bab ii ketrampilan mengajar yang bervariasi dalam...
TRANSCRIPT
12
BAB II
KETRAMPILAN MENGAJAR YANG BERVARIASI
DALAM PEMBELAJARAN PAI
A. Ketrampilan Mengajar yang Bervariasi
Untuk dapat melaksanakan tehnik mengajar yang baik maka seorang
guru harus memiliki ketrampilan-ketrampilan khusus dalam mengajarnya,
salah satunya ketrampilan menggunakan variasi.
Ketrampilan mengajar yang bervariasi dalam pembelajaran merupakan
salah satu dari delapan ketrampilan dasar yang mutlak dimiliki oleh seorang
guru. Ketrampilan-ketrampilan dasar yang lain yaitu ketrampilan memberi
penguatan, ketrampilan bertanya, ketrampilan menjelaskan, ketrampilan
membuka dan menutup pelajaran, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan, ketrampilan mengelola kelas, dan ketrampilan membimbing
diskusi kelompok kecil.
1. Pengertian ketrampilan mengajar yang bervariasi
Secara bahasa ketrampilan berasal dari kata trampil yang artinya
cakap dalam menyelesaikan tugas: mampu dan cekatan. Kemudian
mendapat imbuhan ke-an menjadi ketrampilan yang artinya kecakapan
untuk menyelesaikan tugas.1
Sedangkan menurut istilah, pengertian ketrampilan dapat
didefinisikan sebagai berikut:
a. Menurut Muhibbin syah, Ketrampilan adalah kegiatan yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular)
yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menulis,
mengetik, olah raga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik,
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1994), hlm.1043.
13
namun ketrampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan
kesadaran yang tinggi.2
b. Menurut Reber, Ketrampilan merupakan kemampuan melakukan pola-
pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi sesuai dengan
keadaan untuk mencapai hasil tertentu.3
c. Menurut Oemar Hamalik, ketrampilan adalah kemampuan berbuat
sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara jasmaniah (menulis,
berbicara dan sebagainya) dan dapat juga berarti rohaniah
(membedakan, menganalisis dan sebagainya).4
Dari definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
ketrampilan adalah kecakapan atau kemampuan seseorang dalam
melakukan sesuatu dengan baik dan tersusun rapi baik secara jasmaniah
maupun rohaniah dan semuanya itu memerlukan koordinasi gerak yang
teliti dan kesadaran yang tinggi sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
Adapun pengertian mengajar para ahli mendefinisikan sebagai
berikut:
- Menurut S. Nasution, mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak sehingga terjadi proses belajar.5
- Menurut Sardiman A.M. mengajar adalah usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan
untuk berlangsungnya proses belajar.6
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah
suatu kegiatan mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya untuk
menciptakan proses belajar.
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2000), Cet. V, hlm. 119. 3 Ibid. 4 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 221 5 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 4 6 Sardiman A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986),
hlm. 45.
14
Sedangkan pengertian variasi secara bahasa adalah selingan ;
tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula.7
Adapun pengertian variasi dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Menurut J.J. Hasibuan dan Moedjiono menggunakan variasi dapat
diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses mengajar yang
bertujuan mengatasi kebosanan pada siswa.8
b. Menurut Moh. Uzer Usman, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam
konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk
mengatasi kebosanan murid sehingga dalam proses belajar mengajar
murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh
partisipasi.9
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki kebosanan, sesuatu
yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Demikian
juga dalam proses pembelajaran, bila seorang guru dalam proses
pembelajaran hanya menggunakan satu metode dalam mengajarnya maka
akan menjadikan siswa bosan, perhatiannya berkurang, mengantuk
sehingga tujuan belajar siswa tidak tercapai.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
ketrampilan mengajar yang bervariasi adalah kemampuan seseorang dalam
melakukan pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi dalam
konteks proses interaksi belajar mengajar dengan tujuan mengatasi
kebosanan pada siswa sehingga dalam proses belajar mengajar, murid
senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan serta berperan secara
aktif dalam pembelajaran.
2. Tujuan Variasi Mengajar
Variasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat
berpengaruh terhadap murid karena dapat mengurangi kebosanan pada
7 Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op. cit., hlm.1117 8 J. J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,1991),
cet. V, hlm. 99. 9 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
cet. XI, hlm. 84.
15
siswa. Menurut Adi W. Gunawan, sering kali ada murid yang tidak tertarik
pelajaran karena merasa bosan dan mengantuk. Sebenarnya tidak ada
pelajaran yang membosankan yang benar adalah guru yang membosankan
karena tidak mengerti cara menyajikan materi dengan benar, baik,
menyenangkan dan menarik minat serta perhatian murid.10
Tujuan penggunaan variasi mengajar ditujukan kepada anak didik
dengan tujuan :
a. Meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar.
b. Memberi kesempatan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui eksplorasi dan penyelidikan terhadap situasi yang baru.
c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah melalui penyajian gaya mengajar yang bersemangat dan antusias.
d. Memberi pilihan dan fasilitas dalam belajar individual. e. Mendorong anak didik untuk belajar dengan melibatkannya dalam
berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif.11
Selain itu tujuan penggunaan variasi dalam konteks pembelajaran
adalah mengatasi kebosanan pada siswa sehingga dalam proses
pembelajarannya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan dan berperan
aktif.
Faktor kebosanan yang dialami siswa disebabkan oleh adanya
penyajian kegiatan yang begitu-begitu saja sehingga akan mengakibatkan
perhatian, motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran, guru dan sekolah
menurun. Untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman dalam penyajian
kegiatan mengajar.
3. Prinsip-prinsip variasi mengajar
Prinsip-prinsip yang perlu dipahami dalam variasi mengajar dalam
pembelajaran supaya dalam mengajarnya guru dapat trampil dan tidak
kaku atau kikuk yaitu :
10 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelerated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 154. 11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hlm. 125.
16
a. Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif
b. Penggunaan tehnik variasi harus lancar dan tepat
c. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan
direncanakan sebelumnya.
d. Penggunaan komponen-komponen variasi harus luwes dan spontan
berdasarkan umpan balik siswa. 12
Biasanya umpan balik ada 2 yaitu :
1) Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan
keterlibatan siswa
2) Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran13
Variasi hendaknya digunakan dengan maksud atau tujuan tertentu
misalnya, untuk menarik perhatian siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran sehingga dengan variasi siswa akan tertarik dan terfokus
terhadap pelajaran. Selain itu guru yang melakukan perubahan variasi
harus lancar dan direncanakan sebelumnya dengan baik dan secara
eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
Perubahan variasi yang tidak lancar akan merusak perhatian siswa
dan mengganggu pelajaran dikarenakan penyampaian pelajaran yang kaku
dan tidak luwes dari guru. Untuk menghindari hal tersebut seorang guru
harus benar-benar trampil dalam menerapkan komponen-komponen
variasi supaya dalam penyampaian pelajaran oleh guru dapat berjalan
dengan baik.
Seorang guru dalam menyampaikan materi jangan hanya berbicara
di depan kelas dalam artian menyampaikan materi terus tanpa melihat
apakah murid yang mendengarkan paham atau tidak. Jika seorang guru
hanya melakukan hal tersebut maka semua orang dapat melakukannya.
12 J. J. Hasibuan dan Moedjiono, op. cit., hlm. 66. 13 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm 126.
17
Seorang guru benar-benar dituntut menyampaikan materi pelajaran
menjadi suatu bentuk presentasi yang menarik, menyenangkan, mudah
dipahami dan dapat diingat oleh murid.14
4. Komponen-komponen variasi mengajar
Komponen-komponen ketrampilan variasi mengajar dalam
pembelajaran meliputi variasi dalam gaya mengajar, variasi penggunaan
media dan bahan-bahan pengajaran dan variasi pola interaksi dan kegiatan
siswa.15
a. Variasi gaya mengajar
Variasi gaya mengajar meliputi komponen-komponen ;
1). Variasi suara (teacher voice)
Suara guru dapat bervariasi dalam : intonasi, nada, volume dan
kecepatan. Guru dapat mendramatisasi suatu peristiwa dengan
menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara
pelan dengan seorang anak didik, atau berbicara secara tajam
dengan anak yang kurang perhatian. Selain hal tersebut seorang
pengajar harus mengucapkan kata-kata secara jelas. Hal ini sesuai
dengan hadist yang berbunyi:
, عن سفيان, حدثنا وكيع: قال, حدثنا عثمان وأبو بكر ابنا أىب شيبةكان كالم : عن عائشة قالت , عن عروة, عن أسامة عن الزهري
. رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم كالما فضال يفهمه كل من مسعه 16 )رواه أىب داود (
“Diceritakan oleh Usman dan Abu Bakar bin Abi Syaibah, berkata; Waki’ menceritakan kepada kita , dari Sofyan, dari Usamah dari Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah berkata; bahwasanya perkataan rasulullah SAW adalah perkataan yang jelas yang memahamkan setiap orang yang mendengarkan”. (HR. Abu Daud)
14 Adi W. Gunawan, op. cit., hlm. 155. 15 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 124. 16 Imam Hafidz Abu Daud Sulaiman bin As’ad As Sajastani, Sunan Abu Daud, Juz 3,
(Beirut: Dar al Kutub al-Ilmiyah, 1996), hlm 266
18
Dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa suara guru dalam
mengajar harus jelas dan dapat didengar oleh semua siswa bila
tidak demikian ucapan pengajar tidak akan terdengar kemudian
timbullah kegaduhan karena murid saling menanyakan hal yang
diucapkan pengajar.
Seorang guru harus mengusahakan agar pendengar yang duduk di
paling belakang pun dapat mendengar dengan jelas apa yang ia
katakan.17
2). Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian anak didik dapat suatu aspek yang
penting, guru dapat menggunakan penekanan secara verbal,
misalnya : “perhatikan baik-baik!“, “ini adalah bagian yang sukar,
dengarkan baik-baik”. Penekanan seperti ini biasanya
dikombinasikan dengan gerakan anggota badan. Selain penekanan
verbal untuk dapat menarik perhatian siswa dapat juga dikerjakan
dengan isyarat atau dengan menggunakan model.18
3). Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence)
Pada saat guru menerangkan sering diperlukan kegiatan berhenti
sejenak secara tiba-tiba. Kesenyapan seperti ini bertujuan
meminta perhatian siswa. Perubahan stimulus dari adanya suara
kepada keadaan yang tenang atau senyap, atau dari adanya
kesibukan atau kegiatan lalu dihentikan akan dapat menarik
perhatian siswa karena siswa ingin tahu apa yang terjadi.
4). Kontak Pandang (eye contact)
Pengajar hendaknya berbicara dengan selalu mengarahkan
pandangannya pada muridnya dan jangan menatap langit-langit
atau lantai. Pengajar perlu mengarahkan pandangannya pada
17 Ad. Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, Petunjuk Untuk Merencanakan dan
Menyampaikan Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1993), cet. IX, hlm. 50. 18 J. J. Hasibuan dan Moedjiono, op. cit., hlm. 66.
19
seluruh murid dan bukan pada salah satu atau dua orang murid
saja.19
Hubungan antar pengajar dengan seluruh murid atau
pendengarnya melalui pandangan mata merupakan sarana yang
baik untuk menjaga agar tingkat perhatian murid tetap besar.
Murid yang terjangkau oleh pandangan pengajar akan
mendengarkan secara lebih baik daripada murid-murid yang tidak
terlihat oleh pengajar.
5). Gerakan badan dan mimik (gesturing)
Untuk dapat mengajar secara baik, pengajar harus dapat membuat
variasi secara tepat dalam gerak badan dan mimik wajahnya.
Variasi dalam mimik wajah, gerakan kepala atau badan
merupakan bagian yang penting dalam berkomunikasi. Variasi ini
tidak hanya menarik perhatian saja, tetapi menolong
menyampaikan arti pembicaraan. Ekspresi wajah misalnya
tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis mata,
untuk menunjukkan kagum, tercengang atau heran.
Gerakan kepala misalnya mengangguk, menggeleng, mengangkat
kepala atau merendahkan kepala untuk menunjukkan setuju atau
sebaliknya. Selain itu jari dapat digunakan untuk menunjukkan
ukuran, jarak, arah untuk menarik perhatian siswa.20
Variasi dalam ekspresi wajah, gerakan kepala dan gerakan badan
adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi dengan
siswa agar perhatian siswa tetap fokus terhadap penjelasan dari
seorang guru.
6). Perubahan posisi (teacher movement)
Perubahan posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk
mempertahankan perhatian siswa, perpindahan posisi dapat
dilakukan dari depan ke belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan.
19 Ad. Rooijakkers, op. cit., hlm. 53. 20 Moh. Uzer Usman, op. cit., hlm. 86.
20
Selain itu dapat juga dilakukan dengan perubahan posisi dari
berdiri berubah menjadi duduk. Yang terpenting dalam perubahan
posisi seorang guru harus ada tujuannya yaitu menarik perhatian
siswa dan tidak sekedar mondar-mandir yang dapat mengganggu
siswa.
Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam perubahan posisi :
- Biasakan bergerak bebas, untuk menanamkan rasa dekat
dengan siswa sambil mengontrol tingkah laku siswa.
- Jangan membiasakan menerangkan sambil menulis
menghadap ke papan tulis.
- Jangan membiasakan menerangkan dengan arah pandang ke
langit-langit, ke lantai, atau ke luar. Tetapi mengarahkan
pandangan menjelajahi seluruh kelas.21
b. Variasi media dan bahan ajar
Media merupakan alat bantu dalam mengajar yang dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran dan
diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan
dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik
sehingga dapat mendorong proses belajar pada dirinya. Penggunaan
media secara kreatif oleh pendidik akan memungkinkan peserta didik
untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performance mereka
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Manfaat media pengajaran yaitu :
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
dipahami oleh siswa.
21 Ibid.
21
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar karena tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga ada aktivitas lain
seperti; mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-
lain.22
Pada dasarnya anak memiliki kemampuan indera yang berbeda
baik pendengaran, penglihatan bahkan kemampuan berbicara. Oleh
karena itu dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang
dimiliki setiap anak didik dapat dikurangi.
Media dan bahan pengajaran bila ditinjau dari indera yang
digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu; dapat
didengar, dilihat, dan diraba. Penggunaan alat indera yang multi
media dan relevan dengan tujuan pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa sehingga lebih bermakna dan tahan lama.
Adapun variasi penggunaan media dan bahan pengajaran adalah
sebagai berikut:
1. Variasi media dan bahan pengajaran yang dapat dilihat (visual
aids)
Media yang termasuk dalam jenis ini antara lain : grafis, bagan,
poster, gambar, film, buku, majalah, peta, buku dan lain-lain.
Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki
keuntungan antara lain:
- Membantu secara konkrit konsep berfikir dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
- Menarik perhatian anak didik pada tingkat tinggi, - Membuat hasil belajar lebih permanen. - Menyajikan pengalaman riil yang akan mendorong kegiatan
mandiri anak. - Mengembangkan cara berfikir, berkesinambungan seperti pada
halnya film.
22 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Penggunaan dan Pembuatannya,
(Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm. 2.
22
- Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh media yang lain.
- Menambah frekuensi kerja lebih dalam dan belajar lebih bervariasi.23
2. Variasi media dan bahan pengajaran yang dapat didengar (auditif
aids)
Pada umumnya dalam interaksi edukatif di kelas, suara guru adalah
alat utama dalam komunikasi. Rekaman suara-suara radio, musik,
deklamasi, puisi, sosiodrama dan telepon dapat dipakai sebagai
penggunaan media dengar yang divariasikan dengan media
pandang dan media taktil.
3. Variasi media dan bahan yang dapat disentuh, diraba, dimanipulasi
(media taktil)
Penggunaan alat yang termasuk ke dalam jenis ini akan dapat
menarik siswa dan dapat melibatkan siswa membentuk dan
memperagakan kegiatannya. Yang termasuk ke dalam media ini
misalnya peragaan yang dilakukan oleh guru atau siswa, model,
patung, topeng, boneka dan lain-lain.
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar
memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub yaitu kegiatan yang
didominasi oleh guru dan kegiatan sendiri yang dilakukan anak tanpa
campur tangan guru. Hal ini tergantung pada ketrampilan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola
interaksi ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan serta
untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam
mencapai keberhasilan.
Diantara kedua kutub itu banyak kemungkinan dapat terjadi.
Misalnya guru berbicara dengan sekelompok kecil anak didik melalui
pengajuan pertanyaan atau berbincang dengan anak didik secara
individual sehingga anak dapat saling tukar pendapat.
23 Moh. Uzer Usman, op. cit., hlm. 129.
23
Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori antara
lain: persetujuan, penghargaan atau peningkatan, menggunakan
pendapat anak didik, bertanya, ceramah, memberi petunjuk dan
mengkritik. Sedangkan anak didik dapat berbicara melalui pemberian
respon dan pengambilan prakarsa.
Bila dilihat dari sudut kegiatan anak didik, dapat berbentuk
mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi
kelompok kecil, bekerja individual atau kelompok, membaca secara
keras atau perlahan, melihat film, bekerja atau belajar bebas, atau
dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.
Sedangkan menurut E. Mulyasa, berpendapat bahwa variasi dalam
pola interaksi dapat dilakukan sebagai berikut:
- Variasi dalam pengelompokan peserta didik: klasikal, kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan.
- Variasi tempat kegiatan pembelajaran: di kelas dan di luar kelas. - Variasi dalam pola pengaturan guru: seorang guru dan tim. - Variasi dalam pengaturan hubungan guru dengan peserta didik:
langsung (tatap muka) dan melalui media.24
Sedangkan variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
sebagai berikut:
- Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran, - Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar. - Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi. - Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.25
B. Pembelajaran PAI
1. Pengertian Pembelajaran PAI
Pembelajaran menurut D. Sudjana S adalah upaya yang sistematik
dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar
peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan tersebut terjadi
interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara peserta didik yang
24 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan,(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 79. 25 Ibid., hlm. 80.
24
melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan
membelajarkan.26
Menurut H. Muhaimin, pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan peserta didik. Dalam definisi ini terkandung makna bahwa
dalam pembelajaran tersebut terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan
mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan.27
Dalam definisi tersebut terkandung makna bahwa peserta didik tidak
dilihat sebagai obyek yang pasif, tetapi lebih dilihat sebagai subyek yang
sedang belajar atau mengembangkan potensinya.
Dalam setiap proses pembelajaran, membelajarkan merupakan suatu
kegiatan yang memerlukan ketrampilan profesional yang harus dikerjakan
atau dimiliki oleh guru karena proses pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang disengaja diciptakan dengan tujuan untuk merubah sikap
dan perilaku anak serta meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu menjadi
tahu.
