bab ii kajian teori 2.1 gaya bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/bab ii.pdf · meliputi unsur-unsur...

14
12 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasa Gaya merupakan pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek, keseluruhan ciri sekelompok penulis sastra dan cara khas, dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, secara lisan maupun tertulis. Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa atau style menjadi masalah dari bagian diksi maupun pilihan kata, yang mempermasalahkan kecocokan atau tidaknya pemakaian kata, frasa dan klausa tertentu. Persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan, pilihan kata secara individual, frasa, klausa dan kalimat, bahkan meliputi sebuah wacana secara keseluruhan. Jangkauan gaya bahasa sebenarnya sangat luas, tidak hanya meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika klasik. Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis pada hakikatnya adalah cara menggunakan bahasa yang setepat-tepatnya, untuk melukiskan perasaan dan pikiran penulis yang berbeda dari corak bahasa sehari-hari maupun bersifat subyektif. Majas dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa sindiran, gaya bahasa penegasan dan gaya bahasa pertentangan. Gaya bahasa dapat di nilai dari kepribadian seseorang, watak, dan skill seseorang yang mempergunakan bahasa itu sendiri. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian orang terhadapnya. Gaya bahasa adalah

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

12

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Gaya Bahasa

Gaya merupakan pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu

untuk memperoleh efek-efek, keseluruhan ciri sekelompok penulis sastra dan cara

khas, dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, secara lisan maupun tertulis.

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style.

Gaya bahasa atau style menjadi masalah dari bagian diksi maupun pilihan kata,

yang mempermasalahkan kecocokan atau tidaknya pemakaian kata, frasa dan

klausa tertentu. Persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan, pilihan

kata secara individual, frasa, klausa dan kalimat, bahkan meliputi sebuah wacana

secara keseluruhan. Jangkauan gaya bahasa sebenarnya sangat luas, tidak hanya

meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang

umum terdapat dalam retorika klasik.

Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis pada hakikatnya adalah cara

menggunakan bahasa yang setepat-tepatnya, untuk melukiskan perasaan dan

pikiran penulis yang berbeda dari corak bahasa sehari-hari maupun bersifat

subyektif. Majas dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu gaya bahasa perbandingan,

gaya bahasa sindiran, gaya bahasa penegasan dan gaya bahasa pertentangan.

Gaya bahasa dapat di nilai dari kepribadian seseorang, watak, dan skill

seseorang yang mempergunakan bahasa itu sendiri. Semakin baik gaya bahasanya,

semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa

seseorang, semakin buruk pula penilaian orang terhadapnya. Gaya bahasa adalah

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

13

pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseoarang dalam bertutur atau menulis;

pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan cirri-

ciri bahasa sekelompok penulis sastra, cara khas dalam menyatakan pikiran dan

perasaan dalam bentuk tulis atau lisan (Ratna, 2009:15).

Gaya bahasa juga bermakna cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa

secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai

bahasa, gaya bahasa ini bersifat individu dan dapat juga bersifat kelompok. Gaya

bahasa yang bersifat individu disebut idiolek, sedangkan yang bersifat kelompok

(masyarakat) disebut dialek. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai

pribadi, watak, dan kemampuan seseorang ataupun masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut.

Gaya bahasa adalah bahasa yang indah dan digunakan untuk

meningkatkan dengan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau

hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 2013 :4). Gaya

bahasa dan kosakata mempunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Semakin

kaya kosakata seseorang, semakin beragam pula gaya bahasa yang di pakainya.

Peningkatan pemakaian gaya bahasa jelas memperkaya kosakata pemakainya,

oleh karena itu dalam pengajaran bahasa atau gaya bahasa merupakan suatu teknik

yang penting dalam mengembangkan kosakata para siswa.

2.1.1 Bentuk Gaya Bahasa

Keraf (2010: 115-116) membagi gaya bahasa dari dua segi yaitu segi

nonbahasa dan segi bahasa. Gaya bahasa dari segi nonbahasa dibagi atas tujuh

pokok, yaitu berdasarkan pengarang, masa, medium, subjek, tempat, hadirin, dan

tujuan. Berdasarkan segi bahasanya, gaya bahasa dibedakan berdasarkan pilihan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

14

kata, nada yang terkandung dalam wacana, struktur kalimat, dan langsung

tidaknya makna. Berikut ini adalah uraian singkat tentang gaya bahasa dilihat dari

segi bahasa.

1. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Struktur kalimat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa

ini. Struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur

kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Struktur kalimat yang

ada bersifat:

(a) Periodik, apabila yang terpenting atau gagasan yang mendapat

penekanan ditempatkan pada akhir kalimat.

