bab ii kajian teori a. deskripsi teori 1 . media ...eprints.uny.ac.id/8394/3/bab...

37
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1 . Media pembelajaran a. Pengertian media pembelajaran Pada dasarnya media dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu media audio, media visual dan media audio visual. Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dalam perkembangannya, media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow sebagaimana yang telah di kemukakan oleh Azhar Arsyad (2003:33) di bagi kedalam 2 kategori luas yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir. 1) Pilihan media tradisonal (a) Visual diam yang di proyeksikan, meliputi : proyeksi apaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan filmstrip (b) Visual yang tak di proyeksikan, meliputi : gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info, dan papan bulu (c) Audio, meliputi : rekaman piringan, pita kaset, reel, dan cartridge (d) Penyajian multimedia, meliputi : slide plus suara (tape) dan multi image (e) Visual dinamis yang di proyeksikan, meliputi : film, televise, dan video (f) Cetak, meliputi : buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah berkala, dan lembaran lepas (hand-out) (g) Permainan, meliputi : teka teki, simulasi, dan permainan papan (h) Realia, meliputi : model, spacimen (contoh), dan manipulative (peta, boneka ) 2) Pilihan media teknologi mutakhir (a) Media berbasis telekomunikasi, meliputi : telekonferen, kuliah jarak jauh

Upload: donhu

Post on 01-May-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

9

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1 . Media pembelajaran

a. Pengertian media pembelajaran

Pada dasarnya media dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu

media audio, media visual dan media audio visual. Media pembelajaran

merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan

peralatan. Dalam perkembangannya, media pembelajaran mengikuti

perkembangan teknologi. Pengelompokan berbagai jenis media apabila

dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow

sebagaimana yang telah di kemukakan oleh Azhar Arsyad (2003:33) di

bagi kedalam 2 kategori luas yaitu pilihan media tradisional dan pilihan

media teknologi mutakhir.

1) Pilihan media tradisonal(a) Visual diam yang di proyeksikan, meliputi : proyeksi apaque (tak

tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan filmstrip(b) Visual yang tak di proyeksikan, meliputi : gambar, poster, foto,

charts, grafik, diagram, pameran, papan info, dan papan bulu(c) Audio, meliputi : rekaman piringan, pita kaset, reel, dan cartridge(d) Penyajian multimedia, meliputi : slide plus suara (tape) dan multi

image(e) Visual dinamis yang di proyeksikan, meliputi : film, televise, dan

video(f) Cetak, meliputi : buku teks, modul, teks terprogram, workbook,

majalah ilmiah berkala, dan lembaran lepas (hand-out) (g) Permainan, meliputi : teka teki, simulasi, dan permainan papan(h) Realia, meliputi : model, spacimen (contoh), dan manipulative

(peta, boneka )2) Pilihan media teknologi mutakhir

(a) Media berbasis telekomunikasi, meliputi : telekonferen, kuliah jarak jauh

10

(b) Media berbasis mikroprosesor, meliputi : computer-assisted instruction, permainan computer, sistem tutor inteligen, interaktif, hypermedia, compact (video) disk

Dari beberapa uraian diatas tentang jenis-jenis media

pembelajaran, peneliti menggunakan media diorama yang termasuk

kategori 3 dimensi (realia) pada pembelajaran mata diklat menggambar

busana di SMK Karya Rini yogyakarta.

b. Fungsi media pembelajaran

Salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat

bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan

belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut

hamalik seperti yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2003:15) pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh pengaruh psikologis terhadap siswa. Sedangkan menurut Levie

dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,

khususnya media visual yaitu:

a) Fungsi atensi Fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa

untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yanag berkaiatan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

b) Fungsi afektifFungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat

kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gamabar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

c) Fungsi kognitifFungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan

penelitian yang mengungkapkan bahwa lambing-lambang visual atau

11

gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d) Fungsi kompensatorisFungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil

penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk menggorganisasikan informasi dalam teksdan mengingatnya kembali.

Berdasarkan uraian diatas fungsi media pembelajaran adalah

segala bentuk atau alat untuk mempengaruhi emosi siswa (minat,

keinginan, tekad, perbuatan, sikap) yang dapat menjadiakan ia pengalaman

belajar ketika berada pada proses belajar mengajar dalam rangka

pencapaian tujuan pembelajaran.

c. Manfaat media pembelajaran

Berbagai manfaat pembelajaran telah dibahas oleh beberapa

ahli. Menurut Kemp dan Dayton dalam buku Azhar Arsyad (2003:21)

mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak

positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di

kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebgai berikut:

1) Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku2) Pembelajaran bisa lebih menarik3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif4) Lama waktu pemebelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat5) Kualiatas hasil belajar dapat di tingkatkan6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dimana diinginkan atau

diperlukan7) Sikap positif siswa terhadap apa yang dipelajari8) Peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif.

Encyclopedia of Educational Research dalam Oemar Hamalik

(1994:15), merinci manfaat media pengajaran sebagai berikut:

1) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.

12

2) Memperbesar perhatian siswa.3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

sehingga memuat pelajaran lebih mantap.4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri dikalangan siswa.5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu terutama

melalui gambar hidup.6) Membantu timbulnya pengertian yang dapat membantu

perkembangan kemampuan bahasa.7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara

lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang banyak dalam belajar.

Menurut Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2003:24)

mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar siswa yaitu:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan memcapai tujuan pembelajaran

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalu guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Menurut Azhar Arsyad (2003:25) mengemukakan manfaat

praktis menggunakan media pembelajaran didalam proses belajar

mengajar sebagia berikut:

1) Media pembelajaran dapat memperjelaspenyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Media pembelajrana dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

13

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka.

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa media begitu berperan dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga

penyaluran informasi atau materi yang di sampaikan guru terhadap siswa

dapat mudah di terima.

d. Pemilihan media pembelajaran

Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanan yang baik.

Pemilihan Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga

memerlukan perencanaan yang baik. menurut Oemar Hamalik (1994:7),

Ada beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam pemilihan media

antara lain:

1) Rasional, artinya media pengajaran yang akan disajikan harus masuk akal dan mampu dipikirkan kita.

2) Ilmiah, artinya media yang digunakan sesuai dengan perkembangan akal dan ilmu pengetahuan.

3) Ekonomis, artinya dalam pembuatannya tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya atau sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada.

4) Praktis dan efisien, artinya media tersebut mudah digunakan dan tepat dalam penggunaannya.

5) Fungsional, artinya media yang disajikan oleh guru dapat digunakan dengan jelas oleh siswa.

Azhar Arsyad (2003:75), mengemukakan kriteria pemilihan

media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari system

instruksional secara keseluruhan, untuk itu ada beberapa criteria yang

patut di perhatikan dalam pemilihan media, antara lain :

14

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

prinsip, atau generalisasi3) Praktis, luwes, dan bertahan4) Guru trampil menggunakannya5) Pengelompokan sasaran6) Mutu teknis

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan Media

pembelajaran merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima yang berfungsi sebagai alat

bantu dalam proses belajar mengajar yang dapat membangkitkan motivasi

dalam belajar siswa, media pengajaran dibagi menjadi beberapa macam

antara lain media visual, media audio, audio visual. dalam pemilihan

media pengajaran harus diperhatikan faktor-faktor serta kriteria pemilihan

media agar sesuai dengan apa yang akan disampaikan. Media yang

digunakan pada penelitian ini adalah media visual berbasis 3 dimensi

berupa diorama. maka cara terbaik dengan menggunakan media yang

berbasis 3 dimensi berupa diorama. selain itu media diorama bersifat

praktis, luwes, dan bertahan dalam jangka yang cukup lama. Alasan ini

yang memperkuat peneliti mengambil media berbasis 3 dimensi berupa

diorama sebagai alat bantu siswa untuk mempermudah ketika

meningkatkan kreatifita pada saat menggambar busana .

15

e. Media diorama

Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini yang

bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya (Hujair Ah.

Sanaky:114). Diorama biasanya terdiri atas bentuk-bentuk sosok atau

obyek-obyek yang ditempatkan dibelakang latar dan di sesuaikan dengan

penyajianya. Diorama sebagai media pembelajaran yang sangat bagus,

cara pembuatan diorama pun cukup mudah dengan menfaatkan barang

yang ada disekitar kita. Media diorama biasa digunakan pada mata

pelajaran ilmu bumi (IPA), ilmu hayat, dan sejarah. Namun dalam

penelitian ini diorama digunakan pada pelajaran menggambar busana pesta

untuk mengetahui kreativitas menggambar siswa. Karena media diorama

dapat memberikan rangsangan ke siswa untuk kreatif dalam menggambar

busana. Keunggulan dari media diorama di dalam mata pelajaran

menggambar busana, diorama yang digunakan bertemakan busana pesta

malam yang di sesuaikan dengan materi pembelajaran mengenal macam-

macam tekstur bahan busana pesta yang dipasangkan pada boneka, boneka

pada media mengenakan busana pesta malam dengan macam-macam

tekstur bahan. Siswa dapat memperhatikan dan menganalisis unsur dan

prinsip desain, lalu membuat gambar busana pesta malam yang sesuai

dengan kreativitas siswa.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan media

pembelajaran merupakan sesuatau yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima yang berfungsi sebagai alat

16

bantu dalam proses pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi

dalam belajar siswa, media pengajaran dibagai menjadi beberapa macam

antara lain media visual, media audio, audio visual. Dalam pemilihian

media pengajaran harus diperhatikan faktor-faktor serta criteria pemilihian

media agar sesuai dengan apa yang akan disampaikan. Media yang

digunakan penelitian ini adalah media visual berbasis 3 dimensi berupa

diorama, selain itu media diorama bersifat praktis, luwes, dan bertahan

dalam jangka yang cukup lama. Alasan ini yang memperkuat peneliti

mengambil media berbasis 3 dimensi berupa diorama sebagai alat bantu

siswa untuk mempermudah ketika meningkatakan kreativitas pada saat

menggambar busana pesta.

2. Pembelajaran Menggambar Busana

a. Pengertian Pembelajaran

Di dunia pendidikan banyak tentang teori tentang pembelajaran.

Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakannya

dalam belajar atau membelajarkan orang lain dalam tingkah laku melalui

proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar untuk

membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya

menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar (Bambang Warsita,

2008).

17

Menurut Oemar Hamalik (2003:54) pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan pembelajaran itu sendiri. Sedangkan pengertian pembelajaran

menurut Dimyati dan Mudjiono (1994: 284) adalah kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruksional yang meliputi materi, alat, metode

dan sebagainya untuk membuat siswa aktif dalam mencapai tujuan

peningkatan tujuan belajar.

Pengertian lain tentang pembelajaran menurut Nana Sudjana yang

dikutip oleh Awaliyah Nur K, (2009: 8) pembelajaran merupakan proses

interaksi belajar mengajar antara siswa dan guru yang diarahkan kepada

tujuan supaya siswa dapat mencapai kompetensi sesuai yang diharapkan.

Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar

yang terencana, melibatkan interaksi antara guru dan siswa yang didukung

oleh materi, alat, media, dan evaluasi untuk memberikan bantuan atau

kemudahan dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Adapun kriteria materi pembelajaran yang tepat untuk

disajikan dalam kegiatan pembelajaran menurut Winkel (2004), yaitu :

1) Materi/bahan pengajaran harus relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai.

2) Materi/bahan pengajaran harus sesuai dengan taraf kesulitan dan kemampuan siswa dalam menerima dan mengelola bahan itu.

3) Materi/bahan pengajaran dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa.

18

4) Materi/bahan pengajaran membantu mengaktifkan pikiran dan kegiatan siswa.

5) Materi/bahan pengajaran harus sesuai dengan prosedur pengajaran yag ditentukan.

6) Materi/bahan pengajaran harus sesuai dengan media pelajaran yang disediakan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa

pembelajaran adalah suatu perubahan dari peristiwa atau situasi yang

dirancang sedemikian rupa dengan tujuan memberikan bantuan atau

kemudahan dalam proses belajar mengajar sehingga bisa mencapai

tujuan belajar.

Tujuan diadakannya pembelajaran untuk memperoleh perubahan

tingkah laku yang harus secara keseluruhan sebagai suatu hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan

lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang dapat dihasilkan dalam

pembelajaran menggambar busana adalah berupa pengetahuan intelektual,

keterampilan maupun sikap ilmiah.

b. Tinjauan Tentang Mata Diklat Menggambar Busana

Mata diklat menggambar busana adalah salah satu mata diklat

praktek yang mengharuskan siswa menguasai keterampilan dan kemapuan

untuk menciptakan suatu karya gambar busana yang kreatif serta menarik

sesuai unsur dan prinsip desain.

Materi pada mata diklat menggambar busana menekankan pada

skill didalam proses pembuatan gambar busana pesta, sebagai implikasi

penerapan unjuk kerja dari kurikulum spectrum. Sesuai kurikulum

19

tersebut, maka kompetensi mata diklat menggambar busana akan

dijelaskan pada table 1. :

Table 1. Silabus Mata Pelajaran Menggambar Busana Smk Karya Rini Yogyakarta

Kompetensi dasar

indikator Materi pembelajaranKegiatan

pembelajaran

Menerapkan teknik pembuatan gambar busana

1.mengidentifikasi macam-macam busana sesuai kesempatan, usia, jenis kelamin

Pengetahuan macam-macam busana sesuai

- Kesempatan- Usia- Jenis kelamin

Menggali informasi tentang macam-macam penggolongan busana

2.teknik pembuatan gambar busana

Menjelaskan berbagai teknik pembuatan gambar busanaMenerapkan teknik menggambar busana sesuai kesempatan

Penyelesaian pembuatan gambar

Mengidentifikasikan teknik penyelesaian gambar busana

Macam-macam teknik penyelesaian gambar busana

- Kering- basah

Menggali informasi tentang teknik penyelesaian gambar

Teknik penyelesaian gambar sesuai tekstur dan motif bahan

Membuat contoh-contoh penyelesaian gambar sesuai tekstur dan motif bahan

Berdasarkan table 1, maka dapat disimpulkan bahwa pada mata

diklat menggambar busana kelas XI mencakup semua materi yang dapat

20

menumbukan kreativitas, mulai dari memahami bagian busana, mengenahi

bentuk tubuh, menerapkan teknik pembuatan gambar busana, hingga

penyelesaian gambar busana.

3. Kerativitas

a. Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan mengkombinasi berdasarkan data dan

informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap

suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan

dan keragaman jawaban (Utami Munandar, 1985:48). Kreativitas merupakan

kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru sebagai kemampuan

unuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan

masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang

baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Utami Munandar,

1990:221). Sedangkan menurut Dedi Supriadi (1994:7), kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa

gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada

sebelumnya.

Rhodes menyatakan, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai

Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi

(Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan

dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk

(Product) kreatif.

21

Menurut Drevdal yang dikutip oleh Hurlock (2004:4), kreativitas

adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau

gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal

pembuatnya. Ia dapat berupa imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya

bukan hanya rangkuman. Ia mungkin mencakup pembentukan pola baru dan

gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan

pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup

pembentukan korelasi baru. Berdasarkan pengertian tersebut, kreativitas

merupakan kemampuan untuk menghasilkan hal baru yang belum pernah ada

sebelumnya. Proses untuk menghasilkan hal baru tersebut dapat berasal dari

proses imajinatif dari penciptanya sendiri, dapat juga berasal dari informasi

dan pengalaman sebelumnya mengenai hal yang akan diciptakan, kemudian

pencipta melakukan penggabungan dan pembaharuan dari karya maupun

gagasan yang pernah ada untuk mengahasilkan karya maupun gagasan yang

baru, dan berbeda dengan karya yang telah ada sebelumnya.

Basuki dalam Utami Munandar (1992:52) mengungkapkan kreativitas

sebagai sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran,

keluwesan (fleksibilitas) dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan

untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu

gagasan. Pengertian ini lebih menekankan aspek proses perubahan (inovasi

dan variasi).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kreativitas pada dasarnya adalah kemampuan seseorang dalam membuat

22

sesuatu yang baru yang relative berbeda dari yang sudah ada, berdasarkan data

yang ada yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam

berpikir dan kemampuan mengelaborasi. Produk hasil kreativitas ini bukanlah

sesuatu yang benar-benar baru, tetapi dapat berupa gabungan dari data-data

atau unsur-unsur yang telah ada sebelumnya sehingga menghasilkan sesuatu

yang berbeda.

b. Ciri-Ciri Kreativitas

Moh Amin (1981:56) menyatakan ciri-ciri kreatif adalah hasrat ingin

tahu, bersifat terbuka terhadap pengalaman baru, berkeinginan untuk

menemukan dan meneliti, cenderung melakukan tugas yang berat dan sulit,

bergairah, aktif dan mempunyai dedikasi dalam melakukan tugas, berpikir

fleksibel, menanggapi pertanyaan dan kebiasaan untuk memberikan jawaban

yang lebih banyak.

Menurut Guilford yang tertulis dalam buku karangan Utami

Munandar, kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen, yaitu bentuk

pemikiran terbuka, yang menjajaki bermacam-macam kemungkinan jawaban

terhadap suatu persoalan atau masalah. Proses berpikir divergen merupakan

kemampuan berpikir dengan menganalisis seluruh permasalahan yang ada,

mencari sintesisnya dan kemudian melakukan evaluasi. Seseorang yang

berpikir divergen lebih peka terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi,

lancar dan orisinal dalam proses berpikir, fleksibel dalam mendefinisikan dan

mengelaborasi berbagai macam persoalan.

23

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri

kemampuan kreatif secara umum berupa kelancaran, keluwesan, orisinalitas

dan kemampuan mengelaborasi. Teori Guilford berupa empat komponen dan

indikatornya ini banyak digunakan oleh para ahli di Indonesia. Adapun

penjelasan dari keempat komponen beserta indikatornya adalah sebagai

berikut:

1) Ketrampilan Berpikir Lancar

Kelancaran berpikir merupakan proses di mana seseorang

mampu menghasilkan banyak gagasan atau pemecahan masalah dalam waktu

yang cepat. Adapun indikator kelancaran berpikir menurut Guilford meliputi

kemampuan untuk :

a) mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan

b) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal

c) selalu memberikan lebih dari satu jawaban (Utami Munandar, 1999:88)

Indikator di atas berlaku sebagai tolok ukur kreativitas ditinjau

dari segi kelancaran. Seseorang dikatakan mempunyai kelancaran berpikir

apabila mampu menghasilkan gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah,

maupun dalam menyelesaikan sebuah karya dalam waktu yang cepat. Sebagai

contoh, dalam waktu singkat seorang siswa dalam mata pelajaran

menggambar busana mampu mencetuskan banyak ide mengenai gambar

busana yang akan dibuat.

Siswa yang kreatif mampu memberikan banyak saran atau

jawaban ketika menyelesaikan masalah pada gambar busana yang dibuat untuk

24

ketepatan materi yang diberikan yaitu ketepatan penerapan unsur dan prinsip

desain, penerapan bagian busana dan juga pelengkap busana. Kelancaran juga

dapat diwujudkan ketika seseorang menemukan ide baru, maka dengan cepat

orang tersebut mampu menggambarkannya atau mewujudkannya dalam suatu

karya nyata yang bervariasi.

2) Keluwesan

Keluwesan merupakan kemampuan untuk menggunakan

bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan. Indicator dari

keluwesan dari teori Guilford meliputi kemampuan :

a) Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi

b) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-

beda

c) Mencari banyak alternative

d) Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran (Utami

Munandar 1999:88-89)

Indikator tersebut merupakan tolok ukur kemampuan seseorang

dalam hal keluwesan berpikir. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan

umum seseorag yang mempunyai keluwesan berpiir adalah mampu

menyelesaikan permasalahan dengan berbagai macam cara atau alternative

yang baru. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir luwes cenderung

meninggalkan cara-cara lama yang telah umum dilakukan oleh masyarakat

kebanyakan, dan selalu mencari alternative baru dengan cara mengubah cara

pemikiran dari suatu permasalahan.

25

Banyak sekali penerapan konsep keluwesan sebagai salah satu

komponen kreativitas. Kemampuan ini dapat ditunjukkan dalam hal pembuatan

proporsi yang luwes antara wajah, tubuh, tangan dan kaki, efek desain yang

dihasilkan sesuai dengan pose dan karakter jenis bahan dan teknik penyajian

gambar yang baik.

3) Orisinalitas

Orisinalitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan

atau penyelesaian tentang suatu perasalahan dengan cara yang asli, gagasan

tersebut sangat jarang atau bahkan belum pernah diungkapkan sebelumnya.

Definisi ketrampilan berpikir orisinal menurut Guilford dalam buku karangan

Utami Munandar antara lain :

a) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik

b) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri

c) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari

bagian-bagian atau unsur-unsur (Utami Munandar, 1999:89).

Orisinalitas adalah tentang keaslian suatu gagasan atau produk

yang dihasilkan seseorang, dimana gagasan atau produk tersebut bukanlah hasil

jiplakan dari karya atau penemuan orang lain. Sehingga dapat dikatakan

orisinal apabila karya tersebut benar-benar sesuatu yang sangat berbeda dari

karya-karya sebelumnya. Seperti halnya indikator orisinalitas di atas, makna

dari kemampuan berpikir orisinal lebih menekankan pada kemampuan untuk

menghasilkan karya yang baru, unik dan tidak biasa ditemukan di lingkungan

26

umum berupa desain yang berbeda dari yang lain dan pusat perhatian yang unik

dan menarik.

4) Ketrampilan Mengelaborasi

Mengelaborasi merupakan kemampuan untuk mengembangkan

gagasan dan mengurai secara terperinci. Adapun indicator dari ketrampilan

mengelaborasi dapat disebutkan sebagai berikut :

a) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau

produk

b) menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu obyek,

gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik (Utami

Munandar, 1999:90)

Elaborasi, secara umum merupakan kemampuan untuk

memperinci permasalahan untuk dicari jalan penyelesaiannya, serta

kemampuan untuk memperkaya detail dari gagasan atau produk sehingga lebih

bervariasi. Sehingga dapat diartikan bahwa memperinci adalah kemampuan

untuk menguraikan permasalahan yang dihadapi. Setelah diuraikan, maka

permasalahan akan lebih sederhana dan lebih mudah untuk dimengerti

sehingga akan lebih mudah untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Sedangkan pengertian dari menambah detail dari obyek, gagasan atau situasi

adalah kemampuan untuk memperkaya, atau lebih mudahnya adalah

menambah variasi dari suatu obyek agar terlihat lebih menarik. Hubungannya

dengan konsep kreativitas adalah bahwa kemampuan untuk memperkaya detail

suatu obyek akan menghasilkan komposisi yang unik dan lain dari yang lain.

27

Dapat juga ditunjukkan dengan menghasilkan bermacam-macam kombinasi

warna dan ketepatan dalam teknik penyelesaian gambar. Dengan begitu, maka

akan terciptalah suatu produk yang baru atau relative berbeda dari produk yang

sudah ada sebelumnya.

c. Tes Kreativitas

Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas,

hanya saja bagaimana orang tersebut mengembangkannya sehingga

kemampuan tersebut berbeda-beda. Seperti pendapat Devito (1971:213-

216) yang dikutip oleh Dedi Supriadi bahwa kreativitas merupakan suatu

kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-

beda. Setiap orang lahir dengan potensi kreatif, dan potensi ini dapat

dikembangkan dan dipupuk (1994:15).

Kreativitas seseorang dapat diukur menggunakan tes kreativitas

yang telah ditetapkan kriteria pengukurannya. Tujuan dari tes ini adalah

untuk mengukur tinggi rendahnya kreativitas seseorang dengan melihat

aspek-aspek tertentu. Banyak sekali alat ukur yang dapat diguankan untuk

mengukur kreativitas seseorang, di mana masing-masing alat ukur tersebut

memiliki kekurangan dan kelebihan tergantung dari aspek mana kita akan

mengukur kreativitas seseorang.

Tes yang dikembangkan untuk mengetahui tingkat kreativitas

seseorang dalam membuat desain busana dapat berupa tes verbal, dapat

juuga berupa tes figural tergantung tujuan dari penguji yang akan menilai

kreativitas itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Utami Munandar

28

bahwa tes kreativitas dapat bersifat verbal, jika tugas yang dituntut

diungkapkan dengan kata-kata, atau bersifat figural jika tugas yang dituntut

diungkapkan dalam bentuk gambar (1990:35-36). Tes kreativitas dalam

penelitian ini tes kreativitas figural, tes kreativitas figural adalah sebuah tes

yang berisi tugas siswa mengamati media diorama busana pesta, dan siswa

menggambar utuh desain busana pesta dari pengamatan siswa sendiri.

Untuk dapat mengukur tingkat kreativitas siswa, maka dalam

pembuatan instrumen tes tidak lepas dari komponen kreativitas, yaitu

kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan juga kemampuan mengelaborasi.

Begitu juga pada saat membuat pedoman penilaian untuk mengukur tes

kreativitas, tentu saja menggunakan komponen kreativitas, sesuai dengan

tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh media diorama pada

kreativitas menggambar busana pesta baik secara umum maupun dari

masing-masing komponen kreativitas.

29

4. Menggambar Busana

a. pengertian menggambar busana

Menggambar busana adalah salah satu mata diklat wajib tempuh

pada kompetensi keahlian busana butik jurusan Tata Busana SMK Karya

Rini. Materi yang dijarkan pada Menggambar Busana 2 adalah busana

berdaasrkan kesempatan, busana berdasarkan bahan tekstil, penyelesaian

gambar dengan teknik kern dan basah. Penelitian ini akan dikhususkan

pada materi penyelesaian gambar dengan tenik kering berdasarkan bahan

tekstil siswa diharapkan mampu membuat desain busana dengan mengacu

pada sebuah media pembelajaran yaitu media diorama.

Sebelum menempuh materi ini, siswa diharapkan sudah

memahami tentang pengertian desain busana, unsur desain, prinsip desain ,

bagian-bagian busana, mampu membuat proporsi. Berikut akan dijelaskan

secara singkat tentang dasar-dasar dalam menggambar busana.

b. Desain Busana

Desain adalah rancangan model busana yang berupa gambar

dengan menggunakan unsur garis, bentuk siluet, ukuran dan tekstur yang

dapat diwujudkan menjadi sebuah busana (Arifah A Riyanto, 2003;2).

Menurut Soekarno & Lanawati, (2003:2) desain busana adalah

rancangan atau gambaran suatu obyek atau benda yang dibuat berdasarkan

susunan garis, bentuk warna, dan tekstur. Desain adalah pola rancangan

yang menjadi dasar pembuatan suatu benda, seperti busana. Desain

30

dihasilkan melalui pemikiran, berbagai pertimbangan, perhitungan, dan

tidak boleh meninggalkan diri dari alam, cita, rasa, serta kegemaran orang

banyak. Hasilnya, desain yang dituangkan diatas kertas berwujud gambar,

dengan mudah dapat ditangkap pengertian dan maksudnya oleh orang lain

sehingga dengan mudah dapat diwujudkan dalam bentuk busana yang

sebenarnya.

Secara umum desain dibagi menjadi dua garis besar, yaitu desain

struktur dan desain hiasan;

1) Desain Struktur

Desain struktur adalah desain yang berdasarkan bentuk, ukuran,

warna dan tekstur dari suatu benda, baik bentuk benda yang mempunyai

ruang maupun gambaran dari suatu benda. Desain struktur pada desain

busana mutlak harus dibuat dalam suatu desain dan disebut dengan siluet

(Sri Widarwati, 1993:2). Desain struktur pada busana disebut juga dengan

siluet busana. Siluet adalah garis luar dari suatu busana, tanpa bagian-

bagian atau detail seperti lipit, kerut, kelim, kup dan lain-lain. Namun

apabila detail ini ditemukan pada desain struktur, fungsinya hanyalah

sebagai pelengkap. Berdasarkan garis-garis yang dipergunakan, siluet

dapat dibedakan atas beberapa bagian yang ditunjukkan dalam bentuk

huruf, yaitu siluet A, Y, I, S, T dan L.

2) Desain Hiasan

Desain hiasan pada busana adalah bagian-bagian dalam bentuk

struktur yang tujuannya untuk mempertinggi nilai keindahan desain

31

strukturnya. Desain busana hiasan ini dapat berbentuk krah, saku, renda-

renda, pita hias, biku-biku, kancing-kancing, lipit-lipit, sulaman dan lain-

lain (Sri Widarwati, 1998:5). Berdasar pengertian tersebut desain hiasan

adalah bagian-bagian yang terdapat pada busana yang fungsinya untuk

memperindah bentuk busana yang dibuat. Sifat desain hiasan tidaklah

wajib seperti desain struktur. Desain hiasan tidak harus ada di setiap

busana. Sebagai contoh, setiap baju tidak harus mempunyai krah atau

saku, namun harus jelas siluetnya.

Desain hiasan yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

a) Hiasan harus dipergunakan secara terbatas atau tidak berlebihan.

b) Letak hiasan harus disesuaikan dengan bentuk strukturnya.c) Cukup ruang untuk latar belakang, yang memberikan efek

kesederhanaan dan keindahan terhadap desain tersebut.d) Bentuk latar belakang harus dipelajari secara teliti dan sama

indahnya dengan penempatan pola-pola pada benda tersebut.e) Hiasan harus cocok dengan bahan desain strukturnya dan

sesuai dengan cara pemeliharaannya (Ernawati, 2008:196).

c. Unsur dan Prinsip Desain

Dalam membuat suatu desain, perlu diketahui unsur-unsur dan

prinsip desain. Unsur–unsur desain adalah segala sesuatu yang akan

dipergunakan untuk menyusun suatu rancangan (Sri Widarwati 1993:7).

Unsur – unsur desain tersebut akan mengalami perubahan sesuai dengan

perkembangan mode dan sesuai pula dengan hal – hal yang disukai

masyarakat. Yang termasuk dalam unsur desain adalah :

32

1) Garis, yaitu himpunan/kumpulan titik-titik yang ditarik dari 1 titik ke titik lain sesuai arah tujuan (Prapti Karomah & Sicilia Sawitri, 1986:35)

2) Arah, yaitu wujud benda yang dapat dirasakan adanya arah tertentu dan mampu menggerakan rasa (Atisah Sipahelut & Petrus Sumadi, 1991)

3) Bentuk, yaitu suatu bidang yang terjadi apabila kita menarik suatu garis itu menghubungi sendiri permulaannya, dan apabila bidang itu tersusun dalam suatu ruang maka terjadilah bentuk dimensional (Widjiningsih, 1982:4)

4) Ukuran, yaitu yang dipergunakan untuk menentukan panjang pendeknya suatu garis dan bentuk, seperti rok panjang, besar kecilnya blus dan lain – lain (Sri Widarwati 1993:7)

5) Nilai gelap terang (Value), berhubungan dengan warna, yaitu warna tergelap hingga warna yang paling terang (Arifah A. Riyanto, 2003:240)

6) Warna, yaitu hal yang pertama kali ditangkap oleh mata dan merupakan sumber kehidupan keduniawian yang memberikan rasa keindahan (Chodiyah & Moh. Alim Zaman, 2001)

7) Tekstur, yaitu sifat permukaan benda yang dpat dilihat dan dirasakn, sifat-sifat permukaan tersebut antara lain, kaku, lembut, kasar, halus, tebal, tipis dan tembus terang/transparan (Sri Widarwati, 2000:14)

Sedangkan prinsip desain adalah satu cara untuk menyusun

unsur–unsur desain sehingga tercapai perpaduan yang memberi efek

tertentu (Sri Widarwati, 1993:19). Prinsip–prinsip desain tersebut meliputi

1) Keselarasan (Harmony), yaitu suatu prinsip dalam seni yang menimbulkan kesenadaannya kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek serta ide-ide (Widjiningsih, 1982:11)

2) Perbandingan (Proportion), yaitu hubungan satu bagian dengan bagian yang lain dalam suatu susunan (Widjiningsih, 1982:13)

3) Keseimbangan (Balance), yang akan terwujud apabila penggunaan unsur-unsur desain yaitu garis, bentuk dan warna yang lain dalam suatu desain dapat memberi rasa puas (Widjiningsih, 1982)

4) Irama (rhytm), yaitu pada suatu desain yang merupakan suatu pergerakan yang teratur dari suatu bagian ke bagian lainnya (Arifah A. Riyanto, 2003:57)

5) Pusat perhatian (center of interest), yaitu suatu bagian dalam desain busana yang lebih menarik dari bagian-bagian yang lain (Arifah A. Riyanto, 2003:66)

33

Hal yang terpenting untuk mendapatkan model busana yang

serasi dan indah adalah ketepatan dalam memilih dan mengkombinasi

unsur desain, prinsip desain serta bagian-bagian busana tersebut.

d. Langkah-langkah Mendesain

Berikut adalah langkah-langkah mendesain busana seperti yang

dikemukakan oleh Sri Widarwati (1993:64 ), yaitu :

1) Menetapkan sumber ide yang akan dijadikan sebagai dasar pembuatan desain busana.

2) Menggambar perbandingan tubuh, proporsi tubuh disesuaikan dengan model busana yang akan dibuat (bagian busana yang menjadi pusat perhatian harus dapat diperihatkan dengan jelas). Tentukan garis keseimbangan, garis pinggang, garis panggul dan garis lutut tepat pada tempatnya.

3) Menggambar bagian-bagian busana sesuai ide atau gagasan kita. Setiap garis pada bagian busana harus jelas dan digambar secara kasar terlebih dahulu.

4) Menghapus garis-garis pertolongan yang tidak diperlukan lagi, sehingga tinggal garis-garis desain yang diperlukan. Garis-garis desain yang belum baik diperbaiki, seperti garis kerut, garis lipit dan bagian yang menjadi pusat perhatian.

5) Memberi tekstur pada desain, sehingga gambar kelihatan lebih hidup, selain itu juga untuk memberi gambaran mengenai bahan yang digunakan.

e. Teknik Penyelesaian dan Penyajian Gambar

Teknik penyelesaian gambar dibagi menjadi dua, yaitu secara

kering dan basah. Alat gambar utama untuk teknik penyelesaian kering

diantaranya adalah pensil biasa dan pensil sket, pensil warna / aquarel,

crayon / pastel, spidol dan Marvy, Conte, pena dan marker, spidol emas

dan perak. Sedngkn alat desain utama untuk teknik penyelesaian basah

adalah cat air (compact/box), cat air liquid (tube) dan cat poster.

34

Dalam membuat desain, perlu juga diperhatikan teknik

penyajiannya karena hal ini mempengaruhi tujuan penggunaan gambar

tersebut. Teknik penyajian gambar adalah cara yang digunakan oleh

disainer untuk menunjukkan karya-karyanya kepada konsumen sesuai

dengan tujuan yang berbeda-beda (Sri Widarwati, 1996). Teknik penyajian

gambar ini dibagi menjadi 5, yaitu Design Sketching, Production

Sketching, Presentation Drawing, Fashion Ilustration, Three Dimention

Drawing, Menurut Sicillia Sawitri (Gorman, 1992:56), untuk menilai

suatu karya busana digunakan indikator-indikator sebagai berikut :

1) Perspektif, yang merupakan proporsi atau perbandingan tubuh manusia secara ilustrasi, dengan tinggi tubuh 9-12 kali tinggi kepala.

2) Komposisi,meliputi penerapan unsur-unsur berupa garis, arah, bentuk, warna, tekstur, nilai elap terang, ukuran dan penerapanprinsip desain berupa perbandingan, harmoni atau keselarasan, kontras, pusat perhatian, keseimbangan dan irama.

3) Kesatuan, yaitu adanya pengulangan suatu unsur desain, misalnya bentuk leher bulat, bentuk rok lingkaran, bentuk pas bahu melengkung.

4) Variasi atau kreativitas, yaitu kemampuan siswa dalam membuat bentuk-bentuk baru yang bervariasi dari bagian-bagian busana yang meliputi bentuk leher, krah, lengan, rok dan saku.

5) Warna, meliputi teknik pencampuran dan pemilihan warna6) Teknik penyajian gambar, yaitu teknik yang digunakan untuk

memperkenalkan atau memperlihatkan gambar pada orang lain ataupun untuk keperluan sendiri.

7) Teknik penyelesaian gambar, yaitu cara yang digunakan untuk menyelesaikan gambar desain busana yang telah diciptakan di atas gambar proporsi tubuh sehingga gambar tersebut dapat terlihat : jenis bahan, teksturnya, warna yang dipakai, hiasan pada busana yang dijahitkan seperti kancing, renda dan bisband, teknik penyelesaian busana misalnya : lipit jarum, saku yang ditempel atau saku dalam.

8) Sesuai dengan sumber ide, yaitu adanya kesesuaian antar desain busana yang diciptakan dengan sumber ide yang diambil, misalnya : sumber ide buah apel warna hijau, warna dasar blouse putih apel,

35

celana panjang warna hijau apel. Kejelasan sumber ide merupakan penilaian yang baik.

9) Sesuai dengan kesempatan, yaitu cocok tidaknya garis desain yang dibuat, bahan dan warna yang dipilih untuk gambar desain yang diciptakan dengan kesempatan pemakaian busana tersebut,misalnya untuk kerja, untuk pesta, tidur, santai, dan lain-lain.

Agar suatu desain busana terwujud dengan baik diperlukan

wawasan dan pengetahuan, antara lain pengetahuan estetika atau etika

busana, pemilihan bahan dan pelengkap pakaian, kepribadian seseorang,

serta perkembangan mode busana.

5. Busana Pesta

Busana pesta adalah busana yang dikenakan pada kesempatan

pesta (Enny Zuhni Khayati, 1998 : 3). Sedangkan menurut Prapti karomah

Dan Sicilia S 1998 : 9 - 10). Ciri – ciri busana pesta antara lain :

a. Tidak ada produksi massalb. Membutuhkan waktu dalam pengerjaan yang sedikit lamac. Tidak mutlak atas dasar pesanan dapat juga sebagai koleksi

dengan tujuan promosi.d. Dikerjakan oleh beberapa ahli, misalnya designer, ahli pola, ahli

jahit, ahli gambar, dan ahli tekstil.e. Tidak mutlak berbentuk busana pesta yang mewah dan glamour

yang terbuka tetapi dapat pula berbentuk busana kerja.f. Biaya pembuatan biasanya lebih tinggi daripada pembuatan

busana biasa karena biasanya busana pesta bersifat semi tailoring.

Sedangkan menurut Sri Widarwati (1993) busana pesta adalah

busana yang dikenakan pada kesempatan pesta baik pesta pagi hari, pesta

siang hari, maupun malam hari. Busana pesta dibuat dari bahan yang

bagus dengan hiasan yang menarik sehingga kelihatan istimewa. Teknik

36

jahit dan penyelesaiannya menggunakan teknik halus dan bahan yang

digunakan adalah bahan yang berkualitas.

Berdasarkan pengertian di atas, Busana pesta adalah busana yang

dibuat secara istimewa dari bahan yang bagus dan hiasan yang menarik

dan digunakan pada kesempatan pesta.

6. Penggolongan Busana Pesta

Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) busana pesta dapat

digolongkan berdasarkan :

a. Waktu Pemakaian

1) Busana pesta pagi

Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) busana pesta pagi atau siang

adalah busana yang dikenakan pada kesempatan pesta antara pukul 09.00 –

15.00. Busana pesta ini terbuat dari bahan yang bersifat halus, lembut,

menyerap keringat dan tidak berkilau, sedangkan pemilihan warna

sebaiknya dipilih warna yang lembut tidak terlalu gelap. Sedangkan

menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) busana pesta pagi adalah

busana yang dikenakan pada kesempatan pesta pagi hari. Untuk busana

pesta pagi hari dipilih warna yang lembut.

Jadi busana pesta pagi adalah busana yang dikenakan pada

kesempatan pesta pagi hari dengan menggunakan bahan yang bersifat

halus, menyerap keringat, tidak berkilau dan warna yang lembut.

37

2) Busana pesta sore

Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) busana pesta sore

adalah busana pesta yang dikenakan pada waktu sore hari. Untuk warna

digunakan warna yang agak cerah dan menggunakan bahan yang

bertekstur lembut. Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) busana pesta sore

adalah busana yang dikenakan pada kesempatan sore menjelang malam.

Pemilihan bahan sebaiknya bertekstur agak lembut dengan warna bahan

yang cerah atau warna yang agak gelap dan tidak mencolok.

Dengan demikian busana pesta sore adalah busana pesta yang

dikenakan pada waktu sore hari dengan warna agak cerah dan bertekstur

lembut.

3) Busana pesta malam

Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) busana pesta malam adalah

busana yang dipakai pada kesempatan pesta dari waktu matahari terbenam

sampai waktu berangkat tidur. Pemilihan bahan yaitu yang bertekstur lebih

halus dan lembut. Mode busana kelihatan mewah atau berkesan glamour.

Warna yang digunakan lebih mencolok, baik mode ataupun hiasannya

lebih mewah. Menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri (1986) busana

pesta malam merupakan busana yang paling mewah, terutama bagi wanita.

Untuk warna digunakan warna gelap atau mencolok, berkilau dengan

tenunan benang emas atau perak.

38

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, pesta malam

adalah busana pesta yang dikenakan pada malam hari dengan bahan dan

warna yang lebih mewah dibandingkan dengan pesta pagi dan sore.

b. Sifat

1) Busana pesta malam resmi

Menurut Nuraini Sutantyo dan Radias Saleh (1984) busana pesta

malam resmi adalah busana pesta yang dikenakan pada waktu pesta malam

hari dimana acaranya bersifat resmi. Bahan yang digunakan adalah bahan

berkilau, broucade, lame, satin, beledu, sutra asli. Menurut Enny Zuhni

Khayati (1998) busana pesta malam resmi adalah busana yang dikenakan

pada saat resmi, busana masih sederhana, biasanya berlengan tertutup

sehingga kelihatan rapi dan sopan tetapi tetap terlihat mewah.

Jadi busana pesta malam resmi adalah busana pesta yang dipakai

pada waktu pesta malam hari dimana acaranya bersifat resmi, dengan

busana yang rapi dan sopan. Untuk bahannya digunakan bahan yang

berkilau.

2) Busana pesta malam gala

Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) busana pesta malam gala

adalah busana pesta yang dipakai pada malam hari untuk kesempatan

pesta, dengan ciri – ciri mode terbuka, glamour, mewah. Misal : Backlees

(punggung terbuka), busty look (dada terbuka), decolette look (leher

terbuka) dan lain – lain.

39

7. Karakteristik Busana Pesta

Menurut Chodiyah (1982) bahan yang biasa digunakan untuk

busana pesta biasanya dari bahan yang berkualitas tinggi dengan perhiasan

lengkap sesuai dengan busananya sehingga kelihatan istimewa. Hal – hal

yang harus diperhatikan dalam membuat busana pesta adalah sebagai

berikut :

a. Siluet Busana Pesta

Menurut Sri Widarwati (1993) siluet busana pesta adalah struktur

pada desain busana yang mutlak harus dibuat dalam suatu desain. Siluet

ialah garis sisi luar atau garis sisi bayangan luar dari sebuah busana atau

pakaian yang dapat dikelompokkan menjadi garis bayangan luar atau siluet

(silhouette) A, I, H, Y, S, T, O, X, V (Arifah A Riyanto, 2003 : 132).

Siluet yang biasa digunakan pada busana pesta malam adalah siluet A,

karena lebih memberi kesan feminin dan elegan.

b. Bahan Busana Pesta

Menurut Chodijah dan Wisri A Mamdy (1982) busana pesta

malam biasanya menggunakan bahan yang bagus dengan hiasan yang

menarik sehingga kelihatan istimewa. Menurut Sri Widarwati (1993)

bahan yang digunakan untuk busana pesta antara lain beledu, kain renda,

lame, sutera, dan sebagainya. Busana pesta yang digunakan pada

umumnya adalah bahan yang berkilau, bahan tembus terang, mewah dan

mahal setelah dibuat. Tetapi dalam kesempatan ini penyusun

menggunakan kain batik pesisir madura dan kain satin sutra.

40

c. Warna Bahan Busana Pesta

Warna yang digunakan untuk busana pesta malam adalah warna

gelap atau mencolok, berkilau dengan tenunan benang emas atau perak (

Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri, 1986 : 10 ).

d. Tekstur Bahan Busana Pesta

Tekstur adalah sifat permukaan dari suatu benda yang dapat

dilihat dan dirasakan. Sifat – sifat permukaan tersebut antara lain : kaku,

lembut, kasar, halus, tebal, tipis, dan tembus terang (transparan), (Sri

Widarwati, 1993 : 14). Tekstur terdiri dari bermacam – macam yaitu

tekstur kaku, tekstur kasar dan halus, tekstur lemas, tekstur tembus terang,

tekstur mengkilap dan kusam (Arifah A Riyanto, 2003 : 47).

41

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini

adalah:

1. Sunaryo (2009) “ Pengaruh Penggunaan Media Maket Terhadap

Prestasi Belajar Siswa Tunagrahita Ringan Pad Mta Pelajaran IPA”.

Penelitian ini untuk mengetahui penggunaan media maket berpengaruh

terhadap prestasi pelajar anak tunagrahita ringan pada mata pelajaran

IPA. Hasil penelitian ini menujukan adanya pengaruh media maket

terhadap prestasi belajar siswa tunagrahita ringan pada mata pelajaran

IPA.

2. Yuli Yulianita Anwar (2010) “ pengaruh penggunaan media diorama

terhadap kemampuan menulis karangan narasi sugestif “. Penelitian ini

untuk mengetahui media diorama berpengaruh terhadap kemampuan

menulis karangan narasi sugestif. Hasil dari penelitian ini menujukan

adanya pengaruh penggunaan media diorama terhadap kemampuan

menulis karangan narasi sugestif.

3. Samsul Arifin (2009) “ penerapan media diorama untuk meningkatkan

hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN klangrong”. Penelitian ini untuk

mengetahui media diorama dapat meningkatkan hasil belajar IPA

siswa kelas IV SDN klangrong. Hasil penilitian ini menunjukan

adanya peningkatan hasil belajar IPA dengan penerapan media

diorama.

42

Table 2. Penelitian Yang Relevan

Uraian Penelitian

Sunaryo (2009)

Yuli Yulianita Anwar (2010)

Samsul Arifin

(2009))

Purwosiwi pandansari (2012)

Tujuan a. Untuk mengetahui kreativitas

b. Untuk mengetahui pengaruh/ peningkatan kompetensi

√ √ √

c. Menggunakan media diorama √ √ √ √

Metode Penelitian

a. Content Analisis

√ √ √

b. Deskriptif

c. PTK

d. R&D

e. Quasi Eksperimen

√ √ √

Sampel Menggunakan Sampel

√ √ √

Sampel media √ √ √

Metode Pengumpu-lan data

Observasi √ √ √

Test√ √ √ √

Teknik Analisis

Statistik Deskriptif √ √ √

Deskriptif √

Berdasarkan table 2 diatas penelitian tentang pemanfaatan diorama belum

pernah dilakukan. Maka peneliti mencari informasi tentang pengaruh media

yang belum pernah diteliti lebih lancut.

43

C. Kerangka berfikir

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang terencana

melibatkan interaksi antara guru dan siswa yang didukung oleh materi,

metode, media dan evaluasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sebelum

melaksanakan pembelajaran, terlebih dahulu guru harus memperhatikan

materi yang akan diajarkan dengan media apa yang akan digunakan.

Pemilihan materi yang akan diasajikan disesuaikan dengan silabus

pembelajaran.

Berdasarkan teori di atas bahwa permasalahan yang akan penyusun bahas

adalah tentang penggunaan media diorama terhadap kreativitas menggambar

busana pesta di SMK Karya Rini. Menurut data yang diberikan oleh guru

menggambar busana bahwa kreativitas siswa dalam menggambar busana

masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karya siswa dan dilihat dari

nilai ketuntasan minimal (KKM), dengan kriteria 70. Siswa yang memenuhi

KKM sebesar 70% dan 30% belum memenuhi KKM. Situasi tersebut terjadi

karena kurang bervariasinya media yang digunakan sehingga membuat siswa

kurang berminat pada mata pelajaran mengambar dan mengakibatkan

kurangnya kreativitas dalam menggambar busana.

Melihat situasi yang demikian, perlu dilakukan pemecahan masalah

melalui penggunaan media diorama terhadap kreativitas menggambar busana

pesta. Kreativitas merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk menghasilkan sesuatu yang

baru, baik yang berupa gagasan dan karya nyata yang menghasilkan sesuatu

44

yang berbeda dengan yang pernah ada. Terdapat 4 indikator dalam kreativitas

yaitu keluwesan berpikir, kelancaran berpikir, orisinilitas dan elaborasi.

Media diorama merupakan media 3 dimensi yang menapilkan suatu

peristiwa yang sesungguhnya namun dengan skala kecil. Keunggulan media

diorama siswa dapat mengamati dari berbagai sudut manapun dalam

mengamati obyeknya ada. Penggunaan media diorama ditujukan agar siswa

tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran menggambar busana dan dapat

merangsang kreativitas siswa dalam menggambar busana pesta, Ketertarikan

siswa itu akan terjadi jika dalam pembelajaran tersebut menarik dan terdapat

kaitan antara apa yang dipelajari siswa dengan dunia nyata karena media

diorama menampilkan busana pesta yang berhubungan dengan fashion

sehingga hal tersebut dijadikan sebagai masukan pengetahuan tentang busana

bagi siswa untuk memberikan imajinasi siswa dalam menggambar busana

pesta.

Menggambar busana pesta termasuk kedalam pelajaran produktif yang

sebagian besar adalah praktek sehingga kreativitas dalam menggambar busana

pesta diperlukan karena busana pesta memiliki variasi bentuk yang indah dan

seni untuk menungankan kreatifitas. Salah satu alat yang digunakan untuk

menumbuhkan kreativitas siswa dengan menggunakan media diorama.

Kreativitas yang dituangkan siswa dalam menggambar akan dilihat melalui 4

indikator meliputi ; kemampuan berpikir lancar pada saat menggambar busana

ditunjukkan dengan kemampuan siswa menghasilkan karya gambar busana,

penerapan unsur dan prinsip disain. Kemampuan berpikir luwes ditunjukkan

45

dengan ketepatan membuat variasi gaya atau pose sesuai kesempatan pesta

dan gambar yang diciptakan sesuai dengan kesempatan untuk pesta.

Kemampuan berpikir orisinil ditunjukkan dengan menciptakan gambar model

yang unik, dan gambar yang diciptakan memiliki pusat perhatian. Kemampuan

elaborasi ditunjukkan dengan pemilihan warna serta penerapan bagian-bagian

busana. Dengan demikian diharapkan media diorama dapat mempengaruhi

kreativitas siswa dalam menggambar busana pesta.

D. Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis

1. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana kreativitas menggambar busana pesta sebelum

menggunakan media diorama siswa kelas XI SMK Karya Rini?

b. Bagaimana kreativitas menggambar busana pesta setelah menggunakan

media diorama siswa kelas XI SMK Karya Rini?

2. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan dan kerangka berpikir

yang telah dibuat, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai

berikut yaitu : Adakah pengaruh penggunaan media diorama terhadap

kreativitas menggambar busana pesta siswa kelas XI di SMK Karya

Rini.