bab ii kajian teori peran home industri dalam …
TRANSCRIPT
25
BAB II
KAJIAN TEORI
PERAN HOME INDUSTRI DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT
A. Pengertian Peran Home Industri
1. Definisi Peran
Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti
pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, seperangkat
tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat.1 Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka ia menjalankan suatu peranan.2
Istilah peran sering dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang
atau “peran” dikaitkan dengan apa yang dimainkan oleh seorang aktor dalam
suatu drama. Kata ”peran” atau role dalam bahasa inggris diambil dari
dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang aktor diberi peran yang
harus dimainkan sesuai dengan plotnya, dengan alur ceritanya dan dengan
lakonnya. Dikaitkan dengan perilaku individu dalam kesehariannya hidup
bermasyarakat berhubungan erat dengan peran. Karena peran mengandung hal
dan kewajiban yang harus dijalani seorang individu dalam masyarakat, sebuah
peran juga harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku juga di
masyarakat.3
Peran yang dijelaskan dalam status, kedudukan dan peran dalam
masyarakat dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan
historis. Menurut penjelasan historis, konsep peran semula dipinjam dari
kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup
subur pada zaman yunani kuno. Dalamhal ini, peran berarti karakter yang
disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
cet.II,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 667. 2 Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Peprsada,
2002), 243. 3 Gita Rosalita Armelia dan Anita Damayantie, Jurnal Sociologie Vol 1, Peran PTPN
VII dalam Pemberdayaan Home Industri Keripik Pisang. 337-338
26
lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial, suatu fungsi yang
dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, sesorang dapat
memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.
Seorang individu akan terlihat status sosialnya dapat dilihat dari
peranan yang dijalankan dalam kesehariannya. Peran atau peranan, berarti
sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama.4
”peran juga merupakan suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu
yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peran meliputi norma-norma
yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat,
peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan”.5
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa peran
merupakan sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau
sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan
tertentu.
2. Definisi Home Industri
Home industri adalah suatu unit usaha atau perusahaan dalam skala
kecil yang bergerak dalam bidang industri tertentu. Home berarti rumah,
tempat tinggal ataupun kampung halaman. Sedang industri, dapat diartikan
sebagai kerajinan, usaha produk barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya,
home industry (atau biasanya ditulis/dieja dengan “Home Industri”) adalah
rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai
perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah.6
Pengertian usaha kecil juga secara jelas tercantum dalam UU No. 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecik Menengah, yang menyebutkan bahwa
usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta
(tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dengan hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp 1 Milyar. Kriteria lainnya dalam UU No. 20 Tahun
2008 adalah Milik Warga Negara Indonesia, berdiri sendiri, berdiri sendiri,
4 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV Rajawali, 1996), 38.
5 Gita Rosalita Armelia dan Anita Damayantie, 338.
6 Gita Rosalita Armelia dan Anita Damayantie, Jurnal Sociologie Vol 1, Peran PTPN
VII dalam Pemberdayaan Home Industri Keripik Pisang. 339.
27
berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar
dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak.
Jika terdaftar pada Dinas Perdagangan Kabupaten/kota, permohonan izin ke
pemerintah untuk menjalankan usaha, home industri termasuk dalam kategori
peraturan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Putih, yaitu perusahaan kecil
yang dengan kekayaan kurang dari 200 juta.7
Pengertian lain, industri rumah tangga merupakan usaha yang tidak
berbentuk badan hukum dan dilaksanakan oleh seseorang atau beberapa orang
anggota rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja sebanyak empat orang
atau kurang, dengan kegiatan mengubah bahan dasar menjadi barang jadi atau
setengah jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi yang lebih tinggi nilainya
dengan tujuan untuk dijual atau ditukar dengan barang lain dan ada satu orang
anggota keluarga yang menanggung resiko.8
Home industri juga dapat berarti industri rumah tangga karena
termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga. Pada umumnya
memusatkan kegiatan di sebuah rumah keluarga tertentu dan para
karyawannya berdomisili di tempat yang tidak jauh dari rumah produksi
tersebut. Secara geografis dan psikologis hubungan mereka sangat dekat
(pemilik usaha dan karyawan) sehingga memungkinkan kemudahan dalam
menjalin komuniksi.9 Pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis rumah ini adalah
keluarga itu sendiri ataupun salah satu dari anggota keluarga yang berdomisili
di tempat tinggalnya itu dengan mengajak beberapa orang disekitarnya sebagai
karyawan. Kegiatan ekonomi ini secara tidak langsung memberdayakan
masyarakat disekitarnya dengan memberikan lapangan pekerjaan untuk sanak
saudara ataupun tetangga sekitarnya. Dengan begitu, home industri ini
otomatis dapat membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi
pengangguran.
7 Abrianto, “Pertanggung Jawaban terhadap Produk Industri Rumah Tangga (Home
Industri) Tanpa Izin Dinas Kesehatan” (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Hasanudin
Makassar, 2012), 37. 8 Suratiyah, Industri Kecil dan Rumah Tangga (Pengertian, Definisi, dan
Contohnya), UGM, (Yogyakarta: 1991), 49. 9 Maninggar Praditya, “Analisis Usaha Industri Gula Jawa Skala Rumah Tangga di
Kabupaten Wonogiri” (Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2010), 28.
28
Industri kecil dalam formatnya bisa disertai dengan home industri atau
cottage industry karena kegiatannya dilakukan secara bersahaja, dan pada
umumnya masih menggunakan cara-cara tradisional. Dengan kata lain,
pengelolaan organisasi atau manajemen yang diterapkannya masih sederhana
dan dilakukan dengan kekeluargaan. Sedangkan kegiatan tersebut terpusat di
rumah tangga atau dalam suatu wilayah di tempat kediamannya sendiri yang
dilakukan secara musiman, pesanan terbatas (lokal), dan sebagian kecil secara
kontinyu terjangkau pemasarannya dans sebagian kecil di ekspor.10
Industri kecil juga merupakan kegiatan industri yang dikerjakan di
rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri
dan masyarakat sekitar rumah tempah tempat prooduksi yang tidak terikat jam
kerja dan tempat. Industri kecil juga dapat diartikan usaha produktif di luar
usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama maupun sebagai
sampingan.11
Dalam UU No. 9 Tahun 1995 yang digunakan oleh Departemen
Koperasi menetapkan kriteria usaha kecil sebagai usaha yang memiliki
kekayaan bersih maksimum Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan dan
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar. Tentang usaha
kecil lebih lanjut UU No. 9 di dalamnya juga menjelaskan tentang pengertian
industri kecil “industri kecil adalah industri yang memiliki kekayaan bersih
maksimal Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Hasil
penjualan tahunan kurang lebih Rp 4 Milyar. Usaha sendiri, bukan anak
perusahaan dari bentuk usaha perseorangan. Usaha kecil merupakan usaha
formal oleh induvidu seperti usaha rumah tangga, pedagang kecil, kaki lima
maupun asongan.12
Depeperindag (Departemen perindustrian dan Perdagangan) tahun
1999, industri kecil merupakan kegiatan usaha industri yang memiliki
10
Sartini pawe,”peranan industri rumah tangga dalam peningkatan pendapatan
masyarakat di desa Roworena kecamatan Ende selatan kabupaten Ende” (Skripsi, Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang, 2007), 12. 11
T. Tambunan, Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia (Jakarta: Mutiara
Sumber Wijaya, 1999), 76. 12
Sartini pawe, ”peranan industri rumah tangga dalam peningkatan pendapatan
masyarakat di desa Roworena kecamatan Ende selatan kabupaten Ende” (Skripsi, Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang, 2007), 13.
