bab ii kajian teoritis 2.1 hasil belajar -...

26
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hasil Belajar Menurut Dimyati dkk (2006 : 7) belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar mengajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Hamalik (2001:36) belajar merupakan modifikasi atau memperteguh pengetahuan kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar juga bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami, sedangkan hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Menurut pendapat lain juga dikatakan bahwa, orang atau siswa dikatakan belajar bila terjadi perubahan tingkah laku pada dirinya. Perubahan yang mana dapat dilihat berdasarkan pengamatan tertentu, perubahan tingkah laku tersebut dapat berkenaan: (a) Kognitif, penguasaan pengetahuan baru atau penambahan pengetahuan yang telah ada sebelumnya; (b) Afektif, Pengembangan sikap dan minat baru atau penyempurnaan ketrampilan yang telah dimiliki; (c) Psikomotorik, Penguasaan ketrampilan baru atau penyempurnaan ketrampilan yang telah ada dikuasai sebelumnya.

Upload: hoangcong

Post on 17-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dkk (2006 : 7) belajar merupakan tindakan dan perilaku

yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar mengajar. Proses

belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Hamalik (2001:36) belajar merupakan modifikasi atau memperteguh

pengetahuan kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar

merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar juga

bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami,

sedangkan hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan

kelakuan.

Menurut pendapat lain juga dikatakan bahwa, orang atau siswa dikatakan

belajar bila terjadi perubahan tingkah laku pada dirinya. Perubahan yang mana dapat

dilihat berdasarkan pengamatan tertentu, perubahan tingkah laku tersebut dapat

berkenaan: (a) Kognitif, penguasaan pengetahuan baru atau penambahan pengetahuan

yang telah ada sebelumnya; (b) Afektif, Pengembangan sikap dan minat baru atau

penyempurnaan ketrampilan yang telah dimiliki; (c) Psikomotorik, Penguasaan

ketrampilan baru atau penyempurnaan ketrampilan yang telah ada dikuasai

sebelumnya.

Setelah mempelajari beberapa pengertian menurut beberapa teori di atas,

maka jelaslah bahwa belajar merupakan keseluruhan proses perubahan yang

menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh melalui

pengalaman dan latihan secara sadar dalam waktu yang lama.

Hasil Belajar menurut Sudjana (1989 : 2) adalah kegiatan penilaian untuk

mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang

optimal. Dimyati (2006 : 250) hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Sudjana

(1990:22) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

(1) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi

belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

faktor fisik dan psikis; dan (2) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor

lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar

mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Kepuasan

dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa.

Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras

untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai; (2)

Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya

dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia

berusaha sebagaimana mestinya; (3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi

dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk

mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan

mengembangkan kreativitasnya; (4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara

menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau

wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, ketrampilan atau perilaku;

dan (5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan

proses dan usaha belajarnya.

Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Leo sutrisno (2008:25)

mengemukakan “hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa

terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur

dengan berdasarkan jumlah skor dan jawaban benar pada soal yang disusun sesuai

dengan sasaran belajar “. Sementara itu, Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa

hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu

tampak dalam perbuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur”. Nasution (1995 : 25)

mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri individu.

Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi

perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal

cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut: (1) Kepuasan dan

kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa, menambah

keyakinan akan kemampuan dirinya; (2) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi

dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bermanfaat

untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh

informasi dan pengetahuan yang lainya; serta (3) Kemampuan siswa untuk

mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama adalah menilai hasil

yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari

apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu

perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai

pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian,

penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.

Menurut Bloom klarifikasi hasil belajar dapat dibagi atas tiga ranah antara

lain: (1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis

dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat

aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi; (2) Ranah afektif berkenaan

dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi dan internalisasi; dan (3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan

hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotoris yakni gerakan reflex, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan

perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan

eksprensif dan interpretative.

