bab ii kajian teori a. 1. pengertian pola asuhrepository.ump.ac.id/4341/3/bab ii_amiroh...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pola Asuh dan Kemandirian
1. Pola Asuh
a. Pengertian Pola Asuh
Maimunah Hasan (2010:21) Secara etimologi, pengasuhan
berasal dari kata "asuh" yang artinya, pemimpin pengelola pembimbing.
Sehingga pengasuh adalah orang yang melakukan tugas membimbing,
memimpin atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud disini adalah
pengasuhan anak. Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara
anak, seperti mengurus makannya, minumnya, pakaiannya, dan
keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pengasuhan anak yang
dimaksud adalah kepemimpinan dan bimbingan yang dilakukan
terhadap anak yang berkaitan dengan kepentingan hidupnya.
Dalam buku Maimunah Hasan (2011:21) Secara etimologi,
pengasuhan berasal dari kata "asuh" yang artinya, pemimpin pengelola
pembimbing. Sehingga pengasuh adalah orang yang melakukan tugas
membimbing, memimpin atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud
disini adalah pengasuhan anak. Mengasuh anak adalah mendidik dan
memelihara anak, seperti mengurus makannya, minumnya, pakaiannya,
dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa.
Dengan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pengasuhan anak
yang dimaksud adalah kepemimpinan dan bimbingan yang dilakukan
terhadap anak yang berkaitan dengan kepentingan hidupnya.
7
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
8
Diana E. Papalia,et.al (2008;459 dalam cooper, lindsay, Nye,
Greathouse, 1998) menyatakan bahwa orang tua dari anak yang
berprestasi menciptakan lingkungan untuk belajar. Mereka
menyediakan tempat untuk belajar dan untuk menyimpan buku serta
berbagai peralatan, mereka menentukan waktu makan, tidur dan
pekerjaan rumah mereka memonitor seberapa banyak acara televisi
yang ditonton anak mereka dan apa yang dilakukan anak mereka setelah
sekolah, dan mereka menunjukan ketertarikan kepada hidup anak
mereka dengan berbincang bincang tentang sekolah dan terlibat dalam
aktivitas sekolah. Ketika usia si anak semakin bertambah, tanggung
jawab memeriksa telah dilakukannya pekerjaan rumah beralih dari
orang tua kepada anak.
Dengan demikian pola asuh orang tua dapat disimpulkan sebagai
suatu cara orang tua dalam merawat, mendidik dan membina buah
hatinya agar berkembang sesuai dengan harapan orang tua.
b. Jenis-Jenis Pola Asuh
Menurut Baumrind dalam Agoes dariyo (2011: 206) ada empat
jenis pola asuh:
1) Pola Asuh Otoriter
Dalam pola asuh ini orang tua merupakan sentral artinya
segala ucapan, perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan
patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Supaya taat,
orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
9
anak. Orang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah,
maka seringkali orang tua tak menyukai tindakan anak yang
memprotes, mengkritik atau membantahnya. Kondisi tersebut
mempengaruhi perkembangan diri pada anak. Banyak anak yang
dididik dengan pola asuh otoriter ini, cenderung tumbuh berkembang
menjadi pribadi yang suka membantah, memberontak dan berani
melawan arus terhadap lingkungan sosial.
2) Pola Asuh permisif
Pola asuh permisif ini, orang tua justru merasa tidak peduli dan
cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada
anak. Orang tua sermgkali menyetujui terhadap semua dengan
tuntunan dan kehendak anaknya. Semua kehidupan keluarga seolah-
olah ditentukan oleh kemauan dan keinginan anak. Jadi anak
merupakan sentral dan segala aturan dalam keluarga. Dengan
demikian orang tua tidak mempunyai kewibawaan.
3) Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah gabungan aan pola asuh otoriter
dan pola asuh permisif dengan tujuan menyeimbangkan pemikiran,
sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Baik orang tua
maupun anak mempunyai Kesempatan untuk menyampaikan suatu
gagasan, ide, atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan.
