bab ii kajian teoritis metode active debate, hasil …repository.uinbanten.ac.id/2527/4/bab...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS METODE ACTIVE DEBATE, HASIL
BELAJAR SISWA, MATA PELAJARAN FIQIH, KERANGKA
BERFIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Metode Active Debate
a. Pengertian Metode Active Debate
Metode mengajar adalah cara-cara yang digunakan
untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan, dalam kegiatan mengajar makin tepat
metode yang digunakan maka makin efektif dan efisien
kegiatan pembelajaran yang mengantarkan keberhasilan
belajar siswa dan keberhasilan mengajar yang dilakukan
oleh guru. karenanya guru harus dapat memilih dengan tepat
metode apa yang hendak dicapai, situasi dan kondisi seta
tingkat perkembangan siswa.
Menurut pendapat Nana Sudjana dalam buku Eneng
Muslihah mengatakan, metode mengajar adalah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. 1 berbeda lagi dengan pendapat
1 Eneng Muslihah, Metode dan Strategi Pembelajaran, (Ciputat:
HAJA Mandiri, 2014), 2.
11
Darwiansyah, mengatakan metode adalah cara-cara
yang digunakan untuk menyampaikan bahan
pelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. Adapun
kedudukan metode sebagai dalam mengajar: sebagai
alat motivasi ekstrinsi, sebagai strategi pembelajara
dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. 2 Demikian
halnya dengan pendapat Wina Sanjaya bahwa
metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplentasikan rencana yang sudah disiapkan
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
ditentukan tercapai secara optimal. 3
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara
atau teknik yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.
Metode digunakan dapat membuat pembelajaran berjalan
dengan semenarik mungkin sehingga siswa dalam menerima
pelajaran tidak akan jenuh.
Menurut Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, Debate (debat) adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memusatkan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislative seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan system oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dihasilkan melalui
voting atau keputusan juri. 4
2 Darwiasyah, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta : Diadit Media,
2009), 133-136. 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2006), 7. 4 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar
Multiple Intelligences Mengajar Sesuai Kerja Otak dan gaya Belajar Siswa,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 59.
12
Dengan membuat aturan-aturan dalam mekanisme
prosedur penerapan strategi, debat dapat diterapkan pada
jenjang SMP/MTs dan SMA/MA. Penilaian debat
didasarkan secara kelompok sehingga basis penilaian guru
dalam menilai aktivitas ini didasarkan pada penilaian
kelompok, sesuai dnegan kriteria-kriteria penilaian debat.
Debat ideal diterapkan pada level tinggi, seperti SMP/MTs
dan SMA/MA.
Menurut Eneng Muslihah, bahwa debat dapat menjadi
metode yang tepat untuk mendorong pemikiran dan
perenungan, dalam membela pendapat keyakinannya
sendiri dan menghargai pendapat orang yang
berbeda.5 Demikian halnya dengan pendapat
Muhammad Faturrohman, metode Active Debate
diharapkan dapat menumbuhkan sikap apresiasi
(menghargai) pendapat orang lain yang berbeda.
Metode Active Debate dapat mengaktifkan seluruh
kelas karena siswa dibagi ke dalam dua kelompok
pro dan kontra, dan setiap anggota kelompok
diminta untuk menyiapkan alasan dalam membela
dan mempertahankan pendapat kelompok.6
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa
metode Active Debate adalah suatu teknik atau cara yang
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan
menekankan pada keaktifan siswa dalam proses
5 Eneng Muslihah, Metode dan Strategi Pembelajaran, 194.
6 Muhammad Fathurrohman, Model-Model Pembelajaran Inovatif
Alternatif Desain Pembelajaran yang Menyenangkan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), 199.
13
pembelajaran dan berani untuk berkomunikasi secara baik,
karena siswa dalam hal ini saling mengungkapkan
argumentasi untuk menetapkan baik tidaknya suatu usul
tertentu yang didukung oleh beberapa pihak yang disebut
pro (pendukung) dan ditolak/disangkal oleh pihak kontra
(penyangkal).
b. Langkah-Langkah Metode Active Debate
1) Kembangkan sebuah pernyataan yang controversial atau
isu-isu actual yang berkaitan dengan pembelajaran
(contohnya: bolehkah melakukan tindakan terorisme
atas nama agama? Atau apakah poligami diperbolehkan
dalam pernikahan Islam?) 7
2) Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu
pro yang lainnya kontra.