29
investasi sampai Rp. 2.000.000.000,- tidak termasuk bangunan dan tempat
usaha. Biro Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan industri kecil dengan batasan
jumlah karyawan atau tenaga kerja dalam mengklasifikasi skala industri yang
dapat dikelompokan dalam beberapa kelompok. (a) perusahan atau home
industri mempekerjakan kurang dari tiga orang. (b) perusahaan atau industri
pengolahan termasuk jasa industri pengolahan yang mempunyai pekerja 1
sampai 19 orang termasuk pengusaha, baik perusahaan atau usaha
yangberbdan hukum atau tidak. (c) perusahaan atau industri kecil jika
mempekerjakan antara 5 sampai 19 orang. (d) perusahaan atau industri
sedang, mempekerjakan 20 sampai 99 orang. (e) perusahaan atau industri
besar mempekerjakan 100 orang atau lebih. Menurut Bank Indonesia, industri
kecil yakni industri yang assetnya (tidak termasuk tanah dan bangunan)
bernilai kurang dari Rp 600 juta.
Disamping itu, Departemen Perindustrian dan Perdagangan
(Deperindag) membedakan kategori industri kecil sebagai berikut :13
a. Industri kecil modern
Yang termasuk ke dalam Industri kecil modern adalah yang
menggunakan teknologi proses madya (intermediate process
technologies), menggunakan skala produksi terbatas, tergantung pada
dukungan litbang dan usaha-usaha perekayasa (industri besar), dilibatkan
dalam sistem produksi industri besar dan menengah dan dengan sistem
pemasaran domestik dan ekspor, dan menggunakan mesin khusus alat
perlengkapan modal lainnya. Dengan kata lain, industri kecil modern
mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran yang relatif telah
berkembang dengan baik di pasar domestik atau pasar ekspor.
b. Industri kecil tradisional
Industri ini mempunyai ciri-ciri : teknologi proses yang digunakan
secara sederhana, mesin yang digunakan dan alat perlengkapan modal
relatif lebih sederhana, lokasi di daerah pedesaan, dan akses untuk
menjangkau pasar di luar lingkungan terbatas.
13
Lisnawati Iryadini, “Analisis Faktor Produksi Industri Kecil Kerupuk Kabupaten
Kendal” (Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2010), 14.
30
c. Industri kerajinan kecil
Industri kerajinan kecil meliputi berbagai industri kecil yang
beragam, mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi sederhana
sampai industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya bahkan
teknologi maju. Selain potensinya untuk menyediakan lapangan pekerjaan
dan kesempatan untuk memperoleh pendapatan bagi kelompok-kelompok
berpendapatan rendah, industri kerajinan kecil juga didorong atas landasan
budaya yakni mengingat peranan pentingnya dalam pelestarian warisan
budaya Indonesia.
3. Jenis-jenis Home Industri
Ada beberapa bentuk dan jenis home industri yang dikenal oleh
masyarakat, seperti :14
a. Home industri bidang kosmetik (alat-alat kecantikan) contoh : face
lotion (lotion muka), skin tonic lotion, cleansing cream, bedak powder,
minyak rambut kental, minyak rambut hair cream, dll
b. Home industri bidang kebutuhan sehari-hari, contoh : sabun mandi,
sabun cuci batangan, sabun cuci deterjen, pasta gigi, dll.
c. Home industri bidang obat-obatan ringan, contohnya seperti : minyak
angin, obat gosok, obat kutu busuk, obat nyamuk, dll.
d. Home industri bidang makanan, contoh : keripik ubi, keripik pisang,
emping, dll.
e. Home industri bidang minuman, contoh : soda, jus buah, minuman
isntan, dll.
4. Manfaat Home Industri
Beberapa manfaat dan keutamaan nyata yang dapat diperoleh dari
pertumbuhan industri rumah tangga atau home industri secara khusus untuk
tingkat kesejahteraan masyarakat adalaha sebagai berikut: 15
a. Pembukaan lapangan kerja baru
b. Pembentuk dan pemguat jaringan sosial budaya dan ekonomi lokal
14
Abrianto, “Pertanggung Jawaban terhadap Produk Industri Rumah Tangga
(Home Industri) Tanpa Izin Dinas Kesehatan” 38. 15
Gita Rosalita Armelia dan Anita Damayantie, Jurnal Sociologie Vol 1, Peran
PTPN VII dalam Pemberdayaan Home Industri Keripik Pisang. 39-40
31
c. Pendorong percepatan siklus finansial
d. Memperpendek kesenjangan sosial masyarakat
e. Mengurangi tingkat kriminalitas
f. Alat penganekaragaman sumber daya alam dan manusia.
Keberadaan home industri tentunya akan memberikan pengaruh dan
membawa suatu perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, baik
yang berskala besar, sedang, maupun kecil. Perubahan tersebut bersifat
holistik bagi kehidupan. Adanya industri di suatu daerah biasanya akan
meningkatkan volume perdagangan, peningkatan kegiatan pembangunan,
peningkatan volume dan frekuensi lalu lintas uang dan barang-barang dari
daerah tersebut, ataupun penambahan jumlah uang yang beredar. Selain itu
akan terlihat pula peningkatan kegiatan usaha pemberian jasa (bank,
transportasi).
Home industri tetap mempunyai kedudukan yang penting dalam sektor
perekonomian, selain dari segi ekonomi peran home industri juga memberi
manfaat dari segi sosial yang sangat berperan aktif dalam perekonomian.
Manfaat tersebut yaitu :16
a. Home industri dapat menciptakan peluang usaha yang luas namun
dengan pembiayaan yang relatif murah.
b. Home industri turut mengambil peranan dalam peningkatan dan
mobilisasi tabungan domestik.
c. Home industri mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri
besar dan sedang.
Home industri dianggap sebagai kegiatan ekonomi yang tepat dalam
pembangunan di negara yang sedang berkembang, karena :17
a. Home industri mendorong munculnya kewirausahaan domestik
sekaligus menghemat sumber daya negara.
16
Maninggar Praditya, “Analisis Usaha Industri Gula Jawa Skala Rumah Tangga Di
Kabupaten Wonogiri” (Skripsi: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2010), 28. 17
Harimurti Subanar, Manajemen Usaha Kecil, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
UGM, 2001), 20-22
32
b. Home industri menggunakan teknologi padat karya, sehingga dapat
menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dibandingkan yang
disediakan oleh perusahaan berskala besar .
c. Home industri dapat didirikan, dioperasikan dan memberi hasil dengan
cepat.
d. Pengembangan home industri dapat mendorong proses desentralisasi
inter regional dan intra regional, karena usaha kecil home industri
dapat berlokasi di kota-kota kecil dan pedesaan.
e. Home industri memungkinkan tercapainya obyektif ekonomi sosial
politik.
Terdapat beberapa alasan kuat yang mendasari pentingnya keberadaan
home industri dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, antara lain :18
a. Sebagian besar lokasi home industri berlokasi di daerah pedesaan,
sehingga apabila dikaitkan dengan kenyaataan bahwa lahan pertanian
yang semakin berkurang, maka home industri di pedesaan dapat
menyerap tenaga kerja sehingga mampu memberikan daya atau
memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi di pedesaan.
b. Kegiatan home industri menggunakan bahan baku dari sumber-sumber
di lingkungan terdekat yang menyebabkan biaya produksi dapat
ditekan rendah.
c. Dengan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah serta harga
produk home industri yang murah akan memberikan agar tetap bisa
bertahan.
d. Tetap adanya permintaan terhadap produk yang tidak diproduksi
secara besar-besaran.
