bab ii kajian teori 2.1 landasan teori 2.1.1 konsep emosi...

34
15 Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Emosi a. Pengertian Emosi Sebuah organisasi yang berjalan dengan baik adalah organisasi yang berhasil meniadakan frustasi, takut, marah, benci, sedih, dan perasaan serupa. Orang yang mengetahui emosi mereka sendiri dan bisa dengan baik membaca emosi orang lain menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Secara harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai “Setiap kegitatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap- luap” (Goleman, 1998:411). Akar kata emosi itu sendiri adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “ Menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk member arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1998:7). Hal serupa diungkapkan oleh N.H. Frieda (1993:381) bahwa “Emosi adalah perasaan-perasaan intens yang ditunjukkan kepada seseorang atau sesuatu”. Menurut M. Alisuf Sabri (1993:74) batas perbedaan antara emosi dan perasaan terletak pada sifat kontak yang terjadi. Dalam perasaan ditemukan kesediaan kontak dengan situasi (baik positif maupun negatif). Adapun dalam emosi kontak itu seolah-olah menjadi retak atau terputus

Upload: truongliem

Post on 09-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Emosi

a. Pengertian Emosi

Sebuah organisasi yang berjalan dengan baik adalah organisasi

yang berhasil meniadakan frustasi, takut, marah, benci, sedih, dan

perasaan serupa. Orang yang mengetahui emosi mereka sendiri dan bisa

dengan baik membaca emosi orang lain menjadi lebih efektif dalam

pekerjaan mereka.

Secara harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi

sebagai “Setiap kegitatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap

keadaan mental yang hebat atau meluap-luap” (Goleman, 1998:411). Akar

kata emosi itu sendiri adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti

“ Menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk member arti

“bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak

merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1998:7). Hal serupa

diungkapkan oleh N.H. Frieda (1993:381) bahwa “Emosi adalah

perasaan-perasaan intens yang ditunjukkan kepada seseorang atau

sesuatu”.

Menurut M. Alisuf Sabri (1993:74) batas perbedaan antara emosi

dan perasaan terletak pada sifat kontak yang terjadi. Dalam perasaan

ditemukan kesediaan kontak dengan situasi (baik positif maupun negatif).

Adapun dalam emosi kontak itu seolah-olah menjadi retak atau terputus

16

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

misalnya pada saat kita sangat terkejut, ketakutan, mengantuk, dan

sebagainya. Menurut Sulaeman (1995:51) emosi adalah merasakan sesuatu

yang berarti “digerakkan”, biasanya mengandung :

a. Perasaan, misalnya takut.

b. Impuls atau dorongan, misalnya dorongan untuk melarikan diri

c. Persepsi, atau pengamatan tentang apa yang membangkitkan emosi

Kebahagiaan, rasa takut, marah sedih, dan rasa muak merupakan

lima pola emosi yang sering dinyatakan sebagai pola dasar emosi umum

pada . Menurut Robert J. Stenberg (dalam Shaleh, 2004:177). karakteristik

dari kelima pola emosi umum diatas adalah sebagai berikut:

a. Kebahagiaan atau rasa senang

Kebahagiaan atau rasa senang atau setidaknya kepuasan hati

merupakan emosi yang paling mendasar. Ekspresi atas perasaan bebas

dari ketegangan, yang biasanya disebabkan oleh hal-hal yang bersifat

tiba-tiba atau surprise

b. Ketakutan dan kecemasan

Ketakutan adalah karakterisitik emosi ketika merasa takut akan suatu

ancaman bahaya atau suatu kejahatan, dan sifatnya spesifik pada

beberapa objek atau pengalaman tertentu.

c. Kemarahan

Kemarahan dapat diaktifkan melalui perasaan frustasi atau karena ada

sesuatu hal yang mengganggu dalam pencapaian tujuan atau maksud

seseorang

d. Kesedihan

Secara relatif, kesedihan berdifat lembut, dangkal, dan sering kali

merupakan ungkapan emosi yang singkat dari penderitaaan, dimana

duka cita terasa tajam, dalam dan rasa kehilangan yang begitu lama.

e. Kemuakan

Kemuakan ini dapat memunculkan tujuan adaptif, yaitu dapat

memotivasi kita untuk menggerakkan (menghindari) diri seniri dari

sesuatu yang bisa menyebabkan kesakitan.

17

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Ciri emosi

Untuk lebih mengetahui secara spesifik bagaimana ciri-ciri utama

dari pikiran emosional ini, Ekman dan Epstein (Goleman, 1998:414) telah

memberikan daftar pokok cirri-ciri yang membedakan emosi dengan

bagian lain kehidupan mental, diantaranya yaitu :

a. Respon yang cepat tetapi ceroboh

Pikiran emosional melampaui pikiran rasional dalam bertindak,

sehingga terkadang dengan kecepatannya itu pikiran emosional

mengesampingkan pemikiran hati-hati dan analitis yang merupakan

cirri khas dari pikiran rasional. Pikiran emosional dapat membaca

realitas emosi dalam sekejap, tetapi karena kesam-kean dan penilian-

penilaian dibuat dalam sekejap, maka dapat keliru atau salah araha.

b. Pertama adalah perasaan, kedua adalah pemikiran

Karena pikiran rasional membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk

mendata dan menanggapi daripada waktu yng dibuthkan oleh pikiran

emosional, maka dorngan pertama dalam situasi emosioanl adalah

dorongan hati bukan dorongan kepala. Dalam urutan respon cepat,

perasaan agaknya mendahului atau berjalan serempak dengan pikiran.

Reaksi emosional gerak cepat ini lebih menonjol dalam situasi-situasi

yang mendesak yang mendahulukan tindakan penyelamtan diri.

c. Realitas simbolik yang seperti kanak-kanak

Logika pikirn emosional itu bersifat asosiatif menganggap bahwa

unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas atau memicu kenangan

terhadap realitas itu merupakan hal yang sama dengan realitas tersebut.