3) Kelompok yang terpilih masing-masing menentukan
siapa juri bicara (ketua kelompok).
4) Guru membuat aturan berupa: bahwa selain juru bicara
(ketua kempompok) siapa saja anggota kelompok dapat
memberikan argumentasinya.
5) Guru menentukan alokasi waktu debat yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
6) Guru menyiapkan setingan kelas tempat debat
kompetitif dilaksanakan. 8
7) Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk
membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua
kelompok di atas.
7 Eneng Muslihah, Metode dan Strategi Pembelajaran, 195.
8 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar
Multiple Intelligences Mengajar Sesuai Kerja Otak dan gaya Belajar Siswa,
61.
14
8) Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah
satu anggota dari kelompok pro untuk berbicara dan
kemudian ditanggapi atau dibalas oleh ketua kelompok
kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
bisa mengemukakan pendapatnya.
9) Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru
menulis inti atau ide-ide dari setiap pembicara dipapan
tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru
terpenuhi.
10) Guru menambahkan konsep atau ide yang belum
terungkap.
11) Dari data-data dipapan tersebut, guru mengajak siswa
membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu
pada topik yang ingin dicapai.
12) Akhiri debat jika merasa cukup (sesuaikan dengan
alokasi waktu). 9
c. Variasi Metode Active Debate
Menurut Mel Silberman variasi metode active
debate adalah sebagai berikut :
1) Tambahkan satu atau lebih kursi kosong di barisan juru
bicara. Biarkan peserta menmpati kursi kosong tersebut
saat mereka ingin bergabung dalam debat.
2) Mulailah aktivitas dengan segera menggunakan
argument pembuka debat. Lanjutkan dengan debat
konensional, tetapi gantilah para pedebat sesering
mungkin.
3) Buatlah dua kelompok pro dan kontra. Mintalah
kelompok pro mendebat kelompok kontra. 10
9 Eneng Muslihah, Metode dan Strategi Pembelajaran, 195.
10 Mel Silberman, 101 Cara Pelatihan dan Pembekajaran Aktif,
(Jakarta: PT Indeks, 2010), 137.
15
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Active Debate
Bila penulis teliti penggunaan teknik penyajian
Active Debate memang memiliki kelebihan-kelebihan yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Memacu siswa aktif dalam pembelajaran.
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
secara baik.
3) Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat disertai
alasannya.
4) Mengajarkan siswa cara menghargai pendapat orang
lain.
5) Suasana kelas menjadi bergairah, di mana para siswa
mencurahkan perhatian dan pemikiran mereka terhadap
masalah yang sedang dibicarakan.
6) Hasil diskusi dapat dipahami oleh para siswa karena
mereka secara aktif mengikuti perdebatan yang
berlangsung dalam diskusi.
7) Tidak membutuhkan banyak media. 11
Tetapi dalam pelaksanaan metode Active Debate ini
penulis juga menemukan sedikit hambatan yang mana bila
dapat diatasi, guru akan mampu menggunakan metode ini
dengan baik. Kelemahan metode Active Debate diantaranya
adalah:
1) Tidak bisa digunakan untuk semua mata pelajaran.
2) Membutuhkan waktu yang cukup lama karena siswa
harus memahami materi terlebih dahulu sebelum
melakukan debat.
11
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 26.
16
3) Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru
tidak menengahi.
4) Siswa yang pandai berargumen akan selalu aktif tapi
yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif. 12
2. Hasil Belajar Siswa
a. Pengertian Belajar
Istilah belajar berasal dari Bahasa Inggris, yaitu
learning. Belajar sering diberi Batasan yang berbeda-beda
tergantung sudut pandangnya. Hilgard (1984:4) mengatakan
bahwa: “Learning is the process by which an activity
originates or is changed through responding to a situation,
provide the changes can not be attributed to growth or the
temporary siate or the organism as in fatique or under
drugs”. Artinya, belajar merupakan suatu proses perubahan
kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut
tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh
perubahan atau keadaan, sementara seseorang seperti
kelelahan atau di bawah pengarus obat-obatan.
