bab ii konsep dasar a....
TRANSCRIPT
7
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam
membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran,
perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan
maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam
membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar
dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara
fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan proses pikir yang logis,
membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta
mengevaluasinya secara akurat (Nasution,2003).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang
diperkarai secara internal atau eksternal disertai dengan sesuatu pengurangan
berlebihan-lebihan. Distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus
(Townsend MS, 1998).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikankan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, sesuatu penerapan
panca indera tanpa rangsang dari luar (Maramis, 1998) sesuatu pernyataan
yang dialami seperti sesuatu persepsi melalui panca indera melalui stimulasi
eksternal, persepsi palsu (Lubis, 1993).
7 7
8
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau
mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya
rangsang apapun (Maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan
tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi
pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya
suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
B. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan
persepsi maladaptif. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
9
yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman,
pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon
tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan
persensiv yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang
tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan
terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,
rentang respon tersebut sebagai berikut:
Gambar 1. Rentang Respon Halusinasi (Stuart & Laraia 2005).
Gambar 1. Rentang Respon Halusinasi (Stuart & Laraia, 2005)
C. Fase - Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan
keparahan (Stuart & Laraia, 2005) membagi halusinasi klien mengendalikan
dirinya semakin berat fase halusinasinya. Klien semakin berat mengalami
Adaptif Maladaptif
Respon Adaptif
- Respon logis
- Persepsi akurat
- Perilaku sesuai
- Emosi sosial
Distorsi pikiran
- Distorsi pikiran
- Perilaku aneh /
tidak sesuai
- Menarik diri
- Emosi berlebihan
Gejala pikiran
- Delusi halusinasi
- Perilaku diorganisasi
- Sulit berespon
dengan pengalaman
10
ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam
tabel.
Tabel 1 Fase-fase Halusinasi (Stuart & Laraia, 2005)
Halusinasi Karakteristik Perilaku klien
FASE 1
Comforting
ansietas sebagai
halusinasi
menyenangkan
Klien mengalami perasaan seperti
ansietas, kesepian, rasa bersalah
dan takut mencoba untuk befokus
pada pikiran menyenangkan untuk
meredakan ansietas individu
mengenal bahwa pikiran-pikiran
dan pengalaman sensor berada
dalam kondisi kesadaran jika
ansietas dapat ditangani psikotik
Tersenyum dan tertawa tidak
sesuai menggerakan bibir tanpa
suara menggerakan mata yang
cepat dan respon verbal yang
lambat jika
sedang asik sendiri meningkat
tanda-tanda sarat otonomi
FASE II
Condemning ansietas
berat halusinasi
memberatkan
Pengalaman sensasi menjijikan dan
menakutkan, klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba
untuk mengambil jaraknya dengan
sumber yang dipersepsikan klien
mengkin mengalami diperlukan /
pengamalan sensori dan menarik
diri dari orang lain, psikotik ringan
Ansietas seperti peningkatan
denyut jantung pernafasan dan
tekanan darah, rentang perhatian
menyempit asik dengan
penglaman sensori dan kehilangan
kemampuan membedakan
halusinasi dan realita
FASE III
Controling
ansietas berat
pengalamn sensori
menjadi berkuasa
Klien berhenti menghentikan
perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasinya
menjadi menarik, klien mengalami
pengalaman kesepian jika sensori
halusinasinya berhenti psikotik
Kemampuan dikendalikan
halusinasi akan lebih ditakuti,
kerusakan berhubungan dengan
orang lain, rentang perhatian
hanya beberapa detik / menit
adanya tanda-tanda fisik ansietas
berat berkeringat, tremor, tidak
mampu memahami peraturan.
FASE IV
Conquering / panik
Umumnya menjadi
lezat dalam
halusinasinya
Pengalaman sensori menjadi
mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi berakhir dari
beberapa jam / hari jika intervensi
terapeutik psikoti berat.
Perilaku tremor akibat panik,
potensi kuat suicida / nomicide
aktifitas merefleksikan halusinasi
perilaku isi, seperti kekerasan,
agitas menarik diri, tidak mampu
merespon terhadap perintah, yang
11
komplek tidak mampu berespon
lebih dari satu orang.
