bab ii kajian teoretis dan kerangka berpikirrepository.ump.ac.id/6931/3/sunaryati bab ii.pdf · 2....
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teoretis
1. Pembelajaran Tematik
Pengajaran atau pembelajaran adalah cara (perbuatan dsb) mengajar atau
mengajarkan (Poerwadarminta, 2002: 22). Kartalinata, S & Permana, J., 1997;
Raka Joni, 1983; Hasibuan & Mudjiono, 1995 dalam Suharjo (2006: 85)
menyatakan bahwa pembelajaran dapat diartikan dari beberapa sudut pandang,
seperti berikut:
a. Pembelajaran diartikan sebagai kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari guru kepada siswa.
b. Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses penggunaan seperangkat keterampilan (teaching as a skill) secara terpadu.
c. Pembelajaran dipandang sebagai suatu seni, mengutamakan penampilan (kinerja) guru secara unik yang berasal dari sifat-sifat khas, dan perasaan serta naluri guru.
d. Pembelajaran dipandang sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan belajar adalah berusaha
mengetahui sesuatu; berusaha memperoleh ilmu pngetahuan (kepandaian,
keterampilan). Contoh: belajar menulis.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran bagi siswa merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks
untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran bagi guru
merupakan cara atau perbuatan mengajar atau mengajarkan berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dari guru kepada siswa.
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
12
2. Hakikat Pembelajaran
Hakikat pembelajaran menurut Adi Waluyo (2000: 4) adalah sebagai
berikut:
a. Peristiwa pembelajaran, terjadi apabila subyek didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh pendidik.
b. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi dan media pembelajaran yang tepat.
c. Program pembelajaran dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem. d. Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. e. Materi pengajaran dan sistem penyampaiannya selalu berkembang.
Pada hakekatnya pembelajaran merupakan proses penciptaan stimulasi
kepada kelompok siswa, baik secara individu atau kelompok sehingga terjadi
proses belajar dalam diri siswa (Suharjo, 2006: 86). Pembelajaran tidak hanya
sekedar menyampaikan pesan dan materi pembelajaran kepada siswa, akan tetapi
merupakan kreatifitas professional yang menuntut guru untuk dapat menggunakan
keterampilan dasar mengajar secara terpadu, serta menciptakan sistem lingkungan
yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Guru perlu
menentukan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang menarik
dan tepat sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3. Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran menurut Adi Waluyo (2000: 5) adalah seperti
berikut:
a. merupakan suatu proses interaksi peserta dan pendidik, b. perubahan perilaku karena pengalaman, c. melalui proses berpikir, d. mempunyai tujuan, dan e. direncanakan dengan sengaja.
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
13
Menurut (Suharjo, 2006: 74) menyatakan bahwa karakteristik
pembelajaran dilandasi oleh prinsip-prinsip:
a. berpusat pada siswa, b. mengembangkan kreatif pada siswa, c. menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang , d. mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, e. menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan f. belajar melalui berbuat.
Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan
bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan,
empati, toleransi, dan kecakapan hidup siswa.
4. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya kegiatan belajar dan
mengajar Bahasa Indonesia. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar
komunikasi (Depdikbud, 1995: 34). Goodman menyatakan bahwa mengajar
bahasa pada hakikatnya adalah menciptakan kondisi yang kondusif yang
memungkinkan terjadinya proses belajar bahasa di kalangan siswa (Imam
Syafi’ie, 1995: 10).
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Hal ini relevan
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa kompetensi bahasa siswa
diarahkan ke dalam empat sub aspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan
mendengarkan.
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
14
Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan adalah terjadinya proses atau kegiatan yang memiliki
tujuan untuk menciptakan siswa mampu berkomunikasi secara jelas dan santun,
menunjukkan kegemaran membaca dan menulis, dan menunjukkan keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Mulyasa, 2006: 92-93).
Depdikbud (1995) menyatakan bahwa terdapat sepuluh pendekatan yang
dapat dipergunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar,
diantaranya pendekatan komunikatif dan pendekatan tematik. Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar (UU RI No. 20 tahun 2003: 6).
5. Hakikat PembelajaranTematik
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas rendah, yaitu kelas
I s.d III. Hal ini dikarenakan pada umumnya siswa kelas rendah masih melihat
segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), perkembangan fisiknya tidak bisa
dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Strategi
pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa, yakni
melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap
bermakna bagi siswa. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan
keterampilan, siswa tidak harus diberi latihan hafalan yang berulang-ulang (drill),
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
15
tetapi mereka belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang sudah dipahami.
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang
berdasarkan tema-tema tertentu yang dapat mencakup berbagai mata pelajaran.
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu jenis
model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa
(Depniknas, 2006: 5) Keterikatan beberapa mata pelajaran dengan tema dalam
pembelajaran tematik sangat mempengaruhi sikap belajar siswa. Hal-hal yang
bermanfaat dalam pembelajaran tematik, antara lain:
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan menggunakan berbagai kompetensi
mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata
pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak.
e. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
f. Siswa akan lebih bergairah belajar karena mereka berkomunikasi dalam situasi
yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan
sebagainya untuk mengembangkan keterampilan berbahasa sekaligus untuk
mempelajari mata pelajaran lain.
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
16
g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali
pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
Dalam pembelajaran tematik, perpindahan atau pergantian dari mata
pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain diusahakan tidak kentara. Kepada
siswa tidak perlu diberitahukan pelajaran apa yang sedang dipelajari pada saat itu.
Namun bagi guru tidaklah demikian. Pada saat guru melaksanakan pembelajaran
tematik dengan fokus mata pelajaran tertentu, guru harus sadar tentang kekhasan
mata pelajaran tersebut. Setiap mata pelajaran pada hakekatnya mempunyai
karakteristik sendiri – sendiri. Oleh sebab itu mengajarkan mata pelajaran yang
satu tentunya berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Demikian juga dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, arah dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Namun dalam hal ini penulis membatasi pada
satu keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menulis (Trianto, 2010 : 47 –
48).
Belajar berbahasa pada hakekatnya adalah belajar berkomunikasi, oleh
karena itu pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara
lisan maupun tertulis (Depdikbud, 1998: 49). Kita kenal istilah tema atau sub tema
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Tema hanyalah sebagai wahana, pengikat,
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
17
atau pembatas materi yang berfungsi sebagai pintu masuk atau penuntun menuju
ke materi.
Tema adalah suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan
pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik (Keraf Gorys, 1993:
108). Berdasarkan pengertian tema tersebut jelaslah bahwa sebuah tema atau
subtema adalah sebagai penunjuk jalan bagi guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan pengikat materi antar mata pelajaran.
6. Model Jaring Laba – Laba (Web)
Model jaring laba-laba (Web) menurut Trianto (2010) pada hakekatnya
adalah jaringan tema. Jaringan tema disebut juga pemetaan tema yaitu merupakan
bagian integral dari model pembelajaran terpadu yang banyak digunakan selama
ini. Guru memetakan tema jauh sebelum pembelajaran tematik dirancang. Model
pembelajaran terpadu itu sendiri menjadi model pembelajaran yang dipilih oleh
berbagai kalangan. Dalam pembelajaran terpadu, eksplorasi topik atau tema
menjadi alat pemacu utama bagi pelaksanaannya. Dengan demikian pemilihan
topik/tema serta menghubungkan antara satu tema dengan tema lainnya menjadi
persoalan penting yang harus dikuasai oleh pendidik maupun peserta didik.
Sebenarnya pembuatan jaringan tema merupakan implementasi dari
penerapan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (Web). Pembelajaran
model jaring laba-laba (Web) adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan
tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema
tertentu. Tema dapat ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, guru dan
guru. Setelah tema disepakati dikembangkan menjadi sub-sub temanya dengan
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
18
memperhatikan kaitannya dengan bidang studi. Pengembangan tema menjadi sub-
sub tema serta membuat pola keterkaitannya inilah yang kemudian membentuk
jaringan tema dan jika jaringan tersebut ditarik garis lurus maka terbentuklah
gambar menyerupai jaring laba-laba.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jaringan tema adalah pola
hubungan antara tema tertentu dengan sub-sub pokok bahasan yang diambil dari
berbagai bidang studi terkait. Dengan terbentuknya jaringan tema diharapkan
peserta didik memahami satu tema tertentu dengan melakukan pendekatan
interdisiplin berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Model pembelajaran merupakan konsepsi untuk mengajar suatu materi
dalam mencapai tujuan tetentu. Dalam model pembelajaran mencakup strategi,
pendekatan, metode maupun teknik. Contoh model pembelajaran, seperti: model
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, atau model
pembelajaran langsung. Model mempunyai 4 ciri khusus, yaitu: rasional teoritik
yang logis, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku belajar mengajar
yang diperlukan untuk berhasilnya pelaksanaan model, dan lingkungan belajar
yang mendukung. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran,
seringkali siswa menggunakan berbagai macam keterampilan, prosedur
pemecahan masalah, dan berpikir kritis. (Suminarsih, 2007).
Ruseffendy (1980) dalam (Suminarsih, 2007) memberikan klarifikasi
tentang strategi, pendekatan, metode dan teknik, sebagai berikut:
a. Strategi mengajar adalah seperangkat kebijakan yang dipilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu: 1) Pemilihan materi pelajaran (guru atau murid). 2) Penyaji materi pelajaran (perorangan, kelompok, atau belajar mandiri).
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
19
3) Cara materi pelajaran disajikan (induktif atau deduktif, analisis atau sintesis,formal atau non formal).
4) Sasaran penerima materi pelajaran (perorangan, kelompok, heterogen atau homogeny).
b. Pendekatan adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi pelajaran tersebut disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif, atau mempelajari operasi perkalian dengan pendekatan kartesius, demikian juga bagaimana siswa memperoleh, mengorganisasi, dan mengkomunikasikan hasil belajarnya lewat pendekatan keterampilan proses.
c. Metode mengajar adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing,dan sebagainya.
d. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran, serta kesiapan siswa.
Trianto (2011) dalam bukunya menyebutkan bahwa pembelajaran
terpadu model jaring laba-laba (Webbed) adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai
dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara
guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema
tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan
kaitannya dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang lain.. Dari sub-sub tema ini
dikembangkan langkah-langkah dan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
Model jaring laba-laba (Web) memiliki beberapa kelebihan bagi guru
maupun siswa. Kelebihan dari model jaring laba-laba meliputi: (1) penyeleksian
tema sesuai dengan minat akan dapat memotivasi anak untuk belajar, (2) lebih
mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman, (3) memudahkan
perencanaan, (4) pendekatan tematik dapat memotivasi siswa, dan (5)
memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-
ide berbeda yang terkait.
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
20
Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain: a. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak
dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran.
b. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.
c. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan.
d. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang.
e. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain: a. Dapat lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar. b. Menghilangkan batas semu antarbagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integratif. c. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan
minat, kebutuhan, dan kecerdasan sehingga siswa merasa didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
d. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. e. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga
meningkatkan apresiasi dan pemahaman. (Trianto, 2011 : 160-161)
7. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis termasuk keterampilan berbahasa produktif yaitu
keterampilan mencipta dan menyajikan bahasa. Keterampilan produktif terdiri
dari keterampilan berbicara dan keterampilan menulis (Alwasilah Chaedar, 2011).
Pada makalah yang ditulis oleh Mujianto Paulus (2005) pada sub bab
tertulis judul Menulis, Membelajarkan Apa? Mujianto menyebutkan bahwa di
dalam kegiatan menulis bukan panjang tulisan yang diharapkan melainkan
kejelasan isi tulisan, efisiensi pemakaian kata dan pemilihan kata. Seseorang
semakin sering membaca akan semakin mudah dan lancar menulis bahkan
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
21
semakin baik mutu tulisannya. Bagaimanakah guru dapat meningkatkan
pengalaman siswa untuk membaca teks sampai berkali-kali jika guru hanya
memberi perintah kepada siswa untuk membaca berkali-kali? Kegiatan menulis
dapat dipadukan dengan kegiatan membaca. Beberapa contoh keterpaduan
misalnya, melanjutkan isi teks yang belum selesai, merangkai sejumlah kalimat
yang belum tertata secara urut dan runtut sehingga menjadi sebuah paragraf yang
padu.
Menulis adalah kegiatan sekaligus keterampilan yang terintegrasi,
bahkan menulis selalu ada dalam setiap pembelajaran, sama halnya dengan
membaca. Seseorang yang memiliki kemampuan menulis tidak harus menjadi
penulis, tetapi karena kita wajib terampil dalam berkomunikasi dengan bahasa
lisan dan tulisan.
Banyak orang salah mengira, bahwa menulis itu bagi penulis saja. Jika
seseorang tidak dapat menulis dengan baik, maka orang tersebut mungkin belum
dididik dengan benar, karena ciri khas individu terdidik adalah memiliki
kemampuan berkomunikasi dan berekspresi melalui media, salah satunya adalah
media tulisan. Sejarawan mengatakan bahwa peradaban manusia ditemukan ketika
ditemukan tulisan.
Orang yang pandai membaca belum tentu dapat menulis dengan baik,
begitu juga dengan keterampilan berbahasa yang lain. Hal ini terjadi karena
kemampuan menulis memnbentuk skema pemahaman struktur tulisan sehingga
kita mampu menelusuri teks bacaan dengan baik (Zainurrahman, 2011)
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
22
Arti kedua adalah bahwa sesungguhnya sebuah tulisan itu dinilai oleh
pembaca, bukan hanya sekedar dibaca. Banyak orang sering menulis tanpa
memperhatikan dan mempertimbangkan bagaimana tanggapan pembaca. Salah
satu Standar Kompetensi pembelajaran menulis adalah mampu mengekspresikan
berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting
karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh
peserta didik.
Kemampuan menulis yang dimiliki peserta didik sangat bermanfaat
dalam mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan dan pendapat, pemikiran,
dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan
kreativitas peserta didik dalam menulis. Kegiatan menulis sebagai suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung. Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan,
pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif.
Menulis tidak bisa terlepas dari keterampilan produktif lainnya, seperti aspek
berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta
pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda
baca.
Keterampilan menulis berkaitan erat dengan keterpelajaran seseorang.
Oleh karena itu, mereka dituntut untuk terampil menulis. Keterampilan menulis
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
23
tidak diperoleh secara serta merta. Seseorang yang ingin terampil menulis
haruslah berusaha dan berlatih secara terus-menerus. Karena hakikat keterampilan
menulis adalah (a) merupakan pemindahan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk
lambang bahasa (b) kemampuan menggunakan tata bahasa secara tertulis untuk
mengungkapkan gagasan atau pesan (c) mencakup berbagai kemampuan:
menguasai gagasan yang dikemukakan, menggunakan unsur-unsur bahasa,
menggunakan gaya, dan menggunakan ejaan dan tanda baca. Juga diungkapkan
bahwa pembelajaran keterampilan menulis memerlukan usaha sadar dalam
menuliskan kalimat, mempertimbangkan cara mengomunikasikan, dan mengatur
(Byrne, 1988 dalam Diknas, 2005). Menulis juga meletakkan simbol grafis yang
mewakili bahasa yang dapat dimengerti orang lain (Lado, 1964 dalam Diknas,
2005).
Pernyataan-pernyataan di atas menandai bahwa keterampilan menulis
merupakan salah satu keterampilan yang perlu pendampingan dan keseriusan
penanganannya agar mereka benar-benar mampu berkomunikasi secara tertulis
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun suatu
kenyataan, bahwa pembelajaran menulis pada peserta didik khususnya SD yang
dilaksanakan selama ini kurang produktif. Guru pada umumnya menerangkan
serta membelajarkan materi yang tertera pada kompetansi dasar dalam kurikulum
terutama yang terkait dengan Standar Kelulusan dalam ujian nasional. Sementara
pelatihan menulis yang sebenarnya jarang dibahas atau disampaikan, terutama
dalam penerapan tata bahasa seperti penggunaan tanda baca dalam menulis, ejaan
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
24
yang sesuai kaidah atau aturan, memadukan kalimat, menyatukan paragraf yang
baik kurang mendapat perhatian.
Keberhasilan pembelajaran bergantung pada faktor-faktor pendukung
yang efisien. Beberapa faktor mengajar yang perlu diperhatikan supaya
pembelajaran berlangsung baik adalah kesempatan untuk belajar, pengetahuan
awal peserta didik, refleksi, motivasi, dan suasana yang mendukung. Oleh karena
itu, dalam pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,
diharapkan dapat tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan peserta
didik melakukan aktivitas secara optimal untuk mencapai tujuan utamanya dalam
keterampilan menulis.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan
menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa,
dan kosa kata sehingga informasi yang disampaikan berterima oleh orang lain.
Keterampilan menulis tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis, melainkan
harus melalui latihan dan praktik secara terus-menerus. Dengan menulis secara
terus-menerus dan latihan yang sungguh-sungguh, keterampilan tersebut dapat
dimiliki oleh siapa saja. Keterampilan itu juga bukanlah suatu keterampilan yang
sederhana, melainkan menuntut sejumlah kemampuan. Betapapun sederhananya
tulisan yang dibuat, penulis tetap dituntut memenuhi persyaratan seperti yang
dituntut apabila menulis tulisan yang rumit.
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
25
Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini alokasi waktu pembelajaran
menulis dengan mencermati aturan ketatabahasaan di sekolah-sekolah relatif
sedikit. Kenyataan yang ada bahwa keterampilan menulis peserta didik masih
sangat memprihatinkan. Tulisan/karangan mereka banyak yang kurang sesuai
dengan aturan penulisan, baik dari segi ekspresi maupun bahasa: ejaan, tata tulis,
tata kalimat. Hal ini berdampak pada keterampilan menulis mereka belum
maksimal sehingga setelah para peserta didik menamatkan jenjang sekolah,
dikhawatirkan belum mampu menggunakan keterampilan berbahasa secara baik
dan benar.
8. Menulis Deskripsi
Tulisan deskriptif adalah tulisan yang bersifat menyebutkan karakteristik-
karakteristik suatu obyek secara keseluruhan, jelas, dan sistematis. Tompkins
dalam Zainurrahman (2011: 45) menyebutkan bahwa tulisan deskriptif adalah
tulisan yang seolah-olah melukiskan sebuah gambar dengan menggunakan kata-
kata. Tulisan deskriptif digunakan oleh penulis untuk menggambarkan sebuah
kadaan atau situasi, karakter obyek secara komprehensif, dengan mengandalkan
kosakata.
Menggambarkan adalah kata kunci dari pengertian tulisan deskriptif, dan
dengan dasar itulah dapat dipahami bahwa fungsi social tulisan deskripsi adalah
memberikan gambaran kepada pembaca. Penulis berusaha semaksimal mungkin
agar pembaca seolah-olah dapat melihat, mengalami, merasakan apa yang sedang
dideskripsikan.
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
26
Kosakata deskripsi adalah kata-kata yang dapat digunakan oleh penulis
untuk mendeskripsikan obyek. Penulis juga perlu menggunakan sensory detail
dalam menggambarkan obyek. Sensory detail adalah detil-detil obyek yang dapat
diindrai oleh penulis. Misalnya seorang siswa ingin menggambarkan sebuah
jeruk. Kosakata deskripsinya secara sensori detail dapat dibagi lima, misalnya
bentuknya bundar seperti bola, warnanya kuning kemerahan, (diindrai dengan
mata, yaitu melihat bentuk dan warnanya), aromanya segar seperti sitrus (diindrai
dengan hidung, yaitu mencium aroma), rasanya manis seperti jus (diindrai dengan
lidah, yaitu mengecap rasa), kulitnya halus (diindrai dengan tangan meraba).
Detail-detail seperti itu memberikan gambaran kepada pembaca untuk
membayangkan jeruk tersebut. Saya pikir menulis deskripsi bagi siswa sekolah
dasar akan menjadi sangat sulit jika tidak didukung oleh kemampuan penguasaan
kosakata. Jadi dapat disimpulkan bahwa mendiskripsikan sebuah obyek bagi
penulis harus kaya kosakata dan mampu menerjemahkan apa yang bisa diindrai
dari obyek dalam kata-kata.
Menulis deskripsi membutuhkan banyak informasi yang relevan dengan
topik yang akan dibahas atau ditulis. Informasi awal sebelum memulai menulis
sangat membantu penulis menghasilkan tulisan-tulisan yang diinginkan. Kesulitan
bagi seorang penulis adalah memulai menulis. Menentukan kata pertama bukanlah
hal yang mudah bagi calon penulis terlebih siswa kelas awal sekolah dasar. Kita
persiapkan benda sebagai fokus penggambaran dan pembahasan. Guru mengawali
dengan mendefinisikan obyek yang dibahas selanjutnya ke gambaran khusus
seperti bentuk, warna, jenis, manfaat, cara membuat, dan sebagainya
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
27
B. Kerangka Berpikir
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian yang bersifat menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran adalah proses interaksi antar anak dengan anak, anak
dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran
bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa
aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang
dipelajarinya.
Tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah
untuk meningkatkan keterampilan aspek berbahasa (mendengarkan atau
menyimak, membaca, menulis, dan berbicara) siswanya serta keterampilan
komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi.
Penciptaan pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan di
Sekolah Dasar bisa dijadikan sebagai langkah awal siswa untuk mampu
menguasai keterampilan berbahasa dan keterampilan berkomunikasi. Banyak
pendekatan dan strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran
bahasa Indonesia yang menyenangkan bagi siswa.
Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah kompetensi guru, motivasi belajar siswa, pemilihan pendekatan, strategi,
dan metode pembelajaran yang tepat. Sarana dan prasarana juga menjadi salah
satu penentu keberhasilan pembelajaran. Selama ini belum ada metode
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
28
pembelajaran tertentu yang terbaik, semua metode baik sepanjang guru pandai
memilih dan penerapannya tepat sesuai dengan materi yang diajarkan, tujuan
pembelajaran akan tercapai.
Belajar bahasa pada hakekatnya adalah belajar berkomunikasi, oleh
karena itu pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
penguasaan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
baik secara lisan maupun tertulis. Istilah tema atau subtema dalam pembelajaran
bahasa Indonesia sudah kita kenal sejak jaman dulu. Tema dijadikan penunjuk
jalan bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bahasa dalam pengertian sehari-hari adalah bahasa lisan sedangkan
bahasa tulis merupakan pencerminan kembali dari bahasa lisan itu. Kita ketahui
empat aspek keterampilan berbahasa yang hendak kita capai dalam pembelajaran
bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Isi dan bahan
pengajaran Bahasa Indonesia sesuai indikator pencapaian adalah mencakup tiga
komponen yaitu kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Bahan pengajaran
kebahasaan mencakup: lafal, ejaan dan tanda baca, kosakata, struktur, paragraf,
dan wacana. Bahan pengajaran pemahaman mencakup : mendengarkan dan
menyimak. Bahan pengajaran penggunaan meliputi : menulis dan berbicara.
Guru kelas awal sekolah dasar, khususnya yang peneliti amati telah
memadukan empat aspek keterampilan berbahasa. Diharapkan dalam
pembelajaran menulis berbahasa Indonesia semua komponen kebahasaan,
pemahaman, dan penggunaan terpadu atau terintegrasi sehingga keterampilan
menulis bagi siswa tercapai sesuai harapan atau target.
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
29
Munculnya kendala dan keluhan para guru bahwa mereka merasa
kesulitan dalam mengimplementasikan dan mengintegrasikan tiga komponen
kebahasaan ke dalam empat aspek keterampilan berbahasa. Masalah yng harus
segera diselesaikan adalah terbatasnya buku panduan bagi guru yang mestinya
bisa menjadi pedoman mengajar dan kesulitan para siswa untuk menyampaikan
pesan kepada pihak lain atau menerima pesan dari pihak lain baik secara lisan
maupun tulisan.
2. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna bagi siswa. Siswa mudah memusatkan perhatian pada
suatu tema tertentu dan pemahaman terhadap materi lebih mendalam dan
berkesan. Implikasi bagi guru, pembelajaran tematik dapat menghemat waktu
karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus.
Pembelajaran tematik secara resmi untuk dijadikan model pembelajaran
di kelas awal yaitu kelas I dan II adalah pada saat diberlakukannya kurikulum
2004, kemudian ketika diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
diamanatkan bahwa kelas I, II, dan III atau kelas awal pembelajarannya
menggunakan pendekatan tematik.
Pembelajaran tematik yang dilakukan guru kelas III SDN 1 Padamara
adalah keterpaduan empat keterampilan berbahasa dan lebih dikhususkan lagi
pada keterampilan menulis, yaitu mendeskripsikan benda. Guru membuat jaring
laba-laba untuk membawa pikiran anak menemukan kosa kata yang selanjutnya
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013
30
dirangkai menjadi suatu kalimat. Guru memberikan pengalaman langsung,
berpusat pada siswa, dan menerapkan prinsip belajar sambil bermain yang
menyenangkan. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai variasi
metode, seperti: tanya jawab, diskusi, latihan, demontrasi, dan yang lainnya.
Model Jaringan Laba-laba..., Sunaryati, Pascasarjana UMP 2013