Dengan demikian orang tua dan anak dapat berdiskusi,
berkomunikasi atau berdebat secara kontruksif, logis, rasional demi
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
10
mencapai kesepakatan bersama. Karena hubungan komunikasi antara
orang tua dengan anak dapat berjalan menyenangkan, maka terjadi
pengembangan kepribadian yang mantap pada diri anak. Anak makin
mandiri, matang, dan dapat menghargai diri sendiri dengan baik.
4) Pola Asuh Situasional
Tak tertutup kemungkinan bahwa individu yang menerima
pola asuh itu tak tahu apa nama jenis pola asuh yang digunakan,
sehingga secara tak beraturan menggunakan campuran ketiga pola
asuh diatas. Jadi dalam hal ini tak ada patokan atau parameter khusus
yang menjadi dasar bagi orang tua untuk dapat menggunakan pola
asuh permisir otoriter maupun demokratis. Hal ini disesuaikan
dengan kondisi dan situasi, tempat dan waktu bagi setiap keluarga
yang bersangkutan.
Gaya pengasuhan menurut Santrock (2008: 394;395) dalam
Baumrind membagi 3 jenis pengasuhan diantaranya yaitu:
1) Orang Tua Otoritarian
Mereka mencoba membuat anak menyesuaikan diri dengan
serangkaian standar perilaku dan menghukum mereka secara
membabi buta dan dengan keras atas pelanggaran yang
dilakukanya. Anak mereka menjadi lebih tidak puas, menarik diri,
dan tidak percaya kepada orang lain.
a) Orang Tua Permisif
Orang yang permisif menghargai expresi diri dan regulasi
diri. Mereka mungkin membuat beberapa permintaan dan
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
11
mengizinkan anak untuk memonitori aktivitas mereka sendiri
sebanyak mungkin. Anak prasekolah mereka cenderung menjadi
tidak dewasa, sangat kurang kontrol diri dan kurang explorasi.
b) Orang Tua Autoritatif
Orang tua autoritatif menghargai individualitas anak tetapi
juga menekankan batasan sosial. Mereka memiliki keyakinan diri
akan kemampuan mereka membimbing anak-anak, tetapi mereka
juga menghormati independensi keputusan, ketertarikan,
pendapat, dan kepribadian anak. Mereka mencintai dan
menerima, tetapi juga menuntut perilaku yang baik, dan kokoh
dalam mempertahankan standar, dan memiliki keinginan untuk
menjatuhkan hukuman yang bijaksana dan terbatas ketika
memang hal tersebut dibutuhkan, dalam konteks hubungan yang
sangat hangat dan suportif.
Menurut Carol Cooper dkk (2009:288) membagi jenis pola
asuh menjadi 3 diantaranya yaitu:
(1). Over parenting, pada tipe pola asuh seperti ini.
Anda adalah pemegang kekuasaan yang menentukan aturan,
memberikan ganjaran berupa materi, serta hukuman langsung
seperti yang anda lakukan saat anak anda masih kecil. Hal ini
akan menyebabkan anak anda membangkang.
(2). Under parenting, tipe ini adalah jika anda terlalu
meloggarkan kendali anda. Membiarkan anak anda membuat
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
12
terlalu banyak keputusan sendiri disaat ia masih memerlukan
bimbingan. Gaya asunan seperti ini dapat mengakibatkan
anak anda membuat keputusan-keputusan yang buruk dan
mengabaikan hak hak orang lain.