D. Etiologi
1. Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada respon
munculnya neurobiologi seperti halusinasi antara lain : ( Rasmun, 2001)
a. Faktor Genetik
Setelah diketahui secara genetik bahwa skizofrenia di turunkan
melalui kromosom-kromosom namun demikian yang beberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada kromosom no 6
dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8, 15, dan 22 (Carpenter,
2002) anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia
sementara dizigot peluangnya sebesar 15%, orang anak yang salah
satunya orang tua yang mengalami skizofrenia, sementara bila kedua
orang tuanya skizofrenia maka peluangnya mencapai 35%.
b. Faktor Neurologi
Kortek pre frontal dan kortek limbik pada klien skizofrenia tidak
pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia
terjadi penurunan volume-volume dan fungsi otak yang abnormal.
12
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal khususnya dopamine,
serotonine dan glutamate.
c. Study Neurotransmitter
Skizofrenia juga di sebabkan adanya kehidupan seimbang
neurotransmitter dopamine berlebihan tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
d. Psikologi
Beberapa kondisi psikologi yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia misalnya anak diperlakukan oleh ibu yang pencemas,
terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara yang
mengambil jarak dengannya.
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetusnya adalah:
a. Berlebihnya sistem informasi pada syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus frontal otak.
b. Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu (mekanisme
abnormal).
c. Gejala-gejala seperti kondisi kesehatan,lingkungan,sikap dan perilaku.
Akibat dari masalah halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain,
dan lingkungan, yang ditandai dengan pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi, kadang memaksakan kehendak, muka merah, berdebat.
Mekanisme koping; klien dengan halusinasi terjadi pengembangan non
13
realita, kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap psiko klien
untuk melakukan perilaku mal adaptif (Stuart dan Laraia, 2001)
E. Manifestasi Klinik
Menurut Keliat (1998), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin
muncul yaitu:
1. Bicara, senyum dan tersenyum sendiri.
2. Menarik diri dan menghindari orang lain.
3. Tak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
4. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
6. Takut
7. Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya
sesuai.
Tabel 2 : Karakteristik Halusinasi (Stuart and Laraia 2003)
Jenis halusinasi Karakteristik
Pendengaran
Penglihatan
Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering suara kata yang
jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar karton dan atau panorama yang luas dan komplek.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan /sesuatu yang
menakutkan seperti monster.
14
Penciuman
Pengecapan
Perabaan
Canesthetic
Klinestetic
Membau bau-bau seperti bau darah, urine, feses umumnya bau-bau
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya sering
akibat stroke, tumor, kejang / dimensia.
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, feses.
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena (arteri),
pencernaan makanan.
Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.
F. Masalah Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan.
2. Perubahan Persepsi sensori halusinasi.
3. Isolasi sosial : menarik diri.
4. Harga Diri Rendah
G. Pohon Masalah
(Keliat, 2006)
Perilaku Kekerasan.
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Isolasi Sosial: Menarik Diri
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Core Problem
15
H. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar
3. Isolasi sosial : Menarik diri
4. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah (Keliat, 2006)
16
I. Psikopatologi
Etiologi : - Konflik - Stress psikologik - Hubungan antar manusia yang
mengecewakan - Ketidakseimbangan neurotransmiter - Faktor genetik - Virus influenza pada trimester ke 3
Skizofrenia
Alogia
Perasaan malu terhadap diri sendiri
Mengkritik diri
Harga Diri Rendah
Menarik diri
Kurangnya keterampilan berhubungan sosial
Gejala positif
Persepsi pikiran untuk perilaku yang tidak biasa
secara menonjol
Bicara senyum sendiri
Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata
Halusinasi : Dengar
Resiko Perilaku Kekerasan
Akibat
Delusi
Pikiran dan pembicaraan kacau Perilakukatatonik
Gejala negatif
Kurangnya dorongan untuk beraktivitas
Afek Datar
Tidak mampu mengekspresikan emosi pada wajah & perilaku
Penyebab I
Pre okupasi dengan pikiran sendiri
Apatis
Kurang spontan
Penyebab II
Core Problem
17
J. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan Tgl No. DX
Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
Rasional TT
1 Perilaku kekerasan Setelah 4x interaksi klien menunjukkan : 1. Tanda – tanda percaya kepada
perawat : a) Wajah cerah, tersenyum b) Mau berkenalan c) Ada kontak mata d) Bersedia menceritakan
perasaan
1. Bina hubungan saling percaya
a) Beri salam setiap berinteraksi
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi
c) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
d) Tunjukkan sikap empati,
jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
e) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
a) Menciptaka tras pada klien b) Tak kenal maka tak sayang
