bab ii kajian teoritis 2.1 pengertian hukum...

28
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hukum Pidana Istilah “ Hukuman “ yang merupakan istilah umum dan konvensional dapat mempunyai arti yang luas dan berubah - ubah karena istilah ini dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya digunakan dalam bidang hukum, tapi juga dalam istilah sehari - hari dalam bidang pendidikan, moral, agama dan sebagainya. Oleh karena “ pidana “ merupakan suatu istilah yang lebih khusus, maka perlu ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukan terhadap ciri - ciri ataupun sifat - sifat yang khas. 1 Ciri atau sifatnya yang khas disini maksudnya adalah bahwa istilah pidana ditunjukan hanya untuk perbuatan - perbuatan yang melanggar hukum pidana. Jadi istilah pidana mempunyai pengertian yang lebih sempit atau spesifik jika dibandingkan dengan istilah hukuman yang mempunyai cakupan pengertian pidana yaitu antara lain : 1. Van Bemmelen “arti pidana atau straf menurut hukum positif dewasa ini adalah suatu penderitaan yang bersifat khusus yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas nama Negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban - keterrtiban umum bagi seorang pelanggar, yaitu semata - mata karena orang itu telah melanggar suatu peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh Negara”. 1 Muladi.1998.Teori-teori dan Kebijakan Pidana.Bandung : P.T Alumni.Hlm 2

Upload: phungphuc

Post on 07-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Hukum Pidana

Istilah “ Hukuman “ yang merupakan istilah umum dan konvensional dapat

mempunyai arti yang luas dan berubah - ubah karena istilah ini dapat berkonotasi

dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya digunakan dalam bidang

hukum, tapi juga dalam istilah sehari - hari dalam bidang pendidikan, moral, agama

dan sebagainya. Oleh karena “ pidana “ merupakan suatu istilah yang lebih khusus,

maka perlu ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukan

terhadap ciri - ciri ataupun sifat - sifat yang khas.1

Ciri atau sifatnya yang khas disini maksudnya adalah bahwa istilah pidana

ditunjukan hanya untuk perbuatan - perbuatan yang melanggar hukum pidana. Jadi

istilah pidana mempunyai pengertian yang lebih sempit atau spesifik jika

dibandingkan dengan istilah hukuman yang mempunyai cakupan pengertian pidana

yaitu antara lain :

1. Van Bemmelen

“arti pidana atau straf menurut hukum positif dewasa ini adalah suatu

penderitaan yang bersifat khusus yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan yang

berwenang untuk menjatuhkan pidana atas nama Negara sebagai

penanggung jawab dari ketertiban - keterrtiban umum bagi seorang

pelanggar, yaitu semata - mata karena orang itu telah melanggar suatu

peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh Negara”.

1 Muladi.1998.Teori-teori dan Kebijakan Pidana.Bandung : P.T Alumni.Hlm 2

2. Algra Jansen

“Bahwa pidana adalah alat yang digunakan oleh penguasa ( hakim ) untuk

memperingati mereka yang telah melakukan suatu perbuatan yang tidak

dibenarkan, reaksi dari penguasa tersebut telah mencabut kembali sebagian

dari perlindungan yang seharusnya dinikmati oleh terpidana atas nyawa,

kebebasan, dan harta kekayaan, yaitu seandainya ia telah tidak melakukan

suatu tindak pidana”.

3. Roeslan Saleh

“ pidana adalah reaksi atas delik dan ini berwujud nestafa yang dengan

sengaja ditimpakan Negara kepada pembuat delik”.2

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pidana mengandung ciri - ciri sebagai berikut :

1. Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau

nestafa atau akibat - akibat lain yang tidak menyenangkan.

2. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang

mempunyai kekuasaan (oleh yang berwenang).

3. Pidana itu dikenakan kepada seorang yang telah melakukan tindak pidana

menurut UU.3

Dengan demikian jelaslah keberadaan hukum pidana sangat dipandang perlu

dalam rangka untuk menjaga stabilitas keamanan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Dengan adanya hukum pidana maka akan terjadi kontrol di lingkungan

masyarakat mengingat setiap masyarakat memiliki karakter dan tingkah laku yang

2 Arfan Adam.2012.Penegakan Hukum Oleh Penyidik Polri Terhadap Tindak Pidana Pencurian

dengan Kekerasan yang Dilakukan Oleh Anak Pelajar Sekolah Di Kota Gorontalo.Gorontalo:

Ichsan.Hlm 11. 3 Ibid. Hlm 11.

berbeda sehingga rawan akan adanya gesekan dalam pergaulan disegala bidang

dalam kehidupan sehari - hari. Hukum ini yang akan menjadikan masyarakat merasa

aman dalam kehidupannya karena keberadaannya di lingkungan masyarakat merasa

dilindugi oleh kekuatan hukum.

2.1.1 Fungsi Hukum Pidana

Secara umum, hukum pidana berfungsi mengatur dan menyelenggarakan

kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan terpelihara ketertiban umum. Manusia

hidup dipenuhi oleh berbagai kepentingan dan kebutuhan, antara satu kebutuhan

dengan yang lain tidak saja berlainan, tetapi terkadang saling bertentangan. Dalam

rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingannya ini, manusia bersikap dan berbuat.

