bab ii kajian teori a. kajian tentang rutinitas majelis …

28
11 BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS TA’LIM 1. Pengertian Rutinitas Majelis Ta’lim Rutinitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara continue atau terus menerus setiap hari. Sedang pengertian Majlis Ta’lim secara etimologis (arti kata), kata ‘majelis ta’lim’ berasal dari bahasa Arab, yakni majlis dan ta’lim. Kata ‘majlis’ berasal dari kata jalasa, yujalisu, julisan, yang artinya duduk atau rapat. Kata ta’lim sendiri berasal dari kata ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, yang artinya mengetahui sesuatu, ilmu, ilmu pengetahuan. Arti ta’lim adalah hal mengajar, melatih, berasal dari kata ‘alama, ‘allaman yang artinya, mengecap, memberi tanda, dan ta’alam berarti terdidik, belajar. 1 Sementara, secara terminologis (makna/pengertian), majelis ta’lim mengandung beberapa pengertian yang berbeda-beda. Effendy Zarkasyi mengatakan, “Majelis ta’lim bagian dari model dakwah dewasa ini dan sebagai forum belajar untuk mencapai suatu tingkat pengetahuan agama”. Syamsuddin Abbas juga mengemukakan pendapatnya, dimana ia mengartikan sebagai: “Lembaga pendidikan nonformal Islam yang memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak. 2 1 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 1 2 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 2

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS TA’LIM

1. Pengertian Rutinitas Majelis Ta’lim

Rutinitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara continue

atau terus menerus setiap hari. Sedang pengertian Majlis Ta’lim secara

etimologis (arti kata), kata ‘majelis ta’lim’ berasal dari bahasa Arab, yakni

majlis dan ta’lim. Kata ‘majlis’ berasal dari kata jalasa, yujalisu, julisan,

yang artinya duduk atau rapat. Kata ta’lim sendiri berasal dari kata ‘alima,

ya’lamu, ‘ilman, yang artinya mengetahui sesuatu, ilmu, ilmu

pengetahuan. Arti ta’lim adalah hal mengajar, melatih, berasal dari kata

‘alama, ‘allaman yang artinya, mengecap, memberi tanda, dan ta’alam

berarti terdidik, belajar.1

Sementara, secara terminologis (makna/pengertian), majelis ta’lim

mengandung beberapa pengertian yang berbeda-beda. Effendy Zarkasyi

mengatakan, “Majelis ta’lim bagian dari model dakwah dewasa ini dan

sebagai forum belajar untuk mencapai suatu tingkat pengetahuan agama”.

Syamsuddin Abbas juga mengemukakan pendapatnya, dimana ia

mengartikan sebagai: “Lembaga pendidikan nonformal Islam yang

memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur,

dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak.2

1 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya,

(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 1 2 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya,

(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 2

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

12

Helmawati mengutip Dedeng Rosidin dalam bukunnya Akar-akar

Pendidikan dalam Al-Quran dan Al-Hadits.“ Kajian Sematik Istilah-Istilah

Tarbiyat, Ta’lim, Tadris, Tahdzib, dan Ta’dib, menyatakan bahwa kata

ta’lim adalah masdhar dari ‘allama. Para ahli bahasa Arab telah

memberikan arti pada kata ‘alima dengan beberapa arti. Arti-arti itu dapat

dilihat dalam penggunaannya di kalangan orang Arab. Misalnya,

‘alimatu’sy-syai-a artinya ‘araftu (mengetahui, mengenal), ‘alima bi’sy-

syai-I artinya sya’ara (mengetahui, merasa), dan ‘alima’arrajula artinya

khabarahu (memberi kabar padanya).

Kata ta’lim artinya talqinu’d-darsi (pengajaran) dan at- tahdzib.

Az-Zubaidi menyebutkan bahwa ta’lim dan al-i’lam adalah satu makna,

yaitu pemberitahuan. Sesuai pendapat di atas, Al-Asfahani menambah

penjelasan lebih rinci untuk membedakan makna di antara ke duanya,

menurutnya: Kata a’lamtuhu dan ‘allamtuhu pada asalnya satu makna,

hanya saja al-i’lam diperuntukan bagi pemberitahuan yang cepat,

sedangkan ta’lim bagi yang dilakukan dengan berulang-ulang dan sering

sehingga berbekas pada diri muta’allim (peserta didik). Dan ta’lim adalah

menggugah untuk mempersepsikan makna dalam pikiran.3

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

makna ta’lim secara bahasa adalah memberitahukan, menerangkan,

mengkabarkan, sesuatu (ilmu) yang dilakukan secara berulang-ulang

sehingga dapat mempersepikan maknanya dan berbekas pada diri jamaah

(muta’allim). Dalam penggunaan makna, selanjutnya ta’lim diartikan

3 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim Peran Aktif Majelis Ta’lim

Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 78

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

13

dengan makna pengajaran dan kadang diartikan juga dengan makna

pendidikan.

Helmawati mengutip Dedeng Rosidin menyatakan makna ta’lim

berdasarkan dari beberapa ahli, di antaranya:

a. Ta’lim adalah proses pemberitahuan sesuatu dengan berulang-ulang

dan sering sehingga muta’allim (siswa) dapat mempersepsikan

maknanya dan berbekas pada dirinya.

b. Ta’lim adalah kegiatan yang dilakukan oleh mu’allim dan

muta’allim yang menuntut adanya adab-adab tertentu, bersahabat,

dan bertahap.

c. Penyampaian materi di dalam ta’lim diiringi dengan penjelasan,

sehingga muuta’allim menjadi tahu dari yang asalnya tidak tahu dan

menjadi paham dari yang asalnya tidak paham.

d. Ta’lim bertujuan agar ilmu yang disampaikan bermanfaat,

melahirkan amal saleh, memberi petunjuk ke jalan kebahagiaan

dunia akhirat untuk mencapai ridha Allah SWT.

e. Ta’lim merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mua’allim.

