bab ii konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat, …
TRANSCRIPT
20
BAB II
KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, KOPERASI
DAN KESEJAHTERAAN
A. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
1. Definisi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
Memahami arti pemberdayaan ekonomi masyarakat perlu kita ketahui
terlebih dahulu mengenai definisi dari masing-masing kata tersebut. Untuk
itu penulis akan menguraikan beberapa definisi mengenai pemberdayaan,
ekonomi dan masyarakat.
a. Pemberdayaan.
Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”
yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian
tersebut, maka pemeberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses
menuju berdaya atau proses pemberian daya (kekuatan atau
kemampuan) kepada pihak yang belum berdaya.31
Proses pemberian
kekuatan ini di arahkan untuk menciptakan suatu perubahan yang lebih
baik. Artinya Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan
rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya
dalan menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.32
Menurut Adi Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari
keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai
kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas
bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan keinginan mereka.
31
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan (Yogyakarta:
Gava Media, 2004), hal. 77. 32
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1997), hal. 15.
21
Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang relatif
terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.33
Secara tegas al-Qur’an telah memberikan petunjuk tentang
penempatan dakwah pemberdayaan masyarakat dalam kerangka-
kerangka peran dan proses dalam surat Al-Ahzab: 45-46
Artinya: “Wahai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi
saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,
dan untuk jadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-
Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.” (Q,S. Al-Ahzab:
45-46)34
Kedua ayat di atas mengisyaratkan bahwa peran dakwah yaitu
sebagai saksi atau bukti ketinggian dan kebenaran ajaran Islam,
sebagai fasilitas untuk memberikan kabar bagi mereka serta
memberikan inspirasi dan solusi dalam menghadapi berbagai masalah
hidup.35
b. Ekonomi
Kata ekonomi sendiri berasal dari kata “oikos” dan “nomos”. oikos
adalah rumah tangga dan nomos berarti mengatur. berdasarkan
pengertian tersebut ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
mengelola rumah tangga. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya melalui tiga kegiatan produksi, distribusi, dan
konsumsi.36
33
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Mayarakat dan Intervensi
Komunitas (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2000), hal. 32-33. 34
Asy-Syifa’, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Semarang: CV Raja Publishing, 2011),hal.
424 35
Asep Saiful Muhtadi dan Agus Ahmad Safe’i, Metodologi Penelitian Dakwah,
(Bandung, Pustaka Setia, 2003), hal. 17. 36
Gunawan Sumodiningrat, Membangun perekonomian rakyat, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), hal. 24
22
Sebenarnya pembahasan ekonomi dewasa ini bukan hanya
membahas tentang kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi saja
tetapi bagaimana menciptakan lapangan kerja/menghilangkan
pengangguran, distribusi pendapatan yang merata (adil), penciptaan
efisiensi, memantapkan stabilitas harga, dan memacu pertumbuhan.37
Secara umum ekonomi sendiri diartikan sebagai hal yang mempelajari
perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang langka untuk
memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia.
Ilmu ekonomi hendaknya berdimensi luas tidak hanya berkaitan
dengan upaya melakukan pilihan terhadap sumber daya yang terbatas,
meminimalisasikan biaya, dan memaksimalisasikan hasil atau manfaat,
tetapi harus pula menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan
upaya mayoritas masyarakat miskin di negara berkembang mendapat
perbaikan taraf hidup sejalan dengan realisasi dari beraneka ragam
potensi mereka sebagai manusia. Pada hakikatnya ilmu ekonomi tidak
hanya membahas ekonomising spirit secara sempit, tetapi juga
memperhatikan kesejahteraan individu dan masyarakat secara
komprehensif.38
c. Masyarakat
Pengertian masyarakat sendiri secara umum diartikan sebagai
sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan
memiliki budaya serta lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa
dipahami sebagai kelompok orang yang terorganisir karena memiliki
tujuan bersama.39
Menurut Abdul Syani masyarakat adalah kelompok-kelompok
makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut
hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola
perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk
37
Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, Cet. 4, (Jakarta:PT Grasindo, 2004), hal. 13 38
Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, Cet. 4..., hal. 4. 39
Saptono dan Bambang Suteng S, Sosiologi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama,
2007), hal 35.
23
kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya
kelompok, manusia tidak akan mampu berbuat banyak dalam
kehidupannya.40
Sedangkan ekonomi masyarakat adalah kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara swadaya
mengelola sumber daya apa saja yang dapat dikuasai dan ditunjukan
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarga.41
Dengan demikian, pengertian pemberdayaan ekonomi masyarakat
adalah membangun kemampuan masyarakat, memberikan ruang gerak
bagi masyarakat agar berpartisipasi dan emansipasi dengan jalan memilih,
menentukan dan melaksanakan pilihan-pilihan mereka melalui
serangkaian kegiatan rill yang dapat membantu meningkatkan
produksifitas ekonomi mereka untuk memperbaiki taraf kehidupan dari
yang baik menjadi lebih baik dan dari yang kurang baik menjadi baik.42
2. Tujuan dan Prinsip Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pemberdayaan merupakan implikasi dari strategi pembangunan yang
berbasis pada masyarakat (people centered development). Terkait dengan
hal ini, pembangunan, apapun pengertian yang diberikan terhadapnya,
selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama perbaikan pada mutu-
hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial-
budanya-nya.43
Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya menginginkan suatu
perubahan ke arah yang lebih baik, dalam tataran hidup masyarakat.
Kesadaran akan suatu potensi yang dimiliki serta kemampuan mengelola
sumber daya tersebut menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
lain yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat ini adalah untuk
40
Abdul Syani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta:PT Bumi
Aksara, 2002), hal. 31 41
Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT, (Yogyakarta:Aditya Media,
1996), hal. 165 42
Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di
Indonesia (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005), hal. 113. 43
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: Dalam
Perspektif Kebijakan Publik , (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.109.
24
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa
yang mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat
diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka secara bertahap
masyarakat akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke
waktu.44
Tujuan pemberdayaan di dalam pembangunan pertanian, diarahkan
pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan
usaha tani (better business), dan perbaikan kehidpan petani dan
masyarakat (better living). Dari pengalaman pembangunan pertanian yang
telah dilaksanakan di indonesia selama tiga-dasawarsa terakhir,
menunjukan bahwa, untuk mencapai ketiga bentuk perbaikan yang
disebutkan di atas masih memerlukan perbaikan-perbaikan lain yang
menyangkut:45
a. Perbaikan kelembagaan pertanian (better organization) demi
terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar stakeholders.
b. Perbaikan kehidupan masyarakat (beeter community), yang tercermin
dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang
sangat diperlukan bagi terlaksanya pembangunan pertanian yang
merupakan sub-sistem pembangunan masyarakat (community
development).
c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better environment) demi
kelangsungan usahanya.
