bab ii : konsep dasar -...

23
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Hepatitis adalah proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia (Sarjono Hadi, 1999) Hepatitis merupakan sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001). Sedangkan menurut Copper (1996) hepatitis adalah infeksi yang dapat menghancurkan sel-sel hati. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hepatitis adalah penyakit inflamasi (peradangan) yang menyebar pada hati (hepar) yang disebabkan oleh infeksi virus. B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi Sistem hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi hati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr/2,5 % berat badan pada orang dewasa normal. Hati terletak di belakang tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas dan dibagi menjadi 4 lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang disebut lobulus (Prince, 1999). 5

Upload: lykhuong

Post on 30-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Hepatitis adalah proses peradangan difus pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan

serta bahan-bahan kimia (Sarjono Hadi, 1999)

Hepatitis merupakan sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,

biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001). Sedangkan menurut

Copper (1996) hepatitis adalah infeksi yang dapat menghancurkan sel-sel

hati. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hepatitis adalah penyakit inflamasi

(peradangan) yang menyebar pada hati (hepar) yang disebabkan oleh infeksi

virus.

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Sistem hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam

pengaturan fungsi hati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam

tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr/2,5 % berat badan pada orang dewasa

normal. Hati terletak di belakang tulang iga (kosta) dalam rongga

abdomen daerah kanan atas dan dibagi menjadi 4 lobus hati terbungkus

oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus itu

sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang

disebut lobulus (Prince, 1999).

5

Page 2: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

Sirkulasi darah kedalam dan keluar hati sangat penting dalam

penyelenggaran fungsi hati. Darah yang mengalir kedalam hati berasal

dari 2 sumber, kurang lebih 75% suplai darah datang dari vena porta

yang mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus

gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk kedalam hati

lewat arteri hepatikal dan banyak mengandung oksigen. Cabang-cabang

terminalis kedua pembuluh darah ini bersatu untuk membentuk

“capillary beds” bersama yang merupakan sinusoid hepatik. Dengan

demikian sel-sel hati (hepatosit) akan terendam oleh campuran darah

vena dan arteri. Sinusoid mengosongkan isinya ke dalam venule yang

berada pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan

dinamakan vena sentralis. Vena sentralis bersatu membentuk vena

hepatika yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan

isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat 2

sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat

satu lintasan keluarnya (Gallo dan Hudak, 1995).

Di samping hepatosit, sel-sel fagositik yang termasuk dalam

sistem retikuloendotetial juga terdapat dalam hati. Organ lain yang

mengandung sel retikuloendotetial adalah limfa, sumsum tulang, nodus

limfatikus (kelenjar limfa) dan paru-paru. Dalam hati sel-sel ini

dinamakan sel kupffer. Fungsi utama sel kupffer adalah memakan benda

partikel (seperti bakteri) yang masuk ke dalam hati lewat darah porta.

6

Page 3: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

Saluran empedu terkecil yang disebut kanal ikulus terletak di

antara lobus hati. Kanilikus menerima hasil sekresi dari hepatosit dan

membawanya kesaluran empedu yang lebih besar yang akhirnya akan

membentuk duktus hepatikus. Duktus hepatikus dari hati dan duktus

sistikus dari kandung empedu bergabung untuk membentuk duktus

koledokus (common bile dust) yang akan mengosongkan isinya kedalam

intestinum. Aliran empedu kedalam intestinum dikendalikan oleh sfingter

oddi yang terletak pada tempat sambungan (function) dimana duktus

koledokus memasuki duodenum kantung empedu (fesika folea), yang

merupakan organ yang berbentuk seperti buah peer, berongga dan

menyerupai kantong dengan panjang 7,5 hingga 10 cm, terletak dalam

suatu kecenderungan yang dangkal pada permukaan inferior hati dimana

organ tersebut terikat pada hati oleh jaringan ikat yang longgar, kapasitas

kandung empedu adalah 30 hingga 50 ml empedu. Dindingnya termasuk

tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus

koledokus lewat duktus sistikus (Smeltzer dan Suzanne C, 2002;1150).

