corak seni rupa tradisional dan seni rupa modern

33
CORAK SENI RUPA TRADISIONAL DAN SENI RUPA MODERN / KONTEMPORER eni rupa merupakan salah satu cabang seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap orang menghendaki memiliki rumah, perabotan rumah, dan busana atau pakaian yang bagus yang memerlukan unsur-unsur seni rupa. Dekorasi rumah baik interior maupun eksteior tidak bisa lepas dari sentuhan seni rupa. Lukisan, relief, patung dan seni terapan dapat digunakan untuk memperindah bangunan rumah atau gedung baik interior maupun eksteriornya. S Seni rupa telah berkembang sejak zaman lampau hingga masa kini yang melahirkan beraneka ragam corak serta mempunyai bermacam fungsi. A. Corak Seni Rupa Murni Corak atau gaya dalam seni rupa murni yang digunakan para perupa dalam menciptakan karya seni baik yang ada di Nusantara maupun Mancanegara, hampir tidak memiliki perbedaan, terutama pada corak seni rupa murni modern dan kontemporer. 1. Corak Seni Rupa Murni Tradisional Seni rupa tradisi adalah seni rupa yang dibuat dengan mengikuti pola-pola atau norma-norma tertentu yang berlaku disuatu daerah dan dibuat berulang-ulang tanpa merubah bentuk aslinya. Karya seni rupa murni tradisi diciptakan untuk kepentingan kebutuhan emosi atau rohani dan kepentingan estetis (rasa keindahan). Seni rupa murni tradisi meliputi seni lukis, seni relief (seni ukir), seni patung dan seni kria murni.

Upload: barcim

Post on 20-Oct-2015

6.995 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

CORAK SENI RUPA TRADISIONAL DAN SENI RUPA MODERN / KONTEMPORER

eni rupa merupakan salah satu cabang seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap orang menghendaki

memiliki rumah, perabotan rumah, dan busana atau pakaian yang bagus yang

memerlukan unsur-unsur seni rupa. Dekorasi rumah baik interior maupun eksteior tidak

bisa lepas dari sentuhan seni rupa. Lukisan, relief, patung dan seni terapan dapat digunakan untuk

memperindah bangunan rumah atau gedung baik interior maupun eksteriornya.

SSeni rupa telah berkembang sejak zaman lampau hingga masa kini yang melahirkan beraneka

ragam corak serta mempunyai bermacam fungsi.

A. Corak Seni Rupa Murni

Corak atau gaya dalam seni rupa murni yang digunakan para perupa dalam menciptakan karya

seni baik yang ada di Nusantara maupun Mancanegara, hampir tidak memiliki perbedaan, terutama

pada corak seni rupa murni modern dan kontemporer.

1. Corak Seni Rupa Murni Tradisional

Seni rupa tradisi adalah seni rupa yang dibuat dengan mengikuti pola-pola atau norma-norma

tertentu yang berlaku disuatu daerah dan dibuat berulang-ulang tanpa merubah bentuk aslinya.

Karya seni rupa murni tradisi diciptakan untuk kepentingan kebutuhan emosi atau rohani dan

kepentingan estetis (rasa keindahan). Seni rupa murni tradisi meliputi seni lukis, seni relief (seni

ukir), seni patung dan seni kria murni.

a. Corak seni rupa murni tradisi Nusantara

Di wilayah Nusantara terdapat beraneka ragam corak seni rupa tradisi, hal ini disebabkan

wilayahnya yang luas dan terdapat bermacam-macam tradisi, budaya, lingkungan alam,

adat, dan agama. Seni rupa murni Nusantara diawali sejak zaman prasejarah berupa

lukisan/relief babi dan cap-cap tangan pada dinding serta patung perlambang dari roh nenek

moyang. Berikut ini karya seni rupa murni tradisi Nusantara :

(1) Lukisan Wayang Kamasan di kabupaten Klungkung Bali

Lukisan Wayang Kamasan menggunakan obyek batu-batuan, pohon-pohonan, awan

wayang parwa dan wayang kanda. Obyek dilukis dengan cara distilasi, diulang dan

disusun bertumpuk, kesan garis jelas (garis kontur dan garis cawi), warna-warna

monoton, dan bercorak dekoratif.

Lukisan Wayang Kamasan Patung suku Asmat

(2) Relief dan patung pada bangunan candi di Jawa Tengah

Relief dan patung di Jawa tengah berkesan Agamais, yang merupakan pengaruh dari

Agama Hindu, Budha dan budaya/seni rupa India. Relief dan patung yang terdapat pada

candi Prambanan dan Borobudur menampilkan obyek Dewa, Budha, manusia, fauna dan

flora yang bercorak Naturalis. Relief pada dinding candi Prambanan mengisahkan

tentang ceritera Ramayana dan pada candi Borobudur mengisahkan tentang perjalanan

sang Budha.

(3) Seni Patung suku Asmat di Irian Jaya

Karya patung suku Asmat bercorak Premitif, dengan bentuk yang kaku dan pahatan yang

agak kasar. Karya seni patung tersebut dibuat merupakan simbolis dari roh nenek

moyang.

b. Corak seni rupa murni tradisi Mancanegara

Corak seni rupa murni di Mancanegara diawali dari lukisan dan karya-karya patung

orang-orang premitif yang menggambarka tentang binatang dan manusia dalam bentuk

sederhana. Berikutnya berkembang karya-karya yang bertemakan unsur keagamaan dan

bercorak relegius. Pada zaman Renaissance para seniman mulai melukis wajah dan seluruh

tubuh tanpa ada sesuatu makna agama.

(1) Corak seni rupa India

Corak seni rupa India merupakan pengaruh agama Hindu dan Budha yang menghasilkan

patung-patung Budha, relief riwayat hidup sang Budha, relief pada bangunan kuil

tentang ceritera Mahabharata dan Ramayana.

Patung Budha India Patung Mesir Kuno

(2) Corak seni rupa Cina

Seni rupa tradisi Cina diawali dengan lukisan huruf dari tinta bak dan cat air transparan.

