bab ii kerangka teori, hasil penelitian, dan analisis...undang-undang hukum acara pidana menentukan:...

66
9 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. KERANGKA TEORI 1. Penuntutan a. Pengertian Penuntutan Secara Umum Penuntutan merupakan proses pemeriksaan atas suatu pidana, yakni melanjutkan dan menyelesaikan tahap pemeriksaan penyidikan ke tingkat proses pemeriksaan pada sidang pengadilan oleh Hakim, guna mengambil putusan atas perkara tindak pidana yang bersangkutan. 1 Menurut Pasal 1 butir 7 KUHAP, yang dimaksud penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini disertai permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan. Berkaitan dengan wewenang penuntutan diatas, maka dalam hukum acara pidana di Indonesia dikenal dua asas penuntutan yaitu: 2 1) Asas Legalitas Penuntut umum diwajibkan menuntut semua orang yang dianggap cukup alasan bahwa yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran hukum. 2) Asas Oportunitas 1 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan Dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 38. 2 Djoko prakoso, Penyidik, penuntut umum, Hakim, Dalam proses hukum acara pidana, Bina aksara, Jakarta, 1987, hlm. 230.

Upload: others

Post on 25-Mar-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

9

BAB II

KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS

A. KERANGKA TEORI

1. Penuntutan

a. Pengertian Penuntutan Secara Umum

Penuntutan merupakan proses pemeriksaan atas suatu pidana, yakni

melanjutkan dan menyelesaikan tahap pemeriksaan penyidikan ke tingkat

proses pemeriksaan pada sidang pengadilan oleh Hakim, guna

mengambil putusan atas perkara tindak pidana yang bersangkutan.1

Menurut Pasal 1 butir 7 KUHAP, yang dimaksud penuntutan adalah

tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke

Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam Undang-Undang ini disertai permintaan supaya diperiksa

dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan.

Berkaitan dengan wewenang penuntutan diatas, maka dalam hukum

acara pidana di Indonesia dikenal dua asas penuntutan yaitu:2

1) Asas Legalitas

Penuntut umum diwajibkan menuntut semua orang yang

dianggap cukup alasan bahwa yang bersangkutan telah melakukan

pelanggaran hukum.

2) Asas Oportunitas

1 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan Dan

Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 38. 2 Djoko prakoso, Penyidik, penuntut umum, Hakim, Dalam proses hukum acara pidana, Bina

aksara, Jakarta, 1987, hlm. 230.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

10

Penuntut umum tidak diharuskan menuntut seseorang, meskipun

yang bersangkutan sudah jelas melakukan suatu tindak pidana yang

dapat dihukum.

Sehubungan dengan dikenalnya kedua asas dalam bidang

penuntutan yaitu asas legalitas dan asas Oportunitas, dalam

prakteknya asas yang sering dipergunakan adalah asas oportunitas.

Dengan prinsip Oportunitas, Jaksa sebagai penuntut umum

mempunyai kekuasaan yang amat penting, yaitu untuk

menyampingkan suatu perkara pidana yang sudah jelas dilakukan

seseorang mengingat tujuan prinsip ini yaitu kepentingan umum.

Maka Jaksa harus berhati-hati dalam melakukan kekuasaan

menyampingkan perkara pidana ini. Dengan demikian kriteria demi

kepentingan umum dalam penerapan asas oportunitas ini ialah demi

kepentingan negara dan demi kepentingan umum, bukan kepentingan

pribadi, dan yang berwenang menerapkan asas ini adalah Jaksa Agung

sebagai Penuntut Umum tertinggi.

b. Jaksa dan Jaksa Penuntut Umum

Berdasarkan Buku Lima Windu Sejarah Kejaksaan RI 1945 sampai

1985 yang diterbitkan Kejaksaan Agung RI, bahwasannya kata “Jaksa”

berasal dari bahasa sansekerta “adhyaksa”.3 Keberadaan institusi

Kejaksaan Republik Indonesia itu sendiri saat ini diatur dalam Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan (UU Kejaksaan).

Menurut ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kejaksaan, disebutkan

3 Prof. Dr. Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Rangkang Education,

Yogyakarta, 2013, hlm. 97.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

11

bahwa Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan

lain berdasarkan Undang-Undang.

Sedangkan orang yang melakukan tugas, fungsi, dan kewenangan itu

disebut Jaksa. Telah dicantumkan pada Pasal 1 ayat (1) UU Kejaksaan

yaitu, “Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh

undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta

wewenang lain berdasarkan undang-undang”.

Kejaksaan hadir sebagai sistem pengendali proses dalam berperkara

(Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam menegakkan

hukum. Karena hanya institusi Kejaksaan yang menentukan apakah suatu

kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti

yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Selain sebagai Dominus Litis,

Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan

pidana (executive ambrenaar).

Dengan Undang-Undang Kejaksaan yang memperkuat kedudukan

serta peran Kejaksaan RI sebagai lembaga negara pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan. Dalam

melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya terlepas dari pengaruh

kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Ketentuan ini

bertujuan melindungi profesi Jaksa dalam melaksanakan tugas

profesionalnya.

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

12

Adapun tugas dan wewenang Kejaksaan yang dicantumkan dalam

Pasal 30 Undang-Undang RI No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI,

yaitu:

1) Dibidang pidana kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

Melakukan penuntutan, melaksanakan penetapan Hakim dan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan

pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan dan keputusan

lepas bersyarat, melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana

tertentu berdasarkan Undang-Undang, melengkapi berkas

perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan

tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksan dengan kuasa

khusus dapat bertindak baik di dalam maupun diluar pengadilan

untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan

turut menyelenggarakan kegiatan: peningkatan kesadaran

hukum masyarakat, pengamanan kebijakan penegakan hukum,

pengawasan peredaran barang cetakan, pengawasan kepercayaan

yang dapat membahayakan masyarakat dan negara, pencegahan

penyalahgunaan dan/atau penodaan agama, penelitian dan

pengembangan hukum serta statik kriminal.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

13

Dalam KUHAP Pasal 1 butir 6a, Jaksa adalah pejabat yang diberi

wewenang oleh undang-undang bertindak sebagai Penuntut Umum serta

melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap. Kemudian dalam Pasal 1 butir 6a jo. Pasal 13 KUHAP,

Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-

undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan

Hakim.

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, Jaksa

adalah jabatan dengan menambahkan kata jabatan fungsional. Maka

Jaksa yang melaksanakan tugas penuntutan atau penyidangan perkara

berdasar surat perintah yang sah itu disebut Penuntut Umum. Apabila

tugas penuntutan selesai dilaksanakan, maka yang bersangkutan

jabatannya adalah Jaksa. Untuk menjadi Penuntut Umum maka yang

bersangkutan harus berstatus Jaksa.

c. Tugas dan Wewenang Jaksa Penuntut Umum

Kewenangan Penuntut Umum secara normatif dirumuskan oleh

KUHAP mealui Pasal 14, yaitu:

1) Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dan

Penyidik atau Penyidik Pembantu;

2) Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada

penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3)

dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka

penyempurnaan penyidikan dari Penyidik;

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

14

3) Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan

atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan

setelah perkaranya dilimpahkan oleh Penyidik;

4) Membuat surat dakwaan;

5) Melimpahkan perkara ke pengadilan;

6) Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang

ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai

surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi,

untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;

7) Melakukan penuntutan;

8) Menutup perkara demi kepentingan hukum;

9) Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung

jawab sebagai Penuntut Umum menurut ketentuan undang-

undang ini;

10) Melaksanakan menetapan Hakim.

Adapun yang dimaksud dengan “tindakan lain” yang disebutkan

diatas yaitu meneliti identitas tersangka, barang bukti dengan

memperhatikan secara tegas batas wewenang dan fungsi antara Penyidik,

Penuntut Umum menurut perkara tindak pidana yang terjadi dalam

daerah hukumnya menurut ketentuan Pasal 15 Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP). Tugas dan wewenang seorang Jaksa di

bidang pidana adalah sebagai berikut: melakukan penuntutan dalam

perkara pidana, melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan,

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

15

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat,

melengkapi berkas perkara tertentu.

Untuk itu, Jaksa dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum

dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaanya di koordinasikan

dengan penyidik.

d. Proses Penuntutan Pidana Umum

Sesuai dengan Peraturan Jaksa Agung No: PER- 036/A/JA/09/2011

Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara

Tindak Pidana Umum, sebelum dilakukannya penuntutan terlebih dahulu

dilakukannya prapenuntutan. Adapun pengertian prapenuntutan menurut

penjelasan Pasl 30 ayat (1) huruf a Undang-Undang No 16 Tahun 2004

Tentang Kejaksaan, Prapenuntutan adalah tindakan Jaksa untuk

memantau perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitahuan

dimulainya penyidikan dari penyidik, petunjuk guna dilengkapi oleh

penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas tersebut dapat

dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan. Prapenuntutan meliputi

penerimaan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP),

penunjukan Penuntut Umum guna mengikuti perkembangan kasus,

koordinasi penanganan perkara, penelitian berkas perkara.

Setelah semua berkas perkara dari penyidik dinyatakan lengkap

memenuhi persyaratan formil dan materiil maka dilakukanlah

penuntutan, mengacu pada pasal 13 sampai dengan Pasal 33 Peraturan

Jaksa Agung No: PER- 036/A/JA/09/2011 Tentang Standar Operasional

Prosedur (SOP) Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum. Secara

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

16

singkat dilakukannya penuntutan dengan menunjuk Penuntut Umum

untuk melakukan penunutan, penerimaan tersangka dan barang bukti,

melakukan penahanan dan segala bentuk penahanannya, pemeriksaan

tambahan, menyusun Surat Dakwaan. Dalam perkara tindak pidana

Narkotika Surat Dakwaan mengacu pada Surat Edaran Jaksa Agung

(SEJA) nomor B-182/E.3/EP/3/2003 perihal Surat Dakwaan Perkara

Narkotika.

Setelah Penuntut Umum telah selesai membuat Surat Dakwaan

kemudian Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri

disertai dengan surat dakwaan dan surat pelimpahan perkara yang isinya

permintaan agar perkara tersebut segera diadili diatur pada Pasal 143 ayat

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Pasal 143 Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan:

a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri

dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai

dengar surat dakwaan.

b) Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal

dan ditandatangani serta berisi: 1) Nama lengkap, tempat lahir,

umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,

agama dan pekerjaan tersangka. 2) Uraian secara cermat, jelas dan

lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan

menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

c) Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

17

d) Turunan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan

disampaikan kepada tersangka atau kuasanya atau penasihat

hukumnya dan penyidik pada saat yang bersamaan dengan

penyampaian surat pelimpahan perkara tersebut ke pengadilan

negeri.

Dalam melakukan pelimpahan perkara, Penuntut Umum

bertanggung jawab secara penuh terhadap seluruh proses persidangan

mulai dari membacakan dakwaan, tanggapan eksepsi, pembuktian, surat

tuntutan, replik, pengajuan upaya hukum dan tindakan lain yang

diperlukan dalam penyelesaian penanganan perkara.