2. Fisiologi

Fungsi hati adalah sebagai berikut :

a. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah

Aliran darah melalui hati sekitar 1000 ml darah mengalir dari

vena porta melalui sinusoid hati setiap menit, dan sekitar 400 ml lain

mengalir masuk sinosoid dari arteri hepatika, rata-tara keseluruhan

sekitar 1400 ml permenit. Tekanan dan resistensi pada pembuluh hati,

7

Page 4: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

tekanan pada vena hepatika yang berasal dari hati masuk vena kava

rata-rata hampir 0 mmHg, sedangkan tekanan dalam vena porta yang

masuk hati rata-rata 8 mmHg, ini menunjukkan resistensi aliran darah

dan sistem vena porta ke vena sistemik dalam keadaan normal adalah

rendah.

Penyimpanan darah dalam hati , kongesti hati, peningkatan

tekanan dalam vena mengalirkan darah dari hati menghambat darah

dalam sinusoid hati dan menyebabkan seluruh hati membengkak. Hati

dapat menyimpan 200-400 ml darah dengan cara ini sebagai akibat

peningkatan hanya 4-8 mmHg pada tekanan vena hepatika.

Retikuloendotetial hati, permukaan dalam semua sinusoid hati

banyak mengandung sel kufer sel ini sangat fagositik, demikian

hebatnya sehingga sel kupffer dapat menyingkirkan bakteri dalam

darah vena porta. Sebelum mereka dapat memulai semua sinusoid

hati, karena darah porta berasal dari usus, oleh karena itu maka filtrasi

sel kupffer dalam sinusoid meningkat bila jumlah zat tertentu yang

terdapat dalam darah bertambah.

b. Pembentukan dan Ekskresi Empedu

Merupakan fungsi utama hati, saluran empedu hanya mengkuti

empedu, sedangkan empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu

ke usus halus sesuai kebutuhan. Garam empedu penting untuk

pencernaan dan absorsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak

dan usus.

8

Page 5: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

c. Detoksikasi

Banyak obat seperti barbiturat dan amfetamin, dimetabolisasi

oleh hati, metabolisme umumnya menghilangkan aktifitas obat

tersebut meskipun pada sebagian kasus, aktifitas obat dapat terjadi

salah satu lintasan penting untuk metabolisme obat meliputi konjusi

(peningkatan) obat tersebut dengan sejumlah senyawa, seperti asam

glukoronat/asam asetat untuk membentuk subtansi yang lebih larut.

Hasil konjugasi tersebut dapat diekspresikan ke dalam feses/urin

seperti ekskresi bilirubin

d. Metabolisme billirubin

Billirubin adalah pigmen yang penting berasal dari pemecahan

hemoglobin oleh sel-sel pada sistem retikuloendotetial yang

mencakup sel kufer dari hati. Hepatosit mengeluarkan billirubin dari

dalam darah dan melalui reaksi kimia mengubahnya lewat konjugasi

menjadi asam glukoronat yang membuat billirubin lebih dapat larut

didalam larutan encer. Billirubin terkonjugasi diekskresikan oleh

hepatosit kedalam kanalikulus empedu di dekatnya dan akirnya

dibawa dalam empedu ke duodenum.

Dalam usus halus, billirubin dikonversikan menjadi

urobillinogen yang sebagian akan diekskresikan kedalam feses dan

sebagian lagi diabsorsi lewat mukosa intestinal ke dalam darah portal,

sebagian besar dari urobillinogen yang diserap kembali ini

dikeluarkan oleh hepatosit dan di ekskresikan sekali lagi kedalam

9

Page 6: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

empedu (sirkulasi enterohepatik), sebagian urobillinogen memasuki

sirkulasi sistemik dan diekskresikan oleh ginjal kedalam hati.

Konsentrasi billirubin dalam darah meningkat jika terdapat

penyakit hati, bila aliran empedu terhalang (yaitu oleh batu empedu

dalam saluran empedu) atau bila terjadi penghancuran sel-sel darah

merah dan sebagai akibatnya urobillinogen tidat terdapat dalam hati

http://shirath.wordpress.com/2009/04/08/pengobatan-herbal-lever-sirosis/

10

Page 7: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

C. Etiologi

Hepatitis dapat disebabkan oleh :

1. Virus A, B, C, D, E

Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E

Metode

transmi-

sisi

Fekal-

oral,

Melalui

orang lain

Parenteral,

seksual,

perinatal

Parenteral,

jarang

seksual,

Orang ke

orang

perinatal

Parenteral,

perinatal,

memerluk

an

koninfeksi

dengan

tiipe B.