Selain itu juga, menurut Sagala dalam bukunya Asri (2005:33) klarifikasi

hasil belajar secara garis besar dapat dibagi dalam tiga domain yaitu: (1) Domain

kognitif, mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas

enam kemampuan yang herarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling

kompleks yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisys, sintesis dan

penilaian; (2) Domain afektif, mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam

mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi kemauan emosional disusun

secara hirarkis yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai

dan karakterisasi diri; serta (3) Domain psikomotoris, kemampuan-kemampuan

motorik dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari gerakan refleks, kemampuan

perceptual, gerakan dasar, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih dan

komunikasi nondikursif.

Menurut Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: (1)

Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis; (2) Ketrampilan intelektual adalah kecakapan

yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan

konsep dan lambang. Ketrampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep

konkret dan terdevinisi dan prinsip; (3) Strategi kognitif adalah kemampuan

menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memcahkan masalah; (4) Ketrampilan

motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan

koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; serta (5) Sikap adalah

kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap objek

tersebut.

Hasil penillaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil

penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana

proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan

tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar menurut Gagne sebagai berikut:

(1) Perubahan yang terjadi secara sadar, artinya bahwa individu menyadari dan

merasakan telah terjadi adanya perubahan pada dirinya; (2) Perubahan yang terjadi

relatif lama artinya perubahan yang terjadi akibat belajar atau hasil belajar bersifat

menetap atau permanen; serta (3) Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek

tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar adalah meliputi

perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam sikap kebiasaan, keterampilan dan

pengetahuan.

Pengertian-pengertian dari beberapa teori di atas, peneliti dapat menarik

sebuah kesimpulan bahwa perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari

belajar yaitu siswa sudah mampu menyelesaikan tiga ranah yakni kognitif, afektif dan

psikomotor dengan bagus, tiga ranah tersebut dapat dalam bentuk perubahan perilaku

dan pola pikir pelajar yang berlangsung secara terus menerus sampai memperoleh

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap terhadap hal-hal yang dianggap baru dan

bermanfaat sehingganya siswa mampu mengaplikasikan setiap teori yang didapatkan

dalam proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.

2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Menurut Roger, dkk (1992:29-33), pembelajaran kooperatif merupakan

aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa

pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara

kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamanya setiap pembelajar bertanggung

jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan anggota-

anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana

siswa bekerja dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Parker (1994)

mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran di mana

para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan

tugas akademik demi mnecapai tujuan bersama. Davidson (1995) mendefinisikan

pembelajaran kooperatif secara terminologis dengan perbedaannya dengan

pembelajaran koolaboratif. Menurutnya pembelajaran kooperatif merupakan suatu

konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Konsep

ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi

dan perkumpulan manusia. Johnson dan Johnson (1989) menjelaskan secara singkat

kooperatif adalah bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam suasana

kooperatif, setiap anggota sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa

dirasakan oleh semua anggota kelompok.

Dalam konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai

pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut

untuk bekerja saama dan saling meningkatkan pembelajaran dan pembelajaran siswa-

siswa yang lain. Artz dan Newman (1990) mendefinisikan pembelajaran kooperatif

merupakan kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk

mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas atau mencapai suatu tujan

bersama. Dengan demikian pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas

kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan

mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua

anggotanya data bekerja sama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri

dan pembelajaran teman-temannya satu kelompok. Masing-masing anggota

kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-

teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.

Singkatnya pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran

dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam

belajar. Pembelajaran kooperatif pada umumnya melibatkan kelompok yang terdiri

dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan

kelompok dengan ukuran yang berbeda. Konsekuensi positif dari pembelajaran ini

adalah siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka.

Dalam lingkugan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan

melalui kelompoknya, siswa dapat membangun komunitas pembelajaran (learning

community) yang saling membantu antara satu dengan yang lain.

