bab ii konsep dasar a. pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... ·...

26
7 BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik kepada diri sendiri maupun orang lain (Townsend,1998). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau menyerang orang lain atau lingkungan (Carpenito, 2000). Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati, 2011). Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Upload: ngoquynh

Post on 26-Jun-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

7

BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik kepada

diri sendiri maupun orang lain (Townsend,1998).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu

melakukan atau menyerang orang lain atau lingkungan (Carpenito, 2000).

Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada

dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh

gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati, 2011).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan

perasaan marah dan bermusuhan sebagai respon terhadap

kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya

kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan

suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

Page 2: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

8

B. RENTANG RESPON

Menurut (Yosep, 2007) perilaku kekerasan dianggap sebagai

suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).

Adaptif maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan

agresif sampai kekerasan. Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan

bahwa:

1. Asertif : kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau

diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada

individu dan tidak akan menimbulkan masalah.

2. Frustasi : respons yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena

yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.

Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu

merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.

3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya, klien

tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan

merasa kurang mampu.

Page 3: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

9

4. Agresif : perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan untuk

bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku yang

tampak dapat berupa: muka kusam, bicara kasar, menuntut, kasar

disertai kekerasan.

5. Amuk : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangnya Kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang

lain dan lingkungan.

C. PENGKAJIAN

1. Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan

Jiwa, 2010)

a. Faktor psikologis

Psychoanalytical Theory; teori ini mendukung bahwa perilaku

agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud

berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua

insting. Kesatu insting hidup diekspresikan dengan seksualitas;

dan kedua insting kematian yang diekspresikan dengan

agresivitas. Frustation-aggresion theory; teori yang

dikembanngkan oleh pengikut Freud ini berawal dari asumsi,

bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan

mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang

pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk

melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir

Page 4: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

10

semua orang yang melakukan tindakan agresif mempunyai

riwayat perilaku agresif. Pandangan psikologi lainnya mengenai

perilaku agresif, mendukung perilaku pentingnya peran dan

perkembangan predisposisi atau pengalaman hidup. ini

menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih

mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. Beberapa contoh

dari pengalaman tersebut.

1) Kerusaka otak organik, retardasi mental, sehingga tidak

mampu untuk menyelesaikan secara efektif.

2) Severe emotional deprevation atau injeksi yang berlebihan

pada masa kanak-kanak, atau seduction parental, yang

mungkin telah merusak hubungan saling percaya (trust) dan

harga diri.

3) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk

child abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga,

sehingga membentuk pola pertahanan atau koping.

b. Faktor Sosial Budaya

Social-Learning Theory; teori yang dikembangkan oleh Bandura

(1997) ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan

respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui

observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan

penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi

seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya

Page 5: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

11

secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya.

Pembelajaran ini bisa internal atau eksternal. Contoh internal

orang yang mengalami keterbangkitan seksual karena menonton

film erotis menjadi lebih agresif dibandingkan mereka yang

tidak menonton film tersebut. Contoh eksternal seorang anak

menunjukkan perilaku agresif setelah melihat seorang dewasa

mengekspresikan berbagai bentuk perilaku agresif terhadap

sebuah boneka.

Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya

norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana

yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat

membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara

yang asertif.

c. Faktor biologis

Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif

mempunyai dasar biologis.

Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian

stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah

sistem limbik) binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.

Perangsangan yang diberikan terutama pada nukleus periforniks

hipotalamus dapat menyebabkan seekoror kucing mengeluarkan

cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri,

menggeram, matanya terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan

Page 6: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

12

hendak menerkam tikus atau objek yang ada disekitarnya. Jadi

kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku),

lobus frotal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal

(untuk interprestasi indera penciuman dan memori).

Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif:

serotonomi, dopamin, norepinephrine, acetilkolin, dan asam

amino GABA.

Faktor-faktor yang mendukung:

1) Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan.

2) Sering mengalami kegagalan.

3) Kehidupan yang penuh tindakan agresif.

4) Lingkungan yang tidak kondusif (bising,padat).