5. Ciri-ciri Home Industri
Ciri-ciri home industri menurut beberapa ahli sama dengan sektor
informal. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut : (1) pendidikan formal yang
rendah, (2) Modal usaha kecil, (3) miskin, (4) upah rendah, dan (5) kegiatan
18
Azhary, Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan, LP3ES,(Jakarta:
1986), 68.
33
dalam skala kecil.19
Dengan melihat ciri-ciri tersebut meriupakan bukti bahwa
industri kecil harus memperoleh pembinaan meningkatkan produktivitas dan
kualitas sehingga mampu bersaing dengan industri besar. Berikut ini uraian
tentang karakteristik industri kecil yang sering ditemui di masyarakat :20
a. Rendahnya pendidikan
Rendahnya pendidikan pengusaha akan mempengaruhi pada
kualitasnya, sebab sumber daya manusia dalam industri kecil memiliki
dasar yang kuat, maka sumber daya manusia sangat perlu dibenahi terlebih
dahulu, baru kemudian membenahi faktor yang lain, misalnya modal dan
lokasi usaha.21
b. Keterbatasan modal
Keterbatasan modal usaha merupakan suatu masalah yang sering
dihadapi oleh para pengusaha kecil. Masalah permodalan telah menjadi
suatu dilema yang berkepanjangan.keterbatasn akses bagi industri kecil
pada dasarnya dapatlah dikatakan iklim diskriminatif yang bersumber dari
sektor swasta. Memang dilihat telah banyak berdiri lembaga-lembaga
keuangan yang dapat mempermudah sektor industri kecil dengan berbagai
program yang mereka canangkan, meskipun demikian, berbagai kenyataan
memperlihatkan relatif langkanya kredit-kredit institusional dari lembaga
tersebut untuk sektor industri kecil, sehhingga mayoritas pengusaha kecil
yang bersangkutan cenderung menggantungkan pembiayaan
perusahaannya kepada modal sendiri ataupun yang lainnya misalnya
keluarga, sahabat dan lain-lain.22
c. Lemahnya penggunaan teknologi
Penggunaan teknologi berkaitan erat dengan tinggi rendahnya
tingkat produktivitas usaha. Karakteristik yang dimiliki oleh industri kecil
19
Martin Perry, Mengembangkan Usaha Kecil, (Jakarta: Murai Kencana PT Raja
Grafindo Persada, 2000), 54. 20
Sartini pawe,”peranan industri rumah tangga dalam peningkatan pendapatan
masyarakat di desa Roworena kecamatan Ende selatan kabupaten Ende” (Skripsi, Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang, 2007), 17-18. 21
Rafika Wahyuni Lestari,”Analisis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Gabungan
Kelompok Petani Coklat Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat” (Skripsi : Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010),29. 22
Martin Perry, Mengembangkan Usaha Kecil, (Jakarta: Murai Kencana PT Raja
Drafindo Persada, 2002), 54.
34
dalam bidang teknologi pada umumnya masih sederhana dan tradisional.
Sehingga akibatnya tingkat produktivitas oleh industri kecil rendah dan
kualitasnya kurang dapat memenuhi selera pasar terutama pasar ekspor.
6. Keunggulan dan Kelemahan Home Industri
a. Keunggulan Home Industri
Pada kenyataannya home industri mampu tetap bertahan dan
mengantisipasi kelesuan perekonomian yang mengakibatkan inflasi
maupun berbagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi dan proterksi,
home industri mampu menambah nilai devisa bagi negara. Sedangkan
sektor informal mampu berperan sebagai buffer (penyangga) dalam
perekonomian masyarakat lapisan bawah. Secara umum perusahaan skala
kecil baik perorangan maupun kerjasama memiliki keunggulan dan daya
tarik seperti :23
1) Pemilik merangkap manajer yang bekerja sendiri dan memiliki
gaya manajemen sendiri.
2) Perusahaan keluarga, dimana pengelolanya mungkin tidak
memiliki keahlian manajerial yang handal.
3) Sebagian besar membuat lapangan kerja baru, inovasi, sumber
daya baru serta barang dan jasa-jasa baru.
4) Resiko usaha menjadi beban pemilik.
5) Pertumbuhan yang lambat, tidak teratur, terkadang cepat dan
prematur (Premature High Growth).
6) Fleksibel terhadapfluktuasai jangka pendek, namun tidak
memiliki rencana jangka panjang (Corporate Plan).
7) Independen dalam penentuan harga produksi atas barang atau
jasa-jasanya.
8) Prosedur hukumnya sederhana.
9) Pajak relatif ringan, karena yang dikenakan pajak adalah pribadi
atau pengusaha bukan perusahaannya.
10) Komunikasi dengan pihak luar bersifat pribadi
23
Harimurti Subanar, Manajemen Usaha Kecil, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
UGM, 2001), 6-10.
35
11) Mudah dalam proses pendiriannya.
12) Mudah dibubarkan setiap saat jika dikehendaki.
13) Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu.
14) Pemilik menerima seluruh laba.
15) Umumnya memiliki kecenderungan mampu untuk survive.
16) Merupakan tipe usaha yang paling cocok untuk mengelola
produk, jasa atau proyek perintisan,yang sama sekali baru atau
belum pernah ada yang mencobanya, sehingga meiliki sedikit
pesaing.
17) Terbentuknya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam
peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung
berkembangnya usaha kecil di Indonesia.
18) Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar
konsumen senantiasa tergali melalui kreativitas pengelola.
19) Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga
kerja yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi
lainnya yang tidak terlalu mahal.
20) Meskipun tidak terlihat nyata, masing ussaha kecil dengan usaha
kecil yang lain saling ketergantungan secara moril dan semangat
berusaha.
Disamping keunggulan secara umum seperti di atas, industri kecil
memiliki arti strategi secara khusus, diantaranya :24
1) Dalam banyak pengerjaan produk tertentu, perusahaan besar
banyak bergantung kepada perusahaan-perusahaan kecil, karena
jika dikerjakan sendiri oleh mereka (perusahaan besar) maka
marginnya menjadi tidak ekonomis.
2) Merupakan pemerataan konsentrasi dan kekuatan-kekuatan
ekonomi dalam masyarakat.
24
Sartini pawe,”peranan industri rumah tangga dalam peningkatan pendapatan
masyarakat di desa Roworena kecamatan Ende selatan kabupaten Ende” 27.
36
b. Kelemahan Home Industri
Berbagai kendala yang menyebabkan kelemahan bagi pengelola
suatu industri kecil diantaranya menyangkut faktor internal dari home
industri itu sendiri serta beberapa faktor eksternal, seperti diantaranya :25
1) Umunya pengelola small business merasa tidak memerlukan
ataupun tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar,
analisa perputaran uang tunai/kas, serta berbagai penelitian ini
yang diperlukan suatu aktivitas bisnis.
2) Tidak memiliki perencanaan sistem rencana jangka panjang, sistem
akuntansi yang memadai, anggaran kebutuhan, modal, struktur
organisasi dan pendelegasian wewenang. Serta alat-alat manajerial
lainnya (perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang
umumnya diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis.26
3) Kekurangan informasi bisnis, hanya mengasu pada intuisi dan
ambisi pengelola, lemah dalam promosi.27
4) Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan
pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak
konsisten dengan ketentuan order/pesanan, yang mengakibatkan
klaim atau produk yag ditolak.
5) Terlalu banyak biaya-biaya yang di luar pengendalian serta utang
yang tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan
pembukuan standar.
6) Pembagian kerja tidak proporsional, sering terjadi pengelola
memiliki pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di
luar batas jam kerja standar.
7) Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat beberapa
kebutuhan modal kerja, sebagai akibat tidak adanya perencanaan
kas.
25
M. Tohar, Membuka Usaha Kecil, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), 29. 26
Rafika Wahyuni Lestari,”Analisis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Gabungan
Kelompok Petani Coklat Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat” 35. 27
M. Tohar, Membuka Usaha Kecil, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), 29.
37
8) Persediaan yang terlalu banyak, khususnya jenis barang-barang
yang salah (kurang laku)
9) Resiko dan utang-utang kepada pihak ke tiga ditanggung oleh
kekayaan pribadi pemilik.
10) Perencanaan dan program pengendalian tidak ada atau belum
pernah merumuskannya.
Meskipun demikian, pemerintah tetap mendorong agar industri
kecil mampu lebih berkembang dan mandiri dengan melaksanakan
berbagai program pengembangan industri kecil yang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun pihak-pihak atau lembaga swadaya masyarakat,
diantaranya :28
1) Program peningkatan kemampuan usaha.
2) Program pengembangan industri kecil untuk menunjang ekspor.
3) Program pengembangan keterkaitan sistem bapak angkat dengan
mitra usaha.
4) Program pengembangan wiraswasta dan tenaga profesi.
5) Program penelitian dan pengembangan industri kecil.
6) Program menciptakan atau pengaturan iklim dan kerjasama.
7) Program pengembangan usaha kecil dari berbagai perguruan tinggi
negeri maupun swasta.
8) Seminar dan pameran produk-produk industri kecil tingkat
nasional maupun internasizonal.
B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Konsep pemberdayaan (empowerment) lahir sebagai bagian dari alam
pikiran masyarakat dan kebutuhan masyarakat barat. Sebagai sebuah konsep,
empowerment sifatnya masih terlalu umum. Sehingga apabila tidak hati-hati
kajian terhadap pemberdayaan diibaratkan seperti menyentuh cabang atau
daun tetapi tidah menyentuh akar permasalahan baik yang sifatnya mendasar
maupun yang terjadi dalam suatu proses.
Ada dikotomi antara memberdayakan dengan pemberdayaan.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
28 M. Tohar, Membuka Usaha Kecil, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), 10.
38
dan kemandiriannya. Sedangkan pemberdayaannya adalah upaya untuk
membangun daya masyarakat dengan mendorong, memberi inovasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya. Karena itu memberdayakan masyarakat harus
dilakukan melalui tiga jurusan, pertama menciptakan suasana iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang dengan memperkenalkan
bahwa setiap masyarakat mempunyai potensi (berdaya) untuk berkembang.
Kedua, memper kuatpotensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering)
dengan penyediaan input (masukan) serta pembukaan akses ke berbagai
peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya dalam
memanfaatkan peluang. Ketiga, melindungi masyarakat dalam proses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah jangan sampai menjadi semakin
lemah.29
Dengan demikian untuk menciptakan suatu wilayah yang berdaya
perlu adanya pemihakan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal yang diarahkan
secara langsung pada akses rakyat kepada sumber daya pembangunan disertai
penciptaan peluang bagi masyarakat di lapisan bawah untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan. Sehingga mereka mampu mengatasi kondisi
keterbelakangan dan memperkuat daya saing ekonomi.
Secara etimologi Pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti
kemampuan untuk melakukan sesuatu.30
Imbuhan pada kata Pemberdayaan
mempunyai arti berusaha meningkatkan dengan melakukan sesuatu.
Sedangkan dalam bahasa inggris disebut dengan kata “empowerment”.
Empowerment memiliki dua arti, pertama to give power or authority to, yaitu
memberikan kekuasaan atau kekuatan pada pihak lain. Dan arti kedua to give
ability or enable yaitu upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan.31
Istilah pemberdayaan ekonomi masyarakat menurut Koesnadi
Hardjasoemantri adalah upaya sadar dan berencana menggunakan atau
mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
29
Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat, (Jakarta: CIDES, 1996), 145. 30
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
cet. VIII, 1996), 233. 31
Onny S. Prijono, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi, (Jakarta:
CSIS, 1996), 3.
39
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.32
Menambahkan,
pemberdayaan sebagai usaha untuk mengembangkan kekuatan atau
kemampuan (daya), potensi sumber daya masyarakat agar membela dirinya.
Esrom Aritonang menambahkan pemberdayaan sebagai usaha untuk
mengembangkan kekuatan atau kemampuan (daya), potensi sumber daya
masyarakat agar membela dirinya.33
Pemberdayaan diistilahkan dengan kata “empowerment” adalah
sebuah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaranakan potensi yang dimiliki
danberupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.34
Kesadaran tersebut akan menjadi sebuah tindakan nyata apabila individu
tersebut sadar dan mau berubah, sebagaimana firman Allah Swt :
......... ...... Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS Ar
Ra‟d/13:11).35
dalam ayat di atas secara bahasa adalah isim mausul yang berarti ما
sesuatu, apa saja. Secara mufradat tidak ada bermakna nasib. Apalagi kalau
kita terjemahkan seperti di atas, sungguh bertentangan dengan kenyataannya.
Terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya orang tidak berusaha
untuk kaya tetapi tiba-tiba dia menjadi kaya, tanpa diduga-duga, dia mendapat
warisan berlimpah dan sebaliknya, ada orang yang berusaha siang dan malam
dengan kerja keras tetapi Allah tidak menghendakinya kaya. dan lagi pula itu
bertentangan dengan rukun iman yang ke-enam, percaya kepada qadha dan
qadar datang dari Allah.
32
Koesnadi Hardjasoemantri, Pemberdayaan Masyarakat Berwawasan Lingkungan,
sebuah pendekatan hukum lingkungan dalam muhammadiyah dan pemberdayaan rakyat,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 61. 33
Esrom Aritonang dkk, Pendampingan Komunitas Pedesaan, (Jakarta: Sekretariat
Bina Desa, 2001), 9. 34
Eddy Ch. Papilaya, Wacana Pembangunan Alternative, (Jogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), 42 35
Syukron Munjazi, Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mengurangi Kemiskinan
Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, (Skripsi: Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), 27.
40
Lalu apa makna مَا pada ayat di atas, ayat al-Qur‟an adakalanya
menafsirkan ayat lainnya yang kurang jelas, demikian dijelaskan dalam
Ulumul Qur‟an. Oleh karena itu, perhatikan ayat yang lain yang mirip dengan
ayat ini, yaitu dalam Surat al-Anfal (8):53 sebagai berikut :
Artinya :
(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-
kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya
kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri
mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.
Apabila kita sesuaikan dengan maksud ayat 53 Surat al-Anfal di atas,
maka jelaslah bagi kita bahwa مَا pada perkataan makna مَا بقِوَْم adalah
bermakna nikmat, bukan nasib. Ini akan lebih jelas lagi apabila kita perhatikan
ayat 11 Surat ar-Ra‟d di atas secara lengkap, yaitu :
Artinya :
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.36
Dengan demikian, maksud ayat ayat 11 Surat ar-Ra‟d dan ayat 53
Surat al-Anfal adalah pada dasarnya, Allah tidak mencabut nikmat yang telah
dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tidak merubah
ketaatan dan bersyukur kepada Allah kepada perbuatan maksiat. Penafsiran
36
Alqur‟an dan terjemahannya Departemen Agama RI, Surat Ar Ra‟d/13 ayat 11
41
seperti ini telah disebut oleh pengarang Tafsir Jalalain, Tafsir Shawy, Tafsir
Baidhawy dan lain-lain dari kalangan ahli tafsir yang muktabar.37
Empowerment berasal dari kata “power” (kekuasaan atau
keberdayaan).38
Jadi ide pemberdayaan bersentuhan dengan konsep
kekuasaan. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam :39
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat,
melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan. Kebebasan yang dimaksud bisa diciptakan kelompok
masyarakat itu sendiri atau melalui fasilitas pemerintah.
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa
yang mereka perlukan.
c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka.
Ekonomi adalah segala usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya
guna mencapai kemakmuran hidupnya.40
Pemberdayaan ekonomi masyarakat
adalah suatu upaya membangun kekuatan bersama dengan memdorong,
memotivasi, dan membangkitkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan untuk mencapai tingkat kemakmuran yang maksimal,
sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang adil dan makmur yang mampu
memenuhi kebutuan hidupnya sendiri tanpa tergantung pada pihak lain. Dan
masyarakat adalah sekumpulan atau sejumlah besar orang yang menyatu dan
37
Al-Jalalain, Tafsir al-Jalalain, dicetak dalam Tasir al-Shawy, Dar Ihya al-Kutub
al-Arabiyah, Indonesia, Juz. II, 267. Ahmad al-Shawy, Tasir al-Shawy, Dar Ihya al-Kutub al-
Arabiyah, Indonesia, Juz. II, 267. Al-Baidhawy, Tafsir al-Baidhawy, Muassasah Sya‟ban,
Beirut, Juz. III, 148. 38
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), 57. 39
Robert Chambers, Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts ? Uner Kirdar
and Leonard Silk (eds.), People: From Impoverishment to Empowerment. (New York: New
York University Press, 1995), 98. 40
Pius A Partanto dan M. Dahlan AL Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya:
Arkola, 1994), 49.
42
menempati wilayah tertentu. Dan merupakan kelompok manusia yang saling
terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus, serta hukum-hukum khas
dalam hidup bersama. Definisi lain pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara
individu maupun kelompok terkait dalam memecahkan berbagai persoalan dan
upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan.41
Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah “Upaya yang merupakan
pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat
untuk meningkatkan produktivitas rakyat sehingga, baik sumber daya manusia
maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat, dapat ditingkatkan
produktivitasnya”. Dari berbagai pandangan mengenai konsep pemberdayaan,
maka dapat disimpulkan, bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah
penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi
dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang
memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi,
pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik
dari aspek masyarakatnya sendiri, maupun aspek kebijakannya.42
Pemberdayaan ekonomi masyarakat membahas bagaimana individu,
kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri
dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat diartikan sebagai usaha
untuk memberi atau meningkatkan kemampuan seseorang, kelompok, atau
masyarakat. Penggunaan konsep ini tidak hanya pada bidang ekonomi semata,
melainkan juga dalam bidang politik, sosial dan budaya. Namun konsep ini
sering ditafsirkan berbeda oleh setiap orang, perlunya memberdayakan sumber
daya manusia dilatar belakangi oleh empat hal yaitu sebagai berikut : 43
a. Melalui upaya pembangunan, potensi sumber daya manusia diarahkan
menjadi kekuatan di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan
41
A.R Tilar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia (Bandung:
Rosda Karya, 1999), 9. 42
Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat, (Jakarta: CIDES,1996), 107. 43
Sri Wahyuni R,”Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dinas Koperasi
,Umkm, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Sidrap” (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin Makassar, 2013), 18-19.
43
pertahanan keamanan yang nyata, didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas, memiliki kemampuan, memanfaatkan,
mengembangkan danmenguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kemampuan manajemen.
b. Sumber daya manusia dipandang sebagai unsur yang sangat
menentukan dalam proses pembangunan, terutama di negara-negara
yang sedang berkembang. Hal ini berkaitan dengan pengalaman negara
industri baru menunjukan bahwa bertumbuhan bersumber dari
pertumbuhan masyarakat (efisiensi) yang didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas.
c. Adanya anggapan bahwa sumber daya manusia lebih penting daripada
sumber daya alam. Negara yang miskin sumber daya alamnya, tetapi
tinggi tingkat kualitas sumber daya manusianya sehingga lebih maju
daripada negara yang kaya sumber daya alamnya akan tetapi kurang
mementingkan sumber daya manusianya.
d. Pada pembangunan jangka panjang I pembangunan lebih
dititikberatkan pada pemanfaatan sumber daya alam, sedangkan dalam
pembangunan jangka panjang II perlu diadakan penyempurnaan, dalam
arti bahwa pembangunan dikonsentrasikan pada pengembangan
pendayagunaan sumber daya manusia untuk menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Pemberdayaan artinya memberikan sumber daya, kesempatan,
pengetahuan, dan keterampilan kepada warga untuk meningkatkan
kemampuan mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan
berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan dari masyarakatnya. Adapun
konsep pemberdayaan memiliki hubungan erat dalam dua konsep pokok,
yakni konsep power (daya) dan konsep disadvantage (ketimpangan). Dan
pengertian pemberdayaan dapat dijelaskan dengan menggunakan empat
perspektif, yaitu :44
44
Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternative; Ragam Perspektif Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Madia,2007), 42
44
a. Perspektif Pluralis
Perspektif pluralis adalah suatu prosesuntuk menolong individu dan
kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung agar mereka
dapat bersaing secara lebih efektif dalam kepentingan-kepentingan
lain.
b. Perspektif Elitis
Yaitu suatu upaya untuk bergabung dan mempengaruhi, memnentuk
aliansi serta melakukan konfrontasi dan mengupayakan perubahan
pada kalangan elit.
c. Perspektif Strukturalis
Adalah suatu proses pembebasan, perubahan struktural secara
fundamental serta berupaya menghilangkan penindasan struktural,
seperti kelas sosial, jender, ras, atau etnis.
d. Perspektif Post Strukturalis
Suatu proses yang menantang dan mengubah diskursus. Pemberdayaan
lebih ditekankan kepada aspek intelektualitas daripada aktivitas, aksi
atau praksis.
Konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dilakukan dalam 3
(tiga) fase, yaitu fase inisial, fase partisipatoris, dan fase emansipatoris. Pada
fase inisial, semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah, oleh
pemerintah dan diperuntukan bagi masyarakat. Pada fase ini masyarakat
bersifat pasif, melaksanakan apa yang direncanakan pemerintah dan tetap
tergantung kepada pemerintah. Pada fase parsipatoris, proses pemberdayaan
berasal dari pemerintah bersama rakyat, oleh pemerintah bersama rakyat, dan
diperuntukan bagi masyarakat. Pada fase ini masyarakat sudah dilibatkan
secara aktif dalam kegiatan pembangunan untuk menuju kemandirian.
Kemudian ketika fase emansipatoris, proses pemberdayaan berasal dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan dari
pemerintah. Pada fase ini masyarakat sudah menemukan kekuatan dirinya,
sehingga dapat melakukan pembaharuan dalam mengaktualisasikan diri.45
45
Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternative; 2007), 45
45
Pemberdayaan masyarakat sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini membangun paradigma baru
dalam pembangunan, yakni bersifat “people centered, participatory,
empowering, and subtainable”. Dalam upaya meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi : 46
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah
pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memilki potensi
yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada masyarakat yang sama
sekali tanpa daya. Pemberdayaan dalah upaya untuk membangun daya
itu sendiri, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan
kesadara akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
b. Memperkuat atau potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah positif,
selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Pada sisi ini juga
meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai
masukan (input), serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat makin berdaya. Dalam
upaya pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah
meningkatkan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke
dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi,
informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan pemberdayaan ini
menyangkut pembangunan sarana dan prasarana baik fisik seperti
irigasi, jalan, listrik, jembatan, maupun sekolah, dan juga fasilitas
pelayanan kesehatan, yangdapat dijangkau oleh masyarakat pada
lapisan paling bawah, serta kesediaan lembaga-lembaga pendanaan,
pelatihan dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk
yang keberdayaanya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program
khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-
46
Edi suharto, Membangun masyarakat ......., 2009, 99.