Selanjutnya prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijakan yang
dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan
kegiatan secara konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku umum, dapat
diterima secara umum, dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai
pengamatan dalam kondisi yang beragam. Dengan demikian “prinsip”
44
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan..., hal. 80. 45
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: dalam
Perspektif Kebijakan Publik...., hal. 109
25
dapat dijadikan sebagai landasan pokok yang benar, bagi pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan.46
Prinsip pemberdayaan masyarakat dalam suatu pembangunan
pertanian yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas usahatani
dalam pengembangan agribisnis, diantaranya:
a. Kesukarelaan, artinya keterlibatan seseorang dalam kegiatan
pemberdayaan tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan,
melainkan harus dilandasi oleh kesadaran diri dan motivasinya untuk
memeperbaiki dan memecahkan masalah kehidupan yang
dirasakannya;
b. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri
dari ketergantungan yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok,
maupun kelembagaan yang lain;
c. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan
melaksanakan kegiatan dengan penuh tanggungjawab, tanpa
menunggu atau mengharapkan dukungan dari pihak luar;
d. Partisipatif, yaitu keterlibatan stakeholders sejak pengambilan
keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan
pemanfaatan hasil-hasil kegiatannya;
e. Egaliter, yang menenmpatkan semua pemangku kepentingan
(stakeholders) dalam kedudukan yang setara, sejajar, tidak ada yang
ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan;
f. Demokrasi, yang memberikan hak kepada semua pihak untuk
mengemukakan pendapatnya, dan saling menghargai pendapat
maupun perbedaan di antara sesama stakeholders;
g. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percanya, dan saling
mempedulikan;
46
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, pemberdyaan masyarakat: dalam perspektif
kebijakan publik..., hal. 105
26
h. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan
mengembangkan sinergisme;
i. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka untuk
diawasi oleh siapapun;
j. Desentralisasi, yang memberi kewenangan kepada setiap daerah
otonom (kabupaten dan kota) untuk mengoptimalkan sumberdaya
pertanian bagi sebesar-besar kemakmuran masyarakat dan
kesinambungan pembangunan.47
3. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan
Pemerintah memiliki peran penting dalam suatu gerakan reformasi
dalam konteks pemberdayaan masyarakat. Negara memikul tanggung
jawab yang merupakan beban psikis dan moril dalam mengelola kekayaan
alam Negara untuk melanjutkan dan mensejahterahkan kehidupan
rakyatnya. Landasan tersebut merupakan substansi dari nilai-nilai ekonomi
islam yang meliputi nilai tanggung jawab (amanah) yang dipertanggung
jawabkan tidak saja dihadapan rakyat tetapi juga dihadapan Allah dihari
yang akan datang. Islam menekankan peran Negara dalam beberapa hal:48
a. Rakyat merupakan tanggung jawab Negara dan Negara wajib
menggunakan asset atau kekayaan Negara untuk mensejahterahkan
rakyat dengan cara memanfaatkan sumber daya alam untuk
kepentingan rakyat.
b. Pemerintah harus menyediakan jaminan sosial melalui pengelolaan
harta yang diperoleh dalam suatu kondisi yang aman untuk
mensejahterahkan rakyat.
c. Pemerintah harus mengetahui kesenjangan antara kelompok
masyarakat kalangan atas dan masyarakat kalangan bawah.
d. Dengan asas dan prinsip kekeluargaan dan persaudaraan pemerintah
memiliki kewajiban untuk melibatkan semua pihak dalam
47
Totok mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: dalam Perspektif
Kebijakan Publik..., hal. 108 48
Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 100-101.
27
melaksanakan program pembangunan baik secara mental maupun
fisik.
e. Pemerintah baik di daerah maupun di pusat membangun kemitraan
dengan masyarakat lokal untuk memanfaatkan sumber daya alam
dalam rangka memberdayakan ekonomi rakyat, meningkatkan
produksifitas dan kemakmuran mereka.
Peran pemerintah dalam mendorong terwujudnya masyarakat yang
berdaya tidak sekedar filantropis tetapi adalah melaksanakan
pemberdayaan (empowerment) untuk menumbuhkan keprakarsaan pada
masyarakat, meraih kemandirian sejati dan melepaskan diri dari
ketergantungan. Dari keprakarsaan inilah maka proses pelumpuhan
(disempowerment) dan pemiskinan (impoverishment) yang dapat
melumpuhkan diri (self-disempowerment) dapat dihindari.49
4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang.50
.
Strategi juga sering diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan
tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerimaan
manfaat yang dikehendaki. Secara konseptual, strategi sering diartikan
dengan beragam pendekatan, seperti:51
a. Stretegi sebagai suatu rencana, strategi merupakan pedoman atau
acuan yang dijadikan landasan pelaksanaan kegiatan, demi
tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan. Dalam hubungan ini,
rumusan strategi senantiasa memperhatikan kekuatan dan kelemahan
internal serta peluang dan ancaman eksternal yang dilakukan oleh
(para) pesaingnya;
49
Sri-Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Perkumpulan
PraKarsa, 2010), hal. 86 50
Fred R. David, Manajemen Strategis: Konsep-Konsep, cet ke.-9 (Jakarta:Indeks, 2004), hal. 15
51Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: Dalam
Perspektif Kebijakan Publik..., hal. 167-168
28
b. Strategi sebagai kegiatan, strategi merupakan upaya-upaya yang
dilakukan oleh setiap individu, organisasi, atau perusahaan untuk
menenangkan persaingan, demi tercapainya tujuan yang diharapkan
atau telah ditetapkan;
c. Strategi sebagai suatu instrumen, strategi merupakan alat yang
digunakan oleh semua unsur pimpinan organisasi/perusahaan,
terutama manajer puncak, sebagai pedoman sekaligus alat pengendali
pelaksanaan kegiatan;
d. Strategi sebagai suatu sistem, strategi merupakan suatu kesatuan
rencana dan tindakan-tindakan yang komprehensif dan terpadu, yang
diarahkan untuk menghadapi tantangan-tantangan guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan;
e. Strategi sebagai pola pikir, strategi merupakan tindakan yang
dilandasi oleh wawasan yang luas tentang keadaan internal maupun
eksternal untuk rentang waktu yang tidak pendek, serta kemampuan
pengambilan keputusan untuk memilih alternatif-alternatif terbaik
yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki
untuk memanfaatkan peluan-peluang yang ada, yang dibarengi dengan
upaya untuk “menutup” kelemahan-kelemahan guna mengantisipasi
atau meminimumkan ancaman-ancamanya.
Selain itu, untuk mendorong terwujudnya masyarakat yang berdaya
perlu sekiranya dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat (empowerment
society) yang lebih komperhensif serta berorientasi jauh kedepan dan
berkelanjutan (sustainable). Pemberdayaan yang harus dilakukan adalah
bagaimana pemerintah dan stakeholder lainnya maupun bersinergi dalam
merencanakan program dan tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial
(social value) dan kearifan lokal (local wesdom) yang sudah ada.52
52
Daman Huri, dkk, Demokrasi dan Kemiskinan, (Malang: Averroes Press,
2008), hal. 84.
