paten duktus arteriosus
DESCRIPTION
paten duktus arteriosusTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG
Paten Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu
pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan
anak. Apabila tidak di operasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila
penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa
pasien tersebut mampu melalui seleksi alam. atau telah mengalami tindakan operasi
dini pada usia muda.
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan.
Adapun gejala paten ductus arteriosus pada bayi kadang-kadang terdapat
tanda-tanda gagal jantung, Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap,
paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas.
1
II. PEMBAHASAN
II. 1. DEFINISI
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak
menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
(Buku ajar Kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz &
Sowden, 2002 ; 375)
II. 2. EPIDEMIOLOGI
Penderita wanita melebihi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1. Kelainan ini
merupakan 7% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Penderita paten duktus
arteriosus sering dijumpai pada bayi prematur, insidensnya bertambah dengan
berkurangnya masa gestasi. Kurang lebih 40% bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 1500 gram dan yang menderita distres pernapasan akan menderita pula paten
duktus arteriosus. Pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram,
insidensnya mencapai 80%. Kejadian tersebut meningkat jika bayi menggunakan
ventilator. Paten duktus arteriosus murni juga lebih sering terjadi pada penderita
yang dilahirkan di daerah yang tinggi (pegunungan).
2
Penutupan duktus sesudah umur 1 tahun sangat jarang terjadi dan angka
rata-rata penutupan duktus adalah 0,6% pada dekade I-IV. Pada bayi prematur
sebagian besar paten duktus arteriosus dapat menutup spontan.
II. 3. SIRKULASI JANIN DAN NEONATUS
Sirkulasi Janin
Pada sirkulasi janin, ventrikel kanan dan kiri berlawanan
dengan sirkuit paralel neonatus dan dewasa. Pada janin, pertukaran
gas dan metabolit dilakukan oleh plasenta. Paru-paru tidak
memberikan pertukaran gas, dan pembuluh darah dalam sirkulasi
paru mengalami vasokonstriksi. Tiga bangunan kardiovaskuler yang
penting untuk mempertahankan sirkulasi paralel, yaitu : duktus
venosus, foramen ovale, duktus arteriosus.
Darah yang teroksigenasi yang kembali dari plasenta, dengan
PO2 sekitar 30-35mmHg mengalir ke janin melalui vena umbilikalis.
Sekitar 50% vena umbilikalis masuk ke sirkulasi hepatis, sedang
sisanya memintasi hati dan bergabung dengan vena kava inferior
melalui duktus venosus, tempat ia sebagian bercampur dengan darah
vena kava inferior yang kurang teroksigenasi yang berasal dari
bagian bawah tubuh janin.
Kombinasi tubuh bagian bawah ini ditambah dengan aliran
darah vena umbilikalis (PO2 sekitar 26-28 mmHg) masuk atrium
kanan dan diarahkan secara khusus melewati foramen ovale ke
atrium kiri. Kemudian darah mengalir ke dalam ventrikel kiri dan
dikeluarkan ke dalam aorta asendens. Darah vena kava superior
janin, yang sangat kurang teroksigenasi (PO2 12-14 mmHg), masuk
atrium kanan dan secara khusus melintasi trikuspidalis, bukannya
foramen ovale, dan mengalir terutama ke ventrikel kanan.
Dari ventrikel kanan darah ini diejeksikan ke dalam arteria
pulmonalis. Karena sirkulasi arteria pulmonalis vasokontriksi, hanya
sekitar 10% aliran keluar ventrikel kanan masuk paru-paru. Bagian
besar darah ini (yang mempunyai PO2 sekitar 18-22mmHg)
3
memintasi paru-paru dan mengalir melalui duktus arteriosus ke
dalam aorta desendens untuk terus ke bagian bawah janin juga untuk
kembali ke plasenta melalui dua arteri umbilikalis. Dengan
demikian, tubuh bagian atas janin (termasuk arteri koronaria dan
serebral, dan yang ke ekstremitas atas) dialiri hanya dari ventrikel
kiri dengan darah yang mempunyai PO2 sedikit lebih tinggi daripada
darah yang mengaliri bagian bawah tubuh janin, yang berasal
sebagian besar dari ventrikel kanan. Hanya sedikit volume darah
dari aorta asendens (10% dari curah jantung janin) mengalir
melewati isthmus aorta ke aorta desendens.
4
Gambar 1.1 Bagan sirkulasi manusia sebelum lahir. Bayangan hitam menunjukkan darah yang lebih teroksigenasi, dan panah menunjuk arah aliran
Curah jantung janin total-gabungan curah ventrikel (CV)
baik ventrikel kiri maupun kanan – berjumlah sekitar 450
ml/kg/men. Sekitar 65% aliran darah aorta desendens kembali ke
plasenta, sisanya 35% mengaliri organ-organ dan jaringan janin.