Agar sikap dan perbuatannya tidak merugikan kepentingan dan hak orang lain,

hukum memberikan rambu - rambu berupa batasan - batasan tertentu sehingga

manusia tidak sebebas - bebasnya berbuat dan bertingkah laku dalam rangka

mencapai dan memenuhi kepentingannya itu. Fungsi yang demikian itu terdapat

pada setiap jenis hukum, termasuk didalamnya hukum pidana. Oleh karena itu,

fungsi yang demikian disebut dengan fungsi umum hukum pidana.

Secara khusus sebagai bagian hukum public, hukum pidana memiliki fungsi

sebagai berikut :

1. Fungsi melindungi kepentingan hukum dari perbuatan yang menyerang

atau memerkosanya

Kepentingan hukum, adalah segala kepentingan yang diperlukan dalam

berbagai segi kehidupan manusia baik sebagai pribadi, anggota masyarakat,

maupun anggota suatu Negara, yang wajib dijaga dan dipertahankan agar

tidak dilanggar / diperkosa oleh perbuatan - perbuatan manusia. Semua ini

ditujukan untuk terlaksana dan terjamin ketertiban didalam segala bidang

kehidupan.

2. Memberi dasar legitimasi bagi Negara dalam rangka Negara

menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum yang

dilindungi

Tindakan untuk mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi,

dilakukan oleh Negara dengan tindakan - tindakan yang sangat tidak

menyenangkan. Tindakan tersebut justru melanggar kepentingan

hukum pribadi yang mendasar bagi yang bersangkutan,misalnya dengan dilak

ukan penangkapan, penahanan, pemeriksaan, yang lamanya berjam - jam

bahkan berhari - hari, sampai yang paling tajam berupa menjatuhkan sanksi

pidana kepada petindaknya / sipelanggarnya tindakan ini, sebagai mana

diatas sudah diterangkan merupakan tindakan yang justru menyerang

kepentingan hukum yang bersangkutan yang dilindungi dengan kekuasaan

yang sangat besar ini, yaitu kekuasaan yang berupa hak untuk menjalankan

pidana dengan menjatuhkan pidana, hak untuk menyerang kepentingan

hukum manusia atau warganya merupakan kekuasaan yang sangat besar,

yang tidak dimiliki oleh siapa - siapa kecuali Negara. Hak untuk menjatuhkan

pidana ini diatur dalam hukum pidana itu sendiri.

3. Fungsi mengatur dan membatasi kekuasaan Negara dalam rangka

Negara menjalankan fungsi mempertahankan kepentinggan hukum

yang dilindungi

Dalam menjalankan fungsi hukum pidana yang disebutkan kedua, hukum

pidana telah memberikan hak dan kekuasaan yang sangat besar pada Negara

agar Negara dapat menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum

yang dilindungi dengan sebaik - baiknya. Sebaliknya kekuasaan yang sangat

besar itu akan sangat berbahaya bagi penduduk Negara apabila tidak diatur

dan dibatasi sedemikian rupa sebab akan menjadi bumerang bagi masyarakat

dan pribadi manusia. Perlakuan Negara dapat menjadi sewenang -

wenang. Pengaturan hak dan kewajiban Negara dengan sebaik - baiknya

dalam rangka Negara menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan

hukum yang dilindungi, yang secra umum dapat disebut mempertahankan

dan menyelengarakan ketertiban hukum masyarakat itu, menjadi wajib.4

2.1.2 Jenis - jenis Pidana

KUHP sebagai induk atau sumber utama pidana telah merinci jenis - jenis

pidana, sebagaimana dirumuskan dalam pasal 10 KUHP. Menurut Stelsel KUHP,

pidana dibedakan menjadi dua kelompok, antara pidana pokok dengan pidana

tambahan.

Pidana pokok terdiri dari :

1. Pidana mati

Pidana mati adalah pidana yang terberat. Karena pidana ini

berupa pidana yang terberat, yang pelaksanaanya berupa

penyerangan terhadap hak hidup bagi manusia yang sesunnguhnya

hak ini hanya berada pada ditangan Tuhan, maka tidak heran sejak

dulu sampai sekarang menimbulkan pendapat pro dan kontra,

4 Adami Chazawi.2010.Pelajaran Hukum Pidana.Jakarta : PT Raja grafindo Persada.Hlm 15

bergantung dari kepentingan dan cara memandang pidana mati itu

sendiri.

Selain itu, kelemahan dan keberatan pidana mati ini ialah

apabilah telah dijalankan, maka tidak dapat memberi harapan lagi

untuk perbaikan, baik revisi atas jenis pidanya maupun perbaikan

atas diri terpidanya apabila kemudian ternyata penjatuhan pidana itu

terdapat kekeliruan terhadap orang atau pembuatanya / petindaknya,

maupun kekeliruan atas tindak pidana yang mengakibatkan pidana

mati itu dijatuhkan dan dijalankan atau juga kekeliruan atas

kesalahan terpidana.

