bab ii kajianpustaka a. resiliensi 1. pengertian resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/bab ii_hemi...

17
BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Istilah resiliensi diintrodusir oleh Redl pada tahun 1969 dan digunakan untuk menggambarkan bagian positif dari perbedaan individual dalam respons seseorang terhadap stres dan keadaan yang adversity (penderitaan) lainnya (Smet, 1990 dalam Desmita, 2009). Menurut Henderson & Milstein, 2003 (Desmita, 2009) menyatakan resiliensi diadopsi sebagai ganti dari istilah-istilah yang sebelumnya telah digunakan oleh para peneliti untuk menggambarkan fenomena, seperti : invulnerable (kekebalan), invincible (ketanggungan), dan hady (kekuatan), karena dalam proses menjadi resilien tercakup pengenalan perasaan sakit, perjuangan dan penderitaan. Resiliensi merupakan proses dinamis dimana individu menunjukkan fungsi adaptasi dalam menghadapi adversity (kesengsaraan) yang berperan penting bagi dirinya (Schoon, 2006 dalam Nasution 2011). Grotberg, (1999) secara sederhana mengartikan resiliensi sebagai kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, mendapatkan kekuatan dan bahkan mampu mencapai transformasi diri setelah mengalami kesengsaraan. Resiliensi merupakan fenomena relatif yang tergantung pada 8 Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Upload: vuongdiep

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

8

BAB II

KAJIANPUSTAKA

A. Resiliensi

1. Pengertian Resiliensi

Istilah resiliensi diintrodusir oleh Redl pada tahun 1969 dan

digunakan untuk menggambarkan bagian positif dari perbedaan individual

dalam respons seseorang terhadap stres dan keadaan yang adversity

(penderitaan) lainnya (Smet, 1990 dalam Desmita, 2009).

Menurut Henderson & Milstein, 2003 (Desmita, 2009) menyatakan

resiliensi diadopsi sebagai ganti dari istilah-istilah yang sebelumnya telah

digunakan oleh para peneliti untuk menggambarkan fenomena, seperti :

invulnerable (kekebalan), invincible (ketanggungan), dan hady (kekuatan),

karena dalam proses menjadi resilien tercakup pengenalan perasaan sakit,

perjuangan dan penderitaan. Resiliensi merupakan proses dinamis dimana

individu menunjukkan fungsi adaptasi dalam menghadapi adversity

(kesengsaraan) yang berperan penting bagi dirinya (Schoon, 2006 dalam

Nasution 2011).

Grotberg, (1999) secara sederhana mengartikan resiliensi sebagai

kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, mendapatkan kekuatan

dan bahkan mampu mencapai transformasi diri setelah mengalami

kesengsaraan. Resiliensi merupakan fenomena relatif yang tergantung pada

8

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 2: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

9

interaksi kompleks antara faktor individu dan lingkungan hidup

(Schoon,2006 dalam Nasution 2011).

Menurut Reivich dan Shatte, (2002) yang di tuangkan dalam

bukunya “The Resiliency Factor” menjelaskan resiliensi adalah

kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat

atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan

tertekan, dan bahkan berhadapan dengan adversity (penderitaan) yang

dialami dalam kehidupannya.

Resiliensi bukan hanya untuk mereka yang mengalami keterpurukan

saja tetapi menyangkut semuanya baik yang telah mengalami trauma

ataupun belum sehingga resiliensi adalah kesehatan emosional yang di

lengkapi dengan kesuksesan dalam menghadapi tantangan dan

menyembuhkan dalam keterpurukan (Goldstein dan Brooks, 2002).

Resiliensi akan membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri

dalam berhadapan dengan kondisi yang tidak menyenangkan, serta dapat

mengembangkan kompetensi sosial, akademis dan vikasional sekalipun

berada di tengah kondisi stress yang hebat (Desmita, 2005).