(3). Batacea parenting, tipe ini menginjak garis yang tepat
diantara keduanya, dengan pembuatan keputusan secara
bersama dan saling menghargai hak serta keinginan satu
sama lain. Gaya pengasuhan ini didasarkan pada sebuah
pemahaman bahwa anda memberi kepercayaan kepada anak
anda dan sebagai gantinya, ia bertanggung jawab atas
kepercayaannya tersebut.
c. Jenis-Jenis Indikator Pola Asuh
Berdasarkan jenis jenis pola asuh yang dipaparkan oleh beberapa
para ahli diatas, maka dapat dibuat indikator pola asuh sebagai berikut
1) Indikator pola asuh otoriter
a) Orang tua selalu memukul, mencubit anak, ketika anak
melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan keinginan orang
tua.
b) Orang tua tidak pernah memberi kesempatan pada anak untuk
memilih kegiatan atau memilih benda benda yang ia suka.
c) Orang tua selalu membentak anak ketika anak melakukan
kesalahan, tanpa memberikan alasanya.
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
13
d) Ketika anak menangis, orang tua mencubit anak supaya diam
dari tangisan.
2) Indikator pola asuh permisif
a) Orang tua selalu membela anak ketika anak melakukan
kesalahan.
b) Orang tua membiarkan anak bermain seharian tanpa
menegurnya.
c) Orang tua selalu menuruti kemauan anak.
d) Orang tua tidak pernah menjelaskan pada anak tentang
perbuatan baik dan buruk.
3) Indikator pola asuh demokratis
a) Orang tua menjelaskan pada anak tentang perbuatan baik dan
perbuatan buruk, agar anak dapat menentukan perbuatan mana
saja yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
b) Orang tua memberikan penghargaan seperti: pujian, hadiah
ketika anak mencapai suatu prestasi.
c) Orang tua menerapkan aturan sesuai dengan kesepakatan
bersama anak. Jika anak bersalah maka berikan konsekuensi
hukuman yang sudah disepakati.
d) Orang tua selalu membimbing anak, pada saat anak belajar.
e) Orang tua terbuka untuk menerima protes dari anak, kemudian
orang tua memberi penjelasanya ketika anak selesai protes.
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
14
d. Manfaat Pola Asuh
Memilih dan menerapkan pola pengasuhan (parenting style)
adalah penting dilakukan oleh orang tua untuk mengembangkan
kepribadian diri pada anak dalam keluarga. Agoes Dariyo (2011: 2014)
dalam Baumrind (dalam Papalia,at.at, 2004) menyatakan bahwa
pengasuhan yang efektif untuk pengembangan kepribadian diri ditandai
dengan komunikasi dua arah antara orang tua dengan anak. Oleh karena
itu pola asuh demokratis cenderung memberi pengasuhan yang lebih
baik untuk pengembangan kepribadian diri anak dibandingkan dengan
pola asuh permisif atau otoriter.
Menurut Moh. Shochib (2010: 21) tanggung jawab dan
kepercayaan orang tua yang dirasakan oleh anak akan menjadi dasar
peniruan dan identifikasi diri anak berperilaku, ini berarti orang tua
perlu mengenalkan dan memberikan pengertian nilai moral kepada anak
sebagai landasan dan arah berperilaku teratur berdasarkan tanggung
jawab dan konsisten diri.
(Diane E.Papalia,et al.2008:369) Dengan membuat aturan yang
jelas dan konsisten, mereka membuat anak-anak mengetahui apa yang
diharapkan dari mereka.
Pola asuh sangat menentukan pertumbuhan anak, baik
menyangkut potensi psikomotorik, sosial maupun efektif yang sesuai
dengan perkembangan anak.
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
15
e. Faktor-faktor yang Mempengaruni Pola Asuh
Maimunah Hasan (2011: 21;22) Beberapa pola asuh dari orang
tua dan pendidik yang dapat mempengaruhi kreatifitas anak adalah
sebagai berikut:
1) Lingkungan fisik
2) Lingkungan sosial
3) Pendidikan external dan pendidikan internal
4) Dialog
5) Suasana psikologis
6) Sosial budaya
7) Perilaku orang tua
8) Kontrol
9) Menentukan nilai moral
Moh. sochib (2010:15) membagi menjadi 9 hal yang
mempengaruhi pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan anak.