Disamping itu, sesungguhnya pembentuk KUHP sendiri telah

memberikan suatu isyarat bahwa pidana mati tidak dengan mudah

dijatuhkan. Menggunakan upaya pidana mati harus dengan sangat

hati-hati, tidak boleh gegabah. Isyarat itu adalah bahwa bagi setiap

kejahatan yang diancam dengan pidana mati, selalu diancamkan juga

pidana alternatifnya, yaitu pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara sementara waktu setinggi-tingginya 20 tahun. Misalnya

Pasal 365 ayat (4) “ Diancam dengan pidana mati atau pidana

penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20

tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan

dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula

oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3.”

2. Pidana penjara

Dalam Pasal 10 KUHP, ada dua jenis pidana hilang

kemerdekaan bergerak, yakni pidana penjara dan pidana kurungan.

Dari sifatnya menghilangkan dan atau membatasi kemerdekaan

bergerak, dalam arti menempatkan terpidana dalam suatu tempat

(Lembaga Pemasyarakatan) dimana terpidana tidak bebas untuk

keluar masuk dan didalamnya wajib untuk tunduk, menaati dan

menjalankan semua peraturan tata tertib yang berlaku, maka kedua

jenis pidana itu tampaknya sama. Akan tetapi, dua jenis pidana itu

sesungguhnya berbeda jauh,

Perbedaan antara pidana penjara dengan pidana kurungan

adalah dalam segala hal pidana kurungan lebih ringan daripada

pidana penjara. Lebih ringannya itu terbukti sebagai berikut.

1) Dari sudut macam/jenis tindak pidana yang diancam dengan

pidana kurungan, tampak bahwa pidana kurungan itu hanya

diancamkan pada tindak pidana yang lebih ringan daripada

tindak pidana yaang diancam pada jenis pelanggaran. Sementara

itu, pidana penjara banyak diancamkan pada jenis kejahatan.

Tindak pidana kejahatan lebih berat daripada tindak pidana

pelanggaran. Sementara itu, pidana pidana penjara banyak

diancamkan pada jenis kejahatan. Tindak pidana kejahatan lebih

berat dari pada tindak pidana pelanggaran.

2) Ancaman maksimum umum dari pidana penjara (yakni 15 tahun)

lebih tinggi dari pada ancaman maksimum umum pidan

kurungan (yakni 1 tahun). Bila dilakukan dalam keadaan yang

memberatkan, pidana kurungan boleh diperberat tetapi tidak

boleh lebih dari 1 tahun 4 Pasal (18 ayat 2) “Jika ada pidana

yang disebabkan karena perbarengan atau pengulangan atau

karena ketentuan Pasal 52, pidana kurungan dapat ditambah

menjadi 1 tahun 4 bulan.” sedangkan untuk pidana penjara bagi

tindak pidana yang dilakukan dalam keadaan yang memberatkan,

misalnya perbarengan dan pengulangan dapat dijatuhi pidana

penjara dengan ditambah sepertiganya, yang karena itu bagi

tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara maksimum

15 tahun dapat menjadi maksimum 20 tahun.

3) Pidana penjara lebih berat dari pada pidana kurungan

(berdasarkan Pasal 69 KUHP) “ Perbandingan beratnya pidana

pokok yang tidak sejenis ditentukan menurut urut – urutan

dalam pasal 10.”

4) Pelaksanaan pidana denda tidak dapat diganti dengan

pelaksanaan pidana penjara. Akan tetapi, pelaksanaan pidana

denda dapat diganti dengan pelaksanaan kurungan disebut

kurungan berganti denda ( Pasal 30 ayat 2 ) “Jika pidana denda

tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan.”

3. Pidana kurungan

Dalam beberapa hal pidana kurungan adalah sama dengan

pidana penjara, yaitu sebagai berikut.

1) Sama, berupa pidana hilang kemerdekaan bergerak.

2) Mengenal maksimum umum, maksimum khusus dan minimum

umum, dan tidak mengenal minimum khusus. Maksimum

umum, pidana penjara 15 tahun yang karena alasan - alasan

tertentu dapat diperpanjang menjadi maksimum 20 tahun, dan

pidana kurungan satu tahun yang dapat diperpanjang maksimum

satu tahun empat bulan. Minimum umum pidana penjara maupun

pidana kurungan sama satu hari. Sementara itu, maksimum

khusus disebutkan pada setiap rumusan tindak pidana tertentu

sendiri - sendiri, yang tidak sama bagi setiap tindak pidana,

bergantung dari pertimbangan berat ringanya tindak pidana yang

bersangkutan.

3) Orang yang dipidana kurungan dan pidana penjara diwajibkan

untuk menjalankan ( bekerja ) pekerjaan tertentu walaupun

narapidana kurungan lebih ringan daripada narapidana penjara.

4) Tempat menjalani pidana penjara sama dengan tempat menjalani

pidana kurungan walaupun ada sedikit perbedaan, yaitu harus

dipisah ( Pasal 28 ) “ Pidana penjara dan pidana kurungan

dapat dilaksanakan disatu tempat asal saja terpisah.”