Ciri-ciri lukisan lembut, halus, tipis, obyeknya umumnya pemandangan alam dan tokoh

manusia dalam legenda.

(3) Corak seni rupa Mesir Kuno

Seni rupa murni Mesir Kuno menghasilkan karya-karya berupa patung, relief dan lukisa.

Patung yang dibuat pada zaman Mesir Kuno selalu dihubungkan dengan pembangunan

tempat-tempat sacral. Biasanya patung Mesir merupakan tradisi pengulangan

(stereotype) bentuk patung yang pernah dibuat.

2. Corak Seni Rupa Murni Modern dan Kontemporer

Seni rupa modern adalah mengutamakan kreativitas dalam menciptakan sesuatu yang baru dan

belum ada. Perkembangan corak seni rupa murni modern diawalinya dengan memperhatikan

kaidah-kaidah seni rupa seperti komposisi, anatomi, proporsi, perspektif, warna, cahaya, dan

tema. Tokoh-tokoh perupa pada saat itu adalah Pelukis Leonardo Da Vinci, Michelangelo, Rafael

Santi, Titian, Donatello, dan Luca Della Robbia. Pada abad ke-19 mulai tumbuh berbagai aliran,

seperti Klasikisme, Romantisme, Impresionisme, Realisme dan Monumentalisme.

Di wilayah Nusantara, seni rupa murni modern diawali sejak Raden Saleh Syarif Bustaman

menampilkan karya-karya dengan teknik-teknik cara Barat.

Corak seni rupa murni Kontemporer mulai berkembang menjelang berakhirnya abad ke-20.

Corak ini mengutamakan kebebasan berekspresi yang lebih dikenal dengan seni masa kini.

Karya-karya seni rupa murni kontemporer bersifat sementara karena hanya dapat dinikmat

dalam kurun waktu relatif singkat. Contoh karya tersebut, seperti seni instalasi, patung dari es,

patung dari buah-buahan, lukisan dengan kanvas berpuluh-puluh meter, patung pasir dipantai,

dan relief dari mentega. Seni instalasi merupakan karya seni yang terdiri dari komposisi dan

manipulasi obyek untuk kesan baru.

Seni instalasi

B. Perbandingan Corak dan Fungsi Seni Rupa Tradisional, Modern dan Kontemporer

Seni rupa murni tradisional, modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan Mancanegara

memiliki perbedaan corak dan fungsi. Hal ini dapat kita lihat apabila kita mengamati suatu karya seni

rupa murni baik yang berbentuk dua dimensi maupun dalam bentuk tiga dimensi. Walaupun

demikian, karya seni tersebut pada umumnya memiliki beberapa persamaan.

1. Persamaan Karya Seni Rupa Murni Tradisional, Modern dan Kontemporer di Wilayah Nusantara

dan Mancanegara

Adapun persamaannya, antara lain:

1) Semuanya merupakan hasil kreasi dan ekspresi manusia.2) Karya seni rupa murni tradisi, modern dan kontemporer baik di wilayah Nusantara maupun

Mancanegara dapat berwujud dua dimensi dan tiga dimensi melalui penyusunan unsur garis, bidang, bentuk, tekstur, dan warna.

3) Corak seni rupa murni tradisi di wilayah Nusantara dan Mancanegara, pada umumnya dipengaruhi oleh norma-norma, adat, agama, dan budaya daerah setempat.

4) Pada umumnya seni rupa tradisi berfungsi untuk mengangkat nilai-nilai tradisi budaya daerah dan untuk kepentingan ritual.

5) Media untuk pembuatan karya seni rupa murni tradisi baik di wilayah Nusantara maupun Mancanegara, umumnya diambil dari alam setempat yang dikerjakan dengan teknik dan gaya yang sederhana.

6) Seni rupa murni modern dan kontemporer, umumnya memiliki corak yang sama. Hal ini dikarenakan corak yang berkembang di negara-negara lain berasal dari negara-negara Barat.

7) Seni rupa murni tradisi dan modern di semua wilayah, memiliki fungsi sebagai pajangan, media ekspresi bagi perupanya dan media komunikasi bagi perupa dan masyarakat penikmat.

2. Perbedaan Corak dan Fungsi Seni Rupa Tradisional, Modern dan Kontemporer di Wilayah

Nusantara dan Mancanegara

1) Perbedaan Corak

Seni Rupa Murni Tradisi Seni Rupa Murni Modern/Kontemporer

(1) jarang diketahui perupanya(2) coraknya umum (3) statis, monoton(4) bahan dan warna sederhana(5) terikat norma-norma tradisi

(1) identitas perupa dapat diketahui(2) coraknya individual(3) dinamis, cepat berubah(4) bahan dan warna beraneka ragam(5) kebebasan kreasi dan ekspresi

2) Perbedaan Fungsi

Seni Rupa Murni Tradisi Seni Rupa Murni Modern/Kontemporer

(1) untuk ritual daerah setempat(2) relief dan patung untuk

memperindah candi, pura dan kuil

(3) bentuk dan motif hias mengandung makna magis

(1) untuk pribadi dan sosial(2) karya seni sebagai ungkapan ekspresi

dan pajangan atau dekorasi ruangan

(3) bentuk obyek tidak mengandung makna magis

C. Fungsi Seni Rupa Murni

Seni rupa murni tradisional, modern dan kontemporer yang terdapat di wilayah Nusantara dan

Mancanegara pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Seni rupa murni mengutamakan keindahan

belaka Berbeda dengan seni rupa terapan yang memiliki fungsi praktis dan keindahan. Fungsi-fungsi

seni rupa murni antara lain :

1. Fungsi umum, yaitu sebagai keindahan. Karya seni rupa murni diciptakan untuk dipajang agar

dapat dinimakti keindahannya (sebagai hiasan)

2. Fungsi pribadi, yaitu sebagai media ekspresi bagi perupanya. Karya tersebut tersirat tentang

perasaan batin yang merupakan penafsiran sesuatu yang dihadapinya.