(b) Bersifat kendur, apabila kalimat penekanan ditempatkan pada awal

kalimat.

(c) Kalimat berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian

kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat

(Keraf, 2010: 124).

Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat tersebut maka gaya

bahasa menurut Keraf (2010: 124-128) dibagi menjadi:

a) Klimaks.

b) Antiklimaks, terdiri dari: dekrementum, katabasis, batos.

c) Paralelisme.

d) Antitesis.

e) Repetisi, terdiri dari: epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa,

symploche, mesodiplosis, epanalepsis, anadiplosis.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

15

2. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Gaya bahasa ini mengacu pada makna denotatif dan makna

konotatif. Jika masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu

masih bersifat polos (makna denotatif). Namun, apabila sudah ada

perubahan makna, maka sudah menjadi makna konotatif.

2.1.2 Jenis Gaya Bahasa

Tarigan (2013: 6) mengemukakan ada sekitar 60 buah gaya bahasa yang

dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar, yaitu gaya bahasa

perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa

perulangan.

1) Gaya Bahasa Perbandingan

Gaya bahasa perbandingan menurut Tarigan (2013: 9-52) membagi

menjadi beberapa diantaranya;

(a) Perumpamaan.

Majas perumpamaan atau asosiasi adalah majas yang

membandingkan sesuatu dengan keadaan lainnya di karenakan

persamaan sifat atau sederhananya majas yang membandingkan dua

hal berbeda namun dianggap sama. Ciri majas asosiasi ini adalah

adanya kata penghubung; ibarat, bagai, laksana, seumpama, bagaikan,

bak dan lain sejenisnya. Majas yang sering disebut majas asosiasi ini

seringkali digunakan dalam obrolan, maupun dalam penulisan

(b) Metafora

Majas metafora ialah majas ayang mengungkapkan perbandingan

analogis antara dua hal yang berbeda. Bisa juga diartikan sebagai

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

16

suatu majas yang dibuat dengan frasa secara Implisit tidak berarti

namun secara eksplisit dapat mewakili suatu maksud lain berdasarkan

pada persamaan ataupun perbandingan, atau mudahnya majas ini

digunakan sebagai bentuk kata kiasan untuk mengungkapkan sesuatu.

(c) Personifikasi.

Majas Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-

benda mati seperti seolah-olah memiliki sifat manusia. Majas ini

membuat benda mati seperti dapat melakukan sesuatu seperti yang

dilakukan makhluk hidup

2) Gaya Bahasa Pertentangan

Gaya bahasa pertentangan menurut Tarigan (2013: 55-92) terbagi

menjadi beberapa yaitu;

a) Hiperbola.

Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang

berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan maksud

memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk

memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya Tarigan (1985:

55). Menurut Keraf (1981: 127) hiperbola adalah semacam gaya

bahasa yang mengandung suatu penyataan yang berlebihan, dengan

membesar-besarkan sesuatu hal.

b) Litotes

Litotes adalah salah satu jenis majas dalam Bahasa Indonesia, yang

mengungkapkan perkataan dengan rendah hati dan lemah lembut.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

17

Biasanya hal ini dicapai dengan menyangkal lawan daripada hal yang

ingin diungkapkan

c) Ironi.

Ironi (dari bahasa Yunani Kuno εἰρωνεία eirōneía, melalui bahasa

Belanda ironie) adalah salah satu jenis majas dalam Bahasa Indonesia.

Ironi adalah majas yang mengungkapkan sindiran halus.

3) Gaya Bahasa Pertautan

Gaya bahasa pertautan menurut Tarigan (2013: 121-137) terbagi

menjadi beberapa diantaranya;

a) Metonimia.

Metonimia adalah sebuah majas yang menggunakan sepatah-dua

patah kata yang merupakan merek, macam atau lainnya yang

merupakan satu kesatuan dari sebuah kata

b) Sinekdoke.

Majas sinekdoke adalah majas/gaya bahasa yang menggunakan

suatu bagian dari objek untuk menyatakan benda/sesuatu secara

keseluruhan, atau sebaliknya yaitu menggunakan kata keseluruhan

untuk menyatakan suatu bagian dari objek tersebut.

4) Gaya Bahasa Perulangan

Gaya bahasa perulangan menurut Tarigan (2013: 175-191) terbagi menjadi

beberapa diantaranya;

a) Aliterasi.

Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dalam baris- baris

karya. perlu ditegaskan bahwa aliterasi bukannya pengulangan huruf

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

18

konsonan, tapi bunyi konsonan. kedudukan konsonan itu boleh jadi

diawal kata (contoh: segala sudah sedia) atau pada suku kata yang

ditekankan (contoh: duka menjalar ke jantung).

b) Anafora.