12
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran, (Kata Pena, 2015), 64.
17
Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan
tingkah laku berikut adanya pengalaman. Pembentukan
tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasan,
sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Oleh sebab
itu, belajar adalah proses aktif, yaitu proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. 13
Menurut Skiner dalam buku Hasan Basri
mengatakan, belajar adalah perilaku responsive yang
kuat terhadap informasi baru sepanjang kehidupan
manusia. Dalam belajar terdapat hal-hal berikut:
1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respon belajar,
2) Respon pembelajaran,
3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon
tersebut. 14
Belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Klein (1996: 2), … learning can be defined
as an experiential process resulting in a relatively
permanent change in behavior that cannot be
explained by temporary states, maturation, or innate
response tendencies. Dari kutipan tersebut, dapat
13
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 14. 14
Hasan Basri, Paradigma Baru Sistem Pembelajaran, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2015), 13.
18
dikatakan bahwa … belajar dapat didefinisikan
sebagai hasil proses eksperimental dalam perubahan
tingkah laku yang relatif permanen yang tidak dapat
diucapkan dengan pernyataan sesaat. Winkel (2007:
59) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktivitas dengan lingkungan, yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Belajar
boleh dikatakan juga sebagai suatu interaksi antara
diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin
berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa
aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep,
dan memeberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari.
b. Konsep Dasar Belajar
Belajar merupakan istilah kunci yang paling vital
dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Arti pentingnya
belajar ada dua yaitu sebagai berikut :
1) Arti penting belajar bagi perkembangan manusia.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah
merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam
19
belajar, karena dengan belajarlah manusia dapat
berkembang lebih jauh dari pada makhluk-makhluk
lainnya.
2) Arti penting belajar bagi kehidupan manusia.
Belajar dengan sungguh-sungguh maka akan
mendapatkan hasil, baik ilmu pengetahuan maupun Ilmu
Pengetahuan Tekhnologi (IPTEK). Belajar berfungsi
sebagai alat bagi manusia untuk mempertahankan
kehidupan bangsa-bangsa di tengah persaingan yang
ketat di antara negara-negara yang lebih maju karena
belajar. Dengan ilmu dan tekhnologi hasil belajar
kelompok manusia atau bangsa-bangsa yang tertindas
itu juga dapat digunakan untuk membangun benteng
pertahanan.
3) Memori dan pengetahuan.
Pada umumnya hubungan antara belajar, memori
dan pengetahuan sangat berhubungan yakni memori
merupakan fungsi mental yang menangkap informasi
dari rangsangan (stimulus) tersebut dan storage system
20
yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan
yang terdapat di dalam otak manusia. 15
Dengan demikian dari uraian di atas dapat penulis
simpulkan bahwa, belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh
perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati
secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya
dengan lingkungan.
c. Pengertian Hasil Belajar
Berdasarkan uraian pembahasan definisi belajar
maka, definisi hasil belajar dikutip oleh Supiyanto
dalam buku Muhammad Thobroni menyatakan, hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai
pengertian-pengertian, sikap-sikap dan
keterampilan.16
Pada umumnya, hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran selalu
mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya
15
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja
GrafindoPersada 2005), 59-72. 16
Muhammad Thobroni, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : AR-
Ruzz media, 2013), 22.
21
selalu berbeda. Mata pelajaran praktik lebih menekankan
pada ranah psikomotor, sedangkan mata pelajaran
pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah
kognitif.17
Dikutip oleh Eneng Muslihah, bahwa hasil belajar
menurut S. Nasution adalah suatu perubahan yang
terjadi pada individu yang belajar, bukan saja
perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga
pengetahuan untuk membentuk kecakapan,
kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, dan
penghargaan dalam diri individu yang belajar.18
Sedangkan, dalam buku Nana Sudjana, “Penilaian
Hasil Belajar Mengajar” menyatakan hasil belajar
ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif
dan psikomotirik sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Dipertegas oleh Karnawi dalam K. Ibrahim
(2007:39) bahwa hasil belajar ialah tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh melalui hasil tes mengenai sejumlah
materi tertentu. 19
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan
bahwa, Hasil belajara siswa adalah suatu perubahan yang
terjadi pada diri siswa yang menyangkut aspek kognitif,
afektif dan psikomoterik sebagai hasil dari kegiatan belajar.
