bab ii konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat, …

36
20 BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, KOPERASI DAN KESEJAHTERAAN A. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat 1. Definisi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Memahami arti pemberdayaan ekonomi masyarakat perlu kita ketahui terlebih dahulu mengenai definisi dari masing-masing kata tersebut. Untuk itu penulis akan menguraikan beberapa definisi mengenai pemberdayaan, ekonomi dan masyarakat. a. Pemberdayaan. Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemeberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya (kekuatan atau kemampuan) kepada pihak yang belum berdaya. 31 Proses pemberian kekuatan ini di arahkan untuk menciptakan suatu perubahan yang lebih baik. Artinya Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalan menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi. 32 Menurut Adi Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan keinginan mereka. 31 Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan (Yogyakarta: Gava Media, 2004), hal. 77. 32 Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997), hal. 15.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

20

BAB II

KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, KOPERASI

DAN KESEJAHTERAAN

A. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

1. Definisi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

Memahami arti pemberdayaan ekonomi masyarakat perlu kita ketahui

terlebih dahulu mengenai definisi dari masing-masing kata tersebut. Untuk

itu penulis akan menguraikan beberapa definisi mengenai pemberdayaan,

ekonomi dan masyarakat.

a. Pemberdayaan.

Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”

yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian

tersebut, maka pemeberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses

menuju berdaya atau proses pemberian daya (kekuatan atau

kemampuan) kepada pihak yang belum berdaya.31

Proses pemberian

kekuatan ini di arahkan untuk menciptakan suatu perubahan yang lebih

baik. Artinya Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan

rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya

dalan menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.32

Menurut Adi Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari

keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai

kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas

bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha

mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan keinginan mereka.

31

Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan (Yogyakarta:

Gava Media, 2004), hal. 77. 32

Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1997), hal. 15.

Page 2: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

21

Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang relatif

terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.33

Secara tegas al-Qur’an telah memberikan petunjuk tentang

penempatan dakwah pemberdayaan masyarakat dalam kerangka-

kerangka peran dan proses dalam surat Al-Ahzab: 45-46

Artinya: “Wahai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi

saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,

dan untuk jadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-

Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.” (Q,S. Al-Ahzab:

45-46)34

Kedua ayat di atas mengisyaratkan bahwa peran dakwah yaitu

sebagai saksi atau bukti ketinggian dan kebenaran ajaran Islam,

sebagai fasilitas untuk memberikan kabar bagi mereka serta

memberikan inspirasi dan solusi dalam menghadapi berbagai masalah

hidup.35

b. Ekonomi

Kata ekonomi sendiri berasal dari kata “oikos” dan “nomos”. oikos

adalah rumah tangga dan nomos berarti mengatur. berdasarkan

pengertian tersebut ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu tentang

mengelola rumah tangga. Tujuannya adalah untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya melalui tiga kegiatan produksi, distribusi, dan

konsumsi.36

33

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Mayarakat dan Intervensi

Komunitas (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2000), hal. 32-33. 34

Asy-Syifa’, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Semarang: CV Raja Publishing, 2011),hal.

424 35

Asep Saiful Muhtadi dan Agus Ahmad Safe’i, Metodologi Penelitian Dakwah,

(Bandung, Pustaka Setia, 2003), hal. 17. 36

Gunawan Sumodiningrat, Membangun perekonomian rakyat, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998), hal. 24

Page 3: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

22

Sebenarnya pembahasan ekonomi dewasa ini bukan hanya

membahas tentang kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi saja

tetapi bagaimana menciptakan lapangan kerja/menghilangkan

pengangguran, distribusi pendapatan yang merata (adil), penciptaan

efisiensi, memantapkan stabilitas harga, dan memacu pertumbuhan.37

Secara umum ekonomi sendiri diartikan sebagai hal yang mempelajari

perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang langka untuk

memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia.

Ilmu ekonomi hendaknya berdimensi luas tidak hanya berkaitan

dengan upaya melakukan pilihan terhadap sumber daya yang terbatas,

meminimalisasikan biaya, dan memaksimalisasikan hasil atau manfaat,

tetapi harus pula menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan

upaya mayoritas masyarakat miskin di negara berkembang mendapat

perbaikan taraf hidup sejalan dengan realisasi dari beraneka ragam

potensi mereka sebagai manusia. Pada hakikatnya ilmu ekonomi tidak

hanya membahas ekonomising spirit secara sempit, tetapi juga

memperhatikan kesejahteraan individu dan masyarakat secara

komprehensif.38

c. Masyarakat

Pengertian masyarakat sendiri secara umum diartikan sebagai

sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan

memiliki budaya serta lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa

dipahami sebagai kelompok orang yang terorganisir karena memiliki

tujuan bersama.39

Menurut Abdul Syani masyarakat adalah kelompok-kelompok

makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut

hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola

perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk

37

Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, Cet. 4, (Jakarta:PT Grasindo, 2004), hal. 13 38

Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, Cet. 4..., hal. 4. 39

Saptono dan Bambang Suteng S, Sosiologi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama,

2007), hal 35.

Page 4: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

23

kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya

kelompok, manusia tidak akan mampu berbuat banyak dalam

kehidupannya.40

Sedangkan ekonomi masyarakat adalah kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara swadaya

mengelola sumber daya apa saja yang dapat dikuasai dan ditunjukan

untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarga.41

Dengan demikian, pengertian pemberdayaan ekonomi masyarakat

adalah membangun kemampuan masyarakat, memberikan ruang gerak

bagi masyarakat agar berpartisipasi dan emansipasi dengan jalan memilih,

menentukan dan melaksanakan pilihan-pilihan mereka melalui

serangkaian kegiatan rill yang dapat membantu meningkatkan

produksifitas ekonomi mereka untuk memperbaiki taraf kehidupan dari

yang baik menjadi lebih baik dan dari yang kurang baik menjadi baik.42

2. Tujuan dan Prinsip Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pemberdayaan merupakan implikasi dari strategi pembangunan yang

berbasis pada masyarakat (people centered development). Terkait dengan

hal ini, pembangunan, apapun pengertian yang diberikan terhadapnya,

selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama perbaikan pada mutu-

hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial-

budanya-nya.43

Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya menginginkan suatu

perubahan ke arah yang lebih baik, dalam tataran hidup masyarakat.

Kesadaran akan suatu potensi yang dimiliki serta kemampuan mengelola

sumber daya tersebut menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan

lain yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat ini adalah untuk

40

Abdul Syani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta:PT Bumi

Aksara, 2002), hal. 31 41

Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT, (Yogyakarta:Aditya Media,

1996), hal. 165 42

Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di

Indonesia (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005), hal. 113. 43

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: Dalam

Perspektif Kebijakan Publik , (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.109.