Kegiatan yang dilakukan tidak hanya sekedar penyampaian materi ,

melainkan disertai dengan penjelasan, makna dan maksudnya,

sehingga mu’allim menjadi paham, terjaga dan terhindar dari

kekeliruan, kesalahan, kebodohan.

f. Setiap mu’allim dalam kegiatan ta’lim , sayang kepada seama

muslim berprilaku baik dalam mengajar, berikap lembut, memberi

pengertian dan pemahaman, serta menjelaskan dengan menggunakan

atau mendahulukan nash.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

14

g. Pada kegiatan ta’lim tersirat adanya mu’allim (guru sebagai

pengajar), yu’allim (proses kegiatan belajar mengajar), muta’allim

(murid yang menerima pelajaran), dan al’ilmu (materi atau bahan

yang disampaikan).

h. Mu’allim yang sebenarnya secara mutlak adalah Allah SWT, karena

Dia sebagai sumber ilmu dan Dia-lah pemberi ilmu.

i. Mu’allim harus senantiasa meningkatkan diri dengan belajar dan

membaca sehingga ia memperoleh banyak ilmu.

j. Mu’allim senantiasa berlaku baik, tidak suka menyiksa fisik, balas

dendam, membenci dan mencaci murid.4

2. Sejarah Majelis Ta’lim

Majelis ta’lim merupakan pendidikan yang tertua dalam sejarah

Islam dan tidak dapat dilepaskan dari perjalanan dakwah islamiah sejak

awal, yang dimulai sejak saat Rasulloh SAW mengadakan kegiatan

kajian dan pengajian di rumah Arqam bin Abil Arqam (Baitul Arqam),

yang dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi. Di kediaman Al-Arqam bin

Abi Al-Arqam yang juga telah masuk Islam, beliau membacakan ayat-ayat

Al-Qur’anul Karim yang telah diturunkan kepadanya serta mengajarkan

hukum agama dan syariat yang diturunkan saat itu kepada mereka.5

Pada saat itu, Rasululloh saw sudah berhasil mengislamkan

beberapa orang perempuan, selain istrinya sendiri, Khadijah binti

Khawailid ra, juga Fatimah binti Khattab ra, adik Umar bin Khattab ra.

4 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim Peran Aktif Majelis Ta’lim

Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 79

5 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan

Pembentukannya,

(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 3

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

15

Ini artinya dalam pengajian yang diadakan oleh Rasululloh saw itu sudah

ada jamaah dari kaum muslimah.

Ketika itu, jamaah pengajian masih bercampur dan menyatu antara

kaum laki-laki dan perempuan, di mana kaum laki-lakinya di ataranya

adalah Abu Bakar Siddiq, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah.6

Adanya kegiatan pengajian di Baitul Arqam ini menjadi model dan

ispirasi berdirinya pengajian dan majelis ta’lim yang pertama kali dan

umumnya di dirikan di rumah ustadz atau pengurusnya. Jika pada zaman

Rasululloh saw jama’ah majelis ta’lim terdiri atas laki-laki dan

perempuan, kini sebagian besar jama’ahnya adalah kaum muslimah. Bila

jamaahnya bersifat campuran laki- laki dan perempuan, kegiatan itu lebih

dikenal dan dinamakan sebagai pengajian umum.

Di masa Islam Mekkah, Nabi Muhammad saw menyiarkan agama

Islam secara sembunyi-sembunyi, dari satu rumah ke rumah lainnya, dan

dari satu tempat ke tempat lainnya. Sedangkan diera Madinah, Islam

diajarkan secara terbuka dan diselenggarakan di masjid-masjid.

Hal-hal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu

mendakwahkan ajaran-ajaran Islam baik diera Mekkah maupun Madinah

adalah cikal bakal berkembangnya majelis ta’lim yang dikenal saat ini.7

Di Indonesia kegiatan pengajian sudah ada sejak pertama Islam

datang. Ketika itupun dilaksanakan dari rumah, surau, dan masjid. Para

wali dan penyiar Islam ketika itu telah menjadikan pengajian untuk

6 Musthaa as-Siba’i, Sirah Nabawiah Pelajaran Dari Kehidupan Nabi, (Solo: Era Adicitra

Intermedia, 2011), 38

7 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya,

(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 3

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

16

menyebarkan dakwah Islam dalam masyarakat. Kegiatan semacam inilah

yang pada giliranya pula telah menjadi cikal bakal berdirinya

Muhammadiyah (1912) di Yogyakarta, Persatuan Islam (Persis) (1924) di

Bandung, dan berbagai organisasi Islam lainnya.8

Berdirinya majelis ta’lim ini juga tidak terlepas dari perkembangan

situasi keagamaan, sosial, ekonomi, dan politik dizaman rezim Orde Baru,

yang dikenal represif dan telah memarjinalkan peran umat Islam dalam

pembangunan nasional.