2. Pembuktian

Pembuktian adalah mengandung maksud dan usaha untuk menyatakan

kebenaran adalah suatu peristiwa, sehingga dapat diterima oleh akal terhadap

kebenaran peristiwa tersebut. Dalam hukum acara pidana, acara pembuktian

adalah dalam rangka mencari kebenaran materiil dan KUHAP yang

menetapkan tahapan dalam mencari kebenaran sejati yaitu melalui

penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di persidangan, serta pelaksanaan,

pengamatan, dan pengawasan Sehingga acara pembuktian hanyalah

merupakan salah satu fase atau prosedur dalam pelaksanaan hukum acara

pidana secara keseluruhan. Yang sebagaimana diatur didalam KUHAP.4

Dikarena hukum pembuktian merupakan sebagian dari hukum acara

pidana, maka sumber hukum yang utama adalah Undang-undang No.8 tahun

1981 tentang hukum acara pidana atau KUHAP. Lembaran Negara Republik

4 Andi Sofyan, ibid, hlm. 242

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

18

Indonesia Tahun 1981 Nomor 76 dan penjelasannya yang dimuat dalam

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32095. Pokok utama

dari hukum acara pidana terletak pada acara pembuktian. Maka dari itu suatu

pembuktian harus benar-benar dikuasai oleh semua sistem peradilan mulai

dari hakim, penuntut umum dan penasihat hukum. Demikian juga bagi

penyidik supaya dapat memprediksi seorang tersangka yang kemungkinan

dapat dibuktikan melakukan tindak pidana didalam sidang pengadilan.6

Sistem pembuktian yang dianut KUHAP ialah sistem pembuktian

menurut undang-undang secara negative. Sistem pembuktian negative

diperkuat oleh prinsip kebebasan kekuasaan kehakiman. Berdasarkan sistem

pembuktian undang-undang secara negatif, terdapat dua komponen untuk

menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa, yaitu:

a. Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat

bukti yang sah menurut undang-undang;

b. Keyakinan hakim yang juga harus didasarkan atas cara dan dengan

alatalat bukti yang sah menurut undang-undang7.

Minimal alat bukti yang ditentukan dalam Pasal 183 KUHAP adalah

sekurang-kurangnya ada dua, kemudian adapun alat bukti yang sah

sebagaimana diatur didalam pasal 184 ayat (1) Undang Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yakni sebagai berikut:

1) Keterangan saksi

5 Drs. Hari Sasangka, S.H., M.H, Lily Rosita, S.H., M.H., Hukum Pembuktian Dalam Perkara

Pidana, Mandar Maju, Surabaya, 2003, hlm. 10. 6 Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Mandar Maju, Bandung,

1995, hlm. 106. 7 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang

Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 279.

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

19

saksi yang ia mendengar, ia mengalami, atau ia melihat dengan

mata kepala sendiri, dan bukan saksi, yang ia mendengar atau

memperoleh keterangan dari orang lain. Saksi terakhir ini disebut

sebagai testimonium d’auditu.

2) Keterangan ahli

Keterangan ahli ialah keterangan yang diberikan oleh seorang yang

memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat

terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan diatur

dalam Pasal 1 butir 28 KUHAP.

3) Surat

Aspek fundamental “surat” sebagai alat bukti diatur pada Pasal 184

Ayat (1) huruf c KUHAP. Kemudian secara substansial tentang bukti

“surat” ini ditentukan oleh Pasal 187 KUHAP yang berbunyi: “surat

sebagaimana tersebut pada Pasal 184 Ayat (1) huruf c, dibuat atas

sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:

a) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat

oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat

dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian

atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya

sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang

keterangannya itu;

b) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal

yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

20

jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu

hal atau sesuatu keadaan;

c) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu

keadaan yang diminta secara resmi daripadanya;

d) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya

dengan isi dari alat pembuktian yang lain. Surat di bawah

tangan masih mempunyai nilai jika ada hubungannya dengan

isi dari alat pembuktian yang lain 8.

4) Petunjuk

Pasal 188 Ayat (1) KUHAP memberi definisi petunjuk adalah

sebagai perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena

persesuaiannya, baik antara satu dengan yang lain, maupun dengan

tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak

pidana dan siapa pelakunya.

5) Keterangan terdakwa

Pernyataan yang terdakwa nyatakan di sidang pengadilan tentang

perbuatan yang ia lakukan atau ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri,

diatur dalam Pasal 189 ayat 1 KUHAP.

Kelima alat bukti tersebut memiliki kekuatan pembuktian yang sama

dalam persidangan acara pidana. tidak ada pembedaan antar masingmasing

alat bukti satu sama lain. Urutan sebagaimana yang diatur didalam pasal

tersebut hanyalah urutan sebagaimana dalam pemeriksaan persidangan.

8 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2005. hlm. 253.

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

21

3. Rehabilitasi

a. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama

yang baik) yang dahulu (semula), atau rehabilitasi juga dapat diartikan

sebagai perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu

(misalnya pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia

yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat. Selain itu, pengertian

rehabilitasi lainnya adalah restorasi (perbaikan, pemulihan) pada

normalitas, atau pemulihan menuju status yang paling memuaskan

terhadap individu yang pernah menderita penyakit netral.9 Definisi lain

mengenai rehabilitasi, yaitu upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga

kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program

kuratif.tujuannya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit

ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba.10

Jadi dari semua definisi rehabilitasi, maka dapat diartikan secara

umum makna rehabilitasi adalah pemulihan-pemulihan kembali,

rehabilitasi mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya

dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi tidak

berfungsi atau rusak.

Terdapat 2 (dua) jenis rehabilitasi dalam Undang-Undang No. 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Tindakan rehabilitasi ini merupakan penanggulangan yang bersifat

represif yaitu, penanggulangan yang dilakukan setelah terjadinya tindak

9 J.P. Caplin, Kamus Lengkap Psikologi, PT Raja Grasindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 425.

10 Dr. Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunannya, Erlangga, Jakarta,

2010, hlm. 105.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

22

pidana, dalam hal narkotika yang berupa pembinaan atau pengobatan

terhadap para pengguna narkotika. Dengan upaya-upaya pembinaan atau

pengobatan tersebut nantinya diharapkan korban penyalahgunaan

narkotika kembali normal dan berperilaku baik dalam bermasyarakat.

b. Dasar Hukum Rehabilitasi

Bukan hanya Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika

saja tetapi ada juga beberapa peraturan lainnya yang mengatur mengenai

rehabilitasi seperti Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4

Tahun 2010 tentang Penempatan Penyalahguna, Korban Penyalahgunaan

Narkotika kedalam Lembaga Medis dan Sosial, kemudian Pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2011

tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika untuk mendapatkan

layanan terapi dan rehabilitasi.

Kemudian Menteri Kesehatan juga mengeluarkan Keputusan

Menteri Kesehatan (kepmenkes) Nomor HK.02.02/MENKES/502/2015

yang menunjuk 434 instansi penerima wajib lapor (PWL) di 33 provinsi,

beserta aturan yang memperkuat aturan ini, seperti Peraturan Bersama

ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Ham

Republik Indinesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jaksa Agung

Republik Indonesia, Kepala kepolisian republik Indonesia, kepala Badan

Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor. 01/ PB / MA/III/2014

Nomor 03 Tahun 2014, Nomor PER-005/A/JA/03/2014, Nomor 1 Tahun

2014, Nomor PERBER/01/III/2014/BNN tentang Penanganan Pecandu

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

23

Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika kedalam Lembaga

Rehabilitasi.

Mengenai prosedur tetap (protap) dalam pelaksanaan rehabilitasi diatur

dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun

2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi Medis bagi

Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang

sedang dalam proses penyidikan, penuntutan dan persidangan atau telah

mendapatkan penetapan/putusan pengadilan.

Kesungguhan Pemerintah dalam hal merehabilitasi pecandu dan

korban penyahgunaan narkotika tidak dapat dikatakan main-main, begitu

banyaknya peraturan-peraturan yang dikeluarkan dari semua elemen

membuat rehabilitasi. Walaupun banyaknya peraturan-peraturan yang

ada tersebut, masih belum bisa menjamin lancarnya tujuan yang

diinginkan tanpa adanya pengawasan dan pengimplementasian yang

maksimal maka tujuan dibuat tersebut tidak dapat terlaksana, dengan

terbukti banyak kasus diluar sana yang tidak memberikan rahabilitasi

medis sebagai prioritas sebagaimana yang telah diatur.

c. Rehabilitasi Medis

Pengertian rehabilitasi medis di dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, mempunyai arti suatu proses kegiatan

pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari

ketergantungan Narkotika.11

11

Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

24

Rehabilitasi medis pecandu narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri. Selain itu lembaga rehabilitasi tertentu yang

diselenggarakan oleh instansi pemerintah seperti Lapas Narkotika dan

Pemerintah Daerah dapat melakukan rehabilitasi medis terhadap

penyalahguna narkotika setelah mendapat persetujuan menteri. Dengan

demikian untuk rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika pengguna

jarum suntik dapat diberikan serangkaian terapi untuk mencegah

penularan antara lain penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dengan

pengawasan ketat Kementerian Kesehatan.

Demikian pula bagi masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis

pecandu narkotika setelah mendapat persetujuan dari menteri. Selain

melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan pecandu

narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau

masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.

Adapun proses pemberian rehabilitasi medis seperti menurut Surat

Edaran Jaksa Agung (SEJA) NO. B-601/E/EJP/02/2013 tentang

Penempatan Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke

Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial. Dalam poin 2.1

Penuntut Umum dapat menempatkan tersangka/terdakwa pecandu

Narkotika dan korban penyalahguna Narkotika di Panti Rehabilitasi

medis dan/atau sosial, di luar rumah tahanan negara dengan syarat

tersangka/terdakwa adalah pecandu dan korban penyalahgunaan

Narkotika yang dibuktikan dari hasil asesmen dokter bahwa yang

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

25

bersangkutan pecandu Narkotika baik klasifikasi: coba pakai, teratur

pakai, pecandu suntik, dan pecandu bukan suntik.

Selain itu dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 03

Tahun 2011 dan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 04

Tahun 2010 juga telah mengatur tentang petunjuk teknis penaganan

pecandu Narkotika dan Korban penyalahgunaan narkotika yang

direhabilitasi. Pedoman teknis penanganan terhadap pecandu narkotika

dan korban penyalahgunaan narkotika yang tanpa hak dan melawan

hukum yang telah ditetapkan sebagai tersangka untuk dapat menjalani

rehabilitasi. Pecandu narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika

yang tanpa hak dan melawan hukum sebagai tersangka dan/atau terdakwa

dalam Peyalahgunaan Narkotika yang sedang menjalani proses

penyidikan, penuntutan, dan persidangan di pengadilan diberikan

pengobatan, perawatan, dan pemulihan dalam lembaga rehabilitasi.

Penentuan rekomendasi rehabilitasi ini berdasarkan hasil rekomendasi

Tim asesmen Terpadu.

Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan

HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala

Kepolisian RI, dan Kepala BNN menyepakati peraturan bersama

mengenai Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan

Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi. Mengatur Pacandu Narkotika

dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangka dan/atau

terdakwa penyalahgunaan narkotika yang ditangkap dengan barang bukti

melebihi dari jumlah tertentu sebagaimana dan positif memakai narkotika

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

26

berdasarkan hasil tes urine, darah, rambut, atau DNA setelah dibuatkan

Berita Acara Pemeriksaan Hasil Laboratorium dan Berita Acara

Pemeriksaan oleh penyidik dan telah dinyatakan dengan hasil asesmen

dari Tim Asesmen Terpadu, tetap ditahan di Rumah Tahanan Negara atau

cabang Rumah Tahanan Negara dibawah naungan Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia serta dapat diberikan

pengobatan dan perawatan dalam rangka rehabilitasi.

d. Proses Pemberian tuntutan Rehabilitasi Medis

Pemberian tuntutan rehabilitasi medis diatur dalam SEJA NO. B-

601/E/EJP/02/2013 tentang Penempatan Pecandu dan Korban

Penyalahgunaan Narkotika ke Lembaga Rehabilitasi Medis dan

Rehabilitasi Sosial pada poin 2.1. Penempatan Tersangka/Terdakwa

Pecandu Narkotika dan korban Penyalahgunaan Narkotika di Lembaga

Rehabilitasi Media dan/atau Sosial, yang Perkaranya dalam Tahap

Penuntutan:

- Penuntut Umum dapat menempatkan tersangka/terdakwa pecandu

narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika di panti rehabilitasi

medis dan/atau sosial di luar Rumah Tahanan Negara, dengan syarat dan

ketentuan:

a. Tersangka/terdakwa adalah pecandu dan korban penyalahgunaan

narkotika, yang dibuktikan dari hasil asesmen dokter bahwa yang

bersangkutan pecandu narkotika baik klasifikasi coba pakai, teratur

pakai, pecandu suntik, maupun pecandu bukan suntik.

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

27

b. Ada penetapan Pengadilan Negeri. Bila masih pada tahap

penyidikan dimana penyidik telah mendapatkan persetujuan/penetapan

Pengadilan Negeri, maka penetapan tersebut yang dapat dipergunakan

untuk kelanjutan pada tahap penuntutan, sehingga penuntut umum tidak

perlu lagi meminta penetapan dari Pengadilan Negeri.

c. Tersangka/terdakwa pecandu dan korban penyalahgunaan

narkotika, yang ditempatkan di panti rehabilitasi medis dan/atau sosial

oleh penyidik, ketika proses perkaranya pada tahap penyidikan. Hal ini

dimaksudkan agar ada keterpaduan penegak hukum dan proses

perawatan medis/sosial di pantai rehabilitasi dapat berjalan secara efektif

dan berkesinambungan untuk penyembuhannya.

d. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor masih terbatasnya

fasilitas panti rehabilitasi medis/sosial, biaya, maupun pelaksanaan

peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya ringan, maka penempatan

tersangka/terdakwa penyalahgunaan narkotika pada panti rehabilitasi

medis/sosial yang perkaranya dalam proses penuntutan oleh Penuntut

Umum, untuk sementara masih dibatasi pelaksanaannya, dan

diperkenankan bagi Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri.

Adapun pada poin 2.2 terdapat syarat-syarat dan klasifikasi untuk

dilakukannnya rehabilitasi sebagai berikut:

a. Terdakwa pada saat ditangkap oleh penyidik dalam kondisi

tertangkap tangan.

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

28

b. Pada saat tertangkap tangan sesuai huraf a di atas, ditemukan

barang bukti pemakaian untuk 1 (satu) hari dengan perincian sebagai

berikut:

1) Kelompok metamphetamine (shabu) : 1 gram

2) Kelompok MDMA (ekstasi) : 2,4 gram = 8 butir

3) Kelompok heroin : 1,8 gram

4) Kelompok kokain : 1,8 gram

5) Kelompok ganja : 5 gram

6) Daun koka : 5 gram

7) Meskalin : 5 gram

8) Kelompok psilosybin : 3 gram

9) Kelompok LSD (d-lysergic acid diethylamide) : 2 gram

10) Kelompok PCP (phencyclidine) : 3 gram

11) Kelompok fentanil : 1 gram

12) Kelompok metadon : 0,5 gram

13) Kelompok morfin : 1,8 gram

14) Kelompok petidin : 0,96 gram

15) Kelompok kodein : 72 gram

16) Kelompok bufrenorfin : 32 mg

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

29

c. Surat Uji Laboraturium berdasarkan permintaan penyidikan yang

menyatakan positif menggunakan narkotika.

d. Perlu Surat Keterangan dari dokter jiwa/psikiater pemerintah

yang ditunjuk oleh hakim.

e. Tidak terdapat bukti bahwa bersangkutan terlibat dalam

peredaran gelap narkotika.

f. Bekas residivis kasus narkotika.

- Untuk menuntut berupa lamanya proses rehabilitasi, maka

Penuntut Umum harus dengan sungguh-sungguh

mempertimbangkan kondisi/taraf kecanduan terdakwa, sehingga

dalam hal ini diperlukan adanya keterangan ahli. Dan sebagai

standar dalam proses terapi dan rehabilitasi adalah sebagai berikut:

a. Program Detoksifikasi dan Stabilisasi : lamanya 1 (satu) bulan

b. Program primer : lamanya 6 (enam) bulan

c. Program re-entry : lamanya 6 (enam) bulan

Syarat-syarat dan klasifikasi yang ditentukan tersebut pada huruf a

sampai dengan f diatas berlaku untuk penempatan tersangka/terdakwa

pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang perkaranya dalam

tahap penuntutan, sebagaimana tersebut pada angka 2.1 maupun untuk

tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum, sebagaimana tersebut pada angka

2.2 di atas.

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

30

4. Tindak Pidana dan Tindak Pidana Narkotika

a. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana itu sendiri merupakan terjemahan dari kata

(strafbaar feit), didalam KUHP tidak terdapat penjelasan mengenai apa

sebenarnya yang dimaksud dengan (strafbaar feit) itu sendiri. Biasanya

tindak pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa latin

yakni kata (delictum).12

Delik atau tindak pidana adalah perbuatan yang

dapat dihukum, merupakan perbuatan manusia yang bertentangan dengan

Undang-Undang yang dilakukan dengan sengaja (dengan niat, ada

kesalahan atau schuld) oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.13

Rumusan tindak pidana dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

(criminal act). Dalam hal ini meskipun orang telah melakukan suatu

perbuatan yang dilarang di situ belum berarti bahwa ia mesti dipidana, ia

harus mempertanggungjawabkan atas perbuatannya yang telah ia lakukan

untuk menentukan kesalahannya, yang dikenal dengan istilah (criminal

responbility).14

Diantara istilah-istilah itu, yang paling tepat dan baik

digunakan adalah istilah tindak pidana dengan pertimbangan selain

mengandung pengertian yang tepat dan jelas dengan istilah hukum juga

sangat praktis untuk diucapkan. Disamping itu di dalam peraturan

perundang-undangan Negara Indonesia pada umumnya menggunakan

istilah tindak pidana.15

12

Prof. Dr. Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Rajawali Pers , Jakarta, 2014, hlm. 47. 13

Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia, Ghalia Indonesia , Bogor, 2006, hlm. 95. 14

Suharto RM, Hukum Pidana Materiil Unsur-Unsur Obyktif Sebagai Dasar Dakwaan, Sinar

Grafika, Jakarta, 1996. hlm. 28. 15

Bassar, S, Tindak-Tindak Pidana Tertentu didalam KUH”, CV Remadja Karya , Bandung ,

1986, hlm. 45.

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

31

Adapun arti lain dari beberapa ahli hukum tentang pengertian tindak

pidana antara lain tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh

suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang

berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar aturan tersebut.16

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tindak pidana adalah

segala suatu perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan pelaku

dapat dijatuhi hukuman pidana. Secara jelas bahwa yang tidak boleh

dilakukan adalah perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan akibat

yang dilarang dan yang akan dijatuhi hukuman pidana adalah orang yang

melakukan perbuatan tersebut.

Untuk dapat menghukum seseorang serta memenuhi tuntutan

keadilan dan kemanusiaan, harus ada suatu perbuatan yang bertentangan

dengan hukum dan yang dapat dipersalahkan kepada pelakunya.

Tambahan pada syarat-syarat ini adalah bahwa pelaku yang bersangkutan

harus merupakan seseorang yang dapat dimintai pertanggungjawaban

(toerekeningsvatbaar) atau (schuldfahig). Untuk itu, tindak pidana

sebaiknya dimengerti sebagai perilaku manusia yang diperbuat dalam

situasi dan kondisi yang dirumuskan di dalamnya, perilaku dimana

dilarang oleh Undang-Undang dan diancam dengan sanksi pidana.17

b. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur tindak pidana dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

1) Unsur Obyektif

17

Jan Rammelink, Hukum Pidana, Jakarta, Gramedia Pustaka, hlm. 85.

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

32

Unsur yang terdapat diluar si pelaku. Unsur-unsur yang ada

hubungannya dengan keadaan, yaitu dalam keadaan-keadaan dimana

tindakan-tindakan si pelaku itu harus dilakukan. Terdiri dari:

a) Sifat melanggar Hukum.

b) Kualitas dari si pelaku.

Misalnya keadaan sebagai pegawai negeri di dalam

kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau keadaan

sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas di

dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.

c) Kausalitas

Yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab

dengan suatu kenyataan sebagai akibat.

2) Unsur Subjektif.

Unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang

dihubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya segala

sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur ini terdiri dari:

a) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dulus atau culpa)

b) Maksud pada suatu percobaan, seperti ditentukan dalam

Pasal 53 ayat (1) KUHP.

c) Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan-

kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, dan sebagainya.

d) Merencanakan terlebih dahulu, seperti tercantum dalam

Pasal 340 KUHP, yaitu pembunuhan yang direncanakan

terlebih dahulu.

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

33

e) Perasaan takut seperti terdapat di dalam Pasal 308 KUHP.18

Adapun menurut Prof Moelyatno, S.H, unsur atau elemen

perbuatan pidana terdiri dari:

a. Kelakuan dan akibat (perbuatan).

Misalnya pada Pasal 418 KUHP, jika syarat seorang PNS

tidak terpenuhi maka secara otomatis perbuatan pidana seperti

yang dimaksud pada Pasal tersebut tidak mungkin ada, jadi

dapat dikatakan bahwa perbuatan pidana pada Pasal 418 KUHP

ini ada jika pelakunya adalah seorang PNS.

b. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan.

Misal pada Pasal 160 KUHP, ditentukan bahwa

penghasutan itu harus dilakukan di muka umum, jadi hal ini

menentukan bahwa keadaaan yang harus menyertai perbuatan

penghasutan tadi adalah dengan dilakukan dimuka umum.

c. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana.

Maksudnya adalah tanpa suatu keadaan tambahan tertentu

seseorang terdakwa telah dapat dianggap melakukan perbuatan

pidana yang dapat dijatuhi pidana, tetapi dengan keadaan

tambahan tadi ancaman pidananya lalu diberatkan. Misalnya

pada Pasal 351 ayat (1) KUHP tentang penganiayaan diancam

dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan,

tetapi jika penganiayaan tersebut menimbulkan luka berat

18

Prof.Dr.Teguh Prasetyo, Op.Cit, hlm 50-51

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

34

ancaman pidananya diberatkan menjadi lima tahun dan jika

menyebabkan kematian menjadi tujuh tahun.

d. Unsur melawan hukum yang obyektif.

Unsur melawan hukum yang menunjuknkepada keadaan

lahir atau obyektif yang menyertai perbuatan.

e. Unsur melawan hukum yang subyektif.

Unsur melawan hukum yang terletak didalam hati

seseorang pelaku kejahatan itu sendiri. Misalnya pada Pasal 362

KUHP, terdapat kalimat “dengan maksud” kalimat ini

menyatakan bahwa sifat melawan hukumnya perbuatan tidak

dinyatakan dari hal-hal lahir, tetapi tergantung pada niat

seseorang mengambil barang. Apabila niat hatinya baik,

contohnya mengambil barang untuk kemudian dikembalikan

kepada pemiliknya, maka perbuatan tersebut tidak dilarang.