Menurut Suherman, dkk (2003:260), ada beberapa hal yang harus dipenuhi

agar pembelajaran kooperatif data berjalan dengan baik dan siswa bekerja lebih

kooperatif. Hal-hal tersebut antara lain: (1) Para siswa yang tergabung dalam

kelompok harus merasa bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok yang

mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai; (2) Para siswa yang tergabung dalam

kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah

kelompok, dan berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab

bersama oleh seluruh anggota kelompok itu; (3) Untuk mencapai hasil maksimum,

para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara atau berinteraksi

dalam mendiskusikan mengenai masalah yang dihadapi; serta (4) Para siswa yang

tergabung dalam kelompok harus menyadari setiap pekerjaan siswa mempunyai

akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya. Peranan guru dalam pembelajaran

kelompok adalah membentuk kelompok, merencanakan tugas kelompok, memotivasi

memberikan bimbingan pada setiap kelompok dan memberikan evaluasi.

Kooperatif tipe make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu

alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari

teknik yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal

sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya dengan tepat dan

benar diberi point.

Teknik mencari pasangan yang dimaksud adalah siswa mencari pasangan

yang merupakan pasangan antara soal dan jawaban dalam satu kelompok belajar,

setiap siswa dapat berpartisipasi dalam penyelesaian soal dan jawaban secara

bersama-sama. Siswa yang dapat mencocokan soal dan jawaban sebelum batas waktu

diberi poin.

Teknik mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curron dalam bukunya

Huda (1994 :135) yang berpendapat bahwa dalam teknik ini siswa mencari pasangan

sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang

menyenangkan dan technik ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan

tingkatan kelas.

Kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe make a match

adalah: (1) Kelebihan kooperatif make a match antara lain: (a) Dapat memberi

kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan

menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain: hal mana mereka

telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama; (b)

Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta

kebutuhannya belajar; (c) Melatih siswa teliti dalam mencocokan jawaban dan soal;

(d) Melatih ketepatan serta kecepatan siswa dalam berpikir; dan (e) Melatih

kecermatan siswa. (2) Kelemahan kooperatif make a match antara lain: (a) Menuntut

pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda

pula; (b) Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan

siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.

Miftahul (2011:135) Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe

make a match adalah sebagai berikut: (1) Guru membagi siswa dalam beberapa

kelompok; (2) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang

mungkin cocok untuk sesi review yang satunya kartu soal dan bagian yang lain kartu

jawaban; (3) Setiap siswa mendapatkan satu kartu; (4) Setiap siswa mencari pasangan

yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya; (5) Setiap siswa yang dapat

mencocokan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan diberi poin; (6) Setiap

siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu

yang cocok; (7) Kesimpulan; dan (8) Penutup.

Berikut ini merupakan hasil pengembangan peneliti mengenai langkah-

langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebagai berikut: (1) Guru

membagi siswa dalam empat kelompok; (2) Guru menyiapkan beberapa kartu sesuai

dengan jumlah siswa, yang berisi mengenai materi hidrosfer yang satunya kartu

pernyataan dan yang lainnya kartu jawaban; (3) Kemudian guru membagikan kartu

tersebut dan masing-masing siswa mendapatkan satu buah kartu; (4) Setiap siswa

diminta untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya; (5) Siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu yang

ditentukan akan diberi point dan siswa yang tidak dapat mencocokan kartunya akan

diberi hukuman sesuai dengan kesepakatan bersama; (6) Setiap siswa juga bisa

bergabung dengan siswa lain yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya; (7)

Siswa diminta untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama; dan

(8) Penutup.

2.3 Metode Diskusi

Metode berasal dari bahasa Inggris “method” yang artinya cara. Dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia metode ialah “cara yang telah teratur dan terpikir baik

untuk mencapai suatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya)”. Metode

merupakan cara melakukan, menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi

latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian lain

mengatakan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis dalam menyampaikan

pengetahuan dan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Menurut Trianto (2009:121) diskusi merupakan interaksi antara siswa dan

siswa atau siswa dan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau

memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.

Arends (1997), mendefinisikan diskusi sebagai komunikasi seseorang

berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Sedangkan

menurut Suryosubroto (1997), diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa

yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu

masalah atau bersama-sama mencarai pemecahan mendapatkan jawaban dan

kebenaran atas suatu masalah.

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan

bahawa metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan

memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara

rasional dan objektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku

anak dalam belajar. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa

dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara

rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.

