bab ii kajian teoretis dan hipotesis 2.1 definisi hasil...

28
8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Definisi Hasil Belajar Tugas penting lainya yang harus dilakukan oleh seorang guru setelah melaksanakan proses belajar mengajar adalah menilai hasil belajar. Berbicara mengenai hasil belajar maka kita tidak akan terlepas dari apa yang disebut dengan penilaian karena penilaian tidak bisa dipisahkan dari proses belajar mengajar. Penilaian digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar. Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang di ukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikan. Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar tidak dinilai secara terpisah melainkan secara komprehensif.

Upload: lekhue

Post on 19-Aug-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Definisi Hasil Belajar

Tugas penting lainya yang harus dilakukan oleh seorang guru setelah

melaksanakan proses belajar mengajar adalah menilai hasil belajar. Berbicara

mengenai hasil belajar maka kita tidak akan terlepas dari apa yang disebut dengan

penilaian karena penilaian tidak bisa dipisahkan dari proses belajar mengajar.

Penilaian digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik.

Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar adalah guru. Guru

adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar.

Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan

terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan pencapaian

tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan

pendidikan bersifat ideal sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan

realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang di ukur sangat

tergantung kepada tujuan pendidikan. Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi

dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar tidak dinilai secara

terpisah melainkan secara komprehensif.

9

Gagne (dalam Suprijono, 2009: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar

diantaranya berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

keterampilan motorik, sikap analisasi nilai-nilai dan sikap. Informasi verbal

merupakan kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan pengetahuan melalui

bahasa baik lisan maupun tulisan, keterampilan intelektual yaitu kecakapan peserta

didik dalam menganalisis suatu fakta atau konsep, strategi kognitif mengarah kepada

kemampuan peserta didik dalam melakukan aktivitas kognitif, keterampilan motorik

berupa serangkaian gerakan jasmani dalam kegiatan pembelajaran dan sikap adalah

kemampuan dalam menolak atau menerima sesuatu.

Sudjana (2005:3) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang

mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotor yang di miliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar,

perilaku aktif dalam belajar adalah siswa, hasil belajar juga merupakan hasil proses,

belajar mengajar atau proses pembelajaran. Perilaku aktif pembelajaran adalah guru.

Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat di pandang dari dua sisi,

dari sisi siswa, hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental” yang lebih

baik dibandingkan pada saat pra belajar. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesaikannya bahan pelajaran.

Menurut Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2008: 22) membagi 3 macam hasil belajar yaitu, (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

10

Pada ketiga ranah tersebut Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2008: 22-32).

masih membagi dalam beberapa aspek :

1. Ranah Kognitif

Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis

yang biasa di ukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari enam aspek

yaitu :

a. Pengetahuan (C1): mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan di

simpan dalam ingatan

b. Pemahaman (C2): mengacu pada kemampuan memahami makna materi.

Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sesuatu yang dibaca atau

didengarnya, memberi contoh lain dari yang dicontohkan atau menggunakan

petunjuk penerapan kasus lain.

c. Aplikasi (C3): mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi

yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penguasaan aturan

dan prinsip.

d. Analisis (C4): mengacu pada kemampuan menguraikan materi kedalam

komonen-komponen atau fakor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan

di antara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat

lebih dimengerti.

e. Sintesis (C5): mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-

komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

11

f. Evaluasi (C6): mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap

nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

2. Ranah Efektif

Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan,

minat, sikap, kepatuhan, terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari lima

aspek yaitu:

a. Menerima: mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon

terhadap stimulasi yang tepat.

b. Sambutan: merupakan sikap dalam memberikan sikap aktif terhadap stimulus

yang dating dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan

partisipasi dalam suatu kegiatan.

c. Penghargaan: mengacu pada penilaian atau pentingnya mengaitkan diri dengan

objek atau kejadian tertentu dengan reaki-reaksi seperti menerima menolak, atau

tidak memperhitungkan.

d. Pengorganisasian: mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan

dalam kehidupan.

e. Karakteristik nilai: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai

kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi

pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan.

3. Ranah Psikomotor

Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang

12

melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri

dari enam aspek yaitu:

a. Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat,

antara dua perangsang berdasarkan perbedaan ciri-ciri fisik yang khas pada

masing-masing rangsangan.

b. Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan

memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian

gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan

d. Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu

rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa

memperhatikan lagi contoh yang diberikan

e. Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu

keterampilan, yang teridiri dari beberapa komponen dengan lancar, tepat dan

efisien.

f. Penyesuaian pola gerak: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan

dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan

menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

Dari ketiga kemampuan ini dijadikan dasar sebagai kemampuan yang harus

dimiliki oleh peserta didik untiuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam

menempuh pembelajaran selanjutnya. Menurut Ali Muhammad Syaikh Quthb

(2005:1) Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas

13

pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh

guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang

sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Di antara ketiga ranah tersebut,

ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat

memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan

keterampilan siswa sehingga lebih baik dari sebelumnya. Dalam setiap mengikuti

proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan

mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu

peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai

melalui proses belajar yang baik pula.

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Suprijono (2009: 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,

dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyelidiki bahan-

bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan

masalah yang dimaksud.

14

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Ada unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan presedur model pembelajaran

kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengolola kelas lebih efektif.

Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif

yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang

bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi

dengan sesama. (2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang

berkompoten menilai.

Menurut Rusman (2013: 202), pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok - kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam

model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang

berfungsi sebagai jembatan penghubung kea rah pemahaman yang lebih tinggi,

dengan catatan siswa sendiri, tetapi juga harus membangun pengetahuannya dalam

pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung

dalam menciptakan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk

menemukan dan menerapkan ide-ide mereka.

Menurut Sanjaya (2006: 239) dalam Rusman, Cooperative Learning

merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model

15

pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

dirumuskan. Pembelajaran kooperatif mewadahi siswa bagaimana siswa dapat

bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi

kooferatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa

harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam

kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap

kooperatif dengan sesame anggota kelompoknya.

Meskipun merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan

pembentukan kelompok, pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar

kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan

sekedar belajar kelompok. Suprijono (2009: 58) mengemukakan bahwa terdapat lima

unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan. Lima unsur

tersebut terdiri dari:

1. Positive interpendence (saling ketergantungan positif),

2. Personal responsibility (tanggungjawab perseorangan),

3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif),

4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota),

5. Group processing (pemrosesan kelompok).

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak

digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini

16

dikarenakan karena hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan

bahwa (1) penggunaan pembelajara kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap

toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat

memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan

mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

Secara umum, langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase.

Fase-fase tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Langkah-langkah

pembelajaran kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2: present information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning teams. Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6: provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

(Suprijono, 2011:65)

17

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partispasi siswadalam suatu kelompok

kecil untuk saling berinteraksi. Dalam system belajar yang kooperatif, siswa belajar

bekerja sama dengan anggota lainnya.

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation (GI)

Rusman (2013: 220) Strategi belajar koopertaf Grup Investigation (GI)

dikembangkan oleh Shormo sharan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Ide

model pembelajaran group investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap

konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman.

Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education

(Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas

seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk

belajar tentang kehidupan nyata. Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan

dalam model group-investigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen.

Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang

bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi

Grup Investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari

sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang

tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui

internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun

18

cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk

memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan

proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk

menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat

terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya

melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses

kelompok (group process skills). Melalui pembelajaran kooperatif dengan metode

Grup Investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam

pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian

dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam

membahas materi pembelajaran.

Mafune (2005:4) dalam Rusman model pembelajaran kooperatif tipe Grup

Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara

perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk

terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan

berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.

Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong

siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki

19

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses

kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide

dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah

kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual. Tujuan atau

misi dari metode Group Investigation ini adalah untuk mengembangkan kemampuan

siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial demokratik dengan

mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar-personal (kelompok)

dan kemampuan rasa ingin tau akademis.