c) Agar lebih akrap dalam menyapa klien
d) Mewujudkan percaya pada
klien e) Memvalidasi perasaan klien
2. Klien dapat menceritakan penyebab perilaku kekerasan a) Menceritakan penyebab
perasaan jengkel / kesal baik dari diri sendiri maupung lingkungannya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan : a) Motivasi klien untuk
menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya
b) Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan ps
a) Mengungkapkan perasaan klien
b) Memperhatikan klien `
17
18
3. Klien dapat menceritakan tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan a) Tanda fisik : mata merah,
tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain
b) Tanda emosional : perasaan marah, jengkel, bicara kasar
c) Tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan a) Motivasi klien menceritakan
kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi
b) Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional) saat terjadi perilaku kekerasan
c) Motivasi klien menceritakan hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial)
a) Mengusahakan klien mau
bercerita
b) Menguasahakan klien mau bercerita
c) Mengusahakan klien mau bercerita
4. Klien dapat menjelaskan : a) Jenis-jenis ekspresi
kemarahan yang selama ini telah dilakukannya
b) Perasaannya saat melakukan kekerasan
c) Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah
4) Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya a) Motivasi klien menceritakan
jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya
b) Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi
c) Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi
a) Memberikan kesempatan
pada klien untuk bercerita
b) Mengetahui bagaimana perasaa klien etelah melakukan tindak kekerasan
c) Klien dapat memilah mana
yang benar dan yang salah
`
18
19
5. Klien dapat menjelaskan akibat
perilaku kekerasan a) Diri sendiri : luka, dijauhi
teman, dll b) Orang lain / keluarga : luka,
tersinggungu, ketakutan, dll c) Lingkungan : barang atau
benda rusak, dll
5) Klien dapat megidentifikasi akibat perilak`u kekerasan a) Diri sendiri
b) Orang lain / keluarga c) Lingkungan
Mengetahui akibat dari perilaku kekerasan
6. Klien dapat : Menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan : Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah : - Cara fisik : nafas dalam,
pukul bantalk atau kasur, olah raga
- Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain
- Sosial : latihan asertif dengan orang lain
- Spiritual : sembahyang / doa, zikir, meditasi, dsb sesuai keyakinan agamanya masing-masing
Klien tahu cara untuk mengungkapkan marah
7. Klien dapat memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan a) Fisik : nafas dalam,
memukul bantal / kasur
7) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan Latih klien memperagakan cara yang dipilih :
Klien dapat mendemonstrasikan cara yang dipilih
``
19
20
b) Verbal : mengungkapkan
perasaan kesal / jengkel pada orang lain tanpa menyakiti
c) Spiritual : zikir / doa, meditasi sesuai agamanya
Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih
Jelaskan manfaat cara tersebut
Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
8. Perawat dapat melakukan petemuan dengan keluarga a) Menjelaskan cara merawat
klien dengan perilaku kekerasan
d) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
8) Klien mendapat dukungan keluarga untuk megontrol perilaku kekerasan : a) Diskusikan pentingnya
peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan
b) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekekarasan
c) Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien
d) Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)
a) Agar keluarga klien tahu pendukung nutuk klien itu sangat penting
20
21
` e) Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan ulang
f) Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
9. Klien dapat menjelaskan : a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama obat d) Bentuk dan warna obat e) Dosis yang dberikan
epadanya f) Waktu pemakaian g) Cara pemakaian h) Efek yang dirasakan
9) Klien menggunakan obat sesuai program yag telah ditetapkan: a) Jenis obat (nama, warna
dan bentuk obat) b) Dosis yang tepat untuk
klien c) Waktu pemakaian d) Cara pemakaian e) Efek yang dirasakan klien Anjurkan klien : a) Minta dan menggunakan
obat tepat waktu b) Lapor ke perawat / dokter
jika mengalami efek yang tidak biasa
c) Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat
Agar klien mau minum obat secara teratur dan tahu mengenai dosis, jeis obat, waktu pemakaian dan cara pemakaian
`
21
22
2 Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Setelah 4x interaksi klien menunjukkan : 1. Tanda – tanda percaya kepada
perawat : a) Ekspresi wajah bersahabat b) Menunjukkan rasa senang c) Ada kontak mata d) Mau berjabat tangan e) Mau menyebutkan nama f) Mau duduk berdampingan
dengan perawat g) Bersedia mengngkapkan
masalah yang dihadapi
1. Bina hubungan saling percaya
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
c) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
a) Menciptakan tras pada klien b) Tak kenal maka tak saying c) Mewujudkan rasa percaya pada
klien
d) Tanyakan perasaan klien danmasalah yang dihadapi klien
e) Dengarkan dengan penuh perhatian
d) Memvalidasi perasaan klien e) Memperhatikan perasaan kilen
2. Klien dapat menyebutkan : a) Isi b) Waktu c) Frekuensi d) Situasi dan kondisi yang
menimbulkan halusinasi
2. Klien dapat menyebutkan a) Mengetahui jenis halusinasi b) Mengetahui isi,
waktu,frekuensi halusinasi c) Mengetahui situasi dan
kondisi yang menimbulkan halusinai
Klien dapat menceritakan mengenai halusinasinya
3. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya di lakukan untuk mengendalikan halusiasi
3.Klien dapat mengontrol halusinasinya a) Identifikasi bersama klien
cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
Klien dapat mengidentifikasikan cara yang harus dilakukan jika terjadi halusinasi
22
23
halusinasi
4. Klien dapat menyebutkan cara kontrol halisinasi
4. Diskuikan cara yang diinginkan klien : a) Jika cara yang digunakan
adaptif beri pujian b) Jika cara yang digunakan
mal adaptif dikusikan cara tersebut
a) Memberi reinforcement positif
b) Memberikan cara yang terbaik untuk klien
5. Klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi
5. Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi : a) Katakan pada diri sendiri
bahwa suara itu tidak nyata b) Bantu klien memillih cara
yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya
c) Beri keempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih
d) Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatuh, jika berhasil beri pujian
Memberitahukan cara terbaru pada klien cara memutus halusinasi
6. Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat
6. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi a) Buat kontrak dengan
keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat, topik )
b) Diskusikan dengan keluarga tentang : • Pengertian halusinasi
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien
b) Agar keluarga tahu mengenai sakit yang diderita klien
23
24
• Tanda dan gejala halusinasi
• Isi halusinasi • Waktu halusinasi • Frekuensi halusinasi • Situasi terjadinya
halusinasi. • dll
7. Klien dapat menyebutkan
a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna, dosi, efek
terapi dan efek samping
7. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosi, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat a) Pantau klien saat
penggunaan obat b) Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan benar
c) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Agar klie mau minum obat dengan tepat
3 Isolasi Sosial : Menarik Diri
Setelah 4x interaksi klien menunjukkan : 1. Tanda – tanda percaya kepada
perawat : a) Wajah cerah, tersenyum b) Mau berkenalan c) Ada kontak mata
1. Bina hubungan saling percaya a) Beri salam setiap
berinteraksi b) Perkenalkan nama, nama
panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi
c) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
24
25
2. Klien mampu menyebutkan
minimal satu penyebab menarik diri a) Diri sendiri b) Orang lain c) Lingkungan
2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri : Tanyakan pada klien tentang :
a) Orang yang tinggal serumah / teman sekamar
b) Orang yang paling dekat dengan klien dirumah / diruangan
c) Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah / diruang perawatan
d) Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
e) Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri a) Banyak teman b) Tidak kesepian c) Bisa berdiskusi d) Saling menolong Kerugian menarik diri, misalnya : a) Sendiri b) Kesepian e) Tidak bisa diskusi
3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri. Tanyakan pada klien tentang : a) Manfaat hubungan sosial b) Kerugian menarik diri
25
26
4. Klien dapat melaksanakan
hubungan sosial secara bertahap dengan : a) Perawat b) Perawat lain c) Klien lain d) Kelompok lain
2. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial ecara ecara bertahap. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan: a) Perawat lain b) Klien lain c) Kelompok
5. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : a) Orang lain b) Kelompok
5. Klien mampu menjelaskan perasaanya setelah berhubungan sosial dengan : a) Orang lain b) Kelompok
6. Perawat dapat bertemu dengan keluarga dan dapat menjelaskan : a) Pengertian menarik diri b) Tanda dan gejala menarik
diri c) Penyebab dan akibat
menarik diri d) Cara merawat klien menarik
diri
6) Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial Jelaskan pada keluarga tentang: a) Pengertian menarik diri b) Tanda dan gejala menarik
diri c) Penyebab dan akibat
menarik diri d) Cara merawat klien menarik
diri
26
27
7. Klien dapat menyebutkan
a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna, dosis, efek
terapi dan efek samping obat
7. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
3 Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Setelah 4x interaksi klien menunjukkan : 1 Klien menunjukkan ekspresi
wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
1. Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik a) Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji
2. Klien dapat menyebutkan a) Aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki klien
b) Aspek positif keluarga c) Aspek positif lingkungan
klien
2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki Diskusikan dengan klien tentang : a) Aspek positif yang dimiliki
klien, keluarga, lingkungan b) Kemampuan yang dimiliki
klien
3. Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan a) Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dapat
27
28
dilaksanakan b) Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya
4. Klien membuat rencana
kegiatan harian
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien a) Kegiatan mandiri b) Kegiatan dengan bantuan
5. Klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat a) Anjurkan klien untuk
melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
b) Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
c) Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
d) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
6. Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada a) Beri pendidikan kesehatan
pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
28
29
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
29
30
K. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Dx 1 : Perilaku Kekerasan
Pasien :
Strategi Pelaksanaan (Sp 1p) :
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
5. Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Melatih pasien cara kontrol perilaku kekerasan fisik 1 (nafas dalam)
7. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan (Sp 2p) :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol perilaku kekerasan fisik II (memukul bantal /
kasur / knversi energi)
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan (Sp 3p):
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol perilaku kekerasan secara verbal (meminta,
menolak dan megungkapkan marah secara baik)
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
31
Strategi Pelaksanaan (Sp 4p):
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol perilaku kekerasan secara spiritual (berdoa,
berwudhu, sholat)
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan (Sp 5p):
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara kontrol perilaku kekerasan dengan minum obat (prinsip
5 benar minum obat)
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
Strategi Pelaksanaan (Sp 1k) :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian perileku kekerasan, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya perilaku kekerasan
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan
Strategi Pelaksanaan (Sp 2k) :
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan perilaku
kekerasan
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
perilaku kekerasan
32
Strategi Pelaksanaan (Sp 3p) :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat ( discharge planing)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Dx 2 :Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar
Pasien
Strategi Pelaksanaan (Sp 1p) :
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mngidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasikan respons pasien terhadap halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik
8. Membiming pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan (Sp 2p) :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang
lain
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan (Sp 3p) :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
33
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan ( yang biasa
dilakukan pasien )
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan (Sp 4p) :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Menjelakan cara kontrol halusinasi dengan minum obat (prinsip 5 benar
minum obat)
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
Strategi Pelaksanaan (Sp 1k ):
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi
yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien halusinasi
Strategi Pelaksanaan (Sp 2k) :
2. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan halusinasi
3. Melatih keluarga melakukan cara merwaty langsung kepada pasien
halusinasi
Strategi Pelaksanaan (Sp 3p ):
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat ( discharge planing)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
34
Dx 3 : Isolasi Sosial : menarik Diri
Pasien :
Strategi Pelaksanaan (Sp 1p) :
2. Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien
3. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
5. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang
6. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan (Sp 2p) :
2. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
3. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih
4. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan (Sp 3p) :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
Strategi Pelaksanaan (Sp 1k) :
2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
3. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
4. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial
35
Strategi Pelaksanaan (Sp 2k) :
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial
Strategi Pelaksanaan (Sp 3p) :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat ( discharge planing)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Dx 4 :Harga Diri Rendah
Pasien
Strategi Pelaksanaan (Sp 1p) :
2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
3. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
4. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
5. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan
6. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan (Sp 2p) :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
36
Keluarga
Strategi Pelaksanaan (Sp 1k) :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah
Strategi Pelaksanaan (Sp 2k) :
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial
Strategi Pelaksanaan (Sp 3p) :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat ( discharge planing)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang