bab ii kerangka teori, hasil penelitian, dan ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2...

44
22 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. TUGAS DAN WEWENANG POLRI MENURUT UU NO 2 TAHUN 2002 Ketentuan-ketentuan tentang pelanggaran lalu lintas secara tegas diatur dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, Undang- Undang No 2 tentang Kepolisian Republik Indonesia, Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah No 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penindakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Seperti dalam Tindak pidana pelanggaran lalu lintas dalam kasus STNK terlambat membayar pajak dan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sudah tidak berlaku, Bahwa berdasarkan Pasal 106 ayat (5) UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Jo, Pasal 265 UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, SIM dan STNK merupakan hal yang diperiksa Polisi lalu lintas dalam hal pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan. Menurut Pasal 288 UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa : (1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5)

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

22

BAB II

KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS

A. Kerangka Teori

1. TUGAS DAN WEWENANG POLRI MENURUT UU NO 2 TAHUN

2002

Ketentuan-ketentuan tentang pelanggaran lalu lintas secara tegas

diatur dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, Undang-

Undang No 2 tentang Kepolisian Republik Indonesia, Undang-Undang No

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan

Pemerintah No 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penindakan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan. Seperti dalam Tindak pidana pelanggaran lalu lintas

dalam kasus STNK terlambat membayar pajak dan Surat Izin Mengemudi

(SIM) yang sudah tidak berlaku, Bahwa berdasarkan Pasal 106 ayat (5)

UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Jo, Pasal

265 UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, SIM

dan STNK merupakan hal yang diperiksa Polisi lalu lintas dalam hal

pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan. Menurut Pasal 288 UU No 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa :

(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di

Jalan yang tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor

Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan

Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5)

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

23

huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua)

bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu

rupiah).

(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang

tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak

Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

(3) Setiap orang yang mengemudikan mobil penumpang umum, mobil bus,

mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang tidak

dilengkapi dengan surat keterangan uji berkala dan tanda lulus uji

berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf c

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Dalam Pasal PP No 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penindakan

Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat terlaksana sesuai prosedur

hukum, jika ada kesadaran kewenangan juga tanggung jawab bagi Pihak-pihak

yang berwajib dengan masyarakat, disini penulis coba menuliskan pengertian dari

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah Kepolisian Nasional di

Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri

mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia yaitu memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, yang tercantum

dalam PP No 80 Tahun 2012, pada Pasal 12 PP No 80 Tahun 2012 menyebutkan

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

24

Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dapat dilakukan secara berkala setiap 6

(enam) bulan atau insidental sesuai dengan kebutuhan. Artinya pemeriksaan

dilakukan dilakukan secara berkala yakni per enam bulan sekali atau sesuai

kebutuhan, yakni kapan saja dilakukan disaat memang harus dilakukan karena

pertimbangan tertentu dilakukan oleh Kepolisian dan Penyidik Pehawai Negeri

Sipil di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan hal ini termaktub pada Pasal 13

ayat (1) PP No 80 Tahun 2012, berdasarkan Pasal 281 PP No 80 Tahun 2012

tentang Tata Cara Penindakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan

bahwa :

“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak

memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77

ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan

atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) “.

Pertimbangan tersebut didasari pada Pasal 13 ayat (2) dan (3), dalam ayat (3) PP

No 80 Tahun 2012 pertimbangannya meliputi :

1. Angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di jalan;

2. Angka kejahatan yang menyangkut Kendaraan Bermotor;

3. Jumlah Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi persyaratan

teknis dan persyaratan laik jalan; ketidaktaatan pemilik

dan/atau pengusaha angkutan untuk melakukan pengujian

Kendaraan Bermotor pada waktunya;

4. Pelanggaran perizinan angkutan umum; dan/atau pelanggaran

kelebihan muatan angkutan barang.

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

25

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan tugas

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebelum undang-undang ini

berlaku adalah UU No 28 Tahun 1997 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia (LN.1997 No 8, dan TLN. No 3710) sebagaimana

penyempurnaan dari UU No 13 Tahun 1961 tentang ketentuan-ketentuan

pokok Kepolisian Negara (LN.1961 No 245, dan TLN. No 2289). Petugas

Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil

di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang melakukan Pemeriksaan

Kendaraan Bermotor di Jalan secara berkala atau insidental atas dasar

Operasi Kepolisian dan/atau penanggulangan kejahatan wajib dilengkapi

dengan surat perintah tugas, yang dikeluarkan oleh:

1. Atasan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia bagi

petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

2. Atasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil di

bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Di dalam Bab III UU No 2 Tahun 2002 disebutkan tugas dan

wewenang Kepolisian Negara. Tugas pokok kepolisian Negara selanjutnya

diatur dalam Pasal 13, secara garis besar disebutkan:

b. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

c. Menegakkan hukum; dan

d. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

26

Selanjutnya tugas pokok kepolisian Negara diatur dalam Pasal 14, Dalam

pasal tersebut disebutkan tugas pokok Kepolisian Negara yang berkaitan

dengan tindak pidana adalah:

e. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hokum acara pidana dan peraturan

perundang-undangan lainnya (Pasal 14 ayat (1) huruf g UU No 2

Tahun 2002).

Lebih lanjut dalam tugas umum Kepolisian Negara diatur dalam Pasal

15, Dalam pasal tersebut disebutkan tugas umum Kepolisian Negara yang

berkaitan dengan tindak pidana adalah menerima laporan dan/atau

pengaduan (Pasal 15 ayat (1) huruf a). Sedangkan Kepolisian Negara

dalam proses pidana berwenang:

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan;

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat

kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam

rangka penyidikan;

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

27

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan perhentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi

yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan

mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang

yang disangka melakukan tindak pidana;

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS) serta menerima hasil penyidikan

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk diserahkan kepada

penuntut umum; dan

l. Mengadakan tindakan lain menurut hokum yang bertanggung

jawab. 1

Pasal 1 ayat (1) UU No 2 Tahun 2002, pada hakikatnya tugas kepolisian dapat

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Tugas Preventif (mencegah), yaitu melaksanakan segala usaha, pekerjaan,

dan kegiatan dalam rangka menyelenggarakan, melindungi Negara dan

badan hukumnya, kesejahteraan, kesentosaan, keamanan, dan ketertiban

umum, orang-orang dan harta bendanya terhadap serangan dan bahaya

dengan jalan mencegah terjadinya tindak pidana dan perbuatan-perbuatan

lain yang walaupun tidak diancam dengan pidana, akan tetapi walaupun

1 Denny Kailimang, Sanggahan Atas Masalah Praperadilan Antara Harapan dan Kenyataan, Jakarta, Tahun 1987, hal 17.

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

28

tidak diancam pidana, akan tetapi dapat mengakibatkan terganggunya

keamanan dan ketertiban umum.

b. Tugas Refresif (memberantas), ialah kewajiban melakukan segala usaha,

pekerjaan, dan kegiatan untuk membantu tugas kehakiman guna

memberantas perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana yang telah

dilakukan, secara penyidikan, menangkap, dan menahan yang berbuat

salah, memeriksa, menggeledah, dan membuat berita acara pemeriksaan

pendahuluan serta mengajukan kepada jaksa untuk dituntut pidana di

muka hakim.

2. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan

Penyelidikan dan penyidikan dahulu kedua-duanya dikenal dengan

nama pengusutan (opsporing). Setelah diundangkannya UU No 13

Tahun 1961 istilah pengusutan diganti penyidikan. Definisi opsporing

(pengusutan/penyidikan) menurut de Pinto (R.Tresna) adalah

pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk

oleh undang-undang segera setelah itu ditunjuk oleh undang-undang

segera setelah mereka dengan jalan apapun mendengar kabar yang

sekedar beralasan bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum.

Menurut KUHAP Pasal 1 butir (5) pengertian penyidikan adalah

serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan suatu

peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat

atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini. Sedangkan yang dimaksud penyidikan menurut

Pasal 1 butir (2) KUHAP adalah serangkaian tindakan penyidik dalam

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

29

hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk

mencari serta mengumpulakn bukti yang dengan bukti itu membuat

terang tentang tindak pidan yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya.

Menurut Pasal 1 butir (4) KUHAP yang dimaksud penyelidik

adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang

oleh undang-undang ini untuk penyelidikan. Wewenang dan kewajiban

penyelidik diatur dalam Pasal 5 KUHAP yang berbunyi :

1. Karena kewajibannya mempunyai wewenang :

2. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang

adanya tindak pidana;

3. Mencari keterangan dan barang bukti;

4. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan

menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

5. Mengadakan tindakan lain menurut hokum yang

bertanggung jawab.

Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

a. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,

penggeledahan dan penyitaan;

b. Pemeriksaan dan penyitaan;

c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

d. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

30

Penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat

pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang

untuk melakukan penyidikan (Pasal 1 butir 1 KUHAP). Selanjutnya yang

dimaksud penyidik tersebut diatur dalam Pasal 6 KUHAP yang berbunyi sebagai

berikut :

Penyidik merupakan :

a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi

wewenang khusus oleh undang-undang.

3. Pengertian Penyitaan

Pengertian penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk

mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaanya benda bergerak

atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan

pembuktian dalam penyidikan penuntutan dan peradilan (Pasal 1 butir (16)

KUHAP).

1. Objek Penyitaan

Jika pengertian di atas dihubungkan dengan Pasal 39 ayat (1) KUHAP,

maka objek penyitaan adalah :

(1) Benda bergerak dan tidak bergerak;

(2) Benda berwujud dan tidak berwujud;

(3) Benda yang dalam sitaan karena perkara perdata atau

karena pailit.

Sepanjang benda tersebut di atas memenuhi kriteria seperti di bawah ini :

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

31

a. Benda atau tagihan tersangka diduga diperoleh dari tindak pidana atau

sebagai hasil dari tindak pidana;

b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak

pidana atau untuk mempersiapkannya.

c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak

pidana.

d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana.

e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana

yang dilakukan.

Dari ketentuan yang telah kami sampaikan di atas, dapat dilihat bahwa

benda yang dapat dikenakan penyitaan adalah benda-benda yang berkaitan

langsung maupun tidak langsung dengan terjadinya suatu tindak pidana, maka

jika ada benda yang sempat diambil oleh penyidik, namun ternyata tidak

berhubungan dengan tindak pidana, maka benda tersebut akan segera

dikembalikan kepada orang yang berhak.

Menurut ketentuan Pasal 44 KUHAP disebutkan:

(1) Benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan negara.

(2) Penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan

tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan

tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang

untuk dipergunakan oleh siapa pun juga.

Ketentuan di atas senada dengan Pasal 8 Peraturan Kepala Kepolisian

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengelolaan

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

32

Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian Republik Indonesia (“PERKAP

Nomor 10 Tahun 2010”), yang menyatakan sebagai berikut:

(1) Barang bukti temuan yang telah disita penyidik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2) paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam

wajib diserahkan kepada PPBB.

(2) PPBB yang menerima penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib melakukan pencatatan ke dalam buku register dan disimpan pada

tempat penyimpanan barang bukti.

(3) Dalam hal barang bukti temuan terdiri atas benda yang dapat lekas rusak

atau membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan, dapat

diambil tindakan sebagaimana diatur dalam Hukum Acara Pidana.

(4) Dalam hal barang bukti temuan berupa narkotika jenis tanaman, dalam

waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam wajib dimusnahkan sejak

saat ditemukan, setelah sebagian disisihkan untuk kepentingan penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

Dalam hal penanganan benda sitaan dapat dilihat dari Pasal 270 PP No 80 Tahun

2012 tentang Tata Cara Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan jalan

dijelaskan bahwa :

(1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang melakukan

penyitaan, penyimpanan, dan penitipan benda sitaan yang diduga

berhubungan dengan tindak pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(2) Benda sitaan disimpan di rumah penyimpanan benda sitaan negara.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

33

(3) Dalam hal belum ada rumah penyimpanan benda sitaan negara di tempat yang

bersangkutan, penyimpanan benda sitaan dapat dilakukan di kantor

Kepolisian Negara Republik Indonesia, di kantor kejaksaan negeri, di kantor

pengadilan negeri, dan dalam keadaan memaksa di tempat penyimpanan lain,

atau tetap di tempat semula benda itu disita.

(4) Tata cara penyitaan, penyimpanan, dan penitipan benda sitaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan menurut ketentuan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

4. Tata Cara Penyitaan

Penyitaan yang dilakukan oleh penyidik terhadap benda hak milik

tersangka/terdakwa berkaitan dengan hak asasi manusia. Oleh karena itu,

suatu penyitaan tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang,

melainkan harus sesuai dengan persyaratan dan mekanisme sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Adapun bentuk dan tata cara penyitaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyitaan biasa

“Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin Ketua

Pengadilan Negeri setempat. Penyidik dalam melakukan penyitaan terlebih

dahulu menunjukkan tanda pengenalnya kepada orang dari mana benda itu

disita. Penyidik memperlihatkan benda yang akan disita kepada orang yang

memiliki benda yang akan disita atau keluarganya dan dapat minta

keterangan tentang benda yang akan disita dengan disaksikan oleh Kepala

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

34

Desa atau Ketua Lingkungan dengan dua orang saksi. Kemudian penyidik

membuat berita acara penyitaan.

2. Penyitaan dalam keadaan perlu dan mendesak

Dalam keadaan perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera

bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu,

maka penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan

untuk itu wajib segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat

guna memperoleh persetujuannya. (lihat Pasal 38 ayat (2) KUHAP)

3. Penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan

Penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan diatur dalam Pasal 40 dan Pasal

41 KUHAP sebagai berikut:

Dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita benda dan alat yang

ternyata atau yang patut diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak

pidana atau suatu benda lain yang dipakai sebagai barang bukti.Selanjutnya

dalam keadaan tertangkap tangan, penyidik berwenang menyita paket atau

surat atau benda yang pengangkutannya atau pengirimannya dilakukan oleh

Kantor Pos dan Telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau

pengangkutan, sepanjang hal tersebut diperuntukkan bagi tersangka atau

berasal daripadanya, dan atas tindakan itu kepada tersangka dan atau pejabat

Kantor Pos dan Telekomunikasi dan lain-lain harus diberikan surat tanda

penerimaan

4. Penyitaan terhadap surat atau tulisan lain

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

35

Penyitaan terhadap surat atau tulisan lain diatur dalam Pasal 43

KUHAP. Menurut ketentuan ini bahwa penyitaan terhadap surat atau

tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut undang-undang untuk

merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya

dapat dilakukan atas persetujuan mereka atau izin khusus Ketua

Pengadilan Negeri setempat kecuali undang-undang menentukan lain.

Kemudian, mengenai penyitaan kendaraan bermotor, hal tersebut dapat

dilakukan jika Pasal 32 ayat (6) PP 80/2012):

a. Kendaraan Bermotor tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor

Kendaraan yang sah pada waktu dilakukan Pemeriksaan Kendaraan

Bermotor di Jalan;

b. Pengemudi tidak memiliki Surat Izin Mengemudi;

c. Terjadi pelanggaran atas persyaratan teknis dan persyaratan laik jalan

Kendaraan Bermotor;

d. Kendaraan Bermotor diduga berasal dari hasil tindak pidana atau

digunakan untuk melakukan tindak pidana; atau

e. Kendaraan Bermotor terlibat kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan

meninggalnya orang atau luka berat.

1. Pengertian Praperadilan Menurut KUHAP Dan Prosesnya

Praperadilan adalah wewenang hakim untuk memeriksa dan memutus,

sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang tentang:

1. Sah tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau

penghentian penuntutan,

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

36

2. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya

dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. Mengenai praperadilan

ini diatur dalam Pasal 77 Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang

KUHAP.

Dalam istilah hukum Indonesia, adalah wewenang Pengadilan Negeri

untuk memeriksa dan memutus tentang:

(a). Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atau permintaan

tersangka atau keluarganya atau pihak lain atau kuasa tersangka;

(b). Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan

atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;

(c). Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya

atau pihak lain atau kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke

pengadilan.2

Praperadilan telah diatur dalam KUHAP dan hal tersebut merupakan hak

setiap Tersangka, keluarga, kuasa hukum atau pihak ketiga guna menjamin suatu

kepastian hukum terhadap proses hukum yang sedang atau telah berjalan. Setiap

penyidik ataupun atasan penyidik seolah antipati dengan pra peradilan. Ada suatu

anggapan bahwa seorang penyidik yang pernah di praperadilankan dipandang

mempunyai suatu cacat, sehingga dianggap tidak cakap atau tidak mampu

melakukan penyidikan. Praperadilan adalah suatu hal yang wajar dan tidak perlu

ditakuti sepanjang proses penyidikan atau upaya paksa yang dilakukan didasarkan

kepada aturan dalam KUHAP. Tidak semua putusan pra peradilan dimenangkan

oleh tersangka atau pihak yang mengajukan. Di dalam proses sidang pemeriksaan

2 Hadari Djanawi tahir, Drs. S.H. Pokok-Pokok Pikiran Dalam KUHAP . Allumni, Bandung, 1981

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

37

pra peradilan tentunya akan mempertimbangkan fakta baik secara yuridis maupun

fakta materiil. Apabila dalam KUHAP tentunya pra peradilan tersebut

dimenangkan juga telah diatur dalam KUHAP.

Adapun ruang lingkup Praperadilan yaitu, Di Dalam Bab X Bagian Kesatu mulai

pasal 79 sampai pasal 83 KUHAP, pihak – pihak yang dapat mengajukan pra

peradilan adalah sebagai berikut :

(1) Tersangka, keluarganya melalui kuasa hukum yang mengajukan

gugatan praperadilan terhadap kepolisian atau kejaksaan di pengadilan

atas dasar sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penyitaan dan

penggeledahan.

(2). Penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan atas dasar sah lam

atau tidaknya penghentian penyidikan.

(3). Penyidik atau pihak ketiga yang berkepentingan atas dasar sah atau

tidaknya penghentian penuntutan.

(4). Tersangka atau pihak ketiga yang bekepentingan menuntut ganti rugi

tentang sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan (pasal 81

KUHAP).

(5). Tersangka, ahli waris atau kuasanya tentang tuntutan ganti rugi atas

alasan penangkapan atau penahanan yang tidak sah, penggeledahan atau

penyitaan tanpa alasan yang sah atau karena kekeliruan orang atau

hukum yang diterapkan, yang perkaranya tidak diajukan ke sidang

pengadilan (pasal 95 ayat (2) KUHAP).

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

38

Secara jelas proses pemeriksaan (hukum acara) dalam Pasal 79 KUHAP

disebutkan bahwa hak tersangka adalah “Permintaan pemeriksaan tentang sah atau

tidaknya suatu penangkapan atau penahanan diajukan oleh tersangka, keluarga

atau kuasanya kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya”.3

Yang kemudian akan dilanjutkan Permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya

suatu penghentian penyidikan atau penuntutan dapat diajukan oleh penyidik atau

penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua pengadilan

negeri dengan menyebutkan alasannya ( Pasal 80 KUHAP ), Maka Mekanisme

Praperadilan disebutkan dalam Pasal 78 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa “

Praperadilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan

negeri dan dibantu oleh seorang panitera “. Acara pemeriksaan praperadilan

dijelaskan dalam pasal 82 ayat (1) KUHAP yaitu sebagai berikut:

a. Dalam waktu tiga hari setelah diterimanya permintaan, hakim yang

ditunjuk menetapkan hari sidang.

b. Dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya penangkapan

atau penahanan, sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau

penuntutan; permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak

sahnya penangkapan atau penahanan, akibat sahnya penghentian

penyidikan atau penuntutan dan ada benda yang disita yang tidak termasuk

alat pembuktian, hakim mendengar keterangan baik dan tersangka atau

pemohon maupun dan pejabat yang berwenang.

c. Pemeriksaan tersebut dilakukan cara cepat dan selambat-lambatnya tujuh

hari hakim harus sudah menjatuhkan putusannya.

3 KUHAP Pasal 79.

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

39

d. Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri

sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan belum

selesai, maka permintaan tersebut gugur.

e. Putusan praperadilan pada tingkat penyidikan tidak menutup kemungkinan

untuk mengadakan pemeriksaan praperadilan lagi pada tingkat

pemeriksaan oleh penuntut umum, jika untuk itu diajukan permintaan

baru.

Pemeriksaan sah atau tidaknya Surat Penghentian Penyidikan Perkara atau

SP3 merupakan salah satu lingkup wewenang praperadilan. Pihak penyidik atau

pihak ketiga yang berkepentingan dapat mengajukan permintaan pemeriksaan

(praperadilan) tentang sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan.

Permintaan tersebut diajukan kepada ketua pengadilan negeri dengan

menyebutkan alasannya (pasal 1 angka 10 huruf b jo. pasal 78 KUHAP).

B. HASIL PENELITIAN

Permohonan praperadilan Advokat Lembaga Bantuan Hukum

“SOLIDARITAS” yang berkantor di Jln. Soekarno Hatta Km. 31

Harjosari Bawen, Kabupaten Semarang, sebagai Pemohon. LBH

SOLIDARITAS mengajukan surat permohonan pra pradilan pada tanggal

11 Februari 2014 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

SALATIGA Pada tanggal 12 Februari 2014 dan terdaftar di bawah No

01/Pra.Pid/2014/PN.Sal telah mengajukan permohonan Pra Peradilan

terhadap Termohon, Bahwa LBH “SOLIDARITAS” merupakan pihak

ketiga yang berkepentingan pada hari rabu tanggal 5 Februari 2014 yang

menugaskan staff bernama Harno ke kota Boyolali untuk mendaftarkan

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

40

gugatan Armada GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC STNK An.

Endar Susilo warna hitam dengan Nomor rangka

MHKV3BA3J9K006402 Nomor Mesin DE52914. Pada waktu itu jam

11.30 Wib ada razia di jalan baru (jlang lingkar Salatiga) terjadi

pemeriksaan oleh SATLANTAS POLRESTA SALATIGA. Dalam hal

gugatan yang diajukan pemohon Advokat Lembaga Bantuan Hukum “

SOLIDARITAS” mengajukan keberatan terhadap Pihak Termohon

karena melakukan penyitaan terhadap mobil dan surat-surat tanpa

memberikan bukti dan tidak menelaah Pasal 39 ayat (1) sebagai

pertimbangan yang didalam pasal tersebut menyebutkan unsur-unsur

penyitaan kendaraan dan Satuan Lalu Lintas Resort Kota Salatiga

melanggar Pasal 38 ayat (1) yang menyatakan “ Penyitaan hanya dapat

dilakukan oleh Penyidik dengan surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri

setempat”.

Bahwa dengan demikian semestinya tidak dilakukan penyitaan

oleh Oknum Satlantas Resort Kota Salatiga terhadap Armada

GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC STNK An. Endar Susilo Warna

Hitam dengan Nomor Rangka MHKV3BA3J9K006402 Nomor Mesin

DB52914, dengan peristiwa penyitaan yang dialami Harno selaku staff

dari Lembaga Bantuan Hukum “SOLIDARITAS” ditawarkan negosiasi

dengan salah satu anggota dan diperlihatkan brosur nominal yang dapat

dibayarkan dengan pilihan :

(a). Rp. 1.500.000,-

(b). Rp. 750.000,-

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

41

(c) Rp. 250.000,-

Setelah bernegosiasi dengan salah satu anggota SATLANTAS

POLRESTA SALATIGA beserta staff LBH SOLIDARITAS tidak terjadi

kesepakatan diantara kedua belah pihak, sehingga staff LBH SOLIDARITAS

melakukan tindakan yaitu, menghubungi Komisaris LBH “SOLIDARITAS” yang

bernama H. Endar Susilo, SH, MH dan selanjutnya Komisaris menyuruh untuk

meminta surat tilang kepada anggota SATLANTAS POLRESTA SALATIGA

yang berdinas pada saat itu. Beberapa saat kemudian Tim dan Komisaris LBH

“SOLIDARITAS” pada tempat kejadian perkara dan mendengarkan duduk

perkara dari IPTU. HARJAN WIDODO bersama dengan anggotanya tetap

menyita Armada GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC STNK An. Endar

Susilo warna hitam dengan nomor rangka MHKV3BA3J9K006402 Nomor mesin

DE52914 dan meminta Komisaris LBH “SOLIDARITAS” menandatangani surat

tilang yang diajukan salah satu anggota SATLANTAS POLRESTA SALATIGA,

akan tetapi ditolak oleh Komisaris LBH”SOLIDARITAS” karena bertentangan

dengan prosedur yang ada.

Dalam Pokok perkara ini Tim LBH “SOLIDARITAS” mengalami

kerugian dikarenakan pada saat itu dalam perjalanan sidang perkara menuju

persidangan perkara yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Semarang menjadi

terlambat hadir dalam sidang dan tidak bisa melakukan agenda yang telah

dipersiapkan oleh Tim LBH “SOLIDARITAS”, sehingga membuat kerugian klien

baik bersifat materiil dan kerugian bersifat formil. Objek Permohonan

Pemeriksaan Pra Peradilan ini terkait adanya penyitaan Armada GRANDMAX

Nomor Polisi H 8412 VC STNK An, Endar Susilo warna hitam dengan nomor

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

42

rangka MHKV3BA3J9K006402 Nomor Mesin DE52914, agar segera ditetapkan

melalui Ketua Pengadilan Negeri Salatiga Oleh Ketua Majelis Pemeriksa perkara

Permohonan Pra Peradilan menyerahkan armada tanpa syarat.

Akibat kejadian tersebut Tim LBH “SOLIDARITAS” pada hari yang

sama yaitu, hari kamis tanggal 6 Februari 2014 melaporkan pada Dit. Provisi dan

pengamatan (Dit. PROPAM) POLDA JATENG, dikarenakan pemohon tidak

setuju dengan tindakan termohon Pra Peradilan yang tidak sesuai prosedur

menyita Armada GRANDMAX oNomor Polisi H 8412 VC STNK An. Endar

Susilo warna hitam dengan nomor Rangka MHKKV3BA3J9K006402 Nomor

mesin DE52914 dengan tanpa syarat, secara jelas dapat ditelaah dalam Pasal 82

ayat (1) huruf b KUHAP yang menyebutkan syah dan tidaknya penyitaan barang

bukti yang berbunyi “ Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti

atau ternyata tidak merupakan tindak pidana”.

Pada kesempatan yang dianjurkan dan diusahakan kepada kedua belah

pihak agar tentang permohonan Pra Peradilan ini diselesaikan secara damai, akan

tetapi tidak ada kata sepakat diantara kedua belah pihak, kemudian persidangan

dialnjutkan dengan membacakan permohonan Pra Peradilan pemohon yang isinya

tetap dipertahankan oleh pemohon, selanjutnya terhadap permohonan Pra

Peradilan yang diajukan Pemohon diatas mendapat tanggapan dari Termohon

dengan menyampaikan bantahannya secara lisan dipersidangan tanggal 17

Februari 2014, pada tanggal 5 Februari 2014 sekitar pukul 10.30 Wib sekitar 15

anggota Satlantas Polresta Salatiga berdasarkan surat tugas melaksanakan operasi

lalu lintas di JLS (jalan lingkar selatan) dengan penanggung jawab operasi yaitu

KBO Satlantas Polres Salatiga IPTU HARJAN WIDODO, SH.

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

43

Pada saat operasi lalu lintas yang diadakan Satlantas Polresta Salatiga dari

arah Semarang ada sebuah kendaraan berupa Armada GRANDMAX Nomor

Polisi H 8412 VC yang kemudian dihentikan oleh Petugas Satlantas Polresta

Salatiga untuk dilakukan kelengkapan surat-surat kendaraan, dari hasil

pemeriksaan tersebut diketahui STNK Mobil GRANDMAX Nomor Polisi H 8412

VC, atas nama Endar Susilo tersebut ternyata sudah tidak membayar

pajak/terlambat membayar pajak sejak Thaun 2011 dan kemudian SIM dari

Pengemudi Armada GRANDMAX tersebut atas nama Suharno setelah diperiksa

sudah tidak berlaku/habis masa berlakunya pada Tahun 2013.

Kemudian Petugas Satlantas Polresta Salatiga berkonsultasi dengan KBO

Satlantas Polresta Salatiga (Iptu Harjan Widodo, SH), selaku penanggung jawab

Operasi dan memutuskan menindak lanjuti dengan cara membuat Surat Tilang

dan menyita Armada GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC. Pengemudi

Armada GRANDMAX yang bernama Suharno tidak bersedia menandatangani

surat tilang tersebut dan Suharno menelepon temannya. Setelah selang waktu

teman-teman Suharno (Pengemudi Grandmax Nomor Polisi H 8412 VC) meminta

mobil tersebut tidak disita dan mengancam akan mempraperadilan semua petugas

yang beroperasi pada saat itu.

Setelah dilakukan pembicaraan bersama Petugas Satlantas Polresta

Salatiga dan Pemilik Armada GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC yang

bernama Endar Susilo, tidak terjadi kesepakatan diantar kedua belah pihak dan

saudara Endar Susilo meremas surat tilang selanjutnya kertas tilang tersebut

dibuang dan oleh kemudian Petugas Satlantas diambil dan dijadikan satu barang

bukti yang diamankan oleh Petugas Satlantas Polresta Salatiga. Sehubung dengan

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

44

adanya jawaban Termohon tersebut, atas kesempatan yang diberikan Pemohon

telah menyampaikan tanggapan/Repliknya secara lisan di persidangan yaitu pada

tanggal 17 Februari 2014 yang pokoknya menyatakan bertetap pada dalil-dalil

permohonannya, dengan adanya Replik dari Pemohon tersebut, atas kesempatan

yang sama, Pika Termohon telah mengajukan Duplik secara lisan dalam

persidangan secara lisan, dengan tanggal yang sama yaitu 17 Februari 2014 pada

pokoknya menyatakan dalil-dalil jawabannya.

Untuk mendukung dalil-dalil permohonannya tersebut, Pemohon telah

mengajukan surat-surat bukti ke persidanga, yaitu sebagai berikut :

1. Bukti P.1, yaitu berupa foto copy Akta pendirian Associate Law Firm

Advocates Dan Legal Consultans “Solidaritas”, tanggal 6 Februari 2013;

2. Bukti P.2, yaitu berupa foto copy Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor/BPKB tertanggal 4 November 2009;

3. Bukti P.3 yaitu, berupa foto copy Kartu Tanda Penduduk atas nama H.

Endar Susilo, SH, MH, tertanggal 10 Desember 2013;

4. Bukti P.4 yaitu, berupa foto copy Kartu Advokat dan Kartu Lembaga

Bantuan Hukum “Solidaritas” atas nama H. Endar Susilo SH,MH;

Surat-surat bukti tersebut diatas telah diteliti dan dicocokkan kebenarannya,

selain bukyi-bukti yang disebutkan diatas pihak Pemohon juga telah mengajukan

2 (dua) orang saksi guna didengar keterangannya, Saksi yang bernam SUHARNO

berumur 36 Tahun telah bersumpah memberikan keterangan yang pada pokoknya

bahwa, saksi bekerj Ssebagai sopir di LBH Solidaritas dan Bahwa awalnya pada

hari rabu tanggal 15 Februari 2014, saksi ditugaskan oleh Komisaris LBH

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

45

Solidaritas untuk ke Pengadilan Negeri Boyolali dan setelah saksi berangkat dari

Bawen dengan menggunakan 1 unit mobil GRANDMAX No. H 8412 VC

sesampainya di JLS Salatiga sekitar pukul 11.00 Wib kurang, saksi dihentikan

oleh petugas Satlantas Polres Saltiga dan diperiksa surat-surat kendaraanya.

Dikarenakan saksi tidak pernah mengontrol. Ternyata saat pemeriksaan

SIM saksi sudah mati sejak Bulan Maret 2013 dan STNK mobil juga terlambat

membayar pajaknya dan kemudian saksi meminta kepada anggota Satlantas

Polres Salatiga memeriksa surat-surat kendaraan tersebut dan oleh Petugas

Satlantas Polres Salatiga disodori daftar denda tilang yang sudah mencantumkan

nominal dendanya dan karena saksi tidak membawa uang, kemudia saksi meminta

uang sebesar RP 250.000,- kepada saksi yang bernama Endang yang pada saat itu

berada bersama saksi Suharno, dikarena saksi Endang tidak memiliki uang untuk

membayar tilang dan mengatakan kepada Petugas Satlantas Polres Salatiga

dikenakan tilang saja, Kemudian dibuatkan surat tilang oleh Petugas, akan tetapi

setelah dijelaskan yang disita adalah 1 unit mobil GRANDMAX yang

dikemudikan oleh saksi dan kunci kendaraan tersebut sudah ditangan Petugas

Satlantas Polres Salatiga.

Saksi tidak berkenan menandatangani surat tilang yang diberikan oleh Petugas

Satlantas Polres Salatiga dan berusaha menghubungi Komisaris LBH

“Solidaritas” kemudian memberitahukan bahwa saksi yang bernama Suharno kena

tilang dan mobilnya disita oleh Petugas, tidak lama kemudian Komisaris LBH

“Solidaritas” yaitu H. Endar Susilo menemui anggota Satlantas sedangkan saksi

langsung masuk kedalam mobil. Dari keterangan H.Endar Susilo kepada anggota

Satlantas memberitahukan bahwa ketika mendaftar kerja saksi yaitu, Suharno

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

46

memiliki SIM yang masih berlaku. Pada saat terjadi pemerikasaan yang dilakukan

saksi yaitu Suharno hanya membawa uang sebesar RP 100.000,- dan Nominal

uang yang dibawa oleh Suharno tidak cukup dengan denda tilang yang disodorkan

oleh petugas Satlantas. Pada saat itu yang surat tilang yang diberikan kepada

Suharno berwarna merah muda dan saksi hanya melihat sepintas terdapat jumlah

nominal dalam kertas tersebut, dan nominal itu tekah tercetak rapi dan bukan dari

tulisan tangan.

Saksi kedua (2) yang bernama, Endang Sri Lestari berumur 38 Tahun dan

bekerja di LBH “Solidaritas”. Pada saat kejadian hari rabu tanggal 15 Februari

2014 sekitar pukul 11.00 Wib, saksi berada didalam mobil bersama dengan

suharno saksi pertama (1) dari Pemohon, saksi mengakui bahwa Mobil yang

dikemudiakan oleh rekannya yaitu suharno adalah Mobil GRANDMAX berwarna

hitam Nopol H 8412 VC milik H. Endar Susilo selaku Komisaris LBH

“Solidaritas” dimana tempat saksi bekerja. Bahwa saat itu saksi mengetahui ada

pemeriksaan yang dilakukan Oleh Petugas Satlantas Polres Salatiga, akan tetapi

saksi tidak mengetahui jika saksi yaitu Suharno mengeluarkan surat-surat

kendaraan yang diminta oleh Petugas Satlantas, dikarena saksi Endang berada

didalam mobil, yang saksi ketahui adalah pada saat itu juga Suharno menghampiri

saksi kedalam mobil dan meminjam uang sebesar RP 250.000,- akan tetapi saksi

tidak memiliki pada saat itu dan saksi menyarankan kepada Suharno untuk

ditilang saja. Kemudian setelah berbicara dengan Petugas Satlantas Suharno

mendatangi saksi dan berkata sudah ditilang dan mobil akan disita, kemudian

saksi menyarankan kepada Suharno untuk tidak menandatangani surat tilang

tersebut dan selanjutnya saksi menghubungi Pak Endar Susilo dan menceritakan

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

47

kejadian pada saat itu, saksi tidak mengetahui apa yang dibicarakan oleh Pak

Endar Susilo dan Petugas Satlantas karena saksi masih tetap berada didalam

mobil.

Bahwa sebaliknya Pihak Termohon untuk mendukung Dalil-dalil tersebut

telah mengajukan surat-surat buktinya ke persidangan yaitu sebagai berikut :

1. Bukti T.1, yaitu berupa foto copy Surat perintah Nomor :

Sprin/122/I/2014/Lantas, tertanggal 31 Januari 2014;

2. Bukti T.2, yaitu berupa foto copy Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor/STNK atas nama pemilik Endar Susilo;

3. Bukti T.3, yaitu berupa foto copy Surat Izin Mengemudi (SIM) atas nama

Suharno, tertanggal 14 Maret 2013;

4. Bukti T.4, yaitu berupa foto copy Bukti Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

Tertentu atas SUHARNO;

Surat-surat bukti mana telah teliti dan dicocokkan kebenarannya dengan

surat aslinya dan ternyata cocok, Bahwa selain bukti seperti tersebut di atas,

Pihak Termohon juga telah mengajukan 1 (satu) orang saksinya guna di

dengar keterangan persidangan yaitu, Saksi yang bernama Singgih Karya

Kumara berumur 28 Tahu merupakan Anggota Satlantas Polres Salatiga,

Bahwa saksi bersama bersama 12 personil Satlantas Polres Salatiga di bawah

penanggung jawab operasi Iptu. Harjan Widodo sebagai KBO Satlantas

Salatiga, berdasarkan Sprint dari Kapolres, pada hari Rabu tanggal 15 Februari

2014 melakukan razia rutin di Jalan Lingkar Salatiga di depan Rumah Makan

Bale Raos dari pukul 10.00 Wib sampai dengan pukul 12.00 Wib ada kejadian

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

48

tersebut, kemudian saksi menghentikan mobil GRANDMAX warna hitam H

8412 VC, saat terjadi pemeriksaan oleh anggota Satlantas ternyata STNK

mobil tersebut sudah terlambat membayar pajak dan SIM penggemudi mobil

tersebut sudah mati karena habis masa berlakunya pada bulan Maret 2013.

Kemudian saksi menilang mobil tersebut dan memberitahukan kepada

penggemudi mobil GRANDMAX warna hitam Nomor Polisi H 8412 VC

tersebut disita, bahwa setelah diberitahaukan mobil akan disita penggemudi

tersebut yang bernama Suharno tidak berkenan menandatangani surat tilang

tersebut dan kembali menuju mobil yang dikendarainya dan berbicara dengan

rekannya yang berada dimobil tersebut, kemudian rekan yang ada dimobil

tersebut memberikan saran untuk tidak menandatangani surat tilang tersebut.

Kemudian Suharno memberitahukan kepada saksi yang menandatangani

adalah atasan saya dan saksi berusaha menjelaskan kepada Suharno bahwa

yang bersangkutan melanggar aturan Lalu lintas, akan tetapi Suharno tetap

bersikeras tidak menandatangani surat tilang tersebut.

Pemilik kendaraan yang bernama H. Endar Susilo datang sambil

mengeluarkan perkataan yang membentak dan marah-marah kemudian

mengatakan “petugas arogan, yang berhak menyita adalah Pengadilan Negeri”

serta mengancam akan mempraperadilankan semua petugas Satlantas pada

saat itu. Pada saat itu saksi membuatkan surat tilang dan pelanggar juga

menanyakan berapa dendanya, yang oleh saksi kemudian ditunjukkan daftar

denda sesuai dengan UU No 22 tahun 2009 dan saat itu pelanggar saksi

menyuruh untuk membaca sendiri besaran denda yang harus dibayarkan oleh

pelanggar. Kemudian mobil itu disita dan kunci mobil diambil setelah pemilik

Page 28: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

49

kendaraan yang bernama H. Endar Susilo Datang. Sejak awal surat tilang

diberikan kepada pelanggar akan tetapi pelanggar tidak terima dan Pada saat

Pak H. Endar Susilo bersama teman-temannya menggunakan mobil yang lain,

Saksi memberikan surat tilang tersebut kepada pemilik kendaraan sambil

berlari dan meletakkan didalam mobil akan tetapi Pak H. Endar Susilo

mengatakan “jangan mau” dan kemudian surat tilang tersebut dibuang keluar

mobil.

Bahwa surat tilang tersebut berwarna merah muda, berisikan nama

pelanggar, pasal yang dilanggar, tanggal pelanggaran, kolom barang bukti

yang disita dan hari tanggal sidang, pada saat melakukan Operasi saksi tidak

menunjukkan surat Perintah Operasi dan pada saat memeriksa kelengkapan

surat-surat mobil, STNK GRANDMAX tersebut ada tetapi sudah telat

membayar pajaknya, bahwa menurut saksi mobil GRANDMAX tersebut

disita karena pajak mobil tersebut tidak dibayar dan SIM dari penggemudinya

sudah mati sehingga telah melanggar Pasal 281 dan Pasal 288 UU No 22

Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan penggemudi tidak berhak mengendarai

mobil tersebut jadi bukan karena kecurigaan terhadap masalah kepemilikan

kendaraan tersebut.

Dalam Pasal 281 menyatakan bahwa “Setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak

Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), seperti hal yang terjadi pada pengemudi

Suharno SIM mati dan STNK terlambat membayar pajak mengakibatkan mati,

Page 29: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

50

terlihat tidak ada kewenangan Suharno dan Endar Susilo elaku Pemilik

kendaraan sekaligus Komisaris LBH “SOLIDARITAS”, ada keringanan

hukuman yang ditawarkan Petugas Satlantas Polres Salatiga pada saat

Suharno tidak melengkapi surat-surat kendaraan bermotor, dengan kata lain

juga pengemudi kurang cermat dan melanggar aturan Lalu lintas dan angkutan

jalan. Pasal 288 menjelaskan bahwa “Setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dilengkapi dengan Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor

yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf a dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah), Dalam hal penjelasan dalam ketentuan-ketentuan ini terlihat

tindak lanjut yang diberikan Kepolisian, khususnya yang mengatur terciptanya

keamaanan dan ketertiban lalu lintas dan juga memberikan efek jera bagi

pelaku pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan.

1. Pertimbangan Majelis Hakim Pra Pradilan Dalam Putusan No

01/Pra.Pid/2014/PN.Sal

Putusan Majelis pada Tingkat I yang terkait dengan Penyitaan Kendaraan

antara LBH “SOLIDARITAS” dengan Petugas Satlantas Polres Salatiga yang

dimuat dalam diktum dalam pokok perkara sebagaimana dicantum pada diktum

pertama dan kedua sebagai berikut :

a. Menyatakan menolak Permohonan Pemohon untuk seluruhnya

Page 30: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

51

b. Menyatakan membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya

perkara yang hingga kini ditasir sebesar : NIHIL

Berdasarkan hal-hal yang disebutkan diatas Pemohon meminta agar dalam

Putusan Pertimbangan Hakim sebagai berikut :

1. Menerima dan mengabulkan permohonan para pemohon untuk seluruhnya;

2. Menyatakan penyitaan barang tanpa ada berita acara yang ditanda tangani oleh

Pemilik Armada atau yang membawa oleh Penyidik atau Anggota Satuan Lalu

Lintas Resort Salatiga telah melakukan pelanggaran hukum dan main hakim

sendiri secara tidak sah sesuai aturan hukum;

3. Memerintahkan Termohon untuk mengembalikan unit Armada GRANDMAX

Nomor Polisi H 8412 VC An. Endar Susilo warna hitam dengan Nomor

Rangka MHKV3BA3J9K006402 Nomor Mesin DE52914;

4. Menyatakan menurut hukum IPTU. HARJAN WIDODO tidak berwenang

menyita Armada GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC STNK An. Endar

Susilo warna hitam dengan Nomor Rangka MHKV3BA3J9K006402 Nomor

Mesin DE52914 tanpa perintah penyitaan oleh Ketua Pengadilan Negeri

setempat, bahkan melakukan pelanggaran hukum pidana adanya perampasan

barang atau obyek sengketa;

5. Menyatakan menurut hukum sah dan berharga institusi KEPOLISIAN

REPUBLIK INDONESIA Cq. KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH Cq.

KESATUAN LALU LINTAS RESORT SALATIGA untuk mendapat sanksi

denda secara moril kerugian setara pendirian LBH “SOLIDARITAS” sebesar

Page 31: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

52

Rp.1.000.000,- (saru milyar rupiah). Denda secara materiel Unit GRANDMAX

tahun 2010 senilai Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta) dibayar sesuai tunai

didepan petugas yang mendapat kekuatan hukum tetap (INCRACT);

Berdasarkan Pasal 260 ayat 1 huruf (d) UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan yang menyebutkan bahwa “ melakukan penyitaan

terhadap Surat Izin Mengemudi, Kendaraan Bermotor, muatan, Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, dan/atau

tanda lulus uji sebagai barang bukti”, ini merupakan kewenangan dari Polisi untuk

menyita surat-surat kendaraan bermotor yang tidak sesuai dengan prosedur

Hukum khususnya pada lalu lintas dan angkutan jalana, pada kejadian ini Petugas

Satlantas Polres Salatiga telah menjalankan kewenangannya kepada pengemudi 1

(satu) unit Armada GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC, An Endar Susilo

warna hitam dengan nomor rangka MHKKV3BA3J9K006402 Nomor mesin

DE52914 dengan melakukan penyitaan kendaraan bermotor, Berhubungan dengan

itu Diatur juga dalam Pasal 32 ayat (6) Peraturan Pemerintah No 80 Tahun 2012

tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan bermotor Di Jalan Dan Penindakan

Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa “Penyitaan

atas Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf (f) dilakukan

jika” :

a. Kendaraan bermotor tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor

Kendaraan yang sah pada waktu dilakukan pemeriksaan Kendaraan

Bermotor di Jalan.

b. Pengemudi tidak memiliki surat izin pengemudi

Page 32: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

53

c. Terjadi pelanggaran atas pesyaratan teknis dan persyaratan laik jalan

Kendaraan Bermotor.

d. Kendaraan bermotor diduga berasal dari hasil tindak pidana atau

digunakan untuk melakukan pidana.

e. Kendaraan bermotor terlibat kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan

meninggalnya orang atau luka berat.

Pengaturan tersebut diatas, semakin menguatkan Petugas Satlantas Polres

Salatiga untuk menyita kendaraan bermotor yang dimiliki Endar Susilo,

dikarenakan setiap kelengkapan surat-surat tidak sesuai ketentuan-ketentuan

Hukum Lalu lintas da Tata cara dalam pengoperasian kendaraan bermotor.

Dalam mempertimbangkan pendapat, Majelis Hakim sudah tepat bahwa

Permohonan Pemohon Ditolak, dikarenakan bahwa Surat Izin Mengemudi (SIM)

dan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) yang ditujukkan saat

pemeriksaan sudah mati dan terlambat pembayaran pajaknya, didasarkan atas

pelanggaran terhadap Undang-Undang RI No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan, namun saksi beranggapan bahwa Penyitaan kendaraan 1

(satu) Unit Armada GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC tersebut yang

dilakukan Petugas Satlantas Polres Salatiga tidak sesuai prosedur Hukum. Karena

padaa terjadi tilang, saksi yaitu Suharno tidak bersedia menandatangani surat

tilang tersebut.

