bab ii kajian teori a. menulis 1. pengertian …repository.ump.ac.id/4804/3/bab ii_yuni...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Menulis
1. Pengertian Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena melibatkan unsur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi isi tulisan. Unsur-unsur
tersebut akan menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Agar komunikasi lewat
lambang tulis berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan, penulis harus
mampu menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur dan lengkap.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 1497), pengertian menulis
adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat)
dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan ide si penulis ke dalam bentuk tulisan,
sehingga maksud penulis dapat diketahui banyak orang melalui tulisan yang
dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan idenya ke dalam sebuah
tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan
demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain.
Namun, satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang
penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya.
Menulis didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan
adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah
simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan
demikian, dalam komuniksi tulis palimg tidak terdaapat empat unsur yang terlibat:
10
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
11
penulis sebagai penyampai pesaan (penulis), pesan atau isi tulissan, saluran atau
media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan ( Suparno dan Yunus,
2007: 1.3 ).
Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-
lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik
tersebut. Pada hakikatnya penulis juga memiliki kekurangan karena ia tidak dapat
memperoleh masukan langsung dari pembaca dan terkadang tidak memperoleh
masukan sama sekali, Hermer (dalam Aziez, 2015: 174).
Johnson (dalam Sigit, 2013: 1-2) menyatakan bahwa “writing is having
ideas, organizing ideas, and communicating ideas” (menulis adalah menemukan
ide, mengorganisasi ide dan mengkomunikasikan ide). Menulis juga diartikan
sebagai sebuah kegiatan menemukan ide, mengorganisasikan juga
mengkomunikasikan ide tersebut sehingga dapat dinikmati oleh oraang lain.
Komunikasi ide itu tentu saja bukan secara lisan, tetapi dengan rangkaian kata-kata
sehingga membentuk sebuah tulisan (Sigit, 2013: 2).
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah
tulisan.Nurgiantoro (2001: 298) menyatakan bahwa dilihat dari segi kemampuan
berbahasa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan
bahasa. Sedangkan pengertian secara umum menulis adalah aktivitas
mengemukakan gagasan melalui media bahasa.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
12
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau
gagasan dan untuk menyampaikan pesan (komunikasi) melalui bahasa tulis sebagai
alat atau medianya, sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Kemampuan
menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah
pengetahuan dan keterampilan. Dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat
unsur yang terlibat, yaitu: penulis, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa
tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
2. Tujuan Menulis
Pada dasarnya tujuan menulis adalah sebagai alat komunikasi dalam bentuk
tulisan. Setiap jenis tulisan tentunya memiliki tujuan. Tujuan-tujuan tersebut
tentunya sangat beraneka ragam. Tarigan (2008: 24) menyatakan bahwa tujuan
menulis adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh
dari pembaca. Tarigan (2008: 24) membagi tujuan menulis dilihat dari penulisnya
yang belum berpengalaman sebagai berikut:
1) Memberitahukan atau mengajar (wacana informatif)
Seorang penulis dapat menyebarkan informasi melalui tulisannya seperti
wartawan di koran, tabloid, majalah atau media massa cetak yang lain. Tulisan
yang ada pada media cetak tersebut seringkali memuat informasi tentang
kejadian atau peristiwabaik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk
pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar pembaca
memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
13
2) Meyakinkan atau mendesak(wacana persuasif)
Melalui tulisan seorang penulis dapat mempengaruhi keyakinan pembacanya
danmengharapkanpembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau
mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan
meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh
karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan
apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab,
bersahabat,dan mudah dicerna.
3) Menghibur atau menyenangkan(estetik)
Fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli media
massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam
menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan
“ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula
menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah
seharian sibuk beraktifitas.
4) Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api
(wacana ekspresif)
Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus
bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan
perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung
lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan
tentu saja cenderung lebih rasional.
Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008: 25-26), membagi tujuan menulis
menjadi tujuh bagian sebagai berikut:
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
14
a. Assigment Purpose (Tujuan Penugasan)
Yaitu menulis yang dilakukan untuk tujuan menyelesaikan tugas bukan atas
kemauan sendiri(misalnya paraa siswa yang diberi tugas merangkum buku
atau sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).
b. Altruistic Purpose (Tujuan Altruistik)
Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan. Penulis bertujuan
untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca,
ingin mendorong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan
penalarannya. Ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karya seseorang.
c. Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan
yang diutarakan oleh seorang penulis.Dengan membaca tulisan tersebut
diharapkan pembaca dapat meyakini dan mempercayai kebenarannya
(misalnya menulis poster tentang bahaya narkoba).
d. Informational Purpose (Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan)
Tujuan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada
para pembaca. Informasi yang dituliskan dapat memberikan
keterangan/penerangan yang jelas kepada pembaca sehingga pembaca
mendapatkan gambaran tentang informasi yang dimaksud.
e. Self-expressive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri)
Tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri seorang
pengarang kepada pembaca sehingga pembaca dapat mengetahui identitas dan
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
15
latar belakang penulis.
f. Creative Purpose (Tujuan Kreatif)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri, tetapi “keinginan
kreatif’’ disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan
keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan
yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai kesenian misalnya novel
dan cerpen.
g. Problem solving purpose (Tujuan Pemecahan Masalah)
Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menjelaskan,
menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan
gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca
(misalnya adalah menulis skripsi, tesis, dan karya ilmiah).
Depdikbud (dalam Sukirno, 2013: 4-5) menyatakan bahwa tujuan kegiatan
menulis kreatif yaitu memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca,
menceritakan suatu peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian,
melukiskan tindak tanduk manusia pada sebuah peristiwa yang menimbulkan daya
khayal atau imajinasi pembacanya, dan menarik suatu maknaa baru diluar apa yang
diungkapkan secara tersurat.Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tujuan
pembelajaran menulis kreatif adalah agar (1) siswa dapat berkomunikasi dengan
diri sendiri dan atau orang lain, (2) siswa dapat mendokumentasikan hal-hal
penting atau mengesankan yang diperoleh, (3) siswa dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi, dan (4) menyalurkan bakat minat melalui tulisan.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis haruslah
mempunyai tujuan yang nyata. Dimana para penulis harus bisa meyakinkan,
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
16
memberitahukan, menghibur dan mengekspresikan emosi.
Semi (2007: 14-22) mengatakan bahwa setiap orang yang hendak menulis
tentu mempunyai niat atau maksud dalam hati atau pikiran apa yaang hendak
dicapainya dengan menulis itu. Niat atau maksud itulah yang dinamakan tujuan
menulis. Secara umum, tujuan orang menulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk Menceritakan Sesuatu
Setiap orang memiliki pengalaman hidup, pemikiran, perasaan, imajinasi, dan
intuisi yang sebaiknya dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk
tulisan dengan maksud agar pembaca ikut merasakan pengalaman atau
pengetahuan yang dialami penulis.
2. Untuk Memberikan Petunjuk atau Pengarahan
Dalam kehidupan sehari-hari , banyak dijumpai tulisan yang tujuannya
memberi petunjuk atau pengarahan tentang sesuatu, misalnya cara belajar yang
baik, petunjuk cara membuat kue, dan lain-lain.
3. Untuk Menjelaskan Sesuatu
Setiap orang dapat menulis tulisan yang tujuannya menjelaskan sesuatu kepada
pembaca sehingga pengetahuan pembaca menjadi bertambah, dan pemahaman
pembaca tentang topik yang disampaikan menjadi lebih baik.
4. Untuk Meyakinkan
Ada kalanya orang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat
atau pandangannya mengenai sesuatu karena orang sering berbeda pendapat
tentang banyak hal. Suatu ketika, seseorang ingin mengajak orang lain untuk
percaya dengan pandangannya karena dia merasa apa yang dipikirkannya dan
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
17
dilakukannya merupakan sesuatu yang benar.