Anafora adalah pengulang kata atau frasa yang terdapat di awal

kalimat. Contoh majas anafora adalah: Kalau kau mau, aku akan

datang; Jika kau berkenan, aku akan datang; Bila kau minta, aku akan

datang. Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur.

2.2 Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan

kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima dan

irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang

terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa

(Aminuddin, 2014: 134).

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua

kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Struktur fisik terdiri dari diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas,versifikasi

(rima, ritma, dan metrum), dan tipografi puisi. Struktur batin terdiri atas tema,

nada, perasaan, dan amanat. Kedua struktur itu terjalin dan berkombinasi secara

utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi memunculkan makna,

keindahan, dan imajinasi bagi penikmatnya, jika dibandingkan dengan bentuk

karya sastra lain, bahasa puisi lebih bersifat konotatif.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

19

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa puisi adalah bentuk karya

sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasan penyair secara imajinatif dengan

menggunakan kata-kata yang indah dan penuh makna serta mengonsentrasikan

semua kekuatan bahasa struktur fisik dan struktur batinnya. Secara garis besar,

unsur pembangun puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik dan

struktur batin.

4.1.1 Unsur Fisik

Unsur fisik meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Diksi (Pemilihan Kata)

Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan

yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan,

baik makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan

kata-kata lain dalam baris dan baitnya serta memiliki kedudukan

yang sangat penting dalam puisi, bersifat konotatif dan ada pula

kata-kata yang berlambang. Makna dari kata-kata itu mungkin

lebih dari satu efek keindahan, bunyinya harus indah dan memiliki

keharmonisan dengan kata-kata lainnya.

Kata konotasi adalah kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya,

kata tersebut telah mengalami penambahan-penambahan, baik

berdasarkan pengalaman, kesan, imajinasi, dan sebagainya. Kata-

kata berlambang digunakan penyair dalam puisinya seperti gambar,

tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu, misalnya,

api adalah lambang‘semangat’

b) Pengimajinasian

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

20

Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat

menimbulkan khayalan atau imajinasi, daya imajinasi tersebut,

pembaca seolah-olah merasakan, mendengar, atau melihat sesuatu

yang diungkapkan penyair. Kata-kata yang digunakan penyair,

dapat dirasakan pembaca seolah-olah;

(1) mendengar suara/imajinasi auditif,

(2) melihat benda-benda/imajinasi visual, dan

(3) meraba serta menyentuh benda-benda/imajinasi taktil.

c) Kata Konkret

Kata konkret membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus

diperjelas, apabila penyair mahir memwujudkan kata-kata,

pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, atau merasa apa

yang dilukiskan oleh penyair. Pembaca dapat membayangkan

secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair.

d) Bahasa Figuratif (Majas)

Majas (figurative language) ialah bahasa yang digunakan penyair untuk

mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan benda atau katalain.

Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain.

e) Rima/Ritme

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi, dengan adanya rima,

suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkan lebih kuat,

ritma dapat diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau kalimat

dalam bait-bait puisi.

f) Tata Wajah (Tipografi)

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

21

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan

prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf,

melainkan membentuk bait.

4.1.2 Unsur Batin

Ada empat unsur batin puisi, yakni tema, perasaan penyair, nada

atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.

a) Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang digunakan penyair dalam

puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam

puisinya dan menjadi kerangka pengembang dalam sebuah puisi.

b) Perasaan

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi

perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan,

kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada alam, atau

kepada sang Khalik.

c) Nada dan Suasana

Nada puisi adalah sikap penyair kepada pembaca. Adapun suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau sbuah

akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca.

d) Amanat

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah

memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal

yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

22

dibalik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang

diungkapkan.

2.3 Gaya Bahasa Tinjauan Stilistika

Kegiatan berbahasa yang bertujuan menghidupkan kalimat akan terjadi

apabila seseorang ingin mengungkapkan gagasan, ide, pikiran, perasaan atau

sesuatu yang lain kepada orang lain. Orang tidak akan berbahasa demi bahasa itu

sendiri. Intinya adalah adanya sesuatu yang di dalam batin yang akan

diungkapkan dalam wujud bahasa yang dapat di dengar atau dihasilkan untuk

kemudian dilihat ataupun didengar oleh orang lain. Sesuatu yang masih dalam

batin jumlahnya banyak sekali, tetapi yang akan dihasilkan dalam bentuk bahasa

tentunya sesuai dengan tujuannya saja. Cara pengungkapan apa yang ada di batin

ini bisa dilakukan oleh seseorang dengan berbagai cara, dan hal inilah yang

kemudian disebut style itu.