Sedangkan pengertian Pendidikan agama Islam dapat didefinisikan
sebagai berikut:
- Menurut Frederick J. Mc Donald,
Education is a process of an activity which is directed at producing desirable change In the behavior of human being28 “Pendidikan adalah sebuah proses atau aktivitas yang dijelaskan pada usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku manusia”
26 D. Sudjana S, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah
Production, 2001), hlm. 8. 27 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan
Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa 2003), hlm. 82.
28 Frederick J. McDonald, Educational Psychology, (San Francisco : Wads Worth Publishing Company, 1959), hlm. 4
25
- Menurut Mahmud Yunus dan M. Qosim Bakar
التر بية هي كل الو سا ئل الىت يتخذ ها اإلنسان اال مناء خسم الطفل وعقله وتكوين خلقه وال تشمل إال العوامل املقصودة الىت ميكن
29ان بضع هلا تطاما
“Pendidikan adalah setiap sarana yang dipakai oleh guru untuk menumbuhkan fisik anak, akalnya dan membentuk akhlak serta berisi disiplin (peraturan) tertentu”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
sebagai suatu proses penyadaran diri untuk mengembangkan potensi-
potensi diri menuju suatu kepribadian yang utama yang tampak dalam
kebiasaan bertingkah laku, berfikir dan bersikap.
Sementara itu jika dihubungkan dengan agama Islam, banyak yang
mendefinisikan pendidikan agama Islam sebagai berikut:
- Dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan / atau latihan dengan memperhatikan
tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan
antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional.30
- Menurut Abdurrahman an-Nahlawi, pendidikan Islam adalah
pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta
emosinya berdasarkan agama Islam, dengan maksud merealisasikan
tujuan Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat.31
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan agama Islam adalah pelajaran yang disampaikan atau segala
29 Mahmud Yunus dan M. Qosir Bakar, At-Tarbiyah wa at-Ta’lim, (Padang : t.p, 1975),
hlm. 8 30 Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 7. 31 Abdurrahman an-Nahlawi, “Ushulut Tarbiyatul Isamiyah wa Asalibuha”, terj. Herry
Noer Ali, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung : CV. Diponegoro, 1989), hlm. 49.
26
usaha pembinaan dan pengembangan kemampuan anak didik, baik
jasmani maupun rohani dengan memberikan materi ajaran agama Islam
agar kelak anak tersebut menjadi manusia yang bertindak, berfikir dan
bertanggungjawab sesuai dengan ajaran agama Islam.
Berdasarkan pengertian pembelajaran dan PAI tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran PAI adalah proses penyampaian materi
atau pengalaman nilai ajaran Islam sebagaimana tersusun secara sistematis
dalam ilmu-ilmu keislaman kepada peserta didik yang beragama Islam
agar kelak mereka menjadi manusia yang bertindak sesuai dengan ajaran
agama Islam.
2. Tujuan dan ruang lingkup PAI
a. Tujuan
Di dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa tujuan pendidikan agama islam
adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.32
Tujuan pendidikan Islam menurut Abdurrahman an-Nahlawi yaitu
untuk mendidik warga negara mu’min dan masyarakat muslim agar
dapat merealisasikan ubudiyah kepada Allah dan menanamkan pada
anak untuk saling menolong, bahu-membahu atau mencintai sesama.33
Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam menurut Chabib Thoha
yaitu, untuk mencapai hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran
manusia sebagai makhluk Allah SWT, agar mereka tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah
kepadanya.34
32 Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, op. cit. , hlm. 78. 33 Abdurrahman an-Nahlawi, op .cit., hlm.179. 34 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
hlm. 99.
27
Tujuan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Adz-
Dzaariyaat ayat 56 :
)56: ات الذاري(وما خلقت الجن واالنس اال ليعبدون
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku “ 35
Oleh karena itu dengan pembelajaran PAI diharapkan siswa dapat
tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia,
beribadah dan takwa kepada Allah. Selain itu dengan pendidikan
agama islam diharapkan mampu menciptakan hubungan yang
harmonis antara sesama manusia baik yang seagama (sesama muslim)
ataupun yang tidak seagama, serta dalam berbangsa dan bernegara
sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan.
b. Ruang lingkup
Dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa ruang lingkup PAI meliputi
keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara :
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan sesama manusia
3. Hubungan manusia dengan dirinya
4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan36
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama islam
meliputi tujuh unsur pokok yaitu ; al-Qur’an dan hadist, keimanan,
syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak dan tarikh.
Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti
merupakan sumber akidah, syari’ah, ibadah, muamalah dan akhlak
sehingga berada pada tiap unsur tersebut.37
35 Soenarjo, (eds.), Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa ,1985), hlm.
862. 36 Marasuddin Siregar “Pengelolaan Pengajaran : Suatu Dinamika Profesi Keguruan”,
dalam Chabib Thoha (eds.), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998), hlm. 183.