Selama kehidupan janin, ventrikel kanan tidak hanya memompa
melewati tekanan darah sistemik tetapi melakukan kerja dengan
volume yang lebih besar daripada ventrikel kiri.
Sirkulasi Peralihan
Saat lahir, pengembangan mekanik paru-paru dan kenaikan
PO2 arterial menyebabkan penurunan tahanan vaskuler pulmonal
cepat. Secara serentak, penghentian sirkulasi plasenta bertahanan
rendah mengakibatkan penambahan tahanan vaskuler sistemik.
Curah darah dari ventrikel kanan sekarang mengalir seluruhnya ke
dalam sirkulasi pulmonal, dan karena tahanan vaskuler pulmonal
lebih rendah daripada tahanan vaskuler sistemik, shunt melalui
duktus arteriosus berbalik dan menjadi dari kiri ke kanan. Selama
perjalanan beberapa hari, PO2 arterial yang tinggi mengkontriksi
duktus arteriosus dan ia menutup, akhirnya menjadi ligamentum
arteriosum. Kenaikan volume aliran darah pulmonal yang kembali
ke atrium kiri menaikkan volume dan tahanan atrium kiri cukup
untuk secara fungsional menutup foramen ovale.
Pengambilan plasenta dari sirkulasi juga menyebabkan
penutupan duktus venosus. Dengan demikian, dalam beberapa hari
peralihan, total dari sirkulasi paralel (janin) ke seri (dewasa) hampir
sempurna. Ventrikel kiri sekarang dirangkaikan dengan sirkulasi
sistemik tahanan tinggi, dan ketebalan dinding dan massanya mulai
bertambah. Sebaiknya, ventrikel kanan sekarang dirangkaikan
dengan sirkulasi pulmonal bertahanan rendah, dan ketebalan dinding
dan massanya sedikit berkurang. Ventrikel kiri, yang pada janin
memompa darah hanya pada bagian atas tubuh dan otak, sekarang
harus menghantarkan seluruh curah jantung sistemik (sekitar 35
ml/kg/men), penambahan curah hampir 200%. Kenaikan yang
5
mencolok pada pekerjaan ventrikel kiri ini dicapai melalui gabungan
isyarat hormonal dan metabolik, termasuk penambahan katekolamin
sirkulasi dan penambahan ditingkat reseptor miokardium
(adrenergik β) yang dipengaruhi oleh katekolamin.
Karena duktus arteriosus dan foramen ovale tidak menutup
sempurna pada saat lahir, mereka mungkin tetap terbuka pada lesi
jantung kongenital tertentu. Keterbukaan jalur janin ini dapat
memberikan jalur penyelamatan nyawa karena darah memintasi
defek kongenital (misal duktus paten pada atresia pulmonal atau
koarktasio aorta atau foramen ovale pada transposisi pembuluh-
pembuluh darah besar) atau dapat mendatangkan stres tambahan
pada sirkulasi (duktus arteriosus paten pada bayi prematur, jalur
shunt dari kanan ke kiri pada bayi dengan hipertensi pulmonal). Ahli
jantung telah menyediakan cara-cara farmakologis untuk
mempertahankan jalur janin ini (misal prostaglandin E) atau
mempercepat penutupannya (indometasin).
Sirkulasi Neonatus
Saat lahir, sirkulasi janin harus segera beradaptasi dengan
kehidupan ekstrauterin seperti pertukaran gas dipindahkan dari
plasenta ke paru-paru. Beberapa dari perubahan ini sebenarnya
spontan bersama dengan pernapasan pertama, dan yang lain
dipengaruhi selama beberapa jam atau beberapa hari. Sesudah pada
mulanya ada penurunan ringan pada tahanan darah sistemik,
kemudian ada kenaikan progresif dengan semakin bertambahnya
umur. Frekuensi jantung melambat sebagai akibat respons
baroreseptor pada kenaikan tahanan vaskuler sistemik bila sirkulasi
plasenta dihilangkan. Rata-rata tekanan aorta sentral pada neonatus
cukup bulan adalah 75/50mmHg.