46
program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu menyentuh
pada lapisan masyarakat ini.
c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi, dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kurang berdaya dalam menghadapi yang kuat.
Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah kolektif dari
pemberdayaan individu yang merupakan cermin nilai-nilai normatif dan
moral. Konsep pemberdayaan sebagai suatu konsep alternatif pembangunan
yang pada intinya membebrikan tekanan pada otonomi pengambilan
keputusan dari suatu kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumber
daya pribadi, langsung (melalui partisipasi), demokrasi, dan pembelajaran
sosial melalui pengalaman langsung. Konsep pemberdayaan mencakup
pengertian pembangunan masyarakat (community development) dan
pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community based
development). Community development adalah suatu proses yang
mengandung usaha sebagai berikut :47
a. Masyarakat dan pihak lain (diluar sistem sosialnya) untuk
meningkatkan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
b. Meningkatkan integritas masyarakat ke dalam suatu pola dan tatanan
kehidupan yang lebih baik.
c. Mengembangkan dan meningkatkan kemandirian dan kepedulian
masyarakat dalam memahami dan mengatasi masalah dalam
kehidupannya.
d. Mengembangkan fasilitas dan teknologi sebagai langkah
meningkatkan daya, inisiatif, pelayanan masyarakat dan lain-lain.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai nilai kesetaraan,
bahwa masyarakat juga harus diberi kesempatan dalam proses pengambilan
keputusan mulai dari tahap identifikasi, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, monitoring dan evaluasi, sehingga masyarakat dapat memelihara
47
Koesnadi Hardjasoemantri, Pemberdayaan Masyarakat Berwawasan Lingkungan,
sebuah pendekatan hukum lingkungan dalam muhammadiyah dan pemberdayaan rakyat,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 73.
47
keberlanjutan kegiatan dan dapat mempertanggung jawabkan secara terbuka
apa yang telah diputuskan bersama. Pembangunan yang berorientasi pada
masyarakat semestinya memberikan kesempatan kepada setiap anggota
masyarakat untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan dengan
mendapatkan kesempatan yang sama dan menikmati hasil pembangunan
tersebut. Syarat dari keikutsertaan seluruh anggota masyarakat, selain peluang
dan akses yang sama. Konsekuensinya, masyarakat harus berdaya untuk
berperan serta dalam pembangunan. Maka adalah sebuah keharusan memulai
konsep pembangunan tersebut dengan apa yang dinamakan dengan
pemberdayaan masyarakat. Untuk mendorong terwujudnya masyarakat yang
berdaya perlu sekiranya dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat yang
lebih komprehensif serta berorientasi jauh ke depan dan berkelanjutan
(sustainable).
Pemberdayaan yang harus dilakukan adalah bagaimana pemerintah dan
stakeholder lainnya mampu bersinergi dalam merencanakan program,
melaksanakan dan mengawasi. Menciptakan masyarakat berdaya menuju
masyarakat mandiri merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
swasta maupun masyarakat melalui mekanisme kemitraan yang serasi dan
seimbang. Ide dasar kemitraan tersebut dimunculkan sebagai kritik pendekatan
pembangunan yang bersifat top-down, yang kemudian memposisikan
pemerintah sebagai aktor dominan, dan membiarkan sikap ke acuh tak acuhan
pihak swasta terhadap proses pemberdayaan masyarakat lemah.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa
masyarakat tidak dijadikan dari berbagai proyek pembangunan, tetapi
merupakan subyek dari upaya pembangunannya sendiri, berdasarkan konsep
demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan
sebagai berikut :
Pertama, upaya itu harus terarah, ini yang secara populer disebut
pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan
program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai
kebutuhannya.
48
Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan
dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan
masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar
bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali
kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan
kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang,
melaksanakan, mengelola, mempertanggung jawabkan upaya peningkatan dan
ekonominya.
Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-
sendiri masyarakat miskin sulit dapat memcahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya
dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok paling efektif dan dilihat dari
penggunaan sumber daya juga lebih efisien.
C. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Islam
Di tengah-tengah pengaruh utama faham materialisme dan hedonisme
yang terjadi saat ini, pemberdayaan masyarakat semata-mata ditujukan kepada
pencapaian-pencapaian target yang bersifat materialis (kasat mata), seperti
halnya kekayaan, penguasaan teknologi tinggi, sarana-prasarana umum yang
berkualitas, dll. Sebagai agama yang memiliki karakteristik Wasathiyah
(Seimbang), maka pemberdayaan tidak hanya terfokus pada target-target
pencapaian secara meterial belaka, tetapi juga mencakup target-target
immaterial (tak kasat mata) seperti halnya ketauhidan (Akidah), Ibadah, dan
Akhlaq (kepribadian). Ketiga aspek immaterial tersebut yang utama dan
pertama harus dibangun sejalan dengan pencapaian targetan-targetan yang
sifatnya material.48
Sedikit berkaca pada sejarah awal turun dan berkembangnya islam di
jazirah arab yang saat itu identik dengan masa kejahiliyahan. Islam hadir
sebagai sebagai sebuah ajaran yang membawa pada perbaikan yang sifatya
menyeluruh dan fundamental, hingga akhirnya terbentuk sebuah tatanan
masyarakat yang adil dan sejahtera yang dikenal sebagai tatanan masyarakat
48
Abdi zulkarnaen S, Pemberdayaan Masyarakat Islam Melalui Pemberdayaan
Ekonomi Ummat, Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Volume 1, 2005, 182.
49
madani (civil society). Sebuah tatanan masyarakat yang mustahil bisa terwujud
tanpa adanya landasan konsep yang jelas, menyeluruh, seimbang dengan
penguatan pada tata aturan yang kokoh sekaligus fleksibel, mudah diamalkan,
dan memanusiakan manusia.
Pada era kejahiliyahan yang saat itu berkembang dan berurat berakar,
pada hakikatnya kejahiliyahan tidak bisa disebut dengan kebodohan yang
identik dengan keterbelakangan, kemiskinan, dan kebiadaban. Seperti halnya
saat ini, kejahiliyahan masa lalu sebenarnya identik pada tidak “mengerti” dan
tidak “pahamnya” manusia kepada kemurnian akidah, sehingga yang ada
adalah sebagian besar (pada umumnya) orang bertuhan pada hawa nafsunya
yang semakin lama menuntunnya pada kehinaan. Setiap orang saat itu
berlomba-lomba untuk mengejar harta, kedudukan, kepuasan birahinya,
kecerdasan, dan kebudayaan yang pada akhirnya secara perlahan tapi pasti
menyeret bangsa/masyarakat itu kepada kejumudan dan kehancuran.49
Keadaan bangsa arab jahiliyah saat itu digambarkan begitu gamblang
dalam kitab Sirah Nabawiyah karya Abul Hasan „Ali al-Hasani an Nadwi.
“Moral bangsa Arab pada masa jahiliyah sangatlah buruk. Mereka dijejali
oleh khamr (minuman keras) dan perjudian.Mereka telah sampai pada tingkat
kekejaman dan kebiadaban yang tinggi, seperti mengubur anak-anak
perempuan hidup-hidup, penipuan yang sudah menjadi kebiasaan, dan
perampokan terhadap kafilah-kafilah pedagang. Derajat wanita telah jatuh.