Dan banyak segi dimana akal emosional itu mirip perilaku kanak-

kanak, semakin mirip kanan-kanak, semakin kuatlah tumbuhnya emosi

tersebut. Salah satu seginya adalah kategoris, dimana segala sesuatu

menjadi hitam putih, tidak ada warna kelabu. Cara mirip kanak-kanak

ini bersifat menegaskan diri sendiri, dengan menekankan atau

mengabaiakan ingatan atau fakta yang akan menggoyahkan keyakinan

dan memanfaatkan ingatan serta fakta yang mendukung.

d. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang

Apabila sejumlah ciri suatu persitiwa tampak serupa dengan kenangan

masa lampau yang mengandung muatan emosi, akal emosional

menganggapinya dengan memicu perasaan-perasaan yang berkaitan

dengan peristiwa yang diingat itu. Akal emosional bereaksi terhadap

keadaan sekarang seolah-olah keadaan itu adlah masa lampau. Pikiran

dan rekasi masa sekarang akan diwarbai pikiran-pikiran dan reaksi di

masa lalu, meskipun barang kali agaknya rekasi tersebut disebabkan

oleh keadaan lingkungan pada saat itu, akal emosional akan

memanfaatkan akal rasional agar tujuannya tercapai.

18

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e. Realitas yang ditentukan oleh keadaan

Bekerjanya akal emosional itu untuk sebagian besar ditentukan oleh

keadaan, ditekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada

saat tersebut. Dalam mekanika emosi, setiap perasaan mempunyai

repeator pikiran, reaksi, bahkan ingatannya sendiri-sendiri. Repeator

itu ditentukan oleh keadaan menjadi paling menonjol dalam momen-

momen dengan intensitas emosi yang tinggi. Salah satu tanda bahwa

salah satu repeator sedang aktif adalah ingatan selektif. Salah satu

tugas dari respon pikiran terhadap emosi adalah mengocok kenangan

dan pilihan untuk bertindak agar pilihan dan ingatan paling relevan

berada di puncak hierarki dan dengan demikian lebih siap dijalankan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa emosi memiliki

peran penting bagi rasionalitas, contohnya saat bagaimana kemampuan

emosional membimbing kepututsan seseorang dari waktu ke waktu. Bagitu

pun sebaliknya, otak nalar (rasionalitas) memainkan peran eksekutif dalam

emosi manusia. Manusia didorong untuk menemukan keseimbangan

cerdas antara emosi dan nalar serta untuk menyesuaikan kepala dengan

hati.

c. Gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi

Menurut Salovey Mayer (Goleman, 1998:90), orang cenderung

menganut gaya – gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi

mereka diantaranya:

a. Sadar diri

Peka terhadap suasana hati ketika mengalaminya, memilki kepintaran

tersendiri dalam kehidupan emosional. Kejernihan pikiran mereka

tentang emosi melandasi cirri-ciri kepribadia lain: mandiri dan yakin

akan batas-batas yang mereka bangun, kesehatan jiwanya baik dan

cenderung berpendapat positif akan kehidupan.

b. Tenggelam dalam permasalahan

Mereka adalah orang-orang yang sering kali merasan dikuasai oleh

emosi dan tidak berdaya untuk melepaskan diri, seolah – olah suasana

hati mereka telah mengambil kekuasaan.

19

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Pasrah

Peka akan apa yang mereka rasakan, cenderung menerima bagitu saja

suasana hati mereka, sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya.

Ada dua cabang jenis pasrah yaitu : mereka yang terbiasa dalam

suasana hati yang menyenangkan, dan dengan demikian motivasi

untuk mengubahnya tendah dan mereka yang kendati peka akan

perasaanya, rawan terhadap suasana hati yang jelek tetapi

menerimanya dengan sikap tidak hirau, tidak melakukan apapun untuk

mengubahnya meskkipun tertekan.

2.1.2 Konsep Kecerdasan Emosional

a. Pengertian Kecerdasan Emosional

Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang

memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang

tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di

banding orang lain. Pada kenyataannya, ada banyak kasus di mana

seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi

tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih

rendah. Ternyata IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin

seseorang akan meraih kesuksesan.

Kecerdasan Emosional (EQ) tumbuh seiring pertumbuhan

seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia. Pertumbuhan EQ

dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan contoh-contoh yang didapat

seseorang sejak lahir dari orang tuanya

Ada beberapa ahli psikologi yang mencoba untuk merumuskan

emotional intelligence, diantaranya adalah Mayer dan Salovey (dalam

Sternberg, 2001:412) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah

The ability to perceive accurately, appraise, and express emotion;

the ability to acces and/or generate feelings when they facilitate

20

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

thought;the ability to understand emotion and emotional knowledge;

and the ability to regulate emotions to promote emotional and

intellectual growth

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa kecerdasan emosional

merupakan kemampuan untuk merasakan engan tepat, menilai serta

mengekspresikan emosi; kemampuan untuk mengakses atau memunculkan

perasaan saat berpikir; kemampuan untuk memahami emosi dan

pengetahuan emosional ; serta kemampuan untuk meregulasi emosi

sehingga dapat membantu dalam kematangan emosi dan intelektual.

Robert. K. Cooper dan Ayman Sawaf (dalam Ary Ginanjar

2002:44) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai berikut :

Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,

memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi

sebagai sumber energy, informasi, koneksi, dan pengaruh yang

manusiawi. Pengertian ini menyatakan bahwa emosi yang baik dan

buruk sudah ada sejak lahir, sehingga sangat penting dalam eksistensi

kepribadian untuk mendukung kemampuan bertindak cerdas, hasilnya

berbeda jika dilakukan hanya dengan memberdayakan intelegensi.

Menurut organisasi leadership non profit (6 seconds), Emotionall

Intellegence is the capacity to creat positive oatcomes ini your

relationship with yourself and with others. Positive outcomes include

joy, optimsm, and success at work, school. And life.

Kecerdasan emosional merujuk pada satu keanekaragaman

keterampilan, kapabilitas, dan kompetensi nonkognitif, yang

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam menghadapi

tuntutan dan tekanan lingkundan, tiga unsure penting kecerdasan

emosional terdiri dari kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri);

kecakapan social (menangani suatu hubungan) dan keterampilan social

(kepandaian menggunggah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

21

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Reuven Bar-On (dalam Steven J. Stein & Howard E.