29
Berkaitan dengan program pemberdayaan masyarakat yang
berorientasi jauh kedepan dan berkelanjutan Asy’arie mengungkapkan
bahwa kegiatan pembinaan ekonomi masyarakat ini diataranya:53
a. Pelatihan Usaha
Melalui pelatihan ini setiap peserta diberikan pemahaman terhadap
konsep-konsep kewirausahaan dengan segala macam permasalahan
yang ada di dalamnya. Tujuan pelatihan ini adalah untuk memberikan
wawasan yang lebih menyeluruh dan aktual sehingga dapat
menumbuhkan motivasi terhadap peserta disamping itu diharapkan
memiliki pengetahuan taknik kewirausahaan dalam berbagai aspek.
Dengan melalui pelatihan seperti ini, peserta diharapkan dapat
mencermati adanya kiat-kiat tertentu, sehingga dapat dihindari sekecil
mungkin adanya kegagalan dalam mengembangkan wirausaha.
b. Pendampingan
Pendampingan ini ketika usaha itu dijalankan, calon wirausaha
akan didampingi oleh tenaga pendamping yang profesional, yang
berfungsi sebagai pengarah atau pembimbing sehingga kegiatan usaha
tersebut benar-benar mampu berhasil dikuasai.
c. Permodalan
Permodalan dalam bentuk uang merupakan faktor penting dalam
dunia usaha. Untuk mendapatkan dukungan keuangan yang cukup
stabil, perlua adanya hubungan kerjasama yang baik dengan lembaga
keuangan, baik perbankan maupun dana bantuan yang disalurkan
melalui kemitraan usaha lain. Penambahan modal dari lembaga
keuangan, sebaiknya diberikan bukan untuk modal awal, tetapi untuk
modal pengembangan setelah usaha tersebut dirintis dan menunjukan
prospek yang cukup baik.
53
Musa Asy’arie, Islam, Etos Kerja, dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Yogyakarta:
Lesfi, 1997), hal. 141-144.
30
d. Jaringan bisnis
Dengan melalui berbagai tahapan pembinaan yang konsisten,
sistematis dan berkelanjutan, proses selanjutnya perlu dibentuk net-
working bisnis yang saling melengkapi, memperkuat dan memperluas
pasar.
Menurut Mardikanto dan Soebianto strategi pemberdayaan
masyarakat, pada dasarnya mempunyai tiga arah yaitu:54
a. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat;
b. Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam
pengelolaan pembangunan yang mengembangkan peran serta
masyarakat;
c. Modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur sosial
ekonomi (termasuk di dalamnya kesehatan), budaya dan politik yang
bersumber pada partisipasi masyarakat.
Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif, namun
tidak semua intervensi fasilitator dapat dilakukan melalui kolektivitas.
Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara
individual, meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan
dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau
sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerja sosial pemberdayaan
dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan: mikro, mezzo
dan makro. 55
a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
54
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: dalam
Perspektif Kebijakan Publik..., hal. 168. 55
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika
Aditam, 2006), hal. 66-67.
31
sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered
approach).
b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem
Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan
pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,
manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memiih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
B. Koperasi
1. Definisi Koperasi
Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, yang terdiri
dari kata co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja atau
berusaha. Jadi cooperation berarti bekerja sama. Dalam hal ini, kerja sama
tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dan
tujuan bersama.56
Koperasi juga diartikan sebagai perkumpulan dari
orang-orang yang berdasarkan persamaan derajat sebagai manusia, dengan
tidak membedakan haluan agama atau politik dengan sukarela masuk
untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atau
tanggung jawab.57
Moh. Hatta sebagaimana dikutip oleh Sonny Sumarsono mengatakan
bahwa Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk
56
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik, (Jakarta: Erlangga,
2001), hal. 16. 57
Hendrojogi, Koperasi Azas-azas, Teori dan Praktek (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), hal. 22.
32
membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan
ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi
didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan.58
Undang-undang No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 menyatakan bahwa
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan
atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya
sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan
nilai dan prinsip Koperasi.59
Jadi dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa koperasi
bukan perkumpulan modal tetapi perkumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka baik dari
segi ekonomi maupun sosial. Koperasi harus betul-betul menjadi alat yang
efektif untuk membangun ekonomi yang berpihak kepada rakyat.
Seperti apa yang dikatakan oleh Mohammad Hatta sebagai berikut:
“koperasi pada selanjutnya, mendidik semangat pada diri sendiri,
memperkuat kemauan bertindak dengan dasar “self-help”. Dengan
koperasi rakyat seluruhnya dapat ikut serta membangun, berangsur-
angsur maju dari yang kecil melalui yang sedang sampai akhirnya
kelapangan perekonomian yang besar. Tenaga-tenaga ekonomi
yang lemah lambat laun disusun menjadi kuat. Koperasi dapat pula
menyelenggarakan pembentukan kapital nasional dalam jangka
waktu yang lebih cepat, dengan jalan menyimpan sedikit demi
sedikit tapi teratur. Sebab itu koperasi dianggap suatu alat yang
efektif untuk membangn kembali ekonomi rakyat yang
terbelakang.60
Menjadikan koperasi sebagai wadah dalam upaya mendorong dan
memotivafi masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam pembangunan
perekonomian nasional. Ini sejalan dengan tujuan koperasi yang terdapat
dalam Undang-Undang Replubik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian Pasal 4, koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan
58
Sonny Sumarsono, Manajemen Koperasi: Teori dan Praktek, (Yogyakarta:Graha Ilmu,
2013), hal. 3. 59
www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB). 60
Muhammad Hatta, Kumpulan karangan I, Cet. 2, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1976). hal.
99.
33
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional
yang demokratis dan berkeadilan.
2. Landasan-Landasan Koperasi
Untuk mendirikan koperasi yang kokoh perlu adanya landasan
tertentu. landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang
memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri serta berkembang
dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-
citanya. Faktor utama yang menentukan terbentuknya koperasi adalah
adanya sekelompok orang yang telah seia sekata untuk dapat mengadakan
kersama. Oleh karena itu landasan koperasi terutama terletak pada
anggota-anggotanya. Dalam sistem hukum di indonesia, koperasi telah
mendapatkan tempat yang pasti, sehingga landasan hukum koperasi di
indonesia sangat kuat. Tentang landasan-landasan koperasi dapat terbagi
atas:
a. Landasan Idiil
Yang dimaksud landasan idiil koperasi adalah dasar atau landasan
yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita koperasi.
Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan koperasi sebagi
organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh UUD 1945
akan bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Jadi
tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa
Indonesia, karena itu landasan idiil Negara Republik Indonesia adalah
Pancasila. Dan Pancasila ini dijadikan sebagai landasan Idiil koperasi.
b. Landasan Struktural dan Landasan Gerak
Yang dimaksud dengan landasan struktural koperasi adalah tempat
berpijak koperasi dalam susunan hidup masyarakat. tata kehidupan di
dalam suatu negara diatur dalam Undang-Undang Dasar. Di indonesia
berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau
34
tata tertib dasar yang mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan
moral cita-cita suatu bangsa.
Landasan struktural koperasi Indonesia adalah UUD 1945
sedangkan pasal 33 ayat 1 merupakan landasan gerak yang berbunyi:
“perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas azas-azas
kekeluargaan‟‟. Dan penjelasannya pasal 33 ayat 1 disebutkan bahwa
bangun usaha yang sesuai dengan itu ialah koperasi
c. Landasan Mental
Landasan mental koperasi indonesia adalah setia kawan dan
kesadaran berpribadi. Rasa setia telah ada dalam masyarakat indonesia
sejak dulu merupakan sifat asli bangsa indonesia. Sifat ini tercermin
dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku yang nyata sebagai kegiatan
gotong-royong. Tetapi setia kawan saja hanya dapat memelihara
persekutuan dalam masyarakat yang statis bukan dinamis dan
karenanya tidak dapat mendorong kemajuan.
Oleh sebab itu setia kawan haruslah disertai dengan kesadaran
akan harga diri berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan
percanya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikan derajat
penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam koperasi harus
tergabung ke dua landasan mental di atas, yaitu setia kawan dan
kesadaran pribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong, hidup-
menghidupi dan awas-mengawasi.61
Koperasi menurut pandangan Islam termasuk ke dalam kategori
syirkah at-ta‟awuniyah ( ) yaitu serikat usaha yang
beranggotakan beberapa orang untuk melakukan aktivitas usaha bisnis dan
memperoleh hasil usaha tersebut.62
Para ulama fiqih mendasarkan hal
tersebut pada firman Allah dalam surat Ṣ ᾱ d ayat 24 yang berbunyi:
61
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT
Rineka cipta, 2007), hal. 8-9 62
Dwi Suwiknyo, Kamus Lengkap Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Total Media,
2009), hal. 139.
35
Artinya: “Dia (Dawud) berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim
kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan
kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-
orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah
mereka ini." Dan Dawud mengetahui bahwa Kami mengujinya;
maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur
sujud dan bertobat.” (Q,S. Ṣ ᾱ d: 24)63
Ayat di atas menjelaskan kebolehan berserikat atau bekerjasama
dalam hal kebaikan, seperti syirkah at-ta‟awuniyah ( ) yang
secara bahasa diartikan bekerjasama dalam tolong menolong ini sesuai
dengan yang disyaratkan ayat tersebut diatas yaitu hanya orang yang
beriman dan beramal soleh yang mampu bekerjasama dalam hal kebaikan
tanpa mendzolimi pihak lain atau partner bisnisnya.64
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi Hurairah,
Nabi Muhammad saw. Bersabda:
Artinya: “Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Sulaiman al-
Mishshishiy, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin
Zubriqon dari Abi Hayyan At-Taimiyyi dari bapaknya dari
63
Asy-Syifa’, Al-Qur‟an dan Terjemahnya..., hal. 454 64
Nasroen Haroen, Fiqih Mu‟amalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hal. 167.
36
Abu Hurairah semoga Allah mengangkat derajatnya, ia
berkata bahwasanya Allah berfirman: “Aku jadi orang yang
ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu
tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu
berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku
darinya.” (HR. Abu Dawud)65
Hadis di atas mengisyaratkan adanya perintah untuk membangun
kepercanyaan antara rekan kerja. Hal ini bisa diketahui dari firman Allah
swt. Yang akan memberkahi orang yang bekerjasama ketika keduanya
saling percanya, yakni tidak ada dusta atau berkhianat atas kesepakatan
yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Hal ini juga menunjukan
kecintaan Allah swt. Kepada hamba-hambanya yang melakukan kerja
sama, selama saling menjungjung tinggi amanat kerja sama dan menjahui
pengkhianatan.66
3. Prinsip Koperasi
Undang-Undang Perkoperasian No. 17 Tahun 2012 pada Pasal 6
terdapat 7 (tujuh) prinsip, yaitu:67
a. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis;
c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi;
d. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan
independen;
e. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi
Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta
memberikaninformasi kepada masyarakat tentang jati diri, dan
kegiatan dan kemanfaatan koperasi;
f. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat
Gerakan Koperasi, dengan bekerj sama melalui jaringan kegiatan
pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan
65
Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 149. 66
Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2011), hal. 179 67
. www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB).
37
g. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi
lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati
oleh Anggota. kerja sama antar Koperasi.
4. Peran Koperasi
Koperasi sebagai suatu oraganisasi ekonomi dari orang-orang yang
memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang dalam gerak usahanya tidak
hanya mementingkan motif ekonomi. Selain merupakan suatu bentuk
perusahaan yang memerlukan keuntungan, koperasi juga memiliki motif
sosial, koperasi adalah suatu bentuk perusahaan yang berasas
kekeluargaan dan dikelola secara demokratis.
Berdasarkan kedua motif tersebut, dengan sendirinya Koperasi
memiliki dua peran penting yang tidak dapat dipisahkan dari satu sama
lian. Peran pertama adalah dalam bidang ekonomi. Sedangkan peran kedua
adalah dalam bidang sosial. Peran koperasi dalam kedua bidang ini
bersifat saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan dari hakikat
koperasi sebagai suatu bentuk perusahaan alternatif.68
5. Bentuk dan Jenis Koperasi
Undang-Undang No.17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, ada dua
bentuk koperasi, yaitu koperasi primer dan koperasi sekunder. 69
a. Koperasi Primer
Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan orang-seorang. Orang-seorang pembentuk koperasi
adalah mereka yang memenuhi persyaratan keanggotaan dan
mempunyai kepentingan ekonomi yang sama. Koperasi primer
dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. Persyaratan ini dimaksud
untuk menjaga kelayakan usaha dan kehidupan koperasi.
b. Sekunder
Berdasarkan status keanggotaan, koperasi sekunder terdiri atas dua
macam koperasi yang beranggotakan:
68
Sony Sumarsono, Manajemen Koperasi: Teori dan Praktek..., hal. 15 69
www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB)..
38
1) Badan hukum koperasi primer
Koperasi Sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga)
Koperasi Primer. Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi
primer disebut pusat koperasi primer disebut pusat koperasi.
Kerjasama diantara koperasi-koperasi primer yang setingkat
disebut kerjasama yang bersifat sejajar (horizontal). Misalnya,
kerjasama atau gabungan antara Koperasi Unit Desa (KUD) yang
membentuk Pusat KUD (PUSKUD).
2) Badan hukum koperasi sekunder
Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi sekunder
disebut induk koperasi. Kerjasama antara koperasi primer
dengann koperasi sekunder yang sama jenisnya disebut kerjasama
vertical. Sedangkan kerjasama antar koperasi-koperasi sekunder
yang setingkat bersifat horizontal. Misalnya, PUSKUD-PUSKUD
bergabung dan membentuk Induk KUD (INKUD).70
Jenis koperasi menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tentang
Perkoperasian pada Pasal 83 terdiri dari:71
a. Koperasi konsumen.
Koperasi konsumen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan
di bidang penyediaan barang kebutuhan Anggota dan non-Anggota.
b. Koperasi produsen.
Koperasi produsen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di
bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang
dihasilkan Anggota kepada Anggota dan non-Anggota.
c. Koperasi jasa.
Koperasi jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa
non-simpan pinjam yang diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota.
70
http://www.library.binus.ac.id/eColls/. (diunduh 20 Maret 2016, pukul 16:00 WIB).
71 www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB).
39
d. Koperasi Simpan Pinjam.
Koperasi Simpan Pinjam menjalankan usaha simpan pinjam
sebagai satu-satunya usaha yang melayani Anggota.
6. Organisasi koperasi
Koperasi sebagai sebuah organisasi mempunyai ciri-ciri yang unik,
berbeda dengan organisasi lainnya. Organisasi sendiri merupakan suatu
mekanisme dari struktur yang mampu menggerakan kerja sama secara
efektif. Oleh karena itu, organisasi merupakan perangkat atau sarana
utama untuk mengelola suatu usaha.72
Pengorganisasian (organizing) di dalam suatu organisasi sangat
diperlukan. Pengorganisasian ini nantinya akan bertugas untuk
mengkoordinasikan sumber daya manusaia dan sumber daya modal yang
dimiliki oleh organisasi. Dari sini akan terbentuk suatu struktur organisasi
yang akan menghubungkan antarkomponen dan antarposisi dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Struktur organisasi ini akan menunjukan
hierakhi organisasi dan struktur wewenang, serta memperlihatkan aliran
pelaporannya, selain itu, struktur organisasi memberikan stabilitas dan
kelanjutan hidup organisasi, walaupun sumber daya manusia di dalamnya
silih berganti.73
Koperasi akan mampu menjalankan kegiatannya dengan baik bila
mana dilengkapi dengan alat perlengkapan organisasi. Alat-alat
perlengkapan organisasi koperasi, sebagaimana pada bentuk-bentuk
perusahaan lainnya, adalah pilar-pilar yang akan menentukan tumbuh dan
runtuhnya koperasi.74
Di dalam undang-undang koperasi No. 17 tahun
2012 pasal 31 perangkat koperasi ada tiga terdiri atas Rapat Anggota,
Pengawas, dan Pengurus.
a. Rapat anggota
Rapat anggota merupakan suatu wadah dari para anggota koperasi
yang diorganisasikan oleh pengurus koperasi, untuk membicarakan
72
Tiktik Sartika Partomo, Ekonomi Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 32. 73
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik..., hal. 33. 74
Sony Sumarsono, Manajemen Koperasi: Teori dan Praktek..., hal. 26.
40
kepentingan organisasi maupun usaha koperasi, dalam rangka
mengambil suatu keputusan dengan suara terbanyak dari para anggota
yang hadir. Rapat anggota dalam koperasi merupakan suatu
lembaga/institusi, bukan sekedar sebagai forum rapat. Oleh karenanya
rapat anggota merupakan salah satu perangkat organisasi koperasi.
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
mengambil suatu keputusan atau tindakan organisasi yang nantinya
harus ditaati dan dijalankan oleh semua anggota, pengurus, pengawas
dan pengelola. Karena keputusan tersebut sifatnya mengikat.75
Secara hukum rapat anggota koperasi adalah sebagai pemilik dari
koperasi dan usahanya, dan anggotalah yang mempunyai wewenang
mengendalikan koperasi bukan pengurus dan bukan pula manajer.
Oleh karena itu tidaklah salah kalau dikatakan bahwa kunci dari
keberhasilan koperasi terletak pada anggota.76
Di dalam undang-
undang koperasi No. 17 tahun 2012 pasal 33 Rapat Anggota koperasi
mempunyai wewenang:77
1) Menetapkan kebijakan umum Koperasi;
2) Mengubah Anggaran Dasar;
3) Memilih, mengangkat, dan memberhentikan Pengawas dan
Pengurus;
4) Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan
belanja Koperasi;
5) Menetapkan batas maksimum Pinjaman yang dapat dilakukan
oleh Pengurus untuk dan atas nama Koperasi;
6) Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban
Pengawas dan Pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing;
7) Menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha;
8) Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan
pembubaran Koperasi; dan
75
Arifin sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik..., hal. 35. 76
Sony Sumarsono, Manajemen Koperasi: Teori dan Praktek..., hal. 28 77
www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB).
41
9) Menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh
Undang-Undang ini.
b. Pengurus
Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui
rapat anggota, yang bertugas mengelola organisasi dan usaha.
Idealnya, pengurus koperasi sebagai perwakilan anggota diharapkan
mempunyai kemampuan manajerial, teknis, dan berjiwa wirakoperasi,
sehingga pengelolaan koperasi mencerminkan suatu ciri yang
dilandasi dengan prinsip-prinsip koperasi. Kedudukan pengurus
sebagai penerima mandat dan pemilik koperasi mempunyai fungsi dan
wewenang sebagai pelaksana keputusan rapat anggota sangat strategis
dan menentukan maju mundurnya koperasi.
Posisi yang menentukan tersebut merupakan pengejawantahan
tugas dan wewenang pengurus, yang ditetapkan dalam undang-
undang, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.78
Pasal 58 ayat
(1) dan (2) UU No. 17 tahun 2012 Perkoperasian, menyebutkan bahwa
tugas dan wewenang pengurus sebagai berikut:79
1) Pengurus bertugas:
a) Mengelola Koperasi berdasarkan Anggaran Dasar;
b) Mendorong dan memajukan usaha Anggota;
c) Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran
pendapatan dan belanja Koperasi untuk diajukan kepada
Rapat Anggota;
d) Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas untuk diajukan kepada Rapat Anggota;
e) Menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi
Koperasi untuk diajukan kepada Rapat Anggota;
f) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris
secara tertib;
78
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik..., hal. 37. 79
www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB)..
42
g) Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan
efisien;
h) Memelihara Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengawas,
Buku Daftar Pengurus, Buku Daftar Pemegang Sertifikat
Modal Koperasi, dan risalah Rapat Anggota; dan
i) Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan
kemajuan Koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan
keputusan Rapat Anggota.
2) Pengurus berwenang mewakili Koperasi di dalam maupun di luar
pengadilan.
c. Pengawas
Pengawas koperasi adalah organisasi yang dipilih dari anggota dan
diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda
organisasi dan usaha koperasi. Pengawas organisasi koperasi
merupakan suatu lembaga atau badan struktur organisasi koperasi.
Pengawas mengemban amanat anggota untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi,
sebagaimana ditetapkan dalam AD/ART Koperasi, keputusan
pengurus, serta peraturan lainnya yang berlaku di dalam koperasi.80
Pasal 50 UU No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian menyebutkan
bahwa tugas dan wewenang pengawas sebagai berikut:81
1) Pengawas bertugas:
a) Mengusulkan calon Pengurus;
b) Memberi nasihat dan pengawasan kepada Pengurus;
c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan
pengelolaan Koperasi yang dilakukan oleh Pengurus; dan
d) Melaporkan hasil pengawasan kepada Rapat Anggota.
80
Arifin sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik..., hal. 39. 81
www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB).
43
2) Pengawas berwenang:
a) Menetapkan penerimaan dan penolakan Anggota baru serta
pemberhentian Anggota sesuai dengan ketentuan dalam
Anggaran Dasar;
b) Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang
diperlukan dari Pengurus dan pihak lain yang terkait;
c) Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha
dan kinerja Koperasi dari Pengurus;
d) Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Pengurus
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan
dalam Anggaran Dasar; dan
e) Dapat memberhentikan Pengurus untuk sementara waktu
dengan menyebutkan alasannya.
7. Koperasi Pertanian
Pertanian di Indonesia memegang peranan yang cukup penting dalam
aktifitas perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari jumlah
pendudukan yang berprofesi sebagai petani maupun bergelut di sektor
pertanian yang cukup besar. Pertanian sendiri diartikan sebagai suatu
kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.82
Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati ini sering disebut sebagai budi daya.
Koperasi pertanian pada dasarnya termasuk ke dalam jenis koperasi
produksi yaitu koperasi yang menjalankan kegiatannya dibidang produksi
atau menghasilkan sesuatu barang/hasil secara bersama-sama, serta
mengusahakan perbaikan harga jual barang yang dihasilkan/diproduksi
dan menghindari persaingan sesama anggota.83
Yang dimaksud koperasi
pertanian sendiri ialah koperasi yang:
82
http://id.wikipedia.org/wiki/pertanian/, (diunduh tanggal 27 April 2016, pukul 20:00
WIB). 83
Edy Karsono, Mengenal Koperasi di Indonesia. (Bandung, PT Indahjaya
Adipratama, 2009), hal, 11.
44
a. Anggota-anggotanya terdiri dari prtani pemilik tanah, pemaro dan
buruh tani yang berkepentingan, serta mata-pencahariannya langsung
berhubungan dengan usaha pertanian yang bersangkutan;
b. Menjalankan usaha-usaha yang ada sangkut-pautnya serta langsung
dengan usaha pertanian yang bersangkutan, mulai dari produksi,
pengolahan sampai pada pembelian atau penjualan bersama hasil
usaha pertanian yang bersangkutan.84
Sedangkan kegiatan usaha dari koperasi pertanian sendiri
berhubungan dengan pertanian misalnya penyuluhan pertanian, pengadaan
bibit unggul, penyediaan pupuk, obat-obatan dll.
C. Konsep Kesejahteraan
1. Definisi Kesejahteraan
Setiap manusia mempunyai keinginan untuk mencapai kesejahteraan
dalam hidupnya. Namun pemaknaan terhadap arti kesejahteraan ini
berbeda-beda. Kata sejahtera sendiri dalam bahasa sansekerta yaitu
“catera” yang berarti payung. Dalam konteks kesejahteraan, “catera”
adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam hidupnya bebas dari
kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya
aman dan tentram, baik lahir maupun batin.85
Dalam ilmu ekonomi
terpenuhinya kebutuhan material inilah yang disebut dengan sejahtera.
Lain halnya ekonomi Islam yang memandang bahwa mewujudkan
kesejahteraan yang hakiki bagi manusia merupakan dasar sekaligus tujuan
utama dari syariat Islam ( mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan
tujuan ekonomi Islam. Tujuan utama Syariat Islam adalah mencapai
kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan terhadap lima ke-
mashlahah-an, yaitu keimanan (ad dien), ilmu (al-„ilm), kehidupan (an-
nafs), harta (al-maal), dan kelangsungan keturunan (an-nasl). Kelima
84
Djoerban Wachid, Pelajaran Ekonomi, (Yogyakarta: Hien Hoo Sing, 1979),
hal. 74. 85
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Refika
Aditama, 2012), hal. 8.
45
mashlahah tersebut pada dasarnya merupakan sarana yang sangat
dibutuhkan bagi kelangsungan kehidupan yang baik dan terhormat. Jika
salah satu dari lima kebutuhan ini tidak tercukupi, niscaya manusia tidak
akan mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.86
Kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan dalam pandangan Islam
telah dijamin oleh Tuhan. Memang sumber-sumber daya yang disediakan
Tuhan di dunia ini tidak tak terbatas, namun semua itu akan dapat
mencukupi bagi kebahagiaan manusia seluruhnya jika dipergunakan
secara efisien dan adil. Manusia dapat melakukan pilihan terhadap
berbagai kegunaan alternatif dari sumber-sumber tersebut. Oleh
karenanya, penggunaan sumber-sumber tersebut hanya bisa dilakukan
dengan perasaan tanggung jawab dan dalam batasan yang ditentukan oleh
petunjuk Tuhan.87
Seperti firman Allah dalam surat Al-A’raaf ayat 10
yang berbunyi:
Artinya: “Dan Sesungguhnya, kami telah menempatkan kamu sekalian di
muka bumi dan di sana kami sediakan (sumber) penghidupan
untukmu. (Tetapi) sedikit kamu bersyukur.”(QS. Al-A’raaf:
10).88
Pada ayat ini, Allah Swt mengingatkan kepada hamba-Nya, untuk
mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya. Nikmat itu adalah sarana
untuk mendapatkan kesejahteraan yang berupa bumi yang diciptakan-Nya
untuk tempat tinggal, tempat memenuhi segala hajat hidup, menguasai
tanah, hasil tanamannya, binatang-binatangnya, dan tambang-
tambangnya.89
86
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI),
Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Rajawali Pers,2012), hal. 54. 87
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi. (Jakarta :Gema Insani Press, 2000.),
hal . 205. 88
Asy-Syifa’, Al-Qur‟an dan Terjemahnya..., hal. 152. 89
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Tafsir Singkat Ibnu Katsir Jilid III
(Surabaya: Bina Ilmu, 1988), 377.
46
2. Kesejahteraan menurut Undang-Undang Dasar 1945
Sejak Indonesia merdeka dan menetapkan pasal 33 dalam
konstitusinya, maka sebenarnya telah digariskan suatu kebijaksanaan
nasional yang tegas untuk melakukan “transformasi ekonomi” dan
“transformasi sosial”. Selanjutnya bila kita berbicara transformasi
ekonomi dan transformasi sosial dalam konteks kesejahteraan sosial,
sebenarnya kita berbicara mengenai kesenjangan sosio-ekonomi dan
ketidak adilan sosio-ekonomi.