Gaya dalam konteks pemakaian ini merupakan cara pengarang

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang dapat memperlihatkan

jiwa dan kepribadian pemakai bahasa oleh karena itu, gaya bahasa disebut sebagai

cara menggunakan bahasa. Gaya masing-masing orang tentu berbeda-beda. Gaya

inilah yang selanjutnya dikenali sebagai ‘style’ (Keraf, 2010 :113).

Kemampuan seorang pengarang ketika berimajinasi dan berkreasi dalam

retorika sastra merupakan style yang membedakan antara pengarang yang satu

dengan pengarang lainnya. Selain itu, jika seorang pengarang mahir, dalam

mengungkapkan ide, gagasannya melalui perwujudan kreativitas serta

memberdayakan sarana retorika diatas, pembaca akan dapat membayangkan

secara jelas peristiwa atau keadaan yang digambarkan oleh pengarang.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

23

Teori Stilistika kedudukannya sebagai teori dan pendekatan penelitian

terhadap suatu karya sastra yang berorientasi linguistik dan menggunakan

wawasan dengan parameter linguistik utuk mencapai tujuan. Untuk memahami

tujuan dari kajian stilistika dapat ditekankan pada kemampuan antara lain;

1) merespon yang dianalisis sebagai sebuah karya sastra.

2) mengobservasi bahasa suatu karya sastra tersebut, dengan

menggambarkan dua kemampuan sebagai ‘cycle’ (lingkaran siklus)

yang saling mengisi, seperti yang terlihat dalam bagan berikut ini.

Gambar 2.1

Tujuan Stilistika menurut Leech & Short (1981) dalam Keraf (2010)

Bagan tersebut menjelaskan pada kita bahwa tujuan kajian stilistika berada

pada dua sisi, yaitu;

1) Mencari fungsi estetik karya sastra.

2) Mencari buktibukti linguistik.

Proses kajian stilistika berkisar pada deskripsi segi-segi linguistik yang

ada dalam karya sastra, sebaliknya dalam proses mencari fungsi estetik, proses

Apresiasi Sastra

Proses

mencari

bukti-bukti

linguistik

Proses

mencari

fungsi

estetik

Deskripsi

A B

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

24

kajian stilistika berkisar pada apresiasi sastra. Gaya dianggap sebagai sarana yang

dipergunakan oleh pengarang untuk mencapai tujuannya, pendapat lain mendefinisikan

gaya sebagai variasi. Gaya adalah segala sesuatu yang memberikan ciri khas

dibandingkan dengan teks-teks lainnya. Variasi dapat dijumpai di dalam ungkapan saja

(dualistik didalam keseluruhan ungkapan dan isi (monistik). Variasi ini diklasifikasikan

dan dikenal sebagai pola-pola gaya dalam struktur teks, meliputi;

1) penambahan/pengulangan,

2) penukaran,

3) penggantian, dan

4) penghapusan.

Empat jenis transformasi di atas dapat dikaitkan dengan sintaksis, semantik,

dan bunyi ‘fonologi’ (Luxemburg dalam Keraf, 2010: 104-105). Seorang pengarang

sebagai pembuat teks, berhubungan dengan masalah bagaimana cara (seseorang)

menyatakan sesuatu sebaliknya, hubungan selanjutnya berkaitan dengan apa yang

akan dikatakan. Sebuah fiksi hadir dihadapan pembaca untuk mengenalkan dunia,

untuk mengenalkan ini hanya dapat dicapai melalui sarana bahasa.

Bahasa merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menunjukan gaya

atau style pada pembaca. Gaya merupakan kekhasan yang dimiliki oleh seorang

pengarang, baik dari pilihan kata yang digunakan, kalimat yang diberdayakan

maupun bahasa-bahasa figuratif yang digunakan. Teknik pengarang dalam

memberdayakan bahasa sedemikian rupa, untuk menuangkan ide, gagasan serta

pikiran, hal inilah yang dapat disebut sebagai gaya.

Sejalan dengan yang diungkapkan Stanton, bahwa gaya merupakan cara

pengarang dalam menggunakan bahasa misalnya, dua orang yang menggunakan

alur, karakter, dan latar yang sama, hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Gaya Bahasaeprints.umm.ac.id/52462/3/BAB II.pdf · meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam retorika

25

Perbedaan ini terletak pada bahasa yang menyebar dalam berbagai aspek seperti

kerumitan, ritme, panjang pendek kalimat, detail, humor, kekongkretan,

banyaknya imaji dan metafora. Campuran dari berbagai aspek di atas (dengan

kadar tertentu) akan menghasilkan gaya.