Book,2002:30) berpendapat bahwa “ Kecerdasan emosional adalah

serangkaian kemampuan kompetensi, dan kecakapan non-kognitif yang

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan

dan tekanan lingkungan”.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar

mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk

menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi

dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

b. Aspek Kecerdasan Emosional

Menurut Salovey (dalam Goleman, 1998:58-59) menempatkan

menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang

kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan

tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :

1. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk

mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini

merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi

menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran

seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (dalam

Goleman,1998 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana

hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka

individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh

emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi,

namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan

emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

22

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga

tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang

merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan

emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau

lama akan mengoyak kestabilan kita. Kemampuan ini mencakup

kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang

ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-

perasaan yang menekan.

3. Memotivasi Diri Sendiri

Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri

individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri

terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta

mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah,

optimis dan keyakinan diri.

4. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.

kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,

menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki

kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang

tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain

sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka

terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan

orang lain.

5. Membina Hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan

yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar

pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan

dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk

mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami

keinginan serta kemauan orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan

ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan

karena mampu berkomunikasi dengan lancar dengan orang lain. Orang-

orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang

menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi. Ramah tamah, baik

23

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif

bagaimana pegawai mampu membina hubungan dengan orang lain.

Sejauhmana kepribadian pegawai berkembang dilihat dari banyaknya

hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-

komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional

sebagai indikator untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional

c. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (1998:214) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang yaitu :

1. Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah

pertama dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan

pada masih bayi dengan cara mencontoh berbagai emosi. Peristiwa

emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan

menetap secara permanen hingga dewaa kehidupan emosional yang

dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak di kemudian

hari.

2. Lingkungan non keluarga. Hal ini yang terkait adalah lingkungan

masyarakt dan pendidikan. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan

dengan perkembangan fisik dan mental. Ini biasanya ditunjukkan

dalam suatu aktivitas mengenal dunia luar dalam memahami kondisi

orang lain.

Sedangkan Menurut Shapiro (1998:25) menjelaskan bahwa “

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkunganm tidak bersifat

menetap, dapat berubah-ubah setiap saat”. Untuk itu peranan lingkungan

sangat berpengaruh besar dalam pembentukan kecerdasan emosional.

2.1.2 Konsep Komunikasi

24

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Pengertian komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari kegiatan

komunikasi. Pada kenyataannya komunikasi secara mutlak merupakan

bagian yang integral dari kehidupan kita, terlebih pada seorang

pegawai yang setiap hari berhubungan dengan orang di kantor maupun

relasinya. Komunikasi merupakan sarana yang sangat efektif dalam

memudahkan pegawai melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Beberapa ahli memberikan pengertian komunikasi yang

berbeda beda, berikut ini beberapa definisi komunikasi dari beberapa

ahli, Ig. Wursanto (2003:153) mengemukakan bahawa

Istilah komunikasi (bahasa inggris; communication)

mempunyai banyak arti. Asal katanya (etimologi), istilah

komunikasi berasal dari bahasa lain, yaitu communis, yang berarti

sama (common). Dari kata communis berubah menjadi kata kerja

kommunicare, yang berarti menyebarkan atau memberitahukan.

Jadi menurut asal katanya, komunikasi berari menyebarkan atau

memberitahukan informasi kepada pihak lain guna mendapatkan

pengertian yang sama.

Carl I Hovland (dalam Widjaja, 2000: 26) mengatakan bahwa

komunikasi adalah “Suatu proses di mana seseorang memindahkan

perangsang yang biasanya berupa lambang kata- kata untuk mengubah

tingkah laku orang lain”. Adapun pengertian komunikasi lain menurut

Rogers bersama D. Lawrance Kincaid (dalam Cangara, 2005 :

19)mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang

atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan

satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling

25

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengertian yang mendalam . Dan menurut Raymod S. Ross (1983:8)

“Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih, dan

mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu

pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang

serupa dengan yang dimaksudkan komunikator”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses

penyampaian pesan dari pihak pertama atau yang disebut komunikator

kepada pihak kedua dapat disebut juga komunikan yang terdapat suatu

lambang-lambang tertentu melalui media tertentu.

b. Proses komunikasi

Komunikasi merupakan hal yang utama dalam semua

hubungan antar pribadi dan kelompok. Proses komunikasi dapat terjadi

jika ada dua orang atau lebih melakukan interaksi, semakin banyak

orang yang melakukan interaksi, maka proses komunikasi akan

semakin beragam. Di bawah ini beberapa proses komunikasi menurut

para ahli yang divisualisasikan ke dalam gambar. Menurut David K

Berlo (dalam Michael Burgoon,1974:16) proses komunikasi dikenal

sebagai Model Berlo yang terdiri atas S-M-C-R.

26

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 2.1

Model BERLO

Berdasarkan gambar model proses komunikasi di atas, Model

ini dikenal dengan model SMCR, kepanjangan Source (Sumber),

Message (Pesan), Channel (Saluran), dan Receiver (Penerima), sumber

adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu

kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik,

seperti bahasa atau isyarat saluran adalah medium yang membawa

pesan dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi..

Model komunikasi lain yang banyak digunakan dikemukakan

oleh Harold Lasswel (Arni Muhammad, 2009:6). Model ini merupakan

model yang tua tetapi masih digunakan untuk tujuan tertentu.

Gambar 2.2

Model Proses Komunikasi Menurut Harold Lasswell

Siapa

(Pembicara)

Apa

(Pesan)

Saluran

(Medium)

Siapa

(Audien)

Efek

Source Message

Channel Receiver

1. Commu

nication

skills

2. Attitude

s

3. Knowledge

4. Social

system

5. Culture

1. Elements

2. Content

3. Treatmen

t

4. Structure

5. Code

1. Seeing

2. Hearing

3. Touching

4. Smelling

5. tasting

1. Communi

acation

skills

2. Attitudes

3. Knowledg

e

4. Social

system

5. culture

27

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan gambar model proses komunikasi di atas, dapat

ditangkap bahawa terdapat lima pertanyaan untuk menjawab proses

komunikasi, yaitu : who (siapa yang memulai komunikasi ), says what

(mengatakan apa), in which medium(dalam media apa), to whom

(kepada siapa) dan what effect (apa efeknya).

