new pengaruh media pembelajaran vaf “atan titung” rjprepository.ub.ac.id/2290/1/yunita wahyu...

132
i PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJP TERHADAP PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, KEPERCAYAAN DIRI DAN KEMAUAN ANAK USIA SEKOLAH DALAM MELAKUKAN RJP DI KOTA KEDIRI TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Oleh: Yunita Wahyu Wulansari NIM. 156070300111042 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN GAWAT DARURAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

i

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJP

TERHADAP PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, KEPERCAYAAN

DIRI DAN KEMAUAN ANAK USIA SEKOLAH DALAM

MELAKUKAN RJP DI KOTA KEDIRI

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister

Oleh:

Yunita Wahyu Wulansari

NIM. 156070300111042

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN GAWAT DARURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

ii

Page 3: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

iii

HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI TESIS

JUDUL TESIS:

Pengaruh Media Pembelajaran VAF ”Atan Titung” RJP terhadap Pengetahuan,

Keterampilan, Kepercayaan Diri dan Kemauan Anak Usia Sekolah dalam

Melakukan RJP di Kota Kediri

Nama Mahasiswa : Yunita Wahyu Wulansari

Program Studi : Magister Keperawatan

Minat : Keperawatan Gawat Darurat

KOMISI PEMBIMBING

Ketua : Dr. dr. Yuyun Yueniwati P.W, M.Kes.,Sp.Rad (K)

Anggota 1 : Tony Suharsono, S.Kep., M.Kep

TIM DOSEN PENGUJI

Dosen Penguji 1 : Prof. Dr. dr. Noorhamdani A.S, Sp.MK (K)

Dosen Penguji 2 : Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes.

Tanggal Ujian : 16 Agustus 2017

SK Penguji :

Page 4: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

iv

Page 5: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

v

CURRICULUM VITAE

Personal Identity

Name Yunita Wahyu Wulansari

Place of Birth Kediri

Date of Birth June 2nd 1989

Gender Female

Religion Islam

Citizenship Indonesia

Correspondent

Address

Jl. Candi Trowulan 26 A

Malang, Jawa Timur

Permanent

Address

Jl. Urip Sumoharjo 160, Kediri, Jawa Timur

Phone : (0354) 686434

Handphone : 085668511000

Marital Status Single

E-Mail [email protected]

Height 153 cm

Weight 45 kg

ID Card 3571024206890009

Formal Education

2013 – 2015 Universitas Brawijaya Malang (Ners)

2007 – 2013 Universitas Brawijaya Malang (S.Kep)

2004 – 2007 SMAN 2 Kediri

2001 – 2004 SMPN 1 Kediri

1995 – 2001 SDN Ngronggo VI Kediri

1993 – 1995 TK Aisiyah Kediri

Page 6: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

vi

Karya ilmiah ini kutujukan kepada Ayahanda, Ibunda, dan Kakakku Tercinta,

Serta teman - teman tersayang

Page 7: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

vii

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJP TERHADAP PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, KEPERCAYAAN

DIRI DAN KEMAUAN ANAK USIA SEKOLAH DALAM MELAKUKAN RJP DI KOTA KEDIRI

Yunita Wahyu Wulansari, Yuyun Yueniwati Prabowowati Wadjib, Tony Suharsono

Program Studi Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK Latar Belakang Jumlah bystander RJP sebagai penolong pertama korban OHCA yang masih rendah menjadi sorotan di berbagai negara. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan pelatihan RJP di komunitas. Tujuan Menganalisis pengaruh media pembelajaran VAF “Atan Titung” terhadap pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam melakukan RJP Metode Desain penelitian yang digunakan adalah true eksperimental dengan rancangan randomized subject, pretest-posttest control group design. Jumlah responden sebanyak 120 dibagi menjadi dua kelompok penelitian, yaitu kelompok eksperimen dengan media VAF dan kelompok kontrol dengan media modul yang diambil dengan tiga kali pengukuran. Lokasi penelitian di SDN Kampungdalem 3 dan 4 Kota Kediri. Hasil Kelompok VAF dan juga modul, masing-masing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan (p = 0,000), keterampilan (p = 0,000), kepercayaan diri (p = 0,000), dan kemauan (p = 0,000) antara sebelum, setelah, dan satu minggu setelah pelatihan. Perbedaan antara kelompok VAF dan modul terhadap pengetahuan memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,05), terhadap keterampilan memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,05), terhadap kepercayaan diri tidak memiliki perbedaan yang signifikan (p > 0,05), terhadap kemauan memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP. Kesimpulan Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan Titung” RJP memberikan pengaruh lebih besar terhadap pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri, dan kemauan dalam melakukan RJP daripada menggunakan media modul pada anak usia SD. Saran Media pembelajaran VAF “Atan Titung” RJP dapat digunakan secara efektif sebagai media dalam pelatihan RJP pada masyarakat awam khususnya pada anak-anak. Kata Kunci: Modul, Pelatihan RJP, video animasi

Page 8: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

viii

THE EFFECT OF VAF LEARNING MEDIA “ATAN TITUNG” RJP TO KNOWLEDGE, SKILLS, SELF-CONFIDENCE AND WILLINGNESS OF

CHILDREN IN CONDUCTING CPR IN KEDIRI

Yunita Wahyu Wulansari, Yuyun Yueniwati Prabowowati Wadjib, Tony Suharsono

Master of Nursing, Postgraduate Program Faculty of Medicine, Brawijaya University

ABSTRACT

Background The number of bystander CPR as the first heper of OHCA is still low in the spotlight in various countries. The effort that can be done is by providing CPR training in the community. Purpose To analyze the effect of VAF learning media “Atan Titung” CPR with to knowledge, skills, self-confidence and willingness of children in conducting CPR. Method This research was a true experimental study with randomized subject, pretest-posttest control group design. The number of respondents were 120 divided into two group, the experimental group with VAF and the control group with module. Location of this study was in SDN Kampungdalem 3 and 4 Kediri. Results VAF group and module group each have a significant effect on knowledge (p=0,000), skills (p=0,000), self-confidence (p=0,000), and willingness (p=0,000) between before, after, and one week after the CPR training. The difference between VAF group and module group to knowledge has significant differences (p < 0,05), to skills has significant differences (p < 0,05), to self-confidence has no significant differences (p > 0,05), to willingness has significant differences (p < 0,05) on after and one week after CPR training. Conclusion CPR training using media VAF “Atan Titung” CPR gives more influence on knowledge, skills, self-confidence and willingness than using media module in school age children. Suggestion VAF “Atan Titung” CPR can be used effectively as a learning media in CPR training in children.

Keywords: Animation video, CPR training, module

Page 9: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

ix

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

limpahan rahmat serta anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul: “Pengaruh Media Pembelajaran VAF ”Atan Titung” RJP terhadap

Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan Diri dan Kemauan Anak Usia Sekolah

dalam Melakukan RJP di Kota Kediri”.

Dengan selesainya tesis ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar – besarnya kepada:

1. Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan

magister di Program Studi Magister Keperawatan FKUB;

2. Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp, M.Kes sebagai Ketua Program Studi Program

Studi Magister Keperawatan FKUB;

3. Dr. dr. Yuyun Yueniwati P. W., M.Kes., Sp.Rad (K) sebagai dosen

pembimbing pertama yang selalu memberikan saran terhadap perbaikan

penulisan tesis ini;

4. Tony Suharsono, S.Kep., M.Kep sebagai dosen pembimbing kedua yang

selalu memberikan saran terhadap perbaikan penulisan tesis ini.

5. Prof. Dr. dr. Noorhamdani, AS, Sp.MK sebagai dosen penguji 1 yang selalu

memberikan saran perbaikan dalam penulisan tesis ini;

6. Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes. sebagai dosen penguji 2 yang selalu memberikan

saran perbaikan dalam penulisan tesis ini;

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang

dimiliki penulis, masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Malang, 16 Agustus 2017

Penulis

Page 10: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

x

RINGKASAN

Yunita Wahyu Wulansari, NIM. 156070300111042. Program Studi Magister

Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang, 16 Agustus

2017. Pengaruh Media Pembelajaran VAF ”Atan Titung” RJP terhadap

Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan Diri dan Kemauan Anak Usia Sekolah

dalam Melakukan RJP di Kota Kediri. Komisi Pembimbing, Ketua: Yuyun

Yueniwati Prabowowati Wadjib, Anggota: Tony Suharsono.

Henti jantung adalah kegawatdaruratan kardiovaskuler yang menjadi

penyebab kematian utama di negara maju dan berkembang dengan tingkat

kelangsungan hidup sebesar 12%. Pasien OHCA yang menerima CPR dari

bystander memiliki peningkatan survival rate 4x lipat. Solusi yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan meningkatkan peran

setiap orang di komunitas untuk menjadi bystander RJP yang dapat melakukan

tindakan RJP. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan

pelatihan pada orang-orang di komunitas.

Seorang anak juga dapat menjadi orang pertama di tempat kejadian

kecelakaan atau keadaan darurat medis. Jika tidak ada orang dewasa di sekitar,

anak-anak harus mampu untuk mengenali, meminta bantuan dan memberikan

pertolongan pertama pada korban. Proses pelatihan yang dapat dilakukan adalah

dengan menggunakan metode simulasi dengan media video animasi. Video

animasi adalah salah satu media yang direkomendasikan dalam lingkungan

pendidikan untuk anak usia sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis pengaruh media pembelajaran VAF “Atan Titung” RJP terhadap

pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri, dan kemauan anak usia sekolah

dalam melakukan RJP.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian true

eksperimental dengan rancangan randomized subject, pretest-posttest control

group design dengan dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok media VAF dan

kelompok media modul. Lokasi penelitian di SDN Kampungdalem 3 dan 4 Kota

Kediri. Jumlah sampel adalah 120 yang dibagi ke dalam kedua kelompok

penelitian, setiap kelompok terdiri dari 60 responden. Pengumpulan data

dilakukan sebelum, setelah, dan satu minggu setelah pelatihan yang dilakukan

dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi penelitian yang dibantu

oleh numerator.

Page 11: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xi

Uji Friedman post hoc Wilcoxon digunakan untuk melakukan analisis

perbedaan pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan pada

masing-masing kelompok penelitian. Kelompok VAF dan modul sama – sama

didapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang bermakna terhadap pengetahuan

(p = 0,000), keterampilan (p = 0,000), kepercayaan diri (p = 0,000), dan kemauan

(p = 0,000) antara sebelum, setelah, dan satu minggu setelah pelatihan. Uji

Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan,

keterampilan, kepercayaan diri, dan kemauan antara kelompok VAF dan modul.

Perbedaan antara kelompok VAF dan modul terhadap pengetahuan,

keterampilan, dan kemauan memiliki perbedaan yang bermakna (p < 0,05).

Perbedaan antara kelompok VAF dan modul terhadap kepercayaan diri memiliki

perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) pada setelah dan satu minggu

setelah pelatihan RJP.

Salah satu fungsi VAF dalam pembelajaran adalah memfasilitasi

pembelajaran agar lebih menarik untuk siswa SD. VAF memberikan alur cerita

berupa rangkaian tindakan yang harus dilakukan saat menemukan korban

diduga henti jantung. Hal ini akan mempermudah responden mengingat setiap

tindakan dengan menampilkan tokoh animasi yang dapat menjadi role model

untuk responden yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Media pembelajaran yang mendorong siswa SD dalam meningkatkan

kepercayaan diri dalam melakukan suatu tindakan yaitu bermula dari

memberikan pembelajaran dengan media yang mereka sukai yaitu dengan video

animasi dalam penelitian ini adalah VAF. Bystander RJP yang sudah

mendapatkan pelatihan RJP sebelumnya memiliki tingkat kepercayaan diri yang

tinggi untuk selanjutnya mempengaruhi kemauan dalam melakukan tindakan

RJP pada korban OHCA.

Kesimpulan dalam penelitan ini adalah media pembelajaran VAF “Atan

Titung” RJP memberikan pengaruh yang lebih besar daripada modul terhadap

pengetahuan, keterampilan, dan kemauan anak usia sekolah dalam melakukan

RJP.

Page 12: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xii

SUMMARY

Yunita Wahyu Wulansari, NIM. 156070300111042. Master of Nursing,

Postgraduate Program Faculty of Medicine, Brawijaya University, Malang, August

9th 2017. The Effect of VAF Learning Media “Atan Titung” CPR to Knowledge,

Skills, Self-Confidence and Willingness of Children in Conducting CPR in Kediri.

Komisi Pembimbing, Ketua: Yuyun Yueniwati Prabowowati Wadjib, Anggota:

Tony Suharsono.

Cardiac arrest is a cardiovascular emergency that is the leading cause of

death in developed and developing countries with a survival rate of 12%. OHCA

patients receiving CPR from bystander had a 4x increased survival rate. A

workable solution to solve the problem is to increase the role of everyone in the

community to be a bystander CPR who can perform CPR actions. Efforts that can

be done is to provide training to people in the community.

A child may also be the first person at the scene of an accident or medical

emergency. If there are no adults around, children should be able to recognize,

ask for help and give first aid to the victim. The training process that can be done

is to use the simulation method with video animation media. Animated video is

one of the recommended media in the educational environment for school age

children. The purpose of this research is to analyze the influence of VAF learning

media “Atan Titung” CPR to the knowledge, skill, confidence, and willingness of

school age children in doing CPR.

This research is a quantitative research with true experimental research

design with randomized subject design, pretest-posttest control group design with

two treatment groups, ie VAF media group and module media group. Research

location at SDN Kampungdalem 3 and 4 Kediri. The sample was 120 divided into

the two study groups, each group consisting of 60 respondents. Data collection

was conducted before, after, and one week after the training was conducted

using questionnaires and research observation sheets assisted by numerators.

Friedman's post hoc Wilcoxon test was used to analyze the differences in

knowledge, skills, confidence and willingness of each study group. The VAF

group and the module were both shown to have significant influence on

knowledge (p = 0,000), skill (p = 0,000), self-confidence (p = 0,000), and

willingness (p = 0,000) between before, after, and One week after the training.

The Mann-Whitney test was conducted to determine differences in knowledge,

Page 13: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xiii

skills, confidence, and willingness between VAF groups and modules. The

difference between the VAF group and the module on knowledge, skill, and

willingness has significant differences (p <0.05). The difference between the VAF

group and the module on self-confidence has no significant difference (p> 0.05)

at after and one week after CPR training.

One of the functions of VAF in learning is to facilitate learning to be more

interesting for elementary students. VAF provides the storyline in the form of a

series of actions to be performed when finding a suspected victim of cardiac

arrest. This will make it easier for respondents to remember each action by

displaying animated characters who can be role models for respondents who can

improve their knowledge and skills. Learning media that encourages elementary

students in improving self-confidence in performing an action that originated from

providing learning with the media they like the animated video in this study is the

VAF. Bystander CPR who has received previous CPR training has a high level of

self-confidence to further influence the willingness to take CPR action on OHCA

victims.

The conclusion in this research is the VAF learning media “Atan Titung”

CPR gives more influence than the module to the knowledge, skill, and

willingness of school age children in doing CPR.

Page 14: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... iii

IDENTITAS TIM PENGUJI ............................................................................ iv

HALAMAN PERUNTUKAN ........................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

RINGKASAN ................................................................................................. vii

SUMMARY .................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xix

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9

2.1 Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) ........................................... 9

2.1.1 Pengertian ............................................................................ 9

2.1.2 Prevalensi ............................................................................. 9

2.1.3 Tanda dan Gejala ................................................................. 10

2.1.4 Prediktor OHCA .................................................................... 10

2.2 Bystander RJP ................................................................................ 15

2.2.1 Hambatan sebagai Bystander RJP ....................................... 16

2.2.2 Upaya Mengatasi Hambatan sebagai Bystander RJP ........... 19

2.3 Konsep Pembelajaran RJP .............................................................. 21

2.3.1 Metode Pembelajaran ............................................................ 21

2.3.2 Media Pembelajaran .............................................................. 24

2.3.3 Pembelajaran RJP untuk Anak Usia Sekolah ........................ 27

2.4 Konsep VAF (Video Animasi Fabel) “Atan Titung” RJP ................... 29

2.4.1 Pengembangan VAF sebagai Pembelajaran RJP ................. 29

Page 15: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xv

2.4.2 Pembelajaran dalam Meningkatkan Pengetahuan dan

Keterampilan RJP ................................................................. 32

2.4.3 Pembelajaran dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri dan

Kemauan Melakukan RJP .................................................... 33

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .................... 35

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 35

3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 36

BAB 4 METODE PENELITIAN ...................................................................... 38

4.1 Desain Penelitian ............................................................................ 38

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 39

4.2.1 Tempat Penelitian ................................................................. 39

4.2.2 Waktu Penelitian ................................................................... 39

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 39

4.3.1 Populasi Penelitian ............................................................... 39

4.3.2 Besar Sampel Penelitian ....................................................... 40

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 41

4.4 Definisi Operasional ......................................................................... 41

4.5 Alat Penunjang Penelitian ............................................................... 45

4.6 Alat Pengumpulan Data .................................................................. 45

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 48

4.8 Kerangka Kerja Penelitian .............................................................. 49

4.9 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 50

4.9.1 Prosedur Administratif ........................................................... 50

4.9.2 Prosedur Teknis .................................................................... 50

4.10Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 52

4.10.1 Pengolahan Data ................................................................ 52

4.10.2 Analisis Data ....................................................................... 53

4.10 Etika Penelitian ............................................................................. 53

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ..................................... 55

5.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian dan Karakteristik Responden ..... 56

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .......................... 56

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 56

5.2 Hasil Penelitian Pembelajaran Resusitasi Jantung Paru dengan

Media Pembelajaran VAF .............................................................. 56

Page 16: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xvi

5.2.1 Pengetahuan tentang RJP dengan Media Pembelajaran

VAF ...................................................................................... 56

5.2.2 Keterampilan Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran

VAF ...................................................................................... 59

5.2.3 Kepercayaan Diri Melakukan RJP dengan Media

Pembelajaran VAF ................................................................ 61

5.2.4 Kemauan Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran

VAF ...................................................................................... 62

5.3 Hasil Penelitian Pembelajaran Resusitasi Jantung Paru dengan

Media Pembelajaran Modul ........................................................... 65

5.3.1 Pengetahuan tentang RJP dengan Media Pembelajaran

Modul .................................................................................... 65

5.3.2 Keterampilan Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran

Modul .................................................................................... 67

5.3.3 Kepercayaan Diri Melakukan RJP dengan Media

Pembelajaran Modul ............................................................. 69

5.3.4 Kemauan Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran

Modul .................................................................................... 70

5.4 Perbedaan Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan Diri, dan

Kemauan dalam Melakukan RJP antara Kelompok VAF dan

Modul ............................................................................................. 73

5.4.1 Pengetahuan tentang RJP .................................................... 73

5.3.2 Keterampilan Melakukan RJP ............................................... 75

5.3.3 Kepercayaan Diri Melakukan RJP ......................................... 78

5.3.4 Kemauan Melakukan RJP ...................................................... 79

BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 78

6.1 Analisis Perbedaan Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan

Diri, dan Kemauan dalam Melakukan RJP Sebelum, Setelah,

dan Satu Minggu Setalah Pelatihan RJP dengan Menggunakan

VAF ............................................................................................... 81

6.2 Analisis Perbedaan Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan

Diri, dan Kemauan dalam Melakukan RJP Sebelum, Setelah,

dan Satu Minggu Setalah Pelatihan RJP dengan Menggunakan

Modul ............................................................................................. 85

Page 17: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xvii

6.3 Analisis Perbedaan Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan

Diri, dan Kemauan dalam Melakukan RJP Setelah dan Satu

Minggu Setalah Pelatihan RJP pada Kelompok VAF dan

Kelompok Modul ............................................................................ 89

6.3.1 Analisis Perbedaan Pengetahuan tentang RJP pada

Kelompok VAF dan Kelompok Modul .................................... 89

6.3.2 Analisis Perbedaan Keterampilan Melakukan RJP pada

Kelompok VAF dan Kelompok Modul .................................... 92

6.3.3 Analisis Perbedaan Kepercayaan Diri Melakukan RJP pada

Kelompok VAF dan Kelompok Modul .................................... 95

6.3.4 Analisis Perbedaan Kemauan Melakukan RJP pada

Kelompok VAF dan Kelompok Modul .................................... 96

6.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 99

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 100

7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 100

7.2 Saran ............................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 102

LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................. 113

Page 18: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar dubber VAF tentang RJP .................................................. 31

Tabel 4.1 Definisi Operasional .................................................................... 42

Tabel 5.1 Karakteristik Usia Responden ...................................................... 56

Tabel 5.2 Karakteristik Jenis Kelamin Responden ....................................... 56

Tabel 5.3 Perbedaan Skor Pengetahuan antara Sebelum, Setelah, dan

Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan VAF ....................... 56

Tabel 5.4 Perbedaan Pengetahuan (Menjawab Pertanyaan dengan Benar)

pada Kelompok VAF .................................................................... 58

Tabel 5.5 Perbedaan Skor Keterampilan antara Sebelum, Setelah, dan

Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan VAF ....................... 59

Tabel 5.6 Perbedaan Keterampilan (Melakukan Tindakan dengan Benar)

pada Kelompok VAF .................................................................... 60

Tabel 5.7 Perbedaan Skor Kepercayaan Diri antara Sebelum, Setelah, dan

Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan VAF ....................... 61

Tabel 5.8 Perbedaan Kepercayaan Diri (Menjawab Percaya Diri) pada

Kelompok VAF ............................................................................. 62

Tabel 5.9 Perbedaan Skor Kemauan antara Sebelum, Setelah, dan Satu

Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan VAF ................................ 62

Tabel 5.10 Perbedaan Kemauan (Menjawab Pertanyaan dengan Pilihan

Mau) pada Kelompok VAF ........................................................... 64

Tabel 5.11 Perbedaan Skor Pengetahuan antara Sebelum, Setelah, dan

Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan Modul ..................... 65

Tabel 5.12 Perbedaan Pengetahuan (Menjawab Pertanyaan dengan Benar)

pada Kelompok Modul ................................................................. 66

Tabel 5.13 Perbedaan Skor Keterampilan antara Sebelum, Setelah, dan

Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan Modul ..................... 67

Tabel 5.14 Perbedaan Keterampilan (Melakukan Tindakan dengan Benar)

pada Kelompok Modul ................................................................. 68

Tabel 5.15 Perbedaan Skor Kepercayaan Diri antara Sebelum, Setelah, dan

Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan Modul ..................... 69

Tabel 5.16 Perbedaan Kepercayaan Diri (Menjawab Percaya Diri) pada

Kelompok Modul .......................................................................... 70

Page 19: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xix

Tabel 5.17 Perbedaan Skor Kemauan antara Sebelum, Setelah, dan Satu

Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan Modul ............................. 70

Tabel 5.18 Perbedaan Kemauan (Menjawab Pertanyaan dengan Pilihan

Mau) pada Kelompok Modul ........................................................ 72

Tabel 5.19 Perbedaan Skor Pengetahuan antara Kelompok VAF dengan

Modul .......................................................................................... 73

Tabel 5.20 Perbedaan Pengetahuan (Menjawab Pertanyaan dengan Benar)

antara Kelompok VAF dengan Modul .......................................... 74

Tabel 5.21 Perbedaan Skor Keterampilan antara Kelompok VAF dengan

Modul .......................................................................................... 76

Tabel 5.22 Perbedaan Keterampilan (Melakukan Tindakan dengan Benar)

antara Kelompok VAF dengan Modul .......................................... 77

Tabel 5.23 Perbedaan Skor Kepercayaan Diri antara Kelompok VAF dengan

Modul .......................................................................................... 78

Tabel 5.24 Perbedaan Kepercayaan Diri (Menjawab Percaya Diri) antara

Kelompok VAF dengan Modul ..................................................... 78

Tabel 5.25 Perbedaan Skor Kemauan antara Kelompok VAF dengan

Modul .......................................................................................... 79

Tabel 5.26 Perbedaan Kemauan (Menjawab Pertanyaan dengan Pilihan

Mau) antara Kelompok VAF dengan Modul ................................. 80

Page 20: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Chain of Survival OHCA .............................................................. 11

Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Dale .......................................................... 25

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 35

Gambar 4.1 Pretest-posttest control group design .......................................... 38

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 49

Page 21: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Henti jantung adalah kegawatdaruratan kardiovaskuler yang menjadi

penyebab kematian utama di negara maju dan berkembang. Kejadian henti

jantung yang ditandai dengan tidak adanya tanda sirkulasi dan terjadi di luar

rumah sakit disebut dengan OHCA atau out of hospital cardiac arrest

(Travers et al., 2014). OHCA merupakan salah satu penyebab utama

kematian dan kecacatan di seluruh dunia dengan hasil yang bergantung

pada tindakan prehospital dan emergency system (Nichol et al., 2008).

Kejadian OHCA tahun 2016 di Amerika Serikat yang dilaporkan oleh

badan statistik dari AHA adalah sebesar >350.000 kasus pada orang

dewasa dengan tingkat kelangsungan hidup yaitu sebesar 12% (Go et al.,

2017). McNally et al., (2011) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa

dari 31.689 kasus OHCA, pasien yang menerima resusitasi jantung paru

(RJP) dari bystander memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 11,3%.

Sedangkan Rea et al., (2010) melaporkan tingkat kelangsungan hidup

pasien yang menerima RJP dari bystander yaitu sebesar 22,1% dari 10.681

pasien OHCA.

Prognosis dari tingkat kelangsungan hidup OHCA jika segera

dikenalinya kejadian henti jantung oleh bystander yaitu 6,4-13,5%, jika

segera menghubungi emergency medical service (EMS) yaitu 4,9-18,2%,

jika segera dilakukan RJP yaitu 3,9-16,1%, jika segera dilakukan

defibrillation yaitu 14,8-23,0%, dan jika return of spontaneus circulation

(ROSC) di lokasi kejadian yaitu 15,5-33,6% (Sasson et al., 2010). Dari data

tersebut bystander dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup para

Page 22: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

2

korban apabila cepat mendeteksi henti jantung, memanggil EMS diikuti

dengan melakukan tindakan RJP dan AED (automated external defibrillator)

yang tepat. Sebuah meta-analisis dari 79 penelitian yang melibatkan

142.740 pasien juga menemukan bahwa pasien OHCA yang menerima RJP

dari bystander memiliki peningkatan tingkat kelangsungan hidup empat kali

lipat (16,1%) dibandingkan dengan mereka yang tidak (3,9%) (Sasson et al.,

2010).

Bystander RJP adalah RJP yang dilakukan saat prehospital oleh

masyarakat awam (Farlex, 2009). Masyarakat awam sebagai bystander RJP

berperan sebagai penolong pertama sebelum tenaga medis atau EMS

datang. Masyarakat awam diperlukan untuk memberikan pertolongan

pertama meliputi mengenali dan memanggil bantuan medis, memberikan

RJP, dan menggunakan AED apabila tersedia (Weisfeldt et al., 2010).

Vellano et al., (2015) dalam studinya terhadap kejadian non-traumatic OHCA

melaporkan kejadian OHCA yang terjadi di rumah yaitu sebesar 70% (dari

35.721 kasus pada tahun 2013). Korban OHCA yang tidak ditolong oleh

masyarakat awam sebesar 49,9% dengan korban yang selamat yaitu 4,8%.