Karena itu, kegiatan dakwah benar-benar mendapatkan tantangan

yang berat. Kendati demikian, bagaikan air mengalir, kegiatan dakwah

terus berjalan dalam masyarakat karena umat Islam berhasil

menghidupkan kegiatan ini. Di antaranya dengan mengadakan pengajian

dan mendirikan majelis ta’lim di dalam masyarakat. Mengingat

pelaksanaannya yang fleksibel dan terbuka untuk segala waktu,

keberadaan majelis ta’lim telah menjadi lembaga pendidikan seumur hidup

bagi umat Islam. Karena itu, sangat penting untuk memberdayakan

keberadaan majelis ta’lim saat ini sehingga dapat bertahan dan menjadi

berkembang lebih baik.9

3. Fungsi dan Tujuan Majelis Ta’lim

Apabila dilihat dari makna dan sejarah berdirinya majelis ta’lim

dalam masyarakat, bisa diketahui dan dimungkinkan lembaga dakwah ini

berungsi dan bertujuan sebagai berikut:

8 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim Peran Aktif Majelis Ta’lim

Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 76 9 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan

Pembentukannya,

(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 4

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

17

a. Tempat Belajar Mengajar

Majelis ta’lim dapat berungsi sebagai tempat kegiatan belajar

mengajar umat Islam, khususnya bagi kaum perempuan dalam rangka

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan ajaran

Islam. Agar fungsi dan tujuan tidak terlepas dari kewajiban kaum

perempuan yang shalehah dalam masyarakat, maka, menurut AM

saefuddin, mereka diharapkan dapat memiliki hal-hal sebagai berikut:

1) Memiliki akhlaq yang karimah ( mulia)

2) Meningkatkan ilmu dan kecerdasan dalam rangka mengangkat

derajatnya

3) Memperbanyak amal, gerak, dan perjuangan yang baik

b. Lembaga Pendidikan dan Keterampilan

Majelis ta;lim juga berungsi sebagai lembaga pendidikan dan

keterampilan bagi kaum perempuan dalam masyarakat yang

berhubungan, antara lain dengan masalah pengembangan kepribadian

serta pembinaan keluaga dan keluarga sakinah warahmah. Muhammad

Ali Hasyimi mengatakan, “Wanita muslimah adalah tiang bagi

keluarga Muslim. Salah satu kunci kemuliaan dan kehormatan rumah

tangga terletak pada kaum perempuan, baik dia sebagai istri maupun

sebagai seorang ibu.”10

c. Wadah Kegiatan dan Berkreativitas

Majelis ta’lim juga berungsi sebagai wadah berkegiatan dan

berkreativitas bagi kaum perempuan. Antara lain, dalam berorganisasi,

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

10 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan

Pembentukannya,

(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 5

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

18

Menurut Muhammad Ali Hasyimi, wanita muslimah juga mempunyai

tugas seperti laki-laki sebagai pengemban risalah dalam kehidupan ini.

d. Pusat Pembinaan dan Pengembang

Majelis ta’lim juga berungsi sebagai wadah berkegiatan dan

berkreativitas bagi kaum perempuan. Antara lain, dalam berorganisasi,

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pasalnya, menurut

Muhammad Ali Hasyimi, wanita muslimah juga mempunyai tugas

seperti laki-laki sebagai pengemban risalah dalam kehidupan ini.

Alhasil, mereka pun harus bersiat sosial dan aktif dalam masyarakat

serta dapat memberi warna kehidupan mereka sendiri.11

Sedangkan dalam buku pedoman majelis ta’lim disebutkan

bahwa fungsi dan tujuan dari majelis ta’lim secara garis besar adalah:

1) Sebagai tempat kegiatan belajar-mengajar

2) Sebagai lembaga pendidikan dan keterampilan

3) Sebagai wadah berkegiatan dan berkreativitas

4) Sebagai pusat pembinaan dan pengembangan

5) Sebagai jaringan komunikasi, ukhuwah dan wadah silaturrahim

Adapun tujuan pendidikan majelis ta’lim adalah sebagai berikut:

1) Pusat pembelajaran Islam

2) Pusat konseling Islam (agama dan keluarga)

3) Pusat pabrikasi (pengkaderan) ulama/cendekiawan

4) Lembaga kontrol & motivator di tengah-tengah masyarakat.12

11 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan

Pembentukannya,

(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 5 12 Abdul Jamil, dkk, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: Kementrian agama RI, Direktorat Jendral

Bimas Islam, Direktorat Penerangan Agama Islam, 2012), 2

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

19

Adapun tujuan pengajaran majelis ta’lim adalah:

1) Jama’ah dapat mengagumi, mencintai dan mengamalkan Al Quran

2) Jama’ah dapat memahami serta mengamalkan Dienul Islam dengan

benar

3) Jama’ah menjadi muslim yang kaffah dan berakhlaqul karimah.

4) Jama’ah bisa melaksanakan ibadah harian yang sesuai dengan

kaedah benar

5) Jama’ah mampu menciptakan hubungan silaturahmi dengan baik

dan benar.13

4. Peranan Majelis Ta’lim

Keberadaan majelis ta’lim dalam masyarakat telah membawa

manfaat dan kemaslahatan bagi umat, khususnya bagi kaum perempuan,

apalagi bagi mereka yang menjadi anggota dan jamaahnya. Hal ini erat

dengan kegiatan lembaga dakwah tersebut dalam masyarakat, mulai dari

tingkat RT/RW hingga nasional, regional dan global. Peran majelis ta’lim

selama ini tidaklah terbatas. Bukan hanya untuk kepentingan dan

kehidupan jamaah majelis ta’lim saja, melainkan juga untuk kaum

perempuan dalam masyarakat secara keseluruhan.

Peran majelis ta’lim yang cukup dominan selama ini adalah dalam

membina jiwa dan mental rohaniah sehingga sudah sekian banyak di

antara mereka yang semakin taat beribadah, kuat imannya, dan aktif

dalam berdakwah. Keadaan ini tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan

majelis ta’lim yang senantiasa ditanamkan melalui ta’lim secara rutin.

13 Abdul Jamil, dkk, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: Kementrian agama RI, Direktorat Jendral

Bimas Islam, Direktorat Penerangan Agama Islam, 2012), 20

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

20

5. Materi Kajian Majelis Ta’lim

Materi atau bahan adalah apa yang hendak diajarkan dalam majelis

ta’lim. Dengan sendirinya materi ini adalah ajaran Islam dengan segala

keluasannya. Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala

aspek kehidupan, maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata

hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam

menjalani kehidupannya didunia dan untuk menyiapkan hidup yang

sejahtera di akhirat nanti. Dengan demikian materi pelajaran agama Islam

luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.14

Secara garis besar ada 2 kelompok pelajaran dalam majelis ta’lim,

yaitu kelompok pengetahuan agama dan kelompok pengetahuan umum.

a. Kelompok Pengetahuan Agama

Bidang pengajaran yang masuk kelompok ini antara lain, :

1) Tauhid adalah, mengesahkan Allah dalam hal mencipta,

menguasai, mengatur, dan mengikhlaskan peribadahan hanya

kepadanya;

2) Akhlakul karimah, materi ini meliputi akhlak yang terpuji, dan

akhlak yang tercela. Akhlak terpuji antara lain ikhlas, tolong

menolong, sabar dan sopan santun. Akhlak tercela meliputi

sombong, kikir, sum’ah dan dusta, bohong dan hasud.

3) Fiqih. Adapun isi materi fiqih meliputi tentang shalat, puasa, zakat,

dan sebagainya. Di samping itu juga dibahas hal-hal yang berkaitan

dengan pengalaman sehari-hari, yang meliputi pengertian wajib,

14 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya,

(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 256

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

21

sunah, halal, haram, makruh dan mubah. Diharapkan setelah

mempunyai pengetahuan tersebut jamaah akan patuh dengan

semua hukum yang diatur oleh ajaran Agama Islam;

4) Tafsir, adalah ilmu yang mempelajari kandungan Al-Qur'an berikut

penjelasannya, makna dan hikmahnya;

5) Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan dan

persetujuan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan atau

hukum dalam Agama Islam.

b. Kelompok Pengetahuan Umum

Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema yang

disampaikan hendaknya hal-hal yang langsung ada kaitannya dengan

kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan agama

artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut hendaknya jangan

dilupakan dalil-dalil agama, baik berupa ayat- ayat Al-Qur’an atau

hadist-hadist maupun contoh dari kehidupan Rasululloh Muhammad

SAW.

Menurut Tuti Alawiyah bahwa kategori pengajian itu dibagi

menjadi lima bagian :

1) Majelis ta’lim tidak mengajarkan secara rutin tetapi hanya sebagai

tempat berkumpul, membaca shalawat, berjamaah dan sebulan

sekali pengurus majelis ta’lim mengundang seorang guru untuk

berceramah.

2) Majelis ta’lim mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan

dasar ajaran agama seperti belajar mengaji Al- Qur’an atau

penerangan fiqih.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

22

3) Majelis ta’lim mengajarkan tentang fiqih, tauhid, atau akhlak yang

diajarkan dalam pidato-pidato mubaligh yang kadang- kadang

dilengkapi dengan tanya-jawab.

4) Majelis ta’lim seperti butir ke-3 menggunakan kitab sebagai

pegangan, ditambah dengan pidato atau ceramah.

Penambah dan pengembangan materi dapat dilakukan di Majelis

Ta’lim seiring dengan semakin majunya zaman dan semakin kompleks

permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang

tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu sendiri

merupakan suatu langkah yang baik agar Majelis Ta’lim tidak terkesan

kolot dan terbelakang.

6. Metode Pengajaran dalam Majelis Ta’lim

Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta dan Hodos” Meta artinya

melalui dan Hodos artinya jalan, maka pengertian metode adalah jalan

yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.

Metode adalah cara dalam menyajikan bahan pengajaran dalam

majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makin baik

metode yang dipilih, makin efektif pencapaian tujuan. Ada metode

mengajar di kelas yang tidak dapat dipakai dalam majelis taklim. Hal ini

karena perbedaan kondisi dan situasi sekolah dengan majelis ta’lim.15

Ada beberapa metote yang digunakan di Majelis Ta’lim,

diantaranya:

a. Majelis ta’lim yang diselanggarakan dengan metode ceramah.

15 H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1993 ), Cet. Ke-2, 10

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

23

Metode ini dilakukan ini dilaksanakan dengan dua cara :

Pertama, ceramah umum, dimana pengajar atau ustadz bertindak aktif

dengan memberi pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif,

yaitu hanya mendengar atau menerima materi yang diceramahkan.

Kedua, ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk

bertanya jawab. Jadi, baik pengajar atau ustadz maupun peserta atau

jamaah sama-sama aktif.

b. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode halaqoh.

Dalam hal ini pengajar atau ustadz memberikan pelajaran

biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu.

c. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah

metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau

diskusi mengenai suatu masalah pendapat atau diskusi mengenai

masalah yang disepakati untuk dibahas.

d. Majelis ta’lim yang diselanggarakan dengan metode campuran artinya

majelis ta’lim menyelanggarakan kegiatan pendidikan tidak dengan

satu macam metode saja , melainkan dengan berbagai metode secara

berselang-seling.16

7. Waktu Majelis Ta’lim Setelah Sholat Subuh

Subuh adalah waktu para Muslim memulai aktivitas. Waktu subuh

merupakan waktu yang mengandung banyak kemuliaan. Kemuliaan

tersebut dapat didapat dengan berbagai cara. Selain dengan shalat

16 Ahmad Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta : Penamadani, 2006) Cet k-1,

144

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

24

berjamaah, membaca Al-Quran, menghadiri dan mengikuti majelis ta’lim

termasuk cara untuk meraih keutamaan tersebut. Seperti ditulis oleh KH

Arifin Ilham, terdapat sejumlah manfaat mengikuti majelis ilmu di subuh

hari yang dapat diperoleh, berdasarkan Alquran dan Sunnah Nabi.17

Inilah keutamaan majlis ilmu, apalagi setelah shalat subuh di masjid

berjama’ah sampai matahari terbit:

a. Akan dido’akan oleh para Malaikat dan mendapat Rahmat dari Alloh

SWT, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh

Imam Ahmad dari Abu Huroiroh Ra, Rosululloh SAW bersabda :

لسموات ومن في الرضوإن الملئكة لتضع أجنحتها رضا لطالب العلم ، وإن العالم ليستغفر له من في ا

Artinya : Sesungguhnya para malaikat meletakan sayap-sayap mereka

sebagai bentuk keridhaan terhadap penuntut ilmu. Dan sesungguhnya

semua yang ada di langit dan di bumi meminta ampun untuk seorang

yang berilmu. ( HR. Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan

Ibnu Hibban ).

b. Meraih pahala haji yang sempurna, sebagaimana sabda Rosululloh SA

حتى تطل ع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر من صلى الغداة في جماعة ثم قعد يذكر الل

ة، ة تام ة تام عليه وسلم تام صلى الل ة وعمرة قال قال رسول الل حج

Artinya : Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah SAW

bersabda, ‘Barang siapa yang shalat pagi hari (subuh) secara

berjama’ah, kemudian ia duduk berdzikir kepada Alloh SWT hingga

17 Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun VIII/1425H/2004M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah

Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

25

terbitnya matahari, kemudian ia shalat dua rakaat, maka baginya

pahala seperti pahala mengerjakan haji dan umrah. Rasulullah SAW

bersabda, ‘Sempurna, sempurna, sempurna.’ (HR. Turmudzi, beliau

berkata bahwa hadits ini hasan gharib). 18

c. Seakan duduk di taman syurga Allah, sebagaimana Rosululloh SAW

bersabda : إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا ، قالوا

، وما رياض الجنه ة ؟ قال : مجالس العلميارسول الله

Artinya " Jika kalian melewati taman syurga maka singgahlah dengan

hati senang." Para sahabat bertanya, " Apakah taman syurga itu?"

Beliau menjawab, halaqoh-halaqoh dzikir/Ilmu. (HR. Tirmidzi).

d. Menuntut ilmu baik ayat suci Al-Qur’an maupun hadist Nabi

Muhammad SAW, ALLOH SWT sendiri telah berfirman :

تعملون بما والل درجات العلم أوتوا والذين منكم ءامنوا الذين الل يرفع خبير

Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11).

e. Termasuk mujahid di jalan Allah sampai kembalinya, sebagaimana

Rosululloh SAW telah bersabda :

يرجع حتى الل سبيل فى فهو العلم طلب فى خرج من

Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu syar’i, maka

dia berjihad di jalan Allah hingga ia kembali" (HR AT Tirmidzi).19

18 HR at-Tirmidzi (no. 586), dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam

“Silsilatul ahaditsish shahihah” (no. 3403).

19 HR. Tirmidzi, no. 3510 dan Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2562

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

26

f. Dibanggakan Alloh, sebagaimana hadits di bawah ini:

عليه وسلم …وما اجتمع قوم في بيت من ب صلى الل يوت عن أبي هريرة قال قال رسول الل

يتلون كتاب الل حمة وحفتهم ويتدارسونه بينهم إل نزلت عليهم الل السكينة وغشيتهم الر

فيمن عنده الملئكة وذكرهم الل

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda,”Dan tidaklah

sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah Alloh; mereka

membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali

ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat

mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan

(para malaikat) di hadapanNya. (HR. Muslim).

g. Menjadi kelompok umat terbaik, sebagaimana Rasulullah SAW telah

bersabda : خيركم من تعلهم القرآن وعلهمه

Artinya " Yang terbaik di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an

dan mengajarkannya Al-Qur’an".(HR.Bukhari).

h. Jalan mudah menuju surga Allah, sebagaimana Rosululloh SAW

bersabda :

به طريقا من طرق الجنهة من سلك طريقا يطلب فيه علما سلك الله

Artinya“ Barang siapa yang melalui satu jalan untuk menuntut ilmu

Allah, Allah mudahkan menuju jalan syurgaNYA” (HR Abu Daud dan

AT Tirmidzi).20

20 HR.Muslim, no.2699; Abu Dawud, no.3643; Tirmidzi, no.2646; Ibnu Majah,no.225

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

27

B. TINJAUAN TENTANG KUALITAS IBADAH SHOLAT

1. Definisi, Pembagian, Ruang Lingkup, Serta Tujuan Ibadah.

a. Definisi Kualitas Ibadah

Kualitas Ibadah artinya mutu ibadah, yaitu tingkat baik buruknya

sesuatu yang berhubungan dengan ibadah. Sedang arti dari Ibadah

diambil dari bahasa Arab yang artinya adalah menyembah. Konsep

ibadah memiliki makna yang luas yang meliputi seluruh aspek

kehidupan baik sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan

karakteristik utama dalam sebuah agama, karena pusatnya ajaran

agama terletak pada pengabdian seorang hamba pada Tuhannya.21

إحسانا وبذي شيئا وبالوالدين به تشركوا ول الله واعبدوا

احب الجنب والص والجار القربى ذي والجار القربى واليتامى والمساكين

من كان مختال فخورا يحب ل الله إن أيمانكم ملكت السبيل وما بالجنب وابن

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,

karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang

dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan

hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. Annisa : 36 ).

Berbicara tentang ibadah berarti membahas mengenai

posisi diantara dua dimana yang satu kedudukannya lebih tinggi dari

yang lain seperti hubungan antara seorang majikan dan budaknya.

Seorang budak tidak memiliki kekuatan lain kecuali hanya tunduk dan

patuh pada perintah majikannya. Seorang budak tentu didasari oleh

21 Helmawati, Kesalehan Individu dan Kesalehan Sosial (Jakarta, Rineka Cipta, 2013), 158

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

28

kesadarannnya sebagai hamba yang lemah dan tak berdaya. Oleh

karena itu kesadaran ibadah bersifat fitrah, karena manusia menyadari

akan kekurangan dan kelemahan dirinya, sehingga ia membutuhkan

kekuatan lain yang dapat memberikan bantuan dan pertolongan.

Begitulah seharusnya manusia, ia harus tunduk dan patuh kepada sang

Pencipta, yakni Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

إل ليعبدون نس وال الجن وما خلقت

Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar

mereka beribadah kepada-Ku.(S.Q. Ad-Dzariyat ; 56).

Ayat ini menjelaskan tentang kecendrungan fitrah manusia

untuk beribadah. Tidak mungkin ada mahluk yàng keluar dari

kecendrungannya sebagai hamba, namun kecendrungan ini jika tidak

diiringi oleh wahyu maka ketundukan manusia sebagai bentuk

penghambaan diri pada yang mutlak menjadi pembelengguan diri

manusia, sehingga manusia jatuh kedalam derajat yang hina.

b. Pembagian Ibadah

Ibadah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah mahdhoh dan

ibadah ammah. Ibadah mahdhah (murni), adalah suatu rangkaian

aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah Swt. Dan bentuk aktivitas

tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana atau

tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari

masing-masing induvidu. Yang termasuk Ibadah mahdhoh misalnya:

Shalat, puasa, Zakat, dan haji.22

22 Jalah Hati. Konsep Ibadah Dalam Islam. http://jalahati.wordpress.com/2013/03/02/ (diunduh

pada bulan Februari 2018)

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

29

Selain ibadah mahdhah, maka ada bentuk lain diluar ibadah

mahdhah tersebut yaitu Ibadah Ghair al-Mahdhah atau ibadah ammah,

yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang mempunyai

tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua

keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai

garis amal.

Ada pula yang memberikan definisi ibadah ammah dengan

semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan

dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, seperti minum, makan,

dan bekerja mencari nafkah.23

c. Ruang Lingkup Ibadah

Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan

manusia sebagai ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena

Allah demi mencapai keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-

cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak membatasi ruang lingkup

ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Seluruh kehidupan manusia

adalah medan amal dan persediaan bekal bagi para mukmin sebelum

mereka kembali bertemu Allah di hari pembalasan nanti.

Agama Islam mempunyai keistimewaan dengan menjadikan

seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah apabila ia diniatkan dengan

penuh ikhlas karena Allah demi untuk mencapai keridaan Nya serta

dikerjakan menurut cara cara yang disyariatkan oleh ALloh SWT.

Ruang lingkup ibadah di dalam Islam sangat luas sekali.

Mencakup setiap kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang

23 Jalah Hati. Konsep Ibadah Dalam Islam. http://jalahati.wordpress.com/2013/03/02/ (diunduh

pada bulan Februari 2018)

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

30

dilakukan baik yang bersangkut dengan individu maupun dengan

masyarakat adalah ibadah menurut Islam ketika ia memenuhi syarat

syarat tertentu. Syarat syarat tersebut adalah :

1) Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam, sesuai dengan

hukum hukum syara' dan tidak bertentangan dengan hukum hukum

tersebut. Adapun amalan amalan yang diingkari oleh Islam dan ada

hubungan dengan yang haram dan maksiyat, maka tidaklah bisa

dijadikan amalan ibadah.

2) Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dengan tujuan

untuk memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga nya,

memberi manfaat kepada seluruh umat dan untuk kemakmuran

bumi seperti yang telah diperintahkan oleh Allah.

3) Amalan tersebut haruslah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

4) Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sentiasa menurut

hukum - hukum syara' dan ketentuan batasnya, tidak menzalimi

orang lain, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau

merampas hak orang.

5) Tidak melalaikan ibadah - ibadah khusus seperti shalat, puasa,zakat

dan dalam melaksanakan ibadah umum.

d. Tujuan Ibadah

Manusia, bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan

berperasaan, adalah hamba-hamba Allah. Hamba sebagaimana yang

dikemukakan diatas adalah mahluk yang dimiliki. Kepemilikan Allah

atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutlak dan sempurna. Oleh

karena itu mahluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

31

aktivitasnya kecuali dalam hal yang oleh Alloh SWT telah

dianugerahkan untuk dimiliki mahluk-Nya seperti kebebasan memilih

walaupun kebebasan itu tidak mengurangi kepemilikan Allah atas

dasar kepemilikan mutak Allah itu, lahir kewajiban menerima semua

ketetapan-Nya, serta menaati seluruh perintah dan larangan-Nya.24

Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia

ini kemudian mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia

diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada Alloh SWT. Dalam hal

ini dapat difahami dari firman Allah SWT :

أنما خلقناكم عبثا وأنكم ل إلينا ترجعون أفحسبتم

Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami

menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak

akan dikembalikan kepada Kami? (QS al-Mu’minun:115)25

Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia,

maka agar manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban untuk

bribadah kepada Alloh SWT.

2. Definisi Sholat

Sholat secara Bahasa (Etimologi) berarti Do'a.26 Sedangkan secara

Istilah/Syari'ah (Terminologi), sholat adalah perkataan dan perbuatan

tertentu/khusus yang dibuka/dimulai dengan takbir (takbiratul ihram)

diakhiri/ditutup dengan salam.

24 Sodik Muhammad. Hubungan Ibadah dan Kesalehan Sosial.

http://sodikinmuhammad.blogspot.com/2016/02/ 04.html ( diunduh pada Februari 2018 ) 25 Depag. 2010. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta. Diponegoro, 349 26 Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dermaga, 2003), 14

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

32

Sholat adalah perbuatan yang paling mulia dan kewajiban yang

paling wajib setelah iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, pada

hari kiamat shalat akan dihisab (dimintai pertanggung jawaban) pertama

kali oleh Allah ta`ala sebelum kewajiban - kewajiban yang lainnya.

Apabila shalatnya baik, maka dia akan mendapat keuntungan, dan apabila

shalatnya rusak maka dia akan merugi.

Rasulullah SAW bersabda : "Ibadah yang pertama kali ditanya

kepada manusia adalah sholat dan kejahatan yang pertama kali akan diadili

adalah darah (pembunuhan)”.

Sholat adalah ibadah yang sangat agung, barang siapa yang

melaksanakanya dengan sempurna maka ia akan mendapatkan pahala yang

sangat besar, Allah akan memasukkannya kedalam surga, mellimpahkan

pengampunan, rahmat, keberkaahan dan derajat yang sangat tinggi

kepadanya. Rasulullah SAW bersabda: yang artinya: "Allah telah

mewajibkan 5 shalat terhadap para hamba-Nya, barang siapa yang

melaksanakanya dengan sempurna maka Allah berjanji kepadnya untuk

memasukkanya kedalam surga dan barang siapa yang tidak mau

melaksanaknya maka Allah berkehendak akan mengazabnya dan jika Dia

(Alloh) berkehendak memasukkanya ke dalam surga maka Ia

memasukkanya ke dalam surga". (H.R.Ahmad)

a. Shalat Berjama’ah

Shalat berjama’ah adalah salat yang dikerjakan oleh dua atau lebih

orang secara bersama-sama dengan satu orang di depan sebagai imam dan

yang lainnya di belakang sebagai makmum.

Shalat berjama’ah minimal atau paling sedikit dilakukan oleh dua

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

33

orang, namun semakin banyak orang yang ikut solat berjama'ah tersebut

jadi jauh lebih baik. Shalat berjama'ah memiliki nilai 27 derajat lebih baik

daripada sholat sendiri. Oleh sebab itu kita diharapkan lebih

mengutamakan shalat berjamaah daripada solat sendirian saja.

Sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW

جل في الجماعة تزيد على صلته وحده سبعا وعشرين صلة الر

“Shalatnya seseorang dengan berjama’ah melebihi shalatnya yang

dikerjakan secara sendiri sebanyak dua puluh tujuh derajat.”

(HR. Muslim no.1039, Ahmad no.4441, Nasa’I no.828)27

Shalat berjama'ah hukumnya adalah sunat muakkad, yakni sunnah

yang sangat penting untuk dikerjakan karena memiliki nilai yang jauh

lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan solat munfarid / seorang diri.

Sebelum memulai shalat bersama-sama hendaknya / sebaiknya

dilakukan azan / adzan sebagai pemberitahuan yang mengajak orang-orang

di sekitarnya untuk ikut sholat berjama’ah bersama. Jika telah berkumpul

di dalam masjid, mushalla, langgar, surau, ruangan, kamar, dan lain

sebagainya maka salah satu hendaknya melakukan qomat sebagai ajakan

untuk melakukan / memulai shalat.

b. Kreteria sholat berkualitas

Sholat yang berkualitas adalah shalat yang sempurna yang

memiliki keutamaan dan keagungan sebagaimana dijelaskan dimuka.

Modal dasar untuk mendapatkan shalat yang berkualitas adalah bahwa

27 https://artikelabifadillah.wordpress.com/2011/08/03/shalat-berjamaah-lebih-utama-25-dan-27-

derajat/ ( di Akses tanggal 06 Februari 2018)

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

34

shalat harus dikerjakan dengan benar, dengan memenuhi syarat dan

rukunnya.

Shalat juga harus memenuhi syuruth qabul as shalah (syarat

diterimanya shalat), yaitu :

1) Ikhlas dalam shalat artinya menjalankan shalat hanya semata-mata

karena Allah (untuk mencari ridha Allah, pahala dan surga Alloh

SWT atau untuk menjalankan kewajiban dari Allah), bukan karena

manusia.

Manusia diciptakan bukan sekedar hidup mendiami dunia

ini dan kemudian mengalami kematian tanpa adanya pertanggung-

jawaban kepada penciptanya, melainkan manusia itu diciptakan

oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya. Sebagaimana

dinyatakan dalam Al Qur’an surah Al Bayyinah ayat 5:

ويقيموا حنفاء ين الده له مخلصين الل ليعبدوا إل أمروا وما

دين القيهمة كاة وذلك الز لة ويؤتوا الص

Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya

menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya

dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka

mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah

agama yang lurus.28

Pada prinsipnya pengabdian manusia (ibadah) merupakan

sari dari ajaran Islam yang mempunyai arti penyerahan diri secara

total pada kehendak Allah SWT. Dengan demikian, hal ini akan

mewujudkan suatu sikap dan perbuatan dalam bentuk ibadah.

28 Depag.2010. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta. Diponegoro, 597

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

35

Apabila ini dapat dicapai sebagai nilai dalam sikap dan perilaku

manusia, maka akan lahir suatu keyakinan untuk tetap

mengabdikan diri kepada Allah SWT.

2) Makanan, Pakaian dan Tempat Shalat mesti harus halal.

Kesempurnaan shalat seseorang juga ditentukan oleh

makanan yang ada di dalam perutnya ketika shalat, serta pakaian

dan tempat yang digunakan untuk melaksanakan shalat,

seluruhnya harus berasal dari rizki yang halal. Demikian juga

seseorang yang menjalankan shalat dengan menggunakan pakaian

yang haram atau ditempat yang ia ghasab (diambil dengan batil

dari orang lain), maka shalatnya tidak membuahkan pahala dari

Allah SWT.

Karena makanan yang haram selain dapat menghilangkan

pahala shalat, makanan yang haram juga dapat merubah hati

seseorang menjadi hitam dan keras, sehingga sulit untuk menerima

hidayah, taufik, nasehat serta kebaikan. Karenanya, Rasulullah

shallallahu`alaihi wasallam bersabda, yang artinya :

"Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka

neraka lebih baik bagi dia". (H.R. Al Baihaqi).

3) Khusyu` meski hanya sebentar.

Kekhusyu`an ketika shalat juga menentukan kwalitas shalat

seseorang. Semakin lama seseorang khusyu` didalam shalatnya,

maka semakin banyak pahala shalatnya. Sebaliknya, semakin

sedikit khusyu`nya maka semakin sedikit pula pahala shalatnya.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

36

Khusyu` artinya menghadirkan rasa cinta, dan takut kepada Allah

di dalam hati ketika menjalankan shalat.29

Orang yang khusyu` dalam shalatnya, dia akan

mendapatkan keberuntungan di akhirat. Allah Ta`ala berfirman,

yang artinya: "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,

yaitu mereka yang dalam shalatnya khusyu`."(Q.S.Al-

Mukminun:1-2).

Khusyu` yang sempurna adalah apabila seseorang beribadah

kepada Allah dalam keadaan seakan-akan dia melihat-Nya. Dalam

hadits Jibril AS ketika Rasulullah SAW ditanya tentang ihsan,

Rasululloh SAW bersabda:

الحسان ان تعبد الل كانك تراه فان لم تكن تراه فانه يرك

Artinya :"Apabila kamu menyembah Allah seakan-akan kamu

melihatnya (karena yakinnya) apabila kamu tidak melihatnya,

sesungguhnya Allah melihatmu". (H. R.Bukhari-Muslim).30

C. Kerangka Konseptual

Pengajian merupakan salah satu wadah pendidikan keagamaan yang di

dalamnya ditanamkan aqidah dan akhlaq sesuai dengan ajaran-ajaran agama,

sehingga diharapkan timbul kesadaran pada diri seseorang untuk

mengamalkannya dalam konteks kehidupan sehari-hari, baik dalam

hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

29 Asy’ari Masduki. Meningkatkan Kualitas Sholat (Buletin Jum`at An Nuur) Edisi IX Tahun

Pertama 30 Dalam Riwayat Muslim, Hadits Arba’in Nawawiyyah, cet ke1, 2

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

37

Dalam hal ini, partisipasi pengajian khususnya bapak-bapak cukup

tinggi, karena dilaksanakan setelah sholat subuh. Jadi bapak-bapak waktunya

lebih longgar daripada ibu-ibu yang sibuk mengurus persiapan di rumah

seperti sarapan pagi untuk keluarganya. Jadi jumlah ibu-ibu lebih sedikit

dibanding dengan jumlah bapak-bapak. Kecuali pada bulan Romadhon,

pengajian akan dipenuhi dengan ibu-ibu karena semua anggota keluarga

sedang menjalankan kewajiban ibadah puasa Romadhon.

Berdasarkan alasan tersebut maka penyusun tertarik untuk meneliti

sejauhmana partisipasi keaktifan anggota majlis ta’lim dalam mengikuti

pengajian majlis ta’lim berpengaruh terhadap kualitas ibadah sholat pada para

anggota jama’ahnya di kehidupan sehari-hari. Secara spesifik pokok-pokok

pemikiran di atas dapat dilihat pada bagan 1.1 berikut ini :

Bagan 2.1 Skema Kerangka konseptual

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah

penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara

empiris (hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan

“thesa”yang berarti kebenaran).31

31 Yaya Suryana & Tedi Priatna, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : TsaBita, 2008), 123

Indikator Variabel X

Rutinitas Majlis Ta’lim

Indikator Variabel Y

Kualitas Ibadah Sholat

Masyarakat

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS …

38

Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kadar

kebenarannya masih belum meyakinkan. Pembuktian atau pengujian

dilakukan melalui bukti-bukti secara empiris, yakni melalui data atau fakta-

fakta di lapangan.

Hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh

yang signifikan antara partisipasi mengikuti pengajian Majelis Ta’lim di

masjid Al-Islam terhadap kualitas ibadah sholat anggota jama’ah masyarakat

Genengan, Desa Banjaragung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto.

Artinya semakin tinggi keaktifan Masyarakat mengikuti pengajian, maka

semakin baik kualitas ibadah sholat dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Hipotesis Kerja (Ha) : Ada Pengaruh yang signifikan rutinitas majlis ta’lim

setelah sholat subuh terhadap kualitas ibadah

masyarakat di Masjid Al-Islam Genengan

Mojokerto Tahun 2018.

2. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada pengaruh yang signifikan rutinitas majlis

ta’lim setelah sholat subuh terhadap kualitas ibadah

sholat masyarakat di masjid Al-Islam Genengan

Mojokerto Tahun 2018.