bab ii konteks sosial desa madang sebagai desa …repository.unj.ac.id/2290/7/bab ii.pdfdipaparkan...

31
BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA PENGHASIL KARET II.1. Pengantar Bab ini menjelaskan deskripsi desa Madang sebagai salah satu desa penghasil karet di Sumatera Selatan. Secara rinci, hal tersebut dibagi tiga sub bab. Sub bab pertama akan menyajikan sejarah awal desa Madang. Perolehan data dari sejarah ini diambil dari dokumen desa Madang. Sub bab kedua akan mendeskripsi konteks sosial desa Madang. Deskripsi ini akan digambarkan mengenai setting sosial dan kondisi wilayah desa madang. Sub bab ketiga memaparkan struktur agraria dan dinamika pendidikan petani di desa Madang. Pada struktur agraria akan menjelaskan kepemilikan lahan perkebunan karet, luas dan pemeliharaannya. Sedangkan pada dinamika pendidikan akan dipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa Madang khususnya petani karet. Selain itu akan ditampilkan profil dari masing-masing informan. Kemudian sub bab keempat menjelaskan potensi pertanian karet dan hasil pertanian karet. Berikutnya akan dibahas mengenai seberapa pengaruh hasil yang diperoleh petani dari tanaman karet dalam memenuhi kebutuhan rumahtangganya. Selain itu akan menjelaskan bagaimana pengaruh potensi tanaman karet sebagai tumpuan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Upload: trandan

Post on 21-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

BAB II

KONTEKS SOSIAL

DESA MADANG SEBAGAI DESA PENGHASIL KARET

II.1. Pengantar

Bab ini menjelaskan deskripsi desa Madang sebagai salah satu desa penghasil

karet di Sumatera Selatan. Secara rinci, hal tersebut dibagi tiga sub bab. Sub bab

pertama akan menyajikan sejarah awal desa Madang. Perolehan data dari sejarah ini

diambil dari dokumen desa Madang. Sub bab kedua akan mendeskripsi konteks sosial

desa Madang. Deskripsi ini akan digambarkan mengenai setting sosial dan kondisi

wilayah desa madang.

Sub bab ketiga memaparkan struktur agraria dan dinamika pendidikan petani di

desa Madang. Pada struktur agraria akan menjelaskan kepemilikan lahan perkebunan

karet, luas dan pemeliharaannya. Sedangkan pada dinamika pendidikan akan

dipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa Madang

khususnya petani karet. Selain itu akan ditampilkan profil dari masing-masing

informan.

Kemudian sub bab keempat menjelaskan potensi pertanian karet dan hasil

pertanian karet. Berikutnya akan dibahas mengenai seberapa pengaruh hasil yang

diperoleh petani dari tanaman karet dalam memenuhi kebutuhan rumahtangganya.

Selain itu akan menjelaskan bagaimana pengaruh potensi tanaman karet sebagai

tumpuan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Page 2: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

II.2. Sejarah Desa Madang

Desa Madang awalnya berdiri pada tahun 1821 yang penghuninya bermukim

dipinggiran sungai Lakitan, dan pada tahun 1980 Desa Madang yang awalnya 1

dusun menjadi 2 dusun dan selanjutnya pada tahun 1990 untuk menambah penduduk

Desa Madang tersebut diusulkan transmigrasi dari pulau Jawa sebanyak 100 KK.

Tahun 1993 diusulkan kembali transmigrasi sebanyak 100 KK hingga sekarang Desa

Madang sudah menjadi 7 Dusun dari sebelumnya hanya 1 Dusun1.

II.3. Konteks Sosial Desa Madang

Desa Madang terletak di Kecamatan Sumber Harta, Kabupaten Musi Rawas,

Provinsi Sumatera Selatan. Letak Desa Madang dari Kecamatan Sumber Harta

kurang lebih 12 km, dari Kabupaten kurang lebih 45 km. Akses ke desa mudah

karena jalannya sudah aspal namun cukup sulit karena hanya terdapat 2 angkutan

umum yang beroperasi pada pukul enam pagi sampai dengan jam satu siang,

angkutan ini hanya digunakan oleh penduduk yang ingin pergi ke kota. Namun, untuk

pergi ke antar dusun biasanya penduduk menggunakan kendaraan pribadi yaitu

motor, ada beberapa penduduk yang memiliki mobil yaitu Kepala Desa dan beberapa

rumah tangga petani yang berada pada ekonomi atas.

Jarak dari kecamatan menuju ke desa Madang ini bisa melaluli dua jalur, yang

pertama lewat desa Sukajaya, sedangkan yang kedua lewat Kecamatan Megang

Sakti. Namun, dari dua jalur ini ada beberapa jalan yang rusak sehingga akan susah

1 RPJM Desa Madang, 2017, hlm. 57.

Page 3: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

jika musim penghujan, karena sangat licin. Bagi masyarakat yang ingin ke desa

Madang ataupun sebaliknya sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi berupa

motor. Sehingga hampir semua rumah tangga memiliki motor untuk memudahkan

aktivitas dan keperluan sehari-hari. Pusat kota (Lubuklinggau) yang bisa ditempuh

dalam waktu ± 1,5 jam dengan mobil dan motor atau menggunakan jasa transportasi

milik warga yang hanya menarik penumpang pukul 6 pagi. Desa Madang secara

administrative dibatasi oleh beberapa desa, antara lain :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Sungai Jawa

Sebelah Selatan : berbatasan dengan desa Suka Jaya

Sebelah Timur : berbatasan dengan desa Jajaran Baru

Sebelah Barat : berbatasan dengan desa Suka Rami Jaya

Gambar II. 1

Denah Lokasi Penelitian

Sumber : Google Maps

Kondisi geografis dan batas-batas di atas menandakan bahwa Desa Madang

berada pada posisi batas wilayah Kecamatan Sumber Harta dengan Kecamatan

Page 4: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Megang Sakti2. Pemerintahan Desa Madang Kecamatan Sumber Harta Kabupaten

Musi Rawas terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, 1 orang BPD 9 orang LPM 12

orang Kaur 3 orang Kadus 7 orang RT 14 orang P3N 1 orang dan hansip 14 orang3.

Desa Madang terdiri dari tujuh dusun yaitu : madang satu, madang dua, madang tiga,

madang empat, madang lima, madang enam, dan madang tujuh.