Model proses komunikasi yang lain adalah yang dikemukakan

oleh Philip Kotler (dalam Onong Uchjana Effendy 2004:18) sebagai

berikut

Gambar 2.3

Model Proses Komunikasi Menurut Philip Kotler

Unsur-unsur dalam proses komunikasi menurut Philip Kotler (dalam Onong

Uchjana Effendy 2004:18) sebagai berikut :

a. Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang

atau sejumlah orang.

b. Encoding : penyandian, yakni peoses pengalhan pikiran ke dalam

bentuk lambang.

c. Message : pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

d. Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator

kepada komunikan.

Sender Encoding

Media

Decoding Receiver Message

Feedback Response

Response

28

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e. Decoding : pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan

menetapkan makna pada lambanng yang disampaikan oleh

komunikator kepadanya.

f. Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

g. Responses : tanggapan, seperangkat rekasi pada komunikan setelah

diterima pesan.

h. Feedback : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

i. Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi

sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda

dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Model komunikasi lain yang banyak digunakan adalah model

komunikasi dari Claudie Shanon atau yang lebih dikenal dengan Shanon

dan Wever (dalam Mulyana 2007:149) di bawah ini :

Gambar 2.4

Model Proses Komunikasi Menurut Shanon dan Wever

Model di atas menggambarkan suatu sumber yang menciptakan

pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang

penerima yang menjadi pencipta pesan tersebut. Beberapa istilah

dalam model ini dapat penulis jelaskan menurut Shanon dan Wever

(dalam Mulyana 2007:149), sebagai berikut:

a. Sumber informasi

Dalam komunikasi manusia, yang menjadi sumber informasi

adalah otak. Pada otak ini terdapat kemungkinan message/pesan

yang tidak terbatas jumlahnya. Tugas utama dari otak adalah

Information

Source

Transmitter Kotak Kecil Receiver Destination

Noise Source

29

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menghasilkan suatu pesan atau set kecil pesan dari berjuta-juta

pesan yang ada.

b. Transmitter

Pemilihan transmitter ini tergantung pada jenis komunikasi yang

digunakan serta dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

komunikasi tatap muka an komunikasi menggunakan alat dan

mesin.

c. Penyandian

Penyandian (encoding) diperlukan untuk mengubah ide dalam otak

ke dalam suatu sandi yang cocok dengan transmitter.

d. Penerimaan dan decoding

Penerimaan dan decoding yaitu bagaimana si penerima (receiver)

menginterpretasikan pesan yang masuk

e. Tujuan (destination)

Komponen terakhir adalah destination (tujuan) yang dimaksud oleh

si komunikator. Destination ini adalah otak manusia yang

menerima pesan yang berisi macam-macam, ingatan atau

pemikiran mengenai kemungkinan dari arti pesan.

f. Sumber gangguan (noise)

Dalam model komunikasi Shannon terlihat adanya faktor sumber

gangguan, yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak

dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang

disampaikan. Menurut Shannon dan Weaver, gangguan ini selalu

ada dalam saluran bersama pesan tersebut yang diterima oleh

receiver.

Dari penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa suatu proses komunikasi melewati beberapa tahap, dimulai dari

sumber ide yang berisi pesan atau informasi, diproses dalam beragam

bentuk, dikirim melakui berbagai media saluran pesan yang digunakan

oleh pengirim. Penerima menginterprestasikan pesan tersebut melalui

proses tertentu, untuk dapat diterima dan dimengerti dengan baik,

sehingga akan menjadi suatu tindakan.

c. Fungsi komunikasi

Dalam terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan

fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik, tidak jauh dari

30

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Menurut Scott dan

Mitchell (dalam Badri Munir Sukoco, 2007:50) menyebutkan fungsi

komunikasi diantaranya :

1. Fungsi control. Komunikasi formal dapat dilakukan untuk

mengontrol karyawan dengan menanyakan ulang deskripsi

pekerjaannya, kepada siapa melaporkan hasil pekerjaannya, dan

hal-hal lain yang membutuhkan komunikasi dengan atasan mereka.

2. Fungsi motivasi. Fungsi ini biasanya dilakukan melalui pemberian

feedback kepada bawahan mengenai apa yang telah mereka

lakukan, sebaik apa mereka mengerjakannya, dan apa yang

sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya di masa

depan.

3. Fungsi emosi. Pada dasarnya salah satu tujuan bekerja adalah

melakukan interaksi social. Salah satu bentuk interaksi social

tersebut adalah komunikasi (formal maupun informal) di mana

masing-masing anggota organisasi dapat mengekspresikan emosi

yang negative, misalnya frustasi atau tidak puas dengan pekerjaan

yang dikerjakannya selama ini kepada teman kerja.

4. Fungsi informasi. Fungsi ini berhubungan dengan memperlancar

pengambilan keputusan yang dapat dilakukan oleh pihak

manajemen. Dengan mentransfer data dan alternatif pilihan yang

ada, individu atau organisasi akan dengan mudah mengambil

keputusan.

Mengenai fungsi komunikasi, Mc. Bride (dalam Widjaja,

2000:64-66) menjelaskan dalam arti yang lebih luas, tidak hanya

diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan tetapi sebagai kegiatan

individu atau kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide.

d. Faktor penghambat komunikasi

Proses komunikasi organisasi yang berlangsung dalam sebuah

organisasi tidak selamanya berjalan efektif sesuai dengan yang

diharapkan, tetapi terkadang banyak hambatan yang merintangi

31

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kelancaran proses komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Maman

Ukas (2004:334) sebagai berikut :

1. Hambatan fisik

Faktor-faktor lingkungan yang mengganggu dan penerimaan dari

pada pesan.

2. Hambatan pribadi

Hambatan inti terdiri dari sosial dan psikologi dan juga termasuk

pertimbangan, emosi dan nilai-nilai sosial.

3. Hambatan semantic

Muncul dari perbedaan arti dan penggunaan kata-kata dan simbol:

terjadinya penafsiran kata yang berbeda mungkin karena

mempunyai arti yang banyak atau orangnya kurang pengalaman

sehingga salah paham.

T. Hani Handoko (2003:283) mengungkapkan bahwa hambata-

hambatan teradap komunikasi yang efektif dikelompokkan menjadi

dua bagian yaitu hambatan organisasional dan hambatan antar pribadi:

1. Hambatan organisasional:

a. Tingkat hierarki, bila suatu organisasi tumbuh strukturnya

berkembang akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi.