Setiap jenis pembelajaran mempunyai ciri tersendiri dan mempunyai

kelebihan dan kelemahan. Demikian juga dengan pembelajaran metode diskusi, yaitu

: (1) Kelebihan metode diskusi antara lain : (a) Diskusi melibatkan semua siswa

secara langsung dalam KBM; (b) Dikusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan

cara berpikir dan sikap ilmiah; (c) Dengan mengajukan dan mempertahankan

pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan memperoleh kepercayaan

akan kemampuan diri sendiri; dan (d) Diskusi dapat menunjang usaha-usaha

pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa. (2) Kelemahan metode

diskusi antara lain: (a) Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai

bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisispasi angota-

anggotanya; (b) Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa

yang menonjol; (c) Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak; (d)

Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran

mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah; serta (e) Jumlah siswa

yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk

mengemukakan pendapatnya.

Langkah-langkah pembelajaran dalam metode diskusi yaitu sebagai berikut

:(1) Pemilihan topik yang akan didiskusikan; (2) Di bentuk kelompok-kelompok

diskusi; dan (3) Para siswa melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing.

Berikut ini merupakan hasil pengembangan peneliti mengenai langkah-

langkah metode diskusi sebagai berikut: (1) Pemilihan topik yang akan didiskusikan;

(2) Guru membagi siswa dalam dua kelompok sesuai dengan banyaknya materi yang

akan didiskusikan; (3) Memberikan sedikit waktu kepada masing-masing kelompok

untuk mempelajari materinya; (4) Setelah waktu yang diberikan selesai, guru

meminta kelompok pertama memaparkan hasil diskusinya di depan kelas dan

kelompok lain diminta untuk mendengarkan dan menanggapi; (5) Setelah kelompok

yang satu selesai dilanjutkan dengan kelompok lain dan seterusnya; (6)

Menyimpulkan materi; dan (7) Penutup.

2.4 Materi Hidrosfer

2.4.1 Siklus Hidrologi

Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan.

Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat.

Hidrosfer juga dapat diartikan sebagai wilayah perairan yang mengelilingi bumi.

Gambar 1. Proses terjadinya siklus hidrologi

Hidrosfer merupakan lapisan air yang menutupi sekitar 71 % muka bumi.

Air di alam terbagi menjadi tiga, sebagai berikut :

a. Air di permukaan bumi, meliputi laut, sungai, danau, rawa, salju, es, dan

gletser.

b. Air di udara, meliputi uap air, kabut, dan berbagai macam awan.

c. Air di dalam tanah, meliputi air tanah, air kapiler, geiser, dan artois.

(Danang Endarto, 2009 : 159)

2.4.2 Jenis-Jenis siklus hidrologi

Berdasarkan lama perputaran air, siklus hidrologi dapat dibedakan menjadi

tiga yaitu :

a. Siklus pendek, air laut mengalami evaporasi (penguapan) karena adanya

panas dari sinar matahari. Uap air air dari evaporasi naik ke atas sampai pada

ketinggian tertentu dan mengalami kondensasi sehingga terbentuk awan.

Awan semakin lama semakin besar, turunlah hujan di atas laut.

b. Siklus sedang, air laut mengalami evaporasi ke atmotsfer karena panas sinar

matahari. Angin yang bertiup membawa uap air laut ke arah daratan. Pada

ketinggian tertentu, uapa air yang berasal dari evaporasi laut, sungai dan

danau terkumpul makin banyak di udara. Pada saat tertentu uapa air menjadi

jenuh dan mengalami kondensasi kemudian menjadi hujan. Air hujan yang

jatuh didaratan selanjutnya mengalir ke parit, selokan, sungai, danau dan

menuju laut lagi.

c. Siklus panjang, panas sinar matahari menyebabkan evaporasi air laut. Angin

membawa uap air ke arah daratan bergabung dengan uap air yang berasal dari

danau, sungai dan tubuh peraiaran lainnya serta uapa air hasil transpirasi dari

tumbuhan. Uap air berubah menjadi awan dan turun sebagai hujan. Air hujan

yang jatuh, sebagaian meresap ke dalam tanah (infiltrasi) menjadi air tanah,

baik yang berupa air tanah dangkal atau air tanah dalam. Sebagian lagi diserap

oleh tumbuhan serta sebagian lagi mengalir ke permukaan tanah menuju parit

dll.