Fekal-

oral

Keparah

an

Tak

ikterik dan

asimtomat

ik

Parah Menyebar

luas, dapat

berkemba

ng sampai

kronik

Peningkat

an

insidankro

nik dan

gagal

hepar akut

Sama

dengan

Tipe D

Sumber

virus

Darah

Feses

Saliva

Darah

Saliva

Semen

Sekresi

Vagina

Terutama

melalui

darah

Melalui

darah

Darah

Feses

Saliva

11

Page 8: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

2. Alkohol : nekrosis dan peradangan pada parenkim hati dengan

peningkatan luekosit

3. Obat-obatan : asam glukoronat /asam asetat, elpicef, becombion,

kortikosteroid

4. Toksik : Acetaminophe, Chloroform, Carbon tetrachlorida

(Wong, 2001; 906)

D. Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh

infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia.

Unit fungsional dasar di hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki

suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar,

pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal

pada sel-sel hepar. Setelah lewat massanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak

dibuang dari tubuh oleh respon sisrem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar

baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami

hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan

peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya

perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini

dimanisfestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun

jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalah hati tetap

normal tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intra

12

Page 9: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

hepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan bilirubin tersebut di dalam

hati. Selain itu juga terjadi dalam konjugasi. Akibatnya bilirubin tidak

sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus karena terjadi retensi (akibat

kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum

mengalami konjugasi (bilirubin inderek), maupun bilirubin yang sudah

mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul di sini

terutama disebabkan karena kerusakan dalam pengangkutan, konjugasi dan

ekskresi bilirubin

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak

pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin

dapat di ekskresi dalam kemih, sehingga menimbulkan urin dan kemih

berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai

peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan

gatal-gatal dari ikterus (Smeltzer dan Bare, 2002;1150).

E. Manifiestasi Klinik

Tanda dan gejala hepatitis:

1. Fase pre ikterik

Keluhan tidak khas 2-7 hari, terjadi nafsu makan menurun

(pertama kali timbul) nausea, nyeri ulu hati, malaise, lekas capek

terutama pada sore hari, suhu meningkat sekitar 39ºC selama 2-5 hari,

pusing, dan gatal-gatal pada hepatitis B

13

Page 10: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

2. Fase ikterik

Urin seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu

tubuh diikuti bradikardi, ikterus pada kulit, dan sekret yang terus

meningkat pada 1 minggu, kemudian menetap dan baru berkurang

setelah 10-14 hari, lesu, lekas capek selama 1- 2 minggu.

3. Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa

sakit ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, warna urin normal,

penderita merasa segar namun lemas dan lekas capek (Masjoer, 2000;

525).

F. Penatalaksaan

1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat

mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak

pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatasan aktifitas fisik,

kecuali di berikan pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum

yang buruk

2. Obat-obatan

a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan

bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana

ada reaksi imun yang berlebih.

b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.

c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.

d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindarkan.

14

Page 11: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka

penekanan lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan

makanan dan air bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan

feses dari pasien yang terinfeksi secara aman, pemakain kateter, jarum

suntik dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi yang

penting. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV

sebelum diterima menjadi panel donor.

Pemantauan lanjutan pasien perlu dilihat 3-4 minggu setelah

pulang dari rumah sakit dan jika perlu kontrol setiap bulan selama 3 bulan

berturut-turut. Perhatian khusus perlu diberikan pada kekambuhan ikterus

dan pada ukuran hati dan limfa. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan adalah

billirubin, transaminase dan bertanda hepatitis B jika sebelumnya positif

(+). Latihan badan perlu dilakukan dalan batas-batas tidak terlalu

melelahkan, alkohol sebaiknya dihindari selama 6 bulan (bila mungkin 1

tahun), sebab konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan kekambuhan

soal makanan tak perlu dibatasi (Syaifoellah, 1996; 256).

G. Komplikasi

Komplikasi dari hepatitis yang sering dijumpai adalah perjalanan

penyakit yang memanjang hingga 4-8 bulan (hepatitis kronik persisten),

kekambuhan setelah serangan awal, adanya riwayat pemakaian obat-obatan

yang dapat menimbulkan kelainan kronik dan perkembangan karsinoma-

hepatoseluler (Prince. A, 1994 ; 443).