Berita yang akan disampaikan akan melalui tingkatan

tambahan yang memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai

tempat tujuan dan cenderung menjadi berkurang ketepatannya.

b. Wewenang manajerial, tanpa wewenang untuk membuat

keputusan, tidak mungkin atasan dapat mencapai tujuan yang

efektif.

c. Spesialisasi, meskipun spesialisasi adalah prinsip dasar

organisasi, tetapi juga menciptakan masalah-masalah

komunikasi. Dimana perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah-

istilah pekerjaan dapat membuat orang-orang hidup dalam

dunia yang berbeda.

2. Hambatan-hambatan antar pribadi

a. Persepsi selektif, pengharapan yang mengarahkan seseorang

untuk melihat atau mendengar kejadian, orang, objek dan

situasi adalah sesuatu yang ingin dia lihat atau dengar.

b. Status komunikator, kecenderungan untuk menilai,

mempertimbangkan dan membentuk pendapat atas dasar

karakterisitk pengirim.

c. Keadaan membela diri, perasaan pembelaan diri pada pengirim,

penerima berota atau keduanya juga menimbulkan hambatan

komunikasi.

32

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Pendengaran lemah, setiap alasan perlu mendengar secara

efektif agar mampu mengatasi hambatan ini. Berbagai

kebiasaan sehubungan dengan penengaran lemah meliputi :

mendengar hanya permukaan saja dengan sedikit perhatian

pada apa yang sedang dilakatakan.

e. Ketidaktepatan penggunaan bahasa, salah satu kesalahan

terbesar yang dibuat dalam komunikasi adalah anggapan bahwa

pengertian terletak dalam kata-kata yang digunakan.

2.1.3 Konsep Efektivitas Komunikasi

a. Pengertian

Komunikasi efektif adalah hasil pemahaman antara komunikator

dan penerima, komunikasi berhasil hanya bila komunikator dapat

menyampaikan pengertian yang dimaksdud kepada penerima.

Komunikasi yang efketif akan mampu mewujudkan timbulnya

kemahiran kerja antra personil dalam organisasi timbulnya kemauan

kerja dan timbulnya kerja dan timbulnya kerjasama.

Selanjutnya Alo Liliweri (2001:64) menyatakan :

Efektivitas komunikasi terletak pada keberhasilan komunikator

dan komunikan yang membentuk makna yang sama atas pesan

yang mereka tukarkan. Kebersamaan dalam makna itu merupakan

hasil proses pambagian informasi, melalui tindakan, pertukaran

pikiran saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu sama yang

lainnya.

Efektivitas komunikasi yaitu kegiatan komunikasi yang mampu

mengubah sikap, pandangan atau perilaku komunikan sesuai dengan

tujuan komunikator (Effendi, O. U 2002:62). Jadi, komunikasi efektif

dari seorang manajer atau pemimpin dalam suatu organisasi sangat

penting dan harus dilakukan , jika proses komunikasi tidak

berlangsung dengan baik maka usaha dalam suatu organisasi tidak

33

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya Hardjana (2003:88)

mengatakan tentang komunikasi efektif yaitu:

Suatu komunikasi dikatakan efektif apabila pesan diterima

dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan

ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka rela oleh

penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan

antarpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu.

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian efektivitas

komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi

adalah komunikasi yang dilaksanakan antara pengirm pesan dan

penerima pesan yang mempunyai kualitas baik dan mengakibatkan

terjadinya perubahan tingkah laku dalam mencapai tujuan individu dan

tujuan bersama dengan organisasi. Begitu juga dengan pimpinan

organisasi tentunya aktivitas komunikasi yang dilakukan dapat

menggerakkan anggota organisasnya kepada pegawai lain untuk

meningkatkan kinerjanya dan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dan proses pengorganisasi berlangsung sebagaimana

mestinya.

b. Karaktersitik komunikasi efektif

Sebagaimana telah disinggung di bagian sebelumnya, yaitu bahwa

komunikasi merupakan sebuah ilmu yang multidisiplin, hal ini juga

dapat disebabkan karena adanya proses akumulasi dalam

perkembangan ilmu pengetahuan serta semakin integratifnya ilmu

antara yang satu dengan yang lainnya.

34

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia

Moss (dalam Deddy Mulyana,2005:69) bahwa : “komunikasi yang

efektif paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu :

1. Pengertian

Pengertian artinya pengerimaan yang cermat dari isi stimulus

seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi

pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer

(primary breakdown in communication) untuk menghindari hal

tersebut maka diperlukan pemahaman paling tidak dari psikologi

pesan dan psikologi komunikasi

2. Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi

dan bentuk pengertian. Komunikasi fatis (phatic communication)

dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan, komunikasi inilah

yang menjadikan hubungan hangat, akrab dan menyenangkan.

3. Pengaruh pada sikap

Paling sering kita berkomunikasi untuk mempengaruhi sikap orang

lain. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang

faktor-faktor pada diri komunikator dan pesan yang menimbulkan

efek pada komunikan. Persuasif didefinisikan sebagai “proses

mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang yang

menggunakan manipulasi psikologi sehingga orang tersebut

bertindak seperti atas kehendaknya sendiri”

4. Hubungan yang makin baik

Komunikasi juga ditinjukkan menumbuhkan hubungan sosial yang

baik, kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan

mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain

dalam hal ini interaksi dan asosiasi (inclusion) pengendalian dan

kekuasaan (control) dan cinta serata kasih saying (affection)

5. Tindakan

Menimbulkan tindakan nyata memang indikator yang baik untuk

mengukur seberapa besar efektivitas yang terjalin selama

komunikasi berlangsung karena untuk menimbulkan tindakan, kita

harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian,

membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan

yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses

komunikasi. Hal ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang

seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses

komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

35

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi

Agar efektivitas komunikasi dapat dicapai, hendaknya

memperlihatkan beberapa faktor yang dapat menunjang efektivitas

komunikasi. Menurut Joseph A. Devito (dalam Suranto Aw,2001:82)

faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antar pribadi

adalah sebagai berikut:

1. Keterbukaan (openness)

Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain,

serta berkenaan menyampaikan irnformasi penting kepada orang

lain. Sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon

segala stimuli komunikasi.