Sebaliknya jika niat hatinya jelek, yaitu mengambil barang

untuk dimiliki sendiri dengan tidak mengacuhkan pemiliknya

menurut hukum, maka hal itu dilarang dan masuk rumusan

pencurian.

c. Jenis-jenis Tindak Pidana

Membagi suatu kelompok benda atau manusia dalam jenis-jenis

tertentu atau mengklasifikasikan sangat bermacam-macam sesuai dengan

kehendak yang mengklasifikasikan atau mengelompokannya, yaitu

menurut dasar apa yang diinginkan, demikian pula halnya dengan tindak

pidana.

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

35

Pembagian jenis-jenis tindak pidana dalam teori dan praktek

peraturan perundang-undangan ialah sebagai berikut:

1) Kejahatan dan Pelanggaran;

2) Delik formil dan delik materiil;

3) Delik dolus dan delik culpa;

4) Delikcommisissonis, delik ommissionis, dan delik commisissonis

perommisionis commisso;

5) Delik tunggal dan delik berganda;

6) Delik yang berlangsung terus dan delik yang tidak berlangsung

terus;

7) Delik aduan dan delik biasa atau bukan aduan;

8) Delik ekonomi dan bukan delik ekonomi;

9) Delik sederhana dan delik yang ada pemberatnya;

10) Kejahatan ringan.

Disamping tindak pidana yang tercantum dalam KUHP, terdapat

pula beberapa jenis tindak pidana yang pengaturannya berada diluar

KUHP yang disebut “tindak pidana khusus”. tindak pidana khusus adalah

hukum pidana yang ditetapkan untuk golongan orang khusus atau yang

berhubungan dengan perbuatan-perbuatan khusus, termasuk didalamnya

hukum pidana militer, hukum pidana ekonomi sehingga dapat

disimpulkan “Undang-Undang Pidana Khusus” itu adalah Undang-

Undang selain KUHP yang merupakan kedudukan sentral dari KUHP ini

terutama karena didalamnya termuat ketentuan-ketentuan umum dari

hukum pidana dalam Buku I yang berlaku juga terhadap tindak-tindak

Page 28: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

36

pidana yang terdapat diluar KUHP kecuali apabila Undang-Undang

menentukan lain.19

Adapun jenis-jenis tindak pidana khusus antara lain:

1) Tindak Pidana Korupsi;

2) Tindak Pidana Ekonomi;

3) Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika;

4) Tindak Pidana Perpajakan;

5) Tindak Pidana Kepabean dan Cukai;

6) Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering);

7) Tindak Pidana Anak.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah

salah satu bentuk Undang-undang yang mengatur tindak pidana di luar

KUHP, merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum (KUHP)

sebagai perwujudan dari asas lex specialis derogat lex generalis. Maka

dari itu segala kejadian yang berhubungan dengan tindak pidana

narkotika harus diterapkan ketentuan-ketentuan tindak pidana dalam

undang-undang tersebut, kecuali hal-hal yang belum diatur di dalamnya.

d. Tindak Pidana Narkotikat

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

menjelaskan bahwa setiap perbuatan yang tanpa hak berhubungan secara

langsung maupun tidak langsung dengan narkotika adalah bagian dari

tindak pidana narkotika. Tindak pidana narkotika diatur dalam Bab XV

19

Sudarto, Hukum Pidana I,Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm 21.

Page 29: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

37

Pasal 111 sampai Pasal 148 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

yang merupakan ketentuan khusus, walaupun tidak disebutkan dengan

tegas dalam Undang-Undang Narkotika bahwa tindak pidana yang diatur

di dalamnya adalah tindak kejahatan, akan tetapi tidak perlu disangsikan

lagi bahwa semua tindak pidana di dalam Undang-Undang tersebut

merupakan kejahatan.20

Pada dasarnya penggunaan narkotika diperbolehkan hanya demi

kepentingan pengobatan serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Apabila

diketahui terdapat perbuatan-perbuatan diluar kepentingan yang telah

disebutkan tadi, maka perbuatan-perbuatan tersebut digolongkan sebagai

perbuatan tindak pidana narkotika.

e. Jenis-jenis Kejahatan Tindak Pidana Narkotika

Dalam segi perbuatannya ketentuan pidana yang diatur oleh Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pada Pasal 111

sampai Pasal 148, yang dapat dikelompokkan menjadi 9 (sembilan)

yaitu:

1) Kejahatan yang menyangkut produksi narkotika;

2) Kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika;

3) Kejahatan yang menyangkut pengangkutan dan transit

narkotika;

4) Kejahatan yang menyangkut penguasaan narkotika;

5) Kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika;

6) Kejahatan yang menyangkut tidak melapor pecandu narkotika;

20

Gatot Supramono, Hukum Narkotika Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2001, hlm. 32.

Page 30: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

38

7) Kejahatan yang menyangkut dengan label dan publikasi

narkotika;

8) Kejahatan yang menyangkut dengan jalannya peradilan

narkotika

9) Kejahatan yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan

narkotika.21

f. Kebijakan sanksi pidana dan pemidaan tindak pidana narkotika.

Kebijakan sanksi pidana dan pemidaannya antara lain disebutkan

sebagai berikut :

1) Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda, kurungan,

penjara dalam waktu tertetentu/seumur hidup, dan pidana mati),

pidana tambahan (pencabutan izin usaha/pencabutan hak

tertentu), dan tindakan pengusiran (bagi warga Negara asing).

2) Jumlah/lamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara

Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

Narkotika, untuk pidana penjara minimal 4 tahun sampai 20

tahun dan seumur hidup.

3) Sanksi pidana pada umumnya (kebanyakan) diancamkan secara

kumulatif (terutama penjara dan denda);

4) Untuk tindak pidana tertentu ada yang diancam dengan pidana

minimal khusus (penjara maupun denda);

21

Ibid, hlm 154.

Page 31: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

39

5) Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului

dengan permufakatan jahat, dilakukan secara terorganisasi,

dilakukan oleh korporasi dilakukan dengan menggunakan anak

belum cukup umur, dan apabila ada pengulangan (recidive).

5. Narkotika

a. Pengertian Narkotika

Sejak dunia pertama kali mengurusi candu, maka istilah yang

dipergunakan adalah opium, karena candu terbuat dari buah tanaman

Papaver Somniferum L, yaitu sejenis tanaman perdu liar yang tumbuh

dengan subur di daerah timur pegunungan Mediterania.22

Pertemuan

internasional yang membahas masalah candu pernah dilangsungkan di

Den Haag tahun 1912, dan Jenewa tahun 1925. Pada pertemuan

berikutnya di Jenewa tahun 1931, diperkenalkan istilah baru, yaitu

Narkotika (narco yang berarti tidur yang tidak sadar).

Istilah Narkotika yang digunakan di Indonesia bukanlah “narcotics”

pada farmasi (farmacologie), melainkan sama artinya dengan “drug”,

yaitu sejenis zat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan

pengaruh-pengaruh terutama pada tubuh si pemakai. Pengertian

Narkotika menurut Sudarto, bahwa Narkotika berasal dari bahasa yunani

“narke”, yang berarti terbius sehingga tidak merasa apa-apa.23

22

Rachman Hermawan S, Penyalahgunaan Narkotika Oleh Para Remaja, Eresco, Bandung, 1987,

hlm. 10. 23

Djoko Prakoso, Bmbang, Riyadi Lany, dan Mukhsin, Kejahatan-Kejahatan yang Merugikan

dan Membahayakan Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 480.

Page 32: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

40

Sedangkan pengertian Narkotika berdasarkan ketentuan Pasal 1

angka 1 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa

yang dimaksud dengan Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya

rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan.

b. Jenis- jenis Narkotika

Jenis-jenis narkotika dibagi menjadi dua macam menurut M. Ridha

Ma’roef , yaitu antara lain:

1) Narkotika alam: narkotika dalam penegertian sempit, termasu

didalamnya adalah berbagai jenis candu, morphine, heroin,

ganja, hashish, codein dan cocaine.

2) Narkotika sintesis : narkotika dalam pengertia yang luas,

termasuk didalamnya adalah zat-zat (obat) yang tergolong dalam

tiga jenis obat yaitu hallucinogen, depressant, dan stimulant.24

c. Penyalahguna Narkotika

Memang tidak dapat dikesampingkan bahwa zat-zat narkotika dan

yang sejenis memiliki manfaat yang cukup besar di dunia kedokteran,

bidang penelitian, pendidikan, dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Berikut aplikasinya pemakaian dalam dosis yang teratur akan

memberikan manfaat, akan tetapi pemakaian zat-zat jenis narkotika

24

M. Ridha Ma’roef, Narkotika Masalah dan Bahayanya, CV Marga Djaya, Jakarta, 1986, hlm.

34.

Page 33: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

41

dalam dosis yang tidak teratur lebih-lebih disalahgunakan akan

membawa efek-efek negatif.25

Secara harafiah, kata penyalahguna berasal dari kata “salah guna”

yang artinya tidak sebagaimana mestinya atau berbuat keliru. Jadi

penyalahgunaan narkotika diartikan sebagai pemakaian, cara, perbuatan

yang berhubungan dengan narkotika yang tidak sah dimata hukum.

Secara yuridis terkait dengan penyalahgunaan narkotika dibedakan

antara penyalahguna narkotika, pecandu narkotika, dan korban

penyalahgunaan narkotika.

Pengertian penyalahguna terdapat pada Undang-Undang No. 35

Tahun 2019 tentang Narkotika dalam Pasal 1 ayat 15 dengan artian orang

yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum.

Sedangkan pecandu ada di dalam Pasal 1 ayat 13, Pecandu Narkotika

adalah Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan

dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun

psikis.

Perbuatan seorang pecandu narkotika merupakan suatu perbuatan

menggunakan narkotika untuk dirinya sendiri secara tanpa hak, dalam

artian dilakukan oleh seseorang tanpa melalui pengawasan dokter. Erat

kaitannya hubungan antara penyalahgunaan narkotika dengan pecandu

narkotika. Penggunaan narkotika secara tanpa hak digolongkan kedalam

kelompok penyalahguna narkotika, sedangkan telah kita ketahui bahwa

25

Harsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Bina Aksara, Jakarta, 1989, hlm .51.

Page 34: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

42

penyalahgunaan narkotika merupakan salah satu bagian tindak pidana

narkotika.

Sehingga secara langsung dapat dikatakan bahwa pecandu narkotika

tidak lain adalah pelaku tindak pidana narkotika. Kedudukan pecandu

narkotika sebagai pelaku tindak pidana narkotika diperkuat dengan

adanya ketentuan didalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika yang mengatur mengenai penyalahgunaan

narkotika, yaitu :

”(1) Setiap Penyalah Guna:

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun;

b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan

c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun.

(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

hakim wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103.

(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial “.

Page 35: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

43

Kemudian dalam Pasal 54 berbunyi “Pecandu Narkotika dan korban

penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial.”

Meskipun pecandu narkotika memiliki kualifikasi sebagai pelaku

tindak pidana narkotika, namun didalam keadaan tertentu dari pecandu

narkotika dapat berkedudukan kearah korban penyalahgunaan narkotika.

Maka dari itu korban penyalahgunaan narkotika ada di dalam Undang-

Undang No 35 Tahun 2009, pada penjelasan Pasal 54 korban

penyalahgunaan narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja

menggunakan narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa,

dan/atau diancam untuk menggunakan narkotika.