C. ANALISIS

1. Kesesuaian Pertimbangan Hakim Pra Pradilan dengan Tata Cara

Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Page 33: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

54

Penulis Sependapat dengan Pertimbangan Hakim Tingkat I,

mengenai Pemeriksaan Oleh Petugas Satlantas Polres Salatiga yang

melakukan Razia setelah ditelaah sudah sesuai dengan Prosedur Hukum

yaitu dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 80 Tahun 2012

Tentang Tata Cara Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan. Dalam hal pembelaan yang disampaikan Pemohon dalam

persidangan menunjuk saksi yaitu, Suharno sebagai Penggemudi 1 (satu)

Unit Armada GRANDMAX Warna hitam Nomor Polisi H 8412 VC

Pemilik Kendaraan Endar Susilo yang juga sebagai Komisaris LBH

“SOLIDARITAS”. Pada saat dilakukan operasi razia, saksi tidak bersedia

menandatangani surat tilang tersebut, Dalam hal tersebut yang harus

dilakukan Petugas Satlantas Polres Salatiga yaitu, Pada Pasal 27 ayat (4)

PP No 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Penindakan Pelanggran Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa “ Dalam Hal pelanggar

tidak bersedia menandatangani surat tilang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Petugas harus memberikan catatan. Karena menurut hemat

penulis surat tilang harus ditandatangani oleh Petugas Pemeriksa dan

pelanggar PP No 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Penindakan

Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Pasal 27 ayat (1), dijelaskan

Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang melakukan

penyitaan, penyimpanan, dan penitipan benda sitaan yang diduga

berhubungan dengan tindak pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Tata

cara penyitaan, penyimpanan, dan penitipan benda sitaan dilakukan

Page 34: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

55

menurut ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 270

ayat (4) UU No 22 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa tata penyitaan

kendaraan umum berdasarkan Kitab Hukum Undang-undang Pidana.

Menurut KUHAP, penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik

dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat. Dalam keadaan yang

sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan

tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, maka setelah

itu penyidik wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri

setempat guna memperoleh persetujuannya (Pasal 38 KUHAP).

Adapun Yang dapat dikenakan penyitaan menurut pasal 39 KUHAP

adalah:

1. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau

sebagian diduga diperoleh dan tindak pidana atau sebagai hasil dan

tindak pidana;

2. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan

tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;

3. benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan

tindak pidana;

4. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak

pidana;

5. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak

pidana yang dilakukan.

Page 35: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

56

Setiap Penindakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilaksanakan

berdasarkan tata cara pemeriksaan cepat yang digolongan menjadi dua

bagian yaitu :

a. Tata Cara pemeriksaan terhadap tindak pidana ringan; dan

b. Tata Cara pemeriksaan perkara terhadap tindak pidana

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tertentu.

Tata cara pemeriksaan yang disebutkan diatas dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan penertiban angkutan jalan

dilaksanakan dengan penerbitan surat tilang. Terlihat jelas proses

Pemeriksaan yang dilakukan oleh Petugas Satlantas Polres Salatiga sudah

mengikuti ketentuan-ketentuan perundang-undangan. Akan tetapi kesalahan

terjadi pada Penggemudi yaitu Suharno yang tidak memperhatikan surat-surat

kelengkapan kendaraannya dan Endar Susilo sebagai pemilik kendaraan yang

tidak membayar pajak STNK tersebut. Kemudian mengenai penyitaan

kendaraan bermotor oleh petugas polisi lalu lintas, hal ini terkait dengan

kewenangan polisi lalu lintas.

Kewenangan petugas polisi lalu lintas tersebut diatur dalam Pasal 260 UULLAJ:

(1) Dalam hal penindakan pelanggaran dan penyidikan tindak pidana, Penyidik

Kepolisian Negara Republik Indonesia selain yang diatur di dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, di bidang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan berwenang:

Page 36: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

57

a. Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian dan menyita

sementara Kendaraan Bermotor yang patut diduga melanggar peraturan

berlalu lintas atau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan;

b. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan

Penyidikan tindak pidana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

c. Meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau

Perusahaan Angkutan Umum;

d. Melakukan penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi, Kendaraan Bermotor,

muatan, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba

Kendaraan Bermotor, dan/atau tanda lulus uji sebagai barang bukti;

Kemudian, mengenai penyitaan kendaraan bermotor, hal tersebut dapat

dilakukan jika Pasal 32 ayat (6) PP 80/2012):

a. Kendaraan Bermotor tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor

Kendaraan yang sah pada waktu dilakukan Pemeriksaan Kendaraan

Bermotor di Jalan;

b. Pengemudi tidak memiliki Surat Izin Mengemudi;

c. Terjadi pelanggaran atas persyaratan teknis dan persyaratan laik jalan

Kendaraan Bermotor;

d. Kendaraan Bermotor diduga berasal dari hasil tindak pidana atau

digunakan untuk melakukan tindak pidana; atau

e. Kendaraan Bermotor terlibat kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan

meninggalnya orang atau luka berat.

Page 37: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

58

Polisi memiliki kewenangan dalam menjaga ketertiban, keamanan lalu lintas

dan angkutan jalan. Polisi mengandung arti sebagai organ dan fungsi, yakni

sebagai organ pemerintah dengan tugas mengawasi, jika perlu menggunakan

paksaan agar yang diperintah menjalankan badan tidak melakukan larangan-

larangan perintah. Tugas, Fungsi, kewenangan dijalankan atas kewajiban untuk

mengadakan pengawasan dan bila perlu dengan paksaan yang dilakukan dengan

cara melaksanakan kewajiban umum dengan perantara pengadilan, dan memaksa

yang diperintah untuk melaksanakan kewajiban umum tanpa perantara

pengadilan.4 Pada Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Polisi Fungsi kepolisian yang dimaksud adalah tugas dan wewenang Kepolisian

secara umum, artinya segala kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan oleh polisi

meliputi kegiatan pencegahan (preventif) dan penegakan hukum (represif).

Perumusan fungsi ini didasarkan pada tipe kepolisian yang tiap-tiap negara

berbeda-beda, ada tipe kepolisian yang ditari dari kondisi sosial yang

menempatkan polisi sebagai tugas yang bersama-sama dengan rakyat dan polisi

yang hanya menjaga status quo dan menjalankan hukum saja.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia merupakan tindak lanjut dan amanat ketetapan MPR RI No.

VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian

Negara Republik Indonesia, khususnya pasal 3 ayat (2). Oleh karena itu, Undang-

4 Momo Kelana, 1984. Hukum Kepolisian. Perkembangan di Indonesia Suatu studi Histories

Komperatif Jakarta: PTIK, hlm. 18

Page 38: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

59

undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

secara kelembagaan diantaranya meliputi eksistensi, fungsi, tugas dan

wewenangmaupun bantuan, hubungan dan kerjasama kepolisian. Di dalam

undang-undang dimaksud, fungsi kepolisian diartikan sebagai tugas dan

wewenang, sehingga fungsi kepolisian yang dimaksud dalam Pasal 2 Undang-

undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang menyebutkan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan

negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Petugas yang melakukan pemeriksaan atau razia kendaraan bermotor di

jalan harus dilengkapi surat penugasan yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas Polisi

Negara Republik Indonesia dan menteri untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh

pemeriksa Pegawai Negeri Sipil. Dalam surat perintah tugas tersebut,

sebagaimana yang termuat dalam Pasal 14, harus pula memuat beberapa hal

sebagai berikut:

a. Alasan dan jenis pemeriksaan.

b. Waktu pemeriksaan.

c. Tempat pemeriksaan.

d. Penanggung jawab dalam pemeriksaan.

e. Daftar petugas pemeriksa.

Page 39: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

60

f. Daftar pejabat penyidik yang ditugaskan selama dalam

pemeriksaan.

Dalam hal memiliki kendaraan bermotor seorang pribadi ataupun badan wajib

memperhatikan kelengkapan kendaraan umum yang dimiki. Pasal 106 ayat (5) jo

Pasal 265 UULLAJ, SIM dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) memang

merupakan hal yang diperiksa oleh Petugas Polisi Lalu Lintas dalam hal

pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan. STNK dan SIM memiliki fungsi yang

berbeda, STNK berfungsi sebagai tanda bahwa kendaraan bermotor telah

diregistrasi (Pasal 65 UU LLAJ), sedangkan SIM berfungsi sebagai tanda bukti

legitimasi kompetensi, alat kontrol, dan data forensik kepolisian bagi seseorang

yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan untuk

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan berdasarkan UULLAJ (Pasal 1 angka 4 Perkapolri No 9 Tahun 2012

tentang Surat Izin Mengemudi), Akan tetapi dalam hal ini juga dijelaskan Dalam

Pasal 70 ayat (2) UU No 22 Tahun 2009 tentang LLAJ, disebutkan “ Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor berlaku

selama 5 (lima) tahun, yang harus dimintakan pengesahan setiap tahun”5, penulis

berpendapat bahwa operasi tilang yang dilakukan oleh Petugas Satlantas Polres

Salatiga pada tanggal 5 Februari 2014 telah sesuai dengan prosedur Hukum,

karena masa berlaku surat tanda nomor bermotor dan tanda nomor (STNK)

berlaku secara jelas disebutkan diatas selama 5 Tahun, akan tetapi yang

melanggar lalu lintas ada Pajak kendaraan yang sudah tidak berlaku lagi, sehingga

Pihak Petugas Satlantas Polres Salatiga memutuskan untuk menilang Suharno

5 UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan.

Page 40: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

61

sebagai Pengemudi dan menyita kendaraan sesuai dengan ketentuan pada

Lampiran 10, Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No : M.14-

PW.07.03 Tahun 1983 tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana, dielaskan bahwa “ Penyitaan benda dalam keadaan

tertangkap tangan, tidak perlu mendapat izin dari Ketua Pengadilan Negeri, akan

tetapi setelah penyitaan dilakukan wajib melaporkan kepada Ketua Pengadilan

Negeri, sesuai dengan ketentuan Pasal 38 ayat (2) karena keadaan tertangkap

tangan disamakan pengertiannya dengan keadaan yang sangat perlu dan

mendesak, Jik pwnyitaan tersebut dilakukan dalam suatu razia, tidak diperlukan

izin dari Ketua Pengadilan dikarenakan bahwa tindakan polisi dalam mengadakan

razia itu adalah merupakan tindakan preventif yang berada di luar jangkaun

KUHAP.

2. Kesesuaian Pertimbangan Hakim Pra Pradilan dengan Tata Cara

Penyitaan

Penulis sependapat dengan apa yang telah di Pertimbangkan Hakim

Tingkat I, mengenai hal permohonan pemohon telah mengemukakan bahwa

tindakan Termohon dalam melakukan penyitaan terhadap 1 (satu) Unit Armada

GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC, STNK atas nama Endar Susilo warna

hitam dengan nomor rangka MHKV3BA3J9K006402 nomor mesin DE52914

adalah tanpa prosedur hukum dan memohon agar benda yang telah disita harus

diserahkan kembali kepada Pemohon. Untuk menguatkan dalil-dalil

permohonannya tersebut Pemohon telah mengajukan bukti surat, yaitu Bukti P1

sampai dengan P4 dan 2 orang saksinya yaitu Suharno dan Endang Sri Lestari,

akan tetapi atas dalil permohonan yang disampaikan Pemohon tersebut pihak

Page 41: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

62

Termohon dalam jawabannya telah membantahnya dengan menyatakan bahwa

penyitaan terhadap 1 (satu) unit Armada GRANDMAX Nomor Polisi H 8412 VC,

STNK atas nama Endar Susilo warna hitam dengan nomor rangka

MHKV3BA3J9K006402 nomor mesin DE52914 adalah sah dan berdasarkan

hukum karena dilakukan sesuai dengan kewenangan Termohon, Untuk

menguatkan dalil-dalil bantahannya tersebut Termohon mengajukan Bukti Surat,

yaitu Bukti T.1 sampai dengan T.4 dan 1 orang saksi yaitu, Singgih Karya

Kumara. Dengan Adanya Pasal 32 ayat (6) Peraturan Pemerintah No 80 Tahun

2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan dan

Penindakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Petugas Kepolisian juga dapat

melakukan Penyitaan atas kendaraan bermotor jika :

1. Kendaraan bermotor tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor

Kendaraan yang sah pada waktu dilakukan pemeriksaan kendaraan

dijalan;

2. Penggemudi tidak memiliki Surat Izin Mengemudi

3. Terjadi pelanggaran atas persyaratan teknis dan dan persyaratan laik

jalan kendaraan bermotor;

4. Kendaraan bermotor diduga berasal dari hasil tindak pidana atau

digunakan untuk melakukan tindak pidana, atau;

5. Kendaraan bermotor terlibat kecelakaan lalu lintas yang

mengakibatkan meninggalnya orang atau luka berat;

Penulis juga sependapat dengan terhadap Pertimbangan Hakim yang

menyatakan bahwa Penyitaan yang dilakukan oleh Petugas Satlantas Polres

Salatiga sesuai dengan ketentuan Pasal 38 ayat (2) dalam Lampiran angka 10,

Page 42: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

63

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.14-PW.07.03

Tahun 1983 Tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana, Menurut Hemat Penulis bahwa penyitaan yang dilakukan

oleh Petugas Satlantas Polres Salatiga sesuai dengan prosedur hukum, jika

penyitaan tersebut dilakukan dalam suatu razia, tidak diperlukan izin dari Ketua

Pengadilan. Hal tersebut didasarkan alasan bahwa tindakan Polisi dalam

mengadakan Operasi Razia itu adalah merupakan tindakan preventif yang berada

di luar jangkauan KUHAP. KUHAP hanya mengatur keadaan pada saat setelah

tindak pidana terjadi (Represif) dan sejak awal Pemohon sudah tidak menaati

ketentuan-ketentuan Hukum, dengan tidak menandatangani Surat Tilang yang

telah dibuat oleh Petugas Satlantas Polres Salatiga. Berbanding terbalik dengan

Pasal 38 ayat (1) KUHAP yang menyatakan “ Penyitaan hanya dapat dilakukan

oleh Penyidik dengan surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri Setempat “, Serta

melanggar Pasal 39 ayat (1) huruf a sampai dengan e yaitu :

1. Benda atau Tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau

sebagian diduga diperoleh dan tindak pidana atau sebagai hasil dari

tindak pidana.

2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan

tindak pidana atau mempersiapkannya.

3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak

pidana.

4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak

pidana.

Page 43: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

64

5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana

yang dilakukan.

Dalam kedua ketentuan peraturan perundang-undangan yang disebutkan

penulis diatas mengatur kedua hal yang berbeda, sehingga menurut Hemat penulis

yang harus digunakan adalah asas yang menyebutkan “ Lex Posterior Derogat

Legi Priori” yang artinya Hukum yang terbaru mengesampingkan hukum yang

lama. Dalam hal mengendarai kendaraan bermotor seharusnya penggemudi

memperhatikan kelengkapan surat-surat kendaraan tersebut, dikarenakan itu

menyangkut keamanan, ketertiban Lalu lintas, akan tetapi menurut Hemat penulis

saksi Suharno dari Pemohon tidak memperhatikan hal tersebut, sehingga

mengakibatkan kerugian materiel dan moril terhadap LBH “SOLIDARITAS”

yang mengalami tidak terlaksana Persidangan perkara yang ditangani oleh

Pengadilan Negeri Semarang menjadi terlambat dan tidak bisa melaksanakan

agenda sidang sehingga merugikan kepentingan klien LBH “SOLIDARITAS”.

Setiap Penyitaan kendaraan bermotor oleh Petugas Polisi Lalu Lintas juga terkait

dengan kewenangan Polisi Lalu Lintas yang diatur dalam Pasal 260 ayat (1) huruf

(d) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan :

(1) Dalam Hal penindakan pelanggaran dan penyidikan tindak pidana,

Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia selain yang diatur di

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, di bidang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan berwenang :

a. Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian dan

menyita sementara Kendaraan Bermotor yang patut diduga

Page 44: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ......dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dalam Pasal

65

melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat dan atau/hasil

kehatan;

b. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan

penyidikan tindak Pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

c. Meminta keterangan dari Penggemudi, pemilik Kendaraan Bermotor,

dan/atau Perusahaan Angkutan Umum.

d. Melakukan Penyitaan terhadap Surat izin Mengemudi, Kendaraan

Bermotor, muatan, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat

Tanda Coba Kendaraan Bermotor, dan/atau tanda lulus uji sebagai

barang bukti;

e. Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran atau

kejahatan lalu lintas menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan;

f. Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan;

g. Menghentikan penyidikan jika tidak cukup bukti;

h. Melakukan Penahanan yang Berkaitan dengan Tindak Pidana

kejahatan lalu lintas dan/atau;

i. Melakukan Tindakan Lain Menurut hukum secara bertanggung

Jawab;