3. Fungsi sosial, yaitu sebagai komunikasi bagi perupa kepada penikmat (masyarakat). Komunikasi

tersebut dapat mempengaruhi, mendapat memberi kepuasan atau informasi tentang sesuatu.

Seni rupa murni tradisi dapat berfungsi sebagai simbolis dari sesuatu, terutama seni rupa tradisi

Nusantara yang bercorak magis atau agamais.

PERKEMBANGAN SENI RUPA TRADISIONAL,

MODERN DAN KONTEMPORER DI INDONESIA

eni rupa muncul dan berkembang di mulai sejak manusia dilahirkan di muka bumi. Sejak

kecil manusia telah mampu merasakan keindahan karya seni, misalnya merasakan

keindahan warna warni (seni rupa), keindahan senandung sang ibu (seni musik), dan

keindahan lenggokan gerak (seni tari). Semasa hidup, manusia tidak bisa terlepas dengan

kesenian. Manusia memerlukan rekreasi untuk menyegarkan rohani/jiwa yang dapat dipenuhi dengan

berkreasi, berekspresi dan menikmati karya seni. Karya seni rupa merupakan salah satu media ekspresi,

kreasi dan rekreasi yang dapat memberi hiburan untuk kepuasan batin. Menikmati karya seni rupa

murni merupakan suatu proses untuk menumbuh kemampuan berapresiasi.

SPada awalnya keberadaan seni rupa digunakan untuk upacara ritual suatu adat atau agama, karena

itulah kebanyakan karya seni rupa yang diciptakan bersifat magis. Hal tersebut dapat dilihat dari

perkembangan seni rupa di wilayah Nusantara dan negara-negara lainnya. Di wilayah Nusantara hasil

peninggalan karya seni rupa dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1. Seni Rupa Murni Tradisi (zaman prasejarah, zaman klasik dan zaman islam).

2. Seni rupa Murni Modern dan Kontemporer.

A. Perkembangan Seni Rupa Murni Tradisi

1. Seni Rupa Zaman Prasejarah

Ada tiga faktor yang melatarbelakangi seni rupa di Indonesia, yaitu kepercayaan, kondisi

geografis dan pengaruh dari luar. Faktor-faktor tersebutlah yang memberi ciri khusus terhadap

seni rupa di Indonesia pada zaman pra-sejarah, ciri-ciri yang dimaksud antara lain :

a. Karya seni berfungsi sebagai media atau simbolis dari kegiatan-kegiatan keagamaan dan kepercayaan.

b. Seniman berkedudukan sebagai pemimpin agama atau kepercaya yang mengetahui aturan-aturan mengenai upacara-upacara dan kegiata-kegiatan keagamaan atau kepercayaan lainnya.

c. Memiliki bentuk ungkapan yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.

d. Karya seni rupa menggunakan media batu, perunggu dan kayu.

e. Karya seni rupa bersifat ornamentik-dekoratif yang memperlihatkan motif-motif perlambangan, motif geometri dan motif flora fauna.

Berdasarkan bahan baku yang digunakan untuk membuat karya-karya seni rupa maka dikenal 2

pengelompokan karya, yaitu karya seni rupa zaman batu dan karya seni rupa zaman perunggu.

a. Karya Seni Rupa Zaman Batu

Karya seni rupa Indonesia yang diketemukan pada zaman batu, yaitu :

1) Karya Seni Bangunan

Bangunan yang paling tua diketemukan pada zaman batu menengah (Mesolitikum)

berupa gua-gua yang terdapat di daerah pantai seperti di pantai-pantai Sulawesi

Selatan. Peninggalan yang berupa bukit kerang diketemukan di daerah Sumatera

selatan, berdasarkan bukti-bukti berupa sisa-sisa sampah maka dapat dipastikan pada

zaman batu menengah sudah didirikan rumah panggung.

Pada zaman Neolitikum kebudayaan masyarakatnya mulai berkembang dengan

dibuatnya rumah dari kayu dan bambu yang sampai sekarang masih tersisa di beberapa

daerah di wilayah Indonesia. Selain bangunan dari bahan kayu dan bambu, pada zaman

batu besar dikenal pula bangunan yang terbuat dari batu untuk keperluan keagamaan

dan kepercayaan, seperti :

o Dolmen (bangunan makam)o Punden (bangunan berundak)o Menhir (bangunan tugu) o Dalam bentuk perabot seperti : meja batu, kursi batu, tahta batu, dsb.

Dolmen

2) Karya Seni patung

Karya seni patung Indonesia pada zaman pra-sejarah mulai dikenal pada zaman

Neolitikum berupa patung-patung nenek moyang dan patung penolak bala. Gaya

patungnya disesuaikan dengan bahan baku yang digunakan, yaitu batu, kayu serta

bahan lainnya, selain itu patungnya juga banyak dipengaruhi seni ornamentik. Hasil-hasil

peninggalan di Jawa Barat menunjukan bahwa patung-patung memiliki ukuran besar

dengan gaya statis, frontal dan bersifat monumentalis. Sedangkan yang ditemukan di

daerah Pasemah (Sumatera Selatan) gayanya lebih dinamis dan fiktural. Di daerah lain

seperti di daerah Nias, Toraja dan Dayak pada zaman Megalitikum sampai saat ini masih

ditemukan peninggalan karya patung. Contoh seni patung hasil peninggalan zaman batu,

seperti Arca Batu Gajah yaitu batu besar yang dihiasi seseorang yang sedang

menunggang binatang buruan, contoh lain yaitu Arca batu yang menampakan seseorang

laki-laki menegendarai seekor lembu.

Arca Batu Gajah

b. Karya Seni Rupa Zaman Perunggu

Perkembangan zaman perunggu di Indonesia merupakan pengaruh dari kebudayaan

Dongson. Kebudayaan perunggu Dongson yang berasal dari Yunan Indochina masuk ke

Indonesia bersama datangnya bangsa Melayu-Muda, merekalah yang yang

memperkenalkan teknik pengecoran dan penuangan perunggu untuk membuat benda-

benda seni dan benda-benda pakai sehari-hari.