Telah diketahui bahwa tujuan dari Undang-Undang tentang

narkotika adalah menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan

sosial bagi pecandu dan penyalahgunaan narkotika. Mahkamah Agung

pada tanggal 7 April 2010 mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung

(SEMA) Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penempatan Penyalahgunaan,

Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga

Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.

Diterbitkannya SEMA tersebut memungkinan bagi pengadilan dalam

memutus perkara tindak pidana narkotika khususnya yang berkaitan

dengan pecandu narkotika berupa putusan dalam bentuk hukuman

rehabilitasi.

d. Hak Korban Penyalahgunaan Narkotika

Page 36: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

44

Dalam penjelasan Pasal 54, disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan korban penyalahgunaan narkotika adalah seseorang yang tidak

sengaja menggunakan narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu,

dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan narkotika. Korban

penyalahgunaan narkotika mempunyai hak dan kewajiban, dalam

wawancara dengan Kardiyana hak dan kewajiban korban

penyalahgunaan narkotika ialah :

1) Hak;

Korban penyalahgunaan narkotika berhak mendapatkan

pengobatan dan/atau rahabilitasi.

2) Kewajiban;

Korban penyalahgunaan narkotika wajib melapor diri kepada

instansi terkait atau kepolisi (kasatreskrim narkotika). Instansi terkait

yaitu pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, klinik yang ditunjuk.

Ketentuan mengenai rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 diatur dari Pasal 54 sampai

dengan Pasal 59.

B. HASIL PENELITIAN

1) Kasus Posisi

Pada hari Selasa tanggal 10 Oktober 2017 sekitar pukul 16.00 WIB

bertempat di depan SMP 9 Jalan Pemuda Kota Salatiga telah terjadi

penangkapan terhadap seseorang bernama Agus Pramono. Pada hari dan

tanggal tersebut telah terjadi tindak pidana setiap orang yang tanpa hak

Page 37: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

45

atau melawan hukum melakukan pemufakatan jahat untuk melakukan

tindak pidana membeli Narkotika Golongan I bentuk bukan tanaman jenis

(Shabu) atau menguasai dalam melakukan penyalahgunaan dengan cara

menggunakan bagi dirinya sendiri Narkotika Golongan I bentuk bukan

tanaman jenis (Shabu). Pada saat diamankan bersama Imam Surono,

terdakwa akan mengambil Narkotika jenis Shabu yang sebelumnya telah

dipesan oleh Imam Surono dari Bagas Dwitya Pradipta. Sebelumnya

terdakwa menggunakan Shabu bersama Imam Surono di rumah kosong

sekitar Kalitaman Kota Salatiga. Kemudian dilakukan penggeledahan dan

ditemukan barang bukti berupa alat-alat untuk melakukan

penyalahgunaan Narkotika Golongan I.

2) Dakwaan

Jaksa Penuntut Umum memberikan dakwaan primair dengan Pasal 114

ayat (1) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika.

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk

dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,

menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah) dan paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”

Dakwaan subsidair dengan Pasal Pasal 112 ayat (1) jo Pasal 132 ayat (1)

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Page 38: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

46

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan

tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun

dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).”

Dalam dakwaan lebih dari subsidair terdakwa didakwakan dengan Pasal

127 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika.

“Setiap Penyalah Guna Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun”

3) Pembuktian dan Fakta Persidangan

a. Pembuktian

Berdasarkan keterangan saksi dan atau keterangan terdakwa sendiri

serta adanya barang bukti yang diajukan dipersidangan maka dapat

diambil sebagai bukti petunjuk bahwa terdakwa telah melanggar

ketentuan pada Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Terdapat saksi-saksi yang dihadirkan di dalam persidangan yaitu saksi

baik dari masyarakat yang menyaksikan penangkapan terdakwa serta

dari pihak kepolisian yang menangkap terdakwa. Para saksi

memberikan keterangan sebagai berikut:

1. Saksi Sutarman Bin Ayani Alm.

Page 39: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

47

- Bahwa awalnya pada hari Selasa tanggal 10 Oktober 2017

sekitar pukul 16.00 WIB di depan rumah milik partai demokrat

Salatiga Jl. Kalitaman saksi didatangi oleh petugas kepolisian

untuk menyaksikan penggeledahan;

- Bahwa saksi menyaksikan penggeledahan tersebut bersama

dengan Bpk. Darmaji;

- Bahwa dalam penggeledahan tersebut ditemukan 1 (satu)

bungkus sedota didalam rumah terletak di tembok, 1 (satu) buah

botol dan 4 (empat) buah potongan sedotan yang ditemukan di

luar rumah tersebut;

Atas keterangan saksi Terdakwa membenarkan;

2. Saksi Darmaji Surasto Bin Darsono Alm;

- Bahwa awalnya pada hari Selasa tanggal 10 Oktober 2017

sekitar pukul 16.00 WIB di depan rumah milik Partai demokrat

Salatiga Jl. Kalitaman saksi didatangi oleh petugas kepolisian

untuk menyaksikan penggeledahan;

- Bahwa saksi menyaksikan penggeledahan tersebut bersama

dengan Bpk. Darmaji;

- Bahwa dalam penggeledahan tersebut ditemukan 1 (satu)

bungkus sedota didalam rumah terletak di tembok, 1 (satu) buah

botol dan 4 (empat) buah potongan sedotan yang ditemukan di

luar rumah tersebut;

Atas keterangan saksi Terdakwa membenarkan;

3. Saksi Hendriawan Surya Prayoga,S.H. Bin R. Soeroto;

Page 40: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

48

- Bahwa pada hari Selasa tanggal 10 Oktober 2017 saksi bersama

rekan polisi lainnya sedang melintas di pertigaan Tegalrejo

Salatiga, kemudian melihat sdr. Bagas dengan gelagat

mencurigakan. Kemudian diamankan oleh saksi;

- Bahwa selanjutnya dilokasi tersebut saksi bersama rekan

melakukan penggeledahan ditempat dan ditemukan barang

bukti:

- 1 (satu) paket jenis sabu yang di bungkus plastik klip warna

bening bertuliskan Magic Lezat dan dua bungkus lagi

bertuliskan Paramex ditemukan di saku celana depan;

- 1 (satu) buah celana pendek bergaris;

- 1 (satu) buah HP merk Nokia warna hitam Type RH 122

berikut sim card IM3;

Yang barang bukti tersebut berada dalam perkara lain;

- Bahwa paket shabu yang ditemukan pada sdr. Bagas, menurut

pengakuan Sdr. Bagas adalah pesanan dari sdr. Imam Surono

yang sdr. Bagas beli dari seseorang yang bernama Andri;

- Bahwa, menurut pengakuan sdr. Bagas, shabu tersebut adalah

pesanan dari Terdakwa, yang mana sebelumnya pada tanggal 9

Oktober 2017 sdr. Imam Surono telah membayar kepada sdr.

Bagas di rumah sdr. Bagas sejumlah Rp 550.000,- (lima ratus

lima puluh ribu rupiah) untuk membeli paket shabu tersebut;

- Bahwa kemudian sdr. Bagas pada tanggal 10 Oktober pukul

15.30 akan menyerahkan kepada Sdr. Imam Surono, namun

Page 41: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

49

tidak berhasil karena terlebih dahulu sudah tertangkap oleh saksi

dan rekan;

- Bahwa dari penangkapan sdr. Bagas, Kepolisian melanjutkan

penelusuran pelaku lainnya yaitu sdr. Imam Surono

- Bahwa untuk dapat menangkap sdr. Imam Surono saksi bersama

rekan memancing sdr. Imam Surono menggunakan sms melalui

HP sdr.Bagas yang mengatakan bahwa sabu pesanannya sudah

ada dan bias diambi di daerah Kaliwedok;

- Bahwa awalnya sdr. Imam Surono merasa curiga dengan SMS

tersebut namun kemudian saksi dan rekan mengarahkan

Terdakwa ke daerah SMP 9 Salatiga, lalu terdakwa terpancing

dan akhirnya saksi dan rekan dapat mengkap Terdakwa.

- Bahwa saat ditangkap terdakwa bersama terdakwa;

- Bahwa kemudian sdr. Imam Surono mengakui bila dirinya

sering menggunakan shabu di dalam Rumah Partai Demokrat di

daerah Kalitaman, maka oleh karenanya saksi dan rekan

melakukan penggeledahan di tempat tersebut dan ditemukan

barang bukti berupa: 1 (satu) bungkus sedotan didalam rumah

terletak di tembok, 1 (satu) buah botol dan 4 (empat) buah

potongan sedotan yang ditemukan di luar rumah tersebut, yang

menurut pengakuan Terdakwa barang bukti tersebut digunakan

Terdakwa untuk mongkonsumsi sabu;

Atas keterangan saksi Terdakwa membenarkan;

4. Saksi Ahmat Jhon Febri Bin Lilik Harsono;

Page 42: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

50

- Bahwa saksi adalah anggota polisi yang melakukan

penangkapan kepada Terdakwa;

- Bahwa penangkapan terhadap terdakwa dilakukan karena

sebelumnya pada hari Selasa tanggal 10 Oktober 2017 pukul

16.00 WIB, saksi bersama rekan melakukan penangkapan

terhadap sdr. Bagas, dimana sdr. Bagas tertangkap membawa

satu paket sabu yang rencananya akan diberikan kepada sdr.

Imam Surono;

- Bahwa selanjutnya Saksi bersama rekan memancing sdr. Imam

Surono dan setelah sdr Imam Surono terpancing saat itulah

Terdakwa juga tertangkap karena Terdakwa menemani sdr.

Imam Surono yang hendak mengambil pesanan sabu yang

memang sudah berada ditangan polisi;

- Bahwa berdasarkan pengakuan Terdakwa, dirinya diajak oleh

sdr. Imam Surono menemani mengambil sabu di depan SMP 9

Jl. Pemuda Salatiga, yang kemudian shabu tersebut akan

digunakan bersama.

Atas keterangan saksi Terdakwa membenarkan

5. Saksi Jerikson Nelto Belo;

- Bahwa saksi adalah anggota polisi yang melakukan

penangkapan kepada Terdakwa;

- Bahwa penangkapan terhadap terdakwa dilakukan karena

sebelumnya pada hari Selasa tanggal 10 Oktober 2017 pukul

16.00 WIB, saksi bersama rekan melakukan penangkapan

Page 43: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

51

terhadap sdr. Bagas, dimana sdr. Bagas tertangkap membawa

satu paket sabu yang rencananya akan diberikan kepada sdr.

Imam Surono;

- Bahwa selanjutnya Saksi bersama rekan memancing sdr. Imam

Surono dan setelah sdr Imam Surono terpancing saat itulah

Terdakwa juga tertangkap karena Terdakwa menemani sdr.

Imam Surono yang hendak mengambil pesanan sabu yang

memang sudah berada ditangan polisi;

- Bahwa berdasarkan pengakuan Terdakwa, dirinya diajak oleh

sdr. Imam Surono menemani mengambil sabu di depan SMP 9

Jl. Pemuda Salatiga, yang kemudian shabu tersebut akan

digunakan bersama.

Atas keterangan saksi, terdakwa membenarkan.