5. Untuk Merangkum
Tujuan menulis semacam ini, umumnya dijumpai pada kalangan murid
sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para
mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Merangkum tidak hanya
dilakukan pada saat membaca, tetapi juga pada saat mendengarkan sesuatu
misalnya ceramah atau menulis pengalaman penting yang dialami pada hari
itu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis memiliki tujuan
untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca,
memberikan hiburan, dan sebagainya. Menulis juga dapat memberi arahan,
menjelaskan sesuatu, menceritakan suaatu kejadian/ peristiwa, memberikan
informasi tentang sesuatu disuatu tempat pada suatu waktu, meringkas atau
membuat rangkuman.
3. Fungsi Menulis
D’Angelo (dalam Tarigan 2008: 22) menyatakan bahwa pada prinsipnya
fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.
Menulis sangat penting bagi pendidikan karena para pelajar akan merasa mudah
dan nyaman dalam berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan
dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi,
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
Tulisan membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita
menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang,
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
18
gagasan-gagasan, dan kejadian-kejadian yang hanya dalam proses menulis yang
aktual.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat,
khususnya dalam dunia pendidikan. Menulis dapat menghasilkan ide-ide baru yang
kreatif, menulis dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dan pemecahan masalah.
Dengan menulis, seseorang dapat menyerap dan memproses informasi lebih
banyak sehingga wawasan dan pengetahuannya akan bertambah. Selain itu
kegiatan menulis dapat menjadi pengalaman yang produktif dan berharga.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis
Graves (dalam Suparno dan Yunus, 2007: 1.4) menyatakan bahwa
seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak
berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan
tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman
menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang
minat. Sedangkan berdasarkan pengamatan di lapangan ada beberapa faktor yang
mempengaruhikemampuan menulis seseorang, diantaranya adalah (a) takut untuk
memulai, (b) tidak tahu kapan harus memulai, (c) pengorganisasian, dan (d)
bahasa. Faktor-faktoritulah yang dapat menyebabkan setiap orang memiliki
kemampuan menulis yang berbeda.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk
memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis
yang terampil. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil
dalam bidang tulis-menulis.Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai
menulis. Artinya, kapan pun, di mana pun, seseorang dapat melakukannya.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
19
Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan.
5. Syarat-syarat Menulis
Keterampilan dasar dalam menulis, diperlukan pemahaman tentang hakikat
kegiatan menulis yang harus dipunyai dan harus dilalui sebelum dan selama
menulis. Tulisan yang baik adalah tulisan yang berisi gagasan atau topik yang
mampu menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca. Menurut Semi,
(2007:42), syarat untuk menghasilkan tulisan yang baik dalam menulis sebaiknya
menguasai tiga keterampilan dasar, yaitu:
1) Keterampilan Berbahasa
Menulis merupakan suatu kegiatan memindahkan bahasa lisan ke dalam
bentuk tulisan dengan menggunakan lambang-lambang grafem. Oleh sebab
itu, tidak mungkin orang akan lancar menulis apabila tidak memiliki
keterampilan berbahasa tulis. Keterampilan berbahasa tulis, pada dasarnya
sama dengan keterampilan dengan berbahasa lisan karena sama-sama
berbentuk pencurahan gagasan dengan menggunakan lambang bahasa.
Keterampilan menggunakan bahasa tulis yang dimaksud adalah pemakaian
semua unsur bahasa, yaitu: ejaan, kata, ungkapan, kalimat, dan pengembangan
paragraf. Semua unsur bahasa ini hendaknya digunakan dengan tepat dan
efektif, yang selalu disesuaikan dengan tujuan, isi dan latar belakang pembaca.
2) Keterampilan Penyajian
Keterampilan penyajian adalah keterampilan menyusun gagasan sehingga
kelihatan semuanya kompak dan rapi antara yang satu bagian dengan bagian
yang lain memperlihatkan kaitan atau hubungan yang harmonis. Pada
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
20
umumnya penyajian tulisan dapat dibagi dua, yaitu cara deduktif dan cara
induktif. Cara deduktif artinya penyajian yang dimulai dari penyampaian
gagasan pokok kemudian ulasan dan penjelasan. Sebaliknya, penyajian secara
induktif merupakan penyajian yang dimulai dari uraian atau penjelasan
kemudian disampaiakan dengan cara yang baik. Cara penyajian tulisan sangat
penting dikuasai. Setiap jenis tulisan harus disampaikan dengan cara yang
tepat menurut aturan yang berlaku umum.
3) Keterampilan Perwajahan
Keterampilan perwajahan adalah keterampilan menata bentuk fisik sebuah
tulisan sehingga sebuah tulisan tersebut elihatan rapih dan indah dipandang
mata. Dalam keterampilan perwajahan yang harus diketahui ialah, (1) penataan
tifografi, seperti pemakaian huruf yang ukurannya lebih besar, huruf miring,
kalimat yang digarisbawahi, dan menata tata muka kulit depan; (2) bagaimana
memilih format, ukuran, dan jenis kertas yang tepat. Kedua hal tersebut
sangatlah penting. Dalam menentukan bentuk fisik tulisan yang baik dapat
dilakukan dengan cara melihat atau berpedoman kepada karya tulis seseorang.
6. Tahapan-tahapan Menulis
Menulis adalah suatu proses kreatif yang dilakukan melalui tahapan yang
harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga
semuanya berjalan dengan efektif. Kegiatan menulis diibaratkan sebagai seorang
arsitektur yang akan membangun sebuah gedung.Sebuah sistem kerja yang kreatif
memerlukan langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Kegiatan menulis
juga memerlukan tahapan-tahapan tertentu di dalam prosesnya. Tahapan-tahapan
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
21
menulis menurut Semi (2007: 46) terbagi menjadi tiga, yaitu a) tahap pratulis, b)
tahap penulisan, dan c) tahap penyuntingan. Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan
Sumarno (2009: 11) tahap-tahap menulis terdiri dari enam langkah, yaitu: a) draf
kasar, b) berbagi, c) perbaikan, d) menyunting, e) penulisan kembali, f) evaluasi.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan mengenai tahap-tahap
dalam menulis yaitu:
1) Tahap Pratulis
Tahap pratulis merupakan tahap paling awal dalam kegiatan menulis. Tahap
ini terletak pada sebelum melakukan penulisan. Di dalam tahap pratulis
terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penulis. Mulai dari
menentukan topik yang akan ditulis. Penulis mempertimbangkan pemilihan
topik dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca.
2) Tahap Pembuatan
Draf yang dimaksud adalah tulisan yang disusun secara kasar. Pada kegiatan
ini penulis lebih mengutamakan isi tulisan dari pada tata tulisnya sehingga
semua pikiran, gagasan, dan perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisan.
3) Tahap Revisi
Merevisi berarti memperbaiki, dapat berupa menambah yang kurang atau
mengurangi yang lebih, menambah informasi yang mendukung, mempertajam
perumusan penulisan, mengubah urutan penulisan pokok-pokok pikiran,
menghilangkan informasi yang kurang relevan, dan lain sebagainya. penulis
berusaha untuk menyempurnakan draf yang telah selesai agar tulisan tetap
fokus pada tujuan.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
22
4). Tahap Penyuntingan
Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali kegiatan membaca draf.
Tulisan pada draf kasar masih memerlukan beberapa perubahan. Kegiatan
selama tahap penyuntingan adalah meneliti kembali kesalahan dan kelemahan
pada draf kasar dengan melihat kembali ketepatannya dengan gagasan utama,
tujuan penulisan, calon pembaca, dan kriteria penerbitan.
4) Tahap Publikasi
Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam proses menulis. Dalam
tahap ini yang dilakukan adalah mempublikasikan tulisannya melalui berbagai
kemungkinan misalnya mengirimkan kepada penerbit, redaksi majalah, dan
sebagainya. Dapat pula dengan berbagi tulisan dengan berbagai pembaca.
B. Teks Berita
1. Hakikat Teks Berita
Keberadaan berita menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Kebutuhan akan laporan terkini telah menjadi sesuatu yang
amat penting bagi masyarakat, bukan hanya masyarakat kalangan atas, tetapi juga
masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dengan kemajuan teknologi
memudahkan masyarakat untuk mengakses berita seperti di televisi, radio, majalah,
koran, internet, dan lain-lain. Kemajuan dunia jurnalis juga menuntut kita untuk
terampil menulis berita dan memahami apa itu berita.