Page 5: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

24

membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian

tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa

yang mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat

diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka secara bertahap

masyarakat akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke

waktu.44

Tujuan pemberdayaan di dalam pembangunan pertanian, diarahkan

pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan

usaha tani (better business), dan perbaikan kehidpan petani dan

masyarakat (better living). Dari pengalaman pembangunan pertanian yang

telah dilaksanakan di indonesia selama tiga-dasawarsa terakhir,

menunjukan bahwa, untuk mencapai ketiga bentuk perbaikan yang

disebutkan di atas masih memerlukan perbaikan-perbaikan lain yang

menyangkut:45

a. Perbaikan kelembagaan pertanian (better organization) demi

terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar stakeholders.

b. Perbaikan kehidupan masyarakat (beeter community), yang tercermin

dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang

sangat diperlukan bagi terlaksanya pembangunan pertanian yang

merupakan sub-sistem pembangunan masyarakat (community

development).

c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better environment) demi

kelangsungan usahanya.

Selanjutnya prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijakan yang

dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan

kegiatan secara konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku umum, dapat

diterima secara umum, dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai

pengamatan dalam kondisi yang beragam. Dengan demikian “prinsip”

44

Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan..., hal. 80. 45

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: dalam

Perspektif Kebijakan Publik...., hal. 109

Page 6: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

25

dapat dijadikan sebagai landasan pokok yang benar, bagi pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan.46

Prinsip pemberdayaan masyarakat dalam suatu pembangunan

pertanian yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas usahatani

dalam pengembangan agribisnis, diantaranya:

a. Kesukarelaan, artinya keterlibatan seseorang dalam kegiatan

pemberdayaan tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan,

melainkan harus dilandasi oleh kesadaran diri dan motivasinya untuk

memeperbaiki dan memecahkan masalah kehidupan yang

dirasakannya;

b. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri

dari ketergantungan yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok,

maupun kelembagaan yang lain;

c. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan

melaksanakan kegiatan dengan penuh tanggungjawab, tanpa

menunggu atau mengharapkan dukungan dari pihak luar;

d. Partisipatif, yaitu keterlibatan stakeholders sejak pengambilan

keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan

pemanfaatan hasil-hasil kegiatannya;

e. Egaliter, yang menenmpatkan semua pemangku kepentingan

(stakeholders) dalam kedudukan yang setara, sejajar, tidak ada yang

ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan;

f. Demokrasi, yang memberikan hak kepada semua pihak untuk

mengemukakan pendapatnya, dan saling menghargai pendapat

maupun perbedaan di antara sesama stakeholders;

g. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percanya, dan saling

mempedulikan;

46

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, pemberdyaan masyarakat: dalam perspektif

kebijakan publik..., hal. 105

Page 7: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

26

h. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan

mengembangkan sinergisme;

i. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka untuk

diawasi oleh siapapun;

j. Desentralisasi, yang memberi kewenangan kepada setiap daerah

otonom (kabupaten dan kota) untuk mengoptimalkan sumberdaya

pertanian bagi sebesar-besar kemakmuran masyarakat dan

kesinambungan pembangunan.47

3. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan

Pemerintah memiliki peran penting dalam suatu gerakan reformasi

dalam konteks pemberdayaan masyarakat. Negara memikul tanggung

jawab yang merupakan beban psikis dan moril dalam mengelola kekayaan

alam Negara untuk melanjutkan dan mensejahterahkan kehidupan

rakyatnya. Landasan tersebut merupakan substansi dari nilai-nilai ekonomi

islam yang meliputi nilai tanggung jawab (amanah) yang dipertanggung

jawabkan tidak saja dihadapan rakyat tetapi juga dihadapan Allah dihari

yang akan datang. Islam menekankan peran Negara dalam beberapa hal:48

a. Rakyat merupakan tanggung jawab Negara dan Negara wajib

menggunakan asset atau kekayaan Negara untuk mensejahterahkan

rakyat dengan cara memanfaatkan sumber daya alam untuk

kepentingan rakyat.

b. Pemerintah harus menyediakan jaminan sosial melalui pengelolaan

harta yang diperoleh dalam suatu kondisi yang aman untuk

mensejahterahkan rakyat.

c. Pemerintah harus mengetahui kesenjangan antara kelompok

masyarakat kalangan atas dan masyarakat kalangan bawah.

d. Dengan asas dan prinsip kekeluargaan dan persaudaraan pemerintah

memiliki kewajiban untuk melibatkan semua pihak dalam

47

Totok mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: dalam Perspektif

Kebijakan Publik..., hal. 108 48

Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 100-101.

Page 8: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

27

melaksanakan program pembangunan baik secara mental maupun

fisik.

e. Pemerintah baik di daerah maupun di pusat membangun kemitraan

dengan masyarakat lokal untuk memanfaatkan sumber daya alam

dalam rangka memberdayakan ekonomi rakyat, meningkatkan

produksifitas dan kemakmuran mereka.

Peran pemerintah dalam mendorong terwujudnya masyarakat yang

berdaya tidak sekedar filantropis tetapi adalah melaksanakan

pemberdayaan (empowerment) untuk menumbuhkan keprakarsaan pada

masyarakat, meraih kemandirian sejati dan melepaskan diri dari

ketergantungan. Dari keprakarsaan inilah maka proses pelumpuhan

(disempowerment) dan pemiskinan (impoverishment) yang dapat

melumpuhkan diri (self-disempowerment) dapat dihindari.49

4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang.50

.

Strategi juga sering diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan

tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerimaan

manfaat yang dikehendaki. Secara konseptual, strategi sering diartikan

dengan beragam pendekatan, seperti:51

a. Stretegi sebagai suatu rencana, strategi merupakan pedoman atau

acuan yang dijadikan landasan pelaksanaan kegiatan, demi

tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan. Dalam hubungan ini,

rumusan strategi senantiasa memperhatikan kekuatan dan kelemahan

internal serta peluang dan ancaman eksternal yang dilakukan oleh

(para) pesaingnya;

49

Sri-Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Perkumpulan

PraKarsa, 2010), hal. 86 50

Fred R. David, Manajemen Strategis: Konsep-Konsep, cet ke.-9 (Jakarta:Indeks, 2004), hal. 15

51Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: Dalam

Perspektif Kebijakan Publik..., hal. 167-168

Page 9: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

28

b. Strategi sebagai kegiatan, strategi merupakan upaya-upaya yang

dilakukan oleh setiap individu, organisasi, atau perusahaan untuk

menenangkan persaingan, demi tercapainya tujuan yang diharapkan

atau telah ditetapkan;

c. Strategi sebagai suatu instrumen, strategi merupakan alat yang

digunakan oleh semua unsur pimpinan organisasi/perusahaan,

terutama manajer puncak, sebagai pedoman sekaligus alat pengendali

pelaksanaan kegiatan;

d. Strategi sebagai suatu sistem, strategi merupakan suatu kesatuan

rencana dan tindakan-tindakan yang komprehensif dan terpadu, yang

diarahkan untuk menghadapi tantangan-tantangan guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan;

e. Strategi sebagai pola pikir, strategi merupakan tindakan yang

dilandasi oleh wawasan yang luas tentang keadaan internal maupun

eksternal untuk rentang waktu yang tidak pendek, serta kemampuan

pengambilan keputusan untuk memilih alternatif-alternatif terbaik

yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki

untuk memanfaatkan peluan-peluang yang ada, yang dibarengi dengan

upaya untuk “menutup” kelemahan-kelemahan guna mengantisipasi

atau meminimumkan ancaman-ancamanya.

