Novianti (2012) bertujuan untuk

mengungkap pengaruh model pembelajaran make a match terhadap hasil belajar

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

19

siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar. Di dalam

penelitian tersenut, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

terhadap hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran make a

match. Hasil belajar yang diperoleh lebih baik dibanding pembelajaran tanpa

model make a match yaitu rata-rata nilai post test kelas eksperimen adalah 85,17

sedangkan rata-rtaa nilai post tes kelas kontrol adalah 77,93.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Esti Parwanti (2012) bertujuan

untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan dengan menggunakan model

pembelajaran make a match dengan media gambar dalam pembelajaran IPA. Di

dalam penelitian tersebut, hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor hasil belajar

siswa pada kelompok eksperimen sebesar 65,28 lebih besar daripada rata-rata skor

hasil belajar siswa pada kelompok kontrol sebesar 55,28.

Dari kedua penelitian tersebut dapat dilihat bahwa model pembelajaran

cooperative learning terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekolah

dasar. Dengan alasan tersebut, dapat dijadikan landasan atau dasar yang cukup

untuk juga menggunakan model pembelajaran cooperative learning dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam penelitian yang akan dilaksanakan

diwaktu yang akan datang, karena dalam penelitian ini peneliti akan

menggunakan model pembelajaran cooperative learning dengan tipe make a

match yang tentunya dalam penelitian ini pembelajaran yang disajikan akan

berbeda dengan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, pembelajaran

yang akan disajikan adalah pembelajaran yang menarik bagi siswa, yang tentunya

akan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, karena dalam

pembelajaran yang akan dilakukan akan menggunakan alat peraga visual yang

berfungsi untuk mengkonkretkan materi yang diajarkan, selain itu dalam

pembelajaran juga akan dilakukukan praktikum IPA yang dilakukan secara

berkelompok yang mana dengan melakukan praktikum tersebut diharapkan siswa

akan menjadi lebih faham akan suatu materi yang diajarkan.

2.5 Kerangka Pikir

Penyebab ketidakberhasilan siswa yang menyebabkan prestasi belajar IPA

siswa jauh dari batas KKM yang ditentukan diantaranya adalah proses belajar

mengajar yang masih menggunakan metode ceramah dan guru masih dominan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

20

dalam menyampaikan materi pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi

pasif karena di dalam pembelajaran siswa tidak berperan aktif dan hanya diminta

untuk menghafalkan suatu materi saja. Selain itu siswa juga tidak dapat

menangkap penjelasan dari guru secara maksimal karena siswa merasa bosan saat

pembelajaran sedang berlangsung sehingga menyebabkan kurangnya daya

konsentrasi.

Berdasarkan alasan yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam pencapaian

prestasi belajar IPA sesuai KKM yang ditentukan, sudah seharusnya seorang guru

melakukan tindakan untuk dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap pelajaran

IPA. Sudah saatnya bagi guru untuk melakukan perubahan dalam pembelajaran,

orientasi pembelajaran dengan mengedepankan teacher oriented perlu diubah

dengan mengarah pada student oriented, model pembelajaran konvensional yang

dipakai oleh guru sudah saatnya diubah dengan menggunakan model

pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran kooperatif make a match proses

pembelajarannya tidak harus belajar dari guru kepada siswa, melainkan siswa

dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya, selain itu dengan menerapkan

model pembelajaran ini pembelajarannya akan menyenangkan bila diterapkan

dalam pembelajaran dan bisa membuat siswa menjadi semangat dan antusias

dalam mengikuti pelajaran. Pembelajaran secara menyenangkan bagi siswa dapat

memberikan pengaruh pada prestasi belajar siswa, siswa dapat menjadi aktif

dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap

suatu materi yang diajarkan kepada siswa, dan juga akan meningkatkan motivasi

belajar siswa.

Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran dengan cara

ceramah. Dalam model pembelajaran secara konvensional biasanya gurulah yang

menjadi pusat dalam pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa tidak dapat

berfikir secara mandiri dan kreatif, selain itu juga menyebabkan siswa tidak aktif

saat mengikuti pembelajaran, sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA

yang belum memenuhi batas KKM yang telah ditentukan. Sedangkan model

pembelajaran cooperative tipe make a match adalah model pembelajaran yang

melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan kognitif siswa dalam mengikuti pelajaran, selain itu juga dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dan melatih keberanian siswa karena metode

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16223/2/T1_292011127_BAB II...memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan

21

dari pembelajaran ini sangat menyenangkan sehingga dengan keadaan seperti itu

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar IPA dengan memenuhi KKM

yang sudah ditentukan.

Dari paparan diatas, diharapkan model pembelajaran cooperative learning

tipe make a match dapat memberikan pengaruh dalam meniningkatkan prestasi

belajar IPA. Keuntungan dari beberapa model pembelajaran ini adalah bahwa

siswa memiliki kesempatan secara bebas untuk bereksplorasi pada materi

pelajaran, disamping itu siswa juga diberikan kesempatan untuk membagi

pengetahuannya dengan rekan siswa yang lain melalui kerjasama diantara mereka

dalam kelompok kerja.

2.6 Hipotesis Penelitian

Sehubungan dengan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa,

maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan Model Pembelajaran Cooperative

Learning tipe Make a Match terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas

III SDN Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015.

H1: Ada pengaruh penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning

tipe Make a Match terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN

Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2

Tahun Ajaran 2014/2015.