2. Empati (empathy)

Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan jika menjadi

orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialamu orang

lain, dapat dirasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat

memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang melalui,

kacamata orang lain.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana

terdapat sikap mendukung. Artinya masing-masing pihak yang

berkomunikiasi memiliki komitmen untuk mendukung

terselenggaranya interaksi secara terbuka.

4. Sikap positif (positiveness)

Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam

bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat

dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan

pikiran positif, buka prasangka dan curiga.

5. Kesetaraan (equality)

Kesetaraan ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki

kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga,

dan saling memerlukan.

Demikian pula Scott. M Cutlip dan Allen (dalam Honiatri,

2004:20) menguraikan beberapa faktor agar komunikasi berlangsung

efektif. Faktor-faktor itu dinamakan the seven c’s communication,

yaitu sebagai berikut :

36

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Credibility (keterpercayaan)

Antara komunikator dan komunikan terdapat saling percaya

2. Context (pertalian)

Komunikasi dapat terjadi kalau situasi dan kondisi setempat tidak

ada gangguan antara komunikator dan komunikan serta sarana atau

media komunikasi saling berkaitan.

3. Content (isi)

Komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan,

dalam hal ini komunikator dapat memahami maksud komunikator.

Sehingga komunikan merasa puas. Begitu pula dengan

komunikator karena komunikator akan puas bila menerima

tanggapan yang baik dari komunikan.

4. Clarity (kejelasana)

Komunikator harus menyampaikan pesan atau berita atau berita

secara jelas, tujuan yang dicapai, istilahpun harus jelas

5. Continuity dan consistency (kesinambungan dan konsistensi)

Komunikasi berlangsung terus dan pesan atau berita saling

bertentangan (tidak berubah atau tetap)

6. Capabiltty of audience (kemampuan pihak penerima)

Komunikator harus memperhatikan kemampuan komunikasi dalam

menerima pesan, agar tidak terjadi kesalahpahaman.

7. Channels of distribution (saluran pengirim berita)

Komunikator harus menggunakan media atau alat komuniaksi yang

sudah biasa digunakan oleh umum misalnya media cetak atau

media elektronik dan lain-lain.

Menurut Uchjana Effendy Onong (2004:132) mengemukakan

bahwa komunikasi yang efektif dapat dipengaruhi atau ditentukan oleh

faktor-faktor sebagai berikut :

1. Kerangka Acuan (frame of reference)

Komunikasi akan berhasil, apabila pesan yang disampaikan

komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni

perpaduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and

meaning) yang pernah diperoleh komunikan. Jadi jelas bahwa frame of

reference yang didukung dengan fiels of experience merupakan faktor

yang penting dalam berkomunikasi. Jika bidang pengalaman

komunikator dan pengetahuaanya sesuai dengan komunikan, maka

komunikasi berjalan dengan lancar.

2. Faktor Situasi dan Kondisi

Yang dimaksud dengan situasi disini adalah situasi komunikasi pada

saat komunikan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi ini akan

mendukung komunikasi efektif apabila komunikator menyampaikan

37

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

informasi pada saat komunikan menanti suatu pengumuman. Begitu

pula dengan kondisi, akan mempengaruhi serta mendukung efektivitas

komunikasi.

3. Faktor Media Komunikasi

Media komunikasi merupakan alat untuk membantu lancarnya proses

komunikasi. Sehingga dapat menghasilkan komunikasi yang efektif

baik secara internal maupun eksternal. Media disini adalah

teleconference, videoconfrence,e-mail, internet, intranet, telepon

faxcimile, presentation graphic, multimedia presentation,

telecomunitinf.

4. Saluran komunikasi

Saluran komunikasi disini adalah jaringan LAN, WAN yang

mengintegritas komputer dengan media yang digunakan.

d. Faktor Penghambat Komunikasi Efektif

Selain ada faktor-faktor yang dapat menunjang efektivitas

komunikasi, ditemukan pula faktor-faktor yang dapat menghambat

efektivitas komunikasi. Hal ini dikemukakan oleh Suranto Aw

(2011:86) sebagai berikut:

1. Kredibilitas komunikator yang rendah

2. Kurang memahami latar belakang social dan budaya

3. Kurang memahami karakteristik komunikan

4. Prasangka buruk

5. Verbalitas

6. Komunikasi satu arah

7. Tidak digunakan media yang tepat

8. Perbedaan bahasa

9. Perbedaan persepsi

Pendapat lain menurut Euis Honiatri (2004:21) faktor-faktor

penghambat dalam komunikasi, adalah :

1. Masalah dalam melambangkan pesan

Ketika seseorang akan menyampaikan pesan dalam komunikasi,

biasanya orang mengalami kesulitasn dalam merumuskan pesan.

Merumuskan pesan sulit karena adanya rasa tidak percaya diri atau

ragu-ragu, belum akrab dengan pihak komunikasi, kesulitasn

mengungkap maksud, ide karena kurang terampil berbahsa adanya

pertentangan emosi dalam diri.

38

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Masalah dalam penyampaian pesan

Adapun faktor-faktor penghambat dalam penyampaian pesan,

antara lain:

a. Rintangan bersifat teknis

1. Kurangnua media yang dibutuhkan

2. Faktor fisik

3. Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang tidak

memadai

b. Rintangan perilaku

1. Adanya pandangan yang bersifat aprioro atau ada rasa tidak

suka atau tidak mendukung

2. Adanya prasangka yang disebabkan emosi

3. Sikap yang otoriter dan keras kepala

c. Rintangan bahasa

Bahasa adalah semua bentuk yang dipergunakan dalam proses

penyampaian berita. Bahasa yang dipergunakan akan

menunjukkan intelektual seseorang sehingga orang cenderung

mempergunakan bahasa yang tinggi.

d. Rintangan struktur

Rintangan strukur artinya rintangan yan terjadi karena adanya

perbedaan tingkat perbedaan kerja dalam struktur organisasi.

e. Rintangan latar belakang

1. Taraf horizontal (Pendidikan tingkat Sarjana)

2. Taraf Vertikal (Pendidikan tingkat dasar dan menengah)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses

komunikasi tidak selamanya berjalan dengan mulus tanpa adanya

hambatan. Dalam pelaksanaan interkasi sehari-hari sering dijumpai

kendala yang menyebabkan munculnya diferensiasi komunikasi. Pada

akhirnya diferensiasi tersebut dapat menimbulkan gangguan bagi

tercapainya efektivitas komunikasi. Diferensiasi terjadi apabila respon

penerima menyimpang dari harapan pengirim. Hal ini biasanya

mumcul karena adanya perbedaan persepsi di antara kedua belah

pihak. Sebagai akibatnya, proses komunikasi akan melahirkan

informasi yang berbeda walaupun seharusnya bersumber dari fakta dan

data yang sama.