2. Faktor Presipitasi menurut (Yosep, Keperawatan Jiwa, 2009)

Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila

merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara

psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri

seseorang. Ketika seseorang merasa terancam mungkin dia tidak

menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh

karena itu baik perawat ataupun klien bersama-sama

mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal ataupun

eksternal. Contoh stressor eksternal: serangan secara psikis, kehilangan

hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang

lain. Sedangkan contoh dari stessor internal: merasa gagal dalam

Page 7: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

13

bekerja, merasa kehilangan orang dicintai, dan ketakutan terhadap

penyakit yang diderita.

Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang

mencetuskan terjadinya peerilaku kekerasan terbagi dua, yakni:

a. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,

kurang percaya diri.

b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang

berarti, konflik, merasa terancam baik internal dari

permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari

lingkungan.

c. Lingkungan: ribut, kehilangan orang/ objek yang berharga,

konflik interaksi sosial.

(Yosep, 2007)

Peran perawat dalam perilaku kekerasan menurut (Yosep, 2009)

Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk

mencegah dan memanajemen perilaku agresif, intervensi tersebut

dapat melalui rentang intervensi keperawatan.

Page 8: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

14

Strategi preventif strategi antisipasif strategi

pengurungan

Kesadaran diri komunikasi manajemen krisis

Pendidikan klien perubahan lingkungan seclusion

Latihan asertif tindakan psikofarmakologi restrain

Keterangan gambar:

1. Kesadaran diri : perawat harus menyadari bahwa stess yang di

hadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila

perawat tersebut merasa letih, cemas, marah atau apatis maka akan

sulit baginya untuk membuat klien tertarik. Oleh karenanya, bila

perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi yang

dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mencegah semua

itu, maka perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran

dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara

masalah pribadi dan masalah klien.

2. Pendidikan klien : pendidikan yang di berikan kepada klien

mengenai cara komunikasi dan cara mengekspresikan marah yang

tepat. Banyak klien yang mengalami kesulitan mengekspresikan

perasaannya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan

mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain. Jadi dengan

perawat berkomunikasi diharapkan agar klien mau

Page 9: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

15

mengekspresikan perasaanya, lalu perawat menilai apakah respon

yang diberikan klien adaptif atau maladaptif.

3. Latihan asertif : kemampuan dasar interpersonal yang harus di

miliki perawat adalah berkomunikasi langsung dengan setiap

orang, mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan,

sanggup melakukan komplain, dan mengekspresikan penghargaan

yang tepat.

4. Komunikasi : strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif:

Bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara

menghakimi, bicara netral dan dengan cara yang konkrit, tunjukkan

respek pada klien, hindari intensitas kontak mata langsung,

demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan,

fasilitas pembicaraan klien, dengarkan klien, jangan terburu-buru

menginterprestasikan, jangan buat janji yang tidak dapat perawat

tepati.

5. Perubahan lingkungan : unit perawatan sebaiknya menyediakan

berbagai aktivitas seperti: membaca, grup program yang dapat

mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan

adaptasi sosialnya.

6. Tindakan perilaku : pada dasarnya membuat kontrak dengan klien

mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat

diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa

saja kontribusi perawat selama perawatan.

Page 10: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

16

7. Psikofarmakologi : antianxiety dan sedative-hipnotics. Obat-obatan

ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti

lorazepam dan clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan

psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini

tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama

karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga

bisa memperburuk simptom depresi.

Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif

dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.

Amitriptyline dan trazodone, efektif untuk menghilangkan

agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan

mental organik.

Mood stabilizers, penelitian menunjukkan bahwa pemberian

lithium efektif untuk agresif karena manik. Pada beberapa kasus,

pemberiannya untuk menurunkan perilaku agresif yang disebabkan

oleh gangguan lain seperti RM, cedera kepala, skizofrenia,

gangguan kepribadian. Pada klien dengan epilepsi lobus temporal,

bisa meningkatkan perilaku agresif.

Pemberian carbamazepines dapat mengendalikan perilaku agresif

kepada klien dengan kelainan EEGs (electroencephalograms).

Antipsychotic: obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk

perawatan perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi,

halusinasi atau perilaku psikotik lainnya, maka pemberian obatini

Page 11: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

17

dapat membantu, namundiberikan hanya untuk 1-2 minggu

sebelum efeknya dirasakan.

8. Manajemen krisis : bila pada waktu intervensi tidak berhasil, maka

perlu intervensi yang lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan

psikiatrik:

a. Identifikasi pemimpintim krisis. Sebaliknya dari perawat karena

yang bertanggung jawab selama 24 jam.

b. Bentuk tim krisis. Meliputi dokter, perawat dan konselor.

c. Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus

menjelaskan apa saja yang menjadi tugasnya selama

penanganan klien.

d. Jauhkan klien lain dari lingkungan.

e. Pikirkan suatu rencana penanganan krisis dan beritahu tim.

f. Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh

klien.

g. Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan

untuk kerja sama.

h. Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisis. Ketua tim

harus segera mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap

melindungi keselamatan klien dengan lingkungan.

i. Berikan obat jika diinstrusikan.

j. Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap

klien.

Page 12: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

18

k. Tinjau kembali intervensi penanganan krisis dengan tim krisis.

l. Proses keejadian dengan klien lain dan staf harus tepat.

m.Secara bertahap mengintegrasikan kembali klien dengan

lingkungan.

9. Seclusion

Pengekangan fisik

Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam,

pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei

pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan

dimana klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri).

Jenis pengekangan mekanik:

a. Carnisoles (jaket pengekang),

b. Manset untuk pergelangan tangan,

c. Manset untuk pergelangan kaki, dan

d. Menggunakan sprei.

10. Restrains

Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain

mekanik atau restrain manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan

ijin dokter bila diharuskan karena kebijakan insitusi.

Page 13: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

19

Respon terhadap marah dapat diungkapkan menjadi 3 cara yaitu:

a. Mengungkapkan secara verbal

b. Menekan

c. Menantang

(Yosep, 2007)

3. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala menurut (Damaiyanti, 2008)

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke

rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat

dapat melakukan pengkajian dengan cara observasi:

a. Muka merah dan tegang

b. Pandangan tajam

c. Mengatupkan rahang dengan kuat

d. Mengepalkan tangan

e. Bicara kasar

f. Suara tinggi, menjerit, atau berteriak

g. Mengancam secara verbal atau fisik

h. Melempar atau memukul benda / orang lain

i. Merusak barang atau benda

j. Tidak mempunyai kemampuan mencegah / mengontrol perilaku

kekerasan.

Page 14: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

20

Lima fase siklus agresif menurut (Videbeck, 2008)

Fase Definisi Tanda, gejala dan perilaku

Pemicu

Eskalasi

Krisis

Pemulihan

Peristiwa terjadi atau keadaan

di lingkungan memunculkan

respons klien, yang sering kali

dalam bentuk kemarahan atau

permusuhan.

Respon klien memperlihatkan

peningkatan perilaku yang

mengindikasikan pergerakaan

menuju kehilangan kembali.

Periode krisis emosional dan

fisik ketika klien kehilangan

kendali.

Klien memperoleh kembali

kendali fisik dan emosional.

Gelisah, ansietas, iritabilitas,

berjalan mondar-mandir, otot

tegang, pernapasan cepat,

berkeringat, suara keras, marah.

Wajah pucat atau kemerahan,

berteriak, bersumpah, agitasi,

mengancam, menuntut,

mengepalkan tangan, gestuali.r

mengancam, menunjukkan sikap

bermusuhan, kehilangan

kemampuan untuk menyelesaikan

masalah atau berpikir jernih.

Kehilangan kendali fisik dan

emosional, melemparkan benda-

benda, menggigit, mencakar,

menjerit, memekik, tidak mampu

berkomunikasi dengan jelas.

Merendahkan suara, ketegangan

oto berkurang, komunikasi lebih

jelas dan lebih rasional, relaksasi

Page 15: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

21

Pascakrisis Klien berusaha memperbaiki

hubungan dengan orang lain

dan kembali ke tingkat fungsi

sebelum insiden agresi dan

kembali seperti semula.

fisik.

Menyesal, meminta maaf,

menangis, perilaku menarik diri.

4. Manifestasi Klinik menurut Stuart & Sundeen (1998)

Emosi meliputi jengkel, marah (dendam), rasa terganggu, merasa

takut, tidak aman, cemas.

Fisik meliputi muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat,

sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.

Intelektual meliputi mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan.

Spiritual meliputi keraguan, kebijakan / keberanian diri, tidak

bermoral, kreativitas terhambat.

Sosial meliputi menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,

ejekan, humor.

Page 16: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

22

5. Mekanisme Koping

Individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba

mengatasi perilaku kekerasan. Ketidakmampuan klien dalam

menggunakan mekanisme koping dapat berakibat pada risiko

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

6. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perilaku kekerasan

2. Harga diri rendah

Perilaku Kekerasan

Page 17: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

23

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Menurut Budi Anna Keliat dkk (2009) intervensi pada diagnosa klien

dengan perilaku kekerasan.

No

DX

Diagnosa

Keperawatan

Rencanana Tindakan KeperawatanIntervensi

Tujuan Kriteria Evaluasi

1 perilaku

kekerasan.

1. a. Membina hubungan

saling percaya

Tanda-tanda percaya

kepada perawat:

1. Wajah cerah,

tersenyum.

2. Mau berkenalan.

3. Ada kontak mata.

4. Bersedia menceritakan

perasaan.

Bina hubungan saling percaya

1. Beri salam setiap

berinteraksi.

2. Perkenalkan nama,

panggilan perawat, dan

tujuan perawat berinteraksi.

3. Tanyakan dan panggil

nama kesukaan klien.

4. Tunjukan sikap empati,

jujur dan menepati janji

setiap kali berinteraksi.

5. Tanyakan perasaan klien

dan masalah yang dihadapi

klien.

b. Mengidentifikasi

penyebab perilaku

kekerasan.

1. Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya.

2. Klien dapat

mengungkapkan

penyebab perasaan

jengkel atau kesal (diri

sendiri, orang lain,

lingkungan).

1. Beri kesempatan

mengungkapkan

perasaannya.

2. Bantu klien dapat

mengungkapkan penyebab

marah.

c. Mengidentifikasi

tanda dan gejala

perilaku kekerasan.

Klien dapat menyimpulkan

tanda dan gejala

kesal/jengkel yang dialami.

1. Anjurkan klien untuk

mengungkapkan rasa

jengkel/marah yang dialami.

Page 18: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

24

2. Simpulkan bersama klien

tanda dan gejala marah.

d. Mengidentifikasi

perilaku kekerasan

yang dilakukan.

1. Klien dapat

mengungkapkan

perilaku kekerasan

yang dilakukan.

2. Klien dapat bermain

peran dengan perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan.

3. Klien dapat

mengetahui perilaku

kekerasan yang biasa

dilkukan dapat

menyelesaikan

masalah atau tidak.

1. Tanyakan kebiasaan

perilaku kekerasan yang

dilakukan pasien.

2. Beri kesempatan pada klien

untuk bermain peran dengan

perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

3. Bicarakan dengan klien

apakah perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan dapat

menyelesaikan masalah

yang dihadapi klien.

e. Mengidentifikasi

akibat perilaku

kekerasan.

Klien dapat menjelaskan

akibat perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan oleh

klien.

1. Bicarakan akibat/kerugian

dari perilaku kekerasan

yang dilakukan.

2. Bersama klien simpulkan

akibat/kerugian dari

perilaku kekerasan yang

dilakukan klien.

3. Diskusikan dengan klien:

a) Apakah klien mau

mempelajari cara baru

mengungkapkan marah

yang sehat.

b) Jelaskan berbagai

alternatif pilihan untuk

mengungkapkan marah

selain perilaku

kekerasan yang

diketahui klien.

f. Mengajarkan cara

mengontrol

Klien dapat melakukan

cara mengontrol perilaku

1. Tanyakan pada klien apakah

klien ingin mempelajari cara

Page 19: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

25

perilaku kekerasan. kekerasan secara

konstruktif.

baru mengontrol perilaku

kekerasan secara

konstruktif.

2. Berikan pujian jika klien

mengetahui cara yang lain

mengontrol perilaku

kekerasan secara

konstruktif.

3. Diskusikan dengan klien

cara mengontrol perilaku

kekerasan secara konstruktif

:

a. Secara fisik: tari nafas

dalam jika klien sedang

kesal/marah, memukul

bantal/kasur, olah raga

atau pekerjaan yang

memerlukan tenaga.

b. Secara verbal: katakan

bahwa anda sedang

marah/ kesal/

tersinggung/ jengkel.

c. Secara sosial: lakukan

dalam kelompok cara-

cara marah yang sehat,

latihan asertif, latihan

menejemen perilaku

kekerasan perilaku

kekerasan.

d. Secara spiritual:

anjurkan klien untuk

sembahyang, berdo’a/

ibadah lain: meminta

kepada Tuhan untuk

diberi kesabaran

g. Melatih klien

cara mengontrol

Klien dapat

mendemonstrasikancara

1. Berikan reinforcement

positif atas keberhasilan dan

Page 20: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

26

perilaku

kekerasan fisik I

(nafas dalam) .

mengontrol marah dengan

cara menarik nafas dalam.

usaha klien dalam mencoba

melakukan cara mengontrol

marah dengan menarik

nafas dalam.

2. Motivasi klien untuk

melakukan tarik nafas

dalam sebanyak 5x atau

lebih.

h. Membimbing

pasien

memasukan

kegiatan ke

dalam jadual

harian.

Klien mau memasukan

kegiatan yang telah

dilakukan ke dalam jadual

harian.

1. Motivasi klien untuk

memasukan kegiatan yang

telah dilakukan ke dalam

jadual harian.

2. Beri reinforcement positif

pada klien setelah

memasukan kegiatan yang

telah dilakukan ke dalam

jadual harian.

2 .a. Memvalidasi masalah

dan latihan

sebelumnya.

1. Kilen dapat

menyebutkan dan

mendemonstrasikan

latihan yang diajarkan

sebelumnya.

1. Motivasi klien untuk

menyebutkan dan

mendemonstrasikan

latihan sebelumnya.

2. Beri pujian atas jawaban

yang benar.

b. Melatih klien cara

mengontrol marah

dengan cara fisik II

1. Klien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol marah

dengan cara memukul

bantal atau kasur atau

benda lunak lainnya.

2. Klien merasa lega.

1. Motivasi klien untuk

melakukan cara mengontrol

marah dengan memukul

bantal atau kasur atau benda

lunak lainnya.

2. Anjurkan klien untuk

mengikuti lalu

mempraktikan cara

mengontrol marah

(memukul bantal).

3. Beri reinforcement positif

atas tindakan benar yang

dilakukan klien.

Page 21: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

27

c. Menganjurkan klien

untuk memasukan

kegiatan yang telah

dilakukan ke dalam

jadual kegiatan

harian.

1. Klien bersedia untuk

memasukan kegiatan

yang telah dilakukan

ke dalam jadual

kegiatan harian.

1.Motivasi klien untuk

memasukan kegiatan yang

telah dilakukan ke dalam

jadual kegiatan harian.

2. Beri reinforcement positif

atas tindakan benar yang

dilakukan klien.

3. a. Memvalidasi masalah

dan latihan sebelumnya.

1. Klien dapat

mengungkapkan apa

yang dirasakan.

2. Klien dapat

menyebutkan dan

mendemonstrasikan

kembali latihan

sebelumnya.

1. Motivasi klien untuk

mengungkapkan masalah

dan mendemonstrasikan

kembali latihan sebelumnya.

2. Beri reinforcement positif

atas tindakan yang

dilakukan klien.

b. Melatih cara

mengontrol marah

dengan cara verbal.

1. Klien mau mengikuti

dan mempraktikan apa

yang telah diajarkan.

2. Klien merasa lega.

1. Motivasi klien untuk

mengikuti apa yang telah

diajarkan.

2. Berikan contoh cara

mengontrol perilaku

kekerasan dengan menolak,

mengungkapkan marah

secara verbal. “saya marah

sama kamu”.

3. Beri reinforcement positif

atas tindakan klien yang

benar.

c. Meminta klien

untuk memasukan

kegiatan yang telah

dilakukan ke dalam

jadual kegiatan

harian.

Klien bersedia memasukan

kegiatan yang telah

dilakuakn ke dalam jadual

kegiatan harian.

1. Motivasi klien untuk

memasukan kegiatan yang

telah dilakukan ke dalam

jadual kegiatan harian.

2. Beri reinforcement positif

atas tindakan benar yang

dilakukan klien.

4.a. Memvalidasi masalah

dan latihan

1. Klien dapat

mengungkapkan apa

1. Motivasi klien untuk

mengungkapkan masalah

Page 22: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

28

sebelumnya. yang dirasakan.

2. Klien dapat

menyebutkan dan

mendemonstrasikan

kembali latihan

sebelumnya.

dan mendemonstrasikan

kembali latihan sebelumnya.

2. Beri reinforcement positif

atas tindakan yang

dilakukan klien.

b. Melatih pasien

mengontrol perilaku

kekerasan secara

spiritual (berdoa,

shalat, wudhu).

1. Klien dapat

mengontrol perilaku

kekerasan dengan

salah satu cara yang

diajarkan. Contoh:

berwudhu.

1.Diskusikan kembali bersama

klien latihan yang telah

diberikan sebelumnya.

2. Bersama klien buat daftar

efektif yang dapat

dilanjutkan pelaksanaannya.

3. Beri pujian atas usaha yang

telah dilakukan.

c. Meminta klien untuk

memasukan kegiatan

yang telah dilakukan

ke dalam jadual

kegiatan harian.

1. Klien bersedia

memasukan kegiatan

yang telah dilakuakn

ke dalam jadual

kegiatan harian.

1.Motivasi klien untuk

memasukan kegiatan yang

telah dilakukan ke dalam

jadual kegiatan harian.

2. Beri reinforcement positif

atas tindakan benar yang

dilakukan klien.

5.a. Memvalidasi masalah

dan latihan

sebelumnya.

1. Klien dapat

mengungkapkan apa

yang dirasakan.

2. Klien dapat

menyebutkan dan

mendemonstrasikan

kembali latihan

sebelumnya

1. Motivasi klien untuk

mengungkapkan masalah

dan mendemonstrasikan

kembali latihan sebelumnya.

2. Beri reinforcement positif

atas tindakan yang

dilakukan klien.

b. Menjelaskan

cara mengontrol

perilaku

kekerasan

dengan minum

obat.

Klien dapat meminum obat

sesuai aturan dan cara

yang telah diajarkan.

1. Memotivasi klien untuk

menyebutkan kembali

latihan mengontrol perilaku

kekerasan yang telah

diajarkan.

2. Diskusikan bersama klien

Page 23: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

29

tentang latihan yang telah

diajarkan sebelumnaya.

3. Ajarkan klien untuk

meminum obat secara

teratur.

4. Beri reinforcment positif

atas tindakan benar yang

dilakukan klien.

c. Meminta klien untuk

memasukan kegiatan

yang telah dilakukan

ke dalam jadual

kegiatan harian.

Klien bersedia memasukan

kegiatan yang telah

dilakuakn ke dalam jadual

kegiatan harian.

1. Motivasi klien untuk

memasukan kegiatan yang

telah dilakukan ke dalam

jadual kegiatan harian.

2. Beri reinforcement positif

atas tindakan benar yang

dilakukan klien.

1. Sp1k

a. Mendiskusikan

masalah yang

dirasakan keluarga

dalam merawat klien

dengan perilaku

kekerasan.

b. Menjelaskan

pengertian perilaku

kekerasan, tanda dan

gejala serta proses

kejadiannya.

c. Menjelaskan cara

merawat klien

perilaku kekerasan.

1. Keluarga dapat:

- Menjelaskan

perasaannya.

- Menjelaskan cara

merawat klien

perilaku kekerasan.

- Mendemonstrasika

n cara perawatan

klien perilaku

kekerasan.

- Berpartisipasi

dalam perawatan

klien perilaku

kekerasan.

2. Keluarga mengerti dan

menyebutkan kembali

pengertian, tanda dan

gejala, dan proses

terjadinya perilaku

1. Bina hubungan saling

percaya dengan keluarga.

- Salam perkenalan.

- Jelaskan tujuan.

- Buat kontrk.

- Eksplorasi perasaan

keluarga klien.

2. Motivasi keluarga klien

untuk menyetujui dan

mengikuti kontrak.

3. Diskusikan dengan anggota

keluarga tentang:

- Perilaku kekerasan.

- Penyebab perilaku

kekerasan.

- Akibat yang akan terjadi

jika perilaku kekerasan

tidak di tangani.

- Cara keluarga

Page 24: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

30

kekerasan. menghadapi perilaku

kekerasan klien.

4. Dorong anggota keluarga

untuk mengikuti cara

merawat klien perilaku

kekerasan.

5. Beri reinforcment positif

pada keluarga.

2. Sp2k

a. Melatih keluarga

mempraktikan cara

merawat klien

perilaku kekerasan.

b. Melatih keluarga

melakukan cara

merawat langsung

pada klien perilaku

kekerasan.

1. Keluarga mampu

mempraktikan cara

merawat klien perilaku

kekerasan.

2. Keluarga mampu

melakukan cara

merawat langsung

klien perilaku

kekerasan.

1. Diskusikan bersama

keluarga dalam

mempraktikan cara merawat

klien perilaku kekerasan.

2. Motivasi keluarga untuk

mempraktikan cara merawat

klien perilaku kekerasan.

3. Beri reinforcment positif

pada keluarga untuk respon

baik dari anggota keluarga.

3. Sp3k

a. Membantu keluarga

membuat jadwal

aktivitas di rumah

termasuk minum

obat. (discharge

planning).

b. Menjelaskan follow

up klien sebelum

pulang.

1. Keluarga mampu

membuat jadual

aktivitas di rumah

termasuk minum obat

secara mandiri.

2. Keluarga mematuhi

jadual yang telah

dibuat untuk

kesembuhan klien.

3. Keluarga mengerti/

memahami follow up

yang telah diarahkan

pada klien.

1. Diskusikan bersama

keluarga dalam membuat

jadual aktivitas di rumah.

2. Motivasi keluarga untuk

membuat dan memenuhi

jadual aktivitas yang dibuat.

3. Beri reinforcment positif.

4. Motivasi keluarga untuk

menerima klien.

5. Diskusikan follow up untuk

keluarga.

2 Harga diri

rendah

1. Klien dapat membina

hubungan saling percaya

1.1 Klien mau

membalas salam, mau

1.1.1 Sapa klien dengan ramah

baik verbal maupun non

Page 25: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

31

berjabat tangan, menyebut

nama, tersenyum, ada

kontak mata, mengetahui

nama perawat

menyediakan waktu

kontrak, ekspresi wajah

bersahabat

verbal

1.1.2 Perkenalkan diri dengan

sopan

1.1.3 Tanyakan nama lengkap

klien dan nama panggilan

yang disukai klien

1.1.4 Jelaskan tujuan pertemuan

1.1.5 Tunjukkan sikap empati

dan menerima klien apa

adanya

1.1.6 Beri perhatian dan

perhatikan kebutuhan

dasar klien

2. Klien dapat

mengidentifikasi

kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki

2.1 Klien

mengidentifikasi

kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki

Kemampuan yang

dimiliki klien

Aspek positif

keluarga

Aspek posiitif

lingkungan yang

dimiliki klien

2.1.1 Diskusikan kemampuan

dan aspek positif yang

dimiliki klien

2.1.2 Setiap bertemu klien

hindari dari memberi

nilai negatif

2.1.3 Utamakan memberi

pujian yang realistis

3. Klien dapat menilai

kemampuan yang

digunakan

3.1 Klien menilai

kemampuan yang

dapat digunakan

3.1.1 Diskusikan dengan klien

kemampuan yang masih

dapat digunakan selama

sakit

4.Klien dapat (menetapkan)

merencanakan kegiatan

sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki

4.1 Klien membuat

rencana kegiatan

harian

4.1.1 Diskusikan kemampuan

yang dapat dilanjutkan

penggunaan.

4.1.2 Rencanakan bersama klien

aktifitas yang dapat

dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan

a.Kegiatan sendiri

b.Kegiatan dengan bantuan

Page 26: BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Faktor Predisposisi menurut (Kusumawati, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, 2010)

32

sebagian

c.Kegiatan yang

membutuhkan bantuan

total

4.1.3 Tingkatkan kegiatan yang

sesuai dengan toleransi

kondisi klien

4.1.4 Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan yang

boleh klien lakukan

5.Klien dapat melakukan

kegiatan sesuai kondisi

sakit dan kemampuannya

5.1 Klien dapat

melakukan kegiatan

sesuai kondisi dan

kemampuannya

5.1.1 Berikan kesempatan pada

klien untuk mencoba

kegiatan yang telah

direncanakan

5.1.2 Beri pujian atas

keberhasilan klien

5.1.3 Diskusikan kemungkinan

pelaksanaan dirumah.

6.Klien dapat meningkatkan

sistem pendukung yang

ada

6.1 Klien memanfaatkan

sistem pendukung

yang ada di keluarga

6.1.1 Beri pendidikan kesehatan

pada keluarga tentang cara

merawat klien dengan

harga diri rendah

6.1.2 Bantu keluarga memberi

dukungan selama klien

dirawat

6.1.3 Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan

dirumah