Pasal 33 UUD 1945 berbunyi:
“(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan; (1) Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara.90
Lebih lanjut lagi Swasono mengatakan Implementasi dari pasal 33
UUD 1945 yaitu: 91
Pertama, ayat 1 menyataan: “perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Perkataannya
adalah “perekonomian disusun”, tentu artinya tidak dibiarkan tersusun
sendiri secara bebas (oleh pasar). Harus disusun juga supanya harta itu
juga jangan sampai hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Selanjutnya susunan yang dimaksudkan adalah usaha
“bersama” artinya berdasar suatu mutualisme yang menunjukan
perbedaannya dari usaha swasta yang didorong oleh self-interst.
Sedang “asas kekeluargaan” artinya brotherhood yang bukan kinship
nepotistik, sebagai pernyataan adanya tanggungjawab bersama untuk
menjamin kepentingan, kemajuan dan kemakmuran bersama layaknya
makna brotherhood.
90
Sri-Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial..., hal. 65 91
Sri-Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial..., hal 91-94
47
Kedua, ayat 2 pasal 33 UUD 1945 menyatakan: “Cabang-
cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”. “Penting bagi negara” di
artikan sebagai cabang-cabang produksi strategis. Dari sini hendaknya
privatisasi perusahaan-perusanaan negara harus ditinjau dalam peran
strategisnya. Dalam mendirikan usaha-usaha negara (bisnis maupun
non-bisnis) untuk tidak diperdagangkan ataupun diperjual-belikan,
sebaliknya adalah untuk mengamankan kepentingan negara dan hajat
hidup (basic needs) orang banyak. Interpretasi bahwa “dikuasai” oleh
negara tidak harus diartikan “dimiliki” oleh negara (artinya boleh
dimiliki oleh swasta atau asing).
Ketiga, mengenai ayat 3 pasal 33 UUD 1945: “Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”, mengaskan berlakunya daulat
rakyat dan posisi rakyat yang subtansial (utama). Disini demokrasi
ekonomi memperoleh justifikasinya, yaitu bahwa “kepentingan
masyarakat lebih utama dari kepentingan orang-seorang”.
Pola susunan perekonomian yang di anggap cocok oleh para pendiri
Republik Indonesia dituangkan di dalam Pasal 33 UUD 1945 dalam Bab
Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial ini diartikan sebagai
kesejahteraan masyarakat dan bukan kesejahteraan orang seorang.
Mungkin lain artinya bila nama Bab yang dimaksud adalah “Susunan
Perekonomian Perekonomian” atau “Tata Ekonomi”. Dan mengenai
susunan perekonomian ini kita ketemukan di dalam Penjelasan dari Pasal
33 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa di dalam Pasal
33 UUD 1945 tercantum dasar Demokrasi Ekonomi.
Demokrasi Ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi yang
berdasarkan Pancasila, karena pasal-pasal dari Batang Tubuh UUD 1945
adalah penjabaran dari Pembukaan UUD 1945 yang mengandung pokok
pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam Batang Tubuh UUD 1945,
48
yaitu di dalam pasal-pasalnya. Bangun perusahaan yang sesuai dengan
dasar demokrasi ekonomi yang tercantum di dalam Pasal 33 adalah
Koperasi.92
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pada pasal ini menegaskan bahwa menciptakan pekerjaan bagi rakyat
adalah tujuan substantif (bukan tujuan derivatif atau residual sebagai hasil
tetesan pertumbuhan ekonomi), bahwa pekerjaanlah yang merupakan
kunci untuk mencapai penghidupan yang layak.
Dan Pasal 34 UUD 1945 : “...Fakir miskin dan anak terlantar
dipelihara negara...”. Artinya bagi mereka yang tidak secara optimal
mampu bekerja cukup karena kefakiran, kemiskinan dan keterlantaranya,
karena disable, handicaped, sosio-culturally under privilaged, usia lanjut
dan seterusnya, maka negara tampil mengambil tanggungjawabnya untuk
“melindungi segenap bangsa Indonesia” pemahaman dari pasal 34 UUD
1945 secara konsisten tidak boleh dipisahkan dari pasal 27 (ayat 2) UUD
1945 yang memberikan hak sosial rakyat. Artinya pada pasal 34 UUD
1945 perkataan “dipelihara oleh negara”, memberi dimensi
“pemberdayaan oleh negara”.93
3. Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa kesejahteraan pada
dasarnya ialah suatu keadaan dimana manusia merasa kebutuhan hidupnya
tercukupi baik materi maupun non-materi sehingga manusia itu sendiri
merasakan suatu kebahagiaan dalam menjalani kehidupannya. IPM
(Indeks Pembangunan Manusia) dijadikan sebagai salah satu alat dalam
mengukur kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah/daerah.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu kesehatan, pendidikan
atau pengetahuan (knowledge), dan pendapatan.94
92
Choirul Djamhari, Memperkokoh Pilar-Pilar Kemandirian Koperasi, (Jakarta: Koperasi
Pemuda Indonesia), hal. 9 93
Sri-Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial..., hal. 80. 94
https://www.bps.go.id/website/ (diunduh tanggal 20 juli 2016, pukul 19:00 WIB).
49
a. Kesehatan
Tingkat kualitas kesehatan merupakan indikator penting
untuk menggambarkan mutu pembangunan manusia, Semakin
sehat kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin mendukung
proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu negara/wilayah
semakin baik. Pada akhirnya hasil dari kegiatan perekonomian
adalah tingkat produktivitas penduduk suatu wilayah dapat
diwujudkan.
Keberhasilan atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam
bidang kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator
kesehatan antara lain Angka Harapan Hidup, Angka Kematian
Bayi, Angka Kesakitan, Prevalensi Balita Kurang Gizi, dan
indikator lain yang berkaitan dengan akses terhadap fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. Pendidikan
Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang
bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil
pembangunan dan sekaligus merupakan investasi sumber daya
manusia yang diperlukan untuk mendukung keberlangsungan
pembangunan.
Pemerataan, akses dan peningkatan mutu pendidikan akan
membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan dalam
rangka pembangunan manusia seutuhnya. Beberapa indikator
output yang dapat menunjukkan kualitas pendidikan SDM antara
lain Angka Melek Huruf (AMH), Tingkat Pendidikan, Angka
Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan
Angka Partisipasi Murni (APM). Indikator input pendidikan salah
satunya adalah fasilitas pendidikan.
c. Pendapatan
50
Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh pekerja
atas jasa yang diberikan dalam proses memproduksi barang dan
jasa. Pendapatan yang diterima oleh setiap pekerja digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk kebutuhan
pribadi maupun untuk kebutuhan keluarga. Seorang pekerja dapat
dikatakan hidup layak apabila pendapatan yang diterima dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,
pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Semakin tinggi pendapatan
tersebut semakin tinggi daya beli penduduk, dan daya beli
bertambah ini meningkat kesejahteraan masyarakat.95
Dapat disimpulkan bahwa IPM merupakan indikator penting untuk
mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk) disuatu wilayah/daerah. IPM tersebut akan
menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan
dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Selanjutnya indikator dan kriteria keluarga sejahtera adalah sebagai
berikut:96
a. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat
memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic
needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan
pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.
b. Keluarga sejahtera tahap I adalah adalah keluarga-keluarga yang
telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:
1) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing
anggota keluarga.
95
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembanunan: Proses,Masalah Dan Dasar Kebijakan,
(Jakarta,Kencana 2007). 12 96
http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/indikasi. diunduh tanggal 20 juli 2016,
pukul 19:00 WIB).
51
2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali
sehari atau lebih.
3) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda
untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
4) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
5) Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa
kesarana/petugas kesehatan.
c. Keluarga sejahtera tahap II Yaitu keluarga - keluarga yang
disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I,
harus pula memenuhi kebutuhan lainnya yaitu:
1) Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
2) Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan
daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.
3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru per tahun.
4) Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap
penghuni rumah.
5) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam
keadaan sehat.
6) Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur
15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.
7) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa
membaca tulisan latin.
8) Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.
9) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan
usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
d. Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang memenuhi syarat
tahap 1 dan 2 serta memenuhi syarat pengembangan keluarga
yaitu:
1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
52
2) Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk
tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.
3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar
anggota keluarga.
4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya.
5) Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1
kali/6 bulan.
6) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.
7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi
yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
e. Keluarga sejahtera tahap III Plus ialah Keluarga yang dapat
memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria
22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu:
1) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela
memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat
dalam bentuk materiil.
2) Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
4. Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Berbicara soal kesejahteraan takan lepas dari masalah kemiskinan dan
ketimpangan. Kemiskinan sendiri diartikan sebagai ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan meningkatkan
kualitas hidupnya. Secara struktural, kemiskinan dapat dimaknai sebagai
kondisi yang tercipta akibat ketimpangan kepemilikan modal dan alat
produksi. hal ini juga menggambarkan bahwa kemiskinan adalah sebagai
suatu kondisi dari pola hidup, budaya, dan pola-pola interaksinya bukanlah
suatu yang diberi, namun tercipta karena ada peran struktur yang
menindas. Seorang miskin bukan karena malas, bodoh, dan atau tidak
53
punya etos kerja yang tinggi, tetapi lebih karena terdapat struktur sosial
yang timpang.97
Pertumbuhan dan perkembangan di dalam masyarakat, biasanya
sekaligus tumbuh pula berbagai nilai dan norma sosial yang baru, dan
dapat mengakibatkan bergesernya ukuran-ukuran taraf kehidupan tertentu,
yang kemudian menjadi suatu kelaziman bagi masyarakat. ukuran kaya
atau miskin dapat dilihat melalui kemampuan atau jumlah pemilikan nilai-
nilai ekonominya. Jika pemilikan terhadap nilai-nilai ekonomi ini
mengalami ketimpangan, di mana tidak cukup digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya. Maka keadaan tersebut dapat menimbulkan
masalah-masalah sosial. Faktor ekonomi ini kemudian dijadikan tolak
ukur dalam menilai tingkat kemiskinan.98
Melihat hal ini maka perlu adanya suatu upaya dalam rangka
menyelesaikan masalah kemiskinan dan ketimpangan ini agar terciptanya
suatu keadaan masyarakat yang sejahtera. Dalam mencapai kesejahteraan
ini, maka tidak lepas dari faktor-faktor yang mendukung usaha
peningkatan pendapatan serta pemanfaatan sumber-sumber serta sarana
yang ada.
Faktor-faktor yang mendukung tersebut dapat diterangkan sebagai
berikut, seperti yang diungkapkan oleh Usman Yatim, dalam upaya
peningkatan pendapatan dapat diukur melalui faktor-fator produksi, antara
lain: 99
a. Modal, Merupakan faktor produksi yang sangat esensial bagi fakir
miskin dalam proses peningkatan mutu kehidupannya;
b. Keterampilan, Merupakan faktor produksi yang sangat strategis dalam
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan fakir miskin;
97
Daman Huri, dkk. Demokrasi dan Kemiskinan..., hal. 19-20 98
Abdul Syani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan..., hal 90. 99
Usman Yatim dan Enny A Hendrago, Zakat dan Pajak, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariera,
1992), hal. 243.
54
c. Teknologi, Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai usaha dalam
meningkatkan kesejahteraan fakir miskin. Karena teknologi juga dapat
terbentuk metode baru dalam berproduksi;
d. Lahan usaha, merupakan faktor yang sangat dibutuhkan bagi
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Masyarakat bukan hanya sebagai objek dalam suatu pembangunan
tetapi masyarakat harus menjadi subyek dalam suatu pembanguan itu
sendiri. Partisipasif dalam perencanaan dan pelaksanaan dapat
mengembangkan kemandirian (self-reliance) yang dibutuhkan oleh
anggota masyarakat demi akselerasi pembangunan.100
Keberhasilan dalam
upaya peningkatan kesejahteraan dapat dinilai secara kuantitatif maupun
kualitatif. Kuantitatif dimungkinkan karena hasil-hasil yang dicapai dapat
dijelaskan dalam hal-hal yang bisa diukur. Sedangkan penilain secara
kualitatif indikatornya antara lain adanya partisipasi masyarakat,
kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan secara layak dan
sebagainya.101
Upaya dalam meningkatkan kesejahteraan dapat juga melalui
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Kebutuhan-kebutuhan yang
harus terpenuhi dapat dikelompokan menjadi: 102
a. Uang atau barang, antar lain tunjangan-tunjangan, pembagian kembali
hasil pendapatan dan bahan material lainnya untuk keperluan bantuan;
b. Jasa pelayanan(service) berupa bimbingan dan penyuluhan;
c. Kesempatan-kesempatan seperti pendidikan, latihan, latihan,
pekerjaan dan semacamnya.
Dari beberapa upaya-upaya diatas semuanya mengarah kepada
perbaikan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Manusia
merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
100
Daman Huri, dkk. Demokrasi dan Kemiskinan..., hal. 75. 101
T Sumarno Nugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta:
PT. Hanindita, 1984), hal. 60 102
T. Sumarno Nugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial..., hal. 45
55
dalam pembangunan. Untuk itu model pembangunan yang harus
dikedepankan adalah manusia sebagai subyek pembangunan dan lebih
mengutamakan upaya-upaya pemberdayaan SDM. Model semacam ini
bertahan lama dan lebih mampu menjawab perkembangan
kebutuhannya.103
103
Daman Huri, dkk. Demokrasi dan Kemiskinan..., hal. 94.