39

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam sebuah instansi, peran sumber daya manusia sangat penting

artinya. Karena sumber daya manusia inilah yang memberikan seluruh

pikiran, tenaga dan waktunya untuk pencapaian tujuan perusahaan. Maka

instansi sangat membutuhkan orang yang cakap, karena dengan kecakapan

pegawai tersebut instansi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pegawai yang cakap di dalam perusahaan bukan hanya cakap

dalam satu kecakapan saja seperti kecerdasan intelektual, tetapi juga harus

terdapat kecerdasan lain yang dapat menunjang kerja pegawai di antarnya

yaitu kecerdasan emosional merupakan fokus kajian dalam penelitian ini.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengungkapkan perasaan,

kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk

mengatur dan mengendalikannya.Kecerdasan emosi dapat juga diartikan

sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan

memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada

kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut. Hal ini serupa

dengan yang dikemukakan oleh Steven J Stein (2002:35), Stephen P

Robbin (2001:85), Robert K Cooper dan Ayman Sawaf (2002:xiv), Daniel

Goleman (2008:98).

Apabila seseorang telah sukses dalam menerapkan kecerdasan

emosinya maka ia akan dapat (1) membuat keputusan, (2) kepemimpinan,

(3) terobosan teknis dan strategis, (4) berkomunikasi secara terbuka dan

jujur, (5) teamwork dan hubungan saling percaya, (6) loyalitas konsumen,

40

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(7) kreativitas dan inovasi, (8) mengatasi konflik, (9) mengendalikan

emosi, (10) memadukan aspirasi,(11) mengurangi perilaku menyimpang ,

(12) bernegosiasi dan (13) dapat memotivasi kerja. Hal ini seperti yang

dikemukakan oleh Rober K. Cooper dan Ayman Sawaf (1999:xii),

Patricia Patton (2000:165), dan Stephen P. Robbin (2009:339).

Menurut Salovey (dalam Goleman, 1998:58-59) menempatkan

kecerdasan pribadi sebagai dasar tentang kecerdasan emosional yang

diteruskannya dengan memperluas kemampuan ini menjadi lima faktor

utama yaitu :

1. Kesadaran emosi

2. Pengendalian emosi

3. Motivasi diri

4. Empati.

5. Hubungan Sosial

Dari Uraian Peter Salovey dan John Mayer, selanjutnya Daniel

Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan

dalam mengenali perasaan-perasaan diri sendiri dan orang lain, dalam

memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi diri sendiri dengan baik

maupun dalam melakukan hubungan sosial. Daniel Goleman (1998:58-59)

Kecerdasan emosional merupakan salah satu upaya agar kita dapat

mengelola emosi. Karena dengan mengelola emosi kita dapat menangani

rasa tertekan atau frustasi yang dapat mengakibatkan timbulnya stress.

Maka seorang individu akan lebih baik apabila berbagai tantangan dan

tuntutan yang dating pada dirinya dihadapi penuh kemandirian. Hal ini

berarti bahwa strategi yang cukup efektif adalah dengan mengembangkan

41

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

secara pribadi penanggulangan stress. Salah satunya adalah dengan

mengembangkan kecerdasan emosional dari para pegawai. Konsentrasi

yang baik merupakan modal utama individu manusia mampu mengelola

dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan

kegiatan sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain,

tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja maka

mereka tidak dapat bekerja secara produktif dan kurang dapat menjalin

hubungan serta berperilaku seperti yang diharapkan perusahaan.

Perilaku adalah aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok

dalam atau terhadap sesuatu (situasi dan kondisi) lingkungan (alam,

masyarakat, teknologi atau organisasi). Terbentuknya perilaku individu

atau apa yang dilakukan seseorang pegawai dipengaruhi oleh kelompok

varibel (1) individual, (2) psikologikal, dan (3) organisatoris. Hal tersebut

dikemukakan oleh Gibson et.al. (1996:52) yang dijelaskan dalam gambar

di bawah ini

Gambar 2.5

Variabel yang Mempengaruhi Perilaku dan Komunikasi

Variabel Individual

Kemampuan dan

Keterampilan Mental

Fisik

Latar Belakang Keluarga

Tingkat Sosial

Pengalaman

Demografis

Umur

Asal-usul

Jenis Kelamin

Perilaku Individu

(apa yang dikerjakan

orang)

Variabel Organisasi

Sumber daya Kepemimpinan

Imbalan

Struktur

Desain pekerjaan

Variabel Psikologis

Persepsi

Sikap Kepribadian

Belajar

Motivasi

42

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumber : Gibson et.al. (1996:52)

Tampak jelas dari gambar diatas ada tiga variabel dalam

menentukan perilaku individu dalam kegiatan organisasi salah satunya

adalah variabel psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian,

belajar dan motivasi. Variabel psikologis merupakan variabel yang bersifat

sangat kepribadian pada setiap individu, salah satu pembentukan

kepribadian individu ini sangat dipengauhi oleh keadaan emosi seseorang.

sehingga emosi seseorang menjadi peran yang sangat penting dalam

berperilaku sehari-hari maupun dalam sebuah organisasi. Emosi

merupakan penentu cara beripikir dan juga berpersepsi dalam semua

kegiatan beroganisasi.

Masih menurut Gibson et. al. (1996:57) bahwa : “Sikap merupakan

faktor yang menentukan perilaku, karena sikap itu berhubungan dengan

persepsi, kepribadia, belajar dan motivasi”. Sikap menentukan

kecenderungan orang terhadap segi tertentu dari dunia ini, sikap

memberikan dasar emosional bagi hubungan interpersonal seseorang dan

pengenalannya terhadap orang lain dan sikap diorganisasi dan dekat

dengan inti kepribadian.

Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik

berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,

menguasi kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang

yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan

emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas

43

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kemampuan mereka untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan dan

memiliki pikiran yang jernih.