Selain itu, untuk mendorong terwujudnya masyarakat yang berdaya

perlu sekiranya dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat (empowerment

society) yang lebih komperhensif serta berorientasi jauh kedepan dan

berkelanjutan (sustainable). Pemberdayaan yang harus dilakukan adalah

bagaimana pemerintah dan stakeholder lainnya maupun bersinergi dalam

merencanakan program dan tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial

(social value) dan kearifan lokal (local wesdom) yang sudah ada.52

52

Daman Huri, dkk, Demokrasi dan Kemiskinan, (Malang: Averroes Press,

2008), hal. 84.

Page 10: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

29

Berkaitan dengan program pemberdayaan masyarakat yang

berorientasi jauh kedepan dan berkelanjutan Asy’arie mengungkapkan

bahwa kegiatan pembinaan ekonomi masyarakat ini diataranya:53

a. Pelatihan Usaha

Melalui pelatihan ini setiap peserta diberikan pemahaman terhadap

konsep-konsep kewirausahaan dengan segala macam permasalahan

yang ada di dalamnya. Tujuan pelatihan ini adalah untuk memberikan

wawasan yang lebih menyeluruh dan aktual sehingga dapat

menumbuhkan motivasi terhadap peserta disamping itu diharapkan

memiliki pengetahuan taknik kewirausahaan dalam berbagai aspek.

Dengan melalui pelatihan seperti ini, peserta diharapkan dapat

mencermati adanya kiat-kiat tertentu, sehingga dapat dihindari sekecil

mungkin adanya kegagalan dalam mengembangkan wirausaha.

b. Pendampingan

Pendampingan ini ketika usaha itu dijalankan, calon wirausaha

akan didampingi oleh tenaga pendamping yang profesional, yang

berfungsi sebagai pengarah atau pembimbing sehingga kegiatan usaha

tersebut benar-benar mampu berhasil dikuasai.

c. Permodalan

Permodalan dalam bentuk uang merupakan faktor penting dalam

dunia usaha. Untuk mendapatkan dukungan keuangan yang cukup

stabil, perlua adanya hubungan kerjasama yang baik dengan lembaga

keuangan, baik perbankan maupun dana bantuan yang disalurkan

melalui kemitraan usaha lain. Penambahan modal dari lembaga

keuangan, sebaiknya diberikan bukan untuk modal awal, tetapi untuk

modal pengembangan setelah usaha tersebut dirintis dan menunjukan

prospek yang cukup baik.

53

Musa Asy’arie, Islam, Etos Kerja, dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Yogyakarta:

Lesfi, 1997), hal. 141-144.

Page 11: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

30

d. Jaringan bisnis

Dengan melalui berbagai tahapan pembinaan yang konsisten,

sistematis dan berkelanjutan, proses selanjutnya perlu dibentuk net-

working bisnis yang saling melengkapi, memperkuat dan memperluas

pasar.

Menurut Mardikanto dan Soebianto strategi pemberdayaan

masyarakat, pada dasarnya mempunyai tiga arah yaitu:54

a. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat;

b. Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam

pengelolaan pembangunan yang mengembangkan peran serta

masyarakat;

c. Modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur sosial

ekonomi (termasuk di dalamnya kesehatan), budaya dan politik yang

bersumber pada partisipasi masyarakat.

Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif, namun

tidak semua intervensi fasilitator dapat dilakukan melalui kolektivitas.

Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara

individual, meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan

dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau

sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerja sosial pemberdayaan

dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan: mikro, mezzo

dan makro. 55

a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.

Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut

54

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdyaan Masyarakat: dalam

Perspektif Kebijakan Publik..., hal. 168. 55

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika

Aditam, 2006), hal. 66-67.

Page 12: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

31

sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered

approach).

b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok sebagai

media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,

biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki

kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem

Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan

pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,

perencanaan sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,

manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.

Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki

kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk

memiih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

B. Koperasi

1. Definisi Koperasi

Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, yang terdiri

dari kata co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja atau

berusaha. Jadi cooperation berarti bekerja sama. Dalam hal ini, kerja sama

tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dan

tujuan bersama.56

Koperasi juga diartikan sebagai perkumpulan dari

orang-orang yang berdasarkan persamaan derajat sebagai manusia, dengan

tidak membedakan haluan agama atau politik dengan sukarela masuk

untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atau

tanggung jawab.57

Moh. Hatta sebagaimana dikutip oleh Sonny Sumarsono mengatakan

bahwa Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk

56

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik, (Jakarta: Erlangga,

2001), hal. 16. 57

Hendrojogi, Koperasi Azas-azas, Teori dan Praktek (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2000), hal. 22.

Page 13: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

32

membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan

ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi

didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan.58

Undang-undang No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 menyatakan bahwa

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya

sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan

kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan

nilai dan prinsip Koperasi.59

Jadi dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa koperasi

bukan perkumpulan modal tetapi perkumpulan orang yang mempunyai

tujuan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka baik dari

segi ekonomi maupun sosial. Koperasi harus betul-betul menjadi alat yang

efektif untuk membangun ekonomi yang berpihak kepada rakyat.

Seperti apa yang dikatakan oleh Mohammad Hatta sebagai berikut:

“koperasi pada selanjutnya, mendidik semangat pada diri sendiri,

memperkuat kemauan bertindak dengan dasar “self-help”. Dengan

koperasi rakyat seluruhnya dapat ikut serta membangun, berangsur-

angsur maju dari yang kecil melalui yang sedang sampai akhirnya

kelapangan perekonomian yang besar. Tenaga-tenaga ekonomi

yang lemah lambat laun disusun menjadi kuat. Koperasi dapat pula

menyelenggarakan pembentukan kapital nasional dalam jangka

waktu yang lebih cepat, dengan jalan menyimpan sedikit demi

sedikit tapi teratur. Sebab itu koperasi dianggap suatu alat yang

efektif untuk membangn kembali ekonomi rakyat yang

terbelakang.60

Menjadikan koperasi sebagai wadah dalam upaya mendorong dan

memotivafi masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam pembangunan

perekonomian nasional. Ini sejalan dengan tujuan koperasi yang terdapat

dalam Undang-Undang Replubik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian Pasal 4, koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan

58

Sonny Sumarsono, Manajemen Koperasi: Teori dan Praktek, (Yogyakarta:Graha Ilmu,

2013), hal. 3. 59

www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB). 60

Muhammad Hatta, Kumpulan karangan I, Cet. 2, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1976). hal.

99.

Page 14: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

33

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional

yang demokratis dan berkeadilan.

2. Landasan-Landasan Koperasi

Untuk mendirikan koperasi yang kokoh perlu adanya landasan

tertentu. landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang

memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri serta berkembang

dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-

citanya. Faktor utama yang menentukan terbentuknya koperasi adalah

adanya sekelompok orang yang telah seia sekata untuk dapat mengadakan

kersama. Oleh karena itu landasan koperasi terutama terletak pada

anggota-anggotanya. Dalam sistem hukum di indonesia, koperasi telah

mendapatkan tempat yang pasti, sehingga landasan hukum koperasi di

indonesia sangat kuat. Tentang landasan-landasan koperasi dapat terbagi

atas:

a. Landasan Idiil

Yang dimaksud landasan idiil koperasi adalah dasar atau landasan

yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita koperasi.

Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan koperasi sebagi

organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh UUD 1945

akan bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Jadi

tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa

Indonesia, karena itu landasan idiil Negara Republik Indonesia adalah

Pancasila. Dan Pancasila ini dijadikan sebagai landasan Idiil koperasi.

b. Landasan Struktural dan Landasan Gerak

Yang dimaksud dengan landasan struktural koperasi adalah tempat

berpijak koperasi dalam susunan hidup masyarakat. tata kehidupan di

dalam suatu negara diatur dalam Undang-Undang Dasar. Di indonesia

berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau

Page 15: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

34

tata tertib dasar yang mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan

moral cita-cita suatu bangsa.

Landasan struktural koperasi Indonesia adalah UUD 1945

sedangkan pasal 33 ayat 1 merupakan landasan gerak yang berbunyi:

“perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas azas-azas

kekeluargaan‟‟. Dan penjelasannya pasal 33 ayat 1 disebutkan bahwa

bangun usaha yang sesuai dengan itu ialah koperasi

c. Landasan Mental

Landasan mental koperasi indonesia adalah setia kawan dan

kesadaran berpribadi. Rasa setia telah ada dalam masyarakat indonesia

sejak dulu merupakan sifat asli bangsa indonesia. Sifat ini tercermin

dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku yang nyata sebagai kegiatan

gotong-royong. Tetapi setia kawan saja hanya dapat memelihara

persekutuan dalam masyarakat yang statis bukan dinamis dan

karenanya tidak dapat mendorong kemajuan.

Oleh sebab itu setia kawan haruslah disertai dengan kesadaran

akan harga diri berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan

percanya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikan derajat

penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam koperasi harus

tergabung ke dua landasan mental di atas, yaitu setia kawan dan

kesadaran pribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong, hidup-

menghidupi dan awas-mengawasi.61

Koperasi menurut pandangan Islam termasuk ke dalam kategori

syirkah at-ta‟awuniyah ( ) yaitu serikat usaha yang

beranggotakan beberapa orang untuk melakukan aktivitas usaha bisnis dan

memperoleh hasil usaha tersebut.62

Para ulama fiqih mendasarkan hal

tersebut pada firman Allah dalam surat Ṣ ᾱ d ayat 24 yang berbunyi:

61

Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT

Rineka cipta, 2007), hal. 8-9 62

Dwi Suwiknyo, Kamus Lengkap Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Total Media,

2009), hal. 139.

Page 16: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

35

Artinya: “Dia (Dawud) berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim

kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan

kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-

orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim

kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah

mereka ini." Dan Dawud mengetahui bahwa Kami mengujinya;

maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur

sujud dan bertobat.” (Q,S. Ṣ ᾱ d: 24)63

Ayat di atas menjelaskan kebolehan berserikat atau bekerjasama

dalam hal kebaikan, seperti syirkah at-ta‟awuniyah ( ) yang

secara bahasa diartikan bekerjasama dalam tolong menolong ini sesuai

dengan yang disyaratkan ayat tersebut diatas yaitu hanya orang yang

beriman dan beramal soleh yang mampu bekerjasama dalam hal kebaikan

tanpa mendzolimi pihak lain atau partner bisnisnya.64

Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi Hurairah,

Nabi Muhammad saw. Bersabda:

Artinya: “Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Sulaiman al-

Mishshishiy, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin

Zubriqon dari Abi Hayyan At-Taimiyyi dari bapaknya dari

63

Asy-Syifa’, Al-Qur‟an dan Terjemahnya..., hal. 454 64

Nasroen Haroen, Fiqih Mu‟amalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hal. 167.

Page 17: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

36

Abu Hurairah semoga Allah mengangkat derajatnya, ia

berkata bahwasanya Allah berfirman: “Aku jadi orang yang

ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu

tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu

berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku

darinya.” (HR. Abu Dawud)65

Hadis di atas mengisyaratkan adanya perintah untuk membangun

kepercanyaan antara rekan kerja. Hal ini bisa diketahui dari firman Allah

swt. Yang akan memberkahi orang yang bekerjasama ketika keduanya

saling percanya, yakni tidak ada dusta atau berkhianat atas kesepakatan

yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Hal ini juga menunjukan

kecintaan Allah swt. Kepada hamba-hambanya yang melakukan kerja

sama, selama saling menjungjung tinggi amanat kerja sama dan menjahui

pengkhianatan.66

3. Prinsip Koperasi

Undang-Undang Perkoperasian No. 17 Tahun 2012 pada Pasal 6

terdapat 7 (tujuh) prinsip, yaitu:67

a. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka;

b. Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis;

c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi;

d. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan

independen;

e. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi

Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta

memberikaninformasi kepada masyarakat tentang jati diri, dan

kegiatan dan kemanfaatan koperasi;

f. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat

Gerakan Koperasi, dengan bekerj sama melalui jaringan kegiatan

pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan

65

Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 149. 66

Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia,

2011), hal. 179 67

. www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB).

Page 18: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

37

g. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi

lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati

oleh Anggota. kerja sama antar Koperasi.

4. Peran Koperasi

Koperasi sebagai suatu oraganisasi ekonomi dari orang-orang yang

memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang dalam gerak usahanya tidak

hanya mementingkan motif ekonomi. Selain merupakan suatu bentuk

perusahaan yang memerlukan keuntungan, koperasi juga memiliki motif

sosial, koperasi adalah suatu bentuk perusahaan yang berasas

kekeluargaan dan dikelola secara demokratis.

Berdasarkan kedua motif tersebut, dengan sendirinya Koperasi

memiliki dua peran penting yang tidak dapat dipisahkan dari satu sama

lian. Peran pertama adalah dalam bidang ekonomi. Sedangkan peran kedua

adalah dalam bidang sosial. Peran koperasi dalam kedua bidang ini

bersifat saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan dari hakikat

koperasi sebagai suatu bentuk perusahaan alternatif.68

5. Bentuk dan Jenis Koperasi

Undang-Undang No.17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, ada dua

bentuk koperasi, yaitu koperasi primer dan koperasi sekunder. 69

a. Koperasi Primer

Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan

beranggotakan orang-seorang. Orang-seorang pembentuk koperasi

adalah mereka yang memenuhi persyaratan keanggotaan dan

mempunyai kepentingan ekonomi yang sama. Koperasi primer

dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. Persyaratan ini dimaksud

untuk menjaga kelayakan usaha dan kehidupan koperasi.

b. Sekunder

Berdasarkan status keanggotaan, koperasi sekunder terdiri atas dua

macam koperasi yang beranggotakan:

68

Sony Sumarsono, Manajemen Koperasi: Teori dan Praktek..., hal. 15 69

www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB)..

Page 19: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

38

1) Badan hukum koperasi primer

Koperasi Sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga)

Koperasi Primer. Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi

primer disebut pusat koperasi primer disebut pusat koperasi.