Dari berbagai pengertian resiliensi yang telah dipaparkan dapat

disimpulkan bahwa resiliensi adalah daya lentur atau kemampuan

seseorang, kelompok, masyarakt yang memungkinkannya untuk

menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan

dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan

menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 3: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

10

2. Aspek-aspek Resiliensi

Reivich dan Shatte, 2002 (dalam Nasution, 2011), memaparkan

tujuh aspek dari rsiliensi, aspek-aspek tersebut adalah :

a. Regulasi Emosi

Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang bila

mengalami tekanan. Orang-orang yang resiliensi menggunakan

seperangkat ketrampilan yang sudah matang yang membantu mereka

mengontrol emosi, perhatian dan perilakunya. Regulasi diri penting

untuk membentuk hubungan akrab, kesuksesan di tempat kerja dan

mempertahankan kesehatan fisik.

Perlu diketahui bahwa tidak semua emosi perlu dikontrol.

Ekspresi emosi, negatif atau positif, adalah sehat dan konstruktif,

ekspresi emosi yang tepat merupakan bagian dari resiliensi.

Menjadikan budak emosi akan mengganggu resiliensi dan membuat

orang-orang menjauhi kita.

b. Impuls Control (pengendalian implus)

Orang yang mampu mengontrol dorongannya, menunda

pemuasan kebutuhannya, akan lebih suksess secara sosial dan

akademis. Orang yang kurang mampu mengontrol dorongan berarti

memiliki „id‟ yang besar dan „superego” yang kurang. Hasrat

hedonistik menguasai pikiran rasional. Pola khasnya adalah merasa

bergairah ketika mendapatkan pekerjaan baru, melibatkan diri

sepenuhnya, namun tiba-tiba kehilangan minat.

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 4: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

11

Regulasi dan impuls control berhubungan erat. Kuatnya

kemampuan seseorang dalam mengontrol dorongan menunjukan

kecenderungan seseorang untuk memiliki kemampuan tinggi dalam

regulasi emosi. Orang yang mampu mengontrol dorongan dengan baik

secara signifikan akan lebih sukses sosial maupun akademis.

c. Optimisme

Orang yang memiliki resiliensi adalahorang yang optimis.

Mereka yakin bahwa kondisi dapat berubah menjadi lebih baik.

Merekamemiliki harapan ke masa depan dan yakin bahwa mereka

dapat mengatur bagian-bagian dari kehidupan mereka. Memiliki

kemungkinan yang kecil mengalami depresi, berprestasi lebih baik di

sekolah, lebih produktif dalam pekerjaan, dan berprestasi di berbagai

bidang.

Optimisme menyiarkan bahwa seseorang memiliki keyakinan

akan kemampuannya mengatasi adversity (penderitaan), yang

mungkin muncul di masa depan. Hal ini merefleksikan sense of

efficacy (rasa mampu), keyakinan akan kemampuan memecahkan

masalah sendiri dan memimpin diri sendiri.

d. Causal analysis (analisis penyebab masalah)

Causal analysis menunjukan bahwa seseorang memiliki

kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab masalahnya secara

akurat. Jika seseorang mampu mengidentifikasi penyebab masalah

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 5: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

12

secara akurat, maka ia tidak akan melakukan kesalahan yang sama

terus menerus.

e. Empati

Empati menunjukan bagaimana seseorang mampu membaca

sinyal-sinyal dari orang lain mengenai kondisi psikologis dan

emosional mereka, melalui isyarat nonverbal, untuk kemudian

menentukan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Empati

sangat berperan dalam hubungan sosial dimana seseorang ingin

dimengerti dan dihargai. Seseorang yang rendah empatinya, walaupun

memiliki tujuan yang baik, akan cenderung mengulangi pola perilaku

yang tidak resiliensi.

f. Self –Efficacy (efeksi diri)