Rusman (2013: 223) asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam

pengembangan model pembelajaran kooperatif Group Investigation, yaitu: (1) untuk

meningkatkan kemampuan kreativitas dapat ditempuh melalui proses kreatif menuju

suatu kesadaran dan pengembangan alat alat bantu yang secara eksplesit mendukung

kreativitas, (2) komponen emosional lebih penting dari pada intelektual, yang tak

rasional lebih penting dari pada yang rasional dan (3) untuk meningkatkan peluang

keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami

komponen emosional dan irrosional.

2.3.1 Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation (GI)

Suprijono (2009: 93) langkah-langkah model pembelajaran Group

Investigation antara lain:

1. Guru membagi siswa dalam kelompok

20

2. Guru beserta siswa memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-

permasalahan yang dapat dikembangkan dari topic-topik itu.

3. Guru bersama peserta didik menentukan metode penelitian yang dikembangkan

untuk memecahkan masalah.

4. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka

rumuskan

5. Peserta didik mempresentasikan hasil, oleh masing-masing kelompok.

6. Evaluasi

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation

1. Kelebihan

Kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif type Group Investigation antara

lain:

a) Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas

b) Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif

c) Rasa percaya diri dapat lebih meningkat

d) Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah

e) Mengembangkan antusiasme dan rasa pada Fisika

f) Meningkatkan belajar bekerja sama

g) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.

2. Kelemahan

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif tipe Grouf

Investigation juga memiliki kelemahan yaitu antara lain:

21

a) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI

b) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif

c) Sulitnya memberikan penilaian secara personal

Berdasarkan pemaparan mengenai model pembelajaran GI tersebut, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih

aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu

persoalan dan mereka mencari sendiri secara penyelesaiannya. Dengan demikian

mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya,

sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka

waktu yang cukup lama.

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non Examples

Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut

Examples and Non-Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan

gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode

yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang

bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan

permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang

disajikan.

Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat

melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang

digunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada

dibelakang dapat juga melihat dengan jelas. Penggunaan media gambar ini disusun

22

dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk

diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model

Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis

siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga

digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat

perkembangan siswa kelas rendah.

Utri A, (2010: 21) Model Pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non

Examples adalah model belajar yang menggunakan contoh-contoh (contoh dan

bukan contoh). Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus/gambar yang relevan

dengan kompetensi dasar. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang

menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples

memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang

sedang dibahas.

Suprijono (2009: 125) mendeskripsikan langkah-langkah pelaksanaan

pembelajaran metode Examples Non Examples sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.

3. Guru member petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisa gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar

tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

23

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai

tujuan yang ingin dicapai.

7. Simpulan.

Kelebihan metode pembelajaran Examples Non Examples yaitu : (1) Siswa

lebih kritis dalam menganalisis gambar, (2) Siswa mengetahui Aplikasi dari materi

berupa contoh gambar, (3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya. Sedangkan kekurangan metode pembelajaran Examples Non Examples

yaitu: (1) Tidak semua materi disajikan dalam bentuk gambar, (2) Memakan waktu

yang lama

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan yaitu

Metode Examples Non Examples adalah metode yang menggunakan media gambar

dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk

belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang

terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. sintaks yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Guru mempersiapkan gambar-gambar

sesuai dengan tujuan pembelajaran. (2) Guru menempelkan gambar di papan atau

ditayangkan melalui OHP. (3) Guru member petunjuk dan memberi kesempatan pada

siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar. (4) Melalui diskusi kelompok 2-3

orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. (5) Tiap

kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. (6) Mulai dari

komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin

dicapai. (7) Kesimpulan

24

2.5 Langkah-Langkah Model Group Investigation dengan Examples Non

Examples

Langkah-langkah pelaksanaan Pembelajaran Model Group investigation dan

Examples Non Examples sebagai berikut (a) Guru mendemonstrasikan di depan kelas

dengan membakar lilin menggunakan korek api, kemudian siswa diminta

mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa tersebut (b) Guru

mengarahkan pada topik perubahan wujud zat (c) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran Guru membagi siswa dalam enam kelompok yang anggotanya 5 orang

(d) Guru beserta siswa memilih topik-topik berdasarkan gambar yang telah di

sediakan (e) Menentukan permasalahan yang ada dalam gambar tersebut. (f) Guru

memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis

gambar melalui LKS (g) Guru bersama peserta didik menentukan metode penelitian

yang dikembangkan untuk memecahkan masalah (h) Guru membimbing siswa dalam

belajar keolmpok (i) Melalui diskusi kelompok, hasil diskusi dari analisis gambar

tersebut dicatat pada kertas (j) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil

diskusinya (k) Memberikan pengakuan atau penghargaan kepada siswa ataupun

kelompok yang hasil kerjanya baik, (l) Guru membimbibing siswa dalam membuat

kesimpulan materi perubahan wujud zat (m) Guru melakukan evaluasi pembelajaran

(n) Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam

25

2.6 Tinjauan Materi Perubahan Wujud Zat

2.6.1 Wujud Zat

Banyak benda yang dapat dilihat dan dijumpai di kehidupan sehari-hari.

Misalnya pensil, kacamata, batu, kursi, air, balon berisi udara, tabung LPG berisi gas,

es, baja, dan daun. Berbagai macam benda yang kita jumpai memiliki kesamaan,

yaitu benda-benda tersebut memerlukan ruang atau tempat untuk keberadaannya. Air

di dalam gelas, menempati ruang bagian dalam gelas itu, batu di pinggir jalan

menempati ruang di pinggir jalan di mana ruangan itu tidak ditempati oleh benda lain

sebelum batu itu disingkirkan.

Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Menempati

ruang berarti benda dapat ditempatkan dalam suatu ruang atau wadah tertentu

sedangkan massa benda dapat diukur baik dengan perkiraan atau dengan alat tertentu

seperti neraca. Dua zat tidak dapat menempati ruang yang sama dalam waktu

bersamaan. Setiap zat/materi terdiri dari partikel-partikel/molekul-molekul yang

menyusun zat tersebut.

Banyak benda yang dapat dilihat dan dijumpai di kehidupan sehari-hari.

Misalnya pensil, kacamata, batu, kursi, air, balon berisi udara, tabung LPG berisi gas,

es, baja, dan daun. Berbagai macam benda yang kita jumpai memiliki kesamaan,

yaitu benda-benda tersebut memerlukan ruang atau tempat untuk keberadaannya. Air

di dalam gelas, menempati ruang bagian dalam gelas itu, dan batu di pinggir jalan

menempati ruang.

26

Udara dalam balon menempati ruang bagian dalam balon itu. Manusia juga

menempati ruang, misalkan dalam lift hanya cukup ditempati paling banyak 10 orang

dewasa, lebih dari itu ruang dalam lift tidak mencukupi lagi. Benda atau zat juga

memiliki massa, sebagai contoh batu bila ditimbang dengan neraca menunjukkan

nilai massa tertentu. Balon berisi udara bila dibandingkan massanya dengan balon

yang kempes, akan lebih berat balon berisi udara. Hal itu menunjukkan bahwa udara

memiliki massa. Dapat disimpulkan bahwa zat adalah sesuatu yang memiliki massa

dan menempati ruangan

2.6.2 Zat Menurut Wujudnya

Menurut wujudnya zat digelongkan menjadi tiga macam yaitu :

1. Zat Padat

Zat padat adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume tetap. Dilihat dari

susunan molekul dan ikatan antarmolekulnya, zat padat mempunyai susunan

molekul yang teratur dan gaya tarik-menarik antarmolekulnya yang kuat.

Contoh zat padat antara lain batu, meja, kapur tulis, papan tulis, dan pensil. Ciri

zat cair yaitu bentuknya tetap misalnya kelereng yang bentuknya bulat,

dipindahkan ke gelas akan tetap berbentuk bulat. Begitu pula dengan

volumenya. Volume kelereng akan selalu tetap walaupun berpindah tempat ke

dalam gelas. Hal ini disebabkan karena daya tarik antarpartikel zat padat sangat

kuat. Pada umumnya zat padat berbentuk kristal (seperti gula pasir atau garam

dapur). Manfaat dari benda padat misalnya rumah, kendaraan dan jalan terbuat

27

dari benda padat. Komponen penyusun televisi dan radio juga terbuat dari

benda padat.

2. Zat Cair

Zat cair adalah zat yang mempunyai volume tetap, tetapi bentuknya selalu

berubah-ubah mengikuti tempatnya. Dilihat dari susunan molekul dan ikatan

antarmolekulnya zat cair mempunyai susunan molekul yang kurang teratur dan

jarak antarmolekulnya yang agak renggang sehingga gaya tarik menarik

antarmolekulnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan zat padat. Contoh zat

cair antara lain air sirop, air teh, dan air mineral. Sifat permukaan air yang

selalu mendatar Sifat tersebut dimanfaatkan oleh para tukang bangunan dalam

memastikan bahwa ketinggian tembok dalam suatu bangunan telah benar-benar

rata. Alat khusus yang biasa digunakan untuk mengukur rata atau tidaknya

tembok tersebut dinamakan dengan waterpass.

3. Zat Gas

Gas adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume yang tidak tetap. Hal ini

disebabkan karena susunan molekul-molekul gas sangat tidak teratur sehingga

gaya tarik-menarik antarmolekulnya sangat lemah. Udara merupakan gas yang

tidak dapat dilihat. Akan tetapi, kita dapat merasakan keberadaannya. Karena ada

aliran udara, pohon-pohon kecil terlihat bergerak-gerak. Udara dan asap

merupakan benda yang tergolong benda gas. Berbeda dengan benda padat dan

cair, gas sulit diamati. Hanya gas-gas tertentu yang dapat dilihat. Misalnya, asap

pembakaran dan asap knalpot kendaraan. Ciri dari gas di antaranya bentuk dan

28

volume berubah sesuai dengan tempatnya. Gas yang terdapat di dalam botol,

bentuk dan volumenya sama dengan botol. Partikel-partikel gas bergerak acak ke

segala arah dengan kecepatan bergantung pada suhu gas, akibatnya volumenya

selalu berubah.

2.6.3 Teori Partikel Zat

Partikel adalah bagian terkecil dari suatu zat yang masih memiliki sifat zat

tersebut. Sebagai contoh ketika kamu membuat teh manis dengan menggunakan gula

pasir. Saat gula pasir dimasukkan ke dalam air teh panas maka akan terjadi tumbukan

antara partikel-partikel gula pasir dengan partikel air sehingga gula pasir akan larut.

Gula pasir ini akan lebih cepat larut karena air yang kamu gunakan adalah air panas.

Pelarutan akan lebih cepat lagi jika kamu mengaduknya. Partikel-partikel gula pasir

dalam wujud cair bergerak ke seluruh air teh yang terdapat dalam gelas sehingga air

teh tadi menjadi manis. Hal ini menunjukkan bahwa jarak antarpartikel pada zat cair

cenderung lebih besar daripada jarak antarpartikel pada zat padat. Dengan demikian,

perubahan jarak antarpartikel inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan wujud.

Berikut ini adalah sifat antar partikel dari zat padat, cair dan gas.

1. Partikel Zat Padat

Zat padat mempunyai sifat bentuk dan volumenya tetap. Bentuknya tetap

dikarenakan partikel-partikel pada zat padat saling berdekatan, tersusun teratur

dan mempunyai gaya tarik antar partikel sangat kuat. Volumenya tetap

dikarenakan partikel pada zat padat dapat bergerak dan berputar pada

kedudukannya saja. Berikut ini gambar penyusun partikel zat padat.

29

Gambar 1 susunan partikel zat padat Sumber gambar: hamkasukau.wordpress.com Partikel-partikel zat padat memiliki sifat sebagai berikut :

a) Bentuk dan volumenya selalu tetap

b) Susunan partikelnya teratur dan sangat berdekatan

c) Partikel tidak dapat bergerak bebas

d) Gaya tarik-menarik antar partikel sangat kuat.

Posisi partikel yang relaif tetap menyebabkan zat padat memiliki bentuk dan

volume tetap. Gerakan partikel yang hanya bergetar menyebabkan zat padat tidak

dapat mengalir.

2. Partikel Zat Cair

Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volumenya tetap. Bentuknya

berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat cair berdekatan tetapi

renggang, tersusun teratur, gaya tarik antar partikel agak lemah. Volumenya tetap

dikarenakan partikel pada zat cair mudah berpindah tetapi tidak dapat

meninggalkan kelompoknya. Berikut ini gambar penyusun partikel zat cair

Gambar 2 Susunan partikel zat cair Sumber gambar: hamkasukau.wordpress.com

30

Pertikel-partikel zat cair memiliki sifat sebgai berikut :

a) Bentuk berubah sesuai dengan wadahnya, tapi volumenya selalu tetap

b) Susunan partikelnya agak teratur dan jarak antar partikel agak renggang.

c) Partikel-partikelnya dapat bergerak bebas dan dapat berpindah tempat.

d) Gaya tarik-menarik antar partikelnya lebih lemah.

e) Gerakan partikel lebih lincah dari pada zat padat

Jarak antar partikel yang tetap menyebabkan zat cair mempunyai volume yang

tetap, gerakan partikel yang lincah dan dapat berpindah posisi menyebabkan zat

cair dapat mengalir yang menyebabkan bentuk zat cair selalu mengikuti bentuk

wadahnya.

3. Partikel Zat Gas

Zat gas mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volume berubah-ubah.

Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikelpartikel pada zat gas berjauhan,

tersusun tidak teratur, gaya tarik antar partikel sangat lemah. Volumenya

berubah-ubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat bergerak bebas

meninggalkan kelompoknya. Berikut ini gambar penyusun partikel zat gas

Gambar 3 susunan partikel zat gas Sumber gambar: hamkasukau.wordpress.com

31

Ciri-ciri partikel zat gas, yaitu:

a) Bentuk dan volumenya selalu berubah mengikuti wadah dan ruangannya

b) Susunan partikelnya tidak teratur dan jarak antar partikel sangat berjauhan

c) Gaya tarik-menarik antar partikelnya sangat lemah

d) Pergerakan antar partikel sangat cepat.

2.6.4 Kohesi dan Adhesi

Gaya tarik-menarik antarpartikel ini dibedakan menjadi dua, yaitu: kohesi dan

adhesi. Kohesi adalah gaya tarik-menarik antarpartikel zat yang sejenis. Gaya kohesi

antar partikel zat padat memiliki kekuatan paling besar, kemudian zat cair dan gas.

Contoh kohesi adalah ikatan partikel-partikel zat untuk tetap menyatu membentuk

suatu benda. Gaya kohesi yang besar menyebabkan zat padat sulit di potong atau

dipatahkan. Gaya tarik kohesi menyebabkan partikel cenderung berkumpul dengan

zat sejenis, sedangkan Adhesi adalah gaya tarik-menarik antarpartikel zat yang tidak

sejenis. Gaya tarik adhesi menyebabkan partikel cenderung meninggalkan zat sejenis,

sebagai contoh adalah ketika tinta dituliskan pada sebuah kertas.

2.6.5 Meniscus

Meniscus adalah sifat fisik zat cair berupa kelengkungan pada permukaan zat

cair saat berada di dalam bejana atau tabung. Meniscus terbagi menjadi dua yaitu :

1. Meniscus Cekung

Yaitu keadaan permukaan zat cair yang bentuk melengkung ke bawah (cekung).

Meniskus cekung terjadi karena gaya tarik-menarik antarpartikel air dan kaca

32

(adhesi) lebih besar daripada gaya tarik-menarik antarpartikel air (kohesi).

Partikel air yang bersentuhan dengan dinding lebih tertarik ke dinding , oleh

karena itu posisi permukaan air di dinding tabung lebih tinggi dari pada posisi

permukaan air di tengah tabung. Sifat zat cair pada meniskus cekung adalah

membasahi dinding kaca dan naiknya permukaan zat cair pada pipa kapiler.

2. Meniscus Cembung

Yaitu permukaan zat cair yang tampak melengkung ke atas (cembung). Meniskus

cembung terjadi karena gaya tarik-menarik antarpartikel air dan kaca (adhesi)

lebih kecil daripada gaya tarik-menarik antar- partikel air (kohesi). Hal ini

menyebabkan raksa tidak membasahi dinding kaca.

2.6.6 Kapilaritas

Kapilaritas adalah meresapnya zat cair melalui celah-celah sempit atau pipa

kecil yang sering disebut sebagai pipa kapiler. Gejala ini disebabkan karena adanya

gaya adhesi atau kohesi antara zat cair dan dinding celah tersebut. Zat cair yang dapat

membasahi dinding kaca pipa kapiler memiliki gaya adhesi antara pipa kapiler

dengan dinding pipa kapiler lebih besar. Sedangkan zat cair yang tidak membasahi

dinding kaca pipa kapiler memilki gaya kohesi yang lebih besar. Hal ini akan

mempengaruhi tinggi rendahnya permukaan zat cair pada pipa kapiler. Contoh

peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

1. Naiknya air dari akar melalui pembuluh kayu pada batang tumbuhan.

2. Naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor minyak.

3. Naiknya air ke tembok sehingga tembok menjadi basah.

33

4. Meresapnya air pada tisu, kain pel, dan spons

2.6.7 Massa Jenis

Massa jenis merupakan ciri khusus dari suatu zat. Zat atau bahan berbeda

memiliki massa jenis bebrbeda pula. Dalam table 2 tercantum massa jenis beberapa

zat yang ada disekitar kita.

Table 2 Massa Jenis Beberapa Zat

Nama zat Massa zat

(kg/m3) (g/cm3) Hidrogen 0,09 0,00009 Oksigen 1,3 0,0013 Gabus 240 0,24

Alkohol 790 0,79 Minyak tanah 800 0,80

Es 920 0,92 Air 1000 1,0

Gula 1600 1,6 Garam 2200 2,2 Kaca 2600 2,6

Aluinium 2700 2,7 Besi 7900 7,9

Tembaga 8900 8,9 Timah hitam 11300 11,3

Raksa 13600 13,6 Emas 19300 19,3

Massa jenis suatu benda yaitu perbandingan antara massa dengan volume

benda. Atau secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:

mv

34

Dimana,

= massa jenis benda (kg/m3) m = massa benda (kg) v = volume benda (m3)

Setiap zat mempunyai massa jenis yang berbeda-beda. Massa jenis zat tidak

dipengaruhi oleh bentuk benda. Walaupun bentuk benda berbeda-beda selama terbuat

dari jenis bahan yang sama maka massa jenis zat tersebut adalah sama.

2.6.8 Kajian Penelitian Yang Relevan

Dalam kajian ini penulis mengambil dua buah kajian yang relevan sebagai

acuan dan juga bisa dijadikan sebagai pembanding. Untuk kajian relevan, penulis

mengambil simpulan dari skripsi orang lain yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation dan kajian relevan yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Examples Non Examples.

1) Penelitian yang dilakukan oleh ibu Nova Surianto Mokoagow yang berjudul

pengaruh model pembelajaran kooperatig tipe Group Investigation terhadap

motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi kelas XI (suatu

penelitian di SMA Negeri 1 Limboto Tahun Ajaran 2012). Dari hasil penelitian

Nova Surianto Mokoagow menunjukan adanya perbedaan antara pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grouf Investigation

dengan pembelajarn konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil ketercapaian

belajar peserta didik yaitu 74,19% bila dibandingkan dengan pembelajarn

konvensional yang mencapai 34,63%.

35

2) Penelitian yang dilakukan oleh La Musa yang berjudul Pengaruh model

pembelajarn kooperatif tipe Examples Non Examples terhadap hasil belajar siswa

Geografi pada materi sumber daya alam (suatu penelitian di SMA Prasetya

Gorontalo Tahun Ajaran 2012). Dari hasil penelitian La Musa menunjukan

adanya perbedaan antara pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Examples Non Examples dengan pembelajarn konvensional. Hal

ini dapat dilihat dari hasil ketercapaian belajar peserta didik yaitu 85,66% bila

dibandingkan dengan pembelajarn konvensional yang mencapai 76,25%.

Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu yaitu subyek yang diberikan

tindakan dan tempat penelitiannya berbeda. Hasil belajar yang diperoleh pada

penelitian ini juga berbeda.

2.7 Hipotesis

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model

pembelajaran Kooperatif tipe Grup Investigation (GI) dan Model Examples Non

Examples dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

Examples Non Examples.