2.4.3. Komponen Siklus Hidrologi

Komponen utama siklus hidrologi ada lima yaitu sebagai berikut :

a. Evaporasi.

Evaporasi adalah proses penguapan dari tubuh-tubuh perairan. Air di

permukaan bumi, baik di daratan mauun di laut dipanasi oleh sinr matahari. Air

berubah menjadi uap air yang tidak terlihat di atmotsfer. Uap air juga dikeluarkan

dari daun-daun tanaman melalui sebuah proses yang dinamakan dengan transpirasi.

Penguapan dari daratan, danau, sungai lahan yang basah, dan danau tanaman disebut

evapotranspirasi.

b. Kondensasi

Kondensasi adalah proses pembentukan titik-titik air di awan. Uap air naik ke

lapisan atmotsfer yang lebih tinggi akan mengalami pendinginan. Melalui proses

kondensasi uap air berubah menjadi embun, titik-titik air, salju dan es. Kumpulan

embun, titik air, salju dan es merupakan bahan pembentuk kabut dan awan.

c. Presipitasi.

Presipitasi adalah titik air yang turun menjadi hujan. Ketika titik-titik air, salju

dan es ukurannya semakin besar dan menjadi berat, mereka akan menjadi hujan.

Presipitasi pada pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail) berasal dari

kumpulan awan.

d. Infiltrasi dan perkolasi.

Infiltrasi adalah meresapnya air di dalam tanah. Air hujan yang jatuh ke

permukaan bumi khususnya daratan, kemudian meresap ke dalam tanah yang disebut

infiltrasi. Air tersebut selanjutnya mengalir melalui celah-celah dan pori-pori tanah

dan batuan yang disebut dengan perkolasi. Air tersebut mengalir hingga mencapai

muka air tanah (water table) yang kemudian menjadi air bawah tanah.

e. Surface Run Off (aliran permukaan).

Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertical

atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali

system air permukaan. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang

(danau, waduk, rawa) dan sebagian air bawah permukaan, akan terkumpul dan

mengalir, membentuk sunai dan berakhir ke laut.

2.4.4. Perairan Darat

Perairan darat adalah semua bentuk air yang terdapat di daratan. Air dapat

berupa benda cair atau benda padat (es dan salju), sedangkan yang banyak di

manfaatkan oleh manusia berwujud cair yaitu berupa air, baik air permukaan dll.

1. Sungai

Menurut Danang Endarto dkk (2009 : 161) sungai adalah air tawar dari

sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau sungai yang lebih besar. Arus

air di bagian hulu sungai (umumnya terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih

deras dibandingkan dengan arus sungai di bagian hilir.

Gambar 2. Aliran sungai Antesedden

http://geografisic.blogspot.com/2009/01/macam-sungai.html

a. Jenis-jenis sungai

Menurut Danang Endarto dkk (2009:162) sungai dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis. Pembsedaan ini antara lain, berdasarkan struktur lapisan batuan yang

dilalui, sungai dibedakan Berdasarkan struktur lapisan batuan yang dilalui yaitu

sebagai berikut :

1. Sungai anteseden, yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu

mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. Jadi, setiap terjadi

pengangkatan, lapisan batuan, air sungai yang mengikisnya sehingga

alirannya bertahan seperti semula. Contohnya kali madiun di jawa timur.

2. Sungai epigenesa, yaitu sungai yang terus-menerus mengikis batuan yang

dilaluinya sehingga dapat mencapai daerah batuan induk. Misalkan sungai

Colorado mengikis batuan selama jutaan mencapai batuan induk.

Menurut Danang dkk (2009 : 144) berdasarkan pola alirannya sungai dapat

dibedakan sebagai berikut :

a) Pola dendritik ialah pola aliran sungai yang anak-anak sungainya bermuara

pada sungai induk secara tidak teratur. Pola aliran ini terdapat di daerah yang

batuannya homogen dan lerengnya tidak begitu terjal.

b) Pola trellis ialah suatu pola aliran sungai yang sungai-sungai induknya hampir

sejajar dan anak-anak sungainya. Anak-anak sungai ini hampir membentuk

sudut 90° dengan sungai induknya.

c) Pola rectangular ialah suatu pola aliran sungai yang terdapat di daerah yang

berstruktur patahan. Pola aliran air membentuk sudut siku-siku.

d) Pola radial sentrifugal ialah suatu pola aliran sungai yang arahnya menyebar.

Pola aliran ini terdapat di kerucut gunung berapi atau dome yang berstadium

muda, pola alirannya menuruni lereng-lereng pegunungan.

e) Pola radial sentripetal ialah pola aliran sungai yang arah alirannya menuju ke

pusat. Pola aliran ini terdapat di daerah-daerah cekungan.

f) Pola paralel ialah pola aliran sungai yang arah alirannya hampir sejajar antara

sungai yang satu dengan sungai yang lain. Pola aliran ini terdapat di daerah

perbukitan dengan lereng yang terjal membentuk sudut lancip.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

b. Meander

Meander adalah aliran sungai yang membelok-belok secara teratur dengan

arah pembelokkan kurang lebih dari 1800. Meander terbentuk di bagian tengah dan

hilir sungai. Meander terbentuk karena adanya erosi. Erosi ke samping menyebabkan

lembah bertambah lebar dan membentuk kelokkan-kelokkan.

2. Rawa

Gambar 3. Beberapa contoh Pola aliran sungai: (a) Pola Rektangular, (b) Pola Dendritik,

(c) Pola Radial Sentripugal, (d) Pola Paralel (e) Pola Trellis, dan (f)Pola Radial Sentripental

Menurut danang endarto (2009:172) rawa merupakan tanah basah yang

sering digenangi air karena letaknya yang relatif rendah. Daerah rawa sering

ditumbuhi banyak tanaman yang akarnya tahan terendam air.

Gambar 4. Sala satu jenis rawa swamp

http://smartgeosmanida.blogspot.com/2012/04/perairan-darat.html

Rawa dapat dibedakan menjadi empat jenis berdarkan keadaan air dan

tumbuhan yang hidup yaitu

a) Swamp adalah lahan basah yang selalu digenangi air dengan jenis tumbuhan

yang hidup seperti lumut, rumput-rumputan, semak-semak dan tumbuhan

jenis pohon.

b) Marsh seperti swamp, tetapi tumbuhannya didominasi oleh jenis lumut-

lumutan, rumput-rumputan dan alang-alang.

c) Bog adalah lahan basah yang permukaan tanahnya relatif kering sedangkan

tanah bersifat basah dan jenuh air.

d) Rawa pasang surut adalah rawa yang sumber airnya berasal dari pasang surut

air laut.

3. Danau

Menurut Danang Endarto (2009:169) danau adalah cekungan yang merupakan

genangan air yang sangat luas di daratan

Gambar 5. Danau yang terbentuk karena peristiwa

techtonik dan vulkanik

http://arisudev.wordpress.com/2011/12/17/berbagai-jenis-danau/

Menurut Danang Endarto (2009:170) danau dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis yaitu dapat dilihat seperti di bawah ini:

a. Danau techtonik

Danau tektonik terbentuk dari proses perubahan bentuk (deformasi) kulit

bumi, misalkan lipatan, patahan, dan gerakan kulit bumi sehingga menjadi

penurunan. Contohnya danau singkarak, danau kerinci danau poso dan danau towili.

b. Danau vulkanik

Danau vulkanik terbentuk dari hasil kegiatan gunung api, kawah atau

kepundan gunung api yang masih aktif ataupun yang sudah mati apabila terisi air

membentk danau. Contohnya danau telaga.

c. Danau tektovulkanik

Danau tehtovulkanik merupakan jenis danau yang terbentuk akibat dari

gabungan tektonik dan vulkanik. Pada saat terjadi erupsi guinung api, sebagian badan

gunung api patah dan merosot menutup lubang kepunda. Contohnya danau toba.

d. Danau karts

Danau karts terbentuk dari pelarutan batuan kapur air hujan di daerah kapur.

Pelarutan kapur tersebut menghasilkan suatu bentuk cekungan. Apabila cekungan ini

terisi air hujan, terbentuk danau yang disebut dengan dolina.

e. Danau erosi

Danau erosi terbentuk dari pengikisan dasr lembab oleh gletser (massa es

yang besar) pada musim panas atau musim gugur, gletser yang mencair mengisi

cekungan sehingga membentuk danau. Contohnya danau great di New York.

f. Danau tapal kuda

Danau tapal kuda terbentuk dari materal hasi erosi yang terendapkan pada

waktu kecepatan aliran sungai menurun. Pengendapan ini menutup aliran sungai pada

meander sehingga meander sungai terpisah dengan aliran sungai yang baru. Meander

sungai yang terpisah dan terisi air membentuk suatu danau tapal kuda (oxbow lake)

atau kali mati. Contohnya danau tapal kuda di daerah muara sungai di kalimantan.

g. Danau bendungan/buatan

Danau yang terbentuk dari pembendungan aliran sungai. Pembendungan

sungai terjadi karena dua seba, yaitu karena longsoran (proses alami) dan

direncanakan (bersifat buatan manusia). Waduk merupakan bentuk danau bendungan

yang direncanakan untuk tujuan tertentu.

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan

Riska Arianti tahun 2010 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make a Match Pada Mata Pelajaran Matematika” Suatu penelitian di

kelas VII SMPN 1 Porong.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut :

(a) Materi yang digunakan berbeda yakni pada penelitian ini menggunakan

materi hidrosfer dan pada penelitian sebelumnya menggunakan mata

pelajaran matematika pada materi Aritmetika Social.

(b) Pendekatan dan jenis penelitian sebelumya menggunakan pendekatan

kualitatif dan jenis penelitian bersifat deskriptif, sedangkan pada

penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitan

bersifat eksperimen.

(c) Pengumpulan data pada penelitian sebelumnya menggunakan lembar

observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa, angket

digunakan untuk mengetahui respon siswa dan tes yang digunakan untuk

mengetahui ketuntasan belajar siswa dan analisis datanya menggunakan

teknik kualitatif untuk aktivitas, respon dan ketuntasan belajar siswa.

Sedangkan pada penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan uji

validitas dan realibilitas tes hasil belajar siswa dan analisis data dalam

penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan yakni uji normalitas

data, uji homogenitas varians dan uji hipotesis.

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini juga yaitu Setriana Dewi

tahun 2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match Pada Pembelajaran Biologi Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar” Suatu penelitian di kelas VII SMPN 18 Kota Bengkulu. Dari hasil pengujian

hipotesis dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match (mencari pasangan) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa

kelas VII SMP Negeri 18 Kota Bengkulu.

Penelitian lain yang menunjukan pembelajaran kooperatif tipe make a match

yaitu Yessi Afriani Utama tahun 2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make a Match Dengan Metode Demonstrasi Pada Konsep Kalor

Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa” Suatu penelitian di kelas X MAN

Model Kota Bengkulu (Classroom Action Research). Dari hasil pengujian hipotesis

dapat disimpulkan bahwa bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make

a Match (mencari pasangan) dengan metode demonstrasi pada konsep kalor dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Perbedaan penelitian ini dengan ke dua penelitian sebelumnya di atas yaitu

sebagai berikut :

(a) Tujuan penelitian sebelumya yaitu ingin melihat peningkatan aktivitas

guru dan siswa sedangkan pada penelitian ini ingin melihat perbedaan

hasil belajar siswa pada kedua kelas yang diberikan perlakuan yang

berbeda.

(b) Perbedaan yang sangat menonjol yaitu pada penelitian sebelumnya

merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), sedangkan pada penelitian ini

merupakan penelitian eksperimen.

(c) Materi yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu materi biologi

dan konsep kalor, sedangkan pada penelitian ini menggunakan materi

hidrosfer.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match dengan kelas yang tidak menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe make a match.