Dengan mulainya ventilasi, penurunan tahanan vaskuler
pulmonal mencolok terjadi karena vasodilatasi aktif (terkait PO2)
maupun pasif (terkait-mekanik). Pada neonatus normal, penutupan
duktus arteriosus dan penurunan tahanan vaskuler pulmonal
menyebabkan penurunan tekanan arteria pulmonalis dan ventrikel
6
kanan. Penurunan yang besar tahanan pulmonal dari tingkat janin
yang tinggi ke tingkat “dewasa” yang rendah pada bayi manusia
setinggi permukaan laut biasannya terjadi pada hari 2-3 pertama,
tetapi dapat diperpanjang selama 7 hari atau lebih. Lewat umur
beberapa minggu pertama, tahanan vaskuler pulmonal bahkan
menurun lebih lanjut akibat perubahan bentuk vaskularisasi
pulmonal, meliputi penipisan otot polos vaskuler dan penambahan
pembuluh darah baru. Penurunan tahanan vaskuler pulmonal ini
secara bermakna mempengaruhi tanda klinis banyak lesi jantung
kongenital yang tergantung pada tahanan relatif vaskuler sistemik
dan pulmonal. Misalnya shunt dari kiri ke kanan melalui defek sekat
ventrikel mungkin minimal selama 1 minggu pertama sesudah lahir
ketika tahanan vaskuler pulmonal masih agak tinggi. Ketika tahanan
pulmonal menurun selama 1-2 minggu berikutnya, volume shunt
dari kiri ke kanan melalui VSD bertambah, akhirnya menimbulkan
gejala gagal jantung kongestif.
Perbedaan yang berarti antara sirkulasi neonatus dan
sirkulasi bayi yang lebih tua dapat diringkaskan sebagai berikut:
1. Shunt dari kanan ke kiri atau dari kiri ke kanan dapat
tetap melewati foramen ovale paten.
2. Bila ada penyakit kardiopulmonal, terbukanya diktus
arteriosus terus menerus dapat memungkinkan shunt dari
kiri ke kanan, kanan ke kiri, atau dua arah
3. Vaskuler pulmonal berkonstriksi lebih berat pada
responsnya terhadap hipoksemi, hiperkapnea, dan
asidosis
4. Ketebalan dinding dan massa otot ventrikel kiri dan
kanan neonatus hampir sama
5. Bayi neonatus pada waktu istirahat mempunyai konsumsi
oksigen relatif tinggi, yang merupakan akibat curah
jantung yang relatif tinggi. Curah jantung neonatus
(sekitar 350mL/kg/men) turun sesudah umur 2 bulan
pertama sampai 150mL/kg/men, kemudian turun lagi
secara perlahan-lahan sampai mencapai curah jantung
7
sekitar 75 mL/kg/men. Persentase hemoglobin janin yang
tinggi yang ada pada neonatus sebenarnya dapat
mengganggu penghantaran oksigen ke jaringan neonatus,
sehingga memerlukan penambahan curah jantung untuk
penghantaran oksigen yang cukup ke jaringan.
Foramen ovale secara fungsional tertutup pada umur 3 bulan.
Penutupan fungsional duktus arteriosus biasanya sempurna pada
usia 10-15 hari pada neonatus normal, walaupun duktus mungkin
tetap terbuka jauh lebih lama pada penyakit jantung kongenital
terutama yang disertai dengan sianosis. Pada bayi neonatus prematur
melemahnya bising sistolik dengan pengerasan akhir atau bising
kontinu mungkin dapat terdengar, dan dalam lingkungan sindrom
distres respirasi, adanya duktus arteriosus paten harus dipikirkan.
Duktus arteriosus normal berbeda secara morfologis dari
aorta dan arteria pulmonalis sebelahnya dalam hal duktus
mempunyai jumlah otot polos yang berarti yang tersusun secara
sirkuler pada tunika medianya. Selama kehidupan janin, terbukanya
duktus arteriosus tampak dipertahankan oleh gabungan pengaruh
relaksan tekanan oksigen rendah dan prostaglandin E2 (PGE2). Pada
neonatus cukup bulan, oksigen merupakan faktor pengendali
penutupan duktus yang paling penting. Bila PO2 darah yang lewat
melalui duktus mencapai sekitar 50 mmHg, dinding duktus
berkonstriksi; mekanisme konstriksi duktus yang diaktifkan oksigen
belum sepenuhnya dimengerti. Pengaruh oksigen pada otot polos
duktus mungkin langsung atau diperantarai oleh pengaruhnya pada
sintesis prostaglandin. Umur kehamilan juga tampak memainkan
peran penting; duktus bayi prematur kurang tanggap terhadap
oksigen, walaupun otot-ototnya berkembang.