Dengan kecerdasan emosional yang kita miliki, kita dapat megelola

emosi yang dapat mempengaruhi kecakapan-kecakapan lainnya untuk

dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Karena pada

kenyataanya disetiap bagian pekerjaan tidak terlepas dari kegiatan

komunikasi. Apabila pegawai dapat berkomunikasi secara efektif maka

tidak dapat dipungkiri pekerjaan akan dapat sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan

Peranan komunikasi sangat penting dalam kegiatan berorganisasi.

Sehingga semua pegawai dituntut untuk dapat memiliki komunikasi yang

baik, dimana setiap kegiatan organisasi terkecil hingga terbesar peranan

komunikasi akan selalu digunakan. Pegawai yang dapat melakukan

komunikasi secara efektif adalah dimana pesan yang disampaikan oleh

komunikator dapat diartikan sama oleh komunikan sehingga terjadi

perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh komunikan. Pendapat ini

serupa dengan Liliweri (2001:64), Effendi, O. Uchyana (2002:62), dan

Pidarta, M (2004:227).

Komunikasi yang dianggap efektif, jika orang lain memahami

pesan dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang

diinginkan. Komunikasi yang efektif berfungsi membantu untuk

membentuk dan menjaga hubungan baik antarindividu, menyampaikan

pengetahuan atau indformasi, mengubah sikap dan perilaku, pemecahan

44

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

masalah hubungan antarmanusia, citra diri menjadi lebuh baik dan jalan

menuju sukses. Dalam semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi yang

berhasil adalah proses saling berbagi informasi yang menguntungkan

kedua belah pihak, komunikan dan komunikator.

Menurut De Vito (dalam Suranto Aw. 2011:82) pegawai yang

dapat berkomunikasi secara efektif setidaknya memiliki sifat yang sangat

menunjang dalam melakukan komunikasi diantarnya adalah keterbukaan

(Openes), dukungan (Supportiveness), sikap positif (Positivness),

kesetaraan (Equality) dan empati (empathy).

Komunikasi yang efektif akan menimbulkan suatu makna yang

sama, tetapi tidak hanya isi pesan saja yang sama kepentingan setiap orang

memilki kesetaraan sehingga saling mengakui pentingnya kehadiran orang

lain. Orang yang dapat berempati terhadap orang lain akan mampu

memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap

mereka, serta harapan dan keinginan mereka, sehingga setelah dapat

merasakan perasaan orang lain tersebut akan merasa terbuka, keterbukaan

ialah kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang

biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri informasi tidak

bertentangan denga asas kepatuhan. Sifat keterbukaan ditandai dengan

adanya kejujuran dalam merespon segala stimuli komunikasi. Sifat

keterbukaan ini akan menimbulkan sikap mendukung antara komunikan

dengan komunikator, artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi

memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara

45

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terbuka. Oleh karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat

spontan dan lugas, sehingga timbulah sikap positif dari implikasi yang

disebutkan sebelumnya, yang ditunjukkan dalam bentuk sikap dan

perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang

terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan

pikiran positif bukan buruk sangka sedangkan dalam bentuk perilaku

bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan

komunikasi yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerja

sama.

Komunikasi dapat berjalan efektif tentunya harus didukung oleh

komunikator yang memahami maksud dari komunikan dan terjadi feed

back atau timbal balik dari keduanya. Komunikasi yang efektif akan

menunjang jalannya komunikasi verbal maupun lisan serta ditunjang oleh

kecerdasan emosi yang dimiliki oleh komunikator maupun komunikan.

Maka Scott M Cutlip dan Allen (dalam Honiatri 2004:20) menyebutkan

the seven’s communication diantaranya adalah

1. Credibility

2. Context

3. Content

4. Clarity

5. Continuity and consistency

6. Capability of audience

7. Channels of distribution

Komunikator harus memiliki kredibilitas yang tinggi, memiliki

daya tarik yang menarik, memiliki kemampuan intelektual yang baik,

keterpaduan sikap dan tindakan, dapat dipercayai komunikan. Sedangkan

46

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

komunikan haruslah cakap agar mudah dapat memahami pesan,

mempunyai pengetahuan yang luas, harus dapat bersikap ramah, dapat

memahami betul apa yang disampaikan komunikator. Dilihat dari sudut

pesan, pesan haruslah dapat disampaikan dengan baik dan jelas, berupa

fakta, merupakan informasi yang praktis, tidak menimbulkan multi

interpretasi dan dapat menggunakan lambing yang dapat dipahami oleh

komunikan dan komunikator. Jika dilihat dari keadaan maka kondisi pun

menjadi sangat krusial dalam proses komunikasi agar menjadi efektif,

kondisi yang mendukung akan mendukung pula terjadinya efektivitas

komunikasi dan yang terakhir dilihat dari media yang digunakan, dimana

media harus memiliki tiga criteria yakni sesuai, tersedia dan dapat

dipahami oleh komunikator dan komunikan.

Dari seluruh uraian yang dikemukakan di atas, kerangka pemikiran

dalam peneltian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.6

Model Kerangka Pemikiran Penelitian

Kecerdasan Emosional

1. Mengenali Emosi

Diri

2. Mengelola Emosi

3. Memotivasi Diri

Sendiri

4. Mengenali Emosi

Orang Lain

5. Membina hubungan

Efektivitas Komunikasi

1. Credibility

2. Context

3. Content

4. Clarity

5. Continuity and consistency

6. Capability of audience

7. Channels of distribution

47

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2004:51) adalah kesimpulan

sementara yang masih harus diuji kebenarannya melalu penelitian.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:110) hipotesis merupakan

suatu jawaban yang masih bersifat sementara terhadap masalah penelitian,

samapai terbukti kebenarannya melalui data yang terkumpul.

Dengan demikian maka hipotesis penelitian merupakan jawaban

atas kesimpulan sementara dari suatu masalah penelitian yang

kebenarannya perlu diuji kembali melalui pengumpulan data.

Berdasarkan pengertian tersebut dan mengacu kepada kerangka

pemikiran, maka hipotesis yang dapat penulis rumuskan dalam penelitian

ini adalah : “Kecerdasan Emosional memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Efektivitas Komunikasi antar Pegawai”.

48

Dynna Widyawati, 2012 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu