11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TENTANG RUTINITAS MAJELIS TA’LIM
1. Pengertian Rutinitas Majelis Ta’lim
Rutinitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara continue
atau terus menerus setiap hari. Sedang pengertian Majlis Ta’lim secara
etimologis (arti kata), kata ‘majelis ta’lim’ berasal dari bahasa Arab, yakni
majlis dan ta’lim. Kata ‘majlis’ berasal dari kata jalasa, yujalisu, julisan,
yang artinya duduk atau rapat. Kata ta’lim sendiri berasal dari kata ‘alima,
ya’lamu, ‘ilman, yang artinya mengetahui sesuatu, ilmu, ilmu
pengetahuan. Arti ta’lim adalah hal mengajar, melatih, berasal dari kata
‘alama, ‘allaman yang artinya, mengecap, memberi tanda, dan ta’alam
berarti terdidik, belajar.1
Sementara, secara terminologis (makna/pengertian), majelis ta’lim
mengandung beberapa pengertian yang berbeda-beda. Effendy Zarkasyi
mengatakan, “Majelis ta’lim bagian dari model dakwah dewasa ini dan
sebagai forum belajar untuk mencapai suatu tingkat pengetahuan agama”.
Syamsuddin Abbas juga mengemukakan pendapatnya, dimana ia
mengartikan sebagai: “Lembaga pendidikan nonformal Islam yang
memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur,
dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak.2
1 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya,
(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 1 2 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya,
(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 2
12
Helmawati mengutip Dedeng Rosidin dalam bukunnya Akar-akar
Pendidikan dalam Al-Quran dan Al-Hadits.“ Kajian Sematik Istilah-Istilah
Tarbiyat, Ta’lim, Tadris, Tahdzib, dan Ta’dib, menyatakan bahwa kata
ta’lim adalah masdhar dari ‘allama. Para ahli bahasa Arab telah
memberikan arti pada kata ‘alima dengan beberapa arti. Arti-arti itu dapat
dilihat dalam penggunaannya di kalangan orang Arab. Misalnya,
‘alimatu’sy-syai-a artinya ‘araftu (mengetahui, mengenal), ‘alima bi’sy-
syai-I artinya sya’ara (mengetahui, merasa), dan ‘alima’arrajula artinya
khabarahu (memberi kabar padanya).
Kata ta’lim artinya talqinu’d-darsi (pengajaran) dan at- tahdzib.
Az-Zubaidi menyebutkan bahwa ta’lim dan al-i’lam adalah satu makna,
yaitu pemberitahuan. Sesuai pendapat di atas, Al-Asfahani menambah
penjelasan lebih rinci untuk membedakan makna di antara ke duanya,
menurutnya: Kata a’lamtuhu dan ‘allamtuhu pada asalnya satu makna,
hanya saja al-i’lam diperuntukan bagi pemberitahuan yang cepat,
sedangkan ta’lim bagi yang dilakukan dengan berulang-ulang dan sering
sehingga berbekas pada diri muta’allim (peserta didik). Dan ta’lim adalah
menggugah untuk mempersepsikan makna dalam pikiran.3
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
makna ta’lim secara bahasa adalah memberitahukan, menerangkan,
mengkabarkan, sesuatu (ilmu) yang dilakukan secara berulang-ulang
sehingga dapat mempersepikan maknanya dan berbekas pada diri jamaah
(muta’allim). Dalam penggunaan makna, selanjutnya ta’lim diartikan
3 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim Peran Aktif Majelis Ta’lim
Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 78
13
dengan makna pengajaran dan kadang diartikan juga dengan makna
pendidikan.
Helmawati mengutip Dedeng Rosidin menyatakan makna ta’lim
berdasarkan dari beberapa ahli, di antaranya:
a. Ta’lim adalah proses pemberitahuan sesuatu dengan berulang-ulang
dan sering sehingga muta’allim (siswa) dapat mempersepsikan
maknanya dan berbekas pada dirinya.
b. Ta’lim adalah kegiatan yang dilakukan oleh mu’allim dan
muta’allim yang menuntut adanya adab-adab tertentu, bersahabat,
dan bertahap.
c. Penyampaian materi di dalam ta’lim diiringi dengan penjelasan,
sehingga muuta’allim menjadi tahu dari yang asalnya tidak tahu dan
menjadi paham dari yang asalnya tidak paham.
d. Ta’lim bertujuan agar ilmu yang disampaikan bermanfaat,
melahirkan amal saleh, memberi petunjuk ke jalan kebahagiaan
dunia akhirat untuk mencapai ridha Allah SWT.
e. Ta’lim merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mua’allim.
Kegiatan yang dilakukan tidak hanya sekedar penyampaian materi ,
melainkan disertai dengan penjelasan, makna dan maksudnya,
sehingga mu’allim menjadi paham, terjaga dan terhindar dari
kekeliruan, kesalahan, kebodohan.
f. Setiap mu’allim dalam kegiatan ta’lim , sayang kepada seama
muslim berprilaku baik dalam mengajar, berikap lembut, memberi
pengertian dan pemahaman, serta menjelaskan dengan menggunakan
atau mendahulukan nash.
14
g. Pada kegiatan ta’lim tersirat adanya mu’allim (guru sebagai
pengajar), yu’allim (proses kegiatan belajar mengajar), muta’allim
(murid yang menerima pelajaran), dan al’ilmu (materi atau bahan
yang disampaikan).
h. Mu’allim yang sebenarnya secara mutlak adalah Allah SWT, karena
Dia sebagai sumber ilmu dan Dia-lah pemberi ilmu.
i. Mu’allim harus senantiasa meningkatkan diri dengan belajar dan
membaca sehingga ia memperoleh banyak ilmu.
j. Mu’allim senantiasa berlaku baik, tidak suka menyiksa fisik, balas
dendam, membenci dan mencaci murid.4
2. Sejarah Majelis Ta’lim
Majelis ta’lim merupakan pendidikan yang tertua dalam sejarah
Islam dan tidak dapat dilepaskan dari perjalanan dakwah islamiah sejak
awal, yang dimulai sejak saat Rasulloh SAW mengadakan kegiatan
kajian dan pengajian di rumah Arqam bin Abil Arqam (Baitul Arqam),
yang dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi. Di kediaman Al-Arqam bin
Abi Al-Arqam yang juga telah masuk Islam, beliau membacakan ayat-ayat
Al-Qur’anul Karim yang telah diturunkan kepadanya serta mengajarkan
hukum agama dan syariat yang diturunkan saat itu kepada mereka.5
Pada saat itu, Rasululloh saw sudah berhasil mengislamkan
beberapa orang perempuan, selain istrinya sendiri, Khadijah binti
Khawailid ra, juga Fatimah binti Khattab ra, adik Umar bin Khattab ra.
4 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim Peran Aktif Majelis Ta’lim
Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 79
5 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan
Pembentukannya,
(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 3
15
Ini artinya dalam pengajian yang diadakan oleh Rasululloh saw itu sudah
ada jamaah dari kaum muslimah.
Ketika itu, jamaah pengajian masih bercampur dan menyatu antara
kaum laki-laki dan perempuan, di mana kaum laki-lakinya di ataranya
adalah Abu Bakar Siddiq, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah.6
Adanya kegiatan pengajian di Baitul Arqam ini menjadi model dan
ispirasi berdirinya pengajian dan majelis ta’lim yang pertama kali dan
umumnya di dirikan di rumah ustadz atau pengurusnya. Jika pada zaman
Rasululloh saw jama’ah majelis ta’lim terdiri atas laki-laki dan
perempuan, kini sebagian besar jama’ahnya adalah kaum muslimah. Bila
jamaahnya bersifat campuran laki- laki dan perempuan, kegiatan itu lebih
dikenal dan dinamakan sebagai pengajian umum.
Di masa Islam Mekkah, Nabi Muhammad saw menyiarkan agama
Islam secara sembunyi-sembunyi, dari satu rumah ke rumah lainnya, dan
dari satu tempat ke tempat lainnya. Sedangkan diera Madinah, Islam
diajarkan secara terbuka dan diselenggarakan di masjid-masjid.
Hal-hal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu
mendakwahkan ajaran-ajaran Islam baik diera Mekkah maupun Madinah
adalah cikal bakal berkembangnya majelis ta’lim yang dikenal saat ini.7
Di Indonesia kegiatan pengajian sudah ada sejak pertama Islam
datang. Ketika itupun dilaksanakan dari rumah, surau, dan masjid. Para
wali dan penyiar Islam ketika itu telah menjadikan pengajian untuk
6 Musthaa as-Siba’i, Sirah Nabawiah Pelajaran Dari Kehidupan Nabi, (Solo: Era Adicitra
Intermedia, 2011), 38
7 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya,
(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 3
16
menyebarkan dakwah Islam dalam masyarakat. Kegiatan semacam inilah
yang pada giliranya pula telah menjadi cikal bakal berdirinya
Muhammadiyah (1912) di Yogyakarta, Persatuan Islam (Persis) (1924) di
Bandung, dan berbagai organisasi Islam lainnya.8
Berdirinya majelis ta’lim ini juga tidak terlepas dari perkembangan
situasi keagamaan, sosial, ekonomi, dan politik dizaman rezim Orde Baru,
yang dikenal represif dan telah memarjinalkan peran umat Islam dalam
pembangunan nasional.
Karena itu, kegiatan dakwah benar-benar mendapatkan tantangan
yang berat. Kendati demikian, bagaikan air mengalir, kegiatan dakwah
terus berjalan dalam masyarakat karena umat Islam berhasil
menghidupkan kegiatan ini. Di antaranya dengan mengadakan pengajian
dan mendirikan majelis ta’lim di dalam masyarakat. Mengingat
pelaksanaannya yang fleksibel dan terbuka untuk segala waktu,
keberadaan majelis ta’lim telah menjadi lembaga pendidikan seumur hidup
bagi umat Islam. Karena itu, sangat penting untuk memberdayakan
keberadaan majelis ta’lim saat ini sehingga dapat bertahan dan menjadi
berkembang lebih baik.9
3. Fungsi dan Tujuan Majelis Ta’lim
Apabila dilihat dari makna dan sejarah berdirinya majelis ta’lim
dalam masyarakat, bisa diketahui dan dimungkinkan lembaga dakwah ini
berungsi dan bertujuan sebagai berikut:
8 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim Peran Aktif Majelis Ta’lim
Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 76 9 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan
Pembentukannya,
(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 4
17
a. Tempat Belajar Mengajar
Majelis ta’lim dapat berungsi sebagai tempat kegiatan belajar
mengajar umat Islam, khususnya bagi kaum perempuan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan ajaran
Islam. Agar fungsi dan tujuan tidak terlepas dari kewajiban kaum
perempuan yang shalehah dalam masyarakat, maka, menurut AM
saefuddin, mereka diharapkan dapat memiliki hal-hal sebagai berikut:
1) Memiliki akhlaq yang karimah ( mulia)
2) Meningkatkan ilmu dan kecerdasan dalam rangka mengangkat
derajatnya
3) Memperbanyak amal, gerak, dan perjuangan yang baik
b. Lembaga Pendidikan dan Keterampilan
Majelis ta;lim juga berungsi sebagai lembaga pendidikan dan
keterampilan bagi kaum perempuan dalam masyarakat yang
berhubungan, antara lain dengan masalah pengembangan kepribadian
serta pembinaan keluaga dan keluarga sakinah warahmah. Muhammad
Ali Hasyimi mengatakan, “Wanita muslimah adalah tiang bagi
keluarga Muslim. Salah satu kunci kemuliaan dan kehormatan rumah
tangga terletak pada kaum perempuan, baik dia sebagai istri maupun
sebagai seorang ibu.”10
c. Wadah Kegiatan dan Berkreativitas
Majelis ta’lim juga berungsi sebagai wadah berkegiatan dan
berkreativitas bagi kaum perempuan. Antara lain, dalam berorganisasi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
10 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan
Pembentukannya,
(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 5
18
Menurut Muhammad Ali Hasyimi, wanita muslimah juga mempunyai
tugas seperti laki-laki sebagai pengemban risalah dalam kehidupan ini.
d. Pusat Pembinaan dan Pengembang
Majelis ta’lim juga berungsi sebagai wadah berkegiatan dan
berkreativitas bagi kaum perempuan. Antara lain, dalam berorganisasi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pasalnya, menurut
Muhammad Ali Hasyimi, wanita muslimah juga mempunyai tugas
seperti laki-laki sebagai pengemban risalah dalam kehidupan ini.
Alhasil, mereka pun harus bersiat sosial dan aktif dalam masyarakat
serta dapat memberi warna kehidupan mereka sendiri.11
Sedangkan dalam buku pedoman majelis ta’lim disebutkan
bahwa fungsi dan tujuan dari majelis ta’lim secara garis besar adalah:
1) Sebagai tempat kegiatan belajar-mengajar
2) Sebagai lembaga pendidikan dan keterampilan
3) Sebagai wadah berkegiatan dan berkreativitas
4) Sebagai pusat pembinaan dan pengembangan
5) Sebagai jaringan komunikasi, ukhuwah dan wadah silaturrahim
Adapun tujuan pendidikan majelis ta’lim adalah sebagai berikut:
1) Pusat pembelajaran Islam
2) Pusat konseling Islam (agama dan keluarga)
3) Pusat pabrikasi (pengkaderan) ulama/cendekiawan
4) Lembaga kontrol & motivator di tengah-tengah masyarakat.12
11 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan
Pembentukannya,
(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 5 12 Abdul Jamil, dkk, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: Kementrian agama RI, Direktorat Jendral
Bimas Islam, Direktorat Penerangan Agama Islam, 2012), 2
19
Adapun tujuan pengajaran majelis ta’lim adalah:
1) Jama’ah dapat mengagumi, mencintai dan mengamalkan Al Quran
2) Jama’ah dapat memahami serta mengamalkan Dienul Islam dengan
benar
3) Jama’ah menjadi muslim yang kaffah dan berakhlaqul karimah.
4) Jama’ah bisa melaksanakan ibadah harian yang sesuai dengan
kaedah benar
5) Jama’ah mampu menciptakan hubungan silaturahmi dengan baik
dan benar.13
4. Peranan Majelis Ta’lim
Keberadaan majelis ta’lim dalam masyarakat telah membawa
manfaat dan kemaslahatan bagi umat, khususnya bagi kaum perempuan,
apalagi bagi mereka yang menjadi anggota dan jamaahnya. Hal ini erat
dengan kegiatan lembaga dakwah tersebut dalam masyarakat, mulai dari
tingkat RT/RW hingga nasional, regional dan global. Peran majelis ta’lim
selama ini tidaklah terbatas. Bukan hanya untuk kepentingan dan
kehidupan jamaah majelis ta’lim saja, melainkan juga untuk kaum
perempuan dalam masyarakat secara keseluruhan.
Peran majelis ta’lim yang cukup dominan selama ini adalah dalam
membina jiwa dan mental rohaniah sehingga sudah sekian banyak di
antara mereka yang semakin taat beribadah, kuat imannya, dan aktif
dalam berdakwah. Keadaan ini tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan
majelis ta’lim yang senantiasa ditanamkan melalui ta’lim secara rutin.
13 Abdul Jamil, dkk, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: Kementrian agama RI, Direktorat Jendral
Bimas Islam, Direktorat Penerangan Agama Islam, 2012), 20
20
5. Materi Kajian Majelis Ta’lim
Materi atau bahan adalah apa yang hendak diajarkan dalam majelis
ta’lim. Dengan sendirinya materi ini adalah ajaran Islam dengan segala
keluasannya. Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala
aspek kehidupan, maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata
hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam
menjalani kehidupannya didunia dan untuk menyiapkan hidup yang
sejahtera di akhirat nanti. Dengan demikian materi pelajaran agama Islam
luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.14
Secara garis besar ada 2 kelompok pelajaran dalam majelis ta’lim,
yaitu kelompok pengetahuan agama dan kelompok pengetahuan umum.
a. Kelompok Pengetahuan Agama
Bidang pengajaran yang masuk kelompok ini antara lain, :
1) Tauhid adalah, mengesahkan Allah dalam hal mencipta,
menguasai, mengatur, dan mengikhlaskan peribadahan hanya
kepadanya;
2) Akhlakul karimah, materi ini meliputi akhlak yang terpuji, dan
akhlak yang tercela. Akhlak terpuji antara lain ikhlas, tolong
menolong, sabar dan sopan santun. Akhlak tercela meliputi
sombong, kikir, sum’ah dan dusta, bohong dan hasud.
3) Fiqih. Adapun isi materi fiqih meliputi tentang shalat, puasa, zakat,
dan sebagainya. Di samping itu juga dibahas hal-hal yang berkaitan
dengan pengalaman sehari-hari, yang meliputi pengertian wajib,
14 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim, Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya,
(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 256
21
sunah, halal, haram, makruh dan mubah. Diharapkan setelah
mempunyai pengetahuan tersebut jamaah akan patuh dengan
semua hukum yang diatur oleh ajaran Agama Islam;
4) Tafsir, adalah ilmu yang mempelajari kandungan Al-Qur'an berikut
penjelasannya, makna dan hikmahnya;
5) Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan dan
persetujuan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan atau
hukum dalam Agama Islam.
b. Kelompok Pengetahuan Umum
Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema yang
disampaikan hendaknya hal-hal yang langsung ada kaitannya dengan
kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan agama
artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut hendaknya jangan
dilupakan dalil-dalil agama, baik berupa ayat- ayat Al-Qur’an atau
hadist-hadist maupun contoh dari kehidupan Rasululloh Muhammad
SAW.
Menurut Tuti Alawiyah bahwa kategori pengajian itu dibagi
menjadi lima bagian :
1) Majelis ta’lim tidak mengajarkan secara rutin tetapi hanya sebagai
tempat berkumpul, membaca shalawat, berjamaah dan sebulan
sekali pengurus majelis ta’lim mengundang seorang guru untuk
berceramah.
2) Majelis ta’lim mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
dasar ajaran agama seperti belajar mengaji Al- Qur’an atau
penerangan fiqih.
22
3) Majelis ta’lim mengajarkan tentang fiqih, tauhid, atau akhlak yang
diajarkan dalam pidato-pidato mubaligh yang kadang- kadang
dilengkapi dengan tanya-jawab.
4) Majelis ta’lim seperti butir ke-3 menggunakan kitab sebagai
pegangan, ditambah dengan pidato atau ceramah.
Penambah dan pengembangan materi dapat dilakukan di Majelis
Ta’lim seiring dengan semakin majunya zaman dan semakin kompleks
permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang
tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu sendiri
merupakan suatu langkah yang baik agar Majelis Ta’lim tidak terkesan
kolot dan terbelakang.
6. Metode Pengajaran dalam Majelis Ta’lim
Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta dan Hodos” Meta artinya
melalui dan Hodos artinya jalan, maka pengertian metode adalah jalan
yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
Metode adalah cara dalam menyajikan bahan pengajaran dalam
majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makin baik
metode yang dipilih, makin efektif pencapaian tujuan. Ada metode
mengajar di kelas yang tidak dapat dipakai dalam majelis taklim. Hal ini
karena perbedaan kondisi dan situasi sekolah dengan majelis ta’lim.15
Ada beberapa metote yang digunakan di Majelis Ta’lim,
diantaranya:
a. Majelis ta’lim yang diselanggarakan dengan metode ceramah.
15 H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1993 ), Cet. Ke-2, 10
23
Metode ini dilakukan ini dilaksanakan dengan dua cara :
Pertama, ceramah umum, dimana pengajar atau ustadz bertindak aktif
dengan memberi pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif,
yaitu hanya mendengar atau menerima materi yang diceramahkan.
Kedua, ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk
bertanya jawab. Jadi, baik pengajar atau ustadz maupun peserta atau
jamaah sama-sama aktif.
b. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode halaqoh.
Dalam hal ini pengajar atau ustadz memberikan pelajaran
biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu.
c. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah
metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau
diskusi mengenai suatu masalah pendapat atau diskusi mengenai
masalah yang disepakati untuk dibahas.
d. Majelis ta’lim yang diselanggarakan dengan metode campuran artinya
majelis ta’lim menyelanggarakan kegiatan pendidikan tidak dengan
satu macam metode saja , melainkan dengan berbagai metode secara
berselang-seling.16
7. Waktu Majelis Ta’lim Setelah Sholat Subuh
Subuh adalah waktu para Muslim memulai aktivitas. Waktu subuh
merupakan waktu yang mengandung banyak kemuliaan. Kemuliaan
tersebut dapat didapat dengan berbagai cara. Selain dengan shalat
16 Ahmad Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta : Penamadani, 2006) Cet k-1,
144
24
berjamaah, membaca Al-Quran, menghadiri dan mengikuti majelis ta’lim
termasuk cara untuk meraih keutamaan tersebut. Seperti ditulis oleh KH
Arifin Ilham, terdapat sejumlah manfaat mengikuti majelis ilmu di subuh
hari yang dapat diperoleh, berdasarkan Alquran dan Sunnah Nabi.17
Inilah keutamaan majlis ilmu, apalagi setelah shalat subuh di masjid
berjama’ah sampai matahari terbit:
a. Akan dido’akan oleh para Malaikat dan mendapat Rahmat dari Alloh
SWT, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dari Abu Huroiroh Ra, Rosululloh SAW bersabda :
لسموات ومن في الرضوإن الملئكة لتضع أجنحتها رضا لطالب العلم ، وإن العالم ليستغفر له من في ا
Artinya : Sesungguhnya para malaikat meletakan sayap-sayap mereka
sebagai bentuk keridhaan terhadap penuntut ilmu. Dan sesungguhnya
semua yang ada di langit dan di bumi meminta ampun untuk seorang
yang berilmu. ( HR. Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Ibnu Hibban ).
b. Meraih pahala haji yang sempurna, sebagaimana sabda Rosululloh SA
حتى تطل ع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر من صلى الغداة في جماعة ثم قعد يذكر الل
ة، ة تام ة تام عليه وسلم تام صلى الل ة وعمرة قال قال رسول الل حج
Artinya : Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ‘Barang siapa yang shalat pagi hari (subuh) secara
berjama’ah, kemudian ia duduk berdzikir kepada Alloh SWT hingga
17 Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun VIII/1425H/2004M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
25
terbitnya matahari, kemudian ia shalat dua rakaat, maka baginya
pahala seperti pahala mengerjakan haji dan umrah. Rasulullah SAW
bersabda, ‘Sempurna, sempurna, sempurna.’ (HR. Turmudzi, beliau
berkata bahwa hadits ini hasan gharib). 18
c. Seakan duduk di taman syurga Allah, sebagaimana Rosululloh SAW
bersabda : إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا ، قالوا
، وما رياض الجنه ة ؟ قال : مجالس العلميارسول الله
Artinya " Jika kalian melewati taman syurga maka singgahlah dengan
hati senang." Para sahabat bertanya, " Apakah taman syurga itu?"
Beliau menjawab, halaqoh-halaqoh dzikir/Ilmu. (HR. Tirmidzi).
d. Menuntut ilmu baik ayat suci Al-Qur’an maupun hadist Nabi
Muhammad SAW, ALLOH SWT sendiri telah berfirman :
تعملون بما والل درجات العلم أوتوا والذين منكم ءامنوا الذين الل يرفع خبير
Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11).
e. Termasuk mujahid di jalan Allah sampai kembalinya, sebagaimana
Rosululloh SAW telah bersabda :
يرجع حتى الل سبيل فى فهو العلم طلب فى خرج من
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu syar’i, maka
dia berjihad di jalan Allah hingga ia kembali" (HR AT Tirmidzi).19
18 HR at-Tirmidzi (no. 586), dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam
“Silsilatul ahaditsish shahihah” (no. 3403).
19 HR. Tirmidzi, no. 3510 dan Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2562
26
f. Dibanggakan Alloh, sebagaimana hadits di bawah ini:
عليه وسلم …وما اجتمع قوم في بيت من ب صلى الل يوت عن أبي هريرة قال قال رسول الل
يتلون كتاب الل حمة وحفتهم ويتدارسونه بينهم إل نزلت عليهم الل السكينة وغشيتهم الر
فيمن عنده الملئكة وذكرهم الل
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda,”Dan tidaklah
sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah Alloh; mereka
membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali
ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat
mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan
(para malaikat) di hadapanNya. (HR. Muslim).
g. Menjadi kelompok umat terbaik, sebagaimana Rasulullah SAW telah
bersabda : خيركم من تعلهم القرآن وعلهمه
Artinya " Yang terbaik di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an
dan mengajarkannya Al-Qur’an".(HR.Bukhari).
h. Jalan mudah menuju surga Allah, sebagaimana Rosululloh SAW
bersabda :
به طريقا من طرق الجنهة من سلك طريقا يطلب فيه علما سلك الله
Artinya“ Barang siapa yang melalui satu jalan untuk menuntut ilmu
Allah, Allah mudahkan menuju jalan syurgaNYA” (HR Abu Daud dan
AT Tirmidzi).20
20 HR.Muslim, no.2699; Abu Dawud, no.3643; Tirmidzi, no.2646; Ibnu Majah,no.225
27
B. TINJAUAN TENTANG KUALITAS IBADAH SHOLAT
1. Definisi, Pembagian, Ruang Lingkup, Serta Tujuan Ibadah.
a. Definisi Kualitas Ibadah
Kualitas Ibadah artinya mutu ibadah, yaitu tingkat baik buruknya
sesuatu yang berhubungan dengan ibadah. Sedang arti dari Ibadah
diambil dari bahasa Arab yang artinya adalah menyembah. Konsep
ibadah memiliki makna yang luas yang meliputi seluruh aspek
kehidupan baik sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan
karakteristik utama dalam sebuah agama, karena pusatnya ajaran
agama terletak pada pengabdian seorang hamba pada Tuhannya.21
إحسانا وبذي شيئا وبالوالدين به تشركوا ول الله واعبدوا
احب الجنب والص والجار القربى ذي والجار القربى واليتامى والمساكين
من كان مختال فخورا يحب ل الله إن أيمانكم ملكت السبيل وما بالجنب وابن
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. Annisa : 36 ).
Berbicara tentang ibadah berarti membahas mengenai
posisi diantara dua dimana yang satu kedudukannya lebih tinggi dari
yang lain seperti hubungan antara seorang majikan dan budaknya.
Seorang budak tidak memiliki kekuatan lain kecuali hanya tunduk dan
patuh pada perintah majikannya. Seorang budak tentu didasari oleh
21 Helmawati, Kesalehan Individu dan Kesalehan Sosial (Jakarta, Rineka Cipta, 2013), 158
28
kesadarannnya sebagai hamba yang lemah dan tak berdaya. Oleh
karena itu kesadaran ibadah bersifat fitrah, karena manusia menyadari
akan kekurangan dan kelemahan dirinya, sehingga ia membutuhkan
kekuatan lain yang dapat memberikan bantuan dan pertolongan.
Begitulah seharusnya manusia, ia harus tunduk dan patuh kepada sang
Pencipta, yakni Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
إل ليعبدون نس وال الجن وما خلقت
Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku.(S.Q. Ad-Dzariyat ; 56).
Ayat ini menjelaskan tentang kecendrungan fitrah manusia
untuk beribadah. Tidak mungkin ada mahluk yàng keluar dari
kecendrungannya sebagai hamba, namun kecendrungan ini jika tidak
diiringi oleh wahyu maka ketundukan manusia sebagai bentuk
penghambaan diri pada yang mutlak menjadi pembelengguan diri
manusia, sehingga manusia jatuh kedalam derajat yang hina.
b. Pembagian Ibadah
Ibadah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah mahdhoh dan
ibadah ammah. Ibadah mahdhah (murni), adalah suatu rangkaian
aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah Swt. Dan bentuk aktivitas
tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana atau
tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari
masing-masing induvidu. Yang termasuk Ibadah mahdhoh misalnya:
Shalat, puasa, Zakat, dan haji.22
22 Jalah Hati. Konsep Ibadah Dalam Islam. http://jalahati.wordpress.com/2013/03/02/ (diunduh
pada bulan Februari 2018)
29
Selain ibadah mahdhah, maka ada bentuk lain diluar ibadah
mahdhah tersebut yaitu Ibadah Ghair al-Mahdhah atau ibadah ammah,
yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang mempunyai
tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua
keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai
garis amal.
Ada pula yang memberikan definisi ibadah ammah dengan
semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan
dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, seperti minum, makan,
dan bekerja mencari nafkah.23
c. Ruang Lingkup Ibadah
Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan
manusia sebagai ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena
Allah demi mencapai keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-
cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak membatasi ruang lingkup
ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Seluruh kehidupan manusia
adalah medan amal dan persediaan bekal bagi para mukmin sebelum
mereka kembali bertemu Allah di hari pembalasan nanti.
Agama Islam mempunyai keistimewaan dengan menjadikan
seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah apabila ia diniatkan dengan
penuh ikhlas karena Allah demi untuk mencapai keridaan Nya serta
dikerjakan menurut cara cara yang disyariatkan oleh ALloh SWT.
Ruang lingkup ibadah di dalam Islam sangat luas sekali.
Mencakup setiap kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang
23 Jalah Hati. Konsep Ibadah Dalam Islam. http://jalahati.wordpress.com/2013/03/02/ (diunduh
pada bulan Februari 2018)
30
dilakukan baik yang bersangkut dengan individu maupun dengan
masyarakat adalah ibadah menurut Islam ketika ia memenuhi syarat
syarat tertentu. Syarat syarat tersebut adalah :
1) Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam, sesuai dengan
hukum hukum syara' dan tidak bertentangan dengan hukum hukum
tersebut. Adapun amalan amalan yang diingkari oleh Islam dan ada
hubungan dengan yang haram dan maksiyat, maka tidaklah bisa
dijadikan amalan ibadah.
2) Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dengan tujuan
untuk memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga nya,
memberi manfaat kepada seluruh umat dan untuk kemakmuran
bumi seperti yang telah diperintahkan oleh Allah.
3) Amalan tersebut haruslah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
4) Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sentiasa menurut
hukum - hukum syara' dan ketentuan batasnya, tidak menzalimi
orang lain, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau
merampas hak orang.
5) Tidak melalaikan ibadah - ibadah khusus seperti shalat, puasa,zakat
dan dalam melaksanakan ibadah umum.
d. Tujuan Ibadah
Manusia, bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan
berperasaan, adalah hamba-hamba Allah. Hamba sebagaimana yang
dikemukakan diatas adalah mahluk yang dimiliki. Kepemilikan Allah
atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutlak dan sempurna. Oleh
karena itu mahluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan
31
aktivitasnya kecuali dalam hal yang oleh Alloh SWT telah
dianugerahkan untuk dimiliki mahluk-Nya seperti kebebasan memilih
walaupun kebebasan itu tidak mengurangi kepemilikan Allah atas
dasar kepemilikan mutak Allah itu, lahir kewajiban menerima semua
ketetapan-Nya, serta menaati seluruh perintah dan larangan-Nya.24
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia
ini kemudian mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia
diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada Alloh SWT. Dalam hal
ini dapat difahami dari firman Allah SWT :
أنما خلقناكم عبثا وأنكم ل إلينا ترجعون أفحسبتم
Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak
akan dikembalikan kepada Kami? (QS al-Mu’minun:115)25
Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia,
maka agar manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban untuk
bribadah kepada Alloh SWT.
2. Definisi Sholat
Sholat secara Bahasa (Etimologi) berarti Do'a.26 Sedangkan secara
Istilah/Syari'ah (Terminologi), sholat adalah perkataan dan perbuatan
tertentu/khusus yang dibuka/dimulai dengan takbir (takbiratul ihram)
diakhiri/ditutup dengan salam.
24 Sodik Muhammad. Hubungan Ibadah dan Kesalehan Sosial.
http://sodikinmuhammad.blogspot.com/2016/02/ 04.html ( diunduh pada Februari 2018 ) 25 Depag. 2010. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta. Diponegoro, 349 26 Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dermaga, 2003), 14
32
Sholat adalah perbuatan yang paling mulia dan kewajiban yang
paling wajib setelah iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, pada
hari kiamat shalat akan dihisab (dimintai pertanggung jawaban) pertama
kali oleh Allah ta`ala sebelum kewajiban - kewajiban yang lainnya.
Apabila shalatnya baik, maka dia akan mendapat keuntungan, dan apabila
shalatnya rusak maka dia akan merugi.
Rasulullah SAW bersabda : "Ibadah yang pertama kali ditanya
kepada manusia adalah sholat dan kejahatan yang pertama kali akan diadili
adalah darah (pembunuhan)”.
Sholat adalah ibadah yang sangat agung, barang siapa yang
melaksanakanya dengan sempurna maka ia akan mendapatkan pahala yang
sangat besar, Allah akan memasukkannya kedalam surga, mellimpahkan
pengampunan, rahmat, keberkaahan dan derajat yang sangat tinggi
kepadanya. Rasulullah SAW bersabda: yang artinya: "Allah telah
mewajibkan 5 shalat terhadap para hamba-Nya, barang siapa yang
melaksanakanya dengan sempurna maka Allah berjanji kepadnya untuk
memasukkanya kedalam surga dan barang siapa yang tidak mau
melaksanaknya maka Allah berkehendak akan mengazabnya dan jika Dia
(Alloh) berkehendak memasukkanya ke dalam surga maka Ia
memasukkanya ke dalam surga". (H.R.Ahmad)
a. Shalat Berjama’ah
Shalat berjama’ah adalah salat yang dikerjakan oleh dua atau lebih
orang secara bersama-sama dengan satu orang di depan sebagai imam dan
yang lainnya di belakang sebagai makmum.
Shalat berjama’ah minimal atau paling sedikit dilakukan oleh dua
33
orang, namun semakin banyak orang yang ikut solat berjama'ah tersebut
jadi jauh lebih baik. Shalat berjama'ah memiliki nilai 27 derajat lebih baik
daripada sholat sendiri. Oleh sebab itu kita diharapkan lebih
mengutamakan shalat berjamaah daripada solat sendirian saja.
Sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW
جل في الجماعة تزيد على صلته وحده سبعا وعشرين صلة الر
“Shalatnya seseorang dengan berjama’ah melebihi shalatnya yang
dikerjakan secara sendiri sebanyak dua puluh tujuh derajat.”
(HR. Muslim no.1039, Ahmad no.4441, Nasa’I no.828)27
Shalat berjama'ah hukumnya adalah sunat muakkad, yakni sunnah
yang sangat penting untuk dikerjakan karena memiliki nilai yang jauh
lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan solat munfarid / seorang diri.
Sebelum memulai shalat bersama-sama hendaknya / sebaiknya
dilakukan azan / adzan sebagai pemberitahuan yang mengajak orang-orang
di sekitarnya untuk ikut sholat berjama’ah bersama. Jika telah berkumpul
di dalam masjid, mushalla, langgar, surau, ruangan, kamar, dan lain
sebagainya maka salah satu hendaknya melakukan qomat sebagai ajakan
untuk melakukan / memulai shalat.
b. Kreteria sholat berkualitas
Sholat yang berkualitas adalah shalat yang sempurna yang
memiliki keutamaan dan keagungan sebagaimana dijelaskan dimuka.
Modal dasar untuk mendapatkan shalat yang berkualitas adalah bahwa
27 https://artikelabifadillah.wordpress.com/2011/08/03/shalat-berjamaah-lebih-utama-25-dan-27-
derajat/ ( di Akses tanggal 06 Februari 2018)
34
shalat harus dikerjakan dengan benar, dengan memenuhi syarat dan
rukunnya.
Shalat juga harus memenuhi syuruth qabul as shalah (syarat
diterimanya shalat), yaitu :
1) Ikhlas dalam shalat artinya menjalankan shalat hanya semata-mata
karena Allah (untuk mencari ridha Allah, pahala dan surga Alloh
SWT atau untuk menjalankan kewajiban dari Allah), bukan karena
manusia.
Manusia diciptakan bukan sekedar hidup mendiami dunia
ini dan kemudian mengalami kematian tanpa adanya pertanggung-
jawaban kepada penciptanya, melainkan manusia itu diciptakan
oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya. Sebagaimana
dinyatakan dalam Al Qur’an surah Al Bayyinah ayat 5:
ويقيموا حنفاء ين الده له مخلصين الل ليعبدوا إل أمروا وما
دين القيهمة كاة وذلك الز لة ويؤتوا الص
Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus.28
Pada prinsipnya pengabdian manusia (ibadah) merupakan
sari dari ajaran Islam yang mempunyai arti penyerahan diri secara
total pada kehendak Allah SWT. Dengan demikian, hal ini akan
mewujudkan suatu sikap dan perbuatan dalam bentuk ibadah.
28 Depag.2010. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta. Diponegoro, 597
35
Apabila ini dapat dicapai sebagai nilai dalam sikap dan perilaku
manusia, maka akan lahir suatu keyakinan untuk tetap
mengabdikan diri kepada Allah SWT.
2) Makanan, Pakaian dan Tempat Shalat mesti harus halal.
Kesempurnaan shalat seseorang juga ditentukan oleh
makanan yang ada di dalam perutnya ketika shalat, serta pakaian
dan tempat yang digunakan untuk melaksanakan shalat,
seluruhnya harus berasal dari rizki yang halal. Demikian juga
seseorang yang menjalankan shalat dengan menggunakan pakaian
yang haram atau ditempat yang ia ghasab (diambil dengan batil
dari orang lain), maka shalatnya tidak membuahkan pahala dari
Allah SWT.
Karena makanan yang haram selain dapat menghilangkan
pahala shalat, makanan yang haram juga dapat merubah hati
seseorang menjadi hitam dan keras, sehingga sulit untuk menerima
hidayah, taufik, nasehat serta kebaikan. Karenanya, Rasulullah
shallallahu`alaihi wasallam bersabda, yang artinya :
"Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka
neraka lebih baik bagi dia". (H.R. Al Baihaqi).
3) Khusyu` meski hanya sebentar.
Kekhusyu`an ketika shalat juga menentukan kwalitas shalat
seseorang. Semakin lama seseorang khusyu` didalam shalatnya,
maka semakin banyak pahala shalatnya. Sebaliknya, semakin
sedikit khusyu`nya maka semakin sedikit pula pahala shalatnya.
36
Khusyu` artinya menghadirkan rasa cinta, dan takut kepada Allah
di dalam hati ketika menjalankan shalat.29
Orang yang khusyu` dalam shalatnya, dia akan
mendapatkan keberuntungan di akhirat. Allah Ta`ala berfirman,
yang artinya: "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,
yaitu mereka yang dalam shalatnya khusyu`."(Q.S.Al-
Mukminun:1-2).
Khusyu` yang sempurna adalah apabila seseorang beribadah
kepada Allah dalam keadaan seakan-akan dia melihat-Nya. Dalam
hadits Jibril AS ketika Rasulullah SAW ditanya tentang ihsan,
Rasululloh SAW bersabda:
الحسان ان تعبد الل كانك تراه فان لم تكن تراه فانه يرك
Artinya :"Apabila kamu menyembah Allah seakan-akan kamu
melihatnya (karena yakinnya) apabila kamu tidak melihatnya,
sesungguhnya Allah melihatmu". (H. R.Bukhari-Muslim).30
C. Kerangka Konseptual
Pengajian merupakan salah satu wadah pendidikan keagamaan yang di
dalamnya ditanamkan aqidah dan akhlaq sesuai dengan ajaran-ajaran agama,
sehingga diharapkan timbul kesadaran pada diri seseorang untuk
mengamalkannya dalam konteks kehidupan sehari-hari, baik dalam
hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
29 Asy’ari Masduki. Meningkatkan Kualitas Sholat (Buletin Jum`at An Nuur) Edisi IX Tahun
Pertama 30 Dalam Riwayat Muslim, Hadits Arba’in Nawawiyyah, cet ke1, 2
37
Dalam hal ini, partisipasi pengajian khususnya bapak-bapak cukup
tinggi, karena dilaksanakan setelah sholat subuh. Jadi bapak-bapak waktunya
lebih longgar daripada ibu-ibu yang sibuk mengurus persiapan di rumah
seperti sarapan pagi untuk keluarganya. Jadi jumlah ibu-ibu lebih sedikit
dibanding dengan jumlah bapak-bapak. Kecuali pada bulan Romadhon,
pengajian akan dipenuhi dengan ibu-ibu karena semua anggota keluarga
sedang menjalankan kewajiban ibadah puasa Romadhon.
Berdasarkan alasan tersebut maka penyusun tertarik untuk meneliti
sejauhmana partisipasi keaktifan anggota majlis ta’lim dalam mengikuti
pengajian majlis ta’lim berpengaruh terhadap kualitas ibadah sholat pada para
anggota jama’ahnya di kehidupan sehari-hari. Secara spesifik pokok-pokok
pemikiran di atas dapat dilihat pada bagan 1.1 berikut ini :
Bagan 2.1 Skema Kerangka konseptual
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara
empiris (hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan
“thesa”yang berarti kebenaran).31
31 Yaya Suryana & Tedi Priatna, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : TsaBita, 2008), 123
Indikator Variabel X
Rutinitas Majlis Ta’lim
Indikator Variabel Y
Kualitas Ibadah Sholat
Masyarakat
38
Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kadar
kebenarannya masih belum meyakinkan. Pembuktian atau pengujian
dilakukan melalui bukti-bukti secara empiris, yakni melalui data atau fakta-
fakta di lapangan.
Hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh
yang signifikan antara partisipasi mengikuti pengajian Majelis Ta’lim di
masjid Al-Islam terhadap kualitas ibadah sholat anggota jama’ah masyarakat
Genengan, Desa Banjaragung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto.
Artinya semakin tinggi keaktifan Masyarakat mengikuti pengajian, maka
semakin baik kualitas ibadah sholat dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Hipotesis Kerja (Ha) : Ada Pengaruh yang signifikan rutinitas majlis ta’lim
setelah sholat subuh terhadap kualitas ibadah
masyarakat di Masjid Al-Islam Genengan
Mojokerto Tahun 2018.
2. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada pengaruh yang signifikan rutinitas majlis
ta’lim setelah sholat subuh terhadap kualitas ibadah
sholat masyarakat di masjid Al-Islam Genengan
Mojokerto Tahun 2018.