II. 4. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
8
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
b. Ibu yang sering mengkonsumsi alkohol
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
II. 5. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi yang terjadi adalah :
1. Pirau dari kiri ke kanan, berakibat peningkatan aliran darah ke arteri
pulmonalis
2. Dilatasi atrium kiri peningkatan tekanan atrium kiri
3. Peningkatan volume (volume overload) ventrikel kiri
Derajat beratnya pirau kiri – kanan ditentukan oleh besarnya defek. Kecuali
pada yang non restriktif, pirau ditentukan oleh perbedaan relatif tahanan antara
sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru.
Peningkatan tekanan di atium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan
dapat memicu terjadinya pirau kiri ke kanan tambahan dari foramen ovale yang
teregang/ terbuka (stretched foramen ovale). (Bila volume di atrium kiri bertambah
tekanan bertambah septum inter atrium akan terdorong ke arah atrium kanan
foramen ovale teregang terbuka, disebut stretched foramen ovale ).
Pada saat janin/fetus, plasenta adalah sumber prostaglandin utama. Setelah
lahir, plasenta tidak ada. Paru-paru merupakan tempat metabolisme prostaglandin.
Dengan hilangnya plasenta, ditambah dengan semakin matangnya fungsi paru, maka
9
kadar prostaglandin neonatus akan segera menurun. Maka duktus akan mulai menutup
secara fungsional (konstriksi) dimulai dari sisi pulmonal. Penutupan duktus ini
dipengaruhi oleh kadar PaO2 ateri, prostaglandin, thromboksan.
Pada neonatus preterm, penutupan duktus terjadi lambat, karena
metabolisme/degradasi prostaglandin tidak sempurna disebabkan oleh fungsi paru
yang belum matang, dan sensitivitas terhadap duktus meningkat. Respons duktus
terhadap oksigen juga tidak baik. Sementara itu, dengan bertambahnnya umur,
tahanan vaskular paru akan menurun, maka pirau kiri ke kanan akan bertambah,
sehingga muncullah gejala.
Pada usia 2 minggu, duktus akan menutup secara anatomi dengan terjadinya
perubahan degeneratif dan timbulnya jaringan fibrotik, berubah menjadi ligamentum
arteriosum
II. 6. MANIFESTASI KLINIS
Biasannya tidak ada gejala akibat duktus arteriosus paten. Defek besar akan
menimbulkan gagal jantung kongestif yang serupa dengan gagal jantung kongestif
yang ditemukan pada bayi dengan VSD yang besar. Kemunduran pertumbuhan fisik
mungkin merupakan manifestasi utama pada bayi dengan shunt besar.
PDA besar akan menimbulkan tanda-tanda fisik yang mencolok yang dapat
dihubungkan pada tekanan nadi yang lebar, kebanyakan nadi arterial sangat
melambung. Jantung berukuran normal bila duktus kecil tetapi membesar sedang atau
sangan membesar pada kasus dengan komunikasi yang besar. Impuls apeks jelas, dan
pada pembesaran jantung, mengangkat. Getaran maksimalnya di sela iga 2 kiri, sering
ada dan dapat menjalar ke arah klavikula kiri, ke bawah linea para-sternalis kiri atau
ke arah apeks. Biasannya getarannya sistolik tetapi dapat juga diraba di seluruh siklus
jantung. Bising kontinu klasik telah beraneka ragam digambarkan berkualitas seperti
bising mesin, dengung gasing, atau gelegar guntur. Bising ini mulai segera sesudah
mulainya bunyi pertama, mencapai intensitas maksimal pada akhir sistole, dan
menyusut pada akhir diastole. Bising ini mungkin terlokalisasi di sela iga 2 kiri atau
menjalar ke bawah linea parasternalis kiri atau ke klavikula kiri. Bila ada kenaikan
tahanan vaskular pulmonal, komponen bising diastolik mungkin kurang jelas atau
10
tidak ada. Pada penderita dengan shunt dari kiri ke kanan yang besar, bising mid-
diastolik mitral, nada rendah mungkin dapat terdengar, karena penambahan volume
aliran darah yang melewati katup mitral.
Jika shuntdari kiri ke kanan kecil, elektrokardiogramnya normal; jika
duktus besar, ada hipertrofi ventrikel kiri atau biventrikular pada EKG. Diagnosis
PDA murni tidak terkomplikasi, tidak dapat dipertahankan bila ditemukan hipertrofi
ventrikel kanan.
Pemeriksaan Roentgenografi biasannya menunjukkan arteria pulmonalis
yang menonjol dengan corak vaskuler intrapulmonal bertambah. Besar jantung
tergantung pada derajat shunt dari kiri ke kanan; mungkin normal atau membesar
sedang atau sangat besar. Ruangan-ruangan yang terlibat adalah atrium dan ventrikel
kiri. Tonjolan aorta (aortic knob) normal atau menonjol.
Pandangan ekokardiografi ruang0ruang jantung normal jika duktus kecil.
Pada shunt besar, dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri bertambah. Ukuran atrium kiri
biasannya dihitung dengan membandingkan dengan ukuran akar aorta, dikenal
sebagai rasio Aki:Ao. Skening fosa suprasternal memungkinkan visualisasi duktus
langsung. Pemeriksaan Doppler akan menampakkan aliran turbulen retrograd
(membalik) sistolik dan/atau diastolik dalam arteria pulmonalis dan aliran retrograd
aorta pada diastole.
Gambaran klinis cukup khas untuk memberikan diagnosis yang tepat
dengan metode noninvasif pada kebanyakan penderita. Pada penderita dengan tanda-
tanda atipik, atau bila dicurigai disertai lesi jantung, kateterisasi jantung mungkin
terindikasi. Kateterisasi jantung menampakkan tekanan normal atau naik pada
ventrikel kanan dan arteria pulmonalis, tergantung pada ukuran duktus. Adanya darah
teroksigenisasi yang masuk ke dalam arteria pulmonalis memperkuat adanya shunt
dari kiri ke kanan. Sampel darah dari vena kava, atrium kanan, dan ventrikel kanan
seharusnya mempunyai kadar oksigen normal. Kateter dapat lewat dari arteria
pulmonalis melalui duktus ke dalam aorta desendens. Injeksi bahan kontras ke dalam
aorta asendens menunjukkan pengkeruhan arteria pulmonalis dari aorta dan
mengidentifikasi duktus.
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda
11
kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan
PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan
tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)
1. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling
nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
6. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
7. Apnea
8. Tachypnea
9. Nasal flaring
10. Retraksi dada
11. Hipoksemia
12. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
II. 7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto Thorax : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
2. Ekokardiografi : Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan
oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengeva-luasi
aliran darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar.
5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lainnya.
12
II. 8. DIAGNOSIS
Diagnosis PDA tidak terkomplikasis biasannya tidak sukar. Namun, ada
keadaan lain yang bila tidak ada sianosis, menimbulkan bising sistolik dan diastolik
pada daerah pulmonal dan harus dibedakan. Defek jendela aortikopulmonal jarang
tidak dapat dibedakan secara klinis dari duktus paten, walaupun pada kebanyakan
kasus bisingnya hanya sistolik dan terkeras di linea parasternalis kanan atas
bukannya di kiri. Serupa hal nya dengan aneurisma sinus valsava yang robek ke
dalam sisi kanan jantung atau arteria pulmonalis, fistula arterio venosa koroner, dan
arteria koronaria kiri yang menyimpang dengan kolateral yang masif dari koronaria
kanan yang memperlihatkan dinamika yang sama dengan bising PDA yaitu bising
kontinu dan tekanan nadi yang lebar. Kadang-kadang bising tidak maksimal di
daerah pulmonal tetapi terdengar sepanjang linea parasternalis kiri bawah. Trunkus
arteriosus dengan aliran pulmonal yang keras juga mempunyai fisiologi “kebocoran
aorta”. Stenosis cabang pulmonalis dapat dihubungkan dengan bising sistolik dan
diastolik, tetapi tekanan nadi akan normal. Fistula arteriovenosus perofer juga
menghasilkan tekanan nadi yang lebar, tetapi bising yang khas PDA tidak ada. VSD
dengan insufisiensi aorta serta kombinasi insufisiensi mitral dan airta reumatik dapat
teracungkan dengan PDA, tetapi bising harus dibedakan dengan sifar to-and-fronya
bukannya kontinunya. Kombinasi VSD besar dan PDA menghasilkan tanda-tanda
yang lebih seperti tanda-tanda pada VSD saja. Ekokardiografi harus dapat
menghapus kemungkinan diagnostik lain. Jika secara klinis dicurigai ada duktus
tetapi tidak tertampakkan pada eko, biasannya terindikasi kateterisasi jantung.
Radiografi dada dapat memberikan beberapa informasi bermanfaat. Uji
laboratorium umumnya tidak membantu dalam pemeriksaan paten ductus arteriosus
(PDA). Magnetic resonance angiography dan jantung computed tomography adalah
alternatif, lebih baru, peralatan diagnostik.
CBC dan panel metabolisme
Pemeriksaan sel darah lengkap (CBC) menghitung diferensial dan profil kimia
untuk menentukan kesehatan keseluruhan dari anak.
13
Namun, temuan biasanya dalam rentang referensi pada pasien dengan kondisi
ini. Polycythemia mungkin ada jika anak mengalami cacat jantung bawaan
lainnya.
Pulsa oksimetri / ABG
Pulsa oksimetri / Analisa gas darah arteri (ABG) menunjukkan saturasi normal
karena overcirculation paru. Sebuah ductus arteriosus besar dapat menyebabkan
hiperkarbia dan hipoksemia dari gagal jantung kongestif (CHF) dan penyakit
udara ruang (atelektasis atau intra-alveolar cairan / edema paru).
Dalam hal terjadi hipertensi arteri paru (PAH), kanan-ke-kiri intracardiac
shunting darah, hipoksemia, sianosis, dan asidemia mungkin ada.
Ekokardiografi Doppler
Dilatasi atrium kiri (perbandingan dengan aorta lebih dari 1,2)Echocardiography
adalah studi diagnostik utama yang digunakan untuk mengevaluasi dan
mendiagnosa patent ductus arteriosus (PDA).
Temuan echocardiographic biasanya diagnostik untuk patent ductus arteriosus
(PDA). Aliran kecepatan tinggi dari aliran turbulen pada arteri paru dapat
diandalkan terdeteksi oleh warna aliran Doppler imaging, teknik ini sensitif
dalam mendeteksi bahkan PDA kecil. Mengandalkan teknik pencitraan alternatif
untuk membuat diagnosis dari kondisi ini adalah tidak biasa. Selain itu,
ekokardiografi memberikan informasi diagnostik yang penting tentang
malformasi terkait kardiovaskular bawaan.
Dengan ekokardiografi 2-dimensi (2-D), akhir aorta dari patent ductus arteriosus
(PDA) terlokalisir pertama, dan kemudian dilacak kembali ke arteri pulmonalis.
Justru mendokumentasikan ukuran, bentuk, dan tentu saja dari ductus sulit.
Patent ductus arteriosus (PDA) dapat dilihat paling mudah dalam tampilan
sumbu parasternal pendek dan dari takik suprasternal. Paten klasik ductus
arteriosus (PDA) menghubungkan persimpangan arteri paru-paru utama dan
arteri paru-paru kiri dengan aorta tepat di bawah dan sebaliknya arteri subklavia
kiri.
Jika tidak ada kelainan lain, Doppler echocardiography mengungkapkan aliran
kontinu dari aorta ke arteri pulmonalis utama. Jika besarnya shunt kiri ke kanan
besar, aliran lanjutan sekitar lengkung aorta ke dalam duktus arteriosus dalam
diastole dan pembalikan arus dalam aorta desendens jelas. Juga, tingkat variabel
aliran kontinu di arteri paru cabang terkait dengan besarnya shunt yang diamati.
Sebagai meningkat shunt besarnya, aliran meningkat di pembuluh darah paru
jelas dan membesar atrium kiri. Dengan patent ductus kecil atau berukuran
14
sedang arteriosus (PDA), ukuran ventrikel kiri seringkali normal, tetapi dengan
meningkatnya besarnya shunt, ukuran ventrikel kiri diastolik juga meningkat.
(Qp / Qs dapat dihitung dengan menggunakan kecepatan Doppler dan ventrikel
kiri / kanan ventrikel (LV / RV) keluar dimensi saluran.)
Salah satu penelitian menilai warna Doppler diameter internal dari PDA dan
pola aliran Doppler berdenyut di 197 Echocardiograms dari 104 bayi (usia
kehamilan <31 minggu). Data mencatat bahwa sementara diameter duktus
sangat bervariasi, itu bermakna dikaitkan dengan pola aliran. Karena hasil dari 2
metode dapat menghasilkan keputusan pengobatan yang berbeda, penggunaan
kedua parameter echocardiographic mungkin dapat membantu dalam mengelola
bayi prematur dengan PDA.
Radiografi Dada
Jantung membesar, vaskularisasi ke paru-paru meningkat. PDA kecil tidak ada
perubahan gambaran foto dada
Temuan radiografi dada berkisar dari normal dengan yang konsisten untuk gagal
jantung kongestif (CHF).
Cardiomegaly mungkin ada dengan atau tanpa CHF.
Jika signifikan kiri ke kanan shunt melalui patent ductus arteriosus (PDA) hadir,
arteri paru, pembuluh darah paru, atrium kiri dan ventrikel kiri membesar pada
film dada.
Aorta asendens mungkin menonjol.
Biasanya temuan foto toraks normal sampai besarnya rasio paru untuk sirkulasi
sistemik (QP / Kontrol Kualitas) melebihi 2:1.
Segmen arteri utama paru menojol adalah tanda awal peningkatan tekanan arteri
paru dan aliran. Dengan overcirculation paru yang ditandai, edema paru dapat
terjadi. Ditekankan perifer tanda vaskular paru dan peningkatan tanda-tanda
vena pulmonal dapat dicatat. Pada individu tua, patent ductus arteriosus (PDA)
dapat mengapur dan mungkin terlihat pada radiograf standar.
Penelitian telah menunjukkan bahwa radiografi dada telah membatasi nilai
prediksi dalam menentukan bayi akan mendapatkan keuntungan dari ligasi
Elektrokardiografi
Patent ductus arteriosus kecil temuan elektrokardiografi biasanya normal.
Hipertrofi ventrikel kiri dapat hterjadi pada PDA yang lebih besar. Pembesaran
atrium kiri juga dapat hadir dengan pirau yang besar. Dengan adanya hipertensi
pulmonal yang signifikan, mungkin ada bukti adanya hipertropi ventrikel kanan.
Pada neonatus, terutama neonatus prematur dengan patent ductus arteriosus
besar (PDA), T-gelombang inversi dan depresi segmen ST dapat hadir,
15
menunjukkan iskemia atau ketidaksesuaian penawaran-permintaan. Hal ini
diduga terkait dengan kerja miokard meningkat karena shunt kiri ke kanan dan
overcirculation paru dalam menghadapi aorta koroner rendah dan tekanan darah
diastolik karena limpasan darah dari aorta ke arteri paru.
Kateterisasi Jantung dan Angiography
Kateterisasi jantung dan angiografi tidak diindikasikan untuk paten ductus
arteriosus yang tidak rumit. Pemetaan warna-flow Doppler lebih sensitif
dibandingkan kateterisasi jantung dalam mendeteksi paten kecil ductus
arteriosus (PDA). Namun, kateterisasi jantung mungkin diperlukan untuk
konfirmasi diagnosis klinis pada anak dengan hipertensi paru dan / atau
berhubungan malformasi kardiovaskular bawaan; respon terhadap vasodilator
pulmonal dapat menjadi penting dalam perencanaan intervensi operatif.
Kateterisasi jantung dapat digunakan sebagai prosedur terapi untuk embolisasi
koil / occluder dan untuk menunjukkan hal berikut: • Shunt, Jumlah shunt,
Tekanan paru dankelainan jantung lainnnya
Selama kateterisasi jantung kanan, saturasi oksigen diukur meningkat pada
arteri paru, kecuali pada sindrom Eisenmenger. Shunt (Qp / Qs) dan resistensi
pembuluh darah paru (PVR) dapat dihitung untuk menentukan ukuran dari
ductus dan adanya patologi vaskuler paru. Step-up oxygen di tingkat arteria
pulmonalis. dan kateter bisa masuk dari arteria pulmonalis ke aorta desendens
atau distal dari arteria subklavia
Angiokardiografi (Aortogram) :
Bayangan radioopaque yang menghubungkan arteri pulnonalis dan aorta
desendens.
Selektif angiografi adalah alat untuk menentukan keberadaan dan ukuran
duktus. Angiografi juga digunakan untuk mendefinisikan anatomi intracardiac
ketika cacat lainnya yang dicurigai.
II. 9. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Penderita dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan tidak atau sedikit
bergejala jantung, namun manifestasi lambat dapat terjadi. Penutupan spontan duktus
sesudah masa bayi sangat jarang. Gagal jantung kongestif paling sering terjadi pada
awal masa bayi bila ada duktus besar tetapi dapat terjadi pada kehidupan akhir
16
walaupun dengan komunikasi ukuran sedang. Beban volume ventrikel kiri yang lama
semakin tua kurang ditoleransi dengan baik.
Endokarditis infeksius dapat ditemukan pada setiap usia. Emboli pulmonal
atau sistemik dapat terjadi. Komplikasi yang jarang meliputi dilatasi aneurisma arteria
pulmonalis atau duktus, kalsifikasi duktus, trombosis noninfeksius duktus dengan
embolisasi, dan emboli paradiks. Hipertensi pulmonal ( sindrom Eisenmenger)
biasannya terjadi pada penderita dengn PDA besar yang tidak mengalami penanganan
pembedahan.
II. 10. PENANGANAN
Tanpa memandang umur, penderita dengan PDA memerlukan penutupan
dengan pembedahan. Pada penderita dengan PDA kecil, kebijaksanaan untuk menutup
adalah mencegah endarteritis atau kompllikasi lambat lain. Pada penderita denga PDA
sedang sampai besar, penutupan diselesaikan untuk menangani gagal jantung
kongestif, dan/atau mencegah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis
PDA ditegakkan, penanganan bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal
jantung kongestif telah dilakukan dengan cukup.
Karena angka kematian kasus dengan penganan bedah sangat kecil kurang
dari 1% dan risiko tanpa pembedahan lebih besar, pengikatan dan pemotongan duktus
terindikasi pada penderita yang tidak bergejala, lebih disukai sebelum umur 1 tahun.
Hipertensi pulmonal bukan merupakan kontraindikasi untuk operasi pada setiap umurt
jika dapat diperagakan pada kateterisasi jantung bahwa aliran shunt masih dominan
dari kiri ke kanan dan bahwa tidak ada penyakit vaskuler pulmonal yang berat.
Sesudah penutupan, gejala-gejala gagal jantung yang jelas atau yang baru
dengan cepat menghilang. Biasannya ada perbaikan segera pada perkembangan fisik
bayi yang telah gagal tumbuh. Nadi dan tekanan darah kembali normal, dan bising
seperti mesin (machinery like) menghilang. Bising sistolik fungsional pada daerah
pulmonal kadang-kadang dapat menetap, bising ini mungkin menggambarkan
turbulen pada arteria pulmoalis yang tetap dilatasi. Tanda-tanda roentgenografi
pembesaran jantung sirkulasi pulmonal berlebih akan menghilang selama beberapa
bulan dan elektrokardiogram menjadi normal.
17
Penutupan transkateter pada laboratorium kateterisasi jantung dengan
menggunakan penyumbat Teflon, dan payung penutup, atau gulungan (coil)
intravaskuler telah digunakan secara berhasil oada senter terpilih dan menghilangkan
risiko pembedahan. Pendekatan yang relatif baru mencakup penggunaan teknik
pembedahan thorakoskopi untuk mengikat duktus tanpa perlu melakukan
thorakostomi lateral yang besar.
Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan :
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis
dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin
(inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian
antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
III. KESIMPULAN
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin
yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus
18
tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus
Persisten.
Penderita wanita melebihi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1. Kelainan ini
merupakan 7% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Penderita paten duktus arteriosus sering
dijumpai pada bayi prematur, insidensnya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi.
Kurang lebih 40% bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram dan yang menderita
distres pernapasan akan menderita pula paten duktus arteriosus. Pada bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 1000 gram, insidensnya mencapai 80%.
Perbedaan yang berarti antara sirkulasi neonatus dan sirkulasi bayi yang lebih tua:
Shunt dari kanan ke kiri atau dari kiri ke kanan dapat tetap melewati foramen ovale paten.
Bila ada penyakit kardiopulmonal, terbukanya diktus arteriosus terus menerus dapat
memungkinkan shunt dari kiri ke kanan, kanan ke kiri, atau dua arah, Vaskuler pulmonal
berkonstriksi lebih berat pada responsnya terhadap hipoksemi, hiperkapnea, dan asidosis,
ketebalan dinding dan massa otot ventrikel kiri dan kanan neonatus hampir sama, bayi
neonatus pada waktu istirahat mempunyai konsumsi oksigen relatif tinggi, yang merupakan
akibat curah jantung yang relatif tinggi. Foramen ovale secara fungsional tertutup pada umur
3 bulan. Penutupan fungsional duktus arteriosus biasanya sempurna pada usia 10-15 hari
pada neonatus normal.
Manifestasi klinis penyakit PDA adalah : Kadang-kadang terdapat tanda-tanda
gagal jantung, machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas), tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi
menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg), takhikardia
(denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik, resiko endokarditis dan obstruksi
pembuluh darah pulmonal, infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah, apnea, tachypnea,
nasal flaring, retraksi dada, hipoksemia, peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan
dengan masalah paru).
Pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnostik PDA dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu: elektrokardiografi, doppler, ekokardiogram, angiografi.
Beberapa contoh diagnosis banding PDA yaitu gagal jantung kongestif dan
endokarditis infeksius.
Penatalaksanaan kasus PDA dapat dilakukan dengan cara pembedahan.
19
III. DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Kliegman, Arvin. Editor: Prof. DR. dr. A. Samik Wahab, SpA. Nelson.
Ilmu Kesehatan Anak. Ed 5. Vol.2. Jakarta. EGC ; 2000 ; 1568-1570; 1582-1584.
20
2. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita. Jakarta. 2001 ; 109.
3. Sastroasmoro Sudigdo, Madiyono Bambang. Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta.
IDAI : 1994 ; 214-221.
4. Sadler T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta . EGC ; 2000 ; 217-218.
21