Kerjasama diantara koperasi-koperasi primer yang setingkat

disebut kerjasama yang bersifat sejajar (horizontal). Misalnya,

kerjasama atau gabungan antara Koperasi Unit Desa (KUD) yang

membentuk Pusat KUD (PUSKUD).

2) Badan hukum koperasi sekunder

Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi sekunder

disebut induk koperasi. Kerjasama antara koperasi primer

dengann koperasi sekunder yang sama jenisnya disebut kerjasama

vertical. Sedangkan kerjasama antar koperasi-koperasi sekunder

yang setingkat bersifat horizontal. Misalnya, PUSKUD-PUSKUD

bergabung dan membentuk Induk KUD (INKUD).70

Jenis koperasi menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tentang

Perkoperasian pada Pasal 83 terdiri dari:71

a. Koperasi konsumen.

Koperasi konsumen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan

di bidang penyediaan barang kebutuhan Anggota dan non-Anggota.

b. Koperasi produsen.

Koperasi produsen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di

bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang

dihasilkan Anggota kepada Anggota dan non-Anggota.

c. Koperasi jasa.

Koperasi jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa

non-simpan pinjam yang diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota.

70

http://www.library.binus.ac.id/eColls/. (diunduh 20 Maret 2016, pukul 16:00 WIB).

71 www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB).

Page 20: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

39

d. Koperasi Simpan Pinjam.

Koperasi Simpan Pinjam menjalankan usaha simpan pinjam

sebagai satu-satunya usaha yang melayani Anggota.

6. Organisasi koperasi

Koperasi sebagai sebuah organisasi mempunyai ciri-ciri yang unik,

berbeda dengan organisasi lainnya. Organisasi sendiri merupakan suatu

mekanisme dari struktur yang mampu menggerakan kerja sama secara

efektif. Oleh karena itu, organisasi merupakan perangkat atau sarana

utama untuk mengelola suatu usaha.72

Pengorganisasian (organizing) di dalam suatu organisasi sangat

diperlukan. Pengorganisasian ini nantinya akan bertugas untuk

mengkoordinasikan sumber daya manusaia dan sumber daya modal yang

dimiliki oleh organisasi. Dari sini akan terbentuk suatu struktur organisasi

yang akan menghubungkan antarkomponen dan antarposisi dalam suatu

organisasi atau perusahaan. Struktur organisasi ini akan menunjukan

hierakhi organisasi dan struktur wewenang, serta memperlihatkan aliran

pelaporannya, selain itu, struktur organisasi memberikan stabilitas dan

kelanjutan hidup organisasi, walaupun sumber daya manusia di dalamnya

silih berganti.73

Koperasi akan mampu menjalankan kegiatannya dengan baik bila

mana dilengkapi dengan alat perlengkapan organisasi. Alat-alat

perlengkapan organisasi koperasi, sebagaimana pada bentuk-bentuk

perusahaan lainnya, adalah pilar-pilar yang akan menentukan tumbuh dan

runtuhnya koperasi.74

Di dalam undang-undang koperasi No. 17 tahun

2012 pasal 31 perangkat koperasi ada tiga terdiri atas Rapat Anggota,

Pengawas, dan Pengurus.

a. Rapat anggota

Rapat anggota merupakan suatu wadah dari para anggota koperasi

yang diorganisasikan oleh pengurus koperasi, untuk membicarakan

72

Tiktik Sartika Partomo, Ekonomi Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 32. 73

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik..., hal. 33. 74

Sony Sumarsono, Manajemen Koperasi: Teori dan Praktek..., hal. 26.

Page 21: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

40

kepentingan organisasi maupun usaha koperasi, dalam rangka

mengambil suatu keputusan dengan suara terbanyak dari para anggota

yang hadir. Rapat anggota dalam koperasi merupakan suatu

lembaga/institusi, bukan sekedar sebagai forum rapat. Oleh karenanya

rapat anggota merupakan salah satu perangkat organisasi koperasi.

Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam

mengambil suatu keputusan atau tindakan organisasi yang nantinya

harus ditaati dan dijalankan oleh semua anggota, pengurus, pengawas

dan pengelola. Karena keputusan tersebut sifatnya mengikat.75

Secara hukum rapat anggota koperasi adalah sebagai pemilik dari

koperasi dan usahanya, dan anggotalah yang mempunyai wewenang

mengendalikan koperasi bukan pengurus dan bukan pula manajer.

Oleh karena itu tidaklah salah kalau dikatakan bahwa kunci dari

keberhasilan koperasi terletak pada anggota.76

Di dalam undang-

undang koperasi No. 17 tahun 2012 pasal 33 Rapat Anggota koperasi

mempunyai wewenang:77

1) Menetapkan kebijakan umum Koperasi;

2) Mengubah Anggaran Dasar;

3) Memilih, mengangkat, dan memberhentikan Pengawas dan

Pengurus;

4) Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan

belanja Koperasi;

5) Menetapkan batas maksimum Pinjaman yang dapat dilakukan

oleh Pengurus untuk dan atas nama Koperasi;

6) Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban

Pengawas dan Pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing;

7) Menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha;

8) Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan

pembubaran Koperasi; dan

75

Arifin sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik..., hal. 35. 76

Sony Sumarsono, Manajemen Koperasi: Teori dan Praktek..., hal. 28 77

www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB).

Page 22: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

41

9) Menetapkan keputusan lain dalam batas yang ditentukan oleh

Undang-Undang ini.

b. Pengurus

Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui

rapat anggota, yang bertugas mengelola organisasi dan usaha.

Idealnya, pengurus koperasi sebagai perwakilan anggota diharapkan

mempunyai kemampuan manajerial, teknis, dan berjiwa wirakoperasi,

sehingga pengelolaan koperasi mencerminkan suatu ciri yang

dilandasi dengan prinsip-prinsip koperasi. Kedudukan pengurus

sebagai penerima mandat dan pemilik koperasi mempunyai fungsi dan

wewenang sebagai pelaksana keputusan rapat anggota sangat strategis

dan menentukan maju mundurnya koperasi.

Posisi yang menentukan tersebut merupakan pengejawantahan

tugas dan wewenang pengurus, yang ditetapkan dalam undang-

undang, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.78

Pasal 58 ayat

(1) dan (2) UU No. 17 tahun 2012 Perkoperasian, menyebutkan bahwa

tugas dan wewenang pengurus sebagai berikut:79

1) Pengurus bertugas:

a) Mengelola Koperasi berdasarkan Anggaran Dasar;

b) Mendorong dan memajukan usaha Anggota;

c) Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran

pendapatan dan belanja Koperasi untuk diajukan kepada

Rapat Anggota;

d) Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas untuk diajukan kepada Rapat Anggota;

e) Menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi

Koperasi untuk diajukan kepada Rapat Anggota;

f) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris

secara tertib;

78

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik..., hal. 37. 79

www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB)..

Page 23: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

42

g) Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan

efisien;

h) Memelihara Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengawas,

Buku Daftar Pengurus, Buku Daftar Pemegang Sertifikat

Modal Koperasi, dan risalah Rapat Anggota; dan

i) Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan

kemajuan Koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan

keputusan Rapat Anggota.