4. Pidana denda

Pidana denda diancamkan pada banyak jenis pelanggaran

(buku III) baik sebagai alternatif dari pidana kurunagan maupun

berdiri sendiri. Begitu juga terhadap jenis kejahatan - kejahatan

ringan maupun kejahatan culpa, pidana denda sering diancamkan

sebagai alternatif dari pidana kurungan. Sementara itu, bagi

kejahatan - kejahatan selebihnya jarang sekali diancam dengan

pidana denda baik secara alternatif dari pidana penjara maupun

berdiri sendiri.

Ada beberapa keistimewaan tertentu dari pidana denda, jika

dibandingkan dengan jenis - jenis lain dalam kelompok pidana

pokok keistimewaan itu adalah sebagai berikut.

1) Dalam hal pelaksanaan pidana, denda tidak menutup

kemungkinan menutup dilakukan atau dibayar oleh orang lain,

yang dalam hal pelaksanaan pidana lainnya kemungkinan seperti

ini tidak bisa terjadi. Jadi dalam hal ini pelaksanaan pidana

denda dapat melanggar prinsip dasar dari pemidanaan sebagai

akibat yang harus dipikul / diderita oleh pelaku sebagai orang

yang harus bertanggung jawab atas perbuatan ( tindak pidana )

yang dilakukannya.

2) Pelaksanaan pidana denda boleh diganti dengan menjalani

pidana kurungan ( kurungan pengganti denda, Pasal 30 ayat

2 ). “Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana

kurungan.” Dalam putusan hakim yang menjatuhkan pidana

denda, dijatuhkan juga pidana kurungan pengganti denda sebagai

alternatif pelaksanaannya, dalam arti jika denda tidak dibayar

terpidana wajib menjalani pidana kurungan pengganti denda itu.

Dalam hal ini terpidana bebas memilhnnya. Lama pidana

kurungan pengganti denda ini minimal umum satu hari dan

maksimal umum enam bulan.

3) Dalam hal pidana denda tidak terdapat maksimum umumnya,

yang ada hanyalah minimum umum yang menurut ( Pasal 30

ayat 1 ) “ Pidana denda paling sedikit tiga rupiah tujuh puluh

lima sen.” Sementara itu, maksimum khususnya ditentukan pada

masing - masing rumusan tindak pidana yang bersangkutan,

yang dalam hal ini sama dengan jenis lain dari kelompok pidana

pokok.

5. Pidana tutupan (ditambahkan berdasarkan Undang - Undang

No. 20 Tahun 1946).

Pidana tutupan ini ditambahkan kedalam Pasal 10 KUHP

melalui Undang - Undang No. 20 tahun 1946, yang maksudnya

sebagaimana tertuang dalam ( Pasal 2 ayat 1 ) yang menyatakan

bahwa“ Dalam mengadili orang yang melakukan kejahatan, yang

diancam dengan pidana penjara karena terdorong oleh maksud

yang patut dihormati, hakim boleh menjatuhkan pidana tutupan.

Pada ayat dua dinyatakan bahwa pidana tutupan cara melakukan

perbuatan itu atau akibat dari nperbuatan itu adalah sedemikian

rupa sehingga hakim berpendapat bahwa pidana penjara lebih

tepat.”

Pidana tambahan terdiri dari :

1. Pidana pencabutan hak - hak tertentu

Menurut hukum, pencabutan seluruh hak yang dimilki

seseorang yang dapat mengakibatkan kematian perdata (burgelijke daad)

tidak diperkenankan Undang - Undang hanya memberikan kepada negara

wewenang ( melalui alat / lembaga ) melakukan pencabuttan hak tertentu

saja, yang menurut Pasal 35 ayat 1 KUHP, hak - hak yang dapat dicabut

tersebut adalah:

1) Hak memegang jabatan pada umunya atau jabatan yang tertentu;

2) Hak menjalankan jabatan dalam Angkatan Bersenjata / TNI;

3) Hak memilh dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan

aturan - aturan umum;

4) Hak menjadi penasehat hukum atu pengurus atas penetapan

pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau

pengampu pengawas atas orang yang bukan anak sendiri;

5) Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau

pengampuan, atas anak sendiri;

6) Hak menjalankan mata pencaharian tertentu.

2. Pidana perampasan barang - barang tertentu

Perampasan barang sebagai suatu pudana hanya

diperkenankan atas barang - barang tertentu saja, tidak diperkenkan untuk

semua barang. Undang - Undang tidak mengenal perampasan untuk

semua kekayaan.

Ada dua jenis barang yang dapat dirampas melalui putusan

hakim pidana, ( Pasal 39 ), yaitu:

1) Barang - barang yang berasal / diperoleh dari suatu kejahatan (bukan

dari pelanggaran), yang disebut dengan copra delictie, misalnya uang

palsu dari kejahatan pemalsuan uang, surat cek palsu dari kejahatan

pemalsuan surat; dan

2) Barang - barang yang digunakan dalam melakukan kejahatan, yang

disebut dengan instrumenta delictie, misalnya pisau yang digunakan

dalam kejahatan pembunuhan atau penganiyayaan, anak kunci palsu

yang digunakan dalam pencurian, dan lain sebagainya.

Ada tiga prinsip dasar dari pidana perampasan barang tertentu,

ialah:

1.) Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan terhadap dua jenis barang

tersebut dalam ( Pasal 39 ) “ Barang - barang kepunyaan terpidana

yang diperoleh dari kejahatan atau sengaja dipergunakan untuk

melakukan kejahatan, dapat dirampas.”