Berita merupakan salah satu bentuk dari tulisan. Sudarman (2008: 76)
mengemukakan bahwaberita adalah laporan tercepat tentang suatu peristiwa, fakta
atau hal baru, menarik dan perlu diketahui oleh masyarakat umum. Djuraid (2009:
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
23
11) menyatakan bahwa berita adalah laporan atau pemberitahuan mengenai
terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi
yang disampaikan oleh wartawan dimedia massa. Menurut Kosasih dan Restuti
(2009: 89) berita adalah peristiwa yang mengandung hal yang menarik, luar biasa,
dan terkini (baru). Memang tidak semua peristiwa layak dan perlu diberitakan.
Akan tetapi, peristiwa yaang layak diberitakan itu adalah peristiwa yang penting
dan menarik.
Menulis berita merupakan hal yang sulit dilakukan bagi sebagian orang.
Dalam menulis berita seseorang harus mengerti apa yang disebut berita. Kriteria
atau nilai-nilai apa saja yang layak ditulis dalam berita juga harus diperhatikan
dalam penulisan berita. Selain itu, penulisan berita juga harus memperhatikan
unsur-unsur yang harus ada dalam berita serta teknik penulisan berita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2012: 179) berita diartikan sebagai
laporan tercepat mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Peristiwa yang
melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang terjadinya pun aktual
dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan orang banyak. Rolnicki, dkk (2008:
2-3) menyebutkan bahwa berita dapat didefinisikan sebagai “hard news” atau “soft
news”. Hard news (berita hangat) punya arti penting bagi pembaca, pendengar, dan
pemirsa karena biasanya berisi berita yang “terkini” yang baru saja terjadi atau
akan terjadi. Soft news (berita ringan) biasanya kurang penting karena isinya
menghibur, walau kadang juga memberi informsi penting.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berita adalah laporan
tercepat tentang suatu kejadian atau peristiwa berupa ide atau fakta terbaru yang
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
24
benar, menarik, penting bagi sebagian besar khalayak dan patut untuk
dipublikasikan melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media
internet.
2. Jenis-jenis Berita
Berdasarkan masalah yang dicakup berita dibagi menjadi beberapa jenis.
Masalah di sini biasanya merujuk kepada aspek kehidupan yang ada di tengah-
tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan manusia, yaitu:
aspek sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Tetapi, seiring dengan
perkembangan masyarakat, keempat aspek ini terasa tidak memadai lagi dan perlu
dipecah lagi menjadi berbagai aspek.Berdasarkan lingkup pemberitaan biasanya
berita dibagi menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional, dan
internasional.
Sebuah berita disebut berlingkup lokal apabila peristiwa yang dilaporkannya
terjadi di sebuah kabupaten dan akibatnya hanya dirasakan di daerah itu, atau di
kabupaten lain dalam propinsi yang sama. Sebuah berita disebut berlingkup
nasional apabila pelaporan peristiwa yang terjadi di satu negara dapat dirasakan di
negara lain, sedangkan sebuah berita disebut berlingkup internasional jika
melibatkan banyak negara di dunia.
Djuraid (2009 :46-66) membagi berita menjadi berita politik, berita
ekonomi, berita kriminal, berita olahraga, berita seni, berita hiburan, dan keluarga,
berita pendidikan, serta berita pemerintahan. Pembagian jenis berita ini
memudahkan pembaca dalam mencari informasi yang dibutuhkan dalam surat
kabar. Pembaca yang ingin membaca berita politik misalnya, dapat langsung
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
25
membuka surat kabar atau majalah pada halaman berita politik. Pembaca tidak
perlu membuka satu per satu berita dari halaman awal sampai akhir untuk mencari
berita yang dibutuhkan.
Pembagian jenis berita yang bermacam–macam ini disebabkan oleh
segmentasi berita sesuai dengan perkembangan masyarakat. Seiring
perkembangannya, kini muncul banyak media dengan segmen baru seperti media
khusus anak, wanita, olahraga dan lain sebagainya. Beragamnya jenis berita pada
dasarnya mempunya tujuan yang sama yaitu memberikan informasi kepada
pembaca atau masyarakat.Namun demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
jenisnya berita terbagi menjadi berita politik, berita ekonomi, berita kriminal, berita
olahraga, berita seni, berita hiburan, berita keluarga, berita pendidikan, dan berita
pemerintahan.
3. Sifat Berita
Untuk melihat macam berita, ditentukan oleh materi, kejadian, sifat
peristiwa dan cara penulisannya.Peristiwa tentang kecelakaan kereta api yang
menewaskan puluhan orang tentu tidak mungkin hanya ditulis sepanjang dua
alinea. Begitu juga sebaliknya, sebuah peresmian kantor instansi oleh istri bupati
tidak perlu ditulis panjang sampai satu layar komputer.
Berdasarkan isi materinya (contens), secara umum sifat berita dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Berita Berat (hard news)
Yaitu berita yang bersifat “keras”, yang dapatmenimbulkan dampak psikologis
yang tidak mengenakkan bagi pembaca karena menguras emosi serta energi
yang tinggi pada pembaca.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
26
2) Berita Sedang (middle range news)
Yaitu berita yang tidak keras dan juga tidak ringan. Berita sedang dapat
memberikan dampak psikologis yang tidak sama antara pembaca yang satu
dengan pembaca lainnya. Biasanya yang terkait dengan berita tersebut dapat
memberikan dampak psikologis yang lebih dalam dibandingkan dengan
pembaca yang tidak ada sangkut pautnya.
3) Berita Ringan (soft news)
Yaitu berita yang materi beritanya bernuansa ringan. Berita ringan bersifat
menghibur dan ada unsur humornya, Sudarman (2008; 88).
4. Nilai Berita
Sebelum menulis berita, yang penting untuk diketahui oleh penulis adalah
nila-nilai apa saja yang terdapat dalam sebuah berita. Ketika seorang penulis
menulis sebuah berita, maka penulis harus menyampaikan berita tersebut secara
cepat kepada pembacanya. Di sini nilai kedekatan wilayah menjadi sangat penting.
Bagaimanapun bila terjadi suatu peristiwa di suatu daerah kemudian ditulis oleh
penulis, maka masyarakat sekitar wilayah tempat peristiwa itu terjadi sangat
berkepentingan terhadap berita tersebut.
Nilai berita sangat penting untuk diketahui sebelum menulis karena akan
menjadi panduan bagi seorang wartawan untuk memutuskan suatu kejadian,
informasi, atau keadaan layak diberitakan atau tidak. Nilai berita tersebut adalah,
(1) aktual, (2) kedekatan, (3) penting, (4) luar biasa, (5) tokoh, (6) eksklusif, (7)
ketegangan, (8) konflik, (9) human interest, (10) seks, (11) progresif, (12) trend,
(13) humor ( Djuraid, 2009: 13-44).
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
27
Secara garis besar Septiawan (2005: 18-20) serta Rolnicki, dkk (2008: 8-14)
menyebutkan ada sepuluh elemen yang ada dalam berita yaitu (1) kesegeraan
(immediacy) atau ketepatan waktu (timeliness) adalah elemen paling essensial dari
kebanyakan berita, (2) kedekatan atau kemiripan bukan hanya berarti kedekatan
geografis tetapi juga kdekatan minat, dan terkadang disebut dampak (impact), (3)
konsekuensi berhubungan dengan daya tarik yang lebih luas dengan arti penting
dan dengan efek berita pada pembaca, (4) kemenonjolan (prominence) sebagai satu
unsur berita, mencakup orang, tempat, sesuatu dan situasi yang dikenal publik
karena kemakmurannya, posisi sosialnya, prestasinya atau publisitas sebelumnya
yang positiv atau negatif, (5) drama bisa menambah vitalitas dan warna berita
karena berisi misteri, ketegangan, komedi, kejadian aneh dan ganjil, (6)
keganjilaan atau keanehan hampir selalu membuat fakta menjadi menarik, (7)
konflik adaalah elemen berita yang paling sering muncul di media massa, (8) seks
sebagai bagian intregral dari kehidupan manusia, memiliki nilai berita dan seks
dapat diberitakan secara dewasa, informative dan nonsensasional, (9) emosi dan
naluri atau (insting) adalah berita yang paling banyak dibaca di media cetak, (10)
kemajuan (progress) berkaitan dengan perubahan signifikan untuk kemajuan
kebaikan umat manusia.
Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Sumadiria (dalam Sudarman
2008:80-88). Ia menjabarkan 11 unsur-unsur berita sebagai nilai berita (news
value), yaitu:
1) Keluarbiasaan (unusualness)
Keluarbiasaan yang dimaksud misalnya fatsun: apabila seseorang digigit
anjing itu bukanlah berita, tetapi jika orang menggigit anjing barulah itu berita
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
28
luar biasa. Menurut Haris Sumadiria, nilai berita luar biasa itu paling tidak
dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, dan
dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut (baik dalam bentuk jiwa
maupun harta) serta menyangkut kemungkinan perubahan aktivitas
masyarakat;
2) Kebaruan (newsness)
Berita adalah sesuatu yang terbaru. Presiden yang baru dilantik, walikota yang
baru diangkat, artis yang baru melahirkan, pejabat yang baru masuk penjara,
semua itu merupakan berita;
3) Akibat (impact)
Berita adalah sesuatu yang memiliki akibat atau dampak. Suatu peristiwa atau
hal tidak jarang menimbulkan dampak, terutama dampak dalam kehidupan
masyarakat. Misalnya, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
berdampak pada kenaikan harga sembako, dll.
4) Aktual (actual)
Berita adalah apa yang terjadi hari ini. Semakin aktual berita itu semakin
tinggi pula nilai beritanya.
5) Kedekatan (proximity)
Adalah berkaitan dengan jauh dekatnya peristiwa itu dengan kehidupan
masyarakat atau khalayak. Secara umum kedekatan terbagi dua, yaitu
kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Semakin dekat berita itu
dengan khalayak, semakin menarik untuk dibaca.
6) Informasi (information)
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
29
Merupakan hal penting yang sering dibutuhkan oleh masyarakat. Informasi
merupakan segala sesuatu yang dapat menghilangkan ketidakpastian.
7) Konflik (conflict)
Berita adalah konflik (news is conflict) segala sesuatu yang mengandung
konflik merupakan sumber berita yang tidak pernah kering. Misalnya,
keberadaan PT Freeport akan menjadi berita yang menarik selagi masih
terdapat konflik dengan masyarakat Papua.
8) Orang penting (public figure)
Berita berkaitan dengan orang-orang penting, seperti: pejabat, artis, orang-
orang terkenal, selebriti. Misalnya Ratu Elizabeth melakukan kunjungan
kenegaraan, untuk menuliskan berita tersebut membutuhkan izin dari yang
bersangkutan.
9) Ketertarikan manusiawi (human interest)
Suatu peristiwa kadang dapat menimbulkan efek emosi yang berarti pada diri
khalayak. Berita yang demikian merupakan berita yang dapat memiliki nilai
human interest.
10) Kejutan (surprising)
Sesuatu yang mengejutkan merupakan suatu berita (news is surprising).
Kejutan biasanya datang tiba-tiba dan tak disangka. Misalnya keberhasilan
pelajar Indonesia menjadi juara umum dalam perlombaan Science Olympiade.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
30
11) Seks(sex)
Dalam dunia jurnalistik, seks juga berarti berita (news is sex). Berita yang
berkaitan dengan seks misalnya perselingkuhan public figure, tindakan asusila,
pelecehan dan sebagainya.
Berbagai elemen berita tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan
menjadi mata masyarakat untuk dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di
sekitarnya. Beberapa elemen yang mendasari nilai berita tersebut harus dipaparkan
dengan bahasa pelaporan berita dan penulisan yang tidak sama. Masing-masing
elemen memiliki tempat khusus yang dibahas secara khusus melalui batasan-
batasan yang mesti dipenuhi.
5. Konsep Berita
Ada 8 unsur penting yang dapat dijadikan konsep berita menurut Moot
(dalam Sudarman, 2008: 76) yaitu:
1) Berita sebagai laporan tercepat (nems as timely report)
Konsep dasar berita, menitikberatkan pada aspek kecepatan (timely). Sekarang
ini dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kecepatan menjadi
sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang tidak dapat ditulis dengan cepat,
dapat diakalinya dengan memberikan laporan yang lebih mendalam (in deept
report) sehingga lebih baru.
2) Berita sebagai rekaman (news as record)
Berita yang tercetak dalam media massa cetak, merupakaan rekaman sebgai
bahan dokumentsi. Sering kali di media massa mencatat hal-hal yang
bersejarah, berharga, dan bernilai tinggi bagi kemanusiaan serta kebudayaan.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
31
3) Berita sebagai fakta objektif (news as objektive fact)
Disebut sebagai fakta objektif karena merupakan suatu fakta dan objektif.
Laporan berita harus mengungkapkapkan fakta apa adanya dan harus objektif
tidak berat sebelah. Media massa bersifat publik (umum), jadi harus memenuhi
ketentuan umum termasuk memenuhi standar kode etik jurnalistik didalamnya.
4) Berita sebagai interpretasi
Dalam suatu kehidupan yaang kompleks seperti menyangkut bidang politik,
ekonomi atau ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca
mengerti. Pembaca perlu diberi penjelasan tentang latar belakang, sebab
akibat, situasi dan hubungannya dengan hal-hal lain, mengapa sesuatu itu
terjadi berdasarkan interpretasi atau pemahaman wartawan atau penulis.
5) Berita sebagai sensasi (news as sensation)
Di sini terdapat unsur subjektif, yaitu berita dapat mengejutkan (shock), dan
mnggetarkan atau mengharukan (thirills) bagi pembacanya. Terdapat
pemberitaan yang serius mengenai kejadian-kejadian tertentu, misalnya
tentang korupsi pejabat.
6) Berita sebagai minat insani (news as human interest)
Dalam hal ini, menariknya bukan karena pentingnya berita yang dilaporkan,
tetapi karenaa sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia),
menimbulkan perasaan terharu prihatin, senang dan lain sebagainya.
7) Berita sebagai ramalan (news as prediction)
Di sini penulis berita cenderung untuk menaruh perhatian kepada masa depan
dari masa kini dn masa lalu, karena minaat pembca terutama terletak paadaa
masa depan. Pada umumnya, yang diharapkan dari berita selain erupakan
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
32
informasi mengenai kejadian terkini, juga ramalan yang masuk akal mengenai
masa depan.
8) Berita sebagai gambar (news as picture)
Selain berita disampaikan dalam bentuk kata-kata, berita juga dapat
disampaikan dalam bentuk gambar. Ilustrasi gambar dalam media massadapat
menghibur, biasanya lebih lugas, jujur dan apa adanya.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa delapan konsep utama
berita yang tersebut di atas harus dikuasai oleh seorang penulis dalam mencari,
menyusun, dan menyiarkan berita.
6. Teknik Penulisan Berita
Teknik menulis berita pada umumnya mengikuti bentuk piramida terbalik.
Bagian awal merupakan ruang penulis untuk ringkasan isi berita yang lazimnya
tidak lebih dari 35 kata. Pada bagian ringkasan pesannya mesti memiliki
kelengkapan informasi yang mencakup unsur-unsur pemberitaan 5 W + 1 H, yakni:
what (peristiwa apa yang diberitakan), who (siapa saja yang terlibat dengan
peristiwa), when (waktu peristiwanya, kapan saajaa terjadinya), where (tempat
peristiwa berlangsung, di mana saja kejadiannya), why (mengapa peristiwa itu
terjadi, faktor-faktor yang menyebabkan peristiwa terjadi), dan how (bagaimana
peristiwa terjadi). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan berupa pengembangan
detil-detil, fakta-fakta dan hal-hal lain (Septiawan Santana K, 2005: 22-23).
Secara umumdalam menulis berita dapat menggunakan teknik deskripsi,
narasi, eksposisi, . Menurut Sudarman (2008: 91) bahwa teknik deskripsi yaitu
teknik penulisan berita dengan pola penuturan yang menggambarkan sesuatu yang
diberitakan. Narasi yaitu teknik penulisan berita dengan pola tutur berdasarkan
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
33
cerita dari orang lain. Eksposisi yaitu teknik penulisan berita yaang disertai dengan
kiasan-kiasan tertentu dari penulisannya.