17
Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 57. 18
Eneng Muslihah, Metode dan Strategi Pembelajaran, 70-71. 19
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, ( Bandung: PT
ReRosdakarya, 1999), 3.
22
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa, hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor utama yakni dari dalam diri siswa itu sendiri atau
faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa
teruatama kemampuan yang dimilikinya. Faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar siswa. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki
siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar siswa,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketkunan,
sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut
banyak menarik perhatian siswa, seberapa jauh konstribusi
semangat yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil
belajar siswa. 20
Sesungguhnya, hasil yang dapat diraih masih juga
bergantung dari lingkungan. Artinya ada faktor-faktor yang
berada diluar dalam dirinya yang dapat mentukan atau
mempengruhi hasil belajar yang dicapai. Salah lingkungan
yang dominan yang mempengaruhi hasil belajar siswa ialah
20
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, ( Bandung : CV
Pustaka Setia, 2005), 104.
23
kualitas pengajaran, yang dimaksud dengan kualitas
pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya
proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.
hasil belajar pada hakikatnya tersirat daldalam tujuan
pengajaran, oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah
yang mempengaruhi oleh siswa dan kualitas siswa.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor yakni: bakat siswa, waktu yang disedikan untuk
belajar, waktu yang diperlukan siswa untuk belajar, kualtias
pengajaran dan kemampuam individu. Maka berdasarkan
faktor-faktor di atas kemampuan siswa dan kualitas
pengajaran mempunyai hubungan berbanding lurus dengan
hasil belajar siswa. Artinya semakin tinggi kemampuan
siswa maka akan tinggi juga hasil belajar. 21
e. Tipe-Tipe Hasil Belajar
Tipe-tipe hasil belajar mengacu pada pendapat
Benyamin Bloom mengenai tujuan belajar meliputi:
kognitif, afektif dan psikomotorik .
21
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,
(Bandung : PT Sinar Baru, 2009), 39-41.
24
1) Tipe Hasil Belajar Kognitif
(a) Hasil belajar pengetahuan akan terlihat dari
kemampuan: mengenai tentang hal-hal khusus,
peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsipi-prinsip dan
kaidah-kaidah.
(b) Hasil belajar pemahaman akan terlihat dari
kemampuan: menterjemahkan, menafisrkan,
menentukan, memperkirakan dan mengartikan.
(c) Hasil belajar penerapan akan terlihat dari
kemampuan: mampu memcehakan masalah,
membuat bagan, menggunakan istilah atau konsep-
konsep.
(d) Hasil belajar sintesis akan terlihat pada diri siswa
berupa kemampuan-kemampuan: menghasilkan,
menyusun kembali dan merumuskan masalah.
2) Tipe Hasil Belajar Afektif
(a) Hasil belajar penerimaan akan terlihat dari sikap dan
perilaku: mampu menunjukkan, mengakui,
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
(b) Hasil belajar dalam bentuk partisipasi akan terlihat
dalam sikap dan perilkau: mematuhi dan ikut serta
aktif.
(c) Hasil belajar penilaian atau penentuan sikap akan
terlihat dari sikap: mampu menerima suatu nilai,
menyukai, menyepakati, menghargai, bersikap
positif dan mengakui.
(d) Hasil belajar mengorganisasikan akan terlihat dalam
bnetuk: sistem nilai, menangkap relasi anatar nilai,
bertanggung jawab dan menyatukan nilai.
(e) Hasil belajar menentukan pola hidup akan terlihat
dalam bentuk sikap dan perilkau: mampu
menunjukkan, mempertimbangkan dan melibatkan
diri.
3) Tipe Hasil Belajar Psikomotorik
(a) Hasil belajar persepsi akan terlihat dari perbuatan:
mampu menafsirkan rangsangan, peka terhadap
rangsangan, mendiskriminasikan.
(b) Hasil belajar kesiapan akan terlihat dalam bentuk
perbuatan: mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri
(fisik dan mental).
25
(c) Hasil gerakan terbimbing akan terlihat dari
kemampuan: mampu meniru contoh.
(d) Hasil belajar gerakan terbiasa akan terlihat dari
penguasan: mampu berketeampilan dan berpegang
pada pola.
(e) Hasil belajar gerakan konsep akan terlihat dari
kemampuan siswa yang meliputi: berketrampilan
secara lancar, luwes supel, gesit dan lincah.
(f) Hasil belajar penyesuaian pola gerakan akan terlihat
dalam bentuk perbuatan: mampu menyesuaikan diri
dan bervariasi.
(g) Hasil belajar kreatifitas akan terlihat dari aktivitas-
aktivitas: mampu menciptakan yang baru dan
berinisiatif. 22
3. Mata Pelajaran Fiqih
a. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih
Mata pelajaran Fiqih dimaksudkan sebagai
bagian dari Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
diarahkan untuk menyiapkan siswa untuk mengenal,
memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum
Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman,
pembinaan, dan keteladanan.
22
Eneng Muslihah, Metode Dan Strategi Pembelajaran, 71-73.
26
b. Tujuan dan Fungsi
Pembelajaran Fiqih pada Madrasah Aliyah
bertujuan agar siswa dapat:
1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum
Islam secara terperinci dan menyeluruh baik
berupa dalil naqli dan aqli sebagai pedomana
hisup secara pribadi dan sosial.
2) Melakukan dan mengamalkan ketentuan hukum
Islam dengan benar, disiplin dan tanggungjawab
yang tinggi dalam kehidupan pribadi dan sosial.
Adapun fungsi mata pelejaran Fiqih pada
Madrasah Aliyah adalah untuk:
1) Penanamaan nilai-nilai dan kesadaran beribadah
siswa kepada Allah Swt. sebagai jalan mendapat
kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
2) Penanaman kebiasaan melaksanakan hokum Islam
dikalangan siswa dengan ikhlas dan perilaku yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah
dan masyarakat.
3) Pembentukan kedisiplinan dan rasa
tanggungjawab sosial di madrasah dan
masyarakat.
4) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah Swt. serta akhlak mulia siswa seoptimal
mungkin yang telah ditanamkan lebih dahulu pada
lingkungan keluarga.
5) Pembangunan mental siswa terhadap lingkungan
fisik dan sosial melalui Fikih Islam.
6) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-
kelemahan siswa dalam keyakinan dan
pelaksanaan ibadah dalam kehidupan.
7) Pembekalan bagi siswa untuk mendalami Fiqih
Islam pada jenjang Pendidikan yang lebih tinggi.
27
c. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fiqih
1) Memiliki pemahaman dan penghayatan yang lebih
mendalam terhadap ajaran Islam tentang bersuci
(taharah), Ibadah dan mu’amalah serta mampu
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Memiliki pemahaman dan penghayatan yang lebih
mendalam terhadap ajaran Islam tentang sumber-
sumber islam, pengembangan hokum Islam, dasar-
dasar dan kaidah hukum Islam serta mampu
mempedominya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih
Ruang lingkup mata pelajaran Fiqih pada
Madrasah Aliyah terfokus pada:
1) Fiqih Ibadah
Norma-norma ajaran agama Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya
(vertical). Fiqh ibadah dibagi menjadi dua, yaitu
ibadah mahzhah. Ibadah mahzha adalah ajaran
agama yang mengatur perbuatan-perbuatan
manusia yang murni mencerminkan hubungan
manusia itu dengan Allah. Sedangkan, ibadah
ghairu mahzhah adalah ajaran agama yang
mengatur perbuatan antara manusia itu sendiri.
28
2) Fiqih Mu’amalah
Norma-norma ajaran agama Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan sesama dan
lingkungannya (horixontal).
3) Fiqih Munakahat
Pengetahuan tentang norma-norma ajaran
Islam yang mengurai tentang pernikahan sejak
dari norma tentangmelihat calon suami / istri
(nazhar), tata cara melamar (khitbah), mas kawin
(mahar/shadaq), akad nikah, wali, saksi,
pencatatan nikah, perceraian (talak), iddah, hak
nfkah bagi istri, hak mengassuh anak (hdanah),
hak dab kewajiban suami istri dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan suami istri.
4) Fiqih Jinayah
Pengetahuan tentang norma-norma ajaran
Islam yang mengatur mengenai tindak pidana
yang dilakukan seseorang terhadap orang atau
lembaga lain, sperti melukai orang lain, menghina,
29
atau memfitnah, mencuri, meminum-minuman
keras, dan membunuh.
5) Fiqih Siyasah
Pengetahuan yang membicarakan norma-norma
ajaran Islam yang berkaitan dengan pemerintahan,
misalnya tata cara pemilihan presiden dan wakil
presiden, pemilihan anggota legislatif, pembuatan
undang-undang yang mengatur kepentingan
rakyat, dan lain-lain. 23
4. Hubungan antara Metode Pembelajaran Active Debate
Terhadap Hasil Belajar Siswa
Maka berdasarkan uraian pembahasan diatas maka
hubungan antara metode Active Debate terhadap hasil belajar
siswa yaitu sangat berhubungan, karena metode pembelajaran
yang menekankan pada keaktifan siswa dalam mengungkapkan
pendapat serta menghargai pendapat orang yang berbeda,
karena siswa dalam hal ini saling mengungkapkan argumentasi
untuk mencapai tujuan pembelajaern yang optimal, sedangkan
23
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), 52-54.
30
hasil belajar siswa ialah kemampuan yang diperoleh siswa
setelah melalui pembelajaran, dalam artian kemampuan yang
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
B. Kerangka Berfikir
Metode pembelajaran merupakan salah satu yang penting
dalam sebuah proses pembelajaran. Peranan metode dalam proses
pembelajaran dapat ditempatkan sebagai cara untuk memperoleh
hasil belajar siswa yang baik dan mengalami peningkatan yang
signifikan. Dalam hal ini, metode pembelajaran digunakan guru
sebagai variasi penjelasan verbal mengenai materi pengajaran.
Melalui penggunaan metode pembelajaran, diharapkan siswa dapat
terbantu dalam menangkap materi pelajaran dengan lebih mudah
dan cepat. Pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran harus
disesuaikan dengan isi pembelajaran dan kompetensi yang ingin
dicapai.
Suatu harapan bagi guru yang melaksanakan tugasnya
sebagai pengajar yaitu hasil belajar siswa mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dan siswa mengalami ketuntasan belajar
yaitu harapan yang sangat besar. Sehingga guru dituntut untuk
31
mampu memilih metode pembelajaran yang mampu membuat siswa
aktif dan tertarik agar dalam pembelajaran siswa mampu
menangkap secara cermat dan tepat. Siswa dapat menemukan dan
berfikir sendiri sehingga mereka dapat menemukan makna dari
hasil belajaranya karena dengan makna tersebut mereka memiliki
alasan untuk belajar. Melalui metode pembelajaran yang digunakan
yaitu metode pemebelajaran active debate, penulis membimbing
siswa untuk mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Fiqih. Metode pembelajaran active debate adalah
suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dengan menekankan pada keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan berani untuk berkomunikasi secara baik, karena
siswa dalam hal ini saling mengungkapkan argumentasi untuk
menetapkan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh
beberapa pihak yang disebut pro (pendukung) dan ditolak/disangkal
oleh pihak kontra (penyangkal).
Maka dari pernyataan tersebut, penulis akan menggunakan
metode pembelajaran yaitu metode active debate terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di Kelas XI MAN 1 Serang.
32
Bagan Kerangka Berfikir Penelitian
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan analisis secara mendalam dan komperhensif
untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah selanjutnya yang
perlu dilaksanakan dalam proses penelitian ini adalah merumuskan
hipotesis.
a. Terdapat perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Fiqih di kelas XI MAN 1 Serang.
Metode Active Debate
(Variabel X)
1. Keaktifan
2. Komunikasif
3. Kesiapan
Hasil Belajar Siswa
(Variabel Y)
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotorik
33
b. Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode active
debate terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih
kelas XI MAN 1 Serang.