37 Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan pendidikan agama Islam di Sekolah, op. cit., hlm. 80.
28
Keimanan atau akidah merupakan akar atau pokok agama. Iman berarti
percaya. Pengajaran keimanan berarti belajar mengajar tentang
berbagai aspek kepercayaan. Ajaran pokok pengajaran keimanan
meliputi rukun iman yang enam, yaitu percaya pada Allah, rasul,
malaikat, kitab, hari akhir dan qodho’ qodar.
Syari’ah merupakan sistem norma atau aturan yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan makhluk lain.
Dalam hubungannya dengan tuhan diatur dalam ibadah dan hubungan
dengan sesama manusia diatur dalam muamalah.
Ibadah merupakan bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah
yang diawali dengan niat. Bentuk pengabdiannya seperti sholat, zakat,
puasa, bersedekah, membantu orang yang membutuhkan pertolongan
dan lain-lain. Sedangkan muamalah merupakan aspek yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia, contohnya jual beli.
Sedangkan unsur pokok akhlak merupakan aspek hidup atau
kepribadian hidup manusia, dalam arti hubungan dengan Tuhan dan
manusia lain menjadi sikap hidup pribadi manusia. Akhlak merupakan
bentuk batin seseorang. Dan dilihat dari segi nilai bentuk batin ada
yang baik dan jahat ada yang terpuji dan tercela.38
Unsur yang lain yaitu tarikh (sejarah kebudayaan) islam. Tarikh
merupakan sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan umat Islam dari masa ke masa dalam usaha bersyari’ah
(beribadah dan muamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan
sistem kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah.
Pada tingkat sekolah dasar, pembelajaran PAI ditekankan pada unsur
pokok al-Qur’an, keimanan, ibadah dan akhlak. Sedangkan pada
tingkat pertama dan menengah, selain empat unsur di atas maka unsur
syari’ah dan tarikh dimasukkan pula.
38 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hlm. 68.
29
3. Tugas dan Peran Guru dalam Pembelajaran
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang
tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai
guru. Untuk itu guru diperlukan syarat khusus dan menguasai tentang
pendidikan dan pengajaran.
Guru merupakan kemampuan dalam keberhasilan belajar siswa, oleh
karena itu guru memiliki tugas dan peran yang penting dalam menentukan
kuantitas dan kualitas pembelajaran. Tugas dan peran guru yaitu sebagai
berikut :
1) Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di
luar dinas dalam bentuk pengabdian. Jika dikelompokkan ada tiga jenis
tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan
tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah
kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Mendidik bukan
sekedar Transfer of knowledge tetapi juga transfer of value.39
Mengajar adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan juga menjadi tugas guru karena
guru terlibat dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial.
Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik
sehingga anak mempunyai sifat kesetiakawanan sosial.40
Selain itu tugas guru adalah dapat menjadi orang tua kedua di sekolah.
Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan
agar dapat dengan mudah memahaminya.
39 Sardiman A. M. op. cit., hlm. 53. 40 Moh. Uzer Usman, op. cit., hlm. 7.
30
Di bidang kemasyarakatan guru mempunyai tugas mendidik dan
mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik dan
bermoral Pancasila.
2) Peran guru dalam pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaran meliputi banyak hal antara lain guru
sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan,
partisipan, perencana supervisor, motivator, konselor dan lain-lain.
Yang akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling
dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut ;
a. Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar,
guru senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya dan mengembangkannya dengan ilmu yang
dimilikinya karena akan menentukan hasil belajar siswa.
Hal lain yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia juga harus
memperkaya dirinya dengan pengetahuan sebagai bekal
melaksanakan tugasnya.
Selain itu guru hendaknya mampu dan trampil dalam mengelola
kelasnya dan menyampaikan informasi kepada anak didik sehingga
anak didik tertarik dan merasa tidak bosan terhadap pelajaran yang
disampaikan sehingga anak termotivasi untuk belajar. Seorang guru
akan mampu melaksanakan pengajarannya dengan baik jika ia
menguasai dan menerapkan ketrampilan-ketrampilan mengajar
dalam pembelajarannya.
b. Guru sebagai pengelola kelas (learning Manager)
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas
sebagai lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan.
Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan
merangsang siswa untuk belajar, memberi rasa aman dan kepuasan
dalam mencapai tujuan.
31
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk berbagai kegiatan pembelajaran
agar hasilnya bagus. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar
dan membantu siswa memperoleh hasil yang diharapkan.41
Sebagai manajer guru senantiasa bertanggungjawab memelihara
lingkungan belajarnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar
dan mengarahkan siswanya.
c. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pemahaman dan
pengetahuan tentang media pembelajaran dan juga memiliki
ketrampilan memilih media, menggunakan media dan
mengusahakan dengan baik. Memilih media dan menggunakan
media harus sesuai dengan tujuan materi, metode dan kemampuan
guru dan siswa.