2) Pengurus berwenang mewakili Koperasi di dalam maupun di luar

pengadilan.

c. Pengawas

Pengawas koperasi adalah organisasi yang dipilih dari anggota dan

diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda

organisasi dan usaha koperasi. Pengawas organisasi koperasi

merupakan suatu lembaga atau badan struktur organisasi koperasi.

Pengawas mengemban amanat anggota untuk melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi,

sebagaimana ditetapkan dalam AD/ART Koperasi, keputusan

pengurus, serta peraturan lainnya yang berlaku di dalam koperasi.80

Pasal 50 UU No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian menyebutkan

bahwa tugas dan wewenang pengawas sebagai berikut:81

1) Pengawas bertugas:

a) Mengusulkan calon Pengurus;

b) Memberi nasihat dan pengawasan kepada Pengurus;

c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan

pengelolaan Koperasi yang dilakukan oleh Pengurus; dan

d) Melaporkan hasil pengawasan kepada Rapat Anggota.

80

Arifin sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik..., hal. 39. 81

www.hukumonline.com. (diunduh pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIB).

Page 24: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

43

2) Pengawas berwenang:

a) Menetapkan penerimaan dan penolakan Anggota baru serta

pemberhentian Anggota sesuai dengan ketentuan dalam

Anggaran Dasar;

b) Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang

diperlukan dari Pengurus dan pihak lain yang terkait;

c) Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha

dan kinerja Koperasi dari Pengurus;

d) Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Pengurus

dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan

dalam Anggaran Dasar; dan

e) Dapat memberhentikan Pengurus untuk sementara waktu

dengan menyebutkan alasannya.

7. Koperasi Pertanian

Pertanian di Indonesia memegang peranan yang cukup penting dalam

aktifitas perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari jumlah

pendudukan yang berprofesi sebagai petani maupun bergelut di sektor

pertanian yang cukup besar. Pertanian sendiri diartikan sebagai suatu

kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk

menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,

serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.82

Kegiatan pemanfaatan

sumber daya hayati ini sering disebut sebagai budi daya.

Koperasi pertanian pada dasarnya termasuk ke dalam jenis koperasi

produksi yaitu koperasi yang menjalankan kegiatannya dibidang produksi

atau menghasilkan sesuatu barang/hasil secara bersama-sama, serta

mengusahakan perbaikan harga jual barang yang dihasilkan/diproduksi

dan menghindari persaingan sesama anggota.83

Yang dimaksud koperasi

pertanian sendiri ialah koperasi yang:

82

http://id.wikipedia.org/wiki/pertanian/, (diunduh tanggal 27 April 2016, pukul 20:00

WIB). 83

Edy Karsono, Mengenal Koperasi di Indonesia. (Bandung, PT Indahjaya

Adipratama, 2009), hal, 11.

Page 25: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

44

a. Anggota-anggotanya terdiri dari prtani pemilik tanah, pemaro dan

buruh tani yang berkepentingan, serta mata-pencahariannya langsung

berhubungan dengan usaha pertanian yang bersangkutan;

b. Menjalankan usaha-usaha yang ada sangkut-pautnya serta langsung

dengan usaha pertanian yang bersangkutan, mulai dari produksi,

pengolahan sampai pada pembelian atau penjualan bersama hasil

usaha pertanian yang bersangkutan.84

Sedangkan kegiatan usaha dari koperasi pertanian sendiri

berhubungan dengan pertanian misalnya penyuluhan pertanian, pengadaan

bibit unggul, penyediaan pupuk, obat-obatan dll.

C. Konsep Kesejahteraan

1. Definisi Kesejahteraan

Setiap manusia mempunyai keinginan untuk mencapai kesejahteraan

dalam hidupnya. Namun pemaknaan terhadap arti kesejahteraan ini

berbeda-beda. Kata sejahtera sendiri dalam bahasa sansekerta yaitu

“catera” yang berarti payung. Dalam konteks kesejahteraan, “catera”

adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam hidupnya bebas dari

kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya

aman dan tentram, baik lahir maupun batin.85

Dalam ilmu ekonomi

terpenuhinya kebutuhan material inilah yang disebut dengan sejahtera.

Lain halnya ekonomi Islam yang memandang bahwa mewujudkan

kesejahteraan yang hakiki bagi manusia merupakan dasar sekaligus tujuan

utama dari syariat Islam ( mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan

tujuan ekonomi Islam. Tujuan utama Syariat Islam adalah mencapai

kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan terhadap lima ke-

mashlahah-an, yaitu keimanan (ad dien), ilmu (al-„ilm), kehidupan (an-

nafs), harta (al-maal), dan kelangsungan keturunan (an-nasl). Kelima

84

Djoerban Wachid, Pelajaran Ekonomi, (Yogyakarta: Hien Hoo Sing, 1979),

hal. 74. 85

Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Refika

Aditama, 2012), hal. 8.

Page 26: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

45

mashlahah tersebut pada dasarnya merupakan sarana yang sangat

dibutuhkan bagi kelangsungan kehidupan yang baik dan terhormat. Jika

salah satu dari lima kebutuhan ini tidak tercukupi, niscaya manusia tidak

akan mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.86

Kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan dalam pandangan Islam

telah dijamin oleh Tuhan. Memang sumber-sumber daya yang disediakan

Tuhan di dunia ini tidak tak terbatas, namun semua itu akan dapat

mencukupi bagi kebahagiaan manusia seluruhnya jika dipergunakan

secara efisien dan adil. Manusia dapat melakukan pilihan terhadap

berbagai kegunaan alternatif dari sumber-sumber tersebut. Oleh

karenanya, penggunaan sumber-sumber tersebut hanya bisa dilakukan

dengan perasaan tanggung jawab dan dalam batasan yang ditentukan oleh

petunjuk Tuhan.87

Seperti firman Allah dalam surat Al-A’raaf ayat 10

yang berbunyi:

Artinya: “Dan Sesungguhnya, kami telah menempatkan kamu sekalian di

muka bumi dan di sana kami sediakan (sumber) penghidupan

untukmu. (Tetapi) sedikit kamu bersyukur.”(QS. Al-A’raaf:

10).88

Pada ayat ini, Allah Swt mengingatkan kepada hamba-Nya, untuk

mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya. Nikmat itu adalah sarana

untuk mendapatkan kesejahteraan yang berupa bumi yang diciptakan-Nya

untuk tempat tinggal, tempat memenuhi segala hajat hidup, menguasai

tanah, hasil tanamannya, binatang-binatangnya, dan tambang-

tambangnya.89

86

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI),

Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Rajawali Pers,2012), hal. 54. 87

M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi. (Jakarta :Gema Insani Press, 2000.),

hal . 205. 88

Asy-Syifa’, Al-Qur‟an dan Terjemahnya..., hal. 152. 89

Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Tafsir Singkat Ibnu Katsir Jilid III

(Surabaya: Bina Ilmu, 1988), 377.

Page 27: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

46

2. Kesejahteraan menurut Undang-Undang Dasar 1945

Sejak Indonesia merdeka dan menetapkan pasal 33 dalam

konstitusinya, maka sebenarnya telah digariskan suatu kebijaksanaan

nasional yang tegas untuk melakukan “transformasi ekonomi” dan

“transformasi sosial”. Selanjutnya bila kita berbicara transformasi

ekonomi dan transformasi sosial dalam konteks kesejahteraan sosial,

sebenarnya kita berbicara mengenai kesenjangan sosio-ekonomi dan

ketidak adilan sosio-ekonomi.

Pasal 33 UUD 1945 berbunyi:

“(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas

asas kekeluargaan; (1) Cabang-cabang produksi yang penting

bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak

dikuasai oleh negara (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara.90

Lebih lanjut lagi Swasono mengatakan Implementasi dari pasal 33

UUD 1945 yaitu: 91

Pertama, ayat 1 menyataan: “perekonomian disusun sebagai

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Perkataannya

adalah “perekonomian disusun”, tentu artinya tidak dibiarkan tersusun

sendiri secara bebas (oleh pasar). Harus disusun juga supanya harta itu

juga jangan sampai hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di

antara kamu. Selanjutnya susunan yang dimaksudkan adalah usaha

“bersama” artinya berdasar suatu mutualisme yang menunjukan

perbedaannya dari usaha swasta yang didorong oleh self-interst.

Sedang “asas kekeluargaan” artinya brotherhood yang bukan kinship

nepotistik, sebagai pernyataan adanya tanggungjawab bersama untuk

menjamin kepentingan, kemajuan dan kemakmuran bersama layaknya

makna brotherhood.

90

Sri-Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial..., hal. 65 91

Sri-Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial..., hal 91-94

Page 28: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

47

Kedua, ayat 2 pasal 33 UUD 1945 menyatakan: “Cabang-

cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”. “Penting bagi negara” di

artikan sebagai cabang-cabang produksi strategis. Dari sini hendaknya

privatisasi perusahaan-perusanaan negara harus ditinjau dalam peran

strategisnya. Dalam mendirikan usaha-usaha negara (bisnis maupun

non-bisnis) untuk tidak diperdagangkan ataupun diperjual-belikan,

sebaliknya adalah untuk mengamankan kepentingan negara dan hajat

hidup (basic needs) orang banyak. Interpretasi bahwa “dikuasai” oleh

negara tidak harus diartikan “dimiliki” oleh negara (artinya boleh

dimiliki oleh swasta atau asing).

Ketiga, mengenai ayat 3 pasal 33 UUD 1945: “Bumi dan air

dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat”, mengaskan berlakunya daulat

rakyat dan posisi rakyat yang subtansial (utama). Disini demokrasi

ekonomi memperoleh justifikasinya, yaitu bahwa “kepentingan

masyarakat lebih utama dari kepentingan orang-seorang”.

Pola susunan perekonomian yang di anggap cocok oleh para pendiri

Republik Indonesia dituangkan di dalam Pasal 33 UUD 1945 dalam Bab

Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial ini diartikan sebagai

kesejahteraan masyarakat dan bukan kesejahteraan orang seorang.

Mungkin lain artinya bila nama Bab yang dimaksud adalah “Susunan

Perekonomian Perekonomian” atau “Tata Ekonomi”. Dan mengenai

susunan perekonomian ini kita ketemukan di dalam Penjelasan dari Pasal

33 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa di dalam Pasal

33 UUD 1945 tercantum dasar Demokrasi Ekonomi.

Demokrasi Ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi yang

berdasarkan Pancasila, karena pasal-pasal dari Batang Tubuh UUD 1945

adalah penjabaran dari Pembukaan UUD 1945 yang mengandung pokok

pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam Batang Tubuh UUD 1945,

Page 29: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

48

yaitu di dalam pasal-pasalnya. Bangun perusahaan yang sesuai dengan

dasar demokrasi ekonomi yang tercantum di dalam Pasal 33 adalah

Koperasi.92

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Pada pasal ini menegaskan bahwa menciptakan pekerjaan bagi rakyat

adalah tujuan substantif (bukan tujuan derivatif atau residual sebagai hasil

tetesan pertumbuhan ekonomi), bahwa pekerjaanlah yang merupakan

kunci untuk mencapai penghidupan yang layak.

Dan Pasal 34 UUD 1945 : “...Fakir miskin dan anak terlantar

dipelihara negara...”. Artinya bagi mereka yang tidak secara optimal

mampu bekerja cukup karena kefakiran, kemiskinan dan keterlantaranya,

karena disable, handicaped, sosio-culturally under privilaged, usia lanjut

dan seterusnya, maka negara tampil mengambil tanggungjawabnya untuk

“melindungi segenap bangsa Indonesia” pemahaman dari pasal 34 UUD

1945 secara konsisten tidak boleh dipisahkan dari pasal 27 (ayat 2) UUD

1945 yang memberikan hak sosial rakyat. Artinya pada pasal 34 UUD

1945 perkataan “dipelihara oleh negara”, memberi dimensi

“pemberdayaan oleh negara”.93

3. Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa kesejahteraan pada

dasarnya ialah suatu keadaan dimana manusia merasa kebutuhan hidupnya

tercukupi baik materi maupun non-materi sehingga manusia itu sendiri

merasakan suatu kebahagiaan dalam menjalani kehidupannya. IPM

(Indeks Pembangunan Manusia) dijadikan sebagai salah satu alat dalam

mengukur kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah/daerah.

IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu kesehatan, pendidikan

atau pengetahuan (knowledge), dan pendapatan.94

92

Choirul Djamhari, Memperkokoh Pilar-Pilar Kemandirian Koperasi, (Jakarta: Koperasi

Pemuda Indonesia), hal. 9 93

Sri-Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial..., hal. 80. 94

https://www.bps.go.id/website/ (diunduh tanggal 20 juli 2016, pukul 19:00 WIB).

Page 30: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

49

a. Kesehatan

Tingkat kualitas kesehatan merupakan indikator penting

untuk menggambarkan mutu pembangunan manusia, Semakin

sehat kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin mendukung

proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu negara/wilayah

semakin baik. Pada akhirnya hasil dari kegiatan perekonomian

adalah tingkat produktivitas penduduk suatu wilayah dapat

diwujudkan.

Keberhasilan atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam

bidang kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator

kesehatan antara lain Angka Harapan Hidup, Angka Kematian

Bayi, Angka Kesakitan, Prevalensi Balita Kurang Gizi, dan

indikator lain yang berkaitan dengan akses terhadap fasilitas

pelayanan kesehatan.

b. Pendidikan

Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang

bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil

pembangunan dan sekaligus merupakan investasi sumber daya

manusia yang diperlukan untuk mendukung keberlangsungan

pembangunan.

Pemerataan, akses dan peningkatan mutu pendidikan akan

membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan dalam

rangka pembangunan manusia seutuhnya. Beberapa indikator

output yang dapat menunjukkan kualitas pendidikan SDM antara

lain Angka Melek Huruf (AMH), Tingkat Pendidikan, Angka

Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan

Angka Partisipasi Murni (APM). Indikator input pendidikan salah

satunya adalah fasilitas pendidikan.

c. Pendapatan

Page 31: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

50

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh pekerja

atas jasa yang diberikan dalam proses memproduksi barang dan

jasa. Pendapatan yang diterima oleh setiap pekerja digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk kebutuhan

pribadi maupun untuk kebutuhan keluarga. Seorang pekerja dapat

dikatakan hidup layak apabila pendapatan yang diterima dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,

pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Semakin tinggi pendapatan

tersebut semakin tinggi daya beli penduduk, dan daya beli

bertambah ini meningkat kesejahteraan masyarakat.95

Dapat disimpulkan bahwa IPM merupakan indikator penting untuk

mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia

(masyarakat/penduduk) disuatu wilayah/daerah. IPM tersebut akan

menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan

dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Selanjutnya indikator dan kriteria keluarga sejahtera adalah sebagai

berikut:96

a. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat

memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic

needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan

pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.

b. Keluarga sejahtera tahap I adalah adalah keluarga-keluarga yang

telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:

1) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing

anggota keluarga.

95

Sadono Sukirno, Ekonomi Pembanunan: Proses,Masalah Dan Dasar Kebijakan,

(Jakarta,Kencana 2007). 12 96

http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/indikasi. diunduh tanggal 20 juli 2016,

pukul 19:00 WIB).

Page 32: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

51

2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali

sehari atau lebih.

3) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda

untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

4) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

5) Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa

kesarana/petugas kesehatan.

c. Keluarga sejahtera tahap II Yaitu keluarga - keluarga yang

disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I,

harus pula memenuhi kebutuhan lainnya yaitu:

1) Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

2) Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan

daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.

3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel

pakaian baru per tahun.

4) Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap

penghuni rumah.

5) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam

keadaan sehat.

6) Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur

15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.

7) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa

membaca tulisan latin.

8) Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.

9) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan

usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

d. Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang memenuhi syarat

tahap 1 dan 2 serta memenuhi syarat pengembangan keluarga

yaitu:

1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

Page 33: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

52

2) Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk

tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.

3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan

kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar

anggota keluarga.

4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat

tinggalnya.

5) Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1

kali/6 bulan.

6) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.

7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi

yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

e. Keluarga sejahtera tahap III Plus ialah Keluarga yang dapat

memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria

22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu:

1) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela

memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat

dalam bentuk materiil.

2) Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

4. Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Berbicara soal kesejahteraan takan lepas dari masalah kemiskinan dan

ketimpangan. Kemiskinan sendiri diartikan sebagai ketidakmampuan

seseorang dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan meningkatkan

kualitas hidupnya. Secara struktural, kemiskinan dapat dimaknai sebagai

kondisi yang tercipta akibat ketimpangan kepemilikan modal dan alat

produksi. hal ini juga menggambarkan bahwa kemiskinan adalah sebagai

suatu kondisi dari pola hidup, budaya, dan pola-pola interaksinya bukanlah

suatu yang diberi, namun tercipta karena ada peran struktur yang

menindas. Seorang miskin bukan karena malas, bodoh, dan atau tidak

Page 34: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

53

punya etos kerja yang tinggi, tetapi lebih karena terdapat struktur sosial

yang timpang.97

Pertumbuhan dan perkembangan di dalam masyarakat, biasanya

sekaligus tumbuh pula berbagai nilai dan norma sosial yang baru, dan

dapat mengakibatkan bergesernya ukuran-ukuran taraf kehidupan tertentu,

yang kemudian menjadi suatu kelaziman bagi masyarakat. ukuran kaya

atau miskin dapat dilihat melalui kemampuan atau jumlah pemilikan nilai-

nilai ekonominya. Jika pemilikan terhadap nilai-nilai ekonomi ini

mengalami ketimpangan, di mana tidak cukup digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya. Maka keadaan tersebut dapat menimbulkan

masalah-masalah sosial. Faktor ekonomi ini kemudian dijadikan tolak

ukur dalam menilai tingkat kemiskinan.98

Melihat hal ini maka perlu adanya suatu upaya dalam rangka

menyelesaikan masalah kemiskinan dan ketimpangan ini agar terciptanya

suatu keadaan masyarakat yang sejahtera. Dalam mencapai kesejahteraan

ini, maka tidak lepas dari faktor-faktor yang mendukung usaha

peningkatan pendapatan serta pemanfaatan sumber-sumber serta sarana

yang ada.

Faktor-faktor yang mendukung tersebut dapat diterangkan sebagai

berikut, seperti yang diungkapkan oleh Usman Yatim, dalam upaya

peningkatan pendapatan dapat diukur melalui faktor-fator produksi, antara

lain: 99

a. Modal, Merupakan faktor produksi yang sangat esensial bagi fakir

miskin dalam proses peningkatan mutu kehidupannya;

b. Keterampilan, Merupakan faktor produksi yang sangat strategis dalam

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan fakir miskin;

97

Daman Huri, dkk. Demokrasi dan Kemiskinan..., hal. 19-20 98

Abdul Syani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan..., hal 90. 99

Usman Yatim dan Enny A Hendrago, Zakat dan Pajak, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariera,

1992), hal. 243.

Page 35: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

54

c. Teknologi, Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai usaha dalam

meningkatkan kesejahteraan fakir miskin. Karena teknologi juga dapat

terbentuk metode baru dalam berproduksi;

d. Lahan usaha, merupakan faktor yang sangat dibutuhkan bagi

peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Masyarakat bukan hanya sebagai objek dalam suatu pembangunan

tetapi masyarakat harus menjadi subyek dalam suatu pembanguan itu

sendiri. Partisipasif dalam perencanaan dan pelaksanaan dapat

mengembangkan kemandirian (self-reliance) yang dibutuhkan oleh

anggota masyarakat demi akselerasi pembangunan.100

Keberhasilan dalam

upaya peningkatan kesejahteraan dapat dinilai secara kuantitatif maupun

kualitatif. Kuantitatif dimungkinkan karena hasil-hasil yang dicapai dapat

dijelaskan dalam hal-hal yang bisa diukur. Sedangkan penilain secara

kualitatif indikatornya antara lain adanya partisipasi masyarakat,

kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan secara layak dan

sebagainya.101

Upaya dalam meningkatkan kesejahteraan dapat juga melalui

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Kebutuhan-kebutuhan yang

harus terpenuhi dapat dikelompokan menjadi: 102

a. Uang atau barang, antar lain tunjangan-tunjangan, pembagian kembali

hasil pendapatan dan bahan material lainnya untuk keperluan bantuan;

b. Jasa pelayanan(service) berupa bimbingan dan penyuluhan;

c. Kesempatan-kesempatan seperti pendidikan, latihan, latihan,

pekerjaan dan semacamnya.

Dari beberapa upaya-upaya diatas semuanya mengarah kepada

perbaikan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Manusia

merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan

100

Daman Huri, dkk. Demokrasi dan Kemiskinan..., hal. 75. 101

T Sumarno Nugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta:

PT. Hanindita, 1984), hal. 60 102

T. Sumarno Nugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial..., hal. 45

Page 36: BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, …

55

dalam pembangunan. Untuk itu model pembangunan yang harus

dikedepankan adalah manusia sebagai subyek pembangunan dan lebih

mengutamakan upaya-upaya pemberdayaan SDM. Model semacam ini

bertahan lama dan lebih mampu menjawab perkembangan

kebutuhannya.103

103

Daman Huri, dkk. Demokrasi dan Kemiskinan..., hal. 94.