Karya-karya seni yang terkenal yang terbuat dari perunggu antara lain :

1. Genderang Perunggu.

Ada dua jenis genderang perunggu, yaitu berbentuk langseng dinamakan dengan

Nekara yang digunakan sebagai genderang dalam upacara keagamaan. Pada bagian

badan genderang dipenuhi dengan motif-motif hiasan yang motifnya sama dengan

motif hias kebudayaan Dongson. Genderang perunggu yang paling besar yang

pernah ditemukan terdapat di Pejeng Bali. Genderang jenis lainnya dinamakan

dengan Moko, ukurannya lebih kecil dan langsing dari Nekara. Genderang jenis ini

digunakan sebagai bekal kuburan dan mas kawin.

Nekara Moko

2. Kapak Perunggu

Terdapat beberapa bentuk kapak perunggu, seperti ada yang berbentuk bulan sabit,

ada yang mirip sabit rumput dan ada yang sampai pegangannya dicor perunggu.

Kapak perunggu sering disebut dengan kapak sepatu, hal ini karena tempat

pegangannya yang khas seperti sepatu. Kapak jenis terakhir disebut dengan

Candrasa dan kapak ini hanya digunakan sebagai pelengkap upacara. Seperti halnya

pada Genderang Perunggu, kapak perunggu juga dikerjakan dengan teknik A Cire

Perdue. Benda-benda ini banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali,

Sulawesi Tengah dan Selatan, Irian serta di Pulau Selayar. Hiasan yang terdapat pada

kapak sama seperti halnya hiasan pada Genderang Perunggu yaitu motif

perlambangan dan motif geometri.

Kapak Corong

Candrasa

3. Bejana Perunggu

Bejana perunggu berbentuk seperti tempat air minum tentara, yang digunakan

untuk menyimpan abu sisa pembakaran jenazah atau benda keramat lainnya,

bejana inipun menampakan bentuk hiasan dengan motif perlambangan dan motif

geometri.

4. Perhiasan Perunggu

Yang termasuk ke dalam perhiasan adalah gelang-gelang, cincin, kalung, dan

sebagainya. Selain digunakan untuk perhiasan benda-benda ini juga dianggap

sebagai benda bertuah yang memiliki kekuatan magis.

2. Seni Rupa Zaman Klasik

Zaman ini merupakan awal zaman sejarah di Indonesia. Pada zaman itu sudah ditemukan

peninggalan berupa tulisan (prasasti), sehingga secara arkeologi dapat terungkap secara

autentik. Zaman ini ditandai munculnya kerajaan-kerajaan di wilayah Nusantara, sehingga

berpengaruh terhadap keseniannya yang bersifat istana sentris. Zaman ini juga disebut dengan

masa klasik.

Di tepi sungai Mahakam (Kutai), ditemukan prasasti peninggalan abad 5 SM. Kerajaan Kutai

meninggalkan 7 yupa, yaitu tugu yang bertulis suatu upacara korban. Huruf yang digunakan

adalah huruf Pallawa dan Sansekerta. Dalam prasasti itu dijelaskan bahwa adanya pengaruh

Hindu dan silsilah raja-raja Kutai. Prasasti inilah yang menandai bahwa telah mulainya

peradaban manusia di Indonesia dengan masuknya kebudayaan Hindu India ke dalam

kebudayaan bangsa Indonesia.

Peninggalan seni rupa yang menonjol pada zaman Hindu-Budha adalah candi, relief dan

arca. Prasasti adalah batu yang berisi tulisan tentang suatu peristiwa atau upacara tertentu yang

dilakukan oleh orang-orang di lingkungan kerajaan. Candi adalah tempat melakukan upacara

keagamaan pemujaan kepada Dewa-Dewa, candi juga ada yang berfungsi sebagai tempat

penghormatan para raja yang diyakini sebagai titisan Dewa. Relief adalah pahatan yang

digunakan untuk menghiasi bangunan candi. Dan Arca adalah patung menampakan bentuk

binatang, manusia, dan Dewa-Dewa yang ditempatkan di bangunan candi.

Candi merupakan peninggalan zaman Hindu-Budha yang paling megah dan agung, karena

orang pada zaman klasik membangun candi adalah untuk tujuan yang agung yaitu untuk fungsi

spiritual sehingga pembangunannya memperhitungkan batasan-batasan kepercayaan.

Istilah candi berasal dari kata Candika Grha yang artinya rumah Dewi Candika. Dewi Candika

disebut juga Dewi Durga atau Dewi Maut. Dewi inilah yang menjadi pujaan orang Hindu pada

zaman itu. Karena itulah mereka membangun candi dengan harapan mendapat perlindungan

dari Dewi Durga dalam kematiannya. Itu sebabnya juga pada zaman itu candi kebanyakan

berfungsi sebagai kuburan para raja. Namun pada perkembangan selanjutnya, fungsi candi

menjadi bermacam-macam, di antaranya adalah :

1) Sebagai biara, contohnya Candi Sari2) Sebagai kuburan abu jenazah, contohnya candi-candi Budha3) Sebagai tempat semadi, contohnya Candi Jalatunda4) Sebagai tempat pemujaan, contohnya Candi Penataran5) Sebagai pemandian, contonya Candi Belahan6) Sebagai Gapura, contohnya Candi Bajangratu.

Pada prinsipnya, struktur bengunan candi terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

a. Kaki Candi (prasada), tempat menyimpan abu jenazah;b. Badan atau tubuh candi (garbhagrha);c. Atap atau kepala candi (sikara)

Bagian puncak candi dinamakan Mahkota. Mahkota Candi Hindu berbentuk Utpala lingga,

sedangkan Budha berbentuk stupa, ratna dan amalika.