Selain itu, sebagai mediator guru dapat diartikan sebagai penengah
dalam proses belajar anak. Contoh, dalam diskusi. Dalam diskusi
guru dapat berperan sebagai penengah di antara peserta diskusi
tersebut.42
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas
yang memungkinkan kemudahan belajar anak dan mampu
mengusahakan sumber belajar yang menunjang tujuan dan proses
pembelajaran sehingga akan tercapai tujuan belajar yang optimal.
d. Guru sebagai evaluator
Guru dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan jujur. Dengan
penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran dan keefektifan metode
pembelajaran.
41 Ibid., hlm. 10. 42 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 47.
32
Dalam fungsinya sebagai evaluator, guru hendaknya terus-menerus
mengikuti hasil yang dicapai siswa. Informasi yang diperoleh
melalui evaluasi dapat dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran.
4. Metode-Metode Pembelajaran PAI
Metode berasal dari bahasa yunani, ‘Metha’ dan ‘Hodos’. Metha
artinya melalui atau melewati, sedangkan Hodos berarti jalan atau cara.
Dari dua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode
adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.43
Menurut Tayar Yusuf, metode adalah cara atau jalan dalam
melaksanakan sesuatu meliputi segala kegiatan.44
Menurut Athiyah Al- Abrasyi, memberikan definisi metode sebagai
berikut:
الطريقة هي الوسيلة الىت نتبعها لتفهيم التالميذ اي درس من الدروس ىف اية 45مادة من املواد
“Metode merupakan jalan yang harus dilalui untuk menanamkan anak didik terhadap beberapa materi pelajaran dari guru terhadap materi pelajaran”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
merupakan jalan atau cara yang digunakan untuk mempermudah
penyampaian materi.
Salah satu tujuan dari penggunaan metode yang bervariasi adalah
untuk mengatasi kebosanan pada siswa. Sifat dari metode-metode
pembelajaran adalah fleksibel dan tidak ada satu metode yang baik yang
ada adalah metode yang tepat atau sesuai.
43 Zuhairini, et. Al., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm 18. 44 Tayar Yusuf. Ilmu Praktik Mendidik : Metodik Khusus Pengajaran Agama , (Bandung:
Al Ma’arif, 1986), hlm. 49. 45 M. Athiyah al-Abrashi, Ruhut Tarbiyah wat Ta’lim, (ttp : Darul Ihya al Kutub al
Arabiyah, 1990), hlm. 267.
33
Metode ada bermacam-macam dan masing-masing metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu dalam pembelajaran
sering kali digunakan beberapa metode sehingga memungkinkan
kelemahan dari metode dapat ditutupi dengan kelebihan metode yang lain.
Jenis metode yang banyak diterapkan dalam pembelajaran PAI
yaitu :
1. Metode ceramah
Metode ceramah ini berupa penuturan secara lisan dari guru
kepada murid untuk memberikan pengertian terhadap sesuatu masalah.
Dalam metode ini siswa duduk, melihat dan mendengarkan.46
Metode ceramah merupakan metode yang paling klasik dan
dominan dalam dunia pembelajaran. Kelemahan metode ini adalah
perhatian murid terpusat pada guru dan murid bersifat pasif karena
hanya mendengarkan saja.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut hendaknya dikurangi atau
diatasi dengan metode-metode yang lain seperti metode diskusi, tanya
jawab dan lain-lain.
2. Metode diskusi
Diskusi adalah proses memeriksa dengan terperinci sesuatu
masalah dengan jalan bertukar pikiran, membandingkan, menilai
hubungan itu dan mengambil kesimpulannya.47 Dalam diskusi perlu
adanya saling menghargai pendapat yang berbeda.
Agar diskusi lebih hidup selain keikutsertaan dan keaktifan
peserta, hal lain yang harus diperhatikan adalah masalah yang dibahas
harus bersifat problematik dan merangsang berfikir untuk
memecahkannya. Selain itu perumusan tujuan diskusi harus jelas agar
diskusi tidak menyimpang dan pimpinan diskusi harus lincah dab
46 Zakiyah Daradjat, op. cit., hlm. 289. 47 Tayar Yusuf , op. cit., hlm. 58.
34
kreatif agar suasana diskusi sangat hidup dan peserta diskusi dapat
berperan aktif.
3. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu tehnik mengajar yang dapat
membantu kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Metode
tanya jawab adalah metode dengan menggunakan komunikasi dua
arah, guru bertanya dan murid menjawab atau sebaliknya.48
Metode ini bertujuan untuk memonitor penguasaan murid dan
merangsang berfikir anak. Selain itu metode ini lebih sesuai jika
dipakai untuk mengingat atau mengulang pelajaran dan
membangkitkan semangat belajar siswa.