Self-Efficacy menggambarkan perasaan seseorang tentang

seberapa efektifnya ia berfungsi di dunia ini. Hal itu menggambarkan

keyakinan bahwa kita dapat memecahkan masalah, kita dapat

mengalami dan memiliki keberuntungan dan kemampuan untuk

sukses. Mereka yang tidak yakin tentang kemampuan akan mudah

tersesat.

g. Reaching Out (peningkatan aspek positif)

Resiliensi bukan sekedar kemampuan mencapai aspek positif

dalam hidup. Resiliensi merupakan sumber daya untuk mampu keluar

dari kondisi sulit (reaching out) merupakan kemampuan seseorang

untuk bisa keluar dari “zona aman” yang di milikinya. Individu-

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 6: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

13

individu yang memiliki kemampuann reacing out tidak menetapkan

batas yang kaku terhadap kemampuan-kemampuan yang mereka

miliki. Mereka tidak terperangkap dalam suatu rutinitas, mereka

mimilki rasa ingin tahu dan ingin mencoba hal-hal baru, dan mereka

mampu untuk menjalin hubungan dengan orang-orang baru dalam

lingkungan kehidupan mereka.

Wolin dan Wolin, 1994 (dalam Sawitri, Hartati dan Setyowati

2010) mengemukakan tujuh aspek utama yang dimiliki oleh individu,

yaitu:

1. Insight

Insight yaitu proses perkembangan individudalam merasa,

mengetahui, dan mengerti masalalunya untuk mempelajari

perilaku-perilaku yang lebih tepat.

2. Independence

Independence yaitu kemampuan untuk mengambil jarak

secara emosional maupun fisik dari sumber masalah (lingkungan

dansituasi yang bermasalah).

3. Relationships

Individu yang resilien mampumengembangkan hubungan

yang jujur, saling mendukung dan berkualitas bagi kehidupan,

memiliki role model yang baik.

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 7: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

14

4. Initiative

Initiative yaitu keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab

terhadap hidupnya.

5. Creativity

Creativity yaitu kemampuan memikirkan berbagai pilihan,

konsekuensi, dan alternative dalam menghadapi tantangan hidup.

6. Humor

Humor adalah kemampuan individu untukmengurangi beban

hidup dan menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun.

7. Morality

Morality adalah kemampuan individu untuk berperilaku atas

dasar hati nuraninya. Individu dapat memberikan kontribusinya dan

membantu orang yang membutuhkan.

Penelitian ini akan menunjuk pada tujuh aspek resiliensi dari

Revich dan Shatte (2002), yaitu : regulasi emosi, impuls control

(pengendalian implus), optimisme, causal analysis (analisis penyebab

masalah), empati, self-efficacy (efeksi diri), reaching out (peningkatan

aspek positif).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi

Nasution (2011) memaparkan tiga faktor yang mempengaruhi

resiliensi, yaitu:

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 8: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

15

a. Diri Sendiri

Zirman dan Arunkumar (Nasution, 2011) mengatakan bahwa

anak yang mampu selamat dari lingkungan penuh resiko adalah mereka

yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, ketrampilan coping, serta

mampu menghindari situasi beresiko, maupun bertarung dan bangkit

dari ketidak beruntungannya.

b. Keluarga

Untuk mencapai resiliensi dibutuhkan orang-orang yang

signifikan untuk membantu pencapaiannya, salah satunya adalah

keluarga. Seseorang tidak akan mampu mencapai resiliensi seorang diri.

Dibutuhkan orang-orang lain yang signifikan untuk bisa membantu

individu memiliki resiliensi. Salah satunya adalah kelauarga, keluarga

merupakan sisitem pendukung bagi setiap anggota kelauarga dan

merupakan “kendaraan” menuju individu yang resiliensi (Vanbreda,

2001, dalam Nasution 2011).

c. Lingkungan

Schoon, 2006 (Nasution, 2011) mengatakan bahwa resiliensi

didasarkan pada hubungan timbal-balik dan dua arah antara individu

dan lingkungannya. Orang yang memiliki resiliensi mampu memonitor

kondisi emosi orang lain.