Periodisasi kerajaan-kerajaan di Indonesia pada zaman Hindu-Budha dapat digolongkan

menjadi:

1. Seni Rupa Hindu-Budha di Jawa Tengah

Candi zaman Wangsa Sanjaya

Pada zaman ini kebanyakan candi dibangun diperbukitan Jawa Tengah bagian Utara. Bentuk

dan hiasannya umumnya masih sederhana yang menampakkan pengaruh seni India

(Pallawa). Candi-candi peninggalan zaman Wangsa Sanjaya, antara lain :

1) Kelompok Candi Dieng, yang terdiri dari candi-candi Syiwa yaitu Candi Bhima, Candi

Puntadewa, Candi Dwarawati, Candi Sumbadra, Candi Arjuna, Candi Semar dan Candi

Srikandi.

2) Kelompok Candi Gedongsongo, yaitu kelompok candi yang terdiri dari 9 buah candi

yang kecil-kecil. Candi ini bercorak Hindu. Kelompok candi ini berada di lereng Gunung

Ungaran, Semarang. Kesembilan candi tersebut memiliki struktur bangunan yang sama.

3) Candi Selagriya dan Candi Pringapus. Letak kedua candi ini berjauhan, yaitu Candi

Selagriya di Gunung Sindoro dan Candi Pringapus di Gunung Sumbing. Namun keduanya

memiliki struktur bangunan dan gaya yang sama seperti Candi gedongsongo.

Candi zaman Wangsa Syailendra

Pada masa ini masuknya pengaruh Budha dan bercampur dengan pengaruh Hindu. Aliran

Budha Mahayana dan Hindu Syiwa telah mampu berakulturasi dengan kebudayaan

Indonesia asli. Pada zaman itu juga telah mampu menghasilkan bangunan candi-candi yang

luar biasa. Adapun candi-candi peninggalan Wangsa Syailendra antara lain :

1) Candi Kalasan, yaitu candi yang didirikan pada tahun 778 M untuk menghormati

Bodhisatwa Tara sebagai lambang Wangsa Syailendra. Candi ini bercorak Budha.

2) Candi Sari, yaitu candi yang difungsikan sebagai tempat bersemadi para pendeta Budha.

Candi ini pada mula disebut sebagai Mutiara candi-candi di Jawa karena kemolekannya.

3) Candi Mendut, yaitu candi yang masih kental dengan pengaruh kebudayaan Gupta dari

India. Bentuk dasar candi ini adalah bujursangkar, sedangkan reliefnya menceriterakan

tentang Bodhisatwa.

4) Candi Borobudur, yaitu candi terbesar dalam sejarah seni rupa klasik di Indonesia.

Struktur bangunannya dibuat bertingkat menyerupai punden berundak-undak yang

berjumlah 9 tingkatan. Candi Borobudur dibagi menjadi 3 lorong. Masing-masing lorong

(tingkatan) mempunyai nama dan fungsi tersendiri.

Tingkatan-tingkatan tersebut adalah:

a. Kamadhatu adalah tingkatan yang paling bawah (kaki) candi. Bagian ini dihiasi

ukiran (relief) yang menceriterakan lambang-lambang kehidupan di dunia yang

penuh dengan kesengsaraan dan kejahatan.

b. Rupadhatu adalah badan candi yang mempunyai hiasan relief yang menceriterakan

sejarah kehidupan Sidharta Gautama sebagai Budha.

c. Arupadhatu adalah tingkatan candi yang paling atas yang terdiri dari stupa-stupa

kecil dan arca Budha dengan sikap mudra. Di tengah-tengah tingkatan ini terdapat

stupa besar. Candi Borobudur dilengkapi dengan patung/arca sebanyak 505 buah.

Hal inilah yang menunjukan bahwa pada zaman itu seni rupa telah berkembang

dengan baik.

Relief pada Candi Borobudur Arca Budhadi Candi Borobudur

5) Kelompok Candi Plaosan, yaitu gugusan candi Budha yang terdiri dari 2 candi induk dan

58 candi kecil yang mengelilingi seacara bujursangkar.

6) Kelompok Candi Sewu, yaitu kelompok candi Budha yang mempunyai bangunan induk

dan 250 buah candi perwara (penjaga) yang mengitari candi induknya. Candi induk

mempunyai denah kaki yang berbentuk segi dua puluh. Candi-candi perwara terdiri dari

gugusan candi Lumbung, gugusan candi Bubrak, gugusan candi Kulon, gugusan candi

Lor, dan gugusan candi Asu.

7) Kelompok Candi Prambanan, yaitu candi yang didirikan pada abad 9 M. Candi

Prambanan memiliki satu candi induk yang dinamakan Candi Çiwa, yang diapit oleh

Candi Brahma dan Candi Wisnu. Candi induk memiliki tinggi 47 meter. Candi induk ini

dilengkapi dengan candi perwara sebanyak 224 buah yang tingginya rata-rata 14 meter.

Candi perwara disusun empat baris secara berundak-undak. Candi Induk mempunyai

empat kamar penampil dan satu kamar utama. Masing-masing kamar berisi

patung/arca. Patung-patung tersebut adalah Patung Aghastya, Durga, Mahakala dan

Nandiswara. Di dalam kamar utama terdapat patung Çiwa Mahadewa. Di bawah patung

itulah abu jenazah raja Balitung dikuburkan. Kaki candi menampakan motif singa dalam

relung yang diapit pohon hayat dan kinara-kinari (makhluk setengah manusia setengah

burung). Candi ini bernafaskan Hindu Çiwa. Selain Arca dan motif hias di atas dinding

candi Prambanan juga dihias dengan relief yang menceriterakan kisah Ramayana.

Pembuatan relief tersebut dipengaruhi oleh seni Ellora dari India dengan corak relief

bersifat realistis dan dinamis.

2. Seni Rupa Zaman Hindu Budha di Jawa Timur

Seni Rupa Masa Peralihan

Setelah berakhirnya kekuasaan raja-raja di Jawa Tengah, maka pusat-pusat kerajaan beralih

ke Jawa Timur. Pada Masa Pemerintahan Airlangga, mulailah di Jawa Timur dibangun candi-

candi. Pada masa ini pembangunan candi-candi masih mendapat pengaruh gaya Jawa

Tengah, yang kemudian beralkulturasi dengan kebudayaan asli daerah Jawa Timur. Pada

umumnya candi pada masa ini mempunyai gaya campuran. Candi-candi peninggalan zaman

ini adalah sebagai berikut :

(1) Candi Belahan, yaitu candi yang berfungsi sebagai tempat penghormatan terhadap raja

Airlangga. Candi ini berada di pinggir kolam karena itu disebut juga candi Tirta.