2.) Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan oleh hakim pada kejahatan

saja, dan tidak pada pelanggaran, kecuali pada beberapa tinadak

pidana pelanggaran, misalnya ( Pasal 502 ) “ Barang siapa

tanpa izin penguasa yang berwenang untuk itu, memburu atau

membawa senjata api kedalam hutan Negara dimana dilarang

untuk itu tanpa izin, di ancam dengan pidana kurungan paling lama

1 bulan atau pidana denda paling banyak tiga ribu rupiah.” Dan (

Pasal 549 ) “ Barang siapa tanpa wenang membiarkan ternaknya

berjalan dikebun, dipadang rumput atau diladang rumput atau

dipadang rumput kering, baik yang di tanah yang telah ditaburi di

tugali atau ditanami atau yang hasilnya belum diambil, ataupun

ditanah kepunyaan orang lain oleh yang berhak dilarang

dimasukidan sudah diberi tanda larangan yang nyata bagi

pelanggar, diancam dengan pidana denda paling banyak tiga ratus

tujuh puluh lima rupiah.” (jenis pelanggaran).

3.) Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan oleh hakim atas barang -

barang milik terpidana saja. Kecuali ada beberapa ketentuan: (a)

yang menyatakan secara tegas terhadap barang yang bukan milik

terpidana (Pasal 250 bis), ” Pemidanaan berdasarkan salah satu

kejahatan yang diterangkan dalam bab ini : maka mata uang palsu,

dipalsu atau dirusak, uang kertas Negara atau Bank yang palsu

atau dipalsukan, bahan – bahan atau benda – benda yang menilik

sifatnya digunakan untuk meniru, memalsu atau mengurangi nilai

mata uang atau uang kertas, sepanjang dipakai untuk atau menjadi

objek dalam melakukan kejahatan, dirampas, juga apabila

barang – barang itu bukan kepunyaan terpidana.” maupun (b)

tidak secara tegas menyebutkan terhadap, baik barang milik

terpidana atau bukan misalnya ( Pasal 275 ayat 1 ), “ Barang siapa

menyimpan bahan atau benda yang diketahuinya bahwa

diperuntukan untuk melakukan salah satu kejahatan dengan pidana

penjara paling lama 9 bulan atau pidana denda paling banyak

empat ribu lima ratus rupiah.”

3. Pidana pengumuman keputusan hakim.

Pidana pengumuman putusan hakim ini hanya dapat

dijatuhkan dalam hal - hal yang telah ditentukan oleh Undang - Undang,

misalnya terdapat dalam ( Pasal 128 ayat 1 ), “ Dalam hal pemidanaan

berdasarkan kejahatan Pasal 104 dapat dipidana pencabutan hak - hak

berdasarkan pasal 35 no 1-5.” ( Pasal 206 ayat 1 ), “Dalam hal

pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan bab ini, yang

bersalah dapat dilarang menjalankan pencariannya ketika melakukan

kejahatan tersebut.” ( Pasal 361 ), “ Jika kejahatan yang diterangkan

dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau

pencarian, maka pidana ditambah dengan pencarian dalam mana

dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya

putusannya diumumkan.”

Setiap putusan hakim memang harus diucapkan dalam

persidangan yang terbuka untuk umum ( Pasal 195 KUHAP ) “ Semua

putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila

diucapkan disidang terbuka untuk umum.” Bila tidak, putusan itu batal

demi hukum. Tetapi pengumuman putusan hakim sebagai suatu pidana

bukanlah seperti yang disebutkan diatas. Pidana pengumuman putusan

hakim ini merupakan suatu publikasi ekstra dari suatu putusan

pemidanaan seseorang dari pengadilan pidana.

Dalam pidana pengumuman putusan hakim ini, hakim bebas

menentukan perihal secara melaksanakan pengumuman itu. Hal tersebut

dapat dilakukan melalui surat kabar, plakat yang ditempelkan pada papan

pengumuman, melalui media radio maupun televisi, yang pembiayaanya

dibebankan pada terpidana.

Maksud dari pengumuman putusan hakim yang demikian ini,

adalah sebagai usaha preventif, mencegah bagi orang - orang tertentu

agar tidak melakukan tindak pidana yang sering dilakukan orang maksud

yang lain adalah memberitahukan kepada masyrakat umum agar berhati -

berhati dalam bergaul dan berhubungan dengan orang - orang yang dapat

disangka tidak jujur sehingga tidak menjadi korban dari kejahatan (tindak

pidana).

2.1.3 Teori Bekerjanya Hukum Pidana

Penegakan hukum merupakan syarat mutlak bagi upaya - upaya penciptaan

Indonesia yang damai dan sejahtera. Apabila hukum ditegakkan, maka kepastian,

rasa aman, tentram, ataupun kehidupan yang rukun akan dapat terwujud.

Penegakan hukum yang mengabaikan keadilan dan nilai yang hendak ditegakkan

oleh hukum akan menjauhkan rasa keadilan masyarakat yang pada gilirannya

akan mempengaruhi citra hukum dan penegakan hukum dimasyarakat.

2.2 Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma - norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku

dalam lalu lintas atau hubungan - hubungan hukum dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara.5 Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum

itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya

penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti

luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap

hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma

aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan

5 Teguh Sulistia .2011.Hukum Pidana.Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.Hlm 33.

hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya

diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan

memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam

memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu

diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

2.2.1 Penegakan Hukum Menurut Para Ahli

penegakan hukum atau yang dalam bahasa populernya disebut dengan

istilah law enforcement, merupakan ujung tombak agar terciptaya tatanan hukum

yang baik dalam masyarakat. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa,

“Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai -nilai yang

terjabarkan didalam kaidah - kaidah yang mantap dan mengejawantahkan dan

sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,

memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup”.6

Menurut Gustav Radbruch hakim dalam menegakkan hukum harus

memperhatikan 3 (tiga) unsur cita hukum yang harus ada secara proporsional

yaitu:

1) Kepastian hukum merupakan perlindungan terhadap tindakan sewenang-

wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang

diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian

hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.

6 Soerjono Soekanto.1983.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta : Rajawali

Press.Hlm 2.

2) Keadilan adalah harapan yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum.

Berdasarkan karakteristiknya, keadilan bersifat subyektif, individualistis dan

tidak menyamaratakan.

3) Kemanfaatan dalam penegakan hukum merupakan hal yang tidak bisa

dilepaskan dalam mengukur keberhasilan penegakan hukum di Indonesia.

Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness). Hukum yang

baik adalah hukum yang memberikan kebahagiaan bagi banyak orang.7

2.2.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Oleh

Penyidik Polri Di Gorontalo Kota

a. Faktor hukum itu sendiri

Dalam kenyataan penegakan hukum, adakalanya terjadinya pertentangan

antara kepastian hukum dan keadilan hukum. Keadilan merupakan suatu

yang abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang

telah ditentukan secara normatif.

b. Faktor penegak hukum

Aparat penegak hukum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

pelaksanaan hukum, tanpa mereka hukum sulit tercapai, meski dengan

keberadaanya hukum hanya dalam posisi mungkin bisa tercapai. Ini bukan

hanya tentang permasalahan ada atau tidaknya penegak hukum, tapi baik atau

tidaknya kualitas penegak hukum akan sangat mempengaruhi kualitas hukum

itu sendiri.

7 Fence Wantu.2011.Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan( Implementasi Dalam Proses

Peradilan Perdata) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Hlm 75.

c. Faktor Indenvendensi Penyidik

Faktor ini sangat berpengaruh terhadap proses penegakan hukum berapa

banyak kasus - kasus yang hasilnya tidak memuaskan dan merugikan pihak -

pihak terpidana diakibatkan oleh tidak indefendennya seorang penyidik.

Dalam faktor ini seorang penyidik berat sebelah diakibatkan oleh hal - hal

yang menciderai kemurnian hukum dimata masyarakat seperti penyuapan,

faktor kekeluargaan, dan gratifikasi atau pemberian hadiah dari terpidana ke

pihak penyidik.

d. Faktor masyarakat atau sumber daya masyarakat

Penegakan hukum yang dilakukan untuk sebuah keadilan dan kedamaian

bagi masyarakat akan menuntut masyarakatnya untuk banyak berpartisipasi.

Kesadaran masyarakat sangatlah penting sehingga ketika masyarakat

menjalankan hukum karna takut, maka hukum akan berlalu begitu saja.

e. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan yang sebenarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat

sengaja dibedakan, oleh karena didalam pembahasannya akan diketengahkan

masalah system nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau

non materiel. Sebagai suatu system (atau sub system dari system system

kmasyarakatan), maka hukum mencakup struktur, substansi dan kebudayaan.

Kelima faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap penegakan hukum.

Mungkin pengaruhnya adalah positif dan mungkin juga negatif. Akan tetapi, diantara

semua faktor tersebut, maka faktor penegak hukum menempati titik sentral. Hal itu

disebabkan, oleh karena Undang – undang disusun oleh penegak hukum,

penerapannya dilaksanakan oleh penegak hukum dan penegak hukum dianggap

sebagai golongan panutan oleh masyarakat luas.

2.2.3 Tinjauan Mengenai Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan hal yang sangat esensial pada suatu Negara

hukum yang mengutamakan berlakunya hukum Negara berdasarkan undang-undang

(state law) guna dapat terwujud tujuan hukum, yaitu keadilan dalam kehidupan

masyarakat dan bernegara. Ini berarti seluruh kegiatan berkenaan dengan upaya

melaksanakan, memelihara, dan mempertahankan hukum positif sehingga hukum

tidak kehilangan makna dan fungsinya sebagai pedoman dalam mematuhi norma -

norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yaitu

perlindungan kepentingan manusia, baik secara perorangan maupun seluruh warga

masyarakat. Penegakan hukum sangat dibutuhkan guna mengingat masih terjadinya

peningkatan pelanggaran hukum dikalangan masyarakat, terutama oleh birokrat

pemerintahan.8

2.3 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana adalah suatu tindakan atau perbuatan yang diancam dengan

pidana oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum dan dilakukan dengan

kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.9 Dengan demikian tindak

pidana adalah suatu tindakan pada tempat waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang

dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, bersifat melawan hukum serta

dengan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang.