15

Page 12: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

Potensial komplikasi lain yaitu koma hepatikum, penurunan haluaran

urin, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan status mental,

hiperglikemi/hipoglikemi (Tucker, 1998).

H. Pengkajian

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya

kerusakan/gangguan hati (Doengoes, 2000; 534):

1. Aktivitas : Kelemahan, kelelahan, dan malaise.

2. Sirkulasi : Bradikardi, ikterik pada sklera kulit, dan

membran mukosa.

3. Eliminasi : Urine gelap dan diare feses warna tanah liat.

4. Makanan dan Cairan : Anoreksia,berat badan menurun, mual dan

muntah, peningkatan oedema, dan asites.

5. Neurosensori : Peka terhadap rangsang, cenderung tidur,

letargi,dan asteriksis.

6. Nyeri atau Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran

kanan, sakit kepala, dan gatal (pruritus).

7. Keamanan : Demam, urtikaria, eritema, splenomegali,

dan pembesaran nodus servikal posterior.

8. Seksualitas : Pola hidup / perilaku meningkat resiko

terpajan.

16

Page 13: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

9. Pemeriksaan diagnostik:

a. Test fungsi hati : Abnormal (4-10 kali normal) untuk

membedakan hepatitis virus dari non

virus.

b. SGOT / SGPT : Awalnya meningkat (dapat

meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik

kemudian tampak menurun).

c. Darah lengkap : Sel Darah Merah (SDM) menurun

karena penurunan masa hidup SDM

(gangguan fungsi hati).

Serum glutamic oxaloacetic transaminase/ serum glutamic piruvic t i

d. Diferensial darah lengkap : Lekositosis, monositosis dan sel

plasma.

e. Alkali fosfatase : Agak meningkat

f. Feses : Warna tanah liat (steatore/ penurunan

hati)

g. Albumin serum : Menurun

h. Gula darah : Hiperglikemi/hipoglikemi (gangguan

fungsi hati)

i. Anti HAV IgM : Positif (+) pada type A

( imuno globulin M virus hepatitis A)

j. HbsAg : Positif (+) pada type B/

(Hemaglobin Serum Aglutinin) negatif (-) pada type A

k. Massa profombin : Mungkin memanjang

17

Page 14: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

l. Billirubin serum : Diatas 2.5 mg/ 100 ml

m. Biopsi hati : Menunjukkan luasnya

nekrosis.

n. Scan hati : Mengetahuiberatnya

kerusakan

o. Parenkim Urinalisa : Peningkatan kadar billirubin,

protein/ hematuri

18

Page 15: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

I. Pathways Keperawatan

I. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,

perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, kegagalan masukan untuk

memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia ( Sumber : Doengoes, 2000; 536, Isslbacher, 2000; 1626 )

Pengaruh alcohol Virus Hepatitis, Toksin

Masuk dalam Tubuh

Inflamasi pada Hepar Metabolisme tubuh meningkat

Peregangan Kapsula hati

Leukosit meningkat Gangguan suplay darah normal

pada sel-sel hapar Hepatomegali

Hipertemi / peningkatan suhu tubuh

Kerusakan sel parenkim sel hati dan duktuli empedu

Perasaan tidak nyaman

Mendesak lambung

Nyeri Anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Mual muntah

Kekurangan cairan

Resiko tinggi kekurangan cairan Kerusakan sel parenkim, sel

hati & duktuli empedu intrahepatik

obstruksi Kerusakan konjugasi

Kerusakan sel ekskresi

Retensi bilirubin

Regurgitasi pada duktuli empedu intrahepatik

Bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus

hepatikus

Bilirubin direk meningkat

Ikterus Bilirubin direk

meningkat

Peningkatan garam empedu dalam darah

Akumulasi garam empedu dalam jaringan

Resiko tinggi kerusakan kulit / jaringan

Larut dalam air

Ekskresi kedalam kemih

Bilirubinuria dan kemih berwarna gelap

Gangguan metabolisme Karbohidrat, lemak dan

protein,

Glikogenesis menurun

Glukoneogesis menurun

Glukogen dalam hepar berkurang

Glikogenesis menurun

Hipoglikemi

Cepat lelah

keletihan

Intoleransi aktivitas

19

Page 16: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

Hasil yang diharapkan :

Menunjukkan peningkatan berat badan dan bebas dari tanda-tanda mal

nutrisi.