Wanita dapat diwariskan kepada keturunan sebagaimana halnya barang
perhiasan dan barang tunggangan. Di masyarakat jahiliyah bangsa Arab,
terdapat makanan-makanan yang hanya dikhususkan untuk laki-laki, dan
diharamkan bagi wanita. Laki-laki dapat beristri tanpa batasan jumlah.
Dalam kitab yang sama, juga digambarkan terkait kondisi-kondisi
bangsa-bangsa lain yang saat itu berkuasa, dengan kondisi yang tidak jauh
buruknya dengan kondisi arab jahiliyah. Seperti halnya Imperium Rumawi
Timur, dalam kitab tersebut digambarkan bahwa ”Kekuasaan Rumawi Timur
mengalami kekacauan yang semakin besar, pajak-pajak semakin berlipat
ganda, sehingga penduduk negeri mengutamakan pemerintahan asing
daripada pemerintahan mereka sendiri. Terjadilah bencana demi bencana,
pemberontakan demi pemberontakan. Pada tahun 532 M, pada masa
pemerintahan Justin I terjadi kekacauan yang menewaskan 30.000 jiwa di
Konstantin yang merupakan ibukota negeri. Motivasi kehidupan satu-satunya
disana adalah mencari harta dengan segala cara, kemudian
49
Walter Wallbank dan Alastair M. Taylor, Civilization Past and Present, 1954,
261.
50
membelanjakannya di dalam kemewahan. Mereka sangat memperhatikan
hiburan, hingga pada batas kebiadaban.50
Dalam buku Civilization, Past, dan Present (Peradaban ; Dulu dan
Sekarang) terdapat gambaran pertentangan dan kerusuhan yang menimpa
masyarakat. Demikian pula tentang animo terhadap hiburan dan kenikmatan,
bahkan sampai pada batas kekerasan dan kebiadaban. Kedua penulis buku
tersebut menyatakan “Terjadi pertentangan yang mengerikan dalam kehidupan
sosial rakyat Bizantium. Kecenderungan keagamaan telah berakar kuat di
dalam pemikiran mereka. Kerahiban telah merata di seluruh negeri, warga
biasa telah mencampuri bahasan-bahasan keagamaan yang mendalam, sibuk
dalam perdebatan-perdebatan di Bizantium.”51
“Sekalipun kehidupan wajar telah diupayakan berwatak seperti aliran
kebatinan (mengutamakan kesederhanaan hidup sampai mengabaikan
kebutuhan hidup manusia yang wajar) di satu pihak, akan tetapi kami melihat
di pihak yang lain, mereka sangat berambisi terhadap segala bentuk hiburan
dan permainan serta kegembiraan dan kemewahan.
Keadaan-keadaan yang telah dijelaskan diatas tidak jauh beda dan
tengah dialami secara perlahan-lahan oleh segenap bangsa di muka bumi pada
saat ini. Pertanyaannya adalah Bisakah permasalahan kejahiliyahan (Krisis
multi dimensional) yang tengah dialami oleh sebagian besar umat manusia di
muka bumi ini diselesaikan dengan pendekatan konsep pemberdayaan
masyarakat yang konvensional, yang memisahkan dan membatasi tujuan
pemberdayaan hanya pada aspek material semata, firman Allah Swt :
Artinya :
(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-
kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada
suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka
50
Abul Hasan, As-Sirah An Nabawiyyah, (Damaskus: Darul Qalam, 2001), 251. 51
Walter Wallbank dan Alastair M. Taylor, Civilization ......., 1954, 262.
51
sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(QS Al Anfal/8:53)52
Sebagai sebuah ajaran yang bersifat Rabbaniyyah yang tidak akan
lekang oleh zaman, dan senantiasa menjadi solusi atas segala bentuk tantangan
zaman, Islam menawarkan konsep pemberdayaan masyarakat yang bermula
pada pembangunan jiwa/karakter pribadi-pribadi manusia yang dalam teori
pembangunan/pemberdayaan masyarakat dikenal sebagai pendekatan
pembangunan yang berpusat pada manusia (People Centered Development).
Akan tetapi yang menjadi pembeda dari konsepsi pendekatan People Centered
Development konvensional dengan ajaran islam adalah pada komposisi dan
muatan-muatan pemahaman yang diinternalisasikan pada diri/individu
manusia. Dalam ajaran Islam, muatan-muatan yang diinternalisasikan tersebut
meliputi aspek Akidah, Ibadah dan Akhlak dalam komposisi yang seimbang. 53
Internalisasi muatan-muatan yang dilakukan secara berkesinambungan,
seiring dengan proses tumbuh kembang individu itulah yang memunculkan
keyakinan / Core Believe (keimanan) dalam diri masing-masing individu dan
mendasari skema lahirnya kekuatan perubahan (The Power of Change). Core
Believe ibarat ruh penggerak yang kuat bagi tiap-tiap individu untuk
melakukan partisipasi nyata dengan kesadaran penuh akan peran dan tanggung
jawabnya masing-masing dalam melakukan perubahan sosial (transformasi
sosial) yang menyeluruh dan mendasar.
Analogi dengan pembangunan rumah/gedung. Besar, dan tingginya
sebuah bangunan haruslah proporsional dengan fondasi yang mendasarinya.
Artinya, dalam mencapai tujuan pembangunan masyarakat yang lebih tinggi
dan berkesinambungan, dengan tantangan zaman yang lebih kompleks, maka
kualitas dan kuantitas partisipasi masyarakat juga harus ditingkatkan. Hal
tersebut mengisyaratkan bahwa proses penguatan core believe haruslah
berjalan terus menerus, seiring dengan pengkapasitasan (capacity building)
spesifikasi keilmuan dan keterampilan pada masing-masing individu. Karena
ketidak pedulian terhadap proses penguatan core believe, menjadikan
52
Abdi zulkarnaen S, Pemberdayaan Masyarakat Islam ..... 2005, 183. 53
Abdi zulkarnaen S, Pemberdayaan Masyarakat Islam ...... 2005, 185.
52
bangunan kesejahteraan masyarakat rentan mengalami keruntuhan. Dan
menyeret masyarakatnya jauh dari kemuliaan.54
D. ANALISIS SWOT
1. Pengertian Analisa SWOT
Analisis SWOT singkatan dari Bahasa Inggris yaitu kekuataan
(Strenghts), kelemahan (weaknesses), kesempatan (opportunities), dan
ancaman (treats) adalah metode perencanaan starategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengindentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut.
Proses pengambilan keputusan strategi selau berkaitan dengan
pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan
demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor perusahaan
(kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat
ini.Faktor eksternal adalah faktor lingkungan luar perusahaan baik langsung
maupun tidak langsung. Faktor eksternal ini dapat berdampak positif ataupun
negatif bagi perusahaan, artinya ada yang memberikan peluang dan sebaliknya
ada yang memberikan ancaman Faktor internal adalah lingkungan yang berada
dari dalam perusahan itu sendiri. Faktor inilah yang menunjukkan adanya
kekuatan atau kelemahan perusahaan itu sendiri, baik yang sudah lampau, kini
maupun yang akan datang.55
Analisis eksternal adalah suatu proses yang digunakan dalam
perencanaan strategi untuk memantau lingkungan dalam menentukan peluang
dan ancaman. Peluang (Opportunities) adalah faktor-faktor lingkungan luar
yang positif. Sedangkan ancaman (Threats) adalah faktor-faktor lingkungan
luar yang negatif. Analisis internal adalah suatu proses yang digunakan dalam
54
Abdi zulkarnaen S, Pemberdayaan Masyarakat Islam ....... 2005, 188. 55
Amin, dkk, Manajemen Strategik, (Jakarta: Harvarindo, 2003) 27
53
perencanaan strategi dalam rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan tiap-tiap divisi56
Menurut Jogiyanto, SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-
kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki
perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan
yang dihadapi.
Menurut Fred R. David, Semua organisasi memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama
kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan
internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan
misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan
strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan
mengatasi kelemahan.
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan
kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau bisnis yang berdasarkan
faktor internal dan faktor eksternal. AnalisisnSWOT hanya menggambarkan
situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah. Analisis SWOT terdiri
dari empat faktor, yaitu 57
:
a. Strenghts (kekuatan)
Mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan perusahaan dan kemampuan-
kemampuan sumber-sumber dayanya. Suatu kekuatan adalah sesuatu yang
baik yang dilakukan oleh perusahaan atau suatu karakteristik perusahaan yang
meningkatkan daya saingnya.
b. Weakness (kelemahan)
Mengidentifikasikan kelemahan-kelemahan perusahaan dan kecacatan
-kecacatan sumber-sumber dayanya. Suatu kelemahan adalah sesuatu yang
perusahaan tidak memilikinya atau yang dilakukan denganjelek atau kondisi
yang meletakan perusahaan ke posisi tidak menguntungkan.
Yang dimaksud dengan kelemahan (weakness) di sini adalah berbagai
kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang
56
Sri Agustinus dan wahyuni, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berpikir
Strategik, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996) 49. 57
Jogiyanto, Sistem Informasi Stategik (Yogyakarta, Andi Offset, 2006), 47-48
54
apabila berhasil akan berperan besar, tidak hanya dalam memperlancar
berbagai kegiataan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam
mencapai tujuana yang dimiliki oleh perusahaan.
c. Oportunities (peluang)
Mengidentifikasikan kesempatan-kesempatan pasar, strategi yang baik
adalah yang dapat mengarahkan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan sumber daya perusahan untuk meraih kesempatan-kesempatan
pasar yang ada. Kesempatan-kesempatan pasar yang paling relevan adalah
dapat meningkatkan pertumbuhan keuntungan, meningkatkan sesuatu yang
apat membuat perusahaan mendapatkan keuntungan kompetitif, dan yang
sesuai dengan kemampuan-kemampuan sumber daya keuangan organisasi
yang sudah dimiliki.
d. Threats (ancaman)
Mengindentifikasikan ancaman-ancaman yang dihadapi oleh
keuntungan masa depan perusahaan. Beberapa faktor di lingkunag luar
perusahaan dapat menyebabkan ancama-ancaman terhadap keuntungan dan
posisi pasar perusahaan. Ancaman-ancaman dapat berupa munculnya
teknologi baru yang lebih murah, produk yang lebih baik dan lebih baru yang
dikenalkan oleh pesaing-pesaing dan lainya.
2. Tujuan, Manfaat dan Fungsi Analisis SWOT
a. Tujuan Analisis SWOT58
Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi dengan cara
memfokuskan perhatian pada kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang
merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan perusahaan. Untuk
mengetahui kelemahan dan menciptakan kelemahan itu menjadi suatu
kekuatan, serta mencoba menghilangkan ancaman untuk dijadikan
peluang, maka perlunya identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang
dihadapi serta kekutan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan melalui
telaah terhadap lingkungan usaha dan potensi sumber daya perusahaan
58
Amin, dkk, 2003, 35.
55
dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi perusahaan yang
realistis dalam mewujudkan misi dan visinya.
Maka tujuan analisis SWOT pada perusahaan adalah untuk
membenarkan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang telah
dianalisis. Apabila terdapat kesalahan, agar perusahaan itu berjalan dengan
baik maka perusahan itu harus mengolah untuk mempertahankan serta
memanfaatkan peluang yang ada secara baik begitu juga pihak perusahaan
harus mengetahui kelemahan yang dihadapi agar menjadi kekuatan serta
mengatasi ancaman menjadi peluang.
b. Manfaat Analisis SWOT
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan
dalam bisnis apa perusahaan beroprasi, dan arah mana perusahaan menuju
ke masa depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai
keberhasilan manajemen dalam menjalankan misinya dan mewujudkan
visinya. Manfaat dari analisis SWOT adalah merupakan strategi bagi para
stakeholder untuk menetapkan sarana-sarana saat ini atau kedepan
terhadap kualitas internal maupun eksternal59
c. Fungsi Analisis SWOT
Ketika suatu perusahan mengorbitkan suatu produk tentunya pasti
telah mengalami proses penganalisaan terlebih dahulu oleh tim teknis
corporate plan. Sebagian dari pekerjaan perencanaan strategi terfokus
kepada apakah perusahaan mempunyai sumber daya dan kapabilitas
memadai untuk menjalankan misinya dan mewujudkan visinya.
Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan membantu perusahaan untuk
tetap menaruh perhatian dan melihat peluang-peluang baru. Sedangkan
penilaian yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan yang ada akan
memberikan bobot realisme pada rencana-rencana yang akan dibuat
perusahaan.
Maka, fungsi dari analisis SWOT adalah untuk menganalisa
mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang
dilakukan melalui telaah terhadap kondisi internal perusahaan, serta
59
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1997) 19.
56
analisa mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yang
dilakukan melalui telaah terhadap kondisi eksternal perusahaan.
3. Cara Membuat Analisis SWOT
Penelitian menunjukan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan
oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari
lingkungan Internal Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal
Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunitie) dan ancaman
(threats) dengan faktor internal kekuataan (strengths) dan Kelemahan
(weaknesses).
Analisis SWOT mempunyai diagram yang terdiri dari 4 kuadran, yaitu:
Gambar 2.1 Analisis SWOT60
Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan
perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuataan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada strategi
yang harus diterapkan dlam kondisi ini adalah mendukung
60
E. Gumbira-Sa‟id, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, Cet I, (Jakarta:
Khairul Bayaan, 2003), 32.
Berbagai Peluang
Kelemahan Internal Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman
Kuadran I
Mendukung Strategi
Kuadran II
Mendukung Strategi Diversifikasi
Kuadran III
Mendukung Strategi turn arround
Kuadran IV
Mendukung Strategi Difensif
57
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented
strategy)
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini
masih memiliki kekuataan dari segi internal. Strategi yang
harus diterapkan adalah mengunakan kekuataan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang.
Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,
tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau
kelemahan internal fokus stateginya adalah dengan
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan,
sehingga dapat merubah peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan menhadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal.
Keterangan kombinasi strategi dari Matrik SWOT adalah sebagai
berikut:
Menurut Rangkuti Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini
dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis61
Faktor-faktor
Internal
Faktor-faktor
Eksternal
(S) Strengths
(Kekuataan)
(W) Weaknesses
(Kelemahan)
(O) Opportunities
(Kesempatan)
Strategi SO:
Memanfaatkan seluruh
kekuataan untuk
merebut dan
memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya
Strategi WO:
Strategi yang
ditetapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara
meminimalkan
kelemahan yang ada.
(T) Threats
Strategi ST:
Strategi yang
ditetapkan berdasarkan
Strategi WT:
Strategi yang
ditetapkan berdasarkan
61
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT....., 1997, 23.
58
(Ancaman) kekuataan yang
dimiliki organisasi
untuk mengatasi
ancaman
untuk meminimalkan
kelemahan yang ada
serta menghindari
ancaman.
Tabel 2.1
Matriks SWOT62
1. Strategi SO
Yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST
Yaitu strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
3. Strategi WO
Strategi yang memanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT
Yaitu strategi yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
62
E. Gumbira-Sa‟id, Manajemen Strategis......., 2003, 36.