8 Teguh Sulistia.2012.Hukum Pidana.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Hlm 197.

9 Erdianto Effendi.2011.Hukum pidana Indonesia.Bandung : Refika Aditama. Hlm 97.

2.3.1 Unsur-unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur tindak pidana adalah sebagai berikut :

- Perbuatan itu harus merupakan perbuatan manusia

- Perbuatan itu harus dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-

undang

- Perbuatan itu bertentangan dengan hukum

- Harus dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan

- Perbuatan itu harus dapat dipersalahkan kepada si pembuat

Dengan demikian unsur-unsur tindak pidana diatas penentuan suatu

perbuatan sebagai tindak pidana atau tidak, sepenuhnya tergantung kepada

perumusan didalam perundang-undangan sebagai konsekuensi asas legalitas yang di

anut oleh hukum pidana Indonesia.

2.3.2 Rumusan Tindak Pidana dalam Undang-undang

Rumusan – rumusan tindak pidana tertentu didalam KUHP dapat diketahui

ada sebelas rumusan tindak pidana yaitu :

- Unsur tingkah laku

- Unsur melawan hukum

- Unsur kesalahan

- Unsur akibat konstitutif

- Unsur keadaan yang menyertai

- Unsur syarat tambahan untuk dapat di tuntut pidana

- Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana

- Unsur syarat tambahan untuk dapat dipidana

- Unsur objek hukum tindak pidana

- Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana

- Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana

Dari sebelas unsur itu di antaranya dua unsur, yakni kesalahan dan melawan

hukum yang termasuk unsur subjektif, sedangkan selebihnya berupa unsur objektif.

2.3.3 Waktu dan Tempat Tindak Pidana

Pada kenyataannya memang ada disebagian tindak pidana, mengenai waktu

dan tempat menjadi unsur yang dicantumkan dalam rumusan. Diluar hal itu, waktu

dan tempat tindak pidana ini menjadi hal yang sangat penting dalam hal praktek

pidana.

Dalam Pasal 143 KUHAP, syarat materil surat dakwaan harus berisi secara

cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan

menyebut waktu dan tempat tindak pidana dilakukan, yang jika syarat tu tidak

dipenuhi maka surat dakwaan itu terancam batal demi hukum (143 ayat 3 KUHAP).

2.4 Pengertian Tawuran

Dalam kamus bahasa Indonesia tawuran dapat diartikan sebagai perkelahian

yang meliputi banyak orang. Secara fisikologi perkelahian yang melibatkan

mahasiswa digolongkan sebagai salah satu bentuk tawuran atau yang disebut dengan

delinquency.

Delinquency berasal dari kata latin “ delinquere “ yang berarti terabaikan,

mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal,

pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, dan lain-lain.10

10

Kartini Kartono.2011.Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja.Jakarta : PT.Raja Grafindo

Persada.Hlm 6.

Tawuran pada dasarnya adalah perkelahian masal antar kedua belah pihak

yang dipicu oleh permasalahan dan kesalahpahaman. Tawuran dapat digolongkan

dalam dua jenis yaitu situasional dan sistematik.

1. Tawuran situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang

mengharuskan mereka untuk berelahi. Situasi itu muncul akiibat adanya

kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.

2. Tawuran sistematik, didalam suatu organisasi tertentu atau geng. Disini

ada aturan atau norrma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti

anggotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan

apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.

2.4.1 Faktor - faktor yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran Mahasiswa

berikut ini adalah factor - faktor yang menyebabkan tawuran mahasiswa,

diantaranya :

a. faktor internal

faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung

melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan

permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar.

Orang - orang yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu

melakukan adaptasi dengan lingkungan. Ketidakstabilan emosi para individu

juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian.

b. Faktor eksternal

faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar indiividu yaitu :

1. Faktor keluarga

Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orang tua

diterapkan. Jika seorang terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam

keluarganya maka setelah ia tumbuh dewasa, maka ia akan terbiasa

melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya.

Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab

kekerasan yang dilakakukan oleh seseorang.

2. Faktor Ekonomi

Biasanya para pelaku tawuran adalah golongan menengah kebawah.

Disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas - pasan bahkan cenderung

kurang, membuat mereka melampiaskan segala ketidakberdayaanya lewat

aksi tawuran. Karena diantara mereka merasa dianggap rendah ekonominya

dan akhirnya ikut tawuran supaya dianggap jagoan.

3. Faktor Lingkungan

Lingkungan sangat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi kejiawaan

seseorang, terutama mengenai pergaulan hidup sehari - hari dan segala

sesuatu yang nampak dalam bentuk kekerasan. Hal ini lambat laun akan

membentuk pribadi seseorang.

2.4.2 Wujud Perilaku Tawuran

Adapun wujud perilaku tawpuran adalah sebagai berikut :

1. Kebut - kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan

membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.

2. Perilaku ugal - ugalan, berandalan ,urakan yang mengacaukan ketentram

an sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energy dan dorongan

primitive yang tidak terkendali serta kesukaan menteror lingkungan.