Skema II.1

Daftar Dusun Desa Madang

Setiap desa tidak ada perbedaan yang menonjol antar dusun, karena mayoritas

bermata pencaharian sebagai petani karet. Perbedaannya hanya terletak pada asal

masyarakatnya hal ini disebabkan di desa Madang penduduknya terdiri dari dua suku

yaitu suku asli sumatera (melayu) dan suku pendatang (jawa dan sunda) yang

ditransmigrasikan oleh pemerintah pada tahun 1990, hingga saat ini jumlah penduduk

terbanyaknya berasal dari masyarakat pendatang . Meskipun masyarakatnya berasal

2 Ibid, hlm. 57.

3 Ibid, hlm. 60.

Dusun V

Dusun VI

Dusun IV

Dusun III

Dusun II

Dusun I

Dusun VII

Ds. Suka Jaya

Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, 2017

Page 5: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

dari beda suku tetapi di desa ini tidak pernah terjadi konflik antar suku karena

masing-masing masyarakat sudah berbaur. Dusun Madang satu semua penduduknya

berasal dari suku melayu atau masyarakat asli sedangkan penduduk yang ada di

dusun Madang dua sampai tujuh ditempati oleh dua suku atau campuran.

Suku jawa yang merupakan suku pendatang sudah tidak terlalu terikat dengan

adat istiadat jawa hal ini terlihat dari kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya,

selain itu di desa Madang saat ini penduduknya lebih banyak yang berasal dari suku

pendatang dibandingkan dengan penduduk asli. Dalam segi bahasa, masyarakat dari

suku melayu akan menggunakan bahasa melayu jika berinteraksi dengan orang yang

berasal dari suku melayu begitupun masyarakat yang berasal dari suku jawa, akan

tetapi jika masyarakat yang berasal dari suku yang berbeda berinteraksinya

menggunakan bahasa melayu.

Desa Madang memiliki luas 3.181, 78 km2, sebagian besar lahan adalah

perkebunan karet. Meskipun demikian terdapat juga lahan pemukiman, hutan, sungai

dan rawa. Di desa madang juga terdapat lahan persawahan tetapi hanya sebagian,

karena kebanyakan masyarakatnya menanam padi dengan berladang. Penduduk

membuka lahan pada hutan liar. Meskipun begitu masyarakat desa Madang ada

beberapa yang membuka sawah tetapi tidak di wilayah desa Madang melainkan di

wilayah pedesaan yang berbeda yaitu dusun Simpang desa Sukarami. Sebelumnya

dusun simpang termasuk kedalam bagian dari desa Madang, namun karena jaraknya

lebih dekat dengan desa Sukarami, dusun Simpang pun masuk ke wilayah desa

Page 6: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Sukarami dan lepas dari desa Madang. Sebelumnya petani di desa Madang

menerapkan sistem ladang berpindah sebelum akhirnya menjadi perkebunan karet.

Skema II.2

Sistem Ladang Berpindah Petani Desa Madang

Sumber : diolah dari wawancara, 2018

Awalnya petani akan membuka hutan liar dengan menebang kayu-kayu dan

membakarnya sehingga tanah menjadi subur. Selanjutnya lahan tersebut ditanami

tanaman padi, dan tanaman lainnya. Setelah menanam bibit padi, setelah tanaman

padi berumur sekitar tiga minggu petani akan menanam bibit pohon karet, selain karet

biasanya petani akan menyiapkan lahan khusus untuk menanam berbagai jenis

sayuran, pohon pisang, tanaman ubi, dan bumbu dapur, selain itu petani juga akan

memelihara hewan unggas. Ketika sudah satu tahun petani akan meninggalkan

ladangnya dan tanaman karet akan tumbuh dengan sendirinya, sesekali petani

membersikan semak-semak liar yang tumbuh di sekitar tanaman karet miliknya.

Sistem pembukaan lahan yang akhirnya menjadi perkebunan karet tentunya

melewati beberapa proses yang sangat panjang sampai dengan pohon karet bisa

dimanfaatkan getahnya. Sistem berladang atau oleh masyarakat disebut dengan

Umeh. Pohon karet ini baru bisa dimanfaatkan ketika tanamannya sudah berumur

Pembukaan hutan Penanaman tanaman pangan

selama satu tahun Tanaman karet

Page 7: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

sepuluh tahun pada tanaman karet biasa. Sedangkan pada tanaman karet dengan bibit

unggul lebih cepat bisa dimanfaatkan getahnya yaitu bisa berumur lima tahun.

Tabel II. 1

Data Lahan Pertanian Desa Madang

No Sektor Pertanian Luas (ha)

1 Kebun karet rakyat 3.825

2 Kebun sawit 175

3 Sawah 500

4 Lahan belum produktif 4.500 Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa tahun, 2017

Sistem ladang ini petani di desa Madang tidak pernah meninggalkan ladangnya

melainkan tinggal sementara di ladang sampai waktu panen padi tiba. Pondok Umeh

merupakan tempat tinggal petani yang dibuat menyerupai gubuk kecil dan sederhana.

Hal ini dilakukan karena tanaman padi di ladang umumnya lebih tinggi sehingga

memudahkan petani dalam mengawasi tanamannya dari hama seperti babi, ular,

burung dan hama lainnya. Sistem berladang ini masih ada hingga saat ini, karena

digunakan pada saat petani ingin membuat perkebunan karet miliknya. Namun

pembukaan ladang ini berbeda dari yang sebelumnya, saat ini petani yang berladang

tidak lagi menanam padi dan pohon karet melainkan lebih memilih tanaman kelapa

sawit. Selain itu sudah tidak ada ladang lagi karena sebagian lahan sudah dibuat

menjadi perkebunan karet.

Jumlah penduduk desa Madang saat ini adalah 2.735 jiwa yang terdiri dari 1.329

laki-laki dan 1.406 perempuan yang lebih mendominasi.