Dari penjelasan di atas ada tiga fektor yang mempengaruhi

resiliensi yaitu diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 9: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

16

B. Remaja Putus Sekolah

1. Pengertian Remaja

Remaja dalam arti adolescence berasal dari kata lain adolescere

yang artinya tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1968 dalam Sarwono,

2011). Kematangan di sini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi

terutama kematangan sosial-psikologis.

Hall (Santrock, 2007) seorang sarjana psikologi Amerika

Serikatyang oleh beberapa buku teks disebut sebagai Bapak Psikologi

Remaja medefiisikan masaadolesence (remaja) adalahmasapergolakan

yang di penuhi oleh konflik dan perubahan suasana hati.

Pada tahun 1974 (Sarwono, 2011) WHO memberika definisi tetang

remaja yag lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukaka

tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekoomi, sehigga secara

legkap definisi tersebut sebagai berikut remaja adalah :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peraliha dari ketergatungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif lebih mandiri.

Selanjutnya WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian yaitu

remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Sedangkan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 10: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

17

sebagai usia pemuda (youth) dalam rangka keputusan PBB untuk

menetapkan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional

(Sanderowitz dan Paxman, 1985 dalam Sarwono, 1994).

Dapat disimpulkan dari penjelasan yang sudah di paparkan

sebelumnya remaja adalah masa yang di tandai oleh kematangan seksual,

pola identitas dari kanak-kanak menjadi dewasa, relatif lebih mandiri

dengan pembagian usia 10-24 tahun.

2. Aspek-aspek Perkembangan Remaja

Aspek-aspek perkembangan remaja menurut Lener & Hultsch,1983

(Agustini, 2006) yaitu :

a. Perubahan Fisik

Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak di alami

oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis. Hormon-hormon

baru diproduksi oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan

dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder.

Gejala ini memberi isarat bahwa fungsi reproduksi atau kemampuan

untuk menghasilkan keturunan sudah mulai bekerja.

b. Perubahan Emosionalitas

Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormon tadi adalah

perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari

perubahan fisik dan hormonal dan juga pengaruh lingkungan yang

terkait dengan perubahan badaniah.

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 11: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

18

Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan

dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan baru. Keseimbangan

hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan hal-hal yang

belum pernah dirasakan sebelumnya. Keterbatasannya secara kognitif

mengolah perubahan-perubahan baru tersebut bisa membawa

perubahan besar dalam flukturasi emosinya. Dikombinasikan dengan

pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti

tekanan dari teman sebaya, media masa, dan minat pada jenis seks lain,

remaja menjadi lebih terorientasi secara seksul.

c. Perubahan Kognitif

Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit dari

apa yang ada, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek

yang hipotetis dan abstrak dari realitas.

d. Implikasi Psikososial

Secara psikologis proses-proses dalam diri remaja semuanya

tengah mengalami perubahan, dan komponen-komponen fisik,

fisiologis, emosional, dan kognitif sedang mengalami perubahan besar.

Pada saat remaja menghadapi semua kepribadian tersebut, yaitu

pada saat di mana remaja sangat tidak siap untuk berkutat dengan

kerumitan dan ketidakpastian, berikutnya muncul faktor-faktor lain

yang menimpa dirinya. Remaja dalam masyarakat kita secara tipikal

dituntut untuk membuat suatu pilihan, suatu keputusan tentang apa

yang akan dia lakukan bila dewasa.

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 12: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

19

Aspek perkembangan menurut Hill, 1983 (Agustini, 2006)

yaitu :

1. Perubahan fundamental biologis menyangkut tampilan fisik.

Perubahan ini mengakibatkan remaja harus menyesuaikan

diri terhadap lingkungan di sekitarnya. Perubhan fisik ini juga

berpengaruh terhadap self image remaja dan juga menyebabkan

perasaan tentang diri pun berubah. Hubungan dengan keluarga

ditampilkan remaja dengan menunjukan privacy yang cukup tinggi.

2. Transisi Kognitif

Menurut Keating, 1990 (Agustini, 2006) perubahan dalam

kemampuan berfikir, remaja telah memilikikemampuan yang lebih

baik dari anak dalam berpikir mengenai situasi secara hipotetis,

memikirkan sesutu yang belum terjadi tetapi akan terjadi. Remaja

telah mampu berpikir tentang konsep-konsep yang abstrak seperti

pertemanan, demokrasi, moral. Teransisi Sosial

Perubahan dalam status sosial membuat remaja mendapatkan

peran-peran baru dan terikat pada kegiatan-kegiatan baru. Semua

masyarakat membedakan antara individu sebagai anak dan individu

yang siap memasuki masa dewasa.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpilan bahwa ada 4

aspek perkembangan remaja yaitu perubahan fisik, perubahan

emosionalitas, perubahan kognitif, implikasi psikososial.Aspek-

aspek tersebut bisa menjadi salah satu penyebab individu yang

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 13: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

20

resiliensi karenaresiliensi menggunakan seperangkat ketrampilan

yang sudah matang yang membantu mereka mengontrol emosi,

perhatian dan perilakunya (Reivich dan Shatte, 2002).

Menurut Masten dan Shoon, 2006 (Nasution, 2011) resiliensi

dikatakan berhasil bila respon yang diberikan sesuai dengan

harapan lingkungan sosial dengan acuhan tugas perkembangan

pada tahap perkembangan tertentu.

3. Kategori Remaja

Santrock, (2007) membagi kategori remaja menjadi tiga, yaitu :

a. Masa remaja

Priode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa yaitu usia 10 tahun – 14 tahun, yang melibatkan perubahan-

perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Tugas pokok

remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.

b. Masa remaja awal

Kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau

sekolah menengah akhir dengan usia 14 tahun – 17 tahun dan

perubahan pubertal terbesar terjadi di masa ini.

c. Masa remaja akhir

Kurang lebih terjadi pada pertengahan dewasa yang kedua dari

kehidupan yaitu umur 17 tahun – 22 tahun. Minat, karir, pacaran, dan

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 14: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

21

eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di masa remaja akhir

dibandingkan di masa remaja awal.

Dapat di simpulkan dari penjekasan di atas bahwa kategori remaja

di bagi menjadi tiga yaitu masa remaja, masa remaja awal dan masa

remaja akhir.

4. Definisi Remaja Putus Sekolah

Putus Sekolah adalah belum sampai tamat namun sekolahnya

sudah keluar, jadi seseorang yang meninggalkan sekolah sebelum tamat,

berhenti sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah (Anonim,

1993).Menurut Yuda, (2011)anak putus sekolah adalah keadaan dimana

anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang

tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang

anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan pendidikan

yang layak.

Putus sekolah adalah suatu masalah serius selama beberapa

dasawarsa. Banyak murid putus sekolah mengalami kekurangan-

kekurangan pendidikan yang menghambat kesejahteraan ekonomi dan

sosial merekan di kehidupan dewasa mereka. Beberapa kemajuan telah

dicapai, angka putus sekolah bagi kelompok etnis minoritas yang tinggi di

kota-kota besar dan berpenghasilan rendah masih cukup tinggi. Untuk

mengurangi angka putus sekolah, lembaga-lembaga masyarakat khususnya

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 15: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

22

sekolah harus mengatasi hambatan-hambatan antara pekerjaan dengan

sekolah (Santrock, 1995).

Alasan-alasan putus sekolah adalah kematian, sakit, pindah tempat

tinggal, pindah sekolah di tempat yang sama, kelakuan tidak baik, tidak

teratur bersekolah, bekerja, melampaui batas umur 17 tahun, dan sebab

lainnya yang tidak di ketahui. Putus sekolah yang relatif tinggi antara lain

disebabkan kurikulum sekolah yang tidak memikat perhatian murid.

Gedung sekolah yang mirip dengan gedung yang tidak menarik.

Kurikulum tidak memperhatikan minat dan kebutuhan anak. Guru-guru

tidak dipersiapkan untuk memotivasi anak dan mengembangkan bakat

mereka secara maksimal (Nasution, 2011).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja putus

sekolah adalah remaja mengalami keterlantaran sehingga belum sampai

tamat namun sekolahnya sudah keluar.Alasan-alasan putus sekolah adalah

kematian, sakit, pindah tempat tinggal, pindah sekolah di tempat yang

sama, kelakuan tidak baik, tidak teratur bersekolah, bekerja, melampaui

batas umur 17 tahun, dankurikulum sekolah yang tidak memikat perhatian

siswa.

C. Kerangka Berfikir

Salah satu dari permasalahan yang dihadapi bangsa ini adalah adanya

remaja yang putus sekolah. Bila tidak segera ditangani permasalahan ini

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 16: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

23

kemungkinan akan menjadi beban keluarga, masyarakat serta akan menjadi

masalah yang cukup besar bagi kemajuan negara ini.

Putus sekolah adalah belum sampai tamat namun sekolahnya sudah

keluar, jadi seseorang yang meninggalkan sekolah sebelum tamat, berhenti

sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah (Anonim, 1993).Remaja putus

sekolah lebih banyak menganggur, dan yang berhasil mendapatkan pekerjaan

mendapatkan upah lebih rendah dari pada yang memiliki ijazah. Masalah-

masalah putus sekolah antara lain kematian, sakit, pindah tempat tinggal,

pindah sekolah di tempat yang sama, kelakuan tidak baik, tidak teratur

bersekolah, bekerja, melampaui batas umur 17 tahun, dan kurikulum sekolah

yang tidak memikat perhatian murid (Nasution, 2011).

Putus sekolah adalah masalah besar bagi pemerintah, banyaknya anak

putus sekolah berpotensi menambah angka pengangguran.Resiliensi

merupakan kemampuan beradaptasi terhadap situas-situasi yang sulit dalam

kehidupan (Reivich & Shatte, 2002).

Remaja yang mampu membawa dirinya ke dalam lingkungan

masyarakat dan mampu bekerja dengan keadaan putus sekolah adalah remaja

yang memiliki resiliensi yang tinggi dengan dibutuhkan aspek-aspek resiliensi

menurut Reivich & Shatte, (2002) yaitu regulasi emosi, impuls control

(pengendalianimplus), optimisme, causal analysis (analisis penyebab masalah),

empati, self-efficacy (efeksi diri), reaching out (peningkatan aspek positif).

Sedangkan remaja putus sekolah yang tidak mampu membawa dirinya ke

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014

Page 17: BAB II KAJIANPUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensirepository.ump.ac.id/508/3/BAB II_HEMI ARGIYANA_PSIKOLOGI'15.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Nasution

24

dalam lingkungan masyarakat dengan keadaan putus sekolahnya remaja

tersebut mempunyai resiliensi yang rendah.

Revich & Shatte, (2002) telah melakukan penelitian ilmiah lebih dari

50 tahun, membuktikan bahwa resiliensi adalah kunci dari kesuskesan kerja

dan kepuasan hidup. Resiliensi yang dimiliki seorang individu, mempengaruhi

kinerja individu tersebut baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan

masyarakat, memiliki efek terhadap kesehatan individu tersebut secara fisik

maupun mental, serta menentukan keberhasilan individu tersebut dalam

berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan paparan di atas dapat di simpulkan dengan gambar

kerangka berpikir, sebagai berikut :

Studi Deskriftif Kuantitatif..., Hemi Argiyana, Psikologi UMP, 2014