Dijelaskan pula oleh Sudarman (2008: 92) bahwa unsur-unsur penulisan
dengan 5W+1H, yaitu:
1) What, berarti peristiwa apa yang terjadi dan dilaporkan kepada khalayak.
2) Who, berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa itu. Siapa berarti
mengacu kepada seseorang (manusia) yang dijaadikan berita.
3) When, berarti kapan peristiwa itu terjadi. Ini berkitan dengan waktu peristiwa
terjadi.
4) Where, berarti di mana peristiwa itu terjadi. Ini berkaitan dengan tempat
kejadian peristiwa itu terjadi.
5) Why, berarti mengapa peristiwa itu terjadi. Ini berkaitan dengan alasan atau
mencari penyebabnya mengapa peristiwa itu terjadi.
6) How, berarti bagaimana jalannya peristiwa itu terjadi.
Banyaknya fakta yang harus ditulis dengan waktu yang terbatas
menyebabkan seorang jurnalis mencari cara yang paling mudah untuk menulis
berita. cara itu dinamakan pola piramida terbalik. Dengan pola ini, pesan berita
disusun secara deduktif, simpulan terlebih dahulu pada paragraf pertama, disusul
dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf berikutnya. Materi
disusun sesuai dengan urutan terpentingnnya. Informasi yang disajikan, semakin ke
bawah semakin kurang penting dan makin banyak detail. Jika digambarkan
penulisan berita dengan sistem piramida terbalik dapat disajikan dalam gambar 2.1
berikut ini.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
34
Gambar 2.1Piramida Terbalik
Berdasarkan gambar di atas, menurut Sudarman (2008: 90) anatomi berita
terdiri atas, judul berita (head line), merupakan identitas berita, titi mangsa (date
line), berkaitan dengan kapan berita itu dibuat, pembuka berita (lead), yaitu
kalimat pembuka pada paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi
terpenting dari keseluruhan berita yang kita sampaikan, perangkai (bridge), adalah
kata-kata penghubung antar teras berita dengan tubuh berita, tubuh (body), yaitu
kalimat-kalimat, paragraf-paragraf yang merupakan kelanjutan dari teras berita,
dan kaki berita (leg), yaitu bagian akhir dari penulisan berita.
Metode penulisan sebuah berita menurut Kosasih dan Restuti (2009: 9)
dengan menggunakan piramida terbalik digambarkan dalam gambar 2.2 berikut.
Judul Berita
Kaki
Tubuh
Perangkai
Teras
Titi Mangsa
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
35
Gambar 2.2 Piramida Terbalik
Dalam gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa unsur adiksimba
diletakkan pada bagian awal yang biasa disebut lead atau kepala berita. Nilai yang
paling penting terletak pada lead. Dari segi kepentingan berita semakin ke bawah
semakin berkurang. Karena itu, jika seseorang tidak cukup waktu untuk membaca
keseluruhan berita, dengan hanya membaca lead, dia telah cukup mendapatkan
peristiwa penting.
C. Hakikat Pendekatan, Model, Metode, Teknik, dan Strategi Pembelajaran
1. Pendekatan
Pendekatan, metode, dan teknik memiliki kaitan yang erat dan saling
berkaitan. Ketiga istilah itu mempunyai hubungan berjenjang atau hierarkis, yang
satu lebih tinggi dari yang lainnya. Pendekatan berada pada tingkat yang tertinggi,
yang kemudian diturunkan atau dijabarkan dalam bentuk metode. Selanjutnya,
Kepala Berita ( Lead)
Badan Berita
Ekor Berita
Judul Berita
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
36
metode dituangkan atau diwujudkan dalam sebuah teknik. Teknik inilah yang
merupakan ujung tombak pengajaran karena berada pada tahap operasional atau
tahap pelaksanaan pengajaran, Iskandarwassid dan Sunendar (2015: 40).
Sanjaya (2014: 127) mengartikan pendekatan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.oleh
karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau
tergantung dari pendekatan tertentu. Pendekatan adalah proses, perbuatan, atau
cara mendekati (KBBI, 2012: 306).
Dapat dikatakan bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang
sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling
berkaitan. Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, banyak ahli yang
menggunakan ketiga istilah itu dalam istilah yang berbeda, sering dicampurdukkan
pengertian dan penggunaanya, tetapi tidak sedikit orang yang menyamakan
pengertian ketiga istilah itu.
2. Model Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran merupakanintegrasi dari
berbagai elemen pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik, kurikulum,
dan metode pembelajaran. Proses pembelajaran di era modern ini bukan hanya
sekadar menyampaikan materi pembelajaran, melainkan sebagai proses mengatur
lingkungan supaya siswa belajar. Proses pembelajaran harus diarahkan agar peserta
didik mampu mengikuti setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang
cepat berubah.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
37
Tuntutan perubahan paradigma pembelajaran dalam menghadapi tuntutan
dan kebutuhan zaman merupakan hal yang harus disikapi oleh para pendidik.
Perkembangan globalisasi tentunya juga akan menyebabkan perubahan atau
perkembangan kurikulum yang berlaku pada dunia pendidikan. Tuntutan dan
kebutuhan zaman menjadi hal yang mendasari pengembangan konsep kurikulum
pendidikan. Adapun konsep kurikulum pendidikan akan berdampak pada konsep
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Agar kegiatan dalam proses
pembelajaran dapat terselenggara dengan efektif dan efisien maka para pendidik
harus mengetahui hakikat model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran.
Model dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012: 923) diartikan
sebagaipola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan. Hamdani (2011: 147) menyebutkan bahwa model adalah kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah
kegiatan. Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Sagala (2010: 62)
istilah model dapat dipahami sebagai sebagai suatu kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka
mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik
(learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang keduanya disingkat
SOLAT (Style of Learning and Teaching) Hanafiah dan Suhana (2010 : 41).
Sedangkan menurut Joyce (dalam Ngalimun 2016: 7) model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
38
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-peraangkat pembe;ajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Fathurrohman (2015: 31) menyebutkan bahwa model pembelajaran dalam
perkembangannya berkembang menjadi banyak. Terdapat model pembelajaran
yang kurang baik dipakai dan diterapkan, namun ada model pembelajaran yang
baik untuk diterapkan. Ciri-ciri model pembelajaran yang baik adalah sebagai
berikut.
1. Adanya keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan
mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap.
2. Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama
pelaksanaan model pembelajaran.
3. Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator, dan motivator
kegiatan belajar peserta didik.
4. Penggunaan berbagai metode, alat, dan media pembelajaran.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang
sistematik dalam mengorganisasikaan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam
perencanaan pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
3. Metode Pembelajaran
Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat
penting. Metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
39
mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran yang
ditetapkan guru memungkinkan siswa banyak belajar proses, bukan hanyabelajar
produk.
Menurut Sanjaya (2014: 1470 metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dalam KBBI (2012: 910)
metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Departemen Agama R.I (2002: 88) disebutkan bahwa metode adalah cara
yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena
penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode
pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yag
dirancang oleh guru harus diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu dan lebih
banyak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Peranan
guru berubah, dari penyaji materi pembelajaran menjadi pemberi pengaruh dan
pemberi kemudahan untuk terjadinya proses belajar siswa.
4. Teknik Pembelajaran
Setiap pembelajaran mempunyai tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik maka pengajar harus mampu memilih teknik mengajar yang
akan digunakan, dengan demikian peserta didik dapat belajar secara efektif dan
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
40
efisien dalam mencapai tujuan yang diharapkan jika para pengajar mampu
memahami dan menentukan strategi pembelajaran dengan baik. Untuk menguasai
strategi itu, seorang pengajar harus menguasai teknik-teknuk penyajian mengajar.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran ada beberapa kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang pengajar, di antaranya adalah pemahaman dan pengusaan
teknik penyajian mengajar. Teknik yang digunakan pengajar untuk menyampaikan
informasi tentu akan berbeda dengan teknik penyajian yang digunakan untuk
mengajarkan keterampilan dan sikap. Seorang pengajar harus mengetahui dan
memahami teknik-teknik penyajian dan sifat-sifat yang khas pada setiap teknik
penyajian agar mampu dan terampil menggunakannya sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu (KBBI, 2012:1422) Teknik
merupakan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan
atau menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik harus konsisten dengan
metode. Oleh karena itu, teknik harus selaras dan serasi dengan pendekatan
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2015: 66). Teknik adalah cara yang dilakukan
seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode (Sanjaya, 2014: 126).