Intervensi :

a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan

Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan

b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi

sering dan tawarkan pagi paling sering

Rasional : Adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro

intestinal dan menurunkan kapasitasnya.

c. Pertahankan higien mulut yang baik sebelum makan dan sesudah

makan

Rasional : Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru

dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.

d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak

Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat

meningkatkan pemasukan.

e. Berikan diit tinggi kalori rendah lemak

Rasional: Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk

pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk

20

Page 17: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani

hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan mengalami inflamasi

hati

Hasil yang diharapkan :

Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak

meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

Intervensi :

a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat

digunakan untuk intensitas nyeri

Rasional : Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak

nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula

hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami

perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif

mengurangi nyeri.

b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri :

Akui adanya nyeri, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien

tentang nyerinya

Rasional : Klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi

pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri

c. Berikan informasi akurat: Jelaskan penyebab nyeritunjukkan berapa

lama nyeri akan berakhir, bila diketahui

21

Page 18: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

Rasional: Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui

penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan

(cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan

kurang/tidak terdapat penjelasan)

d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek

hepatotoksi

Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik

untuk mengurangi nyeri.

3. Hipertermi (peningkatan suhu badan) berhubungan dengan invasi agen

dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.

Hasil yang diharapkan :

Tidak terjadi peningkatan suhu

Intervensi :

a. Monitor tanda vital : suhu badan

Rasional : Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi

b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat

(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah

2,5-3 liter/hari.

Rasional Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang

memicu timbulnya dehidrasi.

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur.

22

Page 19: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

Rasional : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi

vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat

untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.

d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat

Rasional : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya

pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan

klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Intoreransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum dan penurunan

kekuatan otot

Hasil yang diharapkan :

Tidak terjadi keetihan dan bisa berakifitas sepeti bisanya

Intervensi :

a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu

Rasional : Dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan

klien cenderung lebih tenang.

b. Sarankan klien untuk tirah baring

Rasional : Tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan

sehingga metabolisme dapat digunakan untuk

penyembuhan penyakit.

c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,

kemampuan-kemampuan dan minat-minat

23

Page 20: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

Rasional : Memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-

kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan

pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting

d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu

puncak energi, waktu kelelahan, dan aktivitas yang berhubungan

dengan keletihan.

Rasional : Keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi

kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan.

e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif

(bersikap asertif dan menggunakan teknik relaksasi).

Rasional : Untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis.

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan

pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam

empedu.

Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit utuh dan penurunan pruritus.

Intervensi :

a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering : Sering

mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,

lanolin), Keringkan kulit, jaringan digosok.

Rasional : Kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan

merangsang ujung syaraf.

b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu

ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal.

24

Page 21: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

Rasional : Penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan

meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.

c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan

tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk.

Rasional : Penggantian merangsang pelepasan histamin, menghasilkan

lebih banyak pruritus.

d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin

Rasional : Pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban

kekeringan.

6. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan

berlebihan melalui muntah dan diare

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan hidrasi adekuat

Intervensi :

a. Awasi masukan dan haluaran

Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan pengertian/efek

terapi

b. Kaji tanda-tanda vital

Rasional : indikator volume sirkulasi/perkusi

c. Periksa asites atau pembentukan edema

Rasional : menurunkan kemungkinan perdarahan kedalam jaringan

d. Kalaborasi dalam pemberian obat

Rasional : memberikan cairan dan pengganti elektrolit

25

Page 22: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular

dari agen virus. hepatitis

Hasil yang diharapkan :

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Intervensi :

a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat

untuk menangani semua cairan tubuh : Cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen, gunakan sarung

tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh, tempatkan spuit

yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan

menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun

Rasional : Pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi

virus hepatitis

b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh

dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan

yang terkontaminasi.

Rasional : Teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak

dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit.

c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,

keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.

Rasional : Mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak

rantai transmisi infeksi.

26

Page 23: BAB II : KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-yeniasadom... · tersusun otot polos dan kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus

d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen

kesehatan yang tepat.

Rasional : Rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber

pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi.

(Crpenito, Lynda J: 1999, Doengoes, 2000)

27