Disebut candi Belahan karena candi ini dibangun dengan cara memahat dinding

karang sehingga bagian belakang candi tidak nampak. Sebagai penghormatan

terhadap raja Airlangga maka pada candi ini didirikan patung Dewa Wisnu yang diapit

Dewi Laksmi dan Dewi Sri. Patung-patung tersebut merupakan simbolis dari raja

Airlangga dan permaisurinya

(2) Candi Tikus, yaitu candi yang tergolong juga candi Tirta karena dibangun di tengah-

tengah kolam atau disebut juga Bale kambang. Candi berfungsi sebagai tempat

peristirahatan raja.

(3) Candi Jalatunda, yaitu candi yang memiliki struktur sangat sederhana. Hiasan reliefnya

hanya nampak pada relung yang menyerupai gua. Candi ini berfungsi sebagai tempat

raja bertapa.

Seni Rupa Zaman Singasari

Pada masa ini struktur candi sudah ditemukan bergaya Jawa Timur asli. Candi-candi Jawa

Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan gaya Jawa Tengah. Perbedaan corak atau gaya

tersebut antara lain :

Bentuk candi Jateng Bentuk candi Jatim

CORAK JAWA TENGAH CORAK JAWA TIMUR

a. Bentuk : tambunb. Atap : berundakc. Puncak berbentuk : ratna dan stupad. Hiasan pada pintu : kala makarae. Relief : timbul dan realistisf. Bagian terpenting dari bangunan

berada di tengah candig. Bahan : batu andesith. Arah depan : kebanyakan

menghadap ke Timuri. Ragam hias pakaian : terpengaruh

kebudayan Gupta Indiaj. Tema Arca : perlambangan Dewa-

Dewa

a. Bentuk : rampingb. Atap : berundak terpaduc. Puncak : berbentuk kubusd. Hiasan pintu : kepala kalae. Relief : datar, dekoratif

menyerupai wayangf. Bagian terpenting berada di

belakang candig. Bahan : batu andesit, kayu,

terakotah. Arah candi : kebanyakan

menghadap ke barati. Ragam hias pakaian : geometris

dan gununganj. Tema arca : perlambangan raja-raja

Candi-candi peninggalan zaman Singasari antara lain :

(1) Candi Kidal, yaitu candi yang berfungsi sebagai penghormatan raja Anusapati. Candi ini

berada di kabupaten Malang. Candi ini memiliki satu ruang di bagian atap. Di Bagian kaki

dihiasai motif garuda dan bejana amerta. Atapnya bercorak candi Wisnu.

(2) Candi Jago, yaitu candi yang berada di kecamatan Tumpang kabupaten Malang. Candi ini

berfungsi sebagai penghormatan raja Wisnuwardana.

(3) Candi Singasari, yaitu candi yang memiliki tinggi seperti menara. Denah kaki candi

berbentuk segi dua puluh. Susunan Candi Singasari sering disebut susunan candi

Pancayatna, karena pada persilangan candi terdapat 4 candi kecil. Keseluruhan candi

Singasari berjumlah 5 buah. Candi Singasari berada di kecamatan Singasari, Malang.

(4) Candi Jabung, yaitu candi yang tergolong unik kerena badan candi berbentuk selinder.

Bagian kaki candi berdenah segi dua puluh serta berundak.

Seni Rupa Zaman Majapahit

Pada zaman ini pengaruh dari India dan Jawa Tengah tidak nampak lagi sehingga boleh

dikatakan bentuk candi bergaya Indonesia asli. Pada pembuatan seni patung pun memiliki

corak tersendiri, yaitu :

(1) Corak hiasan statis dan kaku berwibawa (tidak realistis).(2) Arcanya berwajah orang Indonesia asli, bukan wajah orang India.(3) Ragam hias pada pakaian arca menggunakan ragam hiasa Indonesia.

(4) Terdapat arca menggunakan bahan terracotta (contoh patung wajah Gajah Mada)(5) Untuk relief, tokoh-tokoh yang nampak tidak hanya raja-raja tetapi juga rakyat jelata.

Candi-candi yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit antara lain :

Candi Penataran, yaitu candi yang dihiasi relief bercerita tentang kidung, Ramayana dan

Kresnayana. Candi ini memiliki denah persegi empat yang dibagi atas 3 halaman yaitu

halaman depan, tengah dan belakang. Halaman belakang merupakan tempat induk candi.

(1) Candi Surawana, yaitu candi yang berceritera tentang Arjuna Wiwaha.(2) Candi Kedaton, yaitu candi yang menceriterakan tentang Kresnayana.(3) Candi Selakelir, yaitu candi yang mengisahkan tentang kisah Panji.(4) Candi sumberjati, yaitu candi yang berada dekat Blitar.

3. Seni Rupa Zaman Islam

Dengan terdesaknya kebudayaan Hindu-Budha di Jawa akibat kedatangan kebudayan Islam,

maka perkembangan seni rupa bercorak Hindu-Budha di Jawa mengalami kemerosotan, namun

seni rupa Hindu-Budha ini tetap bertahan di daerah Bali bahkan lebih berkembang pesat. Karya-

karya seni rupa yang berkembang di Bali berupa bangunan Pura, bangunan Gapura Bangunan

rumah adat, Patung/Arca, Relief/ukiran, lukisan-lukisan, dan benda-benda kerajinan. Datangnya

kebudayaan Islam ke Indonesia sesungguhnya sejak berdirinya kerajaan Perlak, Samudra Pasai

dan Aceh. Kebuadayaan Islam yang masuk ke Indonesia bukanlah kebudayaan Islam yang asli

dari daerah kelahirannya melainkan merupakan kebudayan Islam yang telah mengalami

sinkretisasi dan alkulturasi dengan daerah-daerah yang disinggahinya.

Islam mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia, karena memiliki beberapa factor yang

memudahkan, yaitu :

1) Syarat-syarat memeluk Islam tidak sulit yaitu cukup mengucapkan dua kalimat Syahadat (ucapan kesaksian bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad SAW adalah utusan Allah.

2) Islam disebarkan dengan pendekatan kompromis yaitu dengan berusaha mengalkulturasikan Islam dengan kebudayaan setempat.

3) Islam tidak mengenal kasta, yaitu semua manusia mempunyai kedudukan tingkatan yang sama (yang membedakan tinggi rendahnya martabat orang adalah ketakwaan, amal dan tingkah laku). Hal itu yang senang diterima oleh masyarakat jelata seperti golongan waisya dan sudra.

4) Cara peribadatan Islam sangat mudah dan fleksibel yaitu cara beribadat yang gampang diikuti dan tidak menuntut biaya yang tinggi.

5) Penyebarannya tidak kentara yaitu melalui proses kegiatan seperti perdagangan, upacara adat, kesenian, perkawinan, dsb.

6) Tokoh-tokoh penyebarnya adalah para wali yang tindakannya dapat menjadi panutan dan teladan orang banyak.

7) Islam yang datang ke Indonesia sudah beralkulturasi dengan kebudayaan India yang juga berkebudayaan Hindu-Budha, sehingga ketika datang ke Indonesia yang juga Hindu-Budha, Islam telah mempunyai banyak kesamaan dan alkulturasi.

Karya seni rupa pada zaman Islam di Indonesia dapat digolongkan menjadi :

a. Seni Bangunan (seni arsitektur)

Adanya larangan memuja roh nenek moyang dan Dewa-Dewa, maka pada masa itu tidak

ada lagi pembangunan candi dan sebagai penggantinya muncul bangunan yang bercirikan

Islam.

Masjid, yaitu bangunan yang berfungsi sebagai tempat Islam menjalankan sholat. Para

Wali menggunakan kata sholat untuk melakukan sembahyang. Kata sembahyang diambil

dari kata sembah dan Hyang yang artinya menyembah Hyang Maha Kuasa yaitu Allah.

Bangunan mesjid masih menggunakan ciri-ciri Hindu-Budha agar peralihan ajaran yang

mereka sebarkan tidak kontradiktif.

Ciri-ciri tersebut nampak pada :

1) Denah dasar berbentuk bujursangkar menyerupai candi

2) Kaki mesjid berbentuk berundak-undak

3) Atap mesjid berbentuk tumpang menyerupai bangunan Meru di Bali, puncak atap berbentuk lingga Hindu dan stupa Budha (kubah)

4) Pintu gerbang dan menara berbentuk seperti candi-candi Jawa Timur.

Makam, yaitu bangunan untuk kuburan orang yang telah meninggal. Sebenarnya dalam

ajaran Islam ada larangan pembuatan makam secara permanent, hal ini dimaksudkan untuk

menghindari pengkultusan terhadap jenazah orang tertentu. Namun karena pada masa itu

kebudayaan Hindu-Budha masih hidup, dan Islam yang datang ke Indonesia sudah

beralkulturasi dengan kebudayaan India, maka pembangunan seni Islam di Indonesia juga

menghasil bangunan makam. Bangunan Makam biasanya terdiri dari pintu gerbang makam,

bangunan utama dan Nisan. Contoh bangunan makam yaitu makam Raja Sumenep, dan

makam Sunan Bayat.

Istana, yaitu bangunan yang merupakan pusat pemerintahan. Istana mempunyai

bangunan pelengkap, yaitu bangunan yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Umumnya

kerajaan-kerajaan Islam di Jawa mempunyai istana menghadap ke utara. Di depannya ada

alun-alun dan di barat alun-alun berdiri masjid besar. Dalam lingkungan Istana terdapat

pendopo, sitinggil, tempat duduk raja, tempat gamelan dsb. Pada bangunan istana pengaruh

Hindu-Budha masih terasa, hal ini nampak pada struktur bangunannya, bagian kaki

berundak dan atap limasan atau tumpang.

a. Seni Hias

Ada beberapa jenis karya seni yang dapat digolongkan ke dalam seni hias, antara lain:

1) Seni Ukir, yaitu merupakan seni pahat atau seni relief yang menggunakan motif-motif

hias. Pada masa islam motif hias yang digunakan adalah motif tumbuh-tumbuhan dan

terkadang huruf atau tulisan Arab. Motif hewan dan manusia tidak digunakan sebagai

motif hias karena adanya larangan dalam ajaran Islam untuk menggambarkannya.

2) Seni Kaligrafi, yaitu seni corak Islam asli yang menggunakan huruf Arab sebagai unsur

utama. Seni ini dapat ditemukan pada bangunan masjid, batu nisan, istana/keraton raja,

dsb.

3) Seni Wayang, yaitu wayang sebenarnya telah ada pada masa kerajaan Majapahit yang

menggunakan bahan kulit kayu waru, dengan bentuk yang bersifat realistis. Wayang

pada masa Islam telah mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah

Islam. Pada Masa Sunan Kalijaga, wayang dibuat dengan kulit binatang dan bentuknya

diubah menjadi bentuk ornamentik. Bentuk ini masih berlanjut sampai sekarang di Jawa.

B. Perkembangan Seni Rupa Modern dan Kontemporer

Perkembangan seni rupa modern di wilayah Nusantara tidak terlepas dari pengaruh

perkembangan seni rupa Eropa. Perkembangan ilmu dan teknologi sangat berdampak pada

perkembangan seni rupa, yaitu munculnya gagasan-gagasan yang baru yang berbeda dan berciri

khusus. Perkembangan ilmu pengetahuan berbeda dengan perkembangan seni rupa.

Ilmu pengetahuan berkembang sebagai kelanjutan dari ilmu sebelumnya, sedangkan perkembangan

seni rupa merupakan reaksi dari aliran sebelumnya, sehingga antara aliran yang satu dengan yang

lainnya berbeda. Penjelasan tentang aliran seni rupa modern telah diulas pada Bab I. Beikut ini akan

diulas tentang beberapa karya-karya seni rupa murni modern di Nusantara, yaitu :

1 Masa Perintisan (1826-1880), perkembangannya diawali oleh pelukis Raden Saleh. Berkat

pengalamannya belajar menggambar dan melukis di luar negeri seperti di Belanda, Jerman,

Perancis, beliau dapat merintis kemunculan seni rupa Modern di Indonesia. Corak lukisannya

beraliran Romantis dan Naturalis. Aliran Romantisnya menampilkan karya-karya yang

berceritera dahsyat, penuh kegetiran seperti tentang perkelahian dengan binatang buas.

Sedangkan gaya naturalisnya sangat jelas nampak dalam melukis potret.

“Merapi” karya Raden Saleh

2 Masa Indonesia Jelita, masa ini merupakan kelanjutan dari masa perintisan setelah pakum

beberapa saat karena meninggalnya Raden Saleh. Kemudian munculah seniman Abdullah Surio

Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah.

Pelukis-pelukis Indonesia yang lain seperti Pirngadi, Henk Ngantung, Suyono, Suharyo, Wakidi,

dll. Masa ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena pelukisnya melukiskan tentang

kemolekan/keindahan obyek alam. Pelukis hanya mengandalkan teknik dan bahan saja. Karya

Abdullah SR. (Pemandangan di sekitar Gn. Merapi, Pemandangan di Jawa Tengah, Dataran Tinggi

di Bandung), karya Pirngadi (Pelabuhan Ratu), karyaBasuki Abdullah (Telanjang, Pemandangan,

Gadis sederhana, Pantai Flores, Gadis Bali, dll.)

Lukisan Karya Dullah Lukisan karya Heng Ngantung

3 Masa Cita Nasional, pada masa ini di Indonesia sedang terjadi pergolakan. Bangsa Indonesia

berjuang untuk mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain, terutama hak untuk

merdeka dari penjajahan asing. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, seperti dalam bidang

kesenian yang berusaha mencari ciri khas Indonesia. Pelopor masa ini yang dikenal memilki

semangat tinggi adalah S. Sdjojono, ia tidak puas dengan kehidupan seni rupa Jelita yang serba

indah, karena dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda bangsa Indonesia.

Sebagai langkah perjuangannya maka S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama kawan-

kawannya mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi bertujuan untuk

mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan mencari corak Indonesia asli. Konsep persagi itu

sendiri adalah semangat dan keberanian, bukan sekedar kecakapan melukis melainkan melukis

dengan tumpahan jiwa. Karya-karya S. Sudjojono (Di depan kelambu terbuka, Cap Go Meh,

Jongkatan, Bunga kamboja), karya Agus Jayasuminta (Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam

Taman Nirwana), karya Otto Jaya (Penggodaan, Wanita impian).

4 Masa Pendudukan Jepang, kegiatan melukis pada masa ini dilakukan dalam kelompok Keimin

Bunka Shidoso. Tujuannya adalah untuk propaganda pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya.

Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai Nippon dan diawasi oleh seniman Indonesia, Agus

Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, dan Henk Ngantung. Untuk kelompok asli Indonesia

berdiri kelompok PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang mendirikan kelompok ini

adalah tokoh empat serangkai yaitu Ir. Sukarno, Moh. Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas

Mansyur. Khusus yang menangani bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis

yang ikut bergabung dalam Putra diantaranya Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll. Pada

masa ini para seniman memiliki kesempatan untuk berpameran, seperti pameran karya dari

Basuki Abdullah, Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, dan Otto Jaya.

Lukisan karya Affandi

5 Masa Sesudah Kemerdekaan, setelah Indonesia merdeka bermunculanlah kelompok-kelompok

seniman lukis Indonesia, diantaranya:

a) Sanggar Masyarakat (1946) dipimpin Affandi, kemudian diganti nama menjadi SIM (Seniman Indonesia Muda) yang dipimpin oleh S. Sudjojono;

b) Pelukis Rakyat (1947), Affandi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM dan mendirikan Pelukis Rakyat dipimpin oleh Affandi;

c) Perkumpulan Prabangkara (1948);d) ASRI (Akademi Seni Rupa (1948), tokoh-tokoh pendirinya RJ. Katamsi, S.Sudjojono,Hendra

Gunawan, Jayengasmoro, Kusnadi dan Sindusisworo;e) Tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh

Prof. Syafei Sumarya, Mochtar Apin, Ahmad Sadali, Sujoko, Edi Karta Subarna;f) Tahun 1955, berdiri Yin Hua oleh Lee Man Fong ( perkumoulan pelukis Indonesia keturunan

Tionghoa);g) Tahun 1958, berdiri Yayasan seni dan desain Indonesia oleh Gaos Harjasumantri dkk;h) Tahun 1959, berdiri Organisasi Seniman Indonesia oleh Nashar dkk.

6 Masa Pendidikan Formal (1950), Pengembangan seni rupa melalui pendidikan formal. Lembaga

Pendidikan yang bernama ASRI yang berdiri tahun 1948 kemudiaan secara formal tahun 1950

Lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan untuk mencetak seniman-seniman dan

calon guru gambar. Pada tahun 1959 di Bandung dibuka jurusan Seni Rupa ITB, kemudian dibuka

jurusan seni rupa disemua IKIP diseluruh Indonesia.

7 Masa Seni Rupa Baru, pada sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis.

Kelompok ini menampilkan corak baru dalam seni lukis Indonesia yang membebaskan diri dari

batasan-batasan seni rupa yang telah ada. Konsep kelompok ini adalah:

b) Tidak membedakan disiplin seni;c) Menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan penciptaan seni;d) Mendambakan kreatifitas baru;e) Membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan;f) Bersifat eksperimental.

Seniman muda yang mempelopori kelompok ini adalah Jim Supangkat, S. Prinka, dan Eri Supria.

SELESAI