Tabel II. 2

Demografi penduduk

Page 8: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Jumlah Kartu Keluarga 604 Kartu Keluarga

Jumlah laki-laki 1. 329 orang

Jumlah Perempuan 1. 406 orang

Jumlah Total 2. 735 orang

Kepadatan Penduduk 0, 85958 Per KM Sumber : monografi desa madang, 2017

Fasilitas infrastuktur yang ada di desa Madang berupa listrik, sekolah, fasilitas

kesehatan, dan jalan. Pada tahun 2011 desa Madang baru mendapatkan listrik dari

PLN yang mengaliri seluruh rumahtangga. Sebelum dialiri listrik, penduduk desa

Madang menggunakan genset pribadi dibeberapa rumah dan lampu obor yang harus

menggunakan minyak tanah. Terdapat 2 bangunan Sekolah Dasar yang berada di

Dusun 1 dan Dusun 5 dan bangunan 1 Paud di desa Madang, seperti yang tampak

pada gambar II.2 dan II.3

Gambar II. 2 Gambar II. 3

SDN Madang Paud Al – Abrar

Ds. Madang

Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2017

Page 9: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Penunjang kesehatan untuk penduduk desa Madang biasanya pergi ke

puskesmas. Sedangkan untuk membantu persalinan biasanya dibantu oleh bidan

di desa Madang sendiri terdapat dua bidan dan enam dukun bayi. Apabila

mengalami derita sakit yang tidak bisa ditangani, mereka harus ke rumah sakit

umum (rumah sakit siti aisyah, shobirin, dan air bunda) yang ada di kota

Lubuklinggau. Desa Madang sendiri terdapat satu puskesmas yang melayani

penduduk sekitar dengan jam kerja pada hari senin-jumat. Penyakit yang paling

banyak diderita oleh masyarakat adalah demam dan flu. Di desa Madang sendiri

terdapat empat Posyandu untuk membantu mengurus kesehatan bayi, anak-anak,

dan ibu hamil. Masyarakat yang tidak kunjung sembuh biasanya akan berobat di

puskesmas yang lebih besar yang letaknya ada di Kecamatan Sumber Harta

dengan jarak dari desa Madang 12 Km, jarak dari desa kerumah sakit 45 Km.

Gambar II. 4

Puskemas di Dusun Satu Desa Madang

Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2017

Page 10: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Selain itu terdapat tujuh masjid dan dua mushola yang digunakan beribadah, tidak

ada fasilitas agama diluar agama islam. Hal ini dikarenakan hanya ada satu KK

dengan anggota keluarga enam orang yang beragama Kristen. Untuk melakukan

kegiatan peribadatannya keluarga ini melakukan di gereja yang ada di desa

Purwodadi.

Tabel II. 3

Fasilitas Umum

No Jenis Sarana Prasarana Panjang / Buah Kondisi

1 Jalan Desa 2.000 M Rusak

2 Jembatan 6 Buah Rusak ringan

3 Pendidikan

a. TK / Annur

b. SD/MI

1

2

Rusak

4 Puskesdes -

5 Pustu 1

6 Pasar Desa 1

7 Irigasi 1 Rusak

8 Listrik 4.800 M

9 Air Bersih 403

10 Koperasi

Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Tahun 2017

Infrastruktur jalan raya sudah ada sejak tahun 2000-an, tetapi belum berupa aspal

sehingga jika musim hujan masyarakat akan sulit untuk mengakses jalan tersebut.

pada tahun 2005 jalanan mulai diperbaiki dan ditimbun dengan aspal sehingga

masyarakat dapat mengakses jalan setiap waktu baik pada musim kemarau dan

penghujan, meskipun sampai pada saat ini masih terdapat jalan yang rusak dan

berlubang. Mayoritas penduduk desa Madang memanfaatkan air tanah atau sumur

untuk keperluan sehari-hari dan air sungai bagi penduduk yang tinggal dekat dengan

Page 11: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

sungai. Tetapi pada musim kemarau semua penduduk akan memanfaatkan air sungai

lakitan.

Gambar II. 5

Sungai Lakitan Ds. Madang

Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2017

Masyarakat di desa Madang melakukan jual beli di pasar terdekat yaitu pasar

jum’at yang ada di desa Suka Rami Jaya yang beraktivitas pada hari jumat saja dari

pukul 6 pagi sampai pukul 11 siang dan pasar sabtu yang ada di desa Suka jaya.

Selain itu juga terdapat pasar besar yang ada di Kecamatan Megang Sakti yang bisa

ditempuh dengan waktu 45 menit menggunakan mobil dan motor, umumnya

masyarakat pergi ke pasar ini pada hari rabu dan minggu karena pada hari tersebut

penjual lebih ramai daripada hari biasa. Penduduk desa Madang juga memanfaatkan

lahan miliknya untuk berkebun dengan menanam pisang, ubi, singkong, sayuran,

bahan dapur, kacang dll. Biasaya hasil berkebun ini diperjualbelikan hanya pada

lingkungan desa Madang saja tetapi untuk kacang penduduk memperjualbelikannya

di luar desa, bahkan sampai di kota.

Page 12: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

II.4. Struktur Agraria dan Dinamika Kependidikan

II.4.1 Struktur Agraria Petani Desa Madang

Pembahasan mengenai struktur agraria ini berkaitan dengan pola dan status

kepemilikan tanah oleh rumah tangga petani. Kepemilikan lahan perkebunan karet

yang terdapat pada wilayah desa Madang merupakan kepemilikan pribadi dari

masing-masing rumah tangga petani. Keseluruhan lahan yang terdapat pada wilayah

desa Madang sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian terutama

perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit dan sebagian lagi dimanfaatkan untuk

pemukiman. Tanah yang dimiliki oleh rumah tangga petani tersebut merupakan tanah

bersertifikat yang diakui oleh negara. Kegiatan jual beli tanah sangat jarang dilakukan

oleh keluarga petani dan jika terjadi transaksi jual beli pun biasanya dilakukan karena

ada kebutuhan yang mendesak saja, dan biasanya pembeli pun berasal dari satu desa

maupun satu keluarga.

Sebagian besar lahan di desa Madang merupakan lahan perkebunan karet. Hampir

semua penduduk desa Madang memiliki lahan perkebunan karet. Rata-rata

kepemilikan lahan rumah tangga petani pada wilayah desa Madang berkisar antara

0,5 ha sampai dengan 1 ha. Setiap lahan yang dari masing-masing petani memiliki

luas lahan yang berbeda. Tetapi lahan yang luas tersebut tidak terkumpul dalam satu

blok atau tempat melainkan terpisah-pisah oleh lahan perkebunan karet milik petani

lain. Hal ini disebabkan lahan petani yang luas tersebut dilakukan pembagian untuk

diturunkan kepada anaknya ataupn dijual kepada petani lain. Hal ini dipertegas oleh

Bpk. Asmawi :

Page 13: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

“luas lahan rata-rata satu hektar, yang paling luas 1 hektar lebih bisa nyampe dua hektar. tapi

gak ke kumpul di blok yang sama. Paling kecil lahan petani kisaran setengah hektar. setengah

hektar lahan petani itu ada 200 batang pohon, sehari paling getahnya 5 sampe 6 kg dikalikan

dengan harga getah karet perkilo, sekarangkan harga getah karet 5 rb/kilo. Jadi pendapatan

petani dalam sehari 25 ribu sampai dengan 30 ribu. Segitu seharinya pendapatan kalo yang

punya lahannya kecil”4.

Skema II.3

Pelapisan Petani berdasarkan Lahan

Penentuan lapisan masyarakat dan kepemilikan lahan pertanian ini menentukkan

penguasaan sumberdaya nafkah yang dapat digunakan oleh rumahtangga petani untuk

memperoleh pendapatan. Selain dari kepemilikan lahannya pengelompokkan petani

ini dapat dilihat dari jenis rumahnya, kendaraan yang dimiliki oleh petani, dan

tabungan yang dapat berupa hewan seperti sapi dan kerbau, tingkat pendidikan

anggota keluarganya. Rata-rata petani. Namun, melalui kepemilikan lahan ini dapat

terlihat kemampuan mengakses kelima modal yang terdapat yang dimiliki oleh

masing-masing rumahtangga petani.

“tadinya lahan karetnya luas. Cuman jadi sedikit dibagi-bagi jadi beberapa petak, ada yang

dijual ada yang digadai ada yang dikasih keanaknya. Kalo untuk data lengkapnya berapa

persen itu datanya ada di beliti. Ya yang paling banyak yang lahannya setengah hectare

4 Wawancara dengan Bapak Asmawi, 18 Februari 2018

>1 ha

0,5 – 1 Ha

<0,5 Ha

20 %

30 %

50 %

Sumber : analisis wawancara, 2018

Page 14: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

soalnya udah banyak yang dijual, sekitar setengah petani lahannya setengah hektar. yang

punya lahan satu hectare lebih cuman 10%. Sisanya ya rata-rata satu hektare”5.

Seperti yang dijelaskan oleh Samuel Popkin bahwa stratifikasi dalam pertanian

terjadi sebelum produksi untuk pasar, hal ini dapat dilihat dari tanah dan peralatan

yang dimilikinya6. Hal ini juga berlaku bagi petani karet di desa Madang, dimana

luas lahan membentuk stratifikasi. Semakin luas lahan yang dimilki semakin tinggi

posisi petani tersebut.

II.4.2 Dinamika Kependidikan Petani Karet di Desa Madang

Perkembangan kebudayaan manusia terlihat bahwa kebutuhan manusia tidak

sekedar kebutuhan hidup secara hayati, atau yang lebih lazim kita pakai, manusia

tidak sekedar hidup untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup, seperti minum,

makan, dan memelihara kesehatan, melainkan juga kebutuhan sekunder, yakni

kebutuhan akan pakaian, rumah, pendidikan, dan sebagainya. Lebih jauh manusia

juga mempunyai kebutuhan tersier, yakni kebebasan untuk melakukan pilihan.

Kebutuhannya yang terakhir ini, maka ia akan mengubah seluruh pola hidupnya.

Sementara itu, dengan keterbatasannya sumberdaya yang tersedia, dan dengan

populasi manusia yang selalu bertambah, serta pola kebutuhan yang senantiasa

berubah dan meningkat, maka kualitas hidup manusia sebenarnya makin menurun

pula7. Untuk memperbaiki kualitas hidup ini banyak hal yang bisa dilakukan,

5 Wawancara dengan Bpk. Indra Gunawan, 24 Februari 2018

6 Samuel Popkin, Op cit., hlm. 61.

7 Moh. Soerjani, dkk, 1987, “Lingkungan : sumberdaya alam dan kependudukan dalam

pembangunan”, Jakarta : UI – Press. Hlm. 6.

Page 15: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

misalnya dalam perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik. Pendidikan dan

ekonomi adalah dua aspek yang berdampingan dan saling berkaitan.

Pendidikan adalah proses dan aktiviti yang bertujuan untuk menghasilkan

perubahan yang dikehendaki di dalam diri seseorang8. Dalam menelah pendidikan

digunakan beberapa konsep antara lain tingkat pendidikan formal tertinggi yang

ditamatkan9. Pendidikan formal tertinggi yang dimaksudkan adalah tingkat

pendidikan tertinggi atau tahap paling akhir dari pelajaran yang diperoleh seseorang

melalui lembaga pendidikan negeri atau swasta dengan mendapatkan pengakuan

berupa surat tanda tamat belajar atau ijazah. Adapun dari 2.735 jumlah penduduk

yang tercatat, sebanyak 50 persen tidak tamat sekolah Dasar, 25 persen tamat Sekolah

Dasar, 10 persen tamat Sekolah Menengah Pertama, 10 persen tamat Sekolah

Menengah Atas, 5 persen tamat Strata satu. Seperti yang dipertegas oleh Bpk. Kabib

selaku Kadus di desa Madang :

“Di desa sini, pendidikan masih sedikit. Apalagi pendidikan petani karet, petani karet

sudah tergolong tua umurnya yang 45 tahun keatas jadi dulu belum sempet sekolah dan

lumayan banyak sekitar 50%. Kalo tamatan SD, umurnya 45 kebawah itupun karena kemaren

ada kejar paket jadi pada dipaksa ikut. Ya sekitar 25%. Sisanya tamatan SMP, SMA, dan

sarjana paling 5% dari jumlah penduduknya. Cuma kebanyakan yang tamatan sekolahnya

tinggi kerja di luar kota enggak di Madang”10

.

Berdasarkan wawancara tersebut, kualitas sumber daya manusia yang ada di desa

Madang tergolong berada pada lapisan bawah. Hal ini dikarenakan masih banyak

masyarakat yang tidak menyelesaikan pendidikannya pada tingkat Sekolah Dasar.

Minimnya pendidikan sekaligus menciptakan keterampilan dan kemampuan berpikir

8 Atan bin long, 1978, “ Psikologi Pendidikan”, Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka

Kementrian Pelajaran Malaysia. Hlm. 25. 9 Penelitian arifah dewi masitoh, 2005, “Analisis Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Perkebunan

Rakyat”, Bogor : IPB. Hlm. 36. 10

Wawancara dengan Bpk. Kabib (Kadus Desa Madang)

Page 16: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

penduduk sekitar yang masih tergolong rendah. Kondisi ini tentunya membawa

dampak pada sektor lain di luar pertanian. Hal ini dikarenakan keterbatasan penduduk

dalam mengakses pendidikan yang terjadi pada tahun 90- an. Umumnya pada tahun

1990an belum terdapat sekolah di desa Madang, tetapi terdapat satu Sekolah Dasar

(SD) yang terdapat di desa Sukarami yang bersebelahan dengan Desa Madang. Bapak

Kabib juga menambahkan :

“iya dulu kan SD yang paling deket adanya di dusun Simpang (Ds. Suka Rami Jaya).

Jadi yang mau sekolah ya sekolah di situ. Cuman ke sekolahnya kan ngelewatin hutan. Jadi

orangtua masih was-was buat ngelepas anaknya ke sekolah. Makanya kadang daripada

sekolah mendingan bantuin bapaknya ke perkebunan karet”11

.

Pada tahun 2013, petani karet diwajibkan untuk mengikuti Kejar Paket A.

Sehingga pada tahun 2013 – sekarang rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh petani

karet adalah sekolah pada tingkat SD. Sedangkan masyarakat yang menyelesaikan

pendidikan dari SMP–SMA, selain sebagai petani juga diberikan tanggungjawab

sebagai aparat desa. Masyarakat yang menyelesaikan pendidikan sampai pada

perguruan tinggi menjadi guru dan PNS.

II.5. Profil Petani Karet Desa Madang

Seperti yang sudah dicantumkan pada bab I, didalam penelitian ini terdapat 6

informan yang terdiri dari 5 petani karet pemilik dan penggarap dan satu pemilik

perkebunan karet tetapi tidak menggarap, satu tokoh masyarakat dan satu pengepul

11

Ibid.

Page 17: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

getah karet langsung dari petani. Adapun deskripsi profil informan kunci dalam

penelitian ini yakni sebagai berikut :

II.5.1. Profil Petani Kelas Bawah

1. Profil Pak Akip

Pak Akip merupakan salah satu pemilik dan penggarap perkebunan

karet miliknya sendiri, luas areal perkebunan karet miliknya kurang lebih

500 meter. Pak Akip sendiri tinggal di dusun satu desa Madang, beliau

mempunyai enam orang anak, lima orang anak laki-laki dan satu orang

perempuan namun satu anak laki-laki bapak Akip yang paling tua sudah

menikah dan tinggal berpisah di desa Suka Rami Jaya bersama istrinya. Di

rumahnya pak Akip tinggal dengan lima orang anaknya, dari kelima anaknya

ada tiga anak yang bersekolah dan dua anaknya tidak bersekolah, termasuk

satu anak perempuan pak Akip yang menyelesaikan pendidikan sampai

tingkat Sekolah Dasar. Pak Akip merupakan penduduk asli desa Madang,

sedangkan istrinya adalah warga pendatang.

Pak Akip memliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi hampir 155

cm dan badan yang kurus. Pak Akip dalam mencari nafkah di bantu oleh

istrinya serta satu anak laki-lakinya yang keempat, anak perempuannya akan

mengurus urasan rumah, sedangkan anaknya yang lain masih sekolah.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sebelum dilakukannya

pembangunan pak Akip hanya bergantung pada perkebunan karet miliknya,

dan sesekali diperoleh dari anaknya yang sudah menikah.

Page 18: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Namun saat ini pak Akip mengolah lahan perkebunannya sendiri

sedangkan istrinya memahat perkebunan karet milik orang lain, hal ini

dilakukan karena kurangnya pendapatan untuk memenuhi semua kebutuhan

keluarganya. Anak-anak beliau pada hari libur sekolah akan membantu

ibunya memahat karet milik petani lain. Berdasarkan keterangan informan di

atas dikaitkan dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Frank Ellis, bapak

Akip termasuk memanfaatkan pendapatannya dari dua sektor yaitu sektor

pertanian dan sektor pertanian luar Pada sektor pertanian, bapak Akip

memperoleh pendapatan melalui tanah milik sendiri yang di kelola langsung,

sehingga hasilnya pun seutuhnya di dapat oleh bapak Akip tanpa system bagi

hasil. Sedangkan sektor pertanian luar, dapat di lihat dari aktivitas nafkah

yang dilakukan oleh istrinya yang mengolah perkebunan karet milik pettani

lain. perolehan dari kegiatan ini pun biasa disebut dengan system bagi hasil.

2. Profil Bapak Kowi

Bapak Kowi berusia sekitar 48 Tahun, beliau tinggal di dusun tiga

desa Madang dan letak rumahnya di dekat sungai. Bapak Kowi memiliki

empat orang anak. Dua anaknya sudah berkeluarga dan sudah tidak tinggal

bersama bapak Kowi lagi.tersisa dua anak bapak Kowi yang masih bersekolah

pada tingkat SMA. Bapak Kowi merupakan penduduk asli desa Madang dan

istrinya adalah penduduk pendatang.

Pada saat ini dalam memenuhi kebutuhan keluarganya bapak Kowi

menyadap kebun karet miliknya seluas 300 Meter dan istrinya bekerja pada

Page 19: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

perkebunan karet milik orang lain. Selain dari sumber perkebunan karet bapak

Kowi juga kesehariannya memancing ikan di sungai dan rawa untuk di jual

dan di makan oleh keluaganya sendiri, biasanya dilakukan pada sore hari.

Sebelumnya sumber pendapatan beliau adalah pada perkebunan karet

miliknya dan mencari ikan di sungai.

Berdasarkan keterangan langsung dari bapak Kowi ini, beliau

memanfaatkan ketiga sumber nafkah yang diklasifikasikan oleh Frank Ellis.

Pada sektor pertanian, bapak Kowi menyadap perkebunan karet miliknya

secara langsung. Sektor pertanian luar, didapat dari kegiatan nafkah yang

dilakukan oleh istrinya. Sedangkan pada sektor di luar pertanian, didapat dari

penjualan hasil tangkapan ikan yang dilakukan bapak Kowi di sungai maupun

rawa.

3. Profil Bapak Darmawan

Bapak Darmawan berumur 40 tahun, bapak Darmawan dan istrinya

adalah penduduk asli desa Madang. Bapak Darmawan memiliki dua orang

anak laki-laki, anak pertamanya sedang berkuliah di Bengkulu dan yang

kedua sedang menempuh pendidikan di SMA. Luas areal perkebunan karet

milik beliau sekitar 400 m, bapak Darmawan dan istrinya mengolah

perkebunan miliknya sendiri. Selain itu terdapat sumber lain yang menunjang

ekonomi rumahtangganya yaitu baik bapak Darmawan dan istrinya juga

bekerja sebagai aparat desa.

Page 20: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Namun pada saat ini dalam memahat tanaman karet miliknya

dilakukan oleh bapak Darmawan sendiri sedangkan istrinya bekerja pada

perusahaan pemborong proyek pembangunan saluran irigasi sebagai penyedia

makanan untuk tenaga kerjanya yang dilakukan pada pukul lima pagi hingga

lima sore, yang berada di basecamp milik perusahaan yang ada di dusun lima.

Berdasarkan keterangan langsung dari bapak Darmawan, maka sumber nafkah

yang digunakan terdiri dari dua yaitu sektro pertanian dan sektor di luar

pertanian.

II.5.2. Profil Petani Kelas Menengah

4. Profil Pak Asmawi

Pak Asmawi adalah petani yang berusia 53 Tahun, beliau memiliki

empat orang anak yang masih tinggal dirumahnya, salah satu anaknya sudah

menikah dan masih ikut dengan bapak Asmawi. Bapak Asmawi sendiri

memiliki 1 Ha areal kebun karet tetapi letaknya terbagi-bagi. Anak dari bapak

Asmawi sendiri terdiri dari tiga orang perempuan dan satu anak laki-laki, dua

anaknya masih berada di bangku SMA sedangkan dua anaknya yang lain

sudah menyelesaikan pendidikan sampai dengan jenjang sarjana dan sudah

bekerja menjadi guru honor di SD N Madang. Bapak Asmawi bukan

penduduk asli desa Madang melainkan istrinya.

Untuk menunjang perekonomian keluarganya bapak Asmawi tidak

bergantung pada perkebunan karet semata, melainkan dari sektor lain. pada

pagi hingga siang hari bapak Asmawi bersama istrinya menyadap tanaman

Page 21: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

karet, mendapatkan penghasilan ketika ada Pemilihan kepala desa dll, selain

itu juga di bantu oleh anaknya dan menantunya yang sudah bekerja selain

menjadi guru juga menjadi pengurus desa Madang.

Pada saat ini bapak Asmawi juga bekerja pada perusahaan pemborong

proyek saluran irigasi sebagai penjaga dan mengawasi alat berat pada malam

hari bersama petani karet lainnya. Selain itu juga bapak Asmawi

memanfaatkan lahan miliknya yang sebelumnya dibiarkan untuk ditanami

kacang-kacangan yang hasilnya untuk dijual.

Berdasarkan keterangan dari bapak Asmawi, yang dikaitkan dengan

klasifikasi nafkah dari Frank Ellis, saat ini bapak Asmawi menggunakan dua

sumber nafkah yaitu sektor pertanian dan sektor di luar pertanian. Pada sektor

pertanian, bapak Asmawi memanfaatkan lahan miliknya sendiri secara

langsung sehingga hasil sepenuhnya dari perkebunan karet tersebut dimiliki

oleh bapak Asmawi. Selain itu pemanfaatan lahan tidur yang dilakukan oleh

istrinya juga termasuk ke dalam pendapatan sumber pertanian miliknya

sendiri. Sedangkan pada sektor di luar pertanian, didapat bapak Asmawi dari

menjadi anggota KPU desa Madang dan saat ini bapak Asmawi sedang

bekerja dan mendapatkan upah dari PT Adikarya selaku pemborong proyek

pembangunan saluran irigasi di desa Madang.

Page 22: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

5. Profil Bapak Odeng

Bapak Odeng adalah petani yang paling tua di desa Madang usianya

sudah 70 tahun. Beliau mempunyai dua orang istri tetapi istri pertamanya

sudah meninggal dan kini tinggal bersama istri keduanya. Semua anakn dari

istri pertamanya sudah berkeluarga. Di rumahnya pak Odeng tinggal bersama

istri dan satu anaknya yang sudah berkeluarga. Areal kebun karet milik pak

Odeng cukup luas, yaitu sekitar 800 m. Dalam mengolahnya pak Odeng

dibantu oleh istri dan anaknya yang tinggal bersama. Pak Odeng sudah tidak

memiliki tanggungan pendidikan untuk anak-anaknya lagi, karena semua

anaknya sudah menamatkan sekolah pada tingkat SMA. Masih ada satu anak

beliau yang belum menikah dan bekerja di kota lubuklinggau, biasanya anak-

anaknya ini sering mengirimkan uang kepada bapak Odeng di desa.

Pada saat ini istri pak Odeng selain membantu memahat tanaman karet

di kebunnya, juga mengumpulkan batu pada sore hari guna menambah

pendapatan untuk keperluang rumahtangganya. Berdasarkan pada keterangan

tersebut bapak Odeng menggunakan sumber nafkah sektor pertanian dan

sektor di luar pertanian.

II.5.3. Profil Petani Kelas Atas

6. Bapak Syamsu

Bapak Syamsu adalah salah satu pemilik kebun karet yang banyak.

Usianya saat ini adalah 59 tahun, memancing adalah hobinya. Di desa

Madang beliau termasuk pada golongan atas. Bapak Syamsu memilki empat

Page 23: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

orang anak laki-laki, ketiga anak laki-lakinya sudah berkeluarga dan mapan,

sedangkan yang bungsu masih menempuh pendidikan pada tingkat SMA. Saat

ini bapak Syamsu tinggal bersama istri dan anak bungsunya. Kebun karet

beliau yang cukup banyak di olah oleh tetangga maupun saudaranya, ketika

penjualannya maka hasilnya dibagi atau dikenal dengan system bagi hasil.

Selain perkebunan karet beliau juga memiliki perkebunan kelapa sawit yang

cukup luas, sehingga sumber pendapatanya cukup banyak, pak Syamsu adalah

salah satu penduduk desa yang memiliki mobil dan kerbau sebanyak lima

ekor. Tidak ada perbedaan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan

oleh bapak Syamsu.

Berdasarkan keterangan dari bapak Syamsu, sumber nafkah yang

digunakannya terdiri dari dua yaitu sektor pertanian dan sektor di luar

pertanian. Namun, sebenarnya sumber nafkah utama yang dilakukan oleh

bapak Syamsu terlihat pada sektor pertanian, Bapak Syamsu tidak

mengolahnya secara langsung melainkan membayar petani lain. selain itu

lahan pertanian yang dimiliki oleh beliau cukup luas dan banyak.

Berdasarkan pada ke enam informan tersebut, maka dapat di lihat bahwa

strategi nafkah yang digunakan oleh masing-masing petani berbeda, untuk lebih

jelasnya disajikan dalam tabel II.4 .

Page 24: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

II.5. Potensi Pertanian Karet dan Hasil Pertanian Karet

Selain dari tanaman karet petani di desa Madang juga mendapatkan

pendapatannya dari sumber daya yang lain seperti hewan ternak (yang bisa dikatakan

sebagai tabungan atau simpanan petani), sayur-sayuran, perkebunan kelapa sawit,

pasir dan batu kerikil dari sungai selain itu beberapa rumah tangga petani yang

anggota keluarganya pergi merantau ke kota, biasanya ini adalah anak-anak petani

yang menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Menengah Atas (SMA) yang bekerja

sebagai asisten rumah tangga, penjaga tokoh, ataupun buruh pabrik di kota.

Tabel II.4

Pengaplikasian Sumber Nafkah berdasarkan Informan

No Nama Petani Strategi Nafkah yang Digunakan 1 Bapak Akip Modal sumber daya alam :

- Pemanfaatan lahan perkebunan karet.

- Pemanfaatan kayu bakar

Modal sosial :

- Mengolah perkebunan karet milik orang lain, hal ini

tentunya membutuhkan kepercayaan dan hubungan yang

baik dengan pemilik.

- Gotong royong yang dapat mengurangi biaya

pengeluaran pada beberapa kegiatan.

modal manusia :

- Tenaga kerja anaknya dalam membantu mengolah

perkebunan karet.

2 Bapak Asmawi Modal sumber daya alam :

- Pemanfaatan lahan perkebunan miliknya sendiri

- Pemanfaatan SDA lain yang tersedia

Modal sosial :

- Bisa bekerja pada PT proyek pembangunan saluran

irigasi.

- Gotong royong yang dapat mengurangi biaya

pengeluaran pada beberapa kegiatan.

Modal manusia :

- Kemampuan berbicara dan memandu acara sehingga

sering dijadikan MC dalam berbagai kegiatan.

- Menjadi KPU desa Madang

- Anaknya yang bekerja sebagai guru

Page 25: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Modal finansial :

- Tabungan berupa hewan ternak yaitu sapi

3 Bapak Kowi Modal sumber daya alam :

- Pemanfaatan lahan karet miliknya sendiri.

- Pemanfaatan ikan yang ada di sungai dan rawa desa

Madang

Modal sosial :

- Mengolah perkebunan karet milik orang lain, hal ini

tentunya membutuhkan kepercayaan dan hubungan yang

baik dengan pemilik.

No Nama Petani Strategi Nafkah yang Digunakan

- Gotong royong yang dapat mengurangi biaya

pengeluaran pada beberapa kegiatan. 4 Bapak Darmawan Modal sumber daya alam :

- Pemanfaatan lahan perkebunan karet miliknya sendiri.

- Pemanfaatan kayu bakar yang tersedia di lahannya.

Modal sosial :

- Hubungannya dengan masyarakat dan aparat desa yang

lain sehingga istrinya bisa bekerja di PT pemborong

saluran irigasi desa.

Modal manusia :

- Keahlian melalui pendidikan bapak Darmawan dan

istrinya sehingga keduanya bisa menjadi pejabat desa

Madang

5 Bapak Odeng Modal sumber daya alam :

- Pemanfaatan lahan perkebunan karet miliknya sendiri.

- Pemanfaatan kayu bakar yang tersedia di lahannya.

- Pemanfaatan batu di sungai untuk dijual.

Modal sosial :

- Gotong royong dapat membantu mengurangi biaya

pengeluaran pada beberapa kegiatan penting.

Modal manusia :

- Tenaga kerja produktif anaknya yang bekerja di luar

sektor pertanian .

6 Bapak Syamsu Modal sumber daya alam :

- Pemanfaatan kebun karet miliknya.

- Pemanfaatan kebun kelapa sawit

Modal sosial :

- Gotong royong dapat membantu mengurangi biaya

pengeluaran pada beberapa kegiatan penting.

Modal finansial :

- Tabungan di bank .

- Tabungan berupa hewan yaitu lima ekor kerbau. Sumber : Diolah dari hasil observasi dan wawancara, 2018

Page 26: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Adapun jenis hewan ternak adalah hewan unggas (ayam, bebek, itik, angsa) selain

itu, ada beberapa petani yang memelihara kambing, sapi, dan kerbau namun tidak

semua masyarakat memiliki hewan ternak, namun ada juga yang memelihara hewan

milik penduduk lain dan untuk hasilnya penduduk sekitar menggunakan system bagi

hasil.

Bagi petani yang memiliki lahan kosong biasanya akan “berume” atau

memanfaatkan lahannya untuk menanam beberapa jenis sayuran dan kacang-

kacangan. Lahan yang digunakan mayoritas diseberang sungai lakitan dan berlokasi

sangat jauh, untuk menyeberang sungai penduduk menggunakan perahu karet, namun

pada saat ini penduduk bisa menyeberangi sungai melalui jembatan gantung yang

baru disediakan pada bulan januari 2018.

Gambar II. 6 Gambar II. 7

Perahu yang digunakan JembatanGantung

untuk Menyeberangi Sungai untuk Menyeberangi Sungai

Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

Selain itu dari sungai ini juga penduduk mendapatkan penghasilan yaitu dengan

mengumpulkan batu kerikil kegiatan ini dilakukan pada musim kemarau atau pasang

Page 27: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

surut oleh ibu-ibu. Batu ini dijual seharga seratus lima puluh ribu rupiah per mobil

atau dua puluh ribu rupiah per akong (gerobak sorong) untuk satu mobil diperlukan 5

gerobak sorong berisi batu. Ibu-ibu biasanya akan menjual langsung ke mobil-mobil

yang hendak membeli tetapi kadang ada juga di jual ke pengepul dengan harga

seratus tiga puluh ribu rupiah hal ini dilakukan ketika keluarga petani membutuhkan

uang mendesak.

Gambar II. 8

Batu Kerikil Sungai

Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

Selain tanaman karet beberapa penduduk juga menanam kelapa sawit. Meskipun

banyak yang bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan, tanaman karet yang paling

banyak digunakan oleh penduduk. Pengolahan perkebunan karet menghabiskan

waktu kurang lebih empat sampai enam jam. Tanaman karet baru bisa dipahat ketika

berumur 10 tahun. Pemeliharaan sampai dengan pemanfaatan tanaman karet

sebenarnya tidak terdapat ketimpangan gender, karena baik laki-laki maupun

perempuan memiliki peran yang sama. Ketimpangan gender akan tampak ketika

petani sudah selesai menyadap karet dikebunnya, biasanya laki-laki akan bekerja

Page 28: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

sampingan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya sambil menunggu hasil jual

dari getah karet. Penjualan getah karet biasanya akan dilakukan sebulan sekali, tetapi

ada sebagian petani yang menjual langsung hasil getah karetnya kepada pengepul

setelah diangkat atau bahasa petani desa Madang mecat hal ini dilakukan apabila

terdapat kebutuhan yang mendesak saja. Sedangkan perempuan akan mengurus

rumah dan anak-anaknya. Tingkat usia kepala rumah tangga petani karet rata-rata

diatas 18 tahun.

Gambar II. 9

Penjualan Kepada Pengepul Keliling

Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2018

Setelah adanya pembangunan saluran irigasi air atau masyarakat menyebutnya

sereng yang pembuatannya menggunakan lahan karet petani. Hal ini menyebabkan

penebangan tanaman karet secara besar-besaran, selain lahan perkebunan karet ada

sebagian rumah dan pekarangan penduduk yang digusur. Pembuatan saluran irigasi

raksasa ini dibuat untuk membantu pengairan lahan pertanian tadah hujan petani serta

membuat pembukaan beberapa lahan tidur.

Page 29: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

“Pengairan salurannya dari sungai Lakitan di Selangit. Fungsinya nanti buat sawah tadah

hujan dan beberapa lahan yang belum dimanfaatkan jadi gampang pas nanti mau mulai

dibuka. Di sini kan kalo musim hujan airnya kebuang aja, kalo musim kemarau kering semua.

Jadi nanti ada cadangan airnya dan lebih gampang dan membantu pertanian di sini”12

.

Gambar II. 10

Saluran Irigasi Ds. Madang

Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2017

Luas lahan perkebunan karet petani berbeda-beda dan tentunya mempengaruhi

perolehan hasil penjualan getah karetnya. Petani yang memiliki perkebunan karet

yang luas penghasilannya lebih besar dibandingkan petani dengan luas perkebunan

karetnya sedikit. Petani dengan luas lahan yang luas biasanya dalam menyadap karet

dilakukan oleh 2 orang lebih, baik dari keluarga intinya (suami/istri) dan sanak

keluarga. Selain itu, anak-anak pada usia sekolah menengah (SMP-SMA) akan

membantu orang tuanya untuk menyadap karet pada hari libur sekolah. Untuk sanak

keluarga biasanya berlaku sistem bagi hasil, 60%-70% pemilik dan 40%-30% sisanya

untuk sanak keluarga yang membantu. Selain itu, ada juga petani yang memiliki

perkebunan karet tetapi, yang menyadapnya petani lain, sistem bagi hasil yang

berlaku 50% pemilik dan 50% buruh petani.

12

Wawancara dengan Bpk. Kabib (Kadus Desa Madang)

Page 30: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

“Petani yang garap kebun karet saya, hasilnya bagi 2 dengan saya. Tapi ada beberapa

kebun saya yang di garap oleh sodara jadi bagi ke dianya 60% sekalian dia yang harus jaga

sama ngerawat kebun saya”13

.

Sehingga di desa Madang terdapat ketimpangan antar penduduk yang dapat

dilihat dari penghasilannya dan barang-barang yang dimiliki serta bentuk rumah.

Selain penghasilan dari perkebunan karet, ada sebagaian penduduk yang memperoleh

penghasilan dari perkebunan sawit dan buruh brondol di perkebunan kelapa sawit,

pedagang warung besar dan kecil, pemilik dan buruh di usaha pasir sungai (terdapat 2

usaha pasir sungai), batu kerikil sungai, PNS, guru honor di SD, menebang pohon

besar yang dijadikan alat untuk membangun rumah seperti papan atau dikenal oleh

masyarakat setempat gesek. Masyarakat yang bekerja di usaha pasir pekerjaanya

dengan merapikan pasir yang dihasilkan oleh mesin penyedot serta memasukkan

kedalam mobil si pembeli, penghasilan dari pasir ini di dapat tergantung dari

banyaknya mobil pembeli yang datang. Sedangkan masyarakat yang mengumpulkan

batu kerikil di sungai, akan menggumpulkan batu yang di dapat dari sungai dengan

cara system pengayaan. Biasanya dilakukan oleh ibu-ibu, dengan menyelam di dalam

sungai dan pengambilan batu kerikil diambil dengan menggunakan alat pengayaan

yang terbuat dari plastik. Kegiatannya ini dilakukan pada pukul 2 sore hingga pukul 5

sore.

II.6. Kesimpulan

Desa Madang merupakan salah satu desa yang memanfaatkan perkebunan karet

sebagai sektor utama pertanian di wilayah Kecamatan Sumber Harta – Sumatera

13

Wawancara dengan Bpk. Syamsu

Page 31: BAB II KONTEKS SOSIAL DESA MADANG SEBAGAI DESA …repository.unj.ac.id/2290/7/BAB II.pdfdipaparkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh masyarakat desa ... aktivitas dan keperluan

Selatan. Tanaman karet yang dimanfaatkan dan menjadi sumber pendapatan

masyarakat sekitar adalah bagian getahnya. Petani karet sering mengalami kerentanan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini dikarenakan tanaman karet bergantung

pada musim. Jika musim hujan petani tidak bisa memahat tanaman karet sedangkan

pada musim kemarau getah tanaman karet yang keluar dari pohonnya lebih sedikit.

Sehingga membuat hasil getah perkebunan karet milik petani menjadi sedikit dan

uang yang di dapat pun menjadi sedikit. Selain itu, harga getah tanaman karet pada

saat ini yang semakin menurun yang berimbas pada pendapatan rumahtangga petani.

Selain itu, semakin berkurangnya atau pun hilangnya lahan perkebunan karet akibat

pembangunan saluran irigasi yang sedang dalam pelaksanaan. Pembangunan wilayah

yang terjadi di desa Madang membuat perubahan termasuk dalam aspek ekonomi

rumahtangga petani. Meskipun tanaman karet merupakan sumber utama

pendapatannya, tetapi petani di wilayah ini tidak tergantung pada pertanian karet saja.

Melainkan dari menjadi buruh di usaha pasir, mengumpulkan batu kerikil di sungai ,

bahkan ada anggota keluarga yang merantau ke kota untuk mendapatkan pekerjaan.

Hal ini disebabkan pertanian karet kurang untuk mencukupi kebutuhan pokok

mereka.