4. Metode pemberian tugas (Resitasi)
Yaitu guru memberi tugas kepada murid dan murid
mengerjakannya kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan
kepada guru.49
Jika murid menemui kesulitan-kesulitan maka guru memberikan
penjelasan dan petunjuk sesudah murid mencoba dan berusaha lebih
dahulu.
Tujuan dari metode ini adalah membiasakan anak untuk giat
belajar sendiri dan selalu berusaha menambah ilmu pengetahuannya
dengan inisiatif sendiri dan kemauan masing-masing. Selain itu
manfaat dari metode resitasi adalah untuk mengisi waktu luang anak
agar tidak digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
5. Metode kerja kelompok
Yaitu murid dibagi dalam kelompok dan masing-masing
kelompok itu bertugas menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang
ditetapkan oleh guru.50
Pengelompokan dapat dilakukan oleh anak didik sendiri dan juga
dapat dilakukan oleh guru. Untuk tiap kelompok dapat ditunjuk
48 Zakiyah Daradjat, op. cit., hlm. 307. 49 Ibid., hlm. 298. 50 Ibid., hlm. 305.
35
seorang diantara mereka sebagai koordinator bagi anggota-anggotanya,
namun tanggung jawab menyelesaikan tugas tersebut tetap dibebankan
kepada setiap anggota tanpa kecuali.
Salah satu manfaat dari metode kerja kelompok adalah
menghidupkan rasa persatuan, kekompakan sesama murid, dan juga
membina jiwa setia kawan dan terbina sifat kerjasama yang sangat
bermanfaat.
Sebagai tehnik dalam mengajar maka metode membutuhkan
keahlian / kecakapan pendidik dalam menyampaikan materi dengan
mudah. Metode mengajar harus menimbulkan kesenangan dan
kepuasan bagi anak didik. Karena dari sini indikator keberhasilan
tujuan pembelajaran telah tercapai secara efektif dan efisien.
C. Pentingnya Ketrampilan Mengajar yang Bervariasi dalam
Pembelajaran
Dalam setiap proses pembelajaran sangat membutuhkan adanya
ketrampilan profesional dari seorang guru karena seorang guru dituntut
untuk dapat menciptakan kondisi lingkungan belajar yang baik di dalam
kelas dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
Pada dasarnya kondisi belajar yang menyenangkan akan menumbuhkan
kreatifitas siswa.
Salah satu kriteria profesional seorang guru yaitu guru harus mampu
memecahkan dan melaksanakan tehnik-tehnik mengajar yang baik.51 Bila
guru dalam penampilan mengajarnya tidak menarik maka kegagalan
pertama adalah tidak dapat menanamkan benih pengajarannya pada siswa.
Siswa enggan memperhatikan dan tidak dapat menerima pelajaran
sehingga bosan menghadapi pelajaran yang disampaikan.
Untuk dapat melaksanakan tehnik mengajar yang baik maka
seorang guru harus menguasai ketrampilan menggunakan variasi dalam
pembelajaran, baik variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan ajar
51 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 38.
36
dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa untuk kepentingan siswanya
sehingga memungkinkan perkembangannya secara optimal sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan siswa tidak akan cepat bosan.
Menurut E. Mulyasa, mengadakan variasi merupakan ketrampilan
yang penting dan harus dikuasai oleh guru dalam pembelajaran.
Ketrampilan menggunakan variasi bermanfaat untuk mengatasi kejenuhan
dan kebosanan pada siswa agar siswa selalu antusias, tekun dan penuh
partisipasi serta untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.52
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan
oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulum. Akan tetapi sebagian besar
ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.
Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Seorang guru harus mampu mengelola interaksi belajar mengajar, ia
harus mampu memahami hakikat belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas belajar, bagaimana poses belajar berlangsung dan
ciri-ciri pemahaman, perasaan, minat nilai, dan ketrampilan. Dengan
demikian ia akan mampu menentukan gaya memimpin kelas yang akan
dipakai. Hal ini akan mempengaruhi corak interaksi guru dan siswa dalam
kegiatan proses belajar mengajar.
Pekerjaan mendidik atau mengajar adalah pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan tertentu. Kemampuan ini dapat dilihat pada
kemampuannya di dalam melakukan perannya sebagai pendidik atau
pengajar, pembimbing dan sebagainya. Oleh karena itu pembelajaran yang
menarik dan baik sangat diharapkan guna mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal. salah satu cara agar pembelajaran menarik adalah dengan
menggunakan variasi agar siswa tidak bosan dan siswa memperhatikan
apa yang disampaikan oleh guru sehingga mereka paham dan mengerti,
dengan demikian tujuan pendidikan dapat ditanamkan pada peserta didik.
52 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 78