Bila pengajar mempunyai keterbatasaan pengetahuan dan penguasaan tentang
disiplin ilmu maupun tentang cara mengajar yang baik, tentu ia akan berkutat
dengan teknik yang sama, atau tidak berkembang, dan tanpa variasi. Dengan
demikian , pembelajaran akan terkesan monoton dan membosankan. Setiap teknik
memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengajar perlu mengkaji teknik mengajar
yang sesuai dan memilih strategi-strategi yang memberikan peluang paling banyak
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
41
bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pencapaian tujuan
pembelajaran atau kompetensi tertentu.
5. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan
dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah
pembelajaran , pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya
diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:1340) strategi adalah ilmu
dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
kebijaksaanaan tertentu dalam perang dan damai. Yang dapat dianggaap berkaiatan
langsung dengan pengertian strategi dalam pengajaran bahasa ialah bahwa strategi
merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus.dalam konteks pengajaaran, Gagne (dalam Iskandarwassid dan Sunendar,
2015: 3) mengaartikaan strategi sebagai kemampuan internal seseorang untuk
berpikir, memecahkan maasalah, dan mengambil keputusan.
Dalam setiap pembelajaran peranan strategi lebih penting apabila guru
mengajar siswa yang berbeda dari segi kemampuan, pencapaian, kecenderungan,
serta minat. Ini karena guru harus memikirkan strategi pengajaran yang mampu
memenuhi keperluan seluruh peserta didik. Dengan kata lain, metode atau teknik
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
42
pengajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Strategi sering
dihubungkan dengan prestasi bahasa dan kecakapan dalam menggunakan bahasa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapaat disimpulkan bahwa strategi
merupakan taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam proses
belajar bahasa, sehingga peserta didik dapat lebih leluasa dalam berpikir dan dapat
mengembangkan keamampuan kognitifnya secara lebih mendalam dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
D. Metode Pembelajaran
1. Metode PembelajaranInquiry
Inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-
dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini
siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami
konsep dan memecahkan masalah. Dengan demikian siswa akan memperoleh
sebuah pemahaman yang akan melekat dan menetap lama dipikirannya.
Inkuiriadalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat
menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya
perubahan perilaku (Hanafiah dan Sujana, 2010:77). Oleh karena itu, proses
pembelajaran yang menggunakan metode Inkuiri menuntut keterlibatan secara
maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, dan logis terhadap sebuah fenomena sehingga dapat menemukan
apa yang diinginkan.
Gulo (dalam Trianto, 2014: 78) menyatakan strategi Inquiry berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, anaalitis,
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
43
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu (1) keterlibatan siswa
secara maksiumal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara
logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap
percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses Inquiry.
Sanjaya (2014: 1960 menyebutkan bahwa Strategi Pembelajaran Inkuiri
(SPI)adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan.Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.Pengajaran berdasarkan
inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa
inquiryke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan
melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok
(Kourilsky, 1987: 68 dalam Hamalik, 2007: 220).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Inquiry adalah sebuah
metode yang melibatkan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang dihadapi dengan
menggunakan berbagai sumber informasi sebagai pendukungnya. Siswa
memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber, menggunakan dan mengolah
informasi tersebut untuk dapat menemukan berbagi solusi permasalahan yang
dihadapi.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
44
2. Ciri-ciri Metode Pembelajaran Inquiry
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran Inquiry
menurut Sanjaya (2014: 196-197) yaitu:
1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi
mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang ditanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses anya jawab antara
guru dan siswa. Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan tekhnik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri
3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian,
dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi
yang dimilikinya. Manusia yang hanya mnguasai pelajaran belum tentu dapat
mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, namun sebaliknya siswa
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
45
akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala ia bisa
menguasai materi pelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Melalui
pembelajaran inkuiri diharapkan siswa dapat mengembangkan disiplin intelektual
dan keterampilannya, berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu siswa, sebab strategi ini siswa
memegang peranan yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
3. Langkah-langkah Metode PembelajaranInquiry
Secara umum Sanjaya (2014: 201-205) mengemukakan bahwa proses
pembelajaran dengan mengguanakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan
preparation dalam strategi pembelajaran ekspositori (SPE) sebagai langkah
untuk mengkondisikan agar siswa tiap menerima pelajaran , pada langkah
orientasi dalam SPI , guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah. Langkan orientasi merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan stratgi pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada
kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah; tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
46
pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam tahapan orientasi ini adalah:
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakuakn oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta
tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan.
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu.
Dikatakan teka teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan
masalah itu tentu ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi
inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka teki yang menjadi masalah
dalam berinkuiri adalah teka teki yang mengandung konsep yang jelas yang
harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa
halyang harus diperhatiakan dalam merumuskan masalah, diantaranya:
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
47
1) Masalah hendaknya dirumusakn sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki
motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan
masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak
merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik
yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai
dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka teki yang
jawabannya pasti. Artinya guru dapat mendorong agar siswa dapat
merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada,
tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui
terlebih dahulu oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh
melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah
memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan
masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri
selanjutnya, manakalaia belum paham konsep-konsep yang terkandung
dalam rumusan masalah
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki
sejak individu itu lahir.
Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk
menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
48
individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang
bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk
mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus
memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan
itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat
berpengaruh oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.
Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit
mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektal. Proses pengumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu,
tugas dan peran gutu dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
49
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang
dibutuhkan.
Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif
terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh
gejala-gejala ketidakbergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan
gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus menerus
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai
jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga meraka
terangsang untuk berpikir.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atau jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung
jawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumukan kesimpulan
merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena
banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
50
tidak focus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
Menurut Hanafiah dan Sujana (2010: 78) langkah-langkah metode Inquiry
Learningdi antaranya:
a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa
b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari
c. Seleksi bagan materi yang akan dipelajari
d. Menentukan peran yang harus dilakukan masing-masing siswa
e. Melakukan penjajagan terhaadap kemampuan awal siswa terkait materi yang
akan diberikan
f. Mempersiapkan kelas
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan
dan penganalisisan data yang ditemukan dalam rangka menemukan hal baru
dalam pembelajaran.
h. Melakukan tindakan penguatan.
Dari langkah-langkah metode Inquiry Learning tersebut dapat dijelaskan
secara lebih singkat bahwa langkah-langkah penerapan penerapan metode Inquiry
Learningadalah meliputi kegiatan proses identifikasi, proses seleksi, proses
persiapan, proses penyelidikan dan penemuan, proses analisis, dan proses
penguatan.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
51
4. Langkah Pembelajaran Menulis Teks Beritadengan Metode Inquiry
Ada beberapa langkah yang harus dilalui oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran menulis teks berita menggunakan metode Inquiry seperti yang
tertuang dalam tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Langkah Metode Inquiry dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita
Tahap Tingkah Laku Guru
Observasi untuk menemukan masalah
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah
Merumuskan masalah Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejaadian dan fenomena yang disajikan
Mengajukan hipotesis Guru membimbing siswa untuk menyampaikan pendapat terhadap maasalah yang telah dirumuskan
Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau cara lain)
Guru membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur penulisan berita
Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalah yang lain)
Selama siswa bekerja, guru membimbing dan memfasilitasi
Melakukan pengamatan dan pengumpulan data
Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data agar apa yang dituliskan dapat sesuai dengan observasinya
Analisa data Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan suatu konsep
Penarikan kesimpulan dan penemuan
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri tema yang akan ditulis berdasarkan hasil karangan sendiri
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
52
Kegiatan belajar mengajar pada penerapan metode Inquiry ini diawali
dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang. Hal tersebut dapat
dilakukan denganmenyajikan presentaasi verbal atau pengalaman nyata, atau dapat
dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru
berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal-hal yang berbeda (sudut pandang,
cara penerimaan mereka). Jika siswa sudah menunjukkan perhatian dan minatnya
dengan cara yang dinyatakan oleh reaksi yang berbeda-beda, guru mengarahkan
untuk merumuskan dan menyusun masalah.