Sedangkan korban OHCA yang ditolong oleh bystander RJP yaitu sebesar

37,7% dengan korban yang selamat 16,4%. Berdasarkan data tersebut

apabila masyarakat awam berperan sebagai bystander RJP maka akan lebih

banyak korban OHCA yang tertolong.

Clawson et al., (2008) menjelaskan bahwa masyarakat awam dapat

salah mengenali gejala henti jantung dengan kasus kardiovaskular lainnya.

Kondisi lain yang dapat membuat sulit mengenali gejala henti jantung adalah

gejala kejang yang lebih sering dihubungkan dengan epilepsi. Selain sulit

mengenali gejala henti jantung, masyarakat awam umumnya akan

menghubungi keluarga atau teman terdekat dahulu sebelum memanggil

Page 23: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

3

EMS, dimana hal ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam identifikasi

henti jantung dan aktivasi awal EMS (Meischke et al., 2012).

Peningkatan kemampuan bystander RJP dalam menolong korban

henti jantung sangat berperan penting dalam mengatasi OHCA sehingga

diperlukan suatu pelatihan RJP terhadap masyarakat awam. Dengan

adanya bystander RJP, hasil neurologis dan tingkat kelangsungan hidup dari

pasien OHCA dapat ditingkatkan (Akahane et al., 2012). Seorang anak juga

dapat menjadi orang pertama di tempat kejadian kecelakaan atau keadaan

darurat medis. Jika tidak ada orang dewasa di sekitar, anak-anak harus

mampu untuk mengenali, meminta bantuan dan memberikan pertolongan

pertama pada korban. Anak-anak yang dilatih RJP, dalam jangka panjang

akan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap jumlah orang dewasa yang

terlatih dalam masyarakat. Bystander RJP yang terlatih dapat segera

mengambil tindakan daripada mereka yang tidak terlatih. Manfaat langsung

yang diharapkan dari peningkatan jumlah bystander RJP adalah untuk

meningkatkan kemungkinan bahwa korban OHCA segera menerima

pertolongan (Swor et al., 2006).

Perkembangan anak usia sekolah dasar (SD) menurut Jean Piaget

yaitu dapat berpikir secara logis dan dapat menarik kesimpulan dari

informasi yang tersedia (Ibda, 2015). Oleh karena itu, pelatihan RJP dapat

dilakukan pada anak SD sesuai dengan kemampuan perkembangan

mereka. Menurut Tanaka et al., (2012) disebutkan bahwa anak-anak

memiliki ingatan yang lebih baik daripada orang dewasa. Anak SD juga

mampu mengikuti instruksi RJP yang lebih baik daripada orang dewasa.

Sehingga pelatihan RJP secara efektif dapat dilakukan sejak dini yaitu pada

tingkat usia sekolah dasar.

Page 24: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

4

Wilks et al., (2016) melakukan pelatihan first aid 1 hari terhadap anak

usia sekolah (11 tahun) di Queensland dengan 107 orang siswa. Hasil yang

dilaporkan yaitu terdapat peningkatan yang signifikan pada pengetahuan

RJP (dari 2% menjadi 90%), dan dapat mengurutkan respon darurat untuk 4

situasi skenario (dari 59-77% menjadi 81-90%). Hasil lain yang didapat yaitu

siswa melaporkan bahwa mereka memiliki peningkatan dalam kepercayaan

diri untuk memberikan bantuan dalam situasi darurat (dari 51% menjadi

63%). Selain itu pelatihan di sekolah juga meningkatkan kemauan mereka

dalam melakukan RJP (Corrado et al., 2011). Hal tersebut sejalan dengan

penelitian Chung et al., (2007) yang menyebutkan bahwa anak usia 11-12

tahun merupakan kelompok sasaran yang tepat untuk diberikan pelatihan

RJP.

Metode dan media dalam memberikan pelatihan terhadap anak SD

juga harus diperhatikan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri, dan kemauan siswa dalam melakukan RJP. Pelatihan RJP

dengan metode ceramah pada anak usia 8-11 tahun menunjukkan hasil

yang kurang baik (5%) dibandingkan dengan mereka yang menerima

pelatihan secara ceramah dan praktik (55%) (Lubrano et al., 2005).

Sedangkan pelatihan RJP dengan metode simulasi memberikan hasil

peningkatan yang lebih baik (68%) dibandingkan dengan metode ceramah

(44%) (Wayne et al., 2007). Beck et al (2016) juga menemukan bahwa

pelatihan RJP dengan metode instruksi dan simulasi memberikan hasil lebih

baik 10 kali lipat dibandingkan dengan metode instruksi saja. Namun Ahmad

dan Aqel (2015) menjelaskan bahwa terdapat retensi pengetahuan dan

keterampilan setelah tiga bulan pelatihan dengan metode simulasi sebesar

28,8%. Sehingga diperlukan media penunjang untuk pelatihan dengan

metode simulasi.

Page 25: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

5

Bobrow et al., (2011) menjelaskan bahwa penggunaan media video

dalam memberikan pelatihan RJP dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan. Hasil yang didapat yaitu dalam waktu 2 bulan setelah pelatihan

RJP, responden yang menerima pelatihan dengan video sebesar 0,7% gagal

dalam melakukan RJP dan mengalami retensi pengetahuan. Sedangkan

dalam penelitian Contri et al., (2016) menyebutkan bahwa pelatihan RJP

dengan compression-only berbasis video di sekolah sangat layak dan efektif

untuk diterapkan dengan hasil kinerja yang cukup baik dalam meningkatkan

pengetahuan yaitu dengan hasil kuesioner rata-rata lebih dari 90%.

Unal et al., (2010) menjelaskan bahwa video animasi adalah salah

satu media yang direkomendasikan dalam lingkungan pendidikan untuk

anak usia sekolah karena membantu mendapatkan sikap positif terhadap

pembelajaran. Selain itu, persepsi dan keterampilan anak usia sekolah dapat

ditingkatkan dengan video animasi dengan tokoh yang menarik dan

imajinatif. Video animasi fabel, dimana binatang adalah tokoh dalam video

animasi yang menceritakan tentang pendidikan moral manusia merupakan

video animasi yang menarik untuk anak usia sekolah. Dengan video animasi

fabel, siswa dapat masuk ke dalam suasana belajar yang lebih

menyenangkan (Arsyad, 2011).

Video animasi fabel dengan tokoh binatang dalam pendidikan secara

efektif dapat membantu siswa memperoleh pengetahuan dengan cepat, dan

membantu siswa fokus pada konsep-konsep kunci. Siswa yang mengamati

tokoh atau model dalam video animasi tersebut akan melakukan perubahan

perilaku sesuai model atau sebaliknya karena mereka telah mempelajari

konsekuensi dari perilaku tersebut pada model. Hal ini sesuai dengan teori

belajar Albert Bandura yang menjelaskan bahwa seorang anak dalam

Page 26: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

6

pembelajaran melakukan peniruan terhadap perilaku model melalui proses

pengamatan atau disebut observational learning (Fadillah, 2012).

Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti mendapatkan

hasil bahwa hipertensi menduduki lima besar angka kesatikan di Kediri

dimana hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya henti

jantung. Kejadian henti jantung yang terjadi di area publik adalah sebesar

83,1% di Yamaguchi, Jepang (Shiraki, et al., 2009). Oleh karena itu, peneliti

memilih SD yang terletak di dekat area publik yaitu SDN Kampungdalem 3

dan 4 Kota Kediri. SDN Kampungdalem 3 dan 4 terletak tepat di belakang

alun-alun Kota Kediri. SD Kampungdalem 3 dan 4 juga sedang

mengembangkan program UKS sehingga harapannya VAF dapat menjadi

salah satu program UKS unggulan pada SD tersebut sebagai pengenalan

dini bagi siswa untuk menjadi bystander RJP.

Berdasarkan keseluruhan fenomena di atas, penulis ingin meneliti

lebih jauh tentang pengaruh media pembelajaran VAF ”Atan Titung” RJP

terhadap pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan anak

usia sekolah dalam melakukan RJP di Kota Kediri.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh media pembelajaran VAF ”Atan Titung” RJP

terhadap pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan anak

usia sekolah dalam melakukan RJP di Kota Kediri?

Page 27: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh media pembelajaran VAF “Atan Titung” RJP

terhadap pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan

anak usia sekolah dalam melakukan RJP.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Menganalisis perbedaan pada pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam

melakukan RJP antara sebelum, setelah dan satu minggu

setelah pembelajaran RJP dengan VAF “Atan Titung” RJP.

1.3.2.2 Menganalisis perbedaan pada pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam

melakukan RJP antara sebelum, setelah dan satu minggu

setelah pembelajaran RJP dengan modul.

1.3.2.3 Menganalisis perbedaan antara pengaruh media

pembelajaran RJP dengan VAF dan modul terhadap

pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan

anak usia sekolah dalam melakukan RJP.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat dijadikan sumber informasi dan rujukan untuk

penerapan media pembelajaran yang tepat dalam sebuah pelatihan

bagi individu di komunitas untuk menjadi seorang bystander RJP.

Page 28: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

8

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengembangan penelitian tentang

media pembelajaran yang lebih baik dalam berpartisipasi

meningkatkan jumlah bystander RJP bagi mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya.

Page 29: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Out of Hospital Henti jantung (OHCA)

2.1.1. Pengertian

Henti jantung adalah kondisi hilangnya fungsi jantung secara

mendadak dengan waktu kejadian yang tidak dapat diperkirakan

sebelumnya dengan kemunculan tanda dan gejala yang sangat cepat

(Vaillancourt et al., 2008). Henti jantung merupakan kegawatdaruratan

kardiovaskuler yang menjadi penyebab kematian utama di negara

maju dan berkembang yang terjadi baik di dalam rumah sakit maupun

di luar rumah sakit. Kejadian henti jantung yang ditandai dengan tidak

adanya tanda sirkulasi dan terjadi di luar rumah sakit disebut dengan

out of hospital cardiac arrest atau OHCA (Hazinski et al., 2015).

2.1.2. Prevalensi

OHCA merupakan masalah kesehatan utama dengan kasus

tingkat kematian yang tinggi yaitu sebesar >90% di sebagian besar

masyarakat (Sasson et al., 2010). Kejadian tahunan OHCA di Amerika

Serikat yang dilaporkan oleh ROC pada November 2015 adalah

sebesar 347.000 kasus pada orang dewasa (Mozaffarian et al., 2016).

Japan Utstein-style juga telah melakukan survei pada tahun 2005-

2012 menyatakan bahwa terdapat 925.288 kasus OHCA di Jepang

termasuk pasien anak dan dewasa (Kitamura et al., 2015). Tingginya

angka kejadian OHCA tersebut juga diikuti dengan tingkat

kelangsungan hidup penderita OHCA yang sangat kecil yaitu hanya

12% saja (Go et al., 2017).

Page 30: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

10

2.1.3. Tanda dan Gejala

Tanda- tanda henti jantung menurut National Heart, Lung, and

Blood Institute (2016) yaitu:

1. Kehilangan keseimbangan dan pingsan tiba – tiba. Pada saat

dilakukan perabaan nadi, maka tidak ditemukan denyut nadi.

2. Tanda lain yang menyertai yaitu merasakan denyut jantung yang

berlebihan atau merasakan pusing yang sangat berat sebelum

pingsan. Hal tersebut tidak selalu muncul namun sering dialami oleh

beberapa orang dengan henti jantung. Satu jam sebelum kejadian,

beberapa orang juga merasakan nyeri dada yang hebat, nafas

pendek, nausea (rasa tidak nyaman pada bagian perut), dan atau

muntah.

2.1.4. Prediktor OHCA

Tingkat kelangsungan hidup dari OHCA belum meningkat

secara signifikan dalam hampir 30 tahun yaitu antara 6,7% dan 8,4%.

Tingkat kelangsungan hidup OHCA masih lambat meskipun sudah

dilakukannya upaya besar dalam berbagai penelitian, pengenalan

obat-obatan dan peralatan yang baru, beberapa pembaharuan

evidence-based sebagai pedoman klinis, dan interval waktu respon

EMS yang lebih lama yang diketahui disebabkan oleh pertumbuhan

penduduk (Rea et al., 2010). Upaya dalam mengatasi hambatan

tersebut untuk mencapai perbaikan dalam tingkat kelangsungan hidup

korban OHCA merupakan tujuan yang bermanfaat untuk emergency

cardiac care. Menyadari pentingnya beberapa prediktor klinis OHCA

dapat membantu masyarakat dan penelitian para ilmuwan

memfokuskan upaya mereka untuk mencapai tujuan

tersebut. Prediktor tersebut antara lain segera dikenalinya kejadian

Page 31: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

11

henti jantung oleh bystander, segera aktivasi EMS, segera dilakukan

RJP, segera dilakukan defibrillation, dan return of spontaneus

circulation (ROSC) di lokasi kejadian (Sasson et al., 2010).

Prediktor OHCA tersebut juga sejalan dengan

penatalaksanaan OHCA yaitu dengan menggunakan prinsip chains of

survival. Chains of survival dimulai dari mengenali korban yang

mengalami henti jantung dan aktivasi EMS, segera melakukan RJP,

memberikan defibrilasi secepat mungkin, memberikan bantuan hidup

lanjutan yang efektif dan memberikan perawatan pasca henti jantung

yang terintegrasi (Travers et al, 2014).

Gambar 2.1 Chain of Survival OHCA (AHA, 2015)

Korban OHCA yang menerima RJP dari bystander atau

petugas EMS, dan mereka yang ditemukan dalam kondisi ventricular

fibrillation (VF) atau ventricular tachycardia (VT), jauh lebih mungkin

untuk bertahan hidup daripada mereka yang tidak. Hal ini dibuktikan

dengan sekitar 1 dari setiap 4 sampai 7 pasien dengan irama VF/VT

dapat bertahan sampai korban keluar dari rumah sakit, dibandingkan

dengan hanya 1 dari setiap 21 untuk 500 pasien ditemukan dalam

irama asistole (Sasson et al., 2010). Namun, kekuatan hubungan

Mengenali dan aktivasi

EMS

Segera melakukan high-quality

RJP

Defibrilasi secepatnya

Basic dan advanced

EMS

Advanced life support

dan perawatan postarrest

Page 32: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

12

antara VF/VT dan tingkat kelangsungan hidup dipengaruhi secara kuat

oleh ketersediaan AED di lokasi kejadian atau di tempat publik.

Prediktor tingkat kelangsungan hidup dari OHCA merupakan

suatu kesatuan yang harus dilalui sehingga ROSC dapat dicapai.

ROSC di lapangan yang telah dicapai dapat memberikan kemungkinan

bertahan hidup berkisar antara 50% di masyarakat. Kegagalan untuk

mengembalikan nadi di tempat kejadian menunjukkan bahwa pasien

tidak akan mungkin bertahan sampai keluar dari rumah sakit, terlepas

dari kecanggihan perawatan di rumah sakit. Temuan ini sangat

menunjukkan bahwa upaya masa depan untuk meningkatkan tingkat

kelangsungan hidup OHCA harus fokus pada optimalisasi penyediaan

prehospital emergency cardiac care (Olasveengen et al., 2008). Perlu

dicatat bahwa 40% pasien dengan OHCA ditemukan dengan VF/VT,

namun hanya 22% yang dapat mencapai ROSC (Sasson et al., 2010).

Adapun faktor eksternal yang secara konsisten signifikan

mempengaruhi 5 prediktor OHCA adalah kinerja dasar dari sistem

EMS di masyarakat. Pada sistem EMS dengan tingkat kelangsungan

hidup awal yang rendah, besarnya efek dari 5 prediktor OHCA seperti

tersedianya bystander RJP dan irama awal VF/VT, lebih tinggi

daripada di masyarakat yang memiliki tingkat kelangsungan hidup

awal yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa upaya-upaya seperti

pelatihan RJP ditargetkan untuk meningkatkan jumlah bystander RJP

yang akan memiliki efek besar di masyarakat dengan tingkat

kelangsungan hidup awal yang rendah. Hal ini penting untuk dicatat,

bahwa faktor-faktor tertentu, terutama ditemukannya irama VF/VT,

tersedianya bystander RJP, dan ROSC, secara signifikan terkait

Page 33: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

13

dengan tingkat kelangsungan hidup OHCA bahkan dalam sistem EMS

yang memiliki kualitas tertinggi (Sasson et al., 2010).

Sistem EMS di Amerika Serikat dan di seluruh dunia sangat

bervariasi (Fineberg, 2004). Sebagai contoh, banyak lembaga EMS

menggunakan protokol lokal yang dibuat untuk menentukan apakah

dan kapan harus menghentikan upaya pertolongan jika pasien OHCA

tidak berespon terhadap prehospital Advanced Cardiac Life Support

(ACLS) (Jaslow et al., 1997). Beberapa komunitas menyediakan

responden pertama mereka dengan pelatihan Basic Life Support (BLS)

dan AED, sedangkan yang lain mengandalkan paramedis terlatih

untuk memberikan Advanced Life Support (ALS). Beberapa sistem

EMS di Amerika Serikat dan beberapa negara lain secara rutin

mempekerjakan perawat atau dokter dalam pengaturan prehospital

(Cummins et al., 1997).

Penelitian di era Utstein juga melaporkan perawatan dan hasil

OHCA menunjukkan variasi dalam tingkat kelangsungan hidup dari

satu masyarakat ke masyarakat berikutnya. Sebagai contoh, meskipun

57 dari 79 penelitian yang termasuk dalam meta-analisis setelah tahun

1996, beberapa artikel secara tidak konsisten melaporkan panjang

interval resusitasi prehospital (yaitu, respon time dari ambulans dan

defibrilasi awal), kisaran intervensi dari terapi, tingkat pelatihan

anggota EMS, durasi upaya resusitasi, atau kebijakan yang

mengizinkan penghentian resusitasi di lapangan (Fredriksson et al.,

2003).

Page 34: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

14

Penelitian dengan meta-analisis yang menyatukan hampir 30

tahun penelitian, yang melibatkan lebih dari 142.000 pasien

menegaskan bahwa tersedianya bystander RJP, temuan irama

“shock-able”, dan ROSC di lapangan sangat penting untuk

meningkatkan tingkat kelangsungan hidup OHCA. Strategi terfokus

dirancang untuk meningkatkan bystander RJP, penggunaan AED, dan

pencapaian ROSC sebelum transportasi, dilakukan untuk

meningkatkan tingkat kelangsungan hidup OHCA dalam perawatan

pasien (Sasson et al., 2010). Pelaksanaan dari RJP dan defibrilasi

yang dapat menunda degradasi takiaritmia menjadi asistole, maka hal

tersebut menjelaskan pentingnya ketersediaan bystander RJP dan

defibrilasi pra-rumah sakit (Herlitz et al., 2000).

Hubungan antara bystander RJP dan tingkat kelangsungan

hidup memberikan hasil signifikan yang positif. Dalam studi

melaporkan keseluruhan tingkat kelangsungan hidup untuk korban

OHCA yang dapat keluar dari rumah sakit yaitu 6,7% (5.094 dari

75.388 pasien OHCA). Tingkat kelangsungan hidup di antara pasien

yang menerima pertolongan dari bystander RJP yaitu berkisar 1,23 -

5,01 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak (Sasson

et al., 2010).

Page 35: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

15

2.2 Bystander RJP

Bystander RJP yaitu individu yang berada di suatu komunitas

masyarakat yang mengenali kasus OHCA dan segera memberikan bantuan

dengan segera melakukan RJP pada korban (Mani et al., 2014). Peran dari

seorang bystander RJP sangat penting untuk dapat menjadi seorang

penolong pertama pada kasus OHCA, sehingga jumlah bystander RJP yang

terlatih di komunitas perlu untuk terus ditingkatkan (Hazinski et al., 2015). Hal

ini bertujuan untuk menjamin tersedianya bystander RJP yang merata di

setiap lokasi di suatu komunitas (Leong, 2011). Seorang bystander RJP yang

terlatih harus mampu memberikan respon cepat dalam mengenali korban

OHCA dan memberikan bantuan dengan segera terhadap korban (Lee et al.,

2013).

Jumlah bystander RJP di seluruh dunia sangat bervariasi. Survei yang

dilakukan di Eropa, didapatkan hasil, yaitu dari 974 responden yang dikaji,

ternyata hanya 23,5% yang pernah mengikuti pelatihan RJP dan menjadi

seorang bystander. Sedangkan survei lain yang dilakukan di Amerika Serikat

pada wilayah Minnesota, didapatkan hasil bahwa terdapat lebih dari 28.000

orang telah terlatih untuk melakukan RJP dan menjadi seorang bystander RJP

(Lick et al., 2011). Negara – negara di Asia memiliki jumlah bystander yang

masih sangat sedikit dibandingkan dengan negara maju seperti di Amerika

(Chiang et al., 2014). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa negara di Asia

masih tergolong negara yang belum memiliki jumlah bystander RJP sesuai

dengan standar ideal. Kondisi ini menyebabkan tingkat pengetahuan dan

keterampilan individu di komunitas dalam melakukan tindakan RJP masih

sangat kurang. Dampak yang dapat dilihat yaitu pada sedikitnya individu yang

memiliki kemauan untuk melakukan tindakan RJP pada korban yang

mengalami OHCA (Cheng-Yu et al., 2016).

Page 36: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

16

2.2.1. Hambatan sebagai Bystander RJP

Tantangan yang dapat muncul pada seorang bystander RJP

adalah bagaimana dapat melakukan tindakan RJP pada kondisi

kegawatan jantung yang dihadapi oleh seseorang. Seorang bystander

RJP harus menghadapi ketakutan akan melukai korban ketika

melakukan tindakan RJP, ketakutan melakukan tindakan RJP yang

tidak benar, adanya keterbatasan fisik yang dimiliki oleh seorang

bystander, ketakutan akan infeksi yang dapat ditularkan oleh korban,

atau karakter dari korban tersebut yang sangat tidak memungkinkan

untuk dilakukan tindakan RJP oleh seorang bystander (Hubble et al.,

2003).

Terdapat empat kategori hambatan sebagai seorang bystander

RJP menurut National Center for Biotechnology Information (NCBI)

(2015), yaitu:

1. Ketidakmampuan untuk mengenali OHCA diikuti oleh aktivasi EMS

yang tertunda

Link pertama dalam chain of survival OHCA adalah segera

dikenalinya korban OHCA dan aktivasi awal EMS. Namun,

bystander RJP mungkin memiliki kesulitan mengenali gejala

serangan jantung dengan gejala pingsan atau kejang. Aktivitas

kejang singkat yang terjadi akibat anoxic brain injury yang

dihasilkan dari penurunan tingkat oksigen terlarut dalam air yang

berhubungan dengan serangan jantung dapat membingungkan

bystander RJP dalam mengenali korban OHCA. Kejang anoxic

dapat dikenali oleh bystander RJP sebagai kejang yang lebih sering

berhubungan dengan epilepsi dan selanjutnya dapat menunda

tindakan RJP (Clawson et al., 2008).

Page 37: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

17

Selain salah mengartikan tanda-tanda henti jantung,

pernapasan agonal yang sering dialami oleh korban OHCA juga

dapat membingungkan bystander RJP. Pernafasan agonal atau

disebut juga gasping respiration yang ditandai dengan pernafasan

yang tidak teratur dengan adanya periode apnea. Bystander RJP

yang tidak dapat mengenali hal tersebut akan mengarah pada

kesalahan informasi pada petugas operator EMS, dan dapat

menunda inisiasi RJP (Berdowski et al., 2009). Bystander RJP

ketika dihadapkan pada kasus OHCA sering menghubungi teman

atau saudara dahulu sebelum memanggil EMS, yang dapat

menyebabkan keterlambatan dalam identifikasi henti jantung dan

aktivasi awal EMS (Meischke et al., 2012).

2. Kurangnya pelatihan RJP yang memadai

Studi menunjukkan bahwa pelatihan RJP dapat

meningkatkan kepercayaan diri dan kemauan untuk melakukan

RJP oleh bystander (Coons & Guy, 2009). Seorang bystander RJP

yang memperoleh pelatihan RJP dalam 5 tahun terakhir sering

dilaporkan sebagai penolong pertama pada kasus OHCA (Sipsma

et al., 2011). Survei yang dilakukan pada beberapa studi

menjelaskan bahwa orang yang terlatih melakukan tindakan RJP

akan memiliki kemauan yang lebih besar dalam melakukan

tindakan RJP pada korban OHCA dibandingkan orang yang tidak

terlatih sama sekali untuk melakukan tindakan tersebut (Lynch et

al., 2005). Dalam sebuah studi cross-sectional data pelatihan RJP

dari American Heart Association (AHA), the American Red Cross,

dan the Health & Safety Institute, tingkat pelatihan RJP tahunan

rata-rata di Amerika Serikat adalah 2,39% (Anderson et al., 2014).

Page 38: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

18

Biaya pelatihan dan pertimbangan waktu merupakan faktor

yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk mengikuti

pelatihan RJP. Hal tersebut yang mendasari adanya pelatihan RJP

tradisional melalui program yang mengintegrasikan pelatihan RJP

ke dalam kegiatan kemasyarakatan, kerja, atau sekolah. Meskipun

beberapa studi telah menyarankan bahwa sertifikasi pelatihan yang

dipimpin oleh instruktur bisa menjadi lebih unggul, terdapat bukti

yang berkembang untuk mendukung metode alternatif untuk

pelatihan bystander (Yeung et al., 2011).

3. Kekhawatiran tentang hukum

Secara teoritis, anggota masyarakat bisa dituntut karena

tindakan seorang bystander RJP tanpa menyadari tujuan dan

kesuksesan dalam melakukan tindakan tersebut (Abella et al.,

2008). Hukum yang tidak cukup melindungi bystander RJP dari

tindakan hukum menciptakan ketidakmauan masyarakat untuk

memberikan bantuan dan tindakan segera dalam situasi darurat

medis seperti henti jantung (Banta-Green et al., 2011).

4. Faktor psikologis, kebingungan, dan masalah kesehatan

Hambatan psikologis untuk melakukan RJP meliputi panik,

ketakutan, dan perasaan tidak mampu dalam situasi darurat. Panik

dapat mempengaruhi kesiapan untuk bertindak dalam situasi

darurat terlepas dari faktor pelatihan RJP (Sasson et al., 2013). Hal

ini menjelaskan mengapa korban OHCA lebih mungkin untuk

menerima RJP jika kejadian tersebut disaksikan oleh orang asing

dibandingkan dengan teman-teman atau anggota keluarganya

(Casper et al., 2003).

Page 39: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

19

Beberapa studi melaporkan bahwa kondisi kebingungan,

kurangnya pengetahuan tentang RJP, dan takut melakukan RJP

yang salah sebagai hambatan utama bagi bystander RJP (Carruth

et al., 2010). Bantuan napas buatan sebagai ventilasi mulut ke

mulut juga merupakan hambatan penting lainnya bagi bystander

RJP. Kekhawatiran bystander biasanya berkisar pada kemungkinan

tertular penyakit dari korban OHCA tersebut (Locke et al., 1995).

2.2.2. Upaya Mengatasi Hambatan sebagai Bystander RJP

Kemampuan seseorang dalam melakukan high quality RJP

perlu untuk mendapatkan pelatihan secara khusus terkait peningkatan

kemampuan dalam melaksanakan prosedur RJP (Leong, 2011).

Meskipun penelitian menunjukkan bahwa individu yang telah mengikuti

pelatihan RJP lebih cenderung untuk memulai resusitasi daripada

mereka yang belum, ada hasil yang beragam berkaitan dengan jenis

pelatihan untuk mempromosikan kualitas tinggi keterampilan RJP dan

pengetahuan yang relevan. Pendekatan yang efektif akan mencapai

semua segmen masyarakat dan akan menargetkan individu-individu

yang memiliki kemungkinan besar ada ketika OHCA terjadi (Anderson

et al., 2014).

Mendidik masyarakat awam sebagai bystander RJP

merupakan cara penting untuk meningkatkan tingkat kelangsungan

hidup OHCA. Namun, sulit untuk menjangkau seluruh masyarakat

tanpa adanya program yang mewajibkan hal tersebut. Intervensi

berbasis sekolah memungkinkan untuk mencakup semua segmen dari

populasi. Karena pelatihan di sekolah dapat diselenggarakan terpusat

dimana semua anak-anak dan keluarga mereka memiliki akses untuk

ikut mempelajari RJP. Intervensi berbasis sekolah dapat digunakan

Page 40: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

20

untuk meningkatkan kesadaran, tanggapan terhadap henti jantung,

dan akhirnya meningkatkan hasil bystander RJP yang berkualitas di

tingkat masyarakat (Sasson et al., 2014).

Pelatihan di sekolah merupakan komponen penting dari

pendekatan yang komprehensif untuk meningkatkan tingkat

kelangsungan hidup OHCA. Dalam jangka panjang, pelatihan RJP di

sekolah dapat menghasilkan beberapa jumlah generasi orang dewasa

yang bersedia untuk menjadi bystander RJP (Tanigawa et al., 2011).

Beberapa penelitian juga merekomendasikan anak sekolah sebagai

penerima pelatihan resusitasi setiap tahun yang dimulai dari sekolah

dasar (Bottiger & Van, 2015). Beberapa sekolah juga telah mendukung

pelatihan RJP untuk siswa (Reder & Quan, 2003).

Sejumlah pilihan yang bertujuan untuk mengatasi hambatan

dalam hal keuangan dan kendala waktu untuk pelatihan telah terjawab

dengan adanya pelatihan di sekolah yang didukung dalam literatur

akademik. Pelatihan RJP yang lebih pendek dapat mengatasi

kekhawatiran siswa untuk menghadiri kelas pelatihan yang panjang

(Jones et al., 2007). Pelatihan – pelatihan terkait tindakan RJP di

sekolah sangat dianjurkan dengan menggunakan berbagai media

pembelajaran yang sederhana dan mudah diakses dengan tujuan agar

dapat terbentuk lebih banyak lagi bystander RJP yang dapat

memberikan pertolongan langsung pada korban OHCA. Media

pembelajaran yang sederhana akan menyediakan suatu strategi

pelatihan yang efektif dan efisien dari segi waktu dan biaya untuk

meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan dalam

melakukan RJP (Lynch et al., 2005).

Page 41: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

21

2.3 Konsep Pembelajaran RJP

Pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah

proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Sedangkan menurut Gagne dalam Sihes (2011), pembelajaran adalah

perubahan atau kemampuan seseorang yang dapat dikekalkan tetapi tidak

disebabkan oleh pertumbuhan. Perubahan yang disebut pembelajaran

diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku; dengan membandingkan

tingkah laku seorang individu sebelum dipaparkan pada situasi pembelajaran

dengan tingkah lakunya setelah dipaparkan dengan situasi pembelajaran

(Sihes, 2011).

Pembelajaran RJP adalah suatu usaha untuk dapat menguasai

pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tindakan RJP yang

dilakukan untuk mengembalikan kembali fungsi jantung dan paru yang tiba –

tiba berhenti dari seseorang (Choi et al., 2015).

2.3.1. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau

menyajikan, menguraikan, dan memberi latihan isi pelajaran kepada

siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Sihes, 2011). Menurut Sumiati

dan Asra (2009) ketepatan penggunaan metode pembelajaran

tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran materi

pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas,

situasi dan kondisi dan waktu.

Perkembangan teknologi mendorong berkembangnya metode

pembelajaran yang efektif dan efisien yang dapat digunakan dalam

menunjang proses pelatihan yang dilakukan pada peserta (Sadeghi et

al., 2014). Metode pembelajaran berbasis teknologi modern telah

banyak dirancang untuk mempermudah proses pemahaman peserta

Page 42: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

22

pelatihan. Metode pembelajaran RJP secara umum dibagi menjadi

dua, yaitu metode tradisional dan metode non-tradisional.

Metode pembelajaran tradisional merupakan salah satu

metode pembelajaran yang sebagian besar dilakukan dengan metode

teacher centered learning (TCL) dengan berfokus pada penggunaan

text book, penjelasan instruktur, proses mengingat, dan menulis ulang

(Parasuram et al., 2014). Pelatihan RJP tradisional merupakan salah

satu metode pembelajaran RJP yang dilakukan oleh seorang instruktur

tersertifikasi untuk dapat mengajarkan peserta pelatihan melakukan

tindakan RJP pada manikin dengan cara memberikan materi terlebih

dahulu dan diikuti dengan melakukan demonstrasi serta redemonstrasi

pada peserta dalam melakukan tindakan RJP (Mardegan, 2015).

Metode tradisional lainnya yaitu dengan menggunakan

simulation based training. Simulation based training adalah metode

pembelajaran yang menggunakan proses implementasi model untuk

menirukan tindakan nyata dengan tujuan untuk mempelajari suatu

keterampilan tertentu (Halamek, 2006). Proses pembelajaran dengan

menggunakan simulasi memberikan kesempatan pada siswa untuk

melatih prinsip – prinsip dasar dalam melakukan tindakan yang

dipelajari dengan mendapatkan evaluasi langsung dari seorang

instruktur dalam melakukan simulasi tersebut (Sahu & Lata, 2010).

Simulation based training tentang tindakan RJP dapat

memberikan suatu pengalaman secara langsung kepada peserta

pelatihan dalam melakukan proses simulasi tindakan RJP disertai

dengan adanya skenario klinik. Proses yang dilakukan tersebut

memberikan kemudahan kepada peserta pelatihan dalam

meningkatkan pengetahuan dan menguasai keterampilan tindakan

Page 43: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

23

RJP (Tivener & Gloe, 2015). Metode pelatihan RJP dengan

menggunakan simulasi memberikan peningkatan pengetahuan dan

keterampilan oleh peserta pelatihan. Namun metode pelatihan ini tidak

cukup untuk mendukung retensi pengetahuan peserta pelatihan jika

dilakukan dengan satu metode saja. Metode pendukung lainnya juga

diperlukan untuk meningkatkan memori peserta pelatihan secara

spesifik tentang informasi detail dari algoritma penatalaksanaan

tindakan RJP pada pasien henti jantung (Thomas et al., 2016).

Metode pembelajaran non-tradisional merupakan metode

pembelajaran inovatif / modern yang menggunakan unsur teknologi,

animasi, dan efek-efek tertentu yang secara umum akan menghasilkan

proses pemahaman secara mandiri dan mengasah kemampuan

interaktif dari masing-masing peserta didik (Parasuram et al., 2014).

Metode pembelajaran non-tradisional diantaranya adalah self directed

video dan virtual reality simulation.

Pelatihan RJP dengan menggunakan self directed video dapat

meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dalam melakukan

tindakan RJP dibandingkan dengan pelatihan yang menggunakan

demonstrasi saja. Manfaat menggunakan self directed video yaitu: (1)

metode tersebut bersifat personal sehingga memberikan kemudahan

membangun rasa kepercayaan diri peserta pelatihan dalam

melakukan tindakan RJP; (2) menyediakan format pembelajaran yang

lebih mudah dipelajari untuk dilakukan oleh peserta pelatihan dimana

dan kapan saja; (3) menyediakan konsep pembelajaran yang berfokus

pada topik utama yaitu tentang RJP; serta (4) mempermudah dalam

menjelaskan konsep dengan media teknologi modern yang akan lebih

menarik perhatian peserta pelatihan (Einspurch et al., 2007).

Page 44: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

24

Virtual reality and simulation (VRS) merupakan suatu teknologi

komputer 3 dimensi berupa video animasi bergerak disertai audio yang

merefleksikan manusia dalam melakukan suatu simulasi animasi

sesuai dengan alur yang telah dibuat (Heinrich et al., 2010). Aplikasi

penggunaan media VRS oleh adult learner dalam menunjang proses

pembelajaran keperawatan dapat dilakukan secara mandiri oleh

mahasiswa keperawatan dimana saja dan kapan saja ketika akses

teknologi sangat memungkinkan untuk menunjang aktivitas

pembelajaran (Tschannen et al., 2011).

2.3.2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan dalam mengirimkan pesan dari pengirim ke penerima

pesan. Tujuannya adalah merangsang proses pikiran, perasaan,

perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar

dapat diterapkan (Sadiman, 2008). Sedangkan menurut Schramm,

media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan berupa alat

bantu yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Putri,

2011). Metode dan media merupakan unsur yang penting dalam

proses pembelajaran. Pemilihan metode dalam pembelajaran akan

mempengaruhi media apakah yang sesuai untuk mendukung proses

pembelajaran.

Dale dalam Mahnun (2012), telah mengklasifikasikan Cone of

Experience yang dapat membantu menentukan media apa yang paling

sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. Kerucut pengalaman Dale

menjelaskan bahwa semakin keatas di puncak kerucut semakin

abstrak media penyampai pesan atau informasi. Pengalaman

langsung tersebut akan memberikan kesan paling utuh dan bermakna

Page 45: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

25

mengenai informasi dan gagasan yang tekandung dalam pengalaman

tersebut karena itu melibatkan indera penglihatan, pendengaran,

perasaan, penciuman, dan peraba. Ini juga dikenal dengan Learning

by Doing. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus dari

pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang

paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa

yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajar (Mahnun,

2012).

Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Dale (Heinich et al., 2002)

Hasil pembelajaran:

Mem-

baca

Mendengar

Melihat Gambar / Diagram

Melihat Video / Film

Melihat Pameran

Melihat Demonstrasi

Partisipasi dalam Workshop

Bermain Peran

Melakukan Simulasi

Mengerjakan Hal yang Nyata

Menetapkan

Mendeskripsikan

Menjelaskan

List

Mendemonstrasikan

Menerapkan

Mempraktikkan

List

Menganalisis

Mendesain

Membuat

Mengevaluasi

Yang dapat diingat:

10% dari yang dilihat

20% dari yang didengar

30% dari yang dilihat

50% dari yang dilihat dan

didengar

70% dari yang mereka tulis dan katakan

90% dari yang mereka kerjakan

Page 46: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

26

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis media pada

dasarnya dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu media

cetak, media elektronik, dan objek nyata atau realita. Media cetak

termasuk di dalamnya tulisan, gambar, dan bagan. Keuntungan dari

media cetak adalah disamping murah biaya produksinya, juga lebih

mudah dalam penggunaannya, dalam arti tidak memerlukan peralatan

khusus, serta lebih mudah dibawa atau dipindahkan. Sedangkan

kelemahan dari media ini adalah cenderung membosankan (Mahnun,

2012).

Disamping penggunaan media cetak, media elektronik sering

dipilih dan digunakan dalam pengajaran, antara lain perangkat slide,

film, rekaman, overhead transparancies (OHT), dan video rekaman.

Keuntungan dari penggunaan media elektronik adalah dapat

memberikan suasana yang lebih menarik, dan dapat pula digunakan

untuk memperlihatkan suatu proses tertentu secara lebih nyata.

Sedangkan kelemahannya yaitu dalam segi teknis dan juga biaya.

Penggunaan media ini memerlukan dukungan sarana dan prasarana

tertentu seperti listrik serta peralatan/bahan-bahan khusus yang tidak

selamanya mudah diperoleh di tempat-tempat tertentu. Di samping itu,

pengadaan maupun pemeliharaannya cenderung menuntut biaya

yang mahal (Mahnun, 2012).

Media yang terakhir adalah dengan menggunakan obyek nyata

atau realita. Keuntungan dari penggunaan media ini adalah dapat

memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk

mempelajari sesuatu dan memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya serta melatih

keterampilan mereka dengan menggunakan sebanyak mungkin alat

Page 47: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

27

indra. Sedangkan kelemahan dari media ini adalah membawa siswa

ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-kadang memiliki risiko

dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya. Selain itu, biaya yang

diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata kadang-kadang

tidak sedikit, apalagi ditambah dengan kemungkinan kerusakan dalam

menggunakannya. Media pembelajaran ini juga tidak selalu dapat

memberikan semua gambaran dari obyek yang sebenarnya sehingga

pengajaran harus didukung pula dengan media lain (Mahnun, 2012).

2.3.3. Pembelajaran RJP untuk Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun

yang memiliki fisik lebih kuat, mempunyai sifat individual, serta aktif

dan tidak bergantung dengan orang tua (Gunarsa, 2006). Menurut

Wong (2008), sekolah menjadi pengalaman inti anak dimana seorang

anak dianggap mulai dapat bertanggung jawab atas perilakunya

sendiri dalam hubungan dengan orang tua, teman, dan orang lain. Usia

sekolah adalah masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan

memperoleh keterampilan tertentu. Tingkatan kelas di sekolah dasar

dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas

rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas tinggi

terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992).

Anak usia sekolah sebagai bystander RJP sangat diperlukan

karena apabila pada lokasi kejadian korban OHCA tidak ada seorang

dewasa, anak tersebut harus dapat menjadi penolong pertama untuk

meningkatkan tingkat kelangsungan hidup OHCA (Bollig et al., 2009).

Dimulai pada anak usia 6 tahun, anak-anak harus diajarkan

keterampilan 'Memanggil Bantuan', termasuk mengenali keadaan

Page 48: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

28

darurat, mempertahankan keamanan dan melaporkan kepada orang

dewasa. Sedangkan anak usia 11-13 tahun, dapat diberikan

keterampilan untuk membantu kepatenan jalan napas, memberikan

bantuan pernapasan dan sirkulasi serta pemberian kompresi dada

(Bernardo et al, 2002).

Zakariassen dan Andersen (2008) melaporkan bahwa hasil

dalam studinya menggunakan kalender dengan tema Basic Life

Support (BLS) yang diajarkan kepada anak usia sekolah oleh gurunya

memperoleh hasil yang signifikan. Setelah pembelajaran tersebut,

siswa mampu mengkaji respon korban (17%), memposisikan korban

dengan recovery position (64%), mengkaji jalan nafas (31%), dan

dapat memanggil bantuan EMS (74%). Hal tersebut membuktikan

bahwa anak usia sekolah dapat menjadi seorang bystander RJP

apabila sering terpapar pembelajaran tentang RJP.

Video animasi merupakan media pembelajaran yang

direkomendasikan untuk anak usia sekolah. Siswa yang mengamati

tokoh atau model dalam video animasi tersebut akan melakukan

perubahan perilaku sesuai model atau sebaliknya karena mereka telah

mempelajari konsekuensi dari perilaku tersebut pada model (Unal et

al., 2010). Hal tersebut didukung oleh Choa et al., (2008) yang

membandingkan efisiensi dari instruksi RJP oleh animasi dengan

dispatcher. Konten dalam instruksi animasi RJP adalah pembelajaran

BLS. Dalam penelitian tersebut membuktikan hipotesis bahwa alat

instruksi RJP berupa animasi membantu secara efektif

mempertahankan keterampilan RJP dibandingkan dengan instruksi

dari seorang dispatcher.

Page 49: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

29

2.4 Konsep VAF (Video Animasi Fabel) “Atan Titung” RJP

Video adalah gambar-gambar dalam frame, di mana frame

diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar

terlihat gambar hidup (Arsyad, 2011). Animasi adalah serangkaian gambar

gerak cepat yang terus-menerus yang memiliki hubungan satu dengan

lainnya. Animasi yang awalnya hanya berupa rangkaian dari potongan-

potongan gambar yang digerakkan sehingga terlihat hidup (Adinda & Adjie,

2011). Fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia

berisi pendidikan moral dan budi pekerti yang pelakunya diperankan oleh

binatang (KBBI, 2008). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa video animasi fabel adalah rangkaian gambar yang terlihat hidup pada

layar yang menceritakan tentang pendidikan moral yang diperankan oleh

binatang.

2.4.1. Pengembangan VAF sebagai Pembelajaran RJP

Video Animasi Fabel (VAF) merupakan suatu media

pembelajaran dengan memanfaatkan multimedia yang didesain

khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui pengembangan

media pembelajaran ini akan melatih para peserta didik tentang RJP

dengan lingkungan belajar yang menyenangkan.

Tahap produksi video animasi menurut Suyanto dan Kurnawan

(2006) yaitu sebagai berikut:

1. Pra Produksi

a. Konsep/Ide

Konsep/ide merupakan langkah awal yang harus di tetapkan

terlebih dahulu sebelum membuat video. Karena konsep inilah

yang nantinya akan memberi dan menciptakan hal-hal mengenai

komposisi yang ada dalam sebuah karya tersebut. Pada

Page 50: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

30

pembuatan VAF mengenai RJP memiliki konsep seperti film

pendek yang bersifat informatif.

b. Naskah

Naskah animasi merupakan implementasi dari ide-ide kreatif

rancangan konsep animasi yang dipadukan dengan hasil

pengolahan materi yang ada. Dalam VAF ini mempunyai dua

bagian, yaitu bagian intro dan bagian cerita fabel berisi materi.

c. Tokoh

Tokoh adalah pendukung penting untuk membantu

menceritakan seuatu kisah dalam film / video. Dalam VAF ini

menggunakan dua tokoh penguat yang ada. Satu tokoh utama

dan satu tokoh lainnya.

d. Storyboard

Storyboard VAF tentang RJP merupakan gambaran kasar

bagaimana jalannya video yang akan dibuat nantinya. Dalam

gambar-gambar tersebut mempunyai keterangan seperti nomor

scene, narasi yang dipakai pada setiap scene, durasi dan lain hal

sebagainya tergantung dari format storyboard yang digunakan.

2. Produksi

a. Pembuatan desain

Proses pembuatan desain menggunakan software CorelDRAW

X7. Pembuatan objek desain tiga dimensi ini relatif sama pada

pembuatan objek 3D lainnya, yaitu menggunakan teknik dasar

desain vektor, dan tools yang paling banyak digunakan pada

projek ini yaitu Pen Tool yang ada pada tool box software

CorelDRAW.

Page 51: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

31

b. Record Audio/dubbing

Record audio atau dubbing berfungsi sebagai pengisi suara dari

karakter yang ada. Dalam melakukan dubbing, peneliti

menggunakan aplikasi rekaman bawaan dari smartphone

android Xiaomi Note 3 sebagai alat untuk merekam suara.

Rekaman suara meliputi suara karakter yaitu Athan, ayah, polisi

dan operator EMS.

Tabel 2.1 Daftar dubber VAF tentang RJP

Karakter Pengisi Suara

Athan Rismawan Adi Yunanto (menggunakan aplikasi android Chipmunk Voice untuk mendapatkan suara seperti anak kecil)

Ayah Rismawan Adi Yunanto

Polisi Dedi Kurniawan

Operator EMS Suis Galischa Wati

c. Musik

Musik dalam VAF ini yaitu audio pelengkap video seperti

backsound dan efek suara lain. Audio tersebut didapatkan dari

mengunduh melalui media internet.

d. Proses animasi

Proses penganimasian menggunakan software utama Adobe

after Effect untuk menggerakkan gambar yang sudah dibuat

menggunakan software desain CorelDraw X7 dan juga membuat

efek motion grafik pada video.

Page 52: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

32

3. Paska Produksi

a. Compositing and editing

Compositing bertujuan untuk menggabungkan dan menata

bagian scene yang terpisah dan juga file audio. Pada tahap

compositing ini, bagian scene yang terdiri dari beberapa scene

tersebut akan dijadikan satu agar memudahkan dalam

pengeditan. Sedangkan editing bertujuan untuk

menyempurnakan kembali bagian yang dirasa kurang, seperti

menyelaraskan bagian-bagian video agar menjadi terstruktur,

menyesuaikan animasi gambar dengan audio musik dan narasi,

penambahan efek tertentu, dan penyesuaian durasi. Pada tahap

compositing and editing, prosesnya disesuaikan menurut

storyboard yang sudah dibuat sebelumnya.

b. Final rendering

Final rendering bertujuan untuk menghasilkan satu file yang

sudah siap untuk dilihat dari beberapa file dalam proses

sebelumnya. Format yang dihasilkan oleh rendering adalah

format file video .mp4 dengan kualitas Full HD dengan resolusi

1280x720p.

2.4.2. Pembelajaran dalam Meningkatkan Pengetahuan dan

Keterampilan RJP

Pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tindakan

RJP dapat ditingkatkan dengan memberikan pembelajaran tentang

RJP. Proses pembelajaran yang dapat dilakukan pada seorang

bystander RJP yaitu dengan metode simulasi dan memanfaatkan

berbagai media pembelajaran berbasis teknologi (Farshi et al., 2012).

Metode simulasi merupakan salah satu metode yang paling efektif dan

Page 53: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

33

paling sering digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam melakukan tindakan RJP (Potts & Lynch, 2006).

Ahmad dan Aqel (2015) dalam studinya menjelaskan bahwa

pembelajaran RJP dengan menggunakan proses simulasi dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang tindakan RJP

pada peserta pelatihan. Penelitian lain juga menjelaskan bahwa

metode pembelajaran RJP dengan menggunakan simulasi

memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari peserta

pelatihan (Thomas et al., 2016). Granito dan Chernobilsky (2012) juga

melaporkan beberapa komponen teknologi yang berupa gambar,

suara, dan animasi gerak memiliki keuntungan untuk mudah diingat

oleh seseorang sehingga dapat meningkatkan motivasi dan retensi

pengetahuan.

Garcia et al. (2015) menjelaskan beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang RJP yaitu usia,

pelatihan RJP, dan pekerjaan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi

keterampilan seseorang dalam melakukan RJP menurut Nyman et al.

(2000) yaitu pengetahuan, kepercayaan diri, dan pelatihan RJP.

2.4.3. Pembelajaran dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri dan

Kemauan melakukan RJP

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri melakukan

RJP pada orang awam berdasarkan Sasaki et al., (2015) yaitu pernah

mengikuti pelatihan RJP, pernah melakukan RJP sebelumnya, dan

kesadaran adanya letak AED di lingkungan masyarakat. Sedangkan

faktor yang mempengaruhi kemauan seseorang melakukan RJP

berdasarkan Theory of Reason Action dalam Lu et al., (2016) yaitu

sikap, norma subyektif, dan efikasi diri.

Page 54: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

34

Faktor lain yang mempengaruhi kemauan seseorang melakukan

RJP adalah pelatihan RJP. Cheng-Yu et al., (2016) menjelaskan

bahwa pelatihan tentang tindakan RJP yang diberikan pada seseorang

akan meningkatkan kemauan seseorang untuk melakukan RJP.

Tujuan dari pelatihan RJP pada orang awam tidak hanya untuk

memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan RJP,

tetapi juga untuk meningkatkan kemauan orang awam untuk

melakukan RJP pada kasus OHCA. Beberapa studi telah melaporkan

bahwa orang awam dengan pelatihan RJP sebelumnya lebih bersedia

untuk melakukan RJP (Cho et al., 2010).

Hubungan kekerabatan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kemauan seorang bystander RJP dalam memberikan

RJP pada korban OHCA. Orang awam yang cenderung memiliki

hubungan kekerabatan pada korban OHCA akan lebih bersedia

memberikan pertolongan dibandingkan dengan orang awam yang

tidak memiliki hubungan kekerabatan sama sekali (Jhonston et al.,

2003).

Holmberg et al., (2000) menjelaskan bahwa bystander RJP

yang telah terlatih memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi untuk

selanjutnya mempengaruhi kemauan masyarakat awam dalam

melakukan tindakan RJP pada korban OHCA dan berperan dalam

menurunkan angka kematian pasien OHCA di Swedia. Pendekatan

yang perlu dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan

melakukan pelatihan terstandar dan praktis agar terbentuk bystander

RJP yang terampil dan memiliki kepercayaan diri dan kemauan untuk

dapat melakukan tindakan RJP dengan tepat pada korban OHCA.

Page 55: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

35

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh media pembelajaran VAF terhadap pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam melakukan RJP

Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA)

Penatalaksanaan OHCA: Chain of Survival

Bystander RJP

Pelatihan RJP

Metode Pembelajaran: Simulasi

Media Pembelajaran

Media Cetak: Modul

Media Elektronik: Video Animasi Fabel (VAF)

Obyek Nyata

Keterangan: = Diteliti

= Tidak diteliti

Pengetahuan

Keterampilan

Kepercayaan Diri

Kemauan

Faktor pengetahuan RJP: 1. Usia 2. Pelatihan RJP 3. Pekerjaan Faktor keterampilan RJP: 1. Pengetahuan 2. Kepercayaan Diri 3. Pelatihan RJP

I

N

P

U

T

P

R

O

S

E

S

O

U

T

P

U

T

Faktor kepercayaan diri RJP: 1. Pelatihan RJP 2. Pengalaman RJP 3. Kesadaran letak

AED di lingkungan Faktor kemauan melakukan RJP: 1. Sikap 2. Norma Subyektif 3. Efikasi Diri

Page 56: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

36

Penjelasan Kerangka Konsep

OHCA adalah salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan

di seluruh dunia. Penatalaksanaan OHCA yaitu dengan mengoptimalkan

chain of survival salah satunya dengan memaksimalkan peran dari seorang

bystander RJP. Untuk meningkatkan keefektifan dari bystander RJP, maka

AHA merekomendasikan pelatihan RJP untuk masyarakat awam. Pelatihan

RJP dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya yaitu dengan

metode simulasi. Dalam penatalaksanaannya, metode simulasi dapat

didukung dengan berbagai media pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti

melakukan perbandingan antara media cetak (modul) dan media elektronik

(VAF) untuk mengukur kemampuan responden terhadap RJP. Kemampuan

yang diukur meliputi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri, dan

kemauan responden dalam melakukan RJP. Responden yang diberikan

media pembelajaran VAF “Atan Titung” RJP dengan harapan VAF menjadi

media yang menyenangkan sehingga anak usia sekolah dapat membangun

pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri, dan kemauan melakukan RJP

dalam pembelajaran tersebut.

3.2 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan yang bermakna pada pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam melakukan RJP

antara sebelum, setelah dan satu minggu setelah pembelajaran RJP

dengan VAF “Atan Titung” RJP.

2. Ada perbedaan yang bermakna pada pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam melakukan RJP

antara sebelum, setelah dan satu minggu setelah pembelajaran RJP

dengan modul.

Page 57: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

37

3. Ada perbedaan yang bermakna antara pengaruh media pembelajaran

RJP dengan VAF dan modul terhadap pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam melakukan RJP.

Page 58: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

38

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian true eksperimental

dengan rancangan randomized subject, pretest-posttest control group design.

Randomized subject, pretest-posttest control group design adalah rancangan

penelitian eksperimen dimana selain terdapat kelompok eksperimen, juga ada

suatu kelompok pembanding (kontrol) yang serupa. Observasi yang dilakukan

sebelum eksperimen disebut dengan pretest, sedangkan yang dilakukan

setelah eksperimen disebut dengan posttest. Antara kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dilakukan secara acak dengan prinsip randomisasi.

Rancangan penelitian dapat digambarkan seperti dibawah ini.

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Gambar 4.1. Pretest-posttest control group design

Keterangan:

O1 : Pretest pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan

anak usia sekolah dalam melakukan RJP sebelum diberikan

pembelajaran RJP dengan VAF “Atan Titung” RJP;

O2 : Postest pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan

anak usia sekolah dalam melakukan RJP setelah diberikan

pembelajaran RJP dengan VAF “Atan Titung” RJP;

O1 X1 O2 O3

O4 X2 O5 O6

Page 59: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

39

O3 : Postest pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan

anak usia sekolah dalam melakukan RJP satu minggu setelah diberikan

pembelajaran RJP dengan VAF “Atan Titung” RJP;

X1 : Perlakuan pembelajaran RJP dengan VAF “Atan Titung” RJP;

O4 : Pretest pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan

anak usia sekolah dalam melakukan RJP sebelum diberikan

pembelajaran RJP dengan modul;

O5 : Posttest pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan

anak usia sekolah dalam melakukan RJP setelah diberikan

pembelajaran RJP dengan modul;

O6 : Posttest pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri dan kemauan

anak usia sekolah dalam melakukan RJP satu minggu setelah diberikan

pembelajaran RJP dengan modul;

X2 : Perlakuan pembelajaran RJP dengan modul.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kampungdalem 3 dan 4, Kota

Kediri, Jawa Timur.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 13 – 20 Juli 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN

Kampungdalem 3 dan 4 Kota Kediri sejumlah 358 siswa.

Page 60: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

40

4.3.2 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus

Lemeshow (1997):

𝑛 =

2

21

22

12/1

)(

2

UU

zz

𝑛 = (2 (1,96 + 1,282)2(8,9)2)

(19,8)2

𝑛 = 8,5

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal kelompok kasus dan kontrol

Z1-α / 2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat

kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)

Z1 –ß = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa

(power) sebesar diinginkan (untuk ß=0,10 adalah 1,28)

π = 8,9 berdasarkan penelitian dari Creutzfeldt et al., (2013)

U1-U2 = Proporsi kasus yang diambil dari penelitian sejenis yaitu dari

Creutzfeldt et al., (2013) yaitu 19,8

Besar sampel adalah mimimal 9 responden pada masing –

masing kelompok. Antisipasi tentang kemungkinan adanya drop out

dalam proses penelitian ini, maka menambah jumlah sampel sebesar

10% sehingga jumlah sampel yang diperlukan di setiap kelompok

adalah minimal 10 responden. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti

mengambil jumlah sampel untuk masing-masing kelompok yaitu

sebesar 60 responden. Jumlah total sampel yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah 120 responden yang dibagi ke dalam dua

kelompok penelitian.

Page 61: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

41

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah simple random sampling dengan dengan kriteria penelitian

sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

1. Siswa SD yang masih aktif mengikuti kegiatan pembelajaran;

2. Usia minimal 10 tahun;

3. Belum pernah mendapatkan pembelajaran RJP sebelumnya

4. Bersedia mempelajari RJP

5. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

Kriteria Eksklusi: Responden mengalami sakit selama jangka waktu

pemberian intervensi yang dilakukan oleh peneliti.

4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu

varibel independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah pembelajaran RJP dengan menggunakan media VAF “Atan Titung”

RJP dan pembelajaran RJP dengan menggunakan media modul; sedangkan

variabel dependennya adalah pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri,

dan kemauan anak usia sekolah dalam melakukan RJP. Penjelasan definisi

operasional dapat dilihat di tabel 4.1.

Page 62: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

42

Tabel 4.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Hasil Ukur

1.

Variabel Independen : Pembelajaran RJP dengan menggunakan VAF

Serangkaian kegiatan pembelajaran cardiopulmonary resuscitation (RJP) yang berfokus pada early recognition and activation EMS di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi dan dengan media pembelajaran VAF yang didampingi oleh instruktur selama 2 jam. Media pembelajaran VAF adalah video animasi fabel dengan judul “Atan Titung” dengan tokoh orang utan yang menceritakan korban yang mengalami henti jantung serta menampilkan tindakan yang harus dilakukan pada korban tersebut. Durasi dari VAF adalah 6 menit 3 detik.

1. Responden mengikuti pembelajaran RJP di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi dan media pembelajaran VAF dengan didampingi oleh satu orang instruktur;

2. Kegiatan instruktur yaitu menjelaskan konsep RJP menggunakan media VAF, demonstrasi, diskusi dan tanya jawab selama 60 menit;

3. Responden melakukan pembelajaran dan latihan mandiri dan diperkenankan untuk memutar video (berlangsung selama 60 menit)

Lembar observasi pelaksanaan kegiatan

-

-

Page 63: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

43

2.

Variabel Independen : Pembelajaran RJP dengan menggunakan modul

Serangkaian kegiatan pembelajaran cardiopulmonary resuscitation (RJP) yang berfokus pada early recognition and activation EMS di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi dan dengan media pembelajaran modul yang didampingi oleh instruktur selama 2 jam. Media pembelajaran modul adalah media pembelajaran yang disusun secara sistematis yang mencakup materi tentang RJP yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan

1. Responden mengikuti pembelajaran RJP di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi dan media pembelajaran modul dengan didampingi oleh satu orang instruktur;

2. Kegiatan instruktur yaitu menjelaskan konsep RJP menggunakan media modul, demonstrasi, diskusi dan tanya jawab selama 60 menit;

3. Responden melakukan pembelajaran dan latihan mandiri dengan menggunakan modul (berlangsung selama 60 menit)

Lembar observasi pelaksanaan kegiatan

-

-

Page 64: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

44

3. 4. 5. 6.

Variabel dependen: Pengetahuan Variabel dependen: Keterampilan Variabel dependen: Kepercayaan diri Variabel dependen: Kemauan

Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh responden tentang RJP sebelum,setelah, dan satu minggu setelah mengikuti pembelajaran RJP Kemampuan responden dalam melakukan RJP sebelum,setelah, dan satu minggu setelah mengikuti pembelajaran RJP Keyakinan pada kemampuan diri sendiri seorang responden untuk dapat melakukan tindakan RJP pada seseorang yang mengalami OHCA sebelum, setelah, dan satu minggu setelah mengikuti pembelajaran RJP Kesanggupan responden untuk dapat melakukan tindakan RJP pada seseorang yang mengalami OHCA sebelum, setelah, dan satu minggu setelah mengikuti pembelajaran RJP

Pengetahuan tentang RJP: 1. Pengenalan cardiac arrest 2. Pengkajian bahaya sekitar 3. Pengkajian kesadaran 4. Aktivasi EMS 5. Hands-only RJP Kemampuan dalam melakukan RJP: 1. Pengkajian bahaya sekitar 2. Pengkajian kesadaran 3. Aktivasi EMS 4. Hands-only RJP

Kepercayaan diri melakukan: 1. Pengkajian bahaya sekitar 2. Pengkajian kesadaran 3. Aktivasi EMS 4. Hands-only RJP

Kemauan melakukan RJP: 1. Pada orang yang dikenal 2. Pada orang asing

Kuesioner Lembar observasi tindakan Kuesioner Kuesioner

Numerik (Interval) Numerik (Interval) Numerik (Interval) Numerik (Interval)

Skor Nilai: 0 - 10 Skor Nilai : 0 - 6 Skor Nilai : 4 - 8 Skor Nilai : 8 - 16

Page 65: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

45

4.5 Alat Penunjang Penelitian

1. VAF “Atan Titung” RJP

Video animasi yang digunakan bernama VAF (Video Animasi Fabel)

“Atan Titung (Anak Tanggap Henti Jantung)” yang merupakan video

animasi 3D yang diciptakan sebagai media edukasi masyarakat awam

khususnya anak-anak tentang henti jantung dan tindakan resusitasi jantung

paru (RJP) yang dapat dipelajari dengan tujuan agar dapat menambah

jumlah bystander RJP yang dapat membantu korban henti jantung di luar

rumah sakit.

2. Manikin RJP

Manikin RJP yang digunakan dalam penelitian ini adalah buatan

sendiri (hand made) dengan bahan dari busa serta dilengkapi sebuah

lampu indikator sebagai indikator ketepatan kedalaman kompresi yang

dilakukan. Manikin RJP yang digunakan tidak melalui proses pengujian

validitas manikin.

4.6 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu

kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner digunakan untuk mengukur

pengetahuan, kepercayaan diri, dan kemauan melakukan RJP. Kuesioner

berisi serangkaian pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti dan

selanjutnya akan diisi oleh responden. Lembar kuesioner yang diberikan

berupa susunan pertanyaan yang tersusun berdasarkan indikator-indikator

pengetahuan, kepercayaan diri, dan kemauan melakukan RJP yang bersifat

tertutup.

Page 66: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

46

1. Kuesioner pengetahuan RJP

Kuesioner pengetahuan RJP dikembangkan berdasarkan panduan

dari AHA (2015) dan Ozbilgin et al., (2015) yang telah dilakukan uji validitas

dan reliabilitas oleh peneliti. Distribusi sebaran butir pertanyaan untuk

pengetahuan tentang RJP terdiri dari:

a. Pengenalan henti jantung

b. Cek bahaya sekitar

c. Cek kesadaran

d. Aktivasi EMS

e. Hands-only RJP

Nilai dari setiap pertanyaan yang dijawab benar adalah 1,

sedangkan jawaban yang salah diberi nilai 0. Skala data yang digunakan

adalah interval dengan rentang nilai antara 0 – 10.

2. Kuesioner kepercayaan diri melakukan RJP

Kuesioner kepercayaan diri melakukan RJP dikembangkan

berdasarkan riset yang dilakukan oleh Birkeland, (2014) dan Chew et al.,

(2011) yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Respon yang

diberikan oleh responden adalah berupa pernyataan “sangat percaya diri”

dan “percaya diri” dengan nilai 2, serta “kurang percaya diri” dan “tidak

percaya diri” dengan nilai 1. Skala data yang digunakan dalam variabel

kepercayaan diri adalah skala interval dengan rentang nilai antara 4 – 8.

Distribusi sebaran butir pertanyaan untuk kepercayaan diri

melakukan RJP terdiri dari:

a. Cek bahaya sekitar

b. Cek kesadaran

c. Aktivasi EMS

d. Hands-only RJP

Page 67: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

47

3. Kuesioner kemauan melakukan RJP

Kuesioner kemauan melakukan RJP dikembangkan berdasarkan riset

yang dilakukan oleh Chew et al., (2009) yang telah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas. Kategori dari pengumpulan data yang dilakukan oleh kuesioner

tersebut adalah berupa respon positif dan respon negatif yang diintepretasikan

sebagai mau dan tidak mau.

Distribusi sebaran butir pertanyaan untuk kemauan melakukan RJP

terdiri dari:

a. Bersedia melakukan RJP pada orang yang dikenal

b. Bersedia melakukan RJP pada orang yang tidak dikenal

Respon yang dapat diberikan oleh responden adalah berupa

pernyataan “iya” dengan nilai 2, dan “tidak” dengan nilai 1. Skala data yang

digunakan dalam variabel kemauan adalah skala interval dengan rentang nilai

antara 8 – 16.

4. Lembar observasi keterampilan melakukan tindakan RJP

Lembar observasi tentang tindakan RJP adalah berdasarkan panduan

dari Hazinski et al., (2015). Nilai dari setiap tindakan yang dapat dilakukan

dengan benar adalah adalah 1, sedangkan tindakan yang salah diberi nilai 0.

Skala data yang digunakan adalah interval dengan rentang nilai antara 1 – 10.

Page 68: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

48

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada responden yang berjumlah

30 orang. Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan pada siswa

SD dengan karakteristik yang hampir sama dengan responden penelitian yaitu

di SDN Kampungdalem 5 Kota Kediri. Hasil uji validitas pada kuesioner

pengetahuan didapatkan bahwa pertanyaan valid yaitu r hasil > r tabel (0,361)

sebesar 10 pertanyaan dari 15 pertanyaan. Hasil uji validitas pada kuesioner

kepercayaan diri didapatkan bahwa pertanyaan valid yaitu r hasil > r tabel

(0,361) sebesar 4 pertanyaan dari 6 pertanyaan. Hasil uji validitas pada

kuesioner kemauan didapatkan bahwa pertanyaan valid yaitu r hasil > r tabel

(0,361) sebesar 8 pertanyaan dari 8 pertanyaan. Uji reliabilitas kuesioner

dilakukan dengan cronbach’s alpha. Jika alpha semakin mendekati nilai 1

maka nilai reliabilitas instrumen pada penelitian semakin tinggi. Uji reliabilitas

kuesioner didapatkan hasil bahwa ketiga kuesioner reliabel.

Page 69: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

49

4.8 Kerangka Kerja Penelitian

Gambar 4.2. Kerangka kerja penelitian pengaruh media pembelajaran VAF

terhadap pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri, dan kemauan anak usia sekolah dalam melakukan RJP

Proposal Penelitian

Uji Proposal dan Laik Etik

Validitas dan Reliabilitas kuesioner

Populasi Penelitian Siswa SDN Kampungdalem 3 dan 4

berusia > 10 tahun

Responden Penelitian: randomized controlled trial

Penjelasan Prosedur dan Informed Consent

Pretest kuesioner untuk pengetahuan, kepercayaan diri, dan kemauan serta lembar observasi pada keterampilan melakukan tindakan RJP

Kelompok VAF: Pembelajaran tindakan RJP dengan menggunakan media pembelajaran VAF. Pelaksanaan pelatihan RJP dengan metode simulasi dengan media VAF dilakukan sebanyak satu kali selama 120 menit.

Kelompok modul: Pembelajaran tindakan RJP dengan menggunakan media pembelajaran modul. Pelaksanaan pelatihan RJP dengan metode simulasi dengan media modul dilakukan sebanyak satu kali selama 120 menit.

Posttest kuesioner untuk pengetahuan, kepercayaan diri dan kemauan serta lembar observasi pada keterampilan melakukan tindakan RJP

Pengolahan data: Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisis Data: Univariat dan Bivariat

Penyajian Data

Page 70: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

50

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

4.9.1 Prosedur Administratif

Proses administratif dimulai dengan mengajukkan permohonan ijin

penelitian kepada pihak SDN Kampungdalem 3 dan 4 Kota Kediri. Peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan dan gambaran umum pelaksanaan

penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan proses pengambilan data ke

responden.

4.9.2 Prosedur Teknis

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan randomized pada kelompok

penelitian. Tahap pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan dan gambaran umum

penelitian kepada responden, selanjutnya responden mengisi lembar

persetujuan (informed consent) sebagai responden penelitian.

2. Selanjutnya, pengambilan data pretest maupun posttest dilakukan oleh

asisten peneliti (numerator) sebanyak 5 orang.

3. Pretest dilakukan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri, dan kemauan responden dalam melakukan RJP. Pretest

dilakukan pada responden pada semua kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Lembar kuesioner yang diberikan berupa susunan

pernyataan yang tersusun berdasarkan indikator-indikator yang sesuai.

Lembar observasi juga disusun berdasarkan indikator untuk menilai

keterampilan responden dalam melakukan RJP.

Kegiatan yang dilakukan saat pretest adalah:

a. Pengumpul data yang terdiri dari 5 orang numerator memberikan

kuesioner untuk mengukur pengetahuan, kepercayaan diri, dan

kemauan melakukan RJP untuk diisi oleh responden;

Page 71: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

51

b. Numerator memberikan informasi kepada responden tentang pengisian

lembar kuesioner tersebut serta melakukan pendampingan kepada

responden dalam pengisian lembar kuesioner jika perlu. Lembar

kuesioner yang diberikan berisi pertanyaan - pertanyaan tentang

pengetahuan, kepercayaan diri, dan kemauan melakukan RJP.

c. Numerator kemudian meminta responden untuk melakukan

demonstrasi awal tindakan RJP untuk mengetahui keterampilan

responden dalam melakukan RJP. Kegiatan demonstrasi pada masing-

masing responden dilakukan di kelas dengan didampingi numerator.

Lembar observasi berupa checklist sesuai dengan panduan

pelaksanaan RJP oleh AHA (2015) yang digunakan sebagai alat bantu

dalam menilai keterampilan responden dalam penelitian ini.

4. Pretest yang telah diselesaikan oleh responden, maka harus dikumpulkan

pada numerator.

5. Langkah selanjutnya yaitu pembelajaran RJP dengan media VAF pada

kelompok eksperimen, dan media modul pada kelompok kontrol oleh

instruktur RJP yang didampingi oleh numerator untuk mengatur dan

mengontrol jalannya pelatihan agar tercipta suasana pelatihan yang

kondusif.

6. Intervensi yang dilakukan oleh instruktur beserta numerator, kemudian

diakhiri dengan posttest. Posttest dilakukan setelah pelatihan dan satu

minggu setelah pelatihan. Posttest yang telah diselesaikan oleh responden,

maka harus dikumpulkan pada numerator.

Page 72: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

52

4.10 Pengolahan dan Analisis Data

4.10.1 Pengolahan Data

Setelah data didapatkan, selanjutnya dilakukan pengolahan

data dengan langkah sebagai berikut:

1. Editing

Editing yang dilakukan dengan memeriksa lembar observasi yang

telah diisi numerator dan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

Pemeriksaan ini dapat berupa kelengkapan jawaban dan

kebenaran penghitungan skor.

2. Coding

Pemberian tanda atau mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari

para responden ke dalam kategori tertentu.

3. Entry

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode katagori kemudian

dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

Data diolah dengan SPSS 16.

4. Cleaning

Data yang sudah dimasukkan diperiksa kembali sejumlah sampel

dari kemungkinan data yang belum di entry. Hasil dari cleaning

didapatkan bahwa tidak ada kesalahan sehingga seluruh data dapat

digunakan.

Page 73: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

53

4.10.2 Analisis Data

Sebelum dilakukan proses analisis data, data yang sudah dikumpulkan

oleh peneliti dilakukan uji homogenitas dan uji normalitas data terlebih dahulu.

Data dikatakan homogen apabila hasil uji homogenitas didapatkan nilai p >

0,05. Data dikatakan normal apabila hasil analisis Kolmogorov-Smirnov

(subjek / data > 50) menunjukkan nilai probabilitas (nilai p) > 0,05. Data

pretest, posttest 1, dan posttest 2 pada variabel pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri, dan kemauan dengan skala data numerik dengan jenis

hipotesis komparatif numerik pada 3 kelompok berpasangan diuji dengan uji

Friedman karena data tidak berdistribusi normal. Confidence interval yang

digunakan adalah 95% untuk membandingkan pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri, dan kemauan dalam melakukan RJP sebelum, setelah, dan

satu minggu setelah diberikan intervensi. Analisis yang dilakukan selanjutnya

adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh pelatihan RJP pada kedua

kelompok penelitian terhadap pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri,

dan kemauan melakukan RJP setelah diberikan pelatihan RJP pada masing-

masing kelompok. Data posttest masing-masing variabel dependen diujikan

dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

4.11 Etika Penelitian

1. Informed concent

Dalam pelaksanaan penelitian, sebelum melangsungkan tindakan

pengambilan data, peneliti memastikan bahwa responden telah mengerti

dan memahami betul maksud dan tujuan dilakukannya penelitian serta

konsekuensi yang mungkin dialami. Mendapatkan penjelasan yang

lengkap serta wewenang untuk menentukan pilihan merupakan hak dari

responden. Setelah partisipan mengerti dan paham terhadap penjelasan

Page 74: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

54

yang diberikan oleh peneliti, selanjutnya responden diinstruksikan untuk

menandatangani lembar persetujuan atau informed consent, tujuannya

adalah untuk melindungi partisipan dari hal-hal yang tidak diharapkan dan

melindungi peneliti dari segi hukum.

2. Self determination

Dalam hal ini yang dimaksud dengan self determination adalah

menghargai martabat orang dengan memberikan hak untuk menentukan

pilihan dan mendapat penjelasan yang selengkapnya, responden juga

berhak menentukan waktu dan tempat untuk wawancara yang akan

dilakukan.

3. Anonimity

Prinsip anonimity dilakukan dengan tidak menuliskan nama dan inisial

partisipan pada data, namun hanya dilakukan dengan menuliskan kode.

Adanya jaminan anonimity dan confidientiality bertujuan untuk menjaga

objektivitas dalam penelitian dan melindungi responden dalam hal

kerahasiaan informasi.

4. Confidentiality

Informasi yang telah didapat dari responden akan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.

Page 75: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

55

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian dan Karakteristik Responden

Pelaksanaan pengambilan data penelitian dilakukan di bulan Juli

2017 di SDN Kampungdalem 3 dan 4 Kota Kediri. Jumlah responden

sebanyak 120 siswa dibagi menjadi dua kelompok penelitian yang dipilih

secara acak dengan masing – masing terdiri dari 60 responden. Kelompok

dalam penelitian ini yaitu kelompok VAF sebagai kelompok eksperimen dan

kelompok modul sebagai kelompok kontrol.

Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga tahap, yaitu data awal

sebelum pelatihan, data segera setelah pelatihan, dan data satu minggu

setelah pelatihan. Pengambilan data dilakukan pada empat buah variabel

yaitu: pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri, dan kemauan

responden dalam melakukan RJP. Data sebelum dan setelah pelatihan

dilaksanakan bersamaan dengan pelatihan RJP pada tanggal 13 Juli 2017.

Sedangkan data satu minggu setelah pelatihan dilaksanakan pada tanggal

20 Juli 2017. Selama ketiga tahap pengambilkan data dilakukan, seluruh

responden mengikuti kegiatan tersebut sampai selesai.

Pelaksanaan pelatihan untuk masing-masing kelompok dilakukan

dengan dua tahap, yaitu penjelasan materi RJP oleh instruktur

menggunakan metode simulasi dengan media VAF (kelompok eksperimen)

atau modul (kelompok kontrol) selama 60 menit kemudian dilanjutkan

dengan pembelajaran mandiri oleh siswa selama 60 menit. Suasana

belajar pada kelompok VAF lebih tenang daripada kelompok modul. Hal ini

dikarenakan pada kelompok VAF, siswa tertarik dan fokus melihat video

tersebut.

Page 76: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

56

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Karakteristik Usia Responden

Variabel Mean (SD) 95% CI

Usia 11.12 (0,75) 10,98 – 11,25

Sumber Data Primer (2017)

Data karakteristik responden berdasarkan usia yang ditunjukkan

dalam tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 11 tahun.

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Variabel Frekuensi (n) Presentase (%)

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

56 64

46,7 53,3

Total 120 100

Sumber Data Primer (2017)

Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang

ditunjukkan dalam tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden adalah perempuan sebanyak 64 (53,3%) responden.

5.2 Hasil Penelitian Pembelajaran Resusitasi Jantung Paru dengan Media

Pembelajaran VAF

5.2.1 Pengetahuan tentang RJP dengan Media Pembelajaran VAF

Perbedaan skor pengetahuan antara sebelum, setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP menggunakan media pembelajaran VAF,

seperti tercantum pada tabel 5.3 dibawah ini.

Tabel 5.3 Perbedaan Skor Pengetahuan antara Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan VAF

Pengetahuan Mean (SD) Min Max 95% CI p

Pretest 3,36 (1,08) 1 6 3,07 – 3,64 0,000

Posttest 1 9,73 (0,45) 9 10 9,61 – 9,85

Posttest 2 8,95 (0,71) 8 10 8,77 – 9,13

Uji Friedman. Nilai p post hoc Wilcoxon: Pretest vs Posttest 1 = 0,000; Pretest vs Posttest 2 = 0,000; Posttest 1 vs Posttest 2= 0,000.

Page 77: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

57

Pada tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa nilai p < 0,05 untuk

ketiga pengukuran, dimana terdapat perbedaan skor pengetahuan antara

sebelum, setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP pada kelompok

dengan menggunakan media pembelajaran VAF. Pada tahap awal

sebelum dilakukannya pelatihan (pretest) rata-rata pengetahuan responden

adalah 3,36 (3 – 4 jawaban benar) dengan nilai terendah 1 dan nilai

maksimal 6. Setelah dilakukan pelatihan (posttest 1), rata-rata

pengetahuan responden mencapai 9,73 (9 – 10 jawaban benar) dengan

nilai terendah 9 dan nilai tertinggi 10. Satu minggu setelah dilakukan

pelatihan (posttest 2) menunjukkan adanya penurunan rata-rata

pengetahuan responden yaitu 8,95 (8 – 9 jawaban benar) dengan nilai

terendah 8 dan nilai tertinggi 10.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kemampuan

responden dalam menjawab komponen pengetahuan tentang RJP secara

lebih mendalam yang ditunjukkan melalui tabel 5.4.

Page 78: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

58

Tabel 5.4 Perbedaan Pengetahuan (Menjawab Pertanyaan dengan Benar) pada Kelompok VAF

No Pengetahuan VAF

Pretest n (%)

Posttest 1 n (%)

Posttest 2 n (%)

p

1 Pengertian henti jantung 25 (41,7) 60 (100) 60 (100) 0,000a*

0,000b*

1,000c

2 Tanda henti jantung 20 (33,3) 60 (100) 50 (83,3) 0,000a*

0,000b*

0,002c* 3 Pengkajian keamanan 22 (36,7) 58 (96,7) 55 (91,7) 0,000a*

0,000b*

0,180c 4 Pengkajian kesadaran 12 (20) 58 (96,7) 47 (78,3) 0,000a*

0,000b*

0,005c* 5 Memanggil ambulans 36 (60) 60 (100) 60 (100) 0,000a*

0,000b*

1,000c 6 Pengkajian nadi 18 (30) 58 (96,7) 51 (85,0) 0,000a*

0,000b*

0,035c*

7 Tindakan RJP 22 (36,7) 60 (100) 50 (83,3) 0,000a*

0,000b*

0,002c* 8 Lokasi RJP 17 (28,3) 50 (83,3) 50 (83,3) 0,000a*

0,000b*

1,000c 9 Kecepatan RJP 15 (25) 60 (100) 55 (91,7) 0,000a*

0,000b*

0,025c* 10 Kedalaman RJP 14 (23,3) 60 (100) 60 (100) 0,000a*

0,000b*

1,000c

Ket : p < 0,05 pada post hoc Wilcoxon: a Pretest vs posttest 1 b Pretest vs posttest 2 c Posttest 1 vs posttest 2

Berdasarkan pada tabel 5.4 di atas dapat dijelaskan bahwa setelah

mengikuti pelatihan RJP dengan media pembelajaran VAF terlihat seluruh

responden mampu menjawab setiap butir pertanyaan dengan baik dan

terjadi perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah pelatihan,

serta sebelum dan satu minggu setelah pelatihan, dimana masing-masing

memiliki nilai p < 0,05.

Dari 10 (sepuluh) butir pertanyaan, sebanyak 5 (lima) butir

pertanyaan yang tidak terjadi perbedaan pengetahuan yang signifikan

antara setelah pelatihan dan satu minggu setelah pelatihan dengan nilai p

Page 79: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

59

> 0,05. Pertanyaan yang tidak mengalami perbedaan atau secara deskriptif

tidak mengalami penurunan pengetahuan diantaranya adalah pengertian

henti jantung (p = 1,000), pengkajian keamanan (p = 0,180), memanggil

ambulans (p = 1,000), lokasi RJP (p = 1,000), dan kedalaman RJP (p =

1,000).

5.2.2 Keterampilan Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran VAF

Perbedaan skor keterampilan antara sebelum, setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP menggunakan media pembelajaran VAF,

seperti tercantum pada tabel 5.5 dibawah ini.

Tabel 5.5 Perbedaan Skor Keterampilan antara Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan VAF

Keterampilan Mean(SD) Min Max 95% CI p

Pretest 0 0 0 0 0,000

Posttest 1 5,33 (0,73) 4 6 5,15 – 5,52

Posttest 2 4,45 (0,98) 1 6 4,20 – 4,70

Uji Friedman. Nilai p post hoc Wilcoxon: Pretest vs Posttest 1 = 0,000; Pretest vs Posttest 2 = 0,000; Posttest 1 vs Posttest 2= 0,000.

Pada tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa nilai p < 0,05 untuk

ketiga pengukuran, dimana terdapat perbedaan skor keterampilan antara

sebelum, setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP pada kelompok

dengan menggunakan media pembelajaran VAF. Pada tahap awal

sebelum dilakukannya pelatihan (pretest), responden tidak dapat

melakukan keterampilan RJP dengan nilai seluruh responden adalah 0.

Setelah dilakukan pelatihan (posttest 1), rata-rata keterampilan responden

mencapai 5,33 (5 – 6 melakukan tindakan dengan benar) dengan nilai

terendah 4 dan nilai tertinggi 6. Satu minggu setelah dilakukan pelatihan

(posttest 2) menunjukkan adanya penurunan rata-rata keterampilan

responden yaitu 4,45 (4 – 5 melakukan tindakan dengan benar) dengan

nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 6.

Page 80: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

60

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kemampuan

responden dalam melakukan setiap komponen keterampilan RJP secara

lebih mendalam yang ditunjukkan melalui tabel 5.6.

Tabel 5.6 Perbedaan Keterampilan (Melakukan Tindakan dengan Benar) pada Kelompok VAF

No Keterampilan VAF

Pretest n (%)

Posttest 1 n (%)

Posttest 2 n (%)

p

1 Pengkajian keamanan 0 (0) 53 (88,3) 28 (46,7) 0,000a*

0,000b* 0,000c*

2 Pengkajian kesadaran 0 (0) 58 (96,7) 46 (76,7) 0,000a*

0,000b* 0,001c*

3 Memanggil ambulans 0 (0) 57 (95) 56 (93,3) 0,000a*

0,000b* 0,564c

4 Lokasi RJP 0 (0) 54 (90) 53 (88,3) 0,000a*

0,000b* 0,655c

5 Kecepatan RJP 0 (0) 44 (73,3) 35 (58,3) 0,000a*

0,000b* 0,003c*

6 Kedalaman RJP 0 (0) 54 (90) 49 (81,7) 0,000a*

0,000b* 0,025c*

Ket : p < 0,05 pada post hoc Wilcoxon: a Pretest vs posttest 1 b Pretest vs posttest 2 c Posttest 1 vs posttest 2

Berdasarkan pada tabel 5.6 di atas diketahui bahwa pada seluruh

komponen keterampilan melakukan RJP antara sebelum dan setelah

pelatihan, serta sebelum dan satu minggu setelah pelatihan terjadi

perbedaan yang signifikan dengan masing-masing nilai p < 0,05. Dari 6

(enam) komponen keterampilan melakukan RJP, sebanyak 2 (dua)

komponen yang menunjukkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan atau

secara deskriptif tidak mengalami penurunan keterampilan antara setelah

pelatihan dan satu minggu setelah pelatihan dengan nilai p > 0,05.

Komponen keterampilan yang tidak mengalami penurunan diantaranya

adalah memanggil ambulans (p = 0,564) dan lokasi RJP (p = 0,655).

Page 81: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

61

5.2.3 Kepercayaan Diri Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran VAF

Perbedaan skor kepercayaan diri antara sebelum, setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP menggunakan media pembelajaran VAF,

seperti tercantum pada tabel 5.7 dibawah ini.

Tabel 5.7 Perbedaan Skor Kepercayaan Diri antara Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan VAF

Kepercayaan Diri Mean(SD) Min Max 95% CI p

Pretest 4,83 (0,92) 4 7 4,59 – 5,07 0,000a

Posttest 1 7,85 (0,36) 7 8 7,76 – 7,94 0,046b

Posttest 2 7,78 (0,45) 6 8 7,67 – 7,90

Uji Friedman. Nilai p post hoc Wilcoxon: a Pretest vs Posttest 1; Pretest vs Posttest b Posttest 1 vs Posttest 2

Pada tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa nilai p < 0,05 untuk

ketiga pengukuran, dimana terdapat perbedaan skor kepercayaan diri

antara sebelum, setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP pada

kelompok dengan menggunakan media pembelajaran VAF. Pada tahap

awal sebelum dilakukannya pelatihan (pretest), rata-rata kepercayaan diri

responden mencapai 4,83 (2 – 3 menjawab percaya diri) dengan nilai

terendah 4 dan nilai tertinggi 7. Setelah dilakukan pelatihan (posttest 1),

rata-rata kepercayaan diri responden mencapai 7,85 (3 – 4 menjawab

percaya diri) dengan nilai terendah 7 dan nilai tertinggi 8. Satu minggu

setelah dilakukan pelatihan (posttest 2) rata-rata kepercayaan diri

responden yaitu 7,78 (3 – 4 menjawab percaya diri) dengan nilai terendah

6 dan nilai tertinggi 8.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kepercayaan diri

responden dalam melakukan RJP secara lebih mendalam yang ditunjukkan

melalui tabel 5.8.

Page 82: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

62

Tabel 5.8 Perbedaan Kepercayaan Diri (Menjawab Percaya Diri) pada Kelompok VAF

Kepercayaan Diri VAF

No Pretest n (%)

Posttest 1 n (%)

Posttest 2 n (%)

p

1 Memeriksa lingkungan yang aman untuk menolong

22 (36,7) 57 (95) 56 (93,3) 0,000a*

0,000b* 0,317c

2 Mengenali korban tidak sadar

9 (15) 56 (93,9) 56 (93,3) 0,000a*

0,000b* 1,000c

3 Memanggil ambulans rumah sakit

19 (31,7) 58 (96,7) 58 (96,7) 0,000a*

0,000b* 1,000c

4 Melakukan kompresi dada

0 (0) 60 (100) 57 (95) 0,000a*

0,000b* 0,083c

Ket : p < 0,05 pada post hoc Wilcoxon: a Pretest vs posttest 1 b Pretest vs posttest 2 c Posttest 1 vs posttest 2

Berdasarkan pada tabel 5.8 di atas diketahui bahwa pada seluruh

komponen kepercayaan diri responden dalam melakukan RJP antara

sebelum dan setelah pelatihan, serta sebelum dan satu minggu setelah

pelatihan terjadi perbedaan yang signifikan dengan masing-masing nilai p

< 0,05. Sedangkan antara setelah pelatihan dan satu minggu setelah

pelatihan, seluruh komponen kepercayaan diri tidak terjadi perbedaan yang

signifikan yang dibuktikan dengan nilai p > 0,05.

5.2.4 Kemauan Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran VAF

Perbedaan skor kemauan antara sebelum, setelah dan satu minggu

setelah pelatihan RJP menggunakan media pembelajaran VAF, seperti

tercantum pada tabel 5.9 dibawah ini.

Tabel 5.9 Perbedaan Skor Kemauan antara Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan VAF

Kemauan Mean (SD) Min Max 95% CI p

Pretest 9,68 (2,23) 8 14 9,11 – 10,26 0,000

Posttest 1 14,13 (1,10) 12 16 13,85 – 14,42

Posttest 2 13,75 (1,10) 12 16 13,47 – 14,03

Uji Friedman. Nilai p post hoc Wilcoxon: Pretest vs Posttest 1 = 0,000; Pretest vs Posttest 2 = 0,000; Posttest 1 vs Posttest 2= 0,000.

Page 83: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

63

Pada tabel 5.9 di atas dapat diketahui bahwa nilai p < 0,05 untuk

ketiga pengukuran, dimana terdapat perbedaan skor kemauan antara

sebelum, setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP pada kelompok

dengan menggunakan media pembelajaran VAF. Pada tahap awal

sebelum dilakukannya pelatihan (pretest), rata-rata kemauan responden

adalah 9,68 (4 – 5 menjawab mau) dengan nilai terendah 8 dan nilai

tertinggi 14. Setelah dilakukan pelatihan (posttest 1), rata-rata kemauan

responden mencapai 14,13 (7 – 8 menjawab mau) dengan nilai terendah

12 dan nilai tertinggi 16. Satu minggu setelah dilakukan pelatihan (posttest

2), rata-rata kemauan responden yaitu 13,75 (6 – 7 menjawab mau)

dengan nilai terendah 12 dan nilai tertinggi 16.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kemauan

responden dalam melakukan RJP secara lebih mendalam yang ditunjukkan

melalui tabel 5.10.

Page 84: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

64

Tabel 5.10 Perbedaan Kemauan (Menjawab Pertanyaan dengan Pilihan Mau) pada Kelompok VAF

Kemauan VAF

Pretest n (%)

Posttest 1 n (%)

Posttest 2 n (%)

p

Orang yang dikenal

Anggota keluarga 19 (31,7) 56 (93,3) 56 (93,3) 0,000a*

0,000b* 1,000c

Teman dekat 22 (36,7) 54 (90) 54 (90) 0,000a*

0,000b* 1,000c

Orang yang tidak disukai 7 (11,7) 42 (70) 35 (58,3) 0,000a*

0,000b* 0,008c*

Orang yang tidak dikenal

Beda jenis kelamin 5 (8,3) 35 (58,3) 35 (58,3) 0,000a*

0,000b* 1,000c

Korban kecelakaan 9 (15) 38 (63,3) 30 (50) 0,000a*

0,000b* 0,005c*

Anak-anak 19 (31,7) 54 (90) 54 (90) 0,000a*

0,000b* 1,000c

Lansia 19 (31,7) 52 (86,7) 52 (86,7) 0,000a*

0,000b* 1,000c

Gelandangan 1 (1,7) 37 (61,7) 29 (48,3) 0,000a*

0,000b* 0,005c*

Ket : p < 0,05 pada post hoc Wilcoxon: a Pretest vs posttest 1 b Pretest vs posttest 2 c Posttest 1 vs posttest 2

Berdasarkan pada tabel 5.10 di atas diketahui bahwa pada seluruh

komponen kemauan responden dalam melakukan RJP antara sebelum dan

setelah pelatihan, serta sebelum dan satu minggu setelah pelatihan terjadi

perbedaan yang signifikan dengan masing-masing nilai p < 0,05. Dari 8

(delapan) komponen kemauan melakukan RJP, sebanyak 3 (tiga)

komponen juga menunjukkan terjadi perbedaan yang signifikan atau

secara deskriptif mengalami penurunan kemauan antara setelah pelatihan

dan satu minggu setelah pelatihan dengan nilai p < 0,05. Komponen yang

mengalami penurunan diantaranya adalah kemauan melakukan RJP pada

orang yang tidak disukai (dari 42 menjadi 35 responden yang mau), korban

Page 85: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

65

kecelakaan (dari 38 menjadi 30 responden yang mau), dan gelandangan

(dari 37 menjadi 29 responden yang mau).

5.3 Hasil Penelitian Pembelajaran Resusitasi Jantung Paru dengan Media

Pembelajaran Modul

5.3.1 Pengetahuan tentang RJP dengan Media Pembelajaran Modul

Perbedaan skor pengetahuan antara sebelum, setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP menggunakan media pembelajaran modul,

seperti tercantum pada tabel 5.11 dibawah ini.

Tabel 5.11 Perbedaan Skor Pengetahuan antara Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan Modul

Pengetahuan Mean(SD) Min Max 95% CI p

Pretest 3,30 (0,99) 1 5 3,04 – 3,56 0,000

Posttest 1 8,87 (0,91) 7 10 8,63 – 9,10

Posttest 2 7,72 (1,08) 5 9 7,44 – 7,99

Uji Friedman. Nilai p post hoc Wilcoxon: Pretest vs Posttest 1 = 0,000; Pretest vs Posttest 2 = 0,000; Posttest 1 vs Posttest 2= 0,000.

Pada tabel 5.11 di atas dapat diketahui bahwa nilai p < 0,05 untuk

ketiga pengukuran, dimana terdapat perbedaan skor pengetahuan antara

sebelum, setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP pada kelompok

dengan menggunakan media pembelajaran modul. Pada tahap awal

sebelum dilakukannya pelatihan (pretest) rata-rata pengetahuan responden

adalah 3,30 (3 – 4 jawaban benar) dengan nilai terendah 1 dan nilai

maksimal 5. Setelah dilakukan pelatihan (posttest 1), rata-rata

pengetahuan responden mencapai 8,87 (8 – 9 jawaban benar) dengan nilai

terendah 7 dan nilai tertinggi 10. Satu minggu setelah dilakukan pelatihan

(posttest 2) menunjukkan adanya penurunan rata-rata pengetahuan

responden yaitu 7,72 (7 – 8 jawaban benar) dengan nilai terendah 5 dan

nilai tertinggi 9.

Page 86: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

66

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kemampuan

responden dalam menjawab komponen pengetahuan tentang RJP secara

lebih mendalam yang ditunjukkan melalui tabel 5.12.

Tabel 5.12 Perbedaan Pengetahuan (Menjawab Pertanyaan dengan Benar) pada Kelompok Modul

No Pengetahuan Modul

Pretest n (%)

Posttest 1 n (%)

Posttest 2 n (%)

p

1 Pengertian henti jantung 23 (38,3) 60 (100) 52 (86,7) 0,000a*

0,000b*

0,005c*

2 Tanda henti jantung 15 (25) 51 (85) 43 (71,7) 0,000a*

0,000b*

0,005c* 3 Pengkajian keamanan 22 (36,7) 49 (81,7) 47 (78,3) 0,000a*

0,000b*

0,617c

4 Pengkajian kesadaran 10 (16,7) 47 (78,3) 40 (66,7) 0,000a*

0,000b*

0,008c* 5 Memanggil ambulans 44 (73,3) 59 (98,3) 51 (85) 0,000a*

0,000b*

0,005c* 6 Pengkajian nadi 15 (25) 46 (76,7) 40 (66,7) 0,000a*

0,000b*

0,134c 7 Tindakan RJP 18 (30) 46 (76,7) 41 (68,3) 0,000a*

0,000b*

0,025c* 8 Lokasi RJP 21 (35) 54 (90) 42 (70) 0,000a*

0,000b*

0,001c* 9 Kecepatan RJP 15 (25) 60 (100) 50 (83,3) 0,000a*

0,000b*

0,002c* 10 Kedalaman RJP 15 (25) 60 (100) 57 (95) 0,000a*

0,000b*

0,083c

Ket : p < 0,05 pada post hoc Wilcoxon: a Pretest vs posttest 1 b Pretest vs posttest 2 c Posttest 1 vs posttest 2

Berdasarkan pada tabel 5.12 di atas dapat dijelaskan bahwa

setelah mengikuti pelatihan RJP dengan media pembelajaran modul,

seluruh responden mampu menjawab setiap butir pertanyaan dengan baik

dan terjadi perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah

pelatihan, serta sebelum dan satu minggu setelah pelatihan, dimana

masing-masing memiliki nilai p < 0,05.

Page 87: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

67

Dari 10 (sepuluh) butir pertanyaan, sebanyak 3 (tiga) butir

pertanyaan yang tidak terjadi perbedaan pengetahuan yang signifikan

antara setelah pelatihan dan satu minggu setelah pelatihan dengan nilai p

> 0,05. Pertanyaan yang tidak mengalami perbedaan atau secara deskriptif

tidak mengalami penurunan pengetahuan diantaranya adalah pengkajian

keamanan (p = 0,617), pengkajian nadi (p = 0,134), dan kedalaman RJP (p

= 0,083).

5.3.2 Keterampilan Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran Modul

Perbedaan skor keterampilan antara sebelum, setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP menggunakan media pembelajaran modul,

seperti tercantum pada tabel 5.13 dibawah ini.

Tabel 5.13 Perbedaan Skor Keterampilan antara Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan Modul

Keterampilan Mean(SD) Min Max 95% CI p

Pretest 0 0 0 0 0,000

Posttest 1 4,77 (0,93) 3 6 4,53 – 5,01

Posttest 2 3,52 (1,02) 2 5 3,25 – 3,78

Uji Friedman. Nilai p post hoc Wilcoxon: Pretest vs Posttest 1 = 0,000; Pretest vs Posttest 2 = 0,000; Posttest 1 vs Posttest 2 = 0,000.

Pada tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa nilai p < 0,05 untuk

ketiga pengukuran, dimana terdapat perbedaan skor keterampilan antara

sebelum, setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP pada kelompok

dengan menggunakan media pembelajaran modul. Pada tahap awal

sebelum dilakukannya pelatihan (pretest), responden tidak dapat

melakukan keterampilan RJP dengan nilai seluruh responden adalah 0.

Setelah dilakukan pelatihan (posttest 1), rata-rata keterampilan responden

mencapai 4,77 (4 – 5 melakukan tindakan dengan benar) dengan nilai

terendah 3 dan nilai tertinggi 6. Satu minggu setelah dilakukan pelatihan

(posttest 2) menunjukkan adanya penurunan rata-rata keterampilan

Page 88: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

68

responden yaitu 3,52 (3 – 4 melakukan tindakan dengan benar) dengan

nilai terendah 2 dan nilai tertinggi 5.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kemampuan

responden dalam melakukan setiap komponen keterampilan RJP secara

lebih mendalam yang ditunjukkan melalui tabel 5.14.

Tabel 5.14 Perbedaan Keterampilan (Melakukan Tindakan dengan Benar) pada Kelompok Modul

No Keterampilan Modul

Pretest n (%)

Posttest 1 n (%)

Posttest 2 n (%)

p

1 Pengkajian keamanan 0 (0) 45 (75,0) 13 (21,7) 0,000a*

0,000b* 0,000c*

2 Pengkajian kesadaran 0 (0) 55 (91,7) 45 (75,0) 0,000a*

0,000b* 0,002c*

3 Memanggil ambulans 0 (0) 55 (91,7) 49 (81,7) 0,000a*

0,000b* 0,034c*

4 Lokasi RJP 0 (0) 46 (76,7) 37 (61,7) 0,000a*

0,000b* 0,003c*

5 Kecepatan kompresi 0 (0) 40 (66,7) 30 (50,0) 0,000a*

0,000b* 0,002c*

6 Kedalaman kompresi 0 (0) 45 (75,0) 37 (61,7) 0,000a*

0,000b* 0,021c*

Ket : p < 0,05 pada post hoc Wilcoxon: a Pretest vs posttest 1 b Pretest vs posttest 2 c Posttest 1 vs posttest 2

Berdasarkan pada tabel 5.14 di atas diketahui bahwa pada seluruh

komponen keterampilan melakukan RJP antara sebelum dan setelah

pelatihan, serta sebelum dan satu minggu setelah pelatihan terjadi

perbedaan yang signifikan dengan masing-masing nilai p < 0,05.

Sedangkan setelah pelatihan dan satu minggu setelah pelatihan, seluruh

komponen keterampilan juga terjadi perbedaan yang signifikan atau

mengalami penurunan keterampilan yang dibuktikan dengan nilai p < 0,05.

Page 89: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

69

5.3.3 Kepercayaan Diri Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran Modul

Perbedaan skor kepercayaan diri antara sebelum, setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP menggunakan media pembelajaran modul,

seperti tercantum pada tabel 5.15 dibawah ini.

Tabel 5.15 Perbedaan Skor Kepercayaan Diri antara Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan Modul

Kepercayaan Diri Mean(SD) Min Max 95% CI p

Pretest 4,83 (0,91) 4 7 4,60 – 5,07 0,000a

Posttest 1 7,72 (0,50) 6 8 7,59 – 7,84 0,034b

Posttest 2 7,62 (0,56) 6 8 7,47 – 7,76

Uji Friedman. Nilai p post hoc Wilcoxon: a Pretest vs Posttest 1; Pretest vs Posttest b Posttest 1 vs Posttest 2

Pada tabel 5.15 di atas dapat diketahui bahwa nilai p < 0,05 untuk

ketiga pengukuran, dimana terdapat perbedaan skor kepercayaan diri

antara sebelum, setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP pada

kelompok dengan menggunakan media pembelajaran modul. Pada tahap

awal sebelum dilakukannya pelatihan (pretest), rata-rata kepercayaan diri

responden mencapai 4,83 (2 – 3 menjawab percaya diri) dengan nilai

terendah 4 dan nilai tertinggi 7. Setelah dilakukan pelatihan (posttest 1),

rata-rata kepercayaan diri responden mencapai 7,72 (3 – 4 menjawab

percaya diri) dengan nilai terendah 6 dan nilai tertinggi 8. Satu minggu

setelah dilakukan pelatihan (posttest 2) menunjukkan adanya penurunan

rata-rata kepercayaan diri responden yaitu 7,62 (3 – 4 menjawab percaya

diri) dengan nilai terendah 6 dan nilai tertinggi 8.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kepercayaan diri

responden dalam melakukan RJP secara lebih mendalam yang ditunjukkan

melalui tabel 5.16.

Page 90: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

70

Tabel 5.16 Perbedaan Kepercayaan Diri (Menjawab Percaya Diri) pada Kelompok Modul

Kepercayaan Diri Modul

No Pretest n (%)

Posttest 1 n (%)

Posttest 2 n (%)

p

1 Memeriksa lingkungan yang aman untuk menolong

21 (35) 56 (93,3) 53 (88,3) 0,000a*

0,000b* 0,083c

2 Mengenali korban tidak sadar

9 (15) 51 (85) 50 (83,3) 0,000a*

0,000b* 0,564c

3 Memanggil ambulans rumah sakit

20 (33,3) 58 (96,7) 58 (96,7) 0,000a*

0,000b* 1,000c

4 Melakukan kompresi dada

0 (0) 58 (96,7) 56 (93,3) 0,000a*

0,000b* 0,157c

Ket : p < 0,05 pada post hoc Wilcoxon: a Pretest vs posttest 1 b Pretest vs posttest 2 c Posttest 1 vs posttest 2

Berdasarkan pada tabel 5.16 di atas diketahui bahwa pada seluruh

komponen kepercayaan diri responden dalam melakukan RJP antara

sebelum dan setelah pelatihan, serta sebelum dan satu minggu setelah

pelatihan terjadi perbedaan yang signifikan dengan masing-masing nilai p

< 0,05. Sedangkan setelah pelatihan dan satu minggu setelah pelatihan,

seluruh komponen kepercayaan diri tidak terjadi perbedaan yang signifikan

yang dibuktikan dengan nilai p > 0,05.

5.3.4 Kemauan Melakukan RJP dengan Media Pembelajaran Modul

Perbedaan skor kemauan antara sebelum, setelah dan satu minggu

setelah pelatihan RJP menggunakan media pembelajaran VAF, seperti

tercantum pada tabel 5.17 dibawah ini.

Tabel 5.17 Perbedaan Skor Kemauan antara Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP dengan Modul

Kemauan Mean (SD) Min Max 95% CI p

Pretest 10,07 (2,50) 8 15 9,42 – 10,71 0,000

Posttest 1 13,73 (1,10) 12 16 13,45 – 14,02

Posttest 2 13,07 (1,13) 11 15 12,77 – 13,36

Uji Friedman. Nilai p post hoc Wilcoxon: Pretest vs Posttest 1 = 0,000; Pretest vs Posttest 2 = 0,000; Posttest 1 vs Posttest 2= 0,000.

Page 91: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

71

Pada tabel 5.17 di atas dapat diketahui bahwa nilai p < 0,05 untuk

ketiga pengukuran, dimana terdapat perbedaan skor kemauan antara

sebelum, setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP pada kelompok

dengan menggunakan media pembelajaran modul. Pada tahap awal

sebelum dilakukannya pelatihan (pretest), rata-rata kemauan responden

adalah 10,07 (5 – 6 menjawab mau) dengan nilai terendah 8 dan nilai

tertinggi 15. Setelah dilakukan pelatihan (posttest 1), rata-rata kemauan

responden mencapai 13,73 (6 – 7 menjawab mau) dengan nilai terendah

12 dan nilai tertinggi 16. Satu minggu setelah dilakukan pelatihan (posttest

2), rata-rata kemauan responden yaitu 13,07 (6 – 7 menjawab mau)

dengan nilai terendah 11 dan nilai tertinggi 15.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kemauan

responden dalam melakukan RJP secara lebih mendalam yang ditunjukkan

melalui tabel 5.18.

Page 92: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

72

Tabel 5.18 Perbedaan Kemauan (Menjawab Pertanyaan dengan Pilihan Mau) pada Kelompok Modul

Kemauan Modul

Pretest n (%)

Posttest 1 n (%)

Posttest 2 n (%)

p

Orang yang dikenal

Anggota keluarga 24 (40) 56 (93,3) 56 (93,3) 0,000a*

0,000b* 1,000c

Teman dekat 23 (38,3) 54 (90) 54 (90) 0,000a*

0,000b* 1,000c

Orang yang tidak disukai 13 (21,7) 30 (50) 30 (50) 0,002a*

0,002b* 1,000c

Orang yang tidak dikenal

Beda jenis kelamin 7 (11,7) 35 (58,3) 24 (40) 0,000a*

0,001b* 0,001c*

Korban kecelakaan 12 (20) 26 (43,3) 12 (20) 0,004a*

1,000b 0,000c*

Anak-anak 21 (35) 54 (90) 54 (90) 0,000a*

0,000b* 1,000c

Lansia 22 (36,7) 52 (86,7) 52 (86,7) 0,000a*

0,000b* 1,000c

Gelandangan 2 (3,3) 37 (61,7) 22 (36,7) 0,000a*

0,000b* 0,000c*

Ket : p < 0,05 pada post hoc Wilcoxon: a Pretest vs posttest 1 b Pretest vs posttest 2 c Posttest 1 vs posttest 2

Berdasarkan pada tabel 5.18 di atas diketahui bahwa pada hampir

seluruh komponen kemauan responden dalam melakukan RJP antara

sebelum dan setelah pelatihan, serta sebelum dan satu minggu setelah

pelatihan terjadi perbedaan yang signifikan dengan masing-masing nilai p

< 0,05. Dan terdapat 1 (satu) komponen kemauan responden dalam

melakukan RJP yang tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah

pelatihan, yaitu kemauan RJP pada korban kecelakaan dengan nilai p =

1,000 (p > 0,05).

Page 93: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

73

Dari 8 (delapan) komponen kemauan melakukan RJP, sebanyak 3

(tiga) komponen yang menunjukkan terjadi perbedaan yang signifikan atau

secara deskriptif mengalami penurunan kemauan antara setelah pelatihan

dan satu minggu setelah pelatihan dengan nilai p < 0,05. Komponen yang

mengalami penurunan diantaranya adalah kemauan melakukan RJP pada

orang yang beda jenis kelamin (dari 35 menjadi 24 responden yang mau),

korban kecelakaan (dari 26 menjadi 12 responden yang mau), dan

gelandangan (dari 37 menjadi 22 responden yang mau).

5.4 Perbedaan Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan Diri, dan

Kemauan dalam Melakukan Resusitasi Jantung Paru antara Kelompok

VAF dan Modul

5.4.1 Pengetahuan Melakukan Resusitasi Jantung Paru

Perbedaan skor pengetahuan antara sebelum, setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP menggunakan kedua kelompok, seperti

tercantum pada tabel 5.19 dibawah ini.

Tabel 5.19 Perbedaan Skor Pengetahuan antara Kelompok VAF dengan Modul

Pengetahuan Mean(SD) 95% CI p

Pretest VAF Modul

Posttest 1

3,36 (1,08) 3,30 (0,99)

3,07 – 3,64 3,04 – 3,56

0,777

0,000 VAF 9,73 (0,45) 9,62 – 9,85

Modul 8,87 (0,91) 8,63 – 9,10

Posttest 2 0,000

VAF 8,97 (0,71) 8,78 – 9,15

Modul 7,72 (1,08) 7,44 – 7,99

Ket: SD = Standar Deviasi; CI = Confidence Interval

Page 94: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

74

Pada tahap awal sebelum dilakukannya pelatihan (pretest),

pengetahuan responden antara kelompok VAF dan modul tidak memiliki

perbedaan yang signifikan dengan nilai p = 0,777 (p > 0,05). Sedangkan

untuk skor pengetahuan setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP,

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok VAF dan modul. Dari

tabel 5.19 diatas juga diketahui bahwa nilai rerata skor pengetahuan pada

kelompok VAF lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok modul.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui perbedaan

kemampuan responden dalam menjawab komponen pengetahuan setelah

dan satu minggu setelah pelatihan RJP secara lebih mendalam yang

ditunjukkan melalui tabel 5.20.

Tabel 5.20 Perbedaan Pengetahuan (Menjawab Pertanyaan dengan Benar) antara Kelompok VAF dan Modul

No Pengetahuan

Posttest 1

Posttest 2

VAF n (%)

Modul n (%)

p VAF n (%)

Modul n (%)

p

1 Pengertian henti jantung 60 (100)

60 (100)

1,000 60 (100)

52 (86,7)

0,004*

2 Tanda henti jantung 60 (100)

51 (85)

0,002* 50 (83,3)

43 (71,7)

0,128

3 Pengkajian keamanan 58 (96,7)

49 (81,7)

0,008* 55 (91,7)

47 (78,3)

0,042*

4 Pengkajian kesadaran 58 (96,7)

47 (78,3)

0,002* 47 (78,3)

40 (66,7)

0,154

5 Memanggil ambulans 60 (100)

59 (98,3)

0,317 60 (100)

51 (85)

0,002*

6 Pengkajian nadi 58 (96,7)

46 (76,7)

0,001* 51 (85,0)

40 (66,7)

0,019*

7 Tindakan RJP 60 (100)

46 (76,7)

0,000* 50 (83,3)

41 (68,3)

0,056

8 Lokasi RJP 50 (83,3)

54 (90)

0,285 50 (83,3)

42 (70)

0,086

9 Kecepatan RJP 60 (100)

60 (100)

1,000 55 (91,7)

50 (83,3)

0,169

10 Kedalaman RJP 60 (100)

60 (100)

1,000 60 (100)

57 (95)

0,081

Ket : p < 0,05 pada uji Mann-Whitney

Page 95: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

75

Berdasarkan pada tabel 5.20 di atas menunjukkan bahwa pada

pengukuran setelah pelatihan RJP didapatkan hasil yaitu dari 10 (sepuluh)

komponen pertanyaan dihasilkan 5 (lima) komponen pertanyaan yang

memiliki nilai p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan pengetahuan

antara media pembelajaran VAF dan media pembelajaran modul.

Pertanyaan yang mengalami perbedaan yaitu tanda henti jantung (60 pada

VAF dan 51 pada modul), pengkajian keamanan (58 pada VAF dan 49

pada modul), pengkajian kesadaran (58 pada VAF dan 47 pada modul),

pengkajian nadi (58 pada VAF dan 46 pada modul), dan tindakan RJP (60

pada VAF dan 46 pada modul).

Pada pengukuran satu minggu setelah pelatihan RJP didapatkan

hasil yaitu dari 10 (sepuluh) komponen pertanyaan dihasilkan 4 (empat)

komponen pertanyaan yang memiliki nilai p < 0,05 yang artinya terdapat

perbedaan pengetahuan antara media pembelajaran VAF dan media

pembelajaran modul. Pertanyaan yang mengalami perbedaan yaitu

pengertian henti jantung (60 pada VAF dan 52 pada modul), pengkajian

keamanan (55 pada VAF dan 47 pada modul), memanggil ambulans (60

pada VAF dan 51 pada modul), dan pengkajian nadi (51 pada VAF dan 40

pada modul).

5.4.2 Keterampilan Melakukan Resusitasi Jantung Paru

Perbedaan skor keterampilan antara sebelum, setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP menggunakan kedua kelompok, seperti

tercantum pada tabel 5.21 dibawah ini.

Page 96: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

76

Tabel 5.21 Perbedaan Skor Keterampilan antara Kelompok VAF dengan Modul

Keterampilan Mean(SD) 95% CI p

Pretest VAF Modul

Posttest 1

0 0

0 0

1,000

0,001 VAF 5,33 (0,729) 5,15 – 5,52

Modul 4,77 (0,927) 4,53 – 5,01

Posttest 2 0,000

VAF 4,45 (0,982) 4,20 – 4,70

Modul 3,52 (1,017) 3,25 – 3,78

Ket: SD = Standar Deviasi; CI = Confidence Interval

Pada tahap awal sebelum dilakukannya pelatihan (pretest),

keterampilan responden antara kelompok VAF dan modul tidak memiliki

perbedaan yang signifikan dengan nilai p = 1,000 (p > 0,05). Sedangkan

untuk skor keterampilan setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP,

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok VAF dan modul. Dari

tabel 5.21 diatas juga diketahui bahwa nilai rerata skor keterampilan pada

kelompok VAF lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok modul.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui perbedaan

kemampuan responden dalam melakukan setiap komponen keterampilan

RJP setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP secara lebih

mendalam yang ditunjukkan melalui tabel 5.22.

Page 97: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

77

Tabel 5.22 Perbedaan Keterampilan (Melakukan Tindakan dengan Benar) antara Kelompok VAF dan Modul

No Keterampilan

Posttest 1

Posttest 2

VAF n (%)

Modul n (%)

p VAF n (%)

Modul n (%)

p

1 Pengkajian keamanan 53 (88,3)

45 (75,0)

0,060 28 (46,7)

13 (21,7)

0,004*

2 Pengkajian kesadaran 58 (96,7)

55 (91,7)

0,245 46 (76,7)

45 (75,0)

0,832

3 Memanggil ambulans 57 (95)

55 (91,7)

0,466 56 (93,3)

49 (81,7)

0,054

4 Lokasi RJP 54 (90)

46 (76,7)

0,051 53 (88,3)

37 (61,7)

0,001*

5 Kecepatan kompresi 44 (73,3)

40 (66,7)

0,427 35 (58,3)

30 (50,0)

0,362

6 Kedalaman kompresi 54 (90)

45 (75,0)

0,031* 49 (81,7)

37 (61,7)

0,015*

Ket : p < 0,05 pada uji Mann-Whitney

Berdasarkan pada tabel 5.22 di atas menunjukkan bahwa pada

pengukuran setelah pelatihan RJP didapatkan hasil yaitu dari 6 (enam)

komponen keterampilan dihasilkan 1 (satu) komponen keterampilan yang

memiliki nilai p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan keterampilan antara

media pembelajaran VAF dan media pembelajaran modul. Komponen

tindakan yang mengalami perbedaan yaitu kedalaman kompresi (54 pada

VAF dan 45 pada modul).

Pada pengukuran satu minggu setelah pelatihan RJP didapatkan

hasil yaitu dari 6 (enam) komponen keterampilan dihasilkan 3 (tiga)

komponen keterampilan yang memiliki nilai p < 0,05 yang artinya terdapat

perbedaan keterampilan antara media pembelajaran VAF dan media

pembelajaran modul. Komponen tindakan yang mengalami perbedaan

yaitu pengkajian keamanan (28 pada VAF dan 13 pada modul), lokasi RJP

(53 pada VAF dan 37 pada modul), dan kedalaman kompresi (49 pada

VAF dan 37 pada modul).

Page 98: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

78

5.4.3 Kepercayaan Diri Melakukan Resusitasi Jantung Paru

Perbedaan skor kepercayaan diri antara sebelum, setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP menggunakan kedua kelompok, seperti

tercantum pada tabel 5.23 dibawah ini.

Tabel 5.23 Perbedaan Skor Kepercayaan Diri antara Kelompok VAF dengan Modul

Kepercayaan Diri Mean(SD) 95% CI p

Pretest VAF Modul

Posttest 1

4,83 (0,92) 4,83 (0,91)

4,59 – 5,07 4,60 – 5,07

0,964

0,110 VAF 7,85 (0,36) 7,76 – 7,94

Modul 7,72 (0,50) 7,59 – 7,84

Posttest 2 0,067

VAF 7,78 (0,45) 7,67 – 7,90

Modul 7,62 (0,56) 7,47 – 7,76

Ket: SD = Standar Deviasi; CI = Confidence Interval

Berdasarkan pada tabel 5.23 di atas menunjukkan bahwa nilai p >

0,05 untuk ketiga pengukuran yang artinya tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara kelompok dengan media VAF dan modul. Nilai rerata skor

kepercayaan diri pada kelompok VAF lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok modul. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui

perbedaan kepercayaan diri responden dalam melakukan RJP setelah dan

satu minggu setelah pelatihan RJP secara lebih mendalam yang

ditunjukkan melalui tabel 5.24.

Tabel 5.24 Perbedaan Kepercayaan Diri (Menjawab Percaya Diri) antara Kelompok VAF dan Modul

No Kepercayaan Diri

Posttet 1

Posttet 2

VAF n (%)

Modul n (%)

p VAF n (%)

Modul n (%)

p

1 Memeriksa lingkungan yang aman untuk menolong

57 (95)

56 (93,3)

0,698 56 (93,3)

53 (88,3)

0,345

2 Mengenali korban tidak sadar

56 (93,9)

51 (85)

0,144 56 (93,3)

50 (83,3)

0,089

3 Memanggil ambulans rumah sakit

58 (96,7)

58 (96,7)

1,000 58 (96,7)

58 (96,7)

1,000

4 Melakukan kompresi dada

60 (100)

58 (96,7)

0,156 57 (95)

56 (93,3)

0,698

Ket : p < 0,05 pada uji Mann-Whitney

Page 99: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

79

Berdasarkan pada tabel 5.24 di atas tentang perbedaan

kepercayaan diri setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP antara

menggunakan media pembelajaran VAF dan media pembelajaran modul,

didapatkan hasil bahwa seluruh komponen memiliki nilai p > 0,05 yang

artinya tidak terdapat perbedaan kepercayaan diri melakukan RJP antara

kedua media pembelajaran tersebut.

5.4.4 Kemauan Melakukan Resusitasi Jantung Paru

Perbedaan skor kemauan antara sebelum, setelah dan satu minggu

setelah pelatihan RJP menggunakan kedua kelompok, seperti tercantum

pada tabel 5.25 dibawah ini.

Tabel 5.25 Perbedaan Skor Kemauan antara Kelompok VAF dengan Modul

Kemauan Mean(SD) 95% CI p

Pretest VAF Modul

Posttest 1

9,68 (2,23) 10,07 (2,50)

9,11 – 10,26 9,42 – 10,71

0,084

0,040 VAF 14,13 (1,10) 13,85 – 14,42

Modul 13,73 (1,10) 13,45 – 14,02

Posttest 2 0,002

VAF 13,75 (1,10) 13,47 – 14,03

Modul 13,07 (1,13) 12,77 – 13,36

Ket: SD = Standar Deviasi; CI = Confidence Interval

Pada tahap awal sebelum dilakukannya pelatihan (pretest),

kemauan responden antara kelompok VAF dan modul tidak memiliki

perbedaan yang signifikan dengan nilai p = 0,084 (p > 0,05). Sedangkan

untuk skor kemauan setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP,

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok VAF dan modul

dengan nilai p < 0,05.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui perbedaan

kemauan responden dalam melakukan RJP pada setiap komponen

kemauan setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP secara lebih

mendalam yang ditunjukkan melalui tabel 5.26.

Page 100: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

80

Tabel 5.26 Perbedaan Kemauan (Menjawab Pertanyaan dengan Pilihan Mau) antara Kelompok VAF dengan Modul

Kemauan

Posttet 1

Posttet 2

VAF n (%)

Modul n (%)

p VAF n (%)

Modul n (%)

p

Orang yang dikenal

Anggota keluarga 56 (93,3)

56 (93,3)

1,000 56 (93,3)

56 (93,3)

1,000

Teman dekat 54 (90)

54 (90)

1,000 54 (90)

54 (90)

1,000

Orang yang tidak disukai

42 (70)

30 (50)

0,026* 35 (58,3)

30 (50)

0,362

Orang yang tidak dikenal

Beda jenis kelamin 35 (58,3)

35 (58,3)

1,000 35 (58,3)

24 (40)

0,045*

Korban kecelakaan 38 (63,3)

26 (43,3)

0,029* 30 (50)

12 (20)

0,001*

Anak-anak 54 (90)

54 (90)

1,000 54 (90)

54 (90)

1,000

Lansia 52 (86,7)

52 (86,7)

1,000 52 (86,7)

52 (86,7)

1,000

Gelandangan 37 (61,7)

37 (61,7)

1,000 29 (48,3)

22 (36,7)

0,198

Ket : p < 0,05 pada uji Mann-Whitney

Berdasarkan pada tabel 5.26 di atas menunjukkan bahwa pada

pengukuran setelah pelatihan RJP didapatkan hasil yaitu dari 8 (delapan)

komponen kemauan dihasilkan 2 (dua) komponen yang memiliki nilai p <

0,05 yang artinya terdapat perbedaan kemauan antara media

pembelajaran VAF dan modul. Komponen kemauan yang mengalami

perbedaan yaitu kemauan melakukan RJP pada orang yang tidak disukai

(42 pada VAF dan 30 pada modul), dan korban kecelakaan (38 pada VAF

dan 26 pada modul).

Pada pengukuran satu minggu setelah pelatihan RJP didapatkan

hasil yaitu 2 (dua) komponen kemauan memiliki nilai p < 0,05 yang artinya

terdapat perbedaan kemauan antara media pembelajaran VAF dan modul.

Komponen kemauan yang mengalami perbedaan yaitu kemauan

melakukan RJP pada orang yang beda jenis kelamin (35 pada VAF dan 24

pada modul), dan korban kecelakaan (30 pada VAF dan 12 pada modul).

Page 101: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

81

BAB 6

PEMBAHASAN

Bagian ini menguraikan pembahasan tentang pengaruh media

pembelajaran VAF “Atan Titung” RJP terhadap pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri, dan kemauan anak usia sekolah dalam melakukan RJP di SDN

Kampungdalem 3 dan 4 Kota Kediri.

6.1 Analisis Perbedaan Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan Diri,

dan Kemauan Melakukan RJP Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu

Setelah Pelatihan RJP dengan Menggunakan VAF

Pengaruh dari pelatihan RJP dengan menggunakan media

pembelajaran VAF memberikan hasil bahwa ada perbedaan yang

bermakna antara sebelum, setelah, dan satu minggu setelah mendapatkan

pelatihan RJP pada variabel pengetahuan dan keterampilan melakukan

tindakan RJP. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji post hoc Wilcoxon dengan

nilai p = 0,000 (nilai p < 0,05). Nilai pengetahuan dan keterampilan pada

posttest 1 dan posttest 2 memiliki skor rata-rata yang lebih besar

dibandingkan nilai rata-rata pretest yang dapat diartikan ada peningkatan

pengetahuan tentang tindakan RJP dan keterampilan responden dalam

melakukan tindakan RJP setelah pelatihan dengan media pembelajaran

VAF. Keterampilan responden meningkat, namun tidak dapat dikatakan

bahwa responden kompeten untuk menjadi seorang bystander RJP. Hal ini

disebabkan karena kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang

bystander RJP adalah mendapatkan skor maksimal dalam penelitian ini.

Dalam pelatihan RJP menggunakan metode simulasi dengan media

VAF, video yang ditampilkan adalah video animasi dengan tokoh binatang

(orang utan) dengan menceritakan korban yang mengalami henti jantung

Page 102: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

82

serta menampilkan tindakan yang harus dilakukan pada korban tersebut.

VAF akan memudahkan peserta pelatihan untuk memahami informasi yang

dilihat dan disampaikan dengan situasi yang menyenangkan. Peserta

dapat melihat bagaimana tanda dan gejala henti jantung sampai

pertolongan yang harus dilakukan yang sudah disesuaikan dengan kondisi

nyata yang sering terjadi di masyarakat dengan video animasi yang

inovatif. VAF memberikan kemudahan bagi peserta pelatihan untuk dapat

mengingat dan meningkatkan pengetahuan terkait konsep yang telah

dipelajari.

Unal et al., (2010) menjelaskan bahwa video animasi merupakan

media yang direkomendasikan dalam lingkungan pendidikan untuk anak

usia sekolah dalam pendidikan kesehatan karena membantu mendapatkan

sikap positif siswa terhadap materi. Selain itu, pengetahuan dan

keterampilan anak usia sekolah dapat ditingkatkan dengan video animasi

dengan tokoh yang menarik dan imajinatif. Hal ini sesuai dengan Parry dan

Soar (2011) dalam riset yang telah dilakukan dengan menggunakan media

video animasi dalam pelatihan RJP, menjelaskan bahwa video animasi

memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan

keterampilan pada bystander RJP. Selain itu, Einspruch et al. (2007),

menjelaskan bahwa menggunakan media video animasi dengan bahasa

yang mudah dipahami akan memudahkan peserta pelatihan untuk

meningkatkan pemahaman dan keterampilan tentang RJP.

Hasil uji statistik variabel pengetahuan dan keterampilan pada satu

minggu setelah pelatihan RJP dengan media VAF didapatkan hasil bahwa

terdapat penurunan rata-rata pengetahuan dan keterampilan responden.

Setelah dilakukan pengujian pada masing-masing pertanyaan pengetahuan

dan keterampilan, didapatkan hasil bahwa 5 komponen pengetahuan dan 2

Page 103: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

83

komponen keterampilan mengalami perbedaan yang tidak bermakna

dengan nilai p > 0,05 memiliki arti bahwa komponen tersebut tidak

mengalami penurunan pengetahuan maupun keterampilan. Komponen

pengetahuan tersebut antara lain pengertian henti jantung, pengkajian

keamanan, memanggil ambulans, lokasi RJP, dan kedalaman RJP.

Sedangkan komponen keterampilan yaitu memanggil ambulans dan lokasi

RJP.

Keterampilan RJP yang tidak mengalami penurunan sejalan dengan

pengetahuan yang juga tidak mengalami penurunan. Hal ini membuktikan

bahwa keterampilan RJP sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang

RJP. Pengetahuan dapat mempengaruhi kemampuan psikomotor

seseorang dalam bentuk keterampilan dan kemampuan untuk bertindak

secara individu (Sudjana, 2014). Hal tersebut didukung oleh Notoatmojo

(2003) yang menjelaskan bahwa keterampilan merupakan respon internal

individu setelah adanya pemikiran, tanggapan, dan pengetahuan.

Media pelatihan berbasis teknologi inovatif yang menggunakan

video animasi memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan

serta memberikan hasil penurunan pengetahuan dan keterampilan yang

baik terhadap peserta pelatihan (Jenson & Forsyth, 2012). Boyle et al.

(2014) dalam studinya membandingkan media pembelajaran video animasi

dengan media pembelajaran lain menjelaskan bahwa video animasi

bekerja untuk membantu peserta pelatihan memahami pengetahuan dan

keterampilan dengan lebih mudah dibandingkan dengan media yang lain.

Selain itu, video animasi yang secara visual menarik tersebut membantu

peserta pelatihan menekan penurunan pengetahuan dan keterampilan dari

materi pelatihan lebih baik daripada media yang lain. Chernobilsky (2012)

juga menjelaskan dalam risetnya bahwa teknologi yang memiliki komponen

Page 104: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

84

berupa gambar, suara, dan animasi gerak memiliki keuntungan untuk

mudah diingat oleh seseorang sehingga dapat meningkatkan motivasi dan

penurunan pengetahuan.

Hasil uji statistik dari variabel kepercayaan diri dan kemauan

melakukan RJP dengan menggunakan uji post hoc Wilcoxon menunjukkan

bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara

sebelum, setelah, dan satu minggu setelah mendapatkan pelatihan RJP

dengan menggunakan media pembelajaran VAF. Setelah dilakukan

pengujian pada masing-masing pertanyaan kepercayaan diri dan kemauan,

didapatkan hasil bahwa pada seluruh komponen kepercayaan diri dan 3

komponen kemauan mengalami perbedaan yang tidak bermakna dengan p

> 0,05 pada setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP dengan VAF.

Janelle (2009) menjelaskan bahwa media pembelajaran yang

mendorong siswa SD dalam meningkatkan kepercayaan diri dalam

melakukan suatu tindakan yaitu bermula dari memberikan pembelajaran

dengan media yang mereka sukai yaitu gambar yang menarik. Sedangkan

Shih (2010) dalam studinya mendapatkan hasil bahwa siswa yang

diberikan pembelajaran melalui video yang menarik lebih dapat

menunjukkan kemauan dalam berkomunikasi berbahasa asing daripada

siswa yang tidak mendapatkan video tersebut. Hal ini sejalan dengan

pelatihan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan media

pembelajaran VAF yaitu menampilkan gambar yang disusun menjadi

sebuah video animasi yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan

kemauan responden dalam melakukan RJP.

Holmberg et al., (2000) menjelaskan bahwa bystander RJP yang

sudah mendapatkan pelatihan RJP sebelumnya memiliki tingkat

kepercayaan diri yang tinggi untuk selanjutnya mempengaruhi kemauan

Page 105: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

85

masyarakat awam dalam melakukan tindakan RJP pada korban OHCA.

Hal tersebut didukung oleh Sasaki et al., (2015) dalam studinya yang

menyebutkan bahwa salah satu faktor utama yang sangat mempengaruhi

rasa percaya diri melakukan RJP pada orang awam yaitu pernah mengikuti

pelatihan RJP. Cheng-Yu et al., (2016) juga menjelaskan bahwa pelatihan

RJP akan memberikan hasil terhadap peningkatan kemauan masyarakat

awam dalam melakukan RJP.

6.2 Analisis Perbedaan Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan Diri,

dan Kemauan Melakukan RJP Sebelum, Setelah, dan Satu Minggu

Setelah Pelatihan RJP dengan Menggunakan Modul

Pengaruh dari pelatihan RJP dengan menggunakan media

pembelajaran modul memberikan hasil bahwa ada perbedaan yang

bermakna antara sebelum, setelah, dan satu minggu setelah mendapatkan

pelatihan RJP pada variabel pengetahuan dan keterampilan melakukan

tindakan RJP. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji post hoc Wilcoxon dengan

nilai p = 0,000 (nilai p < 0,05). Nilai pengetahuan dan keterampilan pada

posttest 1 dan posttest 2 memiliki skor rata-rata yang lebih besar

dibandingkan nilai rata-rata pretest yang dapat diartikan ada peningkatan

pengetahuan tentang tindakan RJP dan keterampilan responden dalam

melakukan tindakan RJP setelah pelatihan dengan media pembelajaran

modul. Keterampilan responden meningkat, namun tidak dapat dikatakan

bahwa responden kompeten untuk menjadi seorang bystander RJP. Hal ini

disebabkan karena kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang

bystander RJP adalah mendapatkan skor maksimal dalam penelitian ini.

Pelatihan RJP menggunakan metode simulasi dengan media

modul sering digunakan dalam pelatihan RJP. Dalam pelatihan ini peneliti

menggunakan instruktur yang telah tersertifikasi dengan teknik

Page 106: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

86

pembelajaran ceramah yang dilanjutkan dengan simulasi, dan juga

peserta diberikan modul untuk mendukung jalannya pelatihan. Sehingga

gaya mengajar seorang instruktur dan konten yang menarik dalam modul

dapat mempengaruhi pelaksanaan pelatihan tersebut. Metode pelatihan

ini juga disebut sebagai metode pelatihan tradisional yang paling efektif

dan paling sering digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam melakukan tindakan RJP (Potts et al., 2006). Hal ini

didukung oleh Lontoh et al. (2013), dalam penelitiannya terhadap siswa

SMA mendapatkan hasil bahwa pelatihan RJP menggunakan modul

dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan.

Keuntungan yang didapatkan oleh peserta pelatihan adalah adanya

modul untuk membantu proses simulasi yang dapat dipelajari secara

langsung oleh siswa selama proses pelatihan. Peserta pelatihan dapat

langsung membuka modul mereka apabila menemukan kesulitan. Proses

simulasi dengan media modul juga memberikan kemudahan untuk

membangun rasa percaya diri dalam melakukan suatu tindakan.

Keuntungan lain dalam pembelajaran modul yang didapatkan oleh peserta

pelatihan yaitu peserta mampu mempelajari sekaligus mempraktikkan

teknis prosedur tindakan secara detail sesuai dengan modul yang diberikan

saat pelatihan (Lontoh et al., 2013). Proses pelatihan dengan metode ini

memberikan kemudahan kepada peserta pelatihan dalam meningkatkan

pengetahuan dan menguasai keterampilan dalam melakukan tindakan RJP

karena mendapatkan demonstrasi oleh instruktur dalam melakukan

tindakan RJP dan proses bimbingan langsung dari instruktur serta proses

evaluasi hasil pembelajaran di akhir sesi pertemuan (Tivener & Gloe,

2015).

Page 107: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

87

Hasil uji statistik variabel setelah dan satu minggu setelah

pelatihan RJP dengan media modul didapatkan hasil bahwa terdapat 3

komponen pengetahuan yang mengalami perbedaan yang tidak

bermakna dengan nilai p > 0,05 yang memiliki arti bahwa komponen

tersebut tidak mengalami penurunan pengetahuan tentang RJP.

Komponen pengetahuan tersebut antara lain pengkajian keamanan,

pengkajian nadi, dan kedalaman RJP. Sedangkan untuk variabel

keterampilan setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP didapatkan

hasil bahwa seluruh komponen keterampilan mengalami perbedaan yang

bermakna dengan nilai p < 0,05 yang memiliki arti bahwa seluruh

komponen tersebut mengalami penurunan keterampilan dalam

melakukan tindakan RJP.

Kelemahan dalam pelaksanaan pelatihan dengan modul ini yaitu

peserta pelatihan berfokus mendengarkan apa yang disampaikan

instruktur dan apa yang mereka baca pada modul sehingga proses

pembelajaran menjadi kurang menarik untuk siswa SD. Hal ini seringkali

membuat peserta akan cepat lupa dengan materi yang telah diberikan

dan mengakibatkan penurunan pengetahuan dan keterampilan dalam

waktu yang singkat. Pengetahuan seseorang umumnya dapat bertahan

lebih lama dibandingkan dengan keterampilan melakukan suatu tindakan

(Janti, 2010). Hal ini didukung oleh Stothard dan Nicholson (2001) yang

menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang dalam memahami sesuatu

cenderung stabil untuk waktu yang lama sedangkan kemampuan

psikomotor (keterampilan) lebih cepat menurun bahkan sejak minggu

pertama setelah pelatihan (Janti, 2010).

Page 108: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

88

Pengetahuan tatalaksana RJP bukan merupakan suatu hal yang

mudah untuk dikerjakan bila tidak mengerti, karena henti jantung

merupakan fenomena yang tidak dapat ditemui secara reguler. Namun

ketika kejadian itu terjadi, keselamatan hidup korban bergantung kepada

kecepatan pemberian bantuan. Sehingga pengetahuan dan kemampuan

serta teknik untuk melakukan RJP harus siap ketika dibutuhkan. Pelatihan

RJP sendiri cukup sulit karena RJP membutuhkan baik pengetahuan dan

kemampuan motorik. Pengetahuan dapat bertahan lebih lama daripada

keterampilan RJP, dan keterampilan RJP dapat turun secara segera

(Lynch et al., 2005).

Hasil uji statistik dari variabel kepercayaan diri dan kemauan

melakukan RJP dengan menggunakan uji post hoc Wilcoxon

menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang artinya ada perbedaan yang

bermakna antara sebelum, setelah, dan satu minggu setelah

mendapatkan pelatihan RJP dengan menggunakan media pembelajaran

modul. Setelah dilakukan pengujian pada masing-masing pertanyaan

kepercayaan diri dan kemauan, didapatkan hasil bahwa pada seluruh

komponen kepercayaan diri dan 5 komponen kemauan mengalami

perbedaan yang tidak bermakna dengan p > 0,05 pada setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP dengan modul.

Pelatihan RJP yang dilakukan pada orang awam meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tindakan RJP yang

kemudian akan muncul kepercayaan diri dan kemauan dalam melakukan

tindakan RJP pada orang awam tersebut (Hamasu et al., 2009). Cheng-Yu

et al., (2016) dalam penelitiannya melakukan pelatihan RJP dengan

menggunakan metode simulasi pada responden memberikan hasil bahwa

terdapat peningkatan kemauan untuk melakukan RJP pada korban henti

Page 109: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

89

jantung pada sebagian peserta pelatihan. Sedangkan peserta yang tidak

mengalami peningkatan kemauan disebabkan karena peserta takut akan

menyebabkan bertambahnya cidera pada korban ketika tindakan RJP

dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Hamasu (2009) pada kelompok

bystander RJP yang telah terlatih untuk melakukan tindakan RJP juga

menunjukkan bahwa ketakutan memberikan hasil yang buruk menjadi

faktor yang paling banyak berpengaruh bagi bystander RJP dalam

melakukan tindakan RJP pada korban OHCA (47%).

6.3 Analisis Perbedaan Pengetahuan, Keterampilan, Kepercayaan Diri,

dan Kemauan Melakukan RJP Setelah dan Satu Minggu Setelah

Pelatihan RJP pada Kelompok VAF dan Kelompok Modul

6.3.1 Analisis Perbedaan Pengetahuan tentang Tindakan RJP pada

Kelompok VAF dan Kelompok Modul

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada Bab 5

didapatkan bahwa pada tahap awal sebelum dilakukan pelatihan RJP,

pengetahuan responden antara kelompok VAF dan modul mengalami

perbedaan yang tidak bermakna. Sedangkan pada setelah dan satu

minggu setelah pelatihan RJP ada perbedaan yang bermakna pada skor

pengetahuan antara kelompok VAF dan modul. Kelompok VAF memiliki

nilai rata-rata pengetahuan yang lebih besar dibandingkan dengan

kelompok modul. Setelah dilakukan pengujian pada masing-masing

pertanyaan, didapatkan hasil bahwa terdapat 5 komponen pengetahuan

yang mengalami perbedaan yang bermakna segera setelah dilakukan

pelatihan RJP (p < 0,05). Dan ada perbedaan yang bermakna pada 4

komponen pengetahuan antara kelompok VAF dan modul satu minggu

setelah dilakukan pelatihan RJP (p < 0,05).

Page 110: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

90

Salah satu fungsi VAF dalam pembelajaran adalah memfasilitasi

pembelajaran agar lebih menarik untuk siswa SD. VAF memberikan alur

cerita berupa rangkaian tindakan yang harus dilakukan saat menemukan

korban diduga henti jantung. Hal ini akan mempermudah responden

mengingat setiap tindakan dengan menampilkan tokoh animasi yang

dapat menjadi role model untuk responden. Video animasi yang

digunakan dalam lingkungan pendidikan adalah salah satu media yang

sangat berpengaruh terhadap siswa karena media tersebut menekan

pemikiran negatif siswa dalam pembelajaran. Siswa akan lebih

termotivasi dalam melakukan pembelajaran yang diberikan dengan

melihat tokoh yang menarik dalam melakukan suatu tindakan. Selain itu,

pesepsi dan perhatian dari siswa akan terpusat pada video tersebut dan

meningkatkan pengetahuan tentang materi yang diberikan (Dasdemir,

2006).

Perbedaan pengetahuan pada kelompok VAF dan modul yang

didapatkan setelah pelatihan RJP yaitu pada pertanyaan tentang tanda

henti jantung, pengkajian keamanan, pengkajian kesadaran, pengkajian

nadi, dan tindakan RJP. Sedangkan hasil yang didapat pada satu minggu

setelah pelatihan adalah perbedaan pengetahuan pada komponen

pertanyaan tentang pengertian henti jantung, pengkajian keamanan,

memanggil ambulans, dan pengkajian nadi. Pada setiap komponen

tersebut, kelompok media VAF memiliki skor yang lebih tinggi daripada

kelompok dengan media modul. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Contri et al., (2016) dalam penelitiannya menggunakan

video untuk pelatihan RJP di sekolah mendapatkan hasil jawaban soal

kuesioner pengetahuan yang benar yaitu 98% siswa mengenali korban

henti jantung, dan 96% siswa mengetahui rangkaian tindakan BLS

Page 111: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

91

(pengkajian keamanan, pengkajian kesadaran dan nafas, menghubungi

EMS, dan tindakan RJP).

Skor total pengetahuan pada setelah dan satu minggu setelah

pelatihan RJP menunjukkan bahwa nilai kelompok VAF lebih tinggi

daripada kelompok modul. Walaupun keduanya mengalami penurunan

pengetahuan, nilai rata-rata kelompok VAF tetap memiliki skor yang lebih

tinggi. Hal ini membuktikan bahwa pelatihan RJP menggunakan media

VAF efektif untuk dilakukan pada siswa sekolah. Mills (2004)

membandingkan siswa dalam pembelajaran menggunakan media video

animasi dan modul mendapatkan hasil bahwa siswa dengan

pembelajaran dengan video animasi mendapatkan nilai posttest yang jauh

lebih tinggi. Hal ini dikaitkan dengan tidak terbentuknya kesan memori

yang cukup kuat untuk mempertahankan pengetahuan responden pada

kelompok modul.

Proses pembelajaran yang menarik dengan menggunakan VAF

juga menyediakan kesempatan pada siswa untuk dapat melakukan

pembelajaran mandiri dengan melakukan review ulang materi yang telah

diberikan untuk dapat dibawa dan dilihat secara praktis dengan bentuk

media yang inovatif dan menarik, sehingga dapat memfokuskan perhatian

pengguna dalam melakukan review materi. Hasil pembelajaran dengan

menggunakan video animasi kepada peserta pelatihan juga akan

memberikan penurunan pengetahuan yang dapat bertahan lebih lama

karena proses pemahamannya yang mudah dan dapat dilakukan

pengulangan di berbagai waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu

bentuk pembelajaran yang efektif (Wang, 2015).

Page 112: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

92

6.3.2 Analisis Perbedaan Keterampilan dalam Melakukan Tindakan RJP

Setelah dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP pada Kelompok VAF

dan Kelompok Modul

Hasil uji statistik yang telah dilakukan didapatkan bahwa sebelum

dilakukan pelatihan RJP, keterampilan responden antara kelompok VAF

dan modul mengalami perbedaan yang tidak bermakna. Sedangkan pada

setelah dan satu minggu setelah pelatihan RJP ada perbedaan yang

bermakna pada skor keterampilan antara kelompok VAF dan modul.

Kelompok VAF memiliki nilai rata-rata keterampilan yang lebih besar

dibandingkan dengan kelompok modul. Setelah dilakukan pengujian pada

masing-masing komponen tindakan keterampilan, didapatkan hasil bahwa

terdapat 1 komponen yang memiliki perbedaan yang bermakna setelah

dilakukan pelatihan RJP (p < 0,05). Dan ada perbedaan yang bermakna

pada 3 komponen keterampilan antara kelompok VAF dan modul satu

minggu setelah dilakukan pelatihan RJP (p < 0,05). Keterampilan

responden meningkat, namun tidak dapat dikatakan bahwa responden

kompeten untuk menjadi seorang bystander RJP. Hal ini disebabkan

karena kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang bystander RJP

adalah mendapatkan skor maksimal dalam penelitian ini.

Pengukuran tingkat keterampilan yang dilakukan setelah pelatihan

menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki jumlah responden yang

lebih sedikit dalam melakukan komponen “kecepatan kompresi"

dibandingkan dengan komponen lainnya. Sutono et al., (2015) dalam

penelitiannya mendapatkan hasil bahwa partisipan laki-laki sebagian besar

dapat mencapai standar kualitas pada item kecepatan dan kedalaman

kompresi dada. Pada temuan ini mendukung hasil penelitian dimana

karakteristik responden berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan

Page 113: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

93

dengan perempuan, sehingga dapat mempengaruhi jumlah responden

yang dapat melakukan kecepatan kompresi dengan benar.

Mengajarkan RJP kepada anak usia SD dapat sangat efektif karena

anak-anak memiliki memori yang lebih kuat daripada orang dewasa. Bollig

et al. (2009) dalam pelatihan RJP pada anak SD mendapatkan hasil bahwa

sebanyak 49% siswa dapat mengkaji kesadaran, 87% dapat menempatkan

korban pada posisi recovery, 68% dapat membuka jalan nafas, dan 77%

dapat memanggil bantuan EMS. Disebutkan juga bahwa anak SD dapat

dengan mudah mengingat dan mempraktikkan RJP apabila instruktur

mengajarkan dengan metode yang membuat siswa tidak tertekan dalam

pembelajaran. Lubrano et al. (2005) dalam studinya kepada anak SD usia

8-11 tahun untuk membandingkan metode pembelajaran mendapatkan

hasil bahwa metode simulasi dengan video mendapatkan hasil yang lebih

baik daripada pelatihan dengan metode ceramah. menjelaskan bahwa

pengetahuan tentang RJP.

Materi yang diajarkan dalam pelatihan RJP kepada anak usia

sekolah harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Dimulai

pada usia 6 tahun, anak-anak harus diajarkan keterampilan 'Memanggil

Bantuan', termasuk mengenali keadaan darurat, mempertahankan

keamanan dan melaporkan kepada orang dewasa. Sedangkan anak usia

11-13 tahun, dapat diberikan keterampilan untuk membantu kepatenan

jalan napas, memberikan bantuan pernapasan dan sirkulasi serta

pemberian kompresi dada. Namun untuk kompetensi dari seorang anak

usia sekolah adalah mengenali dan meminta bantuan, sedangkan untuk

membantu kepatenan jalan napas, memberikan bantuan pernapasan dan

sirkulasi serta pemberian kompresi dada adalah sekedar mengetahui

bagaimana cara melakukan keterampilan tersebut (Bernardo et al, 2002).

Page 114: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

94

Pengukuran pada satu minggu setelah pelatihan, didapatkan hasil

yaitu jumlah responden yang melakukan komponen keterampilan

“memanggil ambulans” lebih banyak daripada komponen lain untuk kedua

kelompok tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan

dalam melakukan RJP adalah pengetahuan tentang RJP (Nyman et al.,

2000). Hal ini dibuktikan dengan pengukuran pengetahuan pada komponen

memanggil ambulans didapatkan hasil yang tinggi pada jumlah responden

yang menjawab dengan benar yaitu 60 responden pada kelompok VAF dan

51 responden dari kelompok modul (dari total 60 responden pada tiap

kelompok).

Metode simulasi yang dikombinasikan dengan VAF akan dapat

memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap keterampilan peserta

pelatihan. Video animasi yang berisi keterampilan lebih otentik dan lebih

menarik untuk memotivasi siswa dalam menirukan tindakan yang

ditampilkan daripada media statis (Hoffler dan Leutner, 2007). Beskind et

al. (2016) dalam risetnya yaitu pelatihan RJP pada siswa SMA

menjelaskan bahwa responden dengan pembelajaran CPR menggunakan

video menunjukkan hasil yang lebih responsif dan meningkatkan kualitas

CPR yang lebih baik daripada yang menggunakan media konvensional.

Responden juga menunjukkan adanya penurunan keterampilan jangka

panjang (> 1 bulan), dan pada saat 2 bulan lebih responden dapat

memanggil layanan gawat darurat (911) namun akan lebih cepat untuk

memulai tindakan RJP sebelum melakukan pengkajian keamanan maupun

pengkajian nadi.

Page 115: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

95

6.3.3 Analisis Perbedaan Kepercayaan Diri Melakukan Tindakan RJP

Setelah dan Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP pada Kelompok VAF

dan Kelompok Modul

Perbedaan kepercayaan diri melakukan tindakan RJP antara

kelompok VAF dan modul didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan

yang bermakna pada kedua media tersebut pada sebelum, setelah dan

satu minggu setelah pelatihan RJP. Peneliti juga mendapatkan hasil bahwa

kepercayaan diri responden untuk menolong korban henti jantung setelah

mereka mendapatkan pelatihan RJP memiliki skor yang lebih tinggi

daripada sebelum mendapatkan pelatihan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Sasaki et al., (2015) yaitu faktor yang mempengaruhi

kepercayaan diri seserang dalam melakukan RJP diantaranya adalah

pernah mengikuti pelatihan RJP.

Laschinger et al., (2008) dalam studinya mengidentifikasi metode

simulasi sebagai metode efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri

siswa profesi keperawatan dengan keterampilan klinis serta kepuasan

dalam pengalaman belajar, mencatat bahwa adanya keuntungan

kemahiran dalam keterampilan klinis yang menimbulkan rasa percaya diri

di kalangan pelajar profesi keperawatan. Hal ini didukung oleh Holmberg et

al., (2000) yang menjelaskan bahwa bystander RJP yang telah terlatih

memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi untuk selanjutnya

mempengaruhi kemauan masyarakat awam dalam melakukan tindakan

RJP pada korban OHCA dan berperan dalam menurunkan angka kematian

pasien OHCA di Swedia. Pendekatan yang perlu dilakukan untuk

mewujudkan hal tersebut adalah dengan melakukan pelatihan terstandar

dan praktis agar terbentuk bystander RJP yang terampil dan memiliki

Page 116: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

96

kepercayaan diri dan kemauan untuk dapat melakukan tindakan RJP

dengan tepat pada korban OHCA.

Temuan peneliti terhadap hasil penelitian selanjutnya adalah

komponen kepercayaan diri yang memiliki jumlah responden yang lebih

sedikit dibandingkan dengan yang lainnya adalah komponen “mengenali

korban tidak sadar”. Wayne et al., (2006) dalam studi kasus pada tim

tanggap henti jantung melaporkan bahwa mahasiswa kedokteran dan

keperawatan menunjukkan peningkatan kepercayaan diri yang lebih tinggi

pada kelompok yang menggunakan video dibandingkan dengan yang

menggunakan metode tradisional. Selanjutnya, penelitian juga melaporkan

bahwa mahasiswa yang telah dilatih RJP tersebut dalam praktik di RS

University of Chicago memiliki kualitas RJP yang bervariasi pada

mahasiswa yang dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri mahasiswa

dalam melakukan RJP. Mahasiswa sering tidak percaya diri dalam hal

mengenali kejadian henti jantung yang mengancam kehidupan.

6.3.4 Analisis Perbedaan Kemauan Melakukan Tindakan RJP Setelah dan

Satu Minggu Setelah Pelatihan RJP pada Kelompok VAF dan

Kelompok Modul

Perbedaan kemauan melakukan tindakan RJP antara kelompok

VAF dan modul didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna sebelum dilakukan pelatihan RJP. Sedangkan pada setelah

dan satu minggu setelah pelatihan RJP ada perbedaan yang bermakna

pada skor kemauan antara kelompok VAF dan modul. Kelompok VAF

memiliki nilai rata-rata kemauan yang lebih besar dibandingkan dengan

kelompok modul. Setelah dilakukan pengujian pada masing-masing

komponen kemauan, didapatkan hasil bahwa terdapat 2 komponen yang

memiliki perbedaan pada pengukuran setelah dan satu minggu setelah

Page 117: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

97

dilakukan pelatihan RJP (p < 0,05). Peneliti juga mendapatkan hasil bahwa

jumlah responden yang mau melakukan RJP pada anggota keluarga lebih

tinggi daripada yang lain. Sedangkan jumlah responden yang rendah

terdapat pada melakukan RJP ke orang yang beda jenis kelamin dan

korban kecelakaan.

Pamel (2006) dalam sebuah penelitian pada siswa SMA

mendapatkan hasil bahwa kemauan untuk melakukan RJP pada keluarga

sebesar 84%, sementara yang memiliki kemauan melakukannya kepada

orang tak dikenal hanya 63%. Hal ini disebabkan karena kemauan

masyarakat untuk melakukan pertolongan kepada korban dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang termasuk ke dalam faktor internal dan juga

faktor eksternal. Faktor internal meliputi nilai-nilai kemanusiaan individu

tersebut, sedangkan contoh faktor external seperti kemauan penolong lain

yang ada di sekitar korban (Johnston et al., 2003).

Ketidakmauan untuk melakukan RJP pada orang tidak dikenal

merupakan faktor utama yang menurunkan kemauan bystander RJP

untuk memberikan bantuan pada korban OHCA. Asumsi dari seseorang

untuk menolong dapat dipengaruhi juga oleh jenis kelamin. Sesuai

dengan peran tradisionalnya sebagai pelindung, laki-laki lebih mungkin

memberi bantuan dibandingkan dengan perempuan, karena laki-laki

dianggap lebih kuat dibandingkan perempuan (Meier, 2005). Namun

adanya budaya yang berkembang di masyarakat yang membatasi

bersentuhan dengan lawan jenis merupakan faktor yang mempengaruhi

kemauan dalam menolong orang asing dengan beda jenis kelamin.

Kebiasaan masyarakat lebih menghindari bersentuhan atau

berkomunikasi dengan orang tak dikenal berbeda jenis kelamin bertolak

belakang dengan konsep RJP, dimana RJP sendiri membutuhkan

Page 118: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

98

sentuhan dengan korban untuk menolongnya (Hamasu et al., 2009).

Hasil studi yang telah dilakukan Riegel et al., (2007) menjelaskan

bahwa alasan utama seorang bystander RJP yang telah terlatih untuk

melakukan tindakan RJP enggan untuk melakukan tindakan RJP adalah

karena sebagian besar bystander RJP merasa panik (37.5%) ketika

melihat kondisi korban OHCA, sehingga tidak tahu harus melakukan

tindakan apa terhadap korban. Alasan lainnnya adalah beberapa

bystander RJP merasa ketakutan akan melukai atau menyebabkan cidera

yang lebih serius kepada korban ketika dilakukan tindakan RJP (9.1%).

Kepercayaan diri merupakan faktor yang mempengaruhi apakah

seseorang mau melakukan pertolongan pada korban OHCA ataupun

tidak. Walaupun seseorang mengetahui bagaimana cara untuk menolong,

apabila mereka tidak merasa percaya diri, maka akan mempengaruhi

respon kemauan dalam melakukan tindakan (Kureckova, 2017). Dalam

penelitian ini, pada korban kecelakaan ditemukan adanya ketidakmauan

menolong yang cukup tinggi pada responden. Hal ini dapat disebabkan

karena adanya kepercayaan diri yang rendah untuk menolong karena

takut darah ataupun takut tertular penyakit dari korban tersebut. Kondisi

fisik korban kecelakaan seperti adanya darah atau muntahan, cidera,

penampilan yang kotor serta bekas konsumsi alkohol turut berkontribusi

terhadap ketidakmauan masyarakat untuk memberikan tindakan RJP

(Johnston et al., 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Hamasu et al., (2009) pada

kelompok bystander RJP yang telah terlatih untuk melakukan tindakan

RJP juga menunjukkan bahwa ketakutan akan memberikan hasil yang

buruk menjadi faktor yang paling banyak berpengaruh bagi bystander RJP

dalam melakukan tindakan RJP pada korban OHCA (47%). Faktor cemas

Page 119: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

99

akan dilaporkan kepada polisi jika tindakan RJP gagal (25%), takut tertular

penyakit menular dari korban (11%), dan tidak ingin melakukan prosedur

ventilasi dari mulut ke mulut (17%) adalah faktor-faktor lain yang

menyebabkan seseorang enggan untuk melakukan tindakan RJP pada

korban OHCA meski telah mendapatkan pelatihan RJP.

6.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pengambilan data satu minggu setelah

pelatihan dimana rentang jarak antara setelah pelatihan sampai satu

minggu pelatihan tidak dilakukan pengontrolan terhadap paparan media

pembelajaran terhadap responden sehingga dapat menimbulkan faktor

perancu. Penelitian ini menggunakan manikin buatan yang belum

dilakukan uji validitas sehingga tidak dapat dibandingkan kedalaman dan

kecepatan melakukan kompresi dada dengan manikin RJP.

Page 120: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

100

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

7.1.1 Ada perbedaan yang bermakna pada pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam

melakukan RJP antara sebelum, setelah dan satu minggu setelah

pembelajaran RJP dengan VAF “Atan Titung” RJP;

7.1.2 Ada perbedaan yang bermakna pada pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam

melakukan RJP antara sebelum, setelah, dan satu minggu setelah

pembelajaran RJP dengan modul;

7.1.3 Ada perbedaan yang bermakna pada pengaruh media

pembelajaran RJP dengan VAF dan modul terhadap pengetahuan

dan keterampilan. Ada perbedaan yang tidak bermakna antara

pengaruh media pembelajaran RJP dengan VAF dan modul pada

kepercayaan diri dan kemauan anak usia sekolah dalam

melakukan RJP;

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaporkan, terdapat beberapa

saran untuk perbaikan penelitian ini dan saran untuk penelitian lanjutan:

7.2.1 Media pembelajaran VAF “Atan Titung” RJP dapat digunakan

sebagai media pembelajaran untuk memberikan pelatihan RJP

pada masyarakat awam khususnya pada anak-anak.

Page 121: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

101

7.2.2 Diperlukan adanya upaya maintenance terhadap pemberian VAF

“Atan Titung” RJP secara terus-menerus yang dapat dilihat oleh

masyarakat untuk meningkatkan jumlah masyarakat yang sadar

terhadap korban OHCA dan bagaimana cara menolongnya.

7.2.3 Diperlukan adanya program UKS yang berfokus pada pengenalan

dini menjadi bystander RJP menggunakan media VAF “Atan

Titung” RJP untuk selanjutnya dapat diberikan sertifikat

pendampingan ijazah yang dapat dikeluarkan oleh SDN

Kampungdalem 3 dan 4 Kota Kediri pada siswa.

7.2.4 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai retensi terhadap

pengetahuan dan keterampilan pada dua minggu sampai dua

bulan setelah pelatihan RJP menggunakan VAF “Atan Titung”

RJP.

Page 122: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

102

DAFTAR PUSTAKA

Abella, B. S., Aufderheide, T. P., Eigel, B., Hickey, R. W., Longstreth, W. T., Nadkarni, V., ... Hazinski, M. F. (2008). Reducing Barriers for Implementation of Bystander-Initiated Cardiopulmonary Resuscitation: A Scientific Statement from the American Heart Association for Healthcare Providers, Policymakers, and Community Leaders Regarding The Effectiveness of Cardiopulmonary Resuscitation. Circulation 2008;117(5):704–709. Retrieved from PubMed

Adinda, & Adjie. (2011). Film Animasi 2D Berbasis 3D Menggunakan Teknik Cell

Shading Berjudul The Postman Story. Tugas Akhir, Surabaya: STIKOM Ahmad, M. M., & Aqel, A. A. (2015). Comparison between Clinical Simulation and

Traditional Teaching for Cardiopulmonary Knowledge and Skills. International Journal of Educational Research and Information Science. Vol. 2, No. 4, 2015, pp. 83-92

Akahane, M., Tanabe, S., Koike, S., Ogawa, T., Horiguchi, H., Yasunaga, H., &

Imamura, T. (2012). Elderly Out-of-Hospital Cardiac Arrest has Worse Outcomes with a Family Bystander than a Non-Family Bystander. International Journal of Emergency Medicine (Online), 5, 41. doi:http://dx.doi.org/10.1186/1865-1380-5-41

American Heart Association. (2015). Highlights of The 2015 American Heart

Association Guidelines Update for CPR and ECC. Retrieved from https:// www.heart.org

Anderson, M. L., Cox, M., Al-Khatib, S. M., Nichol, G., Thomas, K. L., Chan, P. S.,

... Peterson, E. D. (2014). Rates of Cardiopulmonary Resuscitation Training in the United States. JAMA Internal Medicine 2014;174(2):194–201. Retrieved from PubMed

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Cetakan ke-15. Jakarta: Rajawali Pers. Banta-Green, C. J., Kuszler, P. C., Coffin, P.O., & Schoeppe, J. A. (2011).

Washington's 911 Good Samaritan Drug Overdose Law: Initial Evaluation Results. Seattle, WA: Alcohol & Drug Abuse Institute, University of Washington

Beck, S., Klages, V., Michaelis, M., Sehner, S., Harendza, S., Zollner, C., & Kubitz,

J. C. (2016). Teaching School Children Basic Life Support Improves Teaching and Basic Life Support Skills of Medical Students: A Randomised, Controlled Trial. Resuscitation; 108 (2016) 1-7. doi:10.1016/j.resuscitation.2016.08.020

Berdowski, J., Berg, R. A., Tijssen, J. G. P., & Koster, R. W. (2009). Global

incidences of out-of-hospital cardiac arrest and survival rates: Systematic review of 67 prospective studies. Resuscitation; 81(11); 1479 – 1487

Page 123: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

103

Bernardo, L. M., Doyle, C., & Bryn, S. (2002). Basic Emergency Livesaving Skills (BELS): A Framework for Teaching Skills to Children and Adolescents. Int J Trauma Nurs 2002;8: 48-50. doi:10.1067/mtn.2002.123027

Beskind, D.L., Stolz, U., Thiede, R., Hoyer, R., Burns, W., Brown, J., ... Panchal,

A.R. (2016). Viewing a Brief Chest-Compression- Only CPR Video Improves Bystander CPR Performance and Responsiveness in High School Students: A Cluster Randomized Trial. Resuscitation 2016 Jul;104:28-33. doi:10.1016/j.resuscitation.2016.03.022

Birkeland, V. (2014). Basic Life Support (BLS) Knowledge and Skill Retention and

Increased Self-Efficacy for Rural Health Care Providers (Master’s thesis, Regis University, Denver, Colorado). Retrieved from http://epublications.regis.edu/theses

Bobrow, B. J., Vadeboncoeur, T. F., Spaite, D. W., Potts, J., Denninghoff,

K., Chikani, V., ... Abella, B. S. (2011). The Effectiveness of Ultra Brief and Brief Educational Videos for Training Lay Responders in Hands-Only Cardiopulmonary Resuscitation: Implications for the Future of Citizen Cardiopulmonary Resuscitation Training. Circ Cardiovasc Qual Outcomes 2011; 4:220–6.11. Retrieved from Elsevier Ireland Ltd database

Bollig, G., Wahl, H. A., & Svendsen, M. V. (2009). Primary School Children are

Able to Perform Basic Live-Saving First Aid Measures. Resuscitation 80 (2009) 689-692. doi:10.1016/j.resuscitation.2009.03.012

Bottiger, B. W., & Van, A. H. (2015). Training Children in Cardiopulmonary

Resuscitation Worldwide. Lancet 2015;385(9985):2353. Retrieved from PubMed

Carruth, A. K., Pryor, S., Cormier, C., Bateman, A., Matzke, B., & Gilmore, K.

(2010). Evaluation of a School-Based Train-The-Trainer Intervention Program to Teach First Aid and Risk Reduction among High School Students. Journal of School Health 2010;80(9):453–460. Retrieved from PubMed

Casper, K., Murphy, G., Weinstein, C., & Brinsfield, K. (2003). A Comparison of

Cardiopulmonary Resuscitation Rates of Strangers Versus Known Bystanders. Prehospital Emergency Care 2003;7(3):299–302. Retrieved from PubMed

Cheng-Yu, C., Yi-Ming, W., Shou-Chien, H., Chan-Wei, K., & Chung-Hsien, C.

(2016). Effect of Population-Based Training Programs on Bystander Willingness to Perform Cardiopulmonary Resuscitation. Signa Vitae; 11(1)

Chew, K. S., Yazid, A., Kamarul, B. A., & Rashidi, A. (2009). Translating

Knowledge to Attitude: A Survey on the Perception of Bystander Cardiopulmonary Resuscitation Among Dental Students in Universiti Sains Malaysia and School Teachers in Kota Bharu, Kelantan. Med J Malaysia: 64(3): 205-209

Chew, K. S., Hashairi, F. M., Zarina, Z. I., Farid, A. W., Yazid, M. N., & Hisamuddin,

N. A. (2011). A Survey on The Knowledge, Attitude and Confidence Level

Page 124: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

104

of Adult Cardiopulmonary Resuscitation Among Junior Doctors in Hospital Universiti Sains Malaysia and Hospital raja Perempuan Zainab II, Kota Bharu, Kelantan, Malaysia. Med J Malaysia Vol 66 No 1

Chiang, W., Ko, P. C., & Chang, A. M. (2014). Bystander-Initiated CPR in an Asian

Metropolitan: Does the Socioeconomic Status Matter? Resuscitation; 85(1): 53-58

Cho, G. C., Sohn, Y. D., & Kang, K. H. (2010). The Effect of Basic Life Support

Education on Laypersons’ Willingness in Performing Bystander Hands Only Cardiopulmonary Resuscitation. Resuscitation 2010; 81: 691–4

Choa, M., Park, I., Chung, H. S., Yoo, S. K., Shim, H., & Kim, S. (2008). The

Effectiveness of Cardiopulmonary Resuscitation Instruction: Animation versus Dispatcher through a Cellular Phone. Resuscitation 2008;77:87–94

Choi, H. S., Lee, D. H., Kim, C. W., Kim, S. E., & Oh, J. H. (2015). Peer-Assisted

Learning to Train High-School Students to Perform Basic Life-Support. World J Emerg Med; 6(3):186-190

Chung, S., Chung, H., & Lee, H. (2007). Selection of Target Age for School

Education in Cardiopulmonary Resuscitation. Ann Emerg Med 2007; 50(Suppl):S16. doi:10.1016/j.annemergmed.2007.06.079

Clawson, J., Olola, C., Scott, G., Heward, A., & Patterson, B. (2008). Effect of a

Medical Priority Dispatch System Key Question Addition in the Seizure/Convulsion/Fitting Protocol to Improve Recognition of Ineffective (Agonal) Breathing. Resuscitation 2008;79(2):257–264

Contri, E., Baggiani, M., Bonomo, M.C., Tonani, M., Fichtner, F. E., Cornara, S., &

Baldi, E. (2016). Video-Based Compression-Only CPR teaching: A Feasible and Effective Way to Spread CPR in Secondary Schools. Resuscitation. doi: 10.1016/j.resuscitation.2016.07.143

Coons, S. J., & Guy, M. C. (2009). Performing Bystander CPR for Sudden Cardiac

Arrest: Behavioral Intentions among the General Adult Population in Arizona. Resuscitation 2009;80(3):334–340. Retrieved from PubMed

Corrado, G., Rovelli, E., Beretta, S., Santarone, M., & Ferrari, G. (2011).

Cardiopulmonary Resuscitation Training in High-School Adolescents by Distributing Personal Manikins. J. Cardiovasc; 12 (4) (2011) 249e254

Creutzfeldt, J., Hedman, L., Heinrich, L., Youngblood, P., & Tsai, L. (2013).

Cardiopulmonary Resuscitation Training in High School Using Avatars in Virtual Worlds: An International Feasibility Study. J Med Internet Res 2013;15(1):e9. doi:10.2196/jmir.1715

Cummins, R. O., Chamberlain, D., Hazinski, M. F., Nadkarni, V., Kloeck, W.,

Kramer, E., ... Cobbe, S. (1997). Recommended guidelines for Reviewing, Reporting, and Conducting Research on In-Hospital Resuscitation: The In-Hospital ‘Utstein Style.’ A Statement for Healthcare Professionals from the American Heart Association, the European Resuscitation Council, the Heart and Stroke Foundation of Canada, the Australian Resuscitation

Page 125: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

105

Council, and the Resuscitation Councils of Southern Africa. Resuscitation. 1997;34:151–183

Dasdemir. (2006). The Effect of Using Animation on Students’ Academic

Achievement and Retentions in Primary Science schools. University of Atatürk. Unpublished Master Thesis

Einspruch, E.L., Bonnie, L., Aufderheide, T.P., Nichol, G., & Becker, L. (2007).

Retention of CPR Skills Learned in Traditional AHA Heartsaver Course Versus 30-min Video Self-Training: A Controlled Randomized Study. Resuscitation. doi:10.1016/j.resuscitation.2005.10.027

Fadillah. (2012). Psikologi Perkembangan I. Pusat Bahan Ajar dan eLearning.

Retrieved from http://www.mercubuana.ac.id Farlex. (2009). Bystander CPR. Medical Dictionary. Retrieved from http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com Farshi, M., Babatabar, D. H., Mokhtari, N. J., & Mahmoudi, H. (2012). Study of the

Effect of Air Evacuation and Transport Training Using Lecture Method on Nurses Level of Learning. Iran J Crit Care Nurs, 5(1), 17-22

Fineberg, H. V. (2004). Introduction to the Institute of Medicine Reports. Acad

Emerg Med. 2004;11:417 Fredriksson, M., Herlitz, J., & Nichol, G. (2003). Variation in Outcome in Studies of

Out-of-Hospital Cardiac Arrest: A Review of Studies Conforming to the Utstein Guidelines. Am J Emerg Med. 2003;21:276 –281

Garcia, S., Belen, A., Aleman, F., Luis, J., Perez, A., Hernandez, N. H., ... Daniela,

R. (2015). Assessment of the Knowledge Level and Its Relevance in Terms of CPR in Medical Personnel of The Hospital Emergency System of the Autonomous Community of the Region of Murcia. Enfermeria Global; 246-260

Go, A.S., Mozaffarian, D., Roger, V.L., Benjamin, E.J., Berry, J.D., Borden, W.B,

... Turner, M.B. (2017). Cardiac Arrest Statistics. Retrieved from http://cpr.heart.org

Granito, M. & Chernobilsky, E. (2012). The Effect of Technology on a Student's

Motivation and Knowledge Retention: NERA Conference Proceedings 2012. 17

Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan

Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Halamek, L. P. (2006). Simulation-Based Training: Opportunities for the

Acquisition of Unique Skills. Ethics Journal of the American Medical Association; 8(2):84-87

Hamasu, S., Morimoto, T., Kuramoto, N., Horiguchi, M., Iwami, T., Nishiyama, C.,

... & Hiraide, A. (2009). Effects of BLS Training on Factors Associated with

Page 126: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

106

Attitude Toward CPR in College Students. Resuscitation 80(3):359-64. doi:10.1016/j.resuscitation.2008.11.023

Hazinski, M.F., Shuster, M., Donnino, M.W., Travers, A.H., Samson, R.A.,

Schexnayder, S.M., ... Wyckoff, M.H. (2015). Highlights of The 2015 American Heart Association Guidelines Update for CPR and ECC. Retrieved from https:// www.heart.org

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. (2002). Instructional

media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Herlitz, J., Andersson, E., Bang, A., Engdahl, J., Holmberg, M., lindqvist, J., ...

Waagstein, L. (2000). Experiences from treatment of Out-of Hospital Cardiac Arrest during 17 years in Goteborg. Eur Heart J. 2000;21:1251–1258

Hoffler, T.N., & Leutner, D. (2007). Instructional Animation Versus Static Pictures:

A Meta Analysis. Learning and Instruction 17,722-738 Holmberg, M., Holmberg, S., & Herlitz, J. (2000). Effect of Bystander

Cardiopulmonary Resuscitation in Out-of-Hospital Cardiac Arrest Patients in Sweden. Resuscitation; 47(1):59-70

Hubble, M. W., Bachman, M., Price, R., Martin, N., & Huie, D. (2003). Willingness

of High School Students to Perform Cardiopulmonary Resuscitation and Automated External Defibrillation. Prehosp Emerg Care; 7:219–224

Ibda, F. (2015 Januari-Juni). Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget.

Intelektualita Volume 3, Nomor 1 Janelle, C. (2009). Teaching Strategies to Build Student Confidence. Retrieved

from http://www.teachhub.com Janti, H. (2010). Publications of Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) Quality and

Education. The University of Eastern Finland Dissertations in Health Sciences.

Jaslow, D., Barbera, J. A., Johnson, E., & Moore, W. (1997). Termination of

Nontraumatic Cardiac Arrest Resuscitative Efforts in The Field: A National Survey. Acad Emerg Med. 1997;4:904 –907

Jenson, C., & Forsyth, D.M. (2012). Virtual Reality Simulation: Using Three

Dimentional Technology to Teach Nursing Students. Computer, Informastics, Nursing, 30 (6), 312-318

Johnston, T. C., Clark, M. J., Dingle, G. A., & FitzGerald, G. (2003). Factors

Influencing Queenslanders' Willingness to Perform Bystander Cardiopulmonary Resuscitation. Resuscitation; 56(1):67–75

Jones, I., Whitfield, R., Colquhoun, M., Chamberlain, D., Vetter, N., & Newcombe,

R. (2007). At What Age can Schoolchildren Provide Effective Chest Compressions? An Observational Study from The Heartstart UK Schools

Page 127: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

107

Training Programme. British Medical Journal 2007;334(7605):1201. Retrieved from PubMed

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Kitamura, T., Kiyohara, K., & Matsumaya, T. (2015). Is Survival after Out-of Hospital Cardiac Arrest Worse during Days of National Academic Meetings in Japan? A Population-Based Study. J Epidemiol 2016; 26(3):155-162. doi:10.2188?jea.JE20150100

Kureckova, V., Gabrhel, V., Zamecnik, P., Rezac, P., & Zaoral, A. (2017). First Aid

as an Important Traffic Safety Factor – Evaluation of the Experience – Based Training. Eur Transp Res Rev 2017;9:5. doi:10.1007/s12544-016-0218-4

Laschinger, S., Medves, J., & Pulling, C. (2008). Effectiveness of Simulation on

Health Profession Students’ Knowledge, Skills, Confidence and Satisfaction. Int J Evid Based Healthc. 2008;6(3): 278–302

Lee, M. J., Hwang, S. O., & Cha, K. C. (2013). Influence of Nationwide Policy on

Citizens Awareness and Willingness to Perform Bystander Cardiopulmonary Resuscitation. Resuscitation; 84, 889-894

Lemeshow, S. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University. Leong, B. S. H. (2011). Bystander CPR and Survival. Singapore Med J; 52(8), 573-

575 Lick, C. J., Aufderheide, T. P., & Niskanen, R. A. (2011). Take Heart America:

Comprehensive, Community-Wide, System-Based Approach to the Treatment of Cardiac Arrest. Crit Care Med; 39, 26-33

Locke, C. J, Berg, R. A., Sanders, A. B., Davis, M. F., Milander, M. M., Kern, K. B.,

& Ewy, G. A. (1995). Bystander Cardiopulmonary Resuscitation: Concerns about Mouth-to-Mouth Contact. Internal Medicine 1995;155(9):938–943. Retrieved from PubMed

Lontoh, C., Kiling, M., & Wongkar, D. (2013). Pengaruh Pelatihan Teori Bantuan

Hidup Dasar terhadap Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Siswa Siswi SMA Negeri 1 Toili. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Lu, C., Jin, Y., Shi, X., Ma, W., Wang, Y., Wang, W., & Zhang Y. (2016). Factors

Influencing Chinese University Students’ Willingness to Performing Bystander Cardiopulmonary Resuscitation. International Emergency Nursng. doi: 10.1016/j.ienj.2016.04.001

Lubrano, R., Romero, S., Scoppi, P., Cocchi, G., Baroncini, S., Elli, M., ... Moscatelli, R. (2005). How to Become an Under 11 Rescuer: A Practical Method to Teach First Aid to Primary Schoolchildren. Resuscitation 2005;64:303-7

Page 128: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

108

Lynch, B., Einspruch, E. L., Nichol, G., Becker, L. B., Aufderheide, T. P., & Idris,

A. (2005). Effectiveness of a 30-min CPR Self-Instruction Program for Lay Responders: A Controlled Randomized Study. Resuscitation; 67:31–43

Mahnun, N. (2012). Media Pembelajaran: Kajian terhadap Langkah-langkah

Pemilihan Media dan Implementasinya. Jurnal Pemikiran Islam; Vol. 37, No.1

Mani, G., Danasekaran, R., & Annadurai, K. (2014). Bystander Cardiopulmonary

Resuscitation: Equipping Communities to Save Lives. Prog Health Sci; 4(2):1-5

Mardegan, K. J. (2015). Comparison of an Interactive CD-Based and Traditional

Instructor-Led Basic Life Support Skills Training for Nurses. Australian Critical Care; 28(3):160-167

McNally, B., Robb, R., Mehta, M., Vellano, K., Valderrama, A. L., Yoon, P. W., ...

Kellermann, A. (2011). Out-of-Hospital Cardiac Arrest Surveillance—Cardiac Arrest Registry to Enhance Survival (CARES), United States, October 1, 2005—December 31, 2010. Morbidity and Mortality Weekly Report Surveillance Summaries 2011;60(8):1–19

Meier, S. (2005). Condition Under Which Woman Behave Less/More Prosocially

than Men. Harvard Univercity. Journal Meischke, H., Taylor, V., Calhoun, R., Liu, Q., Sos, C., Tu, S. P., ... Eisenberg, D.

(2012). Preparedness for Cardiac Emergencies among Cambodians with Limited English Proficiency. Journal of Community Health 2012;37(1):176–180

Mozaffarian, D., Benjamin, E. J., & Go, A. S. (2016). Heart Disease and Stroke

Statistics-2016 Update: A Report from American Heart Association. Circulation 2016; 133:e38-e360. doi:10.1161/CIR0000000000000350

National Heart, Lung, and Blood Institute. (2016). What Are the Signs and

Symptoms of Sudden Cardiac Arrest? Retrieved from https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/scda/signs (Accessed 24th January, 2017)

NCBI. (2015). Strategies to Improve Cardiac Arrest Survival: A Time to Act.

National Academies Press (US); 2015 Sep 29: Washington (DC). Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK321502/

Nichol, G., Thomas, E., Callaway, C.W., Hedges, J., Powell, J. L., Aufderheide, T.

P., ... Stiell, I. (2008). Regional Variation in Out-of-Hospital Cardiac Arrest Incidence and Outcome. JAMA 2008;300:1423–31.2

Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Penerbit

Rineka Cipta Nyman, J., & Sihvonen, M. (2000). Cardiopulmonary Resuscitation Skills in Nurses

and Nursing Students. Resuscitation 2000;47:179–84

Page 129: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

109

Olasveengen, T. M., Wik, L., & Steen, P. A. (2008). Quality of Cardiopulmonary

Resuscitation Before and During Transport in Out-of-Hospital Cardiac Arrest. Resuscitation. 2008;76:185–190

Ozibilgin, I. S, Akan, M., Hanci, V., Aygun, C., & Kuvaki, B. (2015). Evaluation of

Public Awareness, Knowledge and Attitudes about Cardiopulmonary Resuscitation. Turk J Anaesth Reanim; 43: 396-405

Pamell, M.M., Pearson, J., & Galletly, D.C. (2006). Knowledge of and Attitudes

Towards Resuscitation in New Zealand High-School Students. Emerg Med J;23:899– 902.

Parasuram, R., Huiting, X., Wang, J., Anouradha, T., Eng, H. J. K., & Lien, P. C.

(2014). Effectiveness of Using Non-Traditional Teaching Methods to Prepare Student Health Care Professionals for the Delivery of the Mental State Examination: A Systematic Review Protocol. JBI; 12(8)

Parry, J., and Soar, J. (2011). Animations for Teaching The Recognition of Cardiac

Arrest. Resuscitation 83 (2012) e31. Retrieved from ScienceDirect Potts, J. & Lynch, B. (2006). The american heart association CPR anytime

program: the potential impact of highly accessible training in cardiopulmonary resuscitation. J Cardiopulm, 26, 346-354

Putri, E. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team

Games Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011. Perpustakaan UNS. Retrieved from http://perpustakaan.uns.ac.id

Rea, T. D., Cook, A.J., Stiell, I.G., Powell, J., Bigham, B., Callaway, C. W., ... Nichol

G. (2010). Predicting Survival after Out-of-Hospital Cardiac Arrest: Role of the Utstein Data Elements. Annals of Emergency Medicine 2010a;55(3):249–257

Reder, S., & Quan, L. (2003). Cardiopulmonary Resuscitation Training in

Washington State Public High Schools. Resuscitation 2003;56(3):283–288. Retrieved from PubMed

Riegel. B., Mosesso, V.N., Birnbaum, A., Bosken, L., Evans, L.M., Feeny, D., ...

Powell, J. (2007). Stress Reactions and Perceived Difficulties of Lay Responders to a Medical Emergency. Resuscitation;70:98–106.

Sadeghi, R., Sedhagat, M. M, & Ahmadi, F. S. (2014). Comparison of the Effect of

an Blended Lecture Teaching Methods on Students' Learning and Satisfaction. J Adv Med Educ Prof; 2(4), 146-150

Sadiman, A. S. (2008). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sahu, S., & Lata, I. (2010). Simulation in resuscitation teaching and training, an

evidence based practice review. Journal of Emergencies, Trauma and Shock, 3(4), 378–384. doi:10.4103/0974-2700.70758

Page 130: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

110

Sasaki, M., Ishikawa, H., Kiuchi, T., Sakamoto, T., & Marukawa, S. (2015). Factors

Affecting Layperson Confidence in Performing Resuscitation of Out-of-Hospital Cardiac Arrest Patients in Japan. Acute Medicine & Surgery 2015; 2: 183-189. doi: 10.1002/ams2.106

Sasson, C., Rogers, M. A., Dahl, J., & Kellermann, A. L. (2010). Predictors of

Survival from Out-of-Hospital Cardiac Arrest: A Systematic Review and Metaanalysis. Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes 2010b;3(1):63–81

Sasson, C., Haukoos, J. S., Bond, C., Rabe, M., Colbert, S. H., King, R., ... Heisler,

M. (2013). Barriers and Facilitators to Learning and Performing Cardiopulmonary Resuscitation in Neighborhoods with Low Bystander Cardiopulmonary Resuscitation Prevalence and High Rates of Cardiac Arrest in Columbus, OH. Circulation 2013;6(5):550–558. Retrieved from PubMed

Sasson, C., Haukoos, J. S., Eigel, B., & Magid, D. J. (2014). The HANDDS

Program: A Systematic Approach for Addressing Disparities in the Provision of Bystander Cardiopulmonary Resuscitation. Academic Emergency Medicine. 2014;21(9):1042–1049. Retrieved from PubMed

Shih, A.C., Vigani, A., Loring, N., Pereira, F.G., Szarowicz, M., & Bandt, C. (2010).

Cardiopulmonary Effect of A New Inspiratory Impedance Threshold Device in Anesthetized Hypotensive Dogs. Veterinary Anaesthesia and Analgesia 2010;37:215-221. doi:10.111/j.1467-2995.2009.00524.x

Shiraki, T., Osawa, K., Suzuki, H., Yoshida, M., Takahashi, N., Takeuchi, K., ...

Saito, D. (2009). Incidence and Outcomes of Out of Hospital Cardiac Arrest in The Eastern Part of Yamaguchi Prefecture. Int Heart J 2009;50:489-500

Sihes, A. J. (2011). Konsep Pembelajaran. Universiti Teknologi Malaysia

Curriculum Development and Higher Education: Malaysia Sipsma, K., Stubbs, B. A., & Plorde, M. (2011). Training Rates and Willingness to

Perform CPR in King County, Washington: A Community Survey. Resuscitation 2011;82(5):564–567. Retrieved from PubMed

Stothard, C. & Nicholson, R. (2001). Skill Acquistion and Retention Training: DSTO

Support to the Army Ammunition Study. Land Operation Division Electronics and Surveillance Research Laboratory

Sudjana, N. (2014). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya Sumiati & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Supandi. (1992). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Sutono, Ratnawati, R., & Suharsono, T. (2015). Perbedaan Nilai Kompresi Dada

dan Ventilasi pada Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Mahasiswa S1

Page 131: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

111

Keperawatan dengan Umpan Balik Instruktur, Audiovisual, dan Kombinasi di Yogyakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan 2015;Vol 3 No. 2.

Suyanto, M., & Kurnawan, A. (2006). Merancang Film Kartun Kelas Dunia.

Yogyakarta: Andi Offset Swor, R., Khan, I., Domeier, R., Honeycutt, L., Chu, K., & Compton, S. (2006).

CPR Training and CPR Performance: do CPR-Trained Bystanders Perform CPR? Acad Emerg Med. 2006; 13:596–601

Tanaka, H., Nakao, A., Mizumoto, H., Kinoshi, T., Nakayama, Y., Takahashi, H., &

Shimazaki, S. (2011). CPR Education in Japan – Past, Present and Future. Nihon Rinsho 2011 Apr;69(4):658-69

Tanigawa, K., Iwami, T., Nishiyama, C., Nonogi, H., & Kawamura, T. (2011). Are

Trained Individuals More Likely to Perform Bystander CPR? An Observational Study. Resuscitation 2011;82(5):523–528. Retrieved from PubMed

Thomas, R. E., Horton, V. T., Valdes, B., Valdes, G., Rosen, L. F., & Birnbach, D.

J. (2016). The Influence of High Fidelity Simulation on First Responders Retention of CPR Knowledge. Applied Nursing Research; 30;94-97

Tivener, K. A., & Gloe, D. S. (2015). The Effect of High-Fidelity Cardiopulmonary

Resuscitation (CPR) Simulation on Athletic Training Student Knowledge, Confidence, Emotions, and Experiences. Athletic Training Education Journal; 10(2); 104-112

Tivener, K.A., & Gloe, D.S. (2015). Designing Simulations for Athletic Training

Students Through Interprofessional Teaching Collaboration. Athl Train Educ J . 2015;10(3):249–255.

Travers, S., Jost, D., Gillard, V., Lanoe, V., Bignand, M., Domanski, L., and

Tourtier, J.P., (2014). Out-of-hospital Cardiac Arrest phone Detection: Those Who Most Need Chest Compressions are The Most Difficult to Recognize. Elsevier Ireland Ltd

Tschannen, D., Aebersold, M., Mclaughlin, E., Bowen, J., & Fairchild, J. (2011).

Use of Virtual Simulations for Improving Knowledge Transfer among Baccalaureate Nursing Students. Journal of Nursing Education and Practice; 2(3), 15-24

Unal, I., Okur, N., & Kapucu, S. (2010). The Effect of Using Animations on Pre-

Services Science Teacher’s Science Achievement. Procedia Social and Behavioral Sciences. doi:10.1016/j.sbspro.2010.03.873

Vaillancourt, C., Stiell, I., & Wells, G. A. (2008). Understanding and improving low

bystander CPR rates: A systematic review of the literature. CJEM: Journal of the Canadian Association of Emergency Physicians, 10(1), 51-65. Retrieved from http://search.proquest.com/

Vellano, K., Crouch, A., Rajdev, M., & McNally, B. (2015). Cardiac Arrest Registry

to Enhance Survival (CARES) Report on the Public Health Burden of Out-

Page 132: New PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VAF “ATAN TITUNG” RJPrepository.ub.ac.id/2290/1/Yunita Wahyu Wulansari.pdf · 2020. 5. 26. · Pelatihan RJP dengan menggunakan media VAF “Atan

112

of-Hospital Cardiac Arrest. CARES. Retrieved from https://www.nationalacademies.org

Wang, J., Ma, L., & Lu, YQ. (2015). Strategy analysis of cardiopulmonary

resuscitation training in the community. Journal of Thoracic Disease, 7(7), 160-165

Wayne, D. B., Butter, J., & Siddall, V. J. (2006). Mastery Learning of Advanced

Cardiac Life Support Skills by Internal Medicine Residents Using Simulation Technology and Deliberate Practice. J Gen Intern Med. 2006;21(3):251–256

Wayne, D. B., Didwania, A., Feinglass, J., Fudala, M. J., Barsuk, J. H., &

McGaghie, W. C. (2007). Simulation-Based Education Improves Quality of Care During Cardiac Arrest Team Responses at an Academic Teaching Hospital: A Case-Control Study. Chest Volume 133, Issue 1, January 2008, Pages 56-61. doi: 10.1378/chest.07-0131

Weisfeldt, M. L., Sitlani, C. M., Ornato, J. P., Rea, T., Aufderheide, T. P., Davis,

D., ... Morrison, L. J. (2010). Survival after Application of Automatic External Defibrillators before Arrival of the Emergency Medical System: Evaluation in the Resuscitation Outcomes Consortium Population of 21 Milion. Journal of the American College of Cardiology 20;55(16):1713-1720. doi: 10.1016/j/jacc.2009.11.077

Wilks, J., Kanasa, H., Pendergast, D., & Clark, K. (2016). Emergency response

readiness for primary school children. Australian Health Review, 40(4), 357-363. doi:10.1071/AH15072

Wong, D. L., & Huckenberry, M.J. (2008). Wong’s Nursing Care of Infants and

Children. America Yeung, J., Okamoto, D., Soar, J., & Perkins, G. D. (2011). AED Training and Its

Impact on Skill Acquisition, Retention and Performance––A Systematic Review of Alternative Training Methods. Resuscitation 2011;82(6):657–664. Retrieved from PubMed

Zakariassen, E., & Andersen, J. E. (2008). Førstehjelp for 1 klasse. Scand J

Trauma Resusc Emerg Med 2004;12:162–5. Retrieved from PubMed