bab ii kajian pustaka problem dalam pengelolaan ...eprints.stainkudus.ac.id/1181/5/5. bab ii.pdf ·...

27
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA PROBLEM DALAM PENGELOLAAN ADMINISTRASI KURIKULUM A. Pengelolaan Administrasi Kurikulum 1. Pengertian Pengelolaan Administrasi Kurikulum Pengelolaan administrasi kurikulum terdiri dari 3 (tiga) kata yakni pengelolaan, administrasi dan kurikulum, sehingga terlebih dahulu dapat dijelaskan mengenai: a. Konsep Pengelolaan Kata pengelolaan dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung banyak arti, diantaranya yaitu 1) Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan tenaga orang lain, 2) Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dalam tujuan organisasi, 3) Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. 1 Manajemen berarti mengelola, menyusun, mengatur, dan mengorganisasikan masalah agar lebih tertib dan lebih baik dengan menggunakan konsep- konsep dasar yang sistemis dan terencana. 2 Sedangkan manajemen sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan organisasi. Istilah manajemen bukanlah hal yang baru dalam kaitannya dengan suatu kegiatan bahkan dapat dikatakan istilah manajemen telah membaur keseluruh sendi- sendi kehidupan manusia. Dalam perspektif yang lebih luas, manajemen adalah suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan 1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 260. 2 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2003, hlm 5.

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    PROBLEM DALAM PENGELOLAAN ADMINISTRASI KURIKULUM

    A. Pengelolaan Administrasi Kurikulum

    1. Pengertian Pengelolaan Administrasi Kurikulum

    Pengelolaan administrasi kurikulum terdiri dari 3 (tiga) kata yakni

    pengelolaan, administrasi dan kurikulum, sehingga terlebih dahulu dapat

    dijelaskan mengenai:

    a. Konsep Pengelolaan

    Kata pengelolaan dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI)

    mengandung banyak arti, diantaranya yaitu 1) Proses melakukan

    kegiatan tertentu dengan menggerakan tenaga orang lain, 2) Proses

    yang membantu merumuskan kebijaksanaan dalam tujuan organisasi,

    3) Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat

    dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.1

    Manajemen berarti mengelola, menyusun, mengatur, dan

    mengorganisasikan masalah agar lebih tertib dan lebih baik dengan

    menggunakan konsep- konsep dasar yang sistemis dan terencana.2

    Sedangkan manajemen sebagai suatu sistem yang setiap

    komponennya menampilkan sesuatu untuk dapat memenuhi

    kebutuhan- kebutuhan organisasi. Istilah manajemen bukanlah hal

    yang baru dalam kaitannya dengan suatu kegiatan bahkan dapat

    dikatakan istilah manajemen telah membaur keseluruh sendi- sendi

    kehidupan manusia.

    Dalam perspektif yang lebih luas, manajemen adalah suatu

    proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki

    organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan

    1Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 260.

    2Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam

    Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2003, hlm 5.

  • 8

    organisasi secara efektif dan efisien. Berarti manajemen merupakan

    perilaku anggota dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.3

    Dari pendapat diatas memberikan pengertian bahwa pengelolaan

    merupakan suatu proses yang sistematis, terkoordinasi dan komperatif

    dalam usaha pemanfaatan sumber daya, guna mencapai tujuan secara

    efektif dan efisien dengan didasarkan pada pembagian kerja dan

    tanggung jawab secara teratur dan dinamis.

    b. Konsep Administrasi

    “Adminstrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata

    “ad” dan “ministrare” kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata

    to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada” dan

    “ministrare” sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang

    berarti “melayani”, “membantu”, atau mengarahkan dalam bahasa

    Inggris administerberarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look

    after) dan “mengarahkan”.4

    Menurut S. Siagian mengemukakan definisi administrasi adalah

    keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang

    didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang

    ditentukan sebelumnya. Dalam rumusan ini terkandung lima konsep

    pokok yakni:5 1) Administrasi sebagai proses keseluruhan dimana

    terdapat sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan

    lainnya. 2) Manusia terlibat sebagai proses administrasi. 3) Proses

    administrasi senantiasa bertujuan. 4) Pada prinsipnya administrasi

    dilaksanakan dalam bentuk kejasama. 5) Proses administrasi

    memerlukan dukungan peralatan dan perlengkapan.

    Adapun menurut M. Daryanto dalam bukunya yang berjudul

    “Administrasi Pendidikan” mengartikan administrasi adalah subsistem

    3 Syarifuddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat Pres, Jakarta, 2005,

    hlm.42. 4 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Karya, Bandung,

    1998, hlm. 1-2. 5 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung,

    2008, hlm. 171.

  • 9

    dari organisasai yang unsurnya terdiri dari unsur organisasi yaitu

    tujuan, orang- orang, sumber, dan waktu. Secara umum dapat

    dinyatakan bahwa organisasi itu adalah sistem kerja antara dua orang

    atau lebih yang secara sadar dimaksudkan untuk mencapai tujuan.6

    Proses administrasi meliputi perencanaan, pengorganisasian,

    penggerakan, dan kepengawasan. Proses-proses tersebut dilaksanakan

    oleh administrator dalam rangka proses personal dan pengoperasian

    suatu organisasi.7

    Proses administrasi adalah suatu keseluruhan yang terpadu. Di

    dalam keseluruhan itu terdapat sejumlah komponen yang saling

    berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam proses administrasi

    akan kita temukan berbagai komponen, seperti: tujuan yang henda

    dicapai, manusia yang berusaha mencapainya, kegiatan-kegiatan

    pelaksanaan dan tugas- tugas yang harus dicapai, kegiatan-kegiatan

    yang harus dikerjakan, alat, fasilitas, biaya, tenaga, waktu, dan

    komponen luar yakni masyarakat yang berada di luar proses situ

    sendiri punya pengaruh terhadap proses administrasi.8

    Administrasi dilaksanakan bersama-sama oleh sekelompok

    manusia, yang bekerjasama atas dasar rasionalitas tertentu.

    Rasionalitas itu sendiri tentu bermacam- macam bentuknya. Mereka

    bekerjasama untuk mencapai tujuan dan tentunya didorong oleh

    motivasi, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Pada umumnya kegiatan-

    kegiatan administrasi dalam sistem sekolah dapat dikategorikan

    menjadi lima bidang kegiatan, yakni bidang program intruksional,

    bidang kegiatan ini menjadi tanggung jawab administrator sebab itu

    erat kaitannya dengan pelaksanaan penyusunan kurikulum.

    6M.Daryanto, Administrasi Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta,1996, hlm. 2-3.

    7Oemar Hamalik, Op.Ci. hlm. 53.

    8Ibid, hlm. 51.

  • 10

    c. Konsep Kurikulum

    Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki

    peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum tidak

    hanya dirumuskan tentang tujuan yang dicapai sehingga memperjelas

    arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman belajar

    yang harus dimiliki setiap siswa. Kurikulum merupakan sebuah wadah

    yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil atau tidaknya

    sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang

    digunakan. Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksananya

    kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan

    akan dapat berjalan dengan baik, efektif, dan efesien sesuai yang

    diharapkan. Karena itu, kurikulum sangat perlu untuk diperhatikan

    dmasing-masing satuan pendidikan. Sebab, kurikulum merupakan

    salah satu penentu keberhasilan pendidikan. Dalam konteks ini,

    kurikulum dimaknai sebagai serangkaian upaya untuk menggapai

    tujuan pendidikan.9

    Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan

    oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu

    sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda dengan

    yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar

    yang bersangkutan. Istiah kurikulum berasalah dari bahasa latin

    “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.

    Pada waktu itu pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan

    yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh

    ijazah. Dalam hal ini ijazah pada hakikatnya merupakan bukti, bahwa

    siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pembelajaran,

    sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara

    satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan

    kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat

    9Fadlillah, Implementasi Kuriulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs,&

    SMA/MA, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm 13-14.

  • 11

    penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan yang ditandai

    oleh perolehan ijazah tertentu. 10

    Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

    mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

    sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

    mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Saylor, Alexander, dan

    Lewis kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk

    memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas

    maupun di luar sekolah. Sementara itu, Harold B.Alberty memandang

    kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di

    bawah tanggung jawab sekolah (all of the activites that are profided

    for the student by the school).11

    Pada hakikatnya, kurikulum sebagai

    suatu program kegiatan terencana (program of planned activities)

    memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu

    pandangan yang menyeluruh. Disuatu pihak, kurikulum dipandang

    sebagai suatu dokumen tertulis dan di pihak lain, kurikulum

    dipandang sebagai rencana tidak tertulis yang terdapat dalam pikiran

    pihak pendidik .12

    Beberapa penulis kurikulum menyatakan bahwa kurikulum

    seharusnya tidak dipandang sebagai aktivitas, tetapi difokuskan secara

    langsung pada berbagai hasil belajar yang diharapkan. Kajian ini

    menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum

    sebagai alat menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan

    dicapai. Salah satu alasan utama adalah karena hasil belajar yang

    diharapkan merupakan dasar bagi perencanaan dan perumusan

    berbagai tujuan kegiatan pembelajaran.

    Dalam konteks ini, tujuan pembelajaran tidak lagi dirumuskan

    dalam retorika global seperti “Siswa memiliki apresiasi terhadap

    10

    Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Bandung, 2005, hlm. 16. 11

    Rusman, Manajemen Kurikulum, PT Remaja grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 3. 12

    Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosda Karya,

    Bandung, 2009, hlm. 5.

  • 12

    warisan budaya”, tetapi dirumuskan dalam serangkaian hasil belajar

    yang terstruktur. Artinya, setiap kegiatan pengajaran, desain

    lingkungan, dan sebagaianya, difungsikan sedemikian rupa hingga

    menjadi saling mendukung untuk mencapai tujuan akhir yang telah

    ditetapkan sebelumnya. Dalam pandangan ini, hasil belajar yang

    diharapkan tersebut tidak dapat disamakan dengan kurikulum itu

    sendiri, tetapi lebih merupakan dunia kegiatan pembelajaran untuk

    mencapai tujuan yang diharapkan.13

    Sebagai ahli pendidikan berpandangan bahwa kurikulum dalam

    setiap masyarakat atau budaya seharusnya menjadi refleksi dari

    budaya masyarakat itu sendiri. Sekolah bertugas memproduksi

    pengetahuan dan nilai-nilai yang penting bagi generasi penerus.

    Masyarakat, Negara atau bangsa bertanggung jawab mengidentifikasi

    keterampilan, pengetahuan, dan berbagai apresiasi yang akan

    diajarkan. Sementara itu pihak pendidik professional bertanggung

    jawab untuk melihat apakah keterampilan, pengetahuan dan apresiasi

    tersebut sudah ditransformasikan kedalam kurikulum yang dapat

    disampaikan kepada anak-anak dan generasi muda.14

    Untuk mencapai tujuan pendidikan, kurikulum memiliki

    komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu sama

    lainnya. Kurikulum terbentuk oleh 4 komponen, yaitu komponen

    tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan, dan

    komponen evaluasi. Untuk mudah mengingat komponen-komponen

    tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut15

    :

    1) Komponen Tujuan

    Menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto ada dua jenis

    tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah

    pertama,tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan

    13

    Ibid, hlm. 6. 14

    Ibid, hlm. 7. 15

    Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan

    KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 100.

  • 13

    yaitu tujuan- tujuan tersebut digambarkan dalam bentuk

    pengetauan, keterampilan, serta sikap yang diharapkan dimiliki

    murid setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan

    dari sekolah tersebut. Kedua, tujuan yang ingin dicapai dalam

    setiap bidang studi yaitu tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

    2) Komponen Isi

    Komponen isi dan struktur program/ materi merupakan materi

    yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

    ditetapkan. Isi atau materi yang dimaksud biasanya berupa materi

    bidang- bidang studi.Kemudian bidang- bidang studi tersebut

    disesuaikan jenis, jenjang, dan jalur pendidikan yang ada.Isi

    kurikulum mencakup pengetahuan- pengetahuan yang berupa

    keterampilan intelektual, keterampilan psikomotorik, keterampilan

    reaktif dan interaktif.

    3) Komponen Strategi

    Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik atau guru

    perlu memahami suatu strategi. Strategi berkaitan dengan upaya

    yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan. Strategi yang

    diterapkan dapat berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai

    pusat daris setiap kegiatan ataupun sebaliknya. Strategi yang

    berpusat pada siswa bisa dinamakan student centered, sedangkan

    strategi yang berpusat pada guru dinamakan teacher centered.

    4) Komponen Evaluasi

    Untuk melihat sejauh mana keberhasilan dalam pelaksanaan

    kurikulum maka diperlukan evaluasi. Cara penilaian atau evaluasi

    akan menentukan tujuan kurikulum, maeri bahan, dan proses

    mengajar. Dalam mengevaluasi biasanya seorang pendidik akan

    mengevaluasi anak didik dengan materi atau bahan yang telah

    diajarkan. Hal ini sangat penting mengingat hasil penilaian atau

    hasil yang dimiliki anak didik tidak jarang menjadi barometer atau

  • 14

    keberhasilan proses pengajaran dalam suatu sekolah atau berkaitan

    erat dengan masa depan anak didik.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa administrasi pelaksanaan kurikulum

    berkenaan dengan semua perilaku yang bertalian dengan semua tugas

    yang memungkinkan terlaksananya kurikulum. Dalam administrasi

    pelaksanaan kurikulum ini, tujuan administrasi tersebut adalah agar

    kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik. Administrasi bertugas

    menyediakan atau mempersiapkan fasilitas material, personal, dan

    kondisi-kondisi agar kurikulum dapat dilaksanakan.16

    Administrasi kurikulum adalah administrasi yang di tunjukkan untuk

    keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal, dengan titik

    berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar

    tersebut. Ruang lingkup administrasi kurikulum meliputi kegiatan

    perencanaan, pelaksanaan serta penilaiannya.17

    Pada jenis dan tingkat sekolah apapun yang menjadi tugas utama

    kepala sekolah adalah menjamin adanya program pengajaran yang baik

    bagi murid-murid. Inilah tanggung jawab kepala sekolah yang paling

    penting dan banyak tantangannya, sedangkan stafnya mendapat bagian

    tanggung jawab dalam membantu usaha pelaksanaan dan pengembangan

    program pengajaran yang efektif. Agar supaya kepala sekolah mampu

    memberikan pimpinan yang efektif dalam bidang ini hendaknya ia

    mengetahui berbagai teori mengenai kurikulum dan menyadari kaitannya

    dengan kebijaksanaan dan langkah- langkah administratif yang sedang

    berlaku.18

    Adanya suatu pengelolaan administrasi kurikulum dapat dijadikan

    pedoman dalam rangka perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

    pengendalian, serta menilai proses belajar mengajar agar dapat

    meningkatkan kualitas belajar melalui pembelajaran yang aktif.

    16

    Ibid, hlm. 172. 17

    Suharsimi Arikunto, organisasi dan administrasi pendidikan teknologi dan kejujuran,

    PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1990, hlm. 58. 18

    M.Daryanto, Op.Cit., hlm. 36-37.

  • 15

    2. Kegiatan-Kegiatan Dalam Pengelolaan Administrasi Kurikulum.

    Kegiatan administrasi dititikberatkan pada usaha-usaha pembinaan

    dituasi belajar mengajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannnya.

    Adapun kegiatan-kegiatan dalam administrasi kurikulum antara lain

    sebagai berikut: 1) Menyusun rencana kegiatan tahunan. 2) Menyusun

    rencana pelaksanaan program atau unit. 3) Menyusun jadwal pelaksanaan

    kegiatan. 4) Melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. 5) Mengatur

    pelaksanaan pengisian buku laporan pribadi. 6) Melaksanakan kegiatan-

    kegiatan ekstra kurikuler. 7) Melaksanakan evaluasi belajar tahap akhir.

    8) Mengatur alat perlengkapan pendidikan. 9) Melaksanakan kegiatan

    bimbingan dan penyuluhan. 10) Merencanakan usaha-usaha peningkatan

    mutu guru.

    Pokok-pokok kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi

    sembilan pokok kegiatan saja yakni: 1) Kegiatan yang berhubungan

    dengan tugas kepala sekolah. 2) Kegiatan yang berhubungan dengan tugas

    guru. 3) Kegiatan yang berhubungan dengan murid. 4) Kegiatan yang

    berhubungan dengan kegiatan proses belajar-mengajar. 5) Kegiatan ekstra

    kurikuler. 6) Kegiatan pelaksanaan evaluasi belajar. 7) Kegiatan

    pelaksanaan evaluasi belajar. 8) Kegiatan pelaksanaan pengaturan alat

    perlengkapan sekolah. 9) Kegiatan dalam bimbingan dan penyuluhan. 10)

    Kegiatan yang berkenaan dengan usaha peningkatan mutu profesional

    guru.19

    Dalam pelaksanaan kurikulum, kegiatan kepala sekolah sesuai

    dengan perannya sebagai pemimpin sekolah menitikberatkan pada:

    menyusun perencanaan untuk melaksanakan kurikulum dalam sistem

    sekolah yang dipimpinnya, melaksanakan koordinasi kegiatan guru-guru

    dan organisasi pembelajaran siswa, membina organisasi guru dan

    organisasi pembelajaran siswa, membina sistem komunikasi yang efektif

    di lingkungan sekolah antara sekolah dan masyarakat serta lembaga-

    19

    Din Wahyudin, Manajemen Kurikulum, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hlm.

    104.

  • 16

    lembaga lainnya, melakukan supervisi bagi guru-guru serta melaksanakan

    penilaian secara keseluruhannya.

    Tugas guru menyusun guru menyusun perencanaan kegiatan

    tahunan, triwulanan, bulanan, dan mingguan yang terkait dengan

    pelaksanaan intruksional dalam bidang studi atau kelas yang menjadi

    tenggung jawabnya. Kegiatan yang berkenaan dengan murid, disamping

    bidang pembelajaran juga dalam bidang ekstra dan kemasyarakatan.

    Kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran menyangkut bidang

    kegiatan guru, kepala sekolah dan murid sendiri. Kegiatan ekstra

    kurikuler berkenaan dengan penyusunan program penyediaan peralatan

    dan pembiayaan dan keterkaitannya dengan kegiatan intra kurikuler.

    Kegiatan dalam evaluasi menjadi tanggung jawab guru dan kepala

    sekolah namun terkait dengan siswa dan orang tua murid keseluruhan.

    Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu

    pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat

    sekolah yang berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkat kelas yang

    berperan adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah

    dan tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan

    tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat

    sekolah, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi

    kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dan bersama-sama

    bertanggung jawab melaksanakan proses administrasi kurikulum.20

    a. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah

    Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk

    melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang

    dipimpinnya.Tanggung jawab kepala sekolah adalah sebagai

    pemimpin, sebagai administrator, menyusun rencana tahunan,

    pembinaan organisasi sekolah, koordinator dalam pelaksanaan

    20

    Ibid,hlm. 105

  • 17

    kurikulum, kegiatan memimpin rapat kurikuler, sistem komunikasi

    dan pembinaan kurikuler.21

    Administrasi kurikulum aspek perencanaan disekolah meliputi;

    penyusunan kalender pendidikan, penyusunan jadwal pelajaran,

    pembagian tugas mengajar, penempatan murid di kelas. 22

    b. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas

    Pembagian tugas guru harus diatur secara admnistratif untuk

    menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas.

    Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan

    administrasi, yaitu: 1) Pembagian tugas administrasi. 2) Pembagian

    tugas pembinaan ekstrakurikuler. 3) Pembagian tugas bimbingan

    belajar.