Reaksi yang muncul sangat tergantung pada bahan stimulasi yang
dipresentasikan oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari bahan
pengajaran harus terkait dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
Selanjutnya siswa diarahkan pada usaha agar mereka mampu menganalisis,
mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja, dan melaporkan hasil
penemuannya.
E. Metode Pembelajaran Problem Based Learning
1. Pengertian Metode PembelajaranProblem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) sama dengan Pembelajaran Berbasis
Masalah. Kehidupan identik dengan berbagai masalah. Model pembelajaran ini
melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah
suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokrasi, suasana nyaman dan
menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
53
Pembelajaran berbasis masalahadalah pembelajaran yang menggunakan
masalah nyata (autentic) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka
sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilaan
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun
pengetahuan baru. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta
didik pada raasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan,
sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan
masalah yang harus dipecahkan, Kemendikbud (dalam Sutama, 2016: 27).
Bern dan Ericson (dalam Komalasari, 2011: 59) menegaskan bahwa
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan strategi
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan
mmengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.
Strategi ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan
mempresentasikan penemuan. Menurut Tan (dalam Rusman, 2014: 232)
pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai maacam
kecerdasan yaang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan
dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada.
Harrison (2007: 1) menyatakan bahwa “Problem-Based Learning is a
curriculum development and instructional method that places the student is an
active role as a problem-solver confronted with ill-structured, real-lifeproblems”.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebuah pengembangan kurikulum dan
metode instruksional yang menempatkan siswa dalam peranannya yang aktif
sebagai pemecah masalah ketika dihadapkan dalam problem yang kurang
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
54
terstruktur dalam dunia nyata. Dengan demikian Pembelajaran Berbasis Masalah
dapat didefinisikan sebagai metode yang menempatkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah yang tidak terstruktur dalam dunia nyata sebagai
kegiatan belajar mereka.
Pengertian Problem Based Learning menurut Bound dan Felleti “Problem
based learning is an approach to structuring the curriculum which involves
confronting students with problems from practice which provide a stimulus for
learning” Bound dan Felleti (dalam Sigit, 2003: 15). Artinya bahwa metode
problem based learningmerupakan pendekatan di mana dalam proses pembelajaran
dengan berdasarkan kurikulumnya, siswa dihadapkan kepada permasalahan
sebagai langkah untuk memberikan rangsangan agar terjadi kegiatan belajar.
Sejalan dengan pendapat tersebut Hmelo Silver (2004: 235) mendefinisikan
Problem Based Learning as an instructional method in which students learn
through facilitated problem solving. Inti dari pengertian metode Problem Based
Learning adalah metode pembelajaran yang menuntut adanya kreativitas siswa
secara penuh dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi
siswa secara mandiri dengan cara mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman
yang dimiliki.
Selama proses pemecahan masalah, siswa mengkonstruksi pengetahuan dan
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan untuk
belajar dengan arahan dari diri sendiripada saat mencari solusi permasalahan
tersebut. Dalam hal ini Hung menekankan proses pembelajaran yang melibatkan
peran aktif siswa dalam belajar setelah “kebutuhan” untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi tersebut. Hal penting yang dapat diambil dari
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
55
pandangan terkait dengan Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu:(a) penyebutan
Pembelajaran Berbasis Masalahsebagai metode pembelajaran, (b) permasalahan
otentik dalam dunia nyata yang menjadi sarana untuk belajar, dan (c) peranan
siswa yang aktif sebagai pencari solusi permasalahan terebut.
Dari beberapa pendapat tentang metode Pembelajaran Berbasis Masalahdi
atas, dapat disimpulkan bahwa metode Pembelajaran Berbasis Masalahmerupakan
metode pembelajaran yang berorientasikan pada peran aktif siswa dengan cara
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan dari Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah siswa mampu menyelesaikan masalah yang ada secara aktif dan
kemudian menarik kesimpulan dengan menentukan sendiri langkah apa yang harus
dilakukan. Peran aktif siswa dalam metode Pembelajaran Berbasis Masalah
dilakukan secara menyeluruh dalam setiap sesi pembelajaran.
2. Ciri-ciri Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan
menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan
dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan.
Pembelajaran berbasis masalah meangoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang
mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi
pemecahan masalah.
Savoi dan Hughes (dalam Wena, 2009: 94) menyatakan bahwa strategi
belajar berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai
berikut:
1) Belajar dimulai dengan suatu permasalahan
2) Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
56
3) Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar
disiplin ilmu
4) Memberikan tanggungjawab yang besar dalam membentuk dan
menjalankansecara langsung proses belajar mereka sendiri
5) Menggunakan kelompok kecil
6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam
bentuk produk dan kinerja
Bound dan Felleti (1997: 16) menyatakan bahwa ”the basic principle
supporting the concept of problem based learning is learning initiated by a posed
problem, query, or puzzle that the learner want to solve”. Pernyataan tersebut
menggambarkan bahwa metode problem based learningmemiliki
karakteristikpokok adanya permasalahan yang mendasari proses pembelajaran.
Permasalahan tersebut tidak menjadi dasar dalam proses pembelajaran dengan
penerapan metode yang lainnya.
Pendapat lain dinyatakan oleh Walker dan Leary (dalam Sigit, 2013: 42)
bahwa Problem Based Learningdikarakteristikkan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran di mana siswa diberikan lebih banyak kontrol terhadap pembelajaran.
Artinya dalam pembelajaran menggunakan Problem Based Learningsiswa lebih
banyak melakukan tindakan secara aktif dengan inisiatifnya untuk mencari
jawaban atas permasalahan yng dihadapinya. Siswa diminta bekerja sama dalam
kelompok dan yang lebih penting lagi diharuskan untuk mendapatkan pengalaman
baru dari langkah pemecahan masalah yang merepresentasikan dalam praktik
profesionalnya.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
57
Rusman (2014: 232) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut:
1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;
2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur;
3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda;
4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar;
5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;
7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
8) Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan;
9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sistesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar; dan
10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Berdasarkan pada berbagai pendapat mengenai karakteristik Pembelajaran
Berbasis Masalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah: (1) permasalahan yang mendasari proses belajar siswa,
(2) proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, (3) proses pembelajaran yang
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
58
dikendalikan oleh siswa, dan (4) refleksi terhadap proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh siswa.
Dalam implementasi pembelajaran menggunakan Problem Based Learning,
hal yang mendasar adalah bahwa siswa dihadapkan pada permasalahan-
permasalahan yang harus dapat diselesaikan secara kongkret agar mereka belajar
bagaimana cara menyelesaikan suatu permasalahan (problem solving). Oleh karena
itu, dalam Problem Based Learning seorang guru harus mampu memberikan
gambaran permasalahan yang harus diselesaikan siswa secara jelas agar apa yang
menjadi tujuan pembelajaran Problem Based Learning dapat tercapai secara
optimal.
3. Langkah –langkah MetodeProblem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan pembelajaran yang memfokuskan
pada pemecahan masalah oleh siswa itu sendiri. Dengan demikian persyaratan awal
yang harus ada dalam Pembelajaran Berbasis Masalah adalah masalah itu sendiri.
Selanjutnya guru bisa memberikan berbagai macam perlakuan terhadap masalah
tersebut agar siswa bisa belajar dari masalah yang ada.
Langkah-langkah operasional dalam proses Pembelajaran berbasis Masalah
menurut Sutama (2016: 27-28) yaitu: (1) mengorientasikan peserta didik terhadap
masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, (3) membimbing
observasi secara individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan
menyajikan hasil, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Harrison (2007:4) menyatakan beberapa langkah dalam mengaplikasikan
PembelajaranBerbasis Masalah yaitu: (a) pemaparan ide (mempertimbangkan
permasalahan)(b)mengeksplorasi fakta (mendefinisikan masalah), (c) isu
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
59
pembelajaran (belajar tentang masalah),(d)merencanakan kegiatan (apa yang akan
dilakukan), dan (e) mengevaluasi produk (apakah masalahnya terpecahkan?).