1) Lingkungan fisik
2) Lingkungan sosial internal dan eksternal
3) Pendidikan internal dan eksternal
4) Dialog dengan anak-anaknya
5) Suasana psikologis
6) Sosiobudaya
7) Perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan
anak-anak
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
16
8) Control terhadap perilaku anak-anak
9) Menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperiiaku dan yang
diupayakan kepada anak-anak
Maimunah Hasan (2010: 21;22) beberapa pola asuh dari orang tua
dan pendidik yang dapat mempengaruhi kreatifitas anak adalah sebagai
berikut:
1) Lingkungan fisik
2) Lingkungan sosial
3) Pendidikan external dan pendidikan internal
4) Dialog
5) Suasana psikologis
6) Sosial budaya
7) Fenlaku orang tua
8) Kontrol
9) Menentukan nilai moral
2. Kemandirian
a. Pengertian Kemandirian
Agoes Dariyo (2011:190 ) kemandirian ( autonomy) ialah suatu
sikap yang mandiri pada anak usia 1,5 - 3 tahun untuk melakukan suatu
kegiatan penjelajahan terhadap lingkungan luar. Anak yang mandiri
ditandai dengan perkembangan pribadi yang percaya diri, merasa,
bebas, aman, optimis bahwa apa yang dilakukan tidak memperoleh
hambatan, halangan atau rintangan dari linkungan luar.
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
17
Kemandirian adalah sifat yang termasuk kebiasaan positif yang
merupakan salah satu komponen pembentukan keterampilan sosial
yaitu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak agar mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Kemampuan untuk
mendidik dirinya sendiri dapat mendorong anak untuk mengerti tentang
siapa dirinya yang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dalam
berinteraksi sosial. Anita Rosalina dkk (2009: 50).
Diane E. Papah, et. Ai. (2008:37) dalam sigmund freud:
perkembangan psikososial freud (1953, 1964a,1064b) percaya bahwa
orang dilahirkan dengan dorongan biologis yang harus diarahkan
kembali agar dapat hidup dalam masyarakat. Ia berpendapat bahwa
karakter dibentuk pada masa kanak-kanak ketika anak-anak berhadapan
dengan konflik bawah sadar antara dorongan bawaan dan tuntutan
hidup berbudaya.
Berdasarkan paparan dari beberapa para ahli, maka dapat
disimpulakan bahwa kemandirian adalah kebiasaan positif yang
merupakan salah satu komponen pembentuk keterampilan sosial dan
kemampuan dasar yang harus dimiliki anak agar mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosialnya.
b. Jenis Jenis Indikator Kemandirian
H.E. Mulyasa (2012:217-227) ada beberapa jenis-jenis indikator
kemandirian yang terdapat di dalam penilaian pendidikan anak usia
dini, diantaranya sebagai berikut:
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
18
1) Menyapa teman dan orang lain. (penilaian nomor 20)
2) Senang bermain bersama. (penilaian nomor 21)
3) Melaksanakan tugas kelompok. (penilaian nomor 22)
4) Mengemukakan pendapat secara sederhana. (penilaian nomor 25)
5) Membersihkan diri sendiri tanpa bantuan. (penilaian nomor 30)
Johni Dimyati (2016:29-43) ada beberapa jenis-jenis indikator
kemandrian yang terdapat di dalam matrik kompetensi dasar, hasil
belajar, dan pengembangan atau indikator untuk anak TK kelompok B
berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004, diantaranya
yaitu:
1) Anak dapat membersihkan diri sendiri tanpa bantuan, misal
menggosok gigi, mandi dan buang air. (matrik indikator nomor 30)
2) Anak mengajak teman untuk bermain atau belajar. (matrik indikator
nomor 29)
3) Anak dapat melaksanakan kegiatan sendiri sampai selesai.(matrik
indikator nomor 34)
4) Membersihkan peralatan makan setelah digunakan.(matrik indikator
nomor 35)
Anita Rosalina (2009:51) Adapun jenis jenis kemandirian yang
harus dimiliki seorang anak diantaranya yaitu:
1) Anak dapat mengerjakan pekerjaannya sendiri sampai selesai.
2) Anak anak membereskan mainan setelah selesai bermain.
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
19
3) Anak melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh
dirinya sendiri (gosok gigi, berpakaian, bersepatu, makan sendiri dan
lain sebagainya).
4) Anak dapat memulai sesuatu pembicaraan dengan orang lain.
5) Anak dapat menyatakan keinginannya.
6) Anak dapat menyatakan perasaannya.
7) Anak dapat memutuskan sendiri apa yang hendak dilakukan.
c. Tujuan Kemandirian
Tujuan kemandirian anak adalah untuk membantu anak
menyiapkan diri agar mampu berdiri sendiri. Kemandirian anak
dibentuk agar anak mampu, merawat dirinya sendiri, seperti mandi dan
berpakaian meskipun kadang masih perlu diingatkan untuk
menggunakan sabun, Carol Cooper (2009:169).
Anita Rosalina (2009:51) tujuan kemandirian yaitu agar anak
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Agoes Dariyo (2011:206) kemandirian berkaitan dengan percaya
diri yang bertujuan agar dapat menghadapi penyesuaian diri dengan
lingkungan hidupnya.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak
Menurut Irahayanti 2014 dalam Basri (1995) factor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian anak sebagai berikut:
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan semua pengaruh yang bersumber
dari dalam diri anak itu sendiri, seperti keadaan keturunan dan
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
20
konstitusi tubuhnya sejak lahir dengan segala perlengkapan yang
melekat padanya.
a) Faktor peran jenis kelamin
Secara fisik anak laki laki dan perempunan tampak jelas
perbedaan dalam perkembangan kemandiriannya. Dalam
perkembangan kemandirian anak laki-laki biasanya lebih aktif
dari pada anak perempuan.
b) Faktor kecerdasan intelegensi
Anak yang memiliki intelegensi yang tinggi akan lebih
cepat menangkap sesuatu yang membutuhkan kemampuan
berfikir. Sehingga, anak yang cerdas cenderung cepat dalam
membuat keputusan untuk bertindak, disamakan dengan
kemampuan menganalisis yang baik terhadap resiko resiko yang
akan dihadapi. intelegensi berhubungan dengan tingkat
kemandirian anak. Artinya semakin tinggi intelegensi seorang
anak maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya.
c) faktor Perkembangan
Kemandirian akan banyak memberikan dampak positif bagi
perkembangan anak. Oleh sebab itu orang tua perlu
mengajarkan kemandirian sedini mungkin sesuai dengan
kemampuan anak.
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
21
2) Faktor External
Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dan luar
anak. sering pula dinamakan faktor lingkungan. Lingkungan
kehidupan yang dihadapi anak sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadianya, baik dan segi- segi positif maupun negatif. Biasanya
lingkungan keluarga, social, masyarakat itu juea memrpengaruhi
perkembangan kepribadian anak. Meskipun cenderung akan dampak
positif dalam hal kemandirian anak terutama dalam bidang nilai dan
kebiasaan dalam melaksanakan tugas- tugas kehidupan.
a) Faktor pola asuh
Guna dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan
dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan
disekitarnya. Pada saat ini orang tua dan respon dari lingkungan
sangat diperlukan bagi anak untuk setiap penlaku yang telah
dilakukannya.
b) Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya merupakan salah satu faktor eksternal
yang mempengaruhi kemandirian anak.
Maimunah Hasan (2010:131-134) faktor yang
mempengaruhi perkembangan kemandinan anak diantaranya:
1) Faktor Bawaan
Faktor bawaan merupakan warisan dari sifat ibu atau bapak
atau pengaruh ketika anak berada dalam kandungan misalnya,
pengaruh gizi, penyakit, dan lain lain. Faktor bawaan dapat
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
22
mempercepat, menghambat, melemahkan, pengaruh dari lingkungan.
Anak tidak dapat dibandingkan tanpa memperhitungkan faktor ini.
2) Faktor Lingkungan
Faktor dari luar diri anak, mempengaruhi proses
perkembangan anak. Faktor ini meliputi suasana dan cara pendidikan
lingkungan tertentu, lingkungan rumah atau keluarganya, serta
sarana prasarana yang tersedia (misalnya alat bermain atau lapangan
bermain). Faktor lingkungan dapat merangsang perkembangannya
fungsi tertentu dari anak serta dapat menghambat atau mengganggu
kelangsungan perkembangan anak. Pengaruh yang sangat besar dan
sangat menentukan dirinya nann sebagai orang dewasa adalah ketika
anak berusia dibawah 6 tahun, sehingga lingkungan keluarga sangat
diperhatikan.
3) Faktor Kepribadian Kuat
Hakekat mengasuh anak meliputi pemberian kasih sayang dan
rasa aman serta disiplin dan contoh yang baik. Oleh karena itu
diperlukan suasana kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia.
Untuk membentuk anak yang mempunyai kepribadian yang kuat,
orang tua memperhatikan hal-hal berikut ini:
a) Sejak dalam Kandungan
Bila ibu stres, maka anak dalam kandungan juga dapat
terpengaruh. Oleh karena itu ibu perlu mempersiapkan diri
dengan baik agar anak dalam kandungan sehat fisik dan mental.
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
23
Ibu perlu menjaga fikiran dan perasaan agar anaknya tidak rewel
dan mudah menyesuaikan diri.
b) Sejak Lahir sampai Usia 1,5 tahun
Anak dalam kandungan hidup serba teratur, hangat dan
penuh perlindungan. Setelah anak dilahirkan, ia sepenuhnya
bergantung pada orang lain terutama ibu atau pengasuhnya. Anak
perlu dibantu untuk mempertahankan hidupnya. Tahap ini untuk
mengembangkan rasa percaya pada lingkungannya. Bila rasa
percaya tidak didapat, maka akan timbul rasa tidak aman, rasa
ketakutan, serta rasa kecemasan. Bayi belum bisa bercakap-cakap
untuk menyampaikan keinginanya, ia baru bisa menangis dan
menarik perhatian orang. Tangisan menunjukan bahwa bayi
memerlukan bantuan, ibu harus belajar memahami tangisan bayi.
c) Usia 1,5 sampai 3 Tahun
Pada tahap nii, akan tertanam pada diri anak perasaan
otonomi diri, seperti makan sendiri, memakai baju sendiri, dan
lain lain. Hal ini menjadi dasar terbentuknya rasa yakin pada diri
dan harga diri dikemudian hari.
d) Usia 3- 6 tahun
Hal yang diperlukan pada anak usia im adalah melatih
kemampuan fisik, kemampuan berfikir, mendorong anak mau
bergaul, dan mengembangkan angan-angan.
Maimunah Hasan (2011:131-134) faktor yang
mempengaruhi perkembangan kemandinan anak diantaranya:
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
24
1) Faktor Bawaan
Faktor bawaan merupakan warisan dari sifat ibu atau bapak
atau pengaruh ketika anak berada dalam kandungan misalnya,
pengaruh gizi, penyakit, dan lain lain. Faktor bawaan dapat
mempercepat, menghambat, melemahkan, pengaruh dari lingkungan.
Anak tidak dapat dibandingkan tanpa memperhitungkan faktor ini.
2) Faktor Lingkungan
Faktor dari luar diri anak, mempengaruhi proses
perkembangan anak. Faktor ini meliputi suasana dan cara pendidikan
lingkungan tertentu, lingkungan rumah atau keluarganya, serta
sarana prasarana yang tersedia (misalnya alat bermain atau lapangan
bermain). Faktor lingkungan dapat merangsang perkembangannya
fungsi tertentu dari anak serta dapat menghambat atau mengganggu
kelangsungan perkembangan anak. Pengaruh yang sangat besar dan
sangat menentukan dirinya nann sebagai orang dewasa adalah ketika
anak berusia dibawah 6 tahun, sehingga lingkungan keluarga sangat
diperhatikan.
3) Faktor Kepribadian Kuat
Hakekat mengasuh anak meliputi pemberian kasih sayang dan
rasa aman serta disiplin dan contoh yang baik. Oleh karena itu
diperlukan suasana kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia.
Untuk membentuk anak yang mempunyai kepribadian yang kuat,
orang tua memperhatikan hal-hal berikut ini:
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
25
a) Sejak dalam Kandungan
Bila ibu stres, maka anak dalam kandungan juga dapat
terpengaruh. Oleh karena itu ibu perlu mempersiapkan diri
dengan baik agar anak dalam kandungan sehat fisik dan mental.
Ibu perlu menjaga fikiran dan perasaan agar anaknya tidak rewel
dan mudah menyesuaikan diri.
b) Sejak Lahir sampai Usia 1,5 Tahun
Anak dalam kandungan hidup serba teratur, hangat dan
penuh perlindungan. Setelah anak dilahirkan, ia sepenuhnya
bergantung pada orang lain terutama ibu atau pengasuhnya. Anak
perlu dibantu untuk mempertahankan hidupnya. Tahap ini untuk
mengembangkan rasa percaya pada lingkungannya. Bila rasa
percaya tidak didapat, maka akan timbul rasa tidak aman, rasa
ketakutan, serta rasa kecemasan. Bayi belum bisa bercakap-cakap
untuk menyampaikan keinginanya, ia baru bisa menangis dan
menarik perhatian orang. Tangisan menunjukan bahwa bayi
memerlukan bantuan, ibu harus belajar memahami tangisan bayi.
c) Usia 1,5 sampai 3 Tahun
Pada tahap nii, akan tertanam pada diri anak perasaan
otonomi diri, seperti makan sendiri, memakai baju sendiri, dan
lain lain. Hal ini menjadi dasar terbentuknya rasa yakin pada diri
dan harga diri dikemudian hari.
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
26
d) Usia 3 sampai 6 Tahun
Hal yang diperlukan pada anak usia im adalah melatih
kemampuan fisik, kemampuan berfikir, mendorong anak mau
bergaul, dan mengembangkan angan-angan.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori diatas, maka dapat digambarkan suatu kerangka
konsep penelitian sebagai berikut:
Dalam kerangka tersebut dapat dijelaskan bahwa pengasuhan orang tua
yang menerapkan pola asuh yang baik maka akan menghasilkan anak yang
mandiri, kemudian pengasuhan yang menerapkan pola asuh buruk maka akan
menghasilkan anak yang yang tidak mandiri.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir, dapat diajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut. Terdapat hubungan yang positif antara pola asuh orang tua
dengan kemandirian anak di Desa Suro Kecamatan Kalibagor Kabupaten
Banyumas.
Penerapan Pola Asuh Yang
Baik
Pengasuhan
Tidak Mandiri Penerapan Pola
Asuh Yang
Buruk
Pengasuhan
Mandiri
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017
27
Tukiran Taniredja (2011:26) Hipotesis juga diartikan sebagai rumusan
jawaban sementara yang harus diuji dalam kegiatan penelitian. Hipotesis nol
(Ho) hipotesis yang menyatakan ketidak-adanya hubungan antara variabel.
Hipotesis kerja (Ha) atau (Hi) yakni hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan anatara variabel. Hipotesis nol dan hipotesis kerja dalam penelitian
ini adalah:
HO = Tidak ada hubungan yang positif antara pola asuh orang tua
dengan kemandirian anak.
Ha atau Hi = Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan
kemandirian anak.
Hubungan Pola Asuh…, Amiroh Cahyani, FKIP UMP, 2017