6. Saksi Bagas Dwitya Pradipta Bin Yitno Atmajie;

- Bahwa saksi telah mendapat pesanan paket sabu dari sdr. Imam

Surono;

- Bahwa pada hari Selasa tanggal 10 Oktober 2018 pada pukul

15.00 WIB, saksi berniat menyerahkan shabu kepada sdr. Imam

Surono, namun hal tersebut belum tersampaikan karena saksi

telah ditangkap dipertigaan Tegalrejo oleh para saksi Polisi;

- Bahwa sdr. Imam Surono membeli sabu dari saksi dengan harga

Rp.550.000,- (lima ratus lima puluh ribu rupiah) dan sudah

diserahkan oleh sdr. Imam Surono di rumah saksi beberapa hari

sebelumnya;

Page 44: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

52

- Bahwa kemudian, untuk pengembangan Terdakwa memberikan

informasi kepada saksi Polisi mengenai kontak Imam Surono,

dan selanjutnya para saksi Polisi mengirim pesan samara

melalui HP saksi, yang pada pokoknya bertuliskan akan

menyampaikan sabu di hari itu di daerah Kaliwedok;

- Bahwa terhadap SMS tersebut sdr. Imam Surono terpancing dan

akhirnya mendatangi tempat yang sudah diarahkan oleh saksi

Polisi di JL Pemuda Salatiga depan SMP 9;

- Bahwa benar saat melakukan penangkapan kepada Imam

Surono, dilokasi juga ada terdakwa yang saat itu berperan

menemani sdr. Imam Surono yang hendak mengambil paket

sabu;

Atas keterangan saksi, terdakwa membenarkan.

7. Saksi Imam Surono Als. Boim Bin Slanet Basuki

- Bahwa pada tanggal 10 Oktober 2017 sekira pukul 15.30 WIB

saksi menerima pesan SMS dari nomor saksi Bagas bahwa sabu

sudah siap;

- Bahwa saat akan mengambil sabu, saksi mengajak Terdakwa

serta, dimana rencananya saksi akan mengkonsumsi sabu

bersama dengan Terdakwa di rumah Partai Demokrat di daerah

Kalitaman.

- Bahwa saat saksi akan mengambil sabu di Kaliwedok saksi

merasa curiga kemudian tempat penyerahan di ganti di depan

Page 45: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

53

SMP 9 Salatiga, namun setelah dilokasi ternyata sudah ada

anggota kepolisian yang menghadang Terdakwa dan saksi;

- Bahwa kemudia para saksi anggota polisi meminta Terdakwa

dan saksi menunjukkan tempat biasa Terdakwa mengkonsumsi

shabu, lalu Terdakwa menunjukkan lokasi di rumah Partai

Demokrat di daerah Kalitaman dan ditempat tersebut ditemukan

barang bukti berupa: 1(satu) bungkus sedotan didalam rumah

terletak di tembok, 1 (satu) buah botol pepsi Blue, 4 (empat)

buah potongan sedotan (berada dalam perkara lain);

Atas keterangan saksi, terdakwa membenarkan;

b. Fakta Persidangan

Selama persidangan berlangsung didapati fakta-fakta dari kasus ini

antara lain:

- Bahwa pada tanggal 10 Oktober 2017 sekitar pukul 15.30 WIB

saksi Surono Als. Boim dihubungi saksi Bagas melalui SMS bahwa

sabu sudah siap dan diminta untuk mengambil.

- Bahwa kemudian saksi Surono mengajak Terdakwa untuk ke kali

wedok Kalitaman sesuai SMS dari nomor HP terdakwa, untuk

mengambil sabu namun karena keadaan mencurigakan kemudian

tempat penyerahan di ganti menjadi di depan SMP 9 Salatiga,

namun setelah dilokasi ternyata sudah ada anggota kepolisian yang

menghadang saksi Imam Surono danTerdakwa;

- Bahwa terdakwa sudah sering memakai sabu bersama saksi Surono

dan Berita Acara Pengambilan dan Pemeriksaan Urine Nomor

Page 46: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

54

BA/25/X/2017/Dokkes tanggal 10 Oktober 2017, tentang

pemeriksaan urine atas nama Agus Pramono BinS udarno (Alm)

dengan kesimpulan hasil pemeriksaan dinyatakan ditemukan zat

narkoba (Methamphetamin) dan Amphetamin positif;

- Bahwa, Terdakwa mengkonsumsi sabu bukan Karena aalasan

kesehatan, dan tidak pula ada ijin dari pihak yang berwenang;

4) Tuntutan

Dalam tuntutan Jaksa Penuntut Umum memohon agar majelis hakim

mengabulkan:

1. Menyatakan terdakwa AGUS PRAMONO Bin NOTO SUDARNO

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana PERCOBAAN ATAU PERMUFAKATAN JAHAT UNTUK

MELAKUKAN TINDAK PIDANA TANPA HAK ATAU

MELAWAN HUKUM MENAWARKAN UNTUK DIJUAL,

MENJUAL, MEMBELI, MENERIMA, MENJADI PERANTARA

DALAM JUAL BELI, MENUKAR ATAU MENYERAHKAN

NARKOTIKA GOLONGAN I. Sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam Pasal 114 Pasal 114 Ayat (1) jo Pasal 132 Ayat (1)

Undang-Undang RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam

dakwaan PRIMAIR dan tindak pidana PERCOBAAN ATAU

PERMUFAKATAN JAHAT UNTUK MELAKUKAN TINDAK

PIDANA TANPA HAK ATAU MELAWAN HUKUM MEMILIKI,

MENYIMPAN, MENGUASAI, ATAU MENYEDIAKAN

Page 47: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

55

NARKOTIKA GOLONGAN I BUKAN TANAMANsebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 112 Ayat (1) jo Pasal 132 Ayat

(1) Undang-Undang R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

dalam dakwaan SUBSIDIAIR ;

2. Membebaskan terdakwa AGUS PRAMONO Bin NOTO SUDARNO

oleh karena itu dari dakwaan PRIMAIR dan dakwaan SUBSIDIAIR ;

3. Menyatakan terdakwa AGUS PRAMONO Bin NOTO SUDARNO

terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana PENYALAHGINAAN NARKOTIKA GOLONGAN I BAGI

DIRI SENDIRI, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

127 Ayat (1) huruf a Undang-Undang R.I. Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika dalam dakwaan LEBIH SUBSIDAIR.

4. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, dengan pidana penjara selama

1 (satu) tahun dan 8 (delapan) bulan dengan dikurangkan lamanya

terdakwa ditangkap dan ditahan dengan perintah agar tetap ditahan.

5. Menetapkan supaya terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah)

5) Pertimbangan Hakim

Bahwa oleh karena dakwaan primair dan subsidair tidak terbukti maka

Hakim mempertimbangkan dakwaan lebih dari subsidair. Dakwaan lebih

dari subsidair mendakwakan dengan Pasal 127 Ayat (1) huruf a Undang-

Undang R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika:

a) Unsur setiap orang

Page 48: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

56

- Menimbang bahwa, unsur ini telah dipertimbangkan dalam

pertimbangan dakwaan primair, maka pertimbangan unsur ini

dalam dakwaan sebelumnya akan diambil alih;

- Menimbang bahwa, oleh karenanya unsur setiap orang telah

terpenuhi;

b) Unsur penyalahguna Narkotika golongan I bagi diri sendiri

- Menimbang bahwa, yang dimaksud dengan unsur ini adalah setiap

orang yang menggunakan narkotika tanpa haka tau melawan

hukum, dimana penggunaanya tersebut diperuntukkan bagi ciri nya

sendiri;

- Menimbang bahwa, dalam fakta dipersidangan Terdakwa

merupakan teman dari saksi Imam Surono yang diajak oleh saksi

Imam Surono mengambil sabu dari tangan saksi bagas;

- Menimbang bahwa, pada tanggal 10 Oktober 2018 pukul 16.30

WIB Terdakwa diajak oleh saksi untuk menemani saksi Imam

Surono untuk mengambil sabu;

- Menimbang bahwa, selanjutnya dalam penangkapan terhadap diri

Terdakwa tidak diperoleh barang bukti yang berkaitan dengan

narkotika golongan I;

- Menimbang bahwa, dari pengakuan saksi Imam Surono, Terdakwa

diajak hanya karena Terdakwa sering menjadi teman saat saksi

Imam Surono akan mengkonsumsi sabu demikian pula dengan

keterangan Terdakwa yang dirinya memang sudah sering

menggunakan sabu bersama saksiImam Surono;

- Menimbang bahwa, terhadap Terdakwa dilakukan tes urine dan

hasilnya positif menggunakan shabu berdasarkan Berita Acara

Page 49: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

57

Pengambilan Dan Pemeriksaan Urine Nomor BA/25/X/2017,

tentang pemeriksaan urine atas nama Agus Pramono Bin Sudarmo

(Alm)dengan kesimpulan pemeriksaan dinyatakan ditemukan zat

narkoba (Methamphetamin) dan Amphetamin positif;

- Menimbang bahwa,dengan demikian dari tes urine terhadap diri

Terdakwa telah membuktikkan bahwa terdakwa mengkonsumsi

narkoba yang memiliki bahan metamfetamina yang terdaftar dalam

golongan I (satu) UU Narkotika;

- Menimbang bahwa, Terdakwa mengkonsumsi sabu bukan karena

alasan kesehatan, dan tidak pula ada ijin dari pihak berwenang;

- Menimbang bahwa, dengan demikian unsur penyalah guna

narkotika golongan I bagi diri sendiri telah terpenuhi dan oleh

karenanya Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana “tanpa hak melakukan

penyalahgunaan narkotika golongan I bagi diri sendiri”;

- Menimbang bahwa, oleh perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur

Pasal 127 Ayat (1) huruf a UU RI No. 35 Tahun 2009 serta selama

pemeriksaan persidangan tidak ditemukan alasan pemaaf maupun

alasan pembenar yang dapat menghapus/ menghilangkan

pertanggungjawaban terdakwa atas tindak pidana yang

dilakukannya maka untuk memberikan efek jera terhadap terdakwa,

Majelis Hakim berpendapat bahwa pidana penjara adalah lebih

tepat dijatuhkan terhadap terdakwa;

Page 50: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

58

- Menimbang bahwa, untuk menjatuhkan hukuman yang setimpal

maka terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan hal-

hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan pidana

tersebut yang didapat dari diri terdakwa selama pemeriksaan ini;

Hal-hal yang memberatkan :

- Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program

pemerintah yang sedang giat-giatnya melakukan pemberantasan

penyalahgunaan Narkotika;

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa berterus terang dan menyesali perbuatannya sehingga

memperlancar persidangan

- Terdakwa belum pernah dihukum;

- Menimbang bahwa, selama menjalani pemeriksaan perkara ini dari

pemeriksaan di tingkat penyidikan sampai dengan pemeriksaan di

dalam persidangan ini Terdakwa telah ditahan dengan penahanan

yang sah maka lamanya Terdakwa berada di dalam penahanan

tersebut haruslah dikurangkan sepenuhnya dari lamanya pidana

yang akan dijatuhkan;

- Menimbang bahwa, oleh karena penahanan atas diri Terdakwa

adalah sah menurut hukum sedangkan menurut Majelis tidak

didapat alasan hukum apapun yang dapat menjadi dasar

pertimbangan Majelis Hakim untuk dapat mengeluarkan Terdakwa

dari dalam tahanan maka terhadap diri Terdakwa diperintahkan

untuk tetap ditahan;

Page 51: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

59

- Menimbang bahwa, oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka

haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;

6) Putusan

Dalam putusannya Majelis Hakim mengadili:

1. Menyatakan Terdakwa Agus Promo Bin Noto Sudarno tidak terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana dakwaan primair dan subsidair;

2. Membebaskan Terdakwa Agus Pramono Bin Noto Sudarno dari

dakwaan Primair dan Subsidair;

3. Menyatakan Terdakwa Agus Pramono Bin Noto Sudarno terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “tanpa

hak melakukan penyalahgunaan narkotika golongan I bagi diri

sendiri”;

4. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Agus Pramono Bin Noto

Sudarno dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan;

5. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

6. Memerintahkan agar Terdakwa tetap ditahan;

7. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sejumlah

Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);

Page 52: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

60

C. ANALISIS

1. Faktor Yang Memperngaruhi Tidak Dituntut Rehabilitasi.

a. Faktor Pemenuhan Unsur- Unsur Tindak Pidana Narkotika

Berdasarkan fakta yang diperoleh selama persidangan terdakwa

trbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melanggar Pasal 127

ayat (1) huruf a Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

dengan unsur-unsur sebagai berikut:

1) Setiap

setiap orang adalah subyek hukum pendukung hak dan

kewajiban yang dalam hal ini adalah orang (person) yang

didakwa melakukan tindak pidana, yang cakap secara lahir batin

serta mampu dan dapat dipertanggungjawabkan dalam suatu

tindak pidana, dan untuk menghindari kesalahan mengenai

orangnya (error in persona) maka identitasnya dicantumkan

secara lengkap di dalam surat dakwaan.

Dengan demikian hal ini yang diperhadapkan di persidangan

dengan identitas yang terdapat dalam surat dakwaan sudah

bersesuaian, yakni terdakwa Agus Pramono Bin Noto Sudarno,

serta fakta yang terungkap dalam persidangan sesuai dengan

keterangan saksi-saksi yang menyatakan bahwa terdakwa benar

adalah terdakwa Agus Pramono Bin Noto Sudarno, dimana

keterangan saksi-saksi tersebut telah dibenarkan sendiri oleh

terdakwa di persidangan sehingga tidak terdapat kesalahan

mengenai orangnya, dalam sepanjang persidangan terdakwa

Page 53: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

61

cakap secara lahir dan batin serta mampu

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kemudian berdasarkan

pertimbangan hukum tersebut di atas maka unsur pertama ini

telah terpenuhi.

2) Penyalahguna Narkotika Golongan I Bagi Dirinya Sendiri

Adapun kata setiap tidak dapat dipisahkan dari kata

penyalahguna, bahwa dalam setiap Pasal 1 angka 15 Undang-

Undang No 35 2009 yang dimaksud dengan penyalahguna adalah

(setiap) orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum.

Yang disebut dengan Narkotika menurut Pasal 1 angka (1)

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah

zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Di dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-

Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan

“Narkotika Golongan I”, maka dalam pasal ini berlaku untuk

Narkotika Golongan I baik dalam bentuk tanaman maupun dalam

bentuk bukan tanaman dimana daftar Narkotika Golongan I dapat

dilihat dalam lampiran Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika.

Page 54: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

62

Unsur bagi diri sendiri bahwa penyalahguna Narkotika

Golongan I sebagaimana dipertimbangkan diperuntukkan atau

dikonsumsi bagi diri pelaku penyalahguna Narkotika sendiri atau

digunakan untuk kepentingan sendiri. Berdasarkan keterangan

saksi satu sama lainnya saling bersesuaian dikuatkan oleh surat,

barang bukti serta pengakuan terdakwa diperoleh fakta hukum:

Dalam putusan perkara pidana Nomor : 169/Pid.Sus/

2017/PN. Slt diperoleh fakta bahwa perbuatan yang dilakukan

terdakwa Agus Pramono adalah merupakan perbuatan yang

bersifat melawan hukum. Bahwa terdakwa Agus Pramono

menggunakan shabu 1 (satu) kali pemakaian dengan cara 2 (dua)

kali hisap atas ajakan saksi Imam Surono yang sebelumnya shabu

telah dibeli dari saksi Bagas Dwitya Pradipta, dilakukan

pemeriksaan urine terdakwa Agus Pramono menunjukan hasil

positif (+) shabu yang dengan No. BA/ 25/ X/ 2017 diperoleh

kesimpulan METHAMPITHAMIN positif (+) serta

AMPHETAMIN positif (+) positif, dari hasil pemeriksaan laborat

dari Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga dengan NO. 1959/ X/

P.JIWA/ 2017 ditemukan zat Narkoba METAMPETAMIN

terdaftar dalam golongan I (satu) nomor urut 61 pada Lampiran

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika..

Perbuatan terdakwa telah terbukti melawan hukum karena

terdakwa mempunyai niat untuk memakai shabu sendiri atau

kepentingan sendiri, seperti yang diketahui bahwa Narkotika

Page 55: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

63

hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dilarang untuk kepentingan lainnya.

Kemudian berdasarkan pertimbangan hukum di atas maka unsur

kedua ini telah terbukti dan terpenuhi.

Bahwa atas pemenuhan unsur kedua yang telah disebutkan diatas,

penulis tidak sepenuhnya sependapat dengan Jaksa Penuntut umum yang

mengatakan bahwa terdakwa termasuk dalam kategori penyalahguna. Hal

itu dikarenakan posisi terdakwa adalah sebagai seseorang yang dibujuk

oleh temannya sehingga terdakwa Agus Pramono dapat dikategorikan

sebagai korban penyalahgunaan Narkotika. Pengertian korban

penyalahguna Narkotika diatur dalam PERBER No. 01 Tahun 2014

Tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahguna

Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Pasal 1 ayat 3 korban

penyalahguna Narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja

menggunakan narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa dan

atau diancam untuk mrnggunakan narkotika. Terdakwa Agus Pramono

dapat dikatakan sebagai Korban Penyalahguna Narkotika berdasarkan

fakta yang diperoleh dalam persidangan antara lain:

1) Bahwa terdakwa Agus Pramono merupakan teman saksi Imam

Surono

2) Bahwa Terdakwa Agus Pramono sebelumnya tidak pernah

menggunakan Narkotika.

Page 56: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

64

3) Bahwa terdakwa Agus Pramono menggunakan Narkotika

Golongan I jenis Shabu atas ajakan Imam Surono

4) Bahwa pada tanggal 10 Oktober 2017 sekitar pukul 16.00 WIB

Imam Surono menemui terdakwa Agus Pramono yang sedang

beristirahat, kemudian terdakwa Agus Pramono diajak pergi oleh

Imam surono dengan tidak memberi tau tujuan akan kemana.

Setelah dijalan barulah Imam Surono mengatakan akan

mengambil Shabu serta memberi tau tempat diletakkannya Shabu

tersebut. Hingga sampai pada tujuan terdakwa Agus Pramono

yang mengambil shabu sedangkan Imam Surono menunggu di

atas motor.

5) Bahwa terdakwa Agus Pramono tidak memiliki bukti

kepemilikan Shabu.

6) Bahwa terdakwa Agus Pramono tidak membeli dan tidak ikut

patungan dengan Imam Surono.

Kemudian pada saat persidangan berlangsung Hakim memberikan

pertanyaan kepada terdakwa Agus Pramono diantaranya: Apakah

terdakwa sebelumnya sudah pernah menggunakan Narkotika, apakah

terdakwa tahu sendiri atau diajak Imam Surono menggunakan Narkotika.

Kemudian terdakwa Agus Pramono memberikan jawaban bahwa tidak

pernah menggunakan Narkotika dan baru menggunakannya ketika diajak

oleh Imam Surono.

Page 57: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

65

Jadi menurut penulis terdakwa Agus Pramono tidak sepenuhnya

memenuhi unsur penyalahguna Narkotika melainkan terdakwa adalah

korban penyalahguna Narkotika yang seharusnya dapat dijatuhi hukuman

Rehabilitasi bukan hukuman pidana penjara. Telah ditegaskan bahwa

pada Pasal 127 ayat (3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban

penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib menjalani

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Dengan demikian setiap

seseorang yang melanggar Pasal 127 ayat (1) dalam hal penyalahguna,

tidak boleh serta merta dikatakan sebagai penyalahguna namun harus

dilakukannya proses pembuktian bahwa seseorang tersebut apakah ada

indikasi benar penyalahguna, atau pecandu, dan/atau korban

penyalahguna Narkotika.

b. Faktor Pembuktian

Dalam kasus terdakwa Agus Pramono, terdapat beberapa alat bukti

yang dapat menguatkan kesalahan terdakwa diantaranya terdapat

keterangan saksi, surat, keterangan terdakwa.

1. Surat

Terdapat Surat dari hasil kepolisian dengan No. BA/ 25/ X/ 2017 dan

surat hasil pemeriksaan laborat dari Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga

dengan NO. 1959/ X/ P.JIWA/ 2017 yang dimana keduanya menyatakan

terdakwa Agus pramono positif menggunakan shabu.

2. Saksi

Page 58: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

66

Menurut keterangan saksi bahwa benar terdakwa Agus Pramono

menggunakan shabu.

3. Terdakwa

Terdakwa Agus Pramono menerangkan bahwa terdakwa sebelumnya

diajak Imam Surono untuk menggunakan shabu pada tanggal 7 Oktober

2017 di eks Gedung Demokrat Salatiga, Imam Surono pun mengakui

bahwa memang dia mengajak terdakwa Agus Pramono tercantum dalam

berkas perkara lain.

Dengan terbuktinya ketiga fakta dipersidangan yang telah dijelaskan

seperti diatas maka terdakwa Agus Pramono dinyatakan sebagai

penyalahguna Narkotika.

Menurut penulis, Jaksa Penuntut Umum hanya berkeyakinan pada

hasil positif terdakwa Agus Pramono yang menggunakan shabu. Jika

dilihat kembali unsur saksi pada keterangan Imam Surono mengakui

bahwa dia mengajak terdakwa Agus Pramono untuk menggunakan shabu

yang sebelumnya diberi oleh Bagas Dwitya Pradipta, maka dari itu

berdasarkan bukti tersebut terdakwa Agus Pramono tidak bisa dikatakan

sebagai penyalahguna saja akan tetapi dia merupakan korban

penyalahguna Narkotika. Sedangkan pada unsur keterangan terdakwa,

terdakwa Agus Pramono mengakui bahwa dia diajak oleh Imam Surono.

Dari kata diajak sudah memenuhi kriteria korban penyalahguna

Narkotika seperti yang tercantum pada penjelasan Pasal 54, disebutkan

bahwa yang dimaksud dengan korban penyalahgunaan narkotika adalah

seseorang yang tidak sengaja menggunakan narkotika karena dibujuk,

Page 59: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

67

diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan

narkotika.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Jaksa Penuntut Umum dalam

kasus terdakwa Agus Pramono ini seperti memaksakan telah

terpenuhinya alat-alat bukti yang ada dengan berdasarkan keyakinannya.

Namun alat-alat bukti tersebut jika ditelusuri lebih dalam dapat

ditemukan suatu kelemahan yang tidak terlalu kuat untuk menyatakan

bahwa Agus Pramono merupakan penyalahguna. Menurut penulis dari

tiga alat bukti hanya satu yang kuat sebagai dasar dapat dijatuhi

hukuman, akan tetapi alat bukti harus sekurang-kurangnya dua juga

terdakwa Agus Pramono tidak mempunyai barang bukti kepemilikan

Narkotika.

Dengan demikian bertambah kuatlah keyakinan penulis bahwa

terdakwa Agus Pramono merupakan seorang korban penyalahguna

Narkotika.

c. Faktor Pemberian Asesmen

Berdasarkan SEJA NO. B-601/E/EJP/02/2013 tentang Penempatan

Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke Lembaga

Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial pada poin 2.1 huruf a

menegaskan bahwa Tersangka/terdakwa adalah pecandu dan korban

penyalahgunaan narkotika, yang dibuktikan dari hasil asesmen dokter

bahwa yang bersangkutan pecandu narkotika baik klasifikasi coba pakai,

teratur pakai, pecandu suntik, maupun pecandu bukan suntik. Asesmen

menjadi dasar penting sebagai syarat untuk dilakukannya rehabilitasi.

Page 60: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

68

Dalam Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No. 11 Tahun

2014 Tata Cara Penanganan tersangka Dan/Atau Terdakwa Pecandu

Narkotika Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga

Rehabilitasi Pasal 3 ayat (1), Asesmen diberikan kepada Pecandu

Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang tanpa hak dan

melawan hukum sebagai Tersangka dan/atau Terdakwa dalam

penyalahgunaan Narkotika yang sedang menjalani proses penyidikan,

penuntutan, dan persidangan dipengadilan diberikan pengobatan,

perawatan dan pemulihan dalam lembaga rehabilitasi.

Dalam hal membuat asesmen adalah kewenangan dari Tim Asesmen

Terpadu, asesmen dibuat berdasarkan permohonan tertulis dari penyidik.

Jangka waktu Penyidik mengajukan permohonan paling lama 1x24 jam

setelah penangkapan, disertai dengan tembusan kepada Kepala BNN

setempat yang sesuai dengan tempat kejadian perkara. Asesmen berisikan

tentang keterangan mengenai peran tersangka dan/atau terdakwa dalam

tindak pidana, tingkat ketergantungan penyalahguna narkotika,

rekomendasi kelanjutan proses hukumnya dan tempat serta lama waktu

rehabilitasi, dengan tahap proses asesmen antara lain:

a. Pemeriksaan urin atau rambut untuk mengetahui jenis narkoba dan

riwayat penyalah gunaan narkoba.

b. Wawancara menggunakan format asesmen yang berlaku / standar

dalam PP 25 tahun 2011 tentang wajib lapor dan sesuai dengan

format Adiction Severity Index (ASI) yang meliputi riwayat

kesehatan, riwayat pekerjaan / dukungan hidup, riwayat penggunaan

Page 61: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

69

narkoba, riwayat keterlibatan pada tindak kriminalitas, riwayat

keluarga dan sosial, serta riwayat psikiatris pecandu narkoba.

c. Pemeriksaan fisik.

d. Pemberian terapi simptomatik jika diperlukan. Pemberian terapi

simptomatik tidak harus didahului oleh asesmen, jika kondisi fisik

tidak memungkinkan asesmen dapat ditunda dengan mendahulukan

penanganan kegawatdaruratan dan terapi simptomatik.

e. Rencana terapi.

Dalam kasus terdakwa Agus Pramono yang tidak tertangkap tangan

saat sedang menggunakan Narkotika, namun positif menggunakan

Narkotika hanya lewat tes urin dan hasil laboraturium, namun tidak

mendapatkan asesmen yang dimana proses asesmen itu sendiri

merupakan suatu hal yang penting dalam upaya menentukan tingkat

kecanduan dari pelaku penyalahgunaan narkotika, apakah mereka perlu

mendapatkan rehabilitasi atau sanksi penjara. Sesuai dengan amanat UU

No. 35 Tahun 2009 mereka yang tergolong sebagai penyalahguna wajib

untuk mendapatkan rehabilitasi.

Dari contoh kasus di atas penulis tidak setuju dengan tidak

diberikannya asesmen kepada terdakwa Agus Pramono, menurut penulis

karena terdakwa Agus Pramono dapat dikatakan sebagai korban

penyalahguna Narkotika seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

”Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika sebagai

tersangka dan/atau terdakwa penyalahgunaan Narkotika yang ditangkap

tetapi tanpa barang bukti Narkotika dan positif menggunakan narkotika

sesuai dengan hasil tes urine, darah atau rambut dapat di tempatkan di

Page 62: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

70

lembaga rehabilitasi medis dan/atau lembaga rehabilitasi sosial yang

dikelola oleh pemerintah setelah dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan

Hasil Laboratorium dan Berita Acara Pemeriksaan oleh Penyidik dan

telah dilengkapi dengan surat hasil asesmen Tim Asesmen Terpadu.26

Maka terhadap terdakwa Agus Pramono wajib diberikan asesmen

untuk mendapatkan rehabilitasi.

Dalam hal ini, Jaksa selaku yang bertanggung jawab pada perkara

tindak pidana Narkotika pada terdakwa Agus Pramono tidak memeriksa

kelengkapan berkas perkara penyidikan dan Penyidik atau Penyidik

Pembantu dengan baik. Terbukti dalam faktanya tidak diberikan asesmen

sejak di penyidikan, telah dijelaskan pada KUHAP Pasal 14 ayat (2)

kewenangan Jaksa “mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan

pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan

ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan

penyidikan dari Penyidik”. Jika tidak adanya asesmen terlampir maka

Jaksa Penuntut Umum memberi petunjuk kepada Penyidik untuk

meminta asesmen kepada BNN Provinsi atau BNN Kabupaten/Kota.

Serta Jaksa Penuntut Umum kurang memperhatikan ketentuan Peraturan

bersama seperti yang telah dijelaskan diatas. Dengan ketidakcermatan

Jaksa dalam melakukan dakwaan serta tuntutan mengakibatkan

padaputusan Hakim yang menjatuhkan pidana penjara pada terdakwa

26

Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Sosial

Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Republik Indonesia,

Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. No. 01/PB/MA/III/2014, No. 03 Tahun

2014, No. 11 Tahun 2014, No. 03 Tahun 2014, No. PER-005/A/JA/03/2014, No. 1 Tahun 2014,

No. PERBER/01/III/2014/BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban

Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi

Page 63: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

71

Agus Pramono yaitu hukuman 10 bulan penjara, dan dia kehilangan

haknya untuk di rehabilitasi medis.

Seharusnya tidak boleh begitu saja secara sembarangan dalam

mengimplementasikan salah satu pasal tersebut kepada penyalahguna

Narkotika, maka dari itu dibutuhkan adanya ketelitian, kehati-hatian dan

kecermatan guna menegakkan hukum terkhusus bagi Jaksa dalam

penerapan pasal-pasal tersebut untuk menentukan apakah tersangka

berperan sebagai pengedar Narkotika atau hanya sebagai pecandu atau

korban penyalahgunaan Narkotika.

Dengan menerapkan ketelitian, kehati-hatian dan kecermatan Jaksa

dalam penerapan pasal-pasal pada undang-undang Narkotika khususnya

pada tahap penuntutan, selain bertujuan untuk menentukan peran

tersangka serta dapat bertujuan untuk penentuan pemidanaan bagi

tersangka dalam tindak pidana Narkotika. Sehingga pemidanaan yang

dijatuhkan pada saat tahap penuntutan dapat tepat, sehingga sejalan

dengan tujuan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika.

d. Faktor Non Hukum

Dalam kasus terdakwa Agus Pramono ini, penulis berkesempatan

melakukan wawancara dengan Jaksa Penuntut Umum yang ditunjuk

dalam penangan kasus Agus Pramono.

Dalam pernyataannya sebagai berikut:

Page 64: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

72

untuk ada tuntutan atau putusan harus ada asesmen dari BNN,

namun pada kasus Agus Pramono Tidak disertai assesmen. Pada

dasarnya harus ada kebijakan bahwa setiap perkara Narkotika khususnya

yang disangkakan assesmen harus ada kebijakan bahwasannya kalau

ternyata tidak ada permintaan dari penyidik untuk assesmen maka Jaksa

Penuntut Umum dapat memberikan petunjuk kepada penyidik untuk

permintaan assesmen. Ada alasan teknis untuk proses rehabilitasi yang

berkelanjutan dari proses penyidikan sampai putusan yang butuh biaya

besar sedangkan untuk Jaksa tidak dianggarkan. Jadi akhirnya yang

tombok Jaksanya sendiri, mulai dari biaya antar jemput terdakwa dari

tempat rehabilitasi (untuk yang dekat dengan salatiga posisi perkara

Dhyo di Semarang dan untuk posisi perkara Agus Pramono yang di

Semarang udah pindah ke Purwokerto), biaya pengamanan polisi, biaya

konsumsi. Makanya kadang pilihan terbaik biar ga terlalu tombok adalah

penahanan di rutan, maka dari itu tidak memberikan rehabilitasi kepada

Agus Pramono.

Diperoleh fakta bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak memberikan

tuntutan rehabilitasi dikarenakan ketidak inginan Jaksa untuk

mengeluarkan biaya lebih, sehingga lebih efisien dilakukannya pidana

penjara bagi terdakwa Agus Pramono.

Menurut penulis dengan penjatuhan pidana penjara terhadap pecandu

atau penyalahguna Narkotika dirasa jauh dari kata “bermanfaat” karena

tentu akan berujung pada tidak selesainya persoalan Narkotika, ini sama

artinya dengan memindahkan pecandu, korban penyalahguna Narkotika

Page 65: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

73

ke dalam penjara tanpa ada upaya untuk disembuhkan serta tanpa

memikirkan proses rehabilitasi bagi pecandu atau korban penyalahguna

Narkotika untuk mengobati kecanduannya akan Narkotika. Hal ini

bahkan dapat menjerumuskan mereka ke dalam peredaran gelap

Narkotika. Serta pidana penjara bertentangan dengan pertimbangan

sosiologis dan filosofis pada SEJA NO. SE-002/A/JA/02/2013

“1) Kecenderungan meningkatnya penyalahgunaan narkotika dari

tahun ke tahun dimana sebagian besar dari

tersangka/terdakwa/terpidana dalam kasus narkotika adalah

termasuk kategori pemakai bahkan sebagai korban yang secara

medis mereka sesungguhnya adalah orang yang menderita sakit,

oleh karena itu menggunakan instrumen pemenjaraan bukanlah

terapi yang tepat karena telah mengabaikan aspek rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial.

2) Kondisi lembaga pemasyarakatan pada saat ini selain sudah

mengalami over capacity juga membawa dampak negatif yang dapat

semakin memperburuk kondisi kejiwaan dan kesehatan yang diderita

para narapidana korban penyalahgunaan narkotika.”

Sehingga tindakan rehabilitasi merupakan tindakan yang tepat agar

dapat membantu pecandu sekaligus korban penyalahguna Narkotika

tersebut untuk direhabilitasi sesuai haknya. Rehabilitasi dapat

memberikan kesempatan pada pelaku sekaligus korban untuk

melanjutkan cita-cita hidupnya sesuai haknya. Hal ini berkaitan dengan

hak hidup seseorang dan sekaligus pelaku atau korban tersebut

merupakan generasi penerus bangsa yang harus dilindungi serta

mendapatkan perlakuan yang layak sekalipun mereka merupakan pelaku

atau korban Narkotika. Selain untuk mendapatkan penyembuhan dalam

masa rehabilitasi, juga sekaligus dapat mengasah keterampilan mereka

Page 66: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...Undang-undang Hukum Acara Pidana menentukan: a) Penuntut Umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar

74

dalam bentuk pengarahan, daripada membiarkan korban atau pelaku

narkotika tersebut ke dalam proses dehumanisasi.27

27

Badan Narkotika Nasional, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Dini, (Jakarta: BNN,

2009), hlm. 4.