Lima tahapan dasar dalam Pembelajaran Berbasis Masalah itu bisa dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pemaparan Ide
Pemaparan ide adalah fase curah pendapat, pembuatan kelompok dan
pengumpulan seluruh ide terhadap permasalahan yang akan dicari solusinya.
Kegiatan curah pendapat ini akan membuat siswa memunculkan berbagai ide
yang akan menjadi bekal awal sebelum menulis.
b. Mengeksplorasi Fakta
Mengeksplorasi fakta adalah tahap identifikasiterhadap permasalahan
tersebut dan berusaha untuk mencari tahu tentang kompleksitas isu dan berbagai
hal yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Siswa mencoba menggali
pemahamannya terhadap permasalahan yang ada dengan bekal seperangkat
pengetahuan yang telah dimilikinya.
c. Isu Pembelajaran
Isu pembelajaran adalah tahapan yang ditandai dengan siswa mencari
jawaban dari permasalahan apa saja yang harus mereka ketahui. Proses
pencarian jawaban bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Selain itu, dalam proses ini terdapat aktivitas penyaringan ide dan mencari fakta
atapun menyeleksi ide yang tidak relevan. Siswa pada tahapan ini mencoba
menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dengan mengoptimalkan ide
yang ada dan menyaringnya sesuai kebutuhan dalam menyelesaikan
permasalahan.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
60
d. Merencanakan Kegiatan
Merencanakan kegiatan adalah tahapan yang ditandai dengan siswa
berusaha mengembangkan rencana berdasarkan pada fakta, isu pembelajaran
dan kesimpulan. Perencanaan kegiatan dikembangkan oleh siswa dengan tujuan
agar mereka dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Oleh karena itu, siswa
melakukan pengembangan terhadap rencana yang telah ada untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada.
e. Mengevaluasi Produk dan Proses
Mengevaluasi produk dan proses adalah tahapan yang ditandai dengan
produk dan proses pembelajaran dievaluasi. Semua hasil produk yang
diciptakan oleh siswa dan proses pembelajaran dievaluasi untuk mendapatkan
kejelasan sampai di mana kemampuan siswa dalam pembelajaran yang telah
dilakukan.
4. Langkah Pembelajaran Menulis Teks Berita Menggunakan Metode
Problem Based Learning
Ibrahim dan Nur dan Ismail (dalam Rusman, 2014: 243) mengemukakan
bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah seperti yang
terdapat pada tabel 2.2 berikut:
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
61
Tabel 2.2
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa untuk belajar siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3 Mmembimbng pengalaman individual/kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5 Menganalisis daan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan
Langkah-langkah tersebut harus dicermati agar tidak terjadi kegagalan.
Guru harus melakaukannya dengan teliti untuk mencermati setiap permasalahan
yang sedang dihadapi. Dalam proses pembelajaran menggunakan metode Poblem
Based Learningdibutuhkan acuan yang baik sehingga nantinya pembelajaran dapat
berlanagsung seperti yang diharapkan dan seperti yang sudaah direncanakan oleh
peneliti.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
62
F. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terkait dengan penggunaan metode Inquiry dan Problem
Based Learningsudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang
dilakukan oleh Agus Eddy Hartawan dengan judul “Model Inkuiri Dalam
Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi Di SMA Negeri Sukasada”. Penelitian ini
membahas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada pembelajaran menulis teks
eksposisi menggunakan metode inkuiri.Jenis penelitian yang dilakukan oleh Agus
Eddy Hartawan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Tentu penelitian ini memiliki
rancangan yang berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan karena
peneliti melakukan penelitian eksperimen semu.
Penelitian terkait penerapan metode Problem Based Learningpernah
dilakukan oleh Wayan Somodana dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah ( Problem Based Learning) Dalam Pembelajaran Menulis Teks
Anekdot’. Penelitian tersebut merupakan penelitian yang menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menjabarkan tentang perencanaan, penerapan,
dan hambatan pembelajaran menulis teks anekdot. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti baik secara metode eksperimen maupun
obyek kemampuan menulis.
Adapun penelitian yang terkait dengan kemampuan menulis teks berita
pernah dilakukan oleh I wayan Endriyana dengan judul “Strategi Guru Dalam
Pembelajaran Menulis Berita Pada Ekstrakurikuler Jurnalistik Di SMA Negeri 1
Kintamani”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis berita
yang dilakukan dengan pendekatan yang berpusat pada guru dengan strategi
ekspositorik dan dengan pendekatan yang berpusat pada siswa dengan strategi
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
63
heuristik berjalan dengan tiga tahapan secara baik. Perbedaan dengan penelitian
yang peneliti lakukan adalah metode yang dilakukan peneliti menggunakan metode
Inquiry dan metode Problem BasedLlearning.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Redjeki Mulianingsih (2013) “Efektivitas
Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita” (Studi Eksperimen
terhadap Pemahaman dan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Kembaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode inkuiri
efektif terhadap peningkatan pemahaman siswa tentang penulisan teks berita,
terbukti dari hasil uji-t diperoleh t hitung (4,848) lebih besar daripada t tabel
(1,670), maka Ho (1) ditolak dan Ha (1) diterima; (2) metode inkuiri efektif
terhadap peningkatan kemampuan menulis teks berita, terbukti dari hasil uji-t
diperoleh t hitung (2,510) lebih besar daripada t tabel (1,670), maka Ho (2) ditolak
dan Ha(2) diterima; dan (3) metode inkuiri efektif terhadap peningkatan
kemampuan menulis teks berita, terbukti diperoleh t hitung (2,331) lebih besar
daripada t tabel (1,760) maka Ho (3) ditolak dan Ha (3) diterima. Dengan
demikian, penggunaan metode inkuiri terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
pemahaman dan kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Kembaran.
G. Kerangka Pikir
Kemampuan menulis teks berita merupakan salah satu keterampilan
berbahasa pada aspek menulis. Kempuan menulis teks berita melibatkan berbagai
aspek kemampuan dan pemahaman antara lain kemampuan mengembangkan ide
dan pemahaman terhadap kaidah penulisan yang benar.
Metode sebagai suatu keseluruhan perencanaan untuk mempresentasikan
pembelajaran secara sistematik harus didasarkan pada pendekatan yang dipilih.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
64
Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh guru untuk
mengelola pembelajaran seperti yang diinginkan. Penerapan metode Inquirydan
Problem Based Learning dalam pembelajaran menulis teks berita dilakukan kepada
siswa MTs kelas VIII.
Penggunaan kedua metode tersebut pada pembelajaran kemampuan menulis
teks berita diawali dengan pretest pada kedua kelas eksperiment. Dilanjutkan
dengan proses pembelajaran dengan menggunakan kedua metode tersebut. Kedua
metode tersebut digunakan untukmengetahui manakah yang lebih efektif dari
kedua metode tersebut dalam pembelajaran kemampuan membaca pamahaman.
Alur berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan 2.3
berikut:
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir
Penerapan Metode Inkuiri dalam Menulis Teks Berita
Penerapan Metode PBL dalam Menulis Teks Berita
POSTEST Menulis Teks Berita POSTEST Menulis Teks Berita
PRETEST Kelompok Inkuiri PRETEST Kelompok PBL
HOMOGENITAS / NORMALITAS
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017
65
H. Hipotesis
1. Diduga terdapat pengaruh metode Inkuiry terhadap kemampuan menulis teks
berita pada siswa kelas VIII MTs Maarif NU I Purwokerto Barat.
2. Diduga terdapat pengaruh metode Problem Based Learning terhadap
kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas VIII MTs Maarif NU I
Purwokerto Barat.
3. Diduga metode Inquiry lebih efektif dibandingkan dengan metode
pembelajaran Problem Based Learningdalam pembelajaran kemampuan
menulis teks berita pada siswa kelas VIII MTs Maarif NU I Purwokerto Barat.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan…, Yuni Ernawati, Program Pascasarjana UMP, 2017