3. Perkelahian antar gang antar kelompok, antar lembaga pendidikan , antar

suku (tawuran), sehingga kadang - kadang membawa korban jiwa.

4. Kriminalitas berupa perbuatan mengancam, intimidasi, memeras, maling,

mencuri, mencopet, merampas, menjambret, menyerang,merampok,meng

garong, melakukan pembunuhan dengan jalan menyembelih korbannya,

mencekik, meracun, tindak kekerasan,dan pelanggaran lainnya.

2.4.3 Teori - teori yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran

Para sarjana menggolongkan teori yang mempengaruhi terjadinya dilikuensi

adalah sebagai berikut :

1. Teori biologis, yaitu melalui gen yang membawa sifat dalam keturunan atau

melalui kombinasi gen dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu

yang semuanya biasanya memunculkan penyimpangan tingkah laku

seseorang.

2. Teori psikogenis, teori ini menekankan sebab - sebab tingkah laku delinkuen

dari aspek psikologis atau isi kejiwaanya.

3. Teori sosiogenis, disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif,

tekanan kelompok, peranan sosial, status social, atau oleh internalisasi

simbolis yang keliru.

4. Teori subkultur delinkuensi, yaitu bertambah dengan cepat jumlah kejahatan

dan meningkatnya kwalitas kekerasan serta kekejaman yang dilakukan oleh

seseorang yang memiliki subkultur delinkuen.11

2.5 Pengertian Mahasiswa

Menurut kamus bahasa Indonesia mahasiswa adalah orang yang belajar

diperguruan tinggi. Selain itu, mahasiswa adalah merupakan suatu kelompok dalam

masyarakat yang memmperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.

Mahasiswa juga merupakan calon intelekual atau cendekiawan muda dalam suatu

lapisan masyarakat yang seringkali syarat dengan berbagai predikat.12

2.5.1 Pengertian Mahasiswa Secara Yuridis

Secara yuridis mahasiswa dapat diartikan sebagai berikut :

1. Menurut KUHP

Dalam Pasal 45 KUHP, definisi mahasiswa adalah : anak yang sudah

berumur 16 tahun. Itu artinya seorang anak yang mlakukan tindak pidana

ketika sudah berumur 16 tahun keatas sudah dikenai suatu pemidanaan

seperti pada Pasal 47 KUHP.

Pasal 45 KUHP ini tidak menyebutkan kata mahasiswa secara

mendetail, tetapi secara tersirat mahasiswa adalah umur 16 tahun keatas.

11

Kartini Kartono.2011.Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.Hlm

37.

12

A.Prasetyantoko.2001.Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di Indonesia.Jakarta : P.T.Alumni.Hlm

38.

2. Menurut KUHPerdata

Pada Pasal 330 KUHPerdata ayat (1), bahwa batasan antara belum dewasa

dan yang telah dewasa adalah 21 tahun.

Jadi secara tersirat mahasiswa adalah mencakup umur dimana seorang

anak 16 tahun sampai 21 tahun.

3. Menurut peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 mahasiswa adalah :

peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi.

2.5.2 Pengertian Mahasiswa Menurut Para Ahli

Pengertian mahasiswa menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Sarwono

Mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti

pelajaran diperguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun.

2. Suwono

Mahasiswa adalah insan - insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya

dengan perguruan tinggi di didik dan diharapkan menjadi calon - calon

intelektual.

Dari pendapat diatas dijelaskan bahwa mahasiswa adalah status yang

disandang oleh seseorang karna hubungannya dengan perguruan tinggi.

2.6 Pengertian Penyidik

Menurut Pasal 1 ayat 1 KUHP Penyidik adalah pejabat polisi jajaran

Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi

wewenang khusus oleh Undang - Undang untuk melakukan penyidikan.

Sedangkan dalam Pasal 6 ayat 1 ditentukan dua macam badan yang

dibebani wewenang penyidikan adalah pejabat polisi Republik Indonesia

dan pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus

oleh Undang - Undang. Selain dalam ayat 1 Undang - Undang tersebut

dalam ayat 2 ditentukan bahwa syarat kepangkatan Pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia yang berwenang menyidik akan diatur lebih lanjut

dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan peraturan pemerintah yang mengatur lebih lanjut

mengenai kepangkatan penyidik yang memeriksa perkara maka

berdasarkan peraturan pemerintah ( PP No.27 tahun 1983 Pasal 2 ayat 1

ditetapkan pangkat Pejabat Polisi menjadi penyidik yaitu sekurang -

kurangnya letnan dua polisi, sedangkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang

dibebani wewenang penyidikan adalah berpangkat sekurang – kurangnya

pengatur muda tingkat I (Golongan II / b ) atau disamakan dengan itu.

Pengangkatan penyidikan itu sendiri dilakukan oleh instansi

pemerintah yang berbeda. Untuk pejabat polisi Negara diangkat oleh

Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang dapat melimpahkan wewenang

tersebut kepada pejabat polisi lain. Sedangkan Pegawai Sipil diangkat oleh

Mentri Kehakiman atas usul departement yang membawahi pegawai

tersebut.