    Pembagian tugas ini dilakukan musyawarah guru yang dipimpin

    kepala sekolah. Keputusan tugas tersebut selanjunya dituangkan

    dalam jadwal pelajaran untuk satu semester atau satu tahun

    akademik.23

    Adapun pelaksanaan kurikulum di tingkat kelas meliputi:

    1) Kegiatan dalam Bidang Proses Belajar-Mengajar

    Kegiatan ini erat sekali kaitannya dengantugas-tugas

    seorang guru sebagaimana yang telah diuraikan. Kegiatan-

    kegiatan tersebut antara lain: a) Menyusun rencana pelaksanaan

    program/ unit. b) Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan

    jadwal pelajaran. c) Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar

    dan perkembangan siswa. d) Pengisian buku laporan pribadi

    siswa.24

    2) Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler

    Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar

    ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat

    pedagogis dan menunjang pendidikan dalam menunjang

    21

    Ibid, hlm. 105. 22

    Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 64. 23

    Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Op.Cit., hlm. 180. 24

    Ibid, hlm. 181

  • 18

    ketercapaian tujuan sekolah. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler

    ini sesungguhnya merupakan bagian integral dari kurikulum

    sekolah yang bersangkutan, dimana semua guru terlibat di

    dalamnya. Karena itu kegiatan ini perlu diprogram secara baik

    dan didukung oleh semua guru. Untuk ini perlu disediakan guru

    penanggung jawab, jumlah biaya dan perlengkapan yang

    dibutuhkan.

    Kendati kegiatan ekstrakurikuler bukan menjadi program

    intruksional yang dilaksanakan secara regular, dan tidak diberi

    kredit tertentu, tetapi mengundang varitas kegiatan secara luas,

    misalnya: Kepramukaan, Usaha Kegiatan Sekolah, Palang

    Merah Remaja, Olah Raga Prestasi, Koprasi dan Tabungan

    Sekolah, dll. Kegiatan-kegiatan ekstra ini mengundang nilai

    tertentu, antara lain: a) Memenuhi kebutuhan kelompok. b)

    Menyalurkan minat dan bakat. c) Memberikan pengalaman

    eksplotorik. d) Mengembangkan dan mendorong motivasi

    terhadap mata pelajaran. e) Mengikat para siswa di sekolah. f)

    Mengembangkan loyalitas terhadap sekolah. g)

    Mengintegrasikan kelompok- kelompok sosial. h)

    Mengembangkan sifat-sifat tertentu. i) Menyediakan

    kesempatan pemberian bimbingan dan layanan secara informal.

    j) Mengembangkan citra masayarakat terhadap sekolah.25

    3) Kegiatan Bimbingan Belajar

    Guru memegang peranan utama dan bertanggung ajwab

    membimbing para siswa untuk mengembangkan potensi yang

    dimiliknya dan membantu memecahkan masalah dan kesulitan

    para siswa yang dibimbingnya, dengan maksud agar siswa

    tersebut mampu secara mandiir memimbing dirinya sendiri.

    Tujuan utama bimbingan yang diberikan guru adalah

    untuk mengembangkan semua kemampuan siswa agar mereka

    25

    Ibid, hlm.182

  • 19

    berhasil mengembangkan hidupnya pada tingkat atau keadaan

    yang lebih layak dibandingkan dengan sebelumnya.Bimbingan

    berupa bantuan untuk menyeleaikan masalahnya sehingga dia

    mandiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga dia mandiri

    dalam menyelesaikan masalahnya, bantuan dalam menyesuaikan

    diri dengan lingkungan sekitarnya seperti keluarga, sekolah, dan

    masyarakat.

    Secara umum prosedur bimbingan perlu dilaksanakan

    sebagai berikut:

    a) Analitas; guru menganalisis semua masalah dan kesulitan

    yang henda dihadapi para siswanya.

    b) Informasi; mencari informasi tentang semua sebab yang

    mungkin menyebabkan masalah atau kesulitan yang sedang

    dihadapi oleh para siswa.

    c) Orientasi; guru melakukan berbagai pendekatan kearah

    pemecahan masalah atau kesulitan serta bantuan apa yang

    sekiranya diperlukan bagi siswa yang bersangkutan.

    d) Penyuluhan; guru memberikan bantuan dan nasihat kepada

    siswa yang bersangkutan (individual ataupun kelompok)

    sesuai dengan jenis, bentuk dan penyebabnya.

    e) Penempatan: menempatkan kembali siswa yang telah

    mendapat penyuluhan ke dalam situasi semula pada

    kelompok atau kelasnya sendiri.

    f) Tindak lanjut; guru mengamati terus menerus sambil

    melaukan pembinaan terhadap siswa bersangkutan, serta

    mencatat laju perkembangan.

    Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

    hubungan sosial dikalangan siswa dalam satu kelas dinamakan

    sosiometri dan gambarannya dinamakan sosiogram. Dalam

    mengumpulkan data/ informasi guru dapat menggunakan teknik

    wawancara ataupun dengan tes hasil belajar, kunjungan ke

  • 20

    rumah, observasi terhadap siswa sehari-hari di kelas dan luar

    kelas

    Dalam pemilihan metode bimbingan bergantung pada

    masalah yang dihadapi, kondisi siswa, gejala penyebabnya dan

    alternatif pengobatannya. Untuk menjadi guru pembimbing yang

    kompeten, dia harus memiliki wewenang dalam sistem

    kepembimbingan, dan karenanya harus memiliki pengetahuan

    dan keterampilan, yang dapat diperolehnya dengan mempelajari:

    a) Psikologi umum. b) Psikologi pendidikan. c) Psikologi

    pendidikan. d) Mental hygine. e) Teknik penilaian dan

    pengukuran pendidikan. f) Teori dan teknik bimbingan dan

    penyuluhan. g) Pengetahuan dalam bidang jabatan. h) Praktek

    bimbingan dan penyuluhan.

    Dapat disimpulkan bahwa administrasi pelaksanaan kurikulum

    berkenaan dengan semua perilaku yang bertalian dengan semua tugas

    yang memungkinkan terlaksananya kurikulum. Dalam administrasi

    pelaksanaan kurikulum ini, tujuan administrasi tersebut adalah agar

    kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik.

    B. Problem Dalam Administrasi Kurikulum

    1. Pengertian Problem Dalam Pengelolaan Administrasi Kurikulum

    Problem diartikan sebagai masalah, persoalan.26

    Sedangkan

    administrasi kurikulum adalah administrasi yang di tunjukkan untuk

    keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal, dengan titik

    berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar

    tersebut. Ruang lingkup administrasi kurikulum meliputi kegiatan

    perencanaan, pelaksanaan serta penilaiannya.27 Jadi yang dimaksud

    dengan problem dalam administrasi kurikulum adalah masalah atau

    26

    Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

    Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 789. 27

    Suharsimi Arikunto, Op.Cit.,hlm. 58.

  • 21

    persoalan mengenai administrasi kurikulum yaitu meliputi perencanaan,

    pelaksanaan, serta penilaian.

    2. Macam- Macam Problem Dalam Pengelolaan Administrasi

    Kurikulum

    Dalam proses pengelolaan administrasi kurikulum, banyak sekali

    problem yang dihadapi yang memerlukan pertimbangan dan pemecahan

    tersendiri. Semua problem tersebut disebabkan oleh berbagai kondisi

    yang ada, yang disesuaikan dengan tuntutan dan prinsip kebutuhan yang

    perlu dipenuhi. Tenaga pengelola atau pihak- pihak yang terlibat pada

    kegiatan pengelolaan administrasi kurikulum hendaknya menyadari

    berbagai problem tersebut.

    1) Perencanaan Kurikulum

    Di dalam perencanaan kurikulum terdapat sekitar masalah

    tanggung jawab untuk menentukan harus bagaimana bentuk

    kurikulum itu. Siapa yang merencanakan dan bilamana. Ada yang

    mengemukakan pendapat bahwa perencanaan kurikulum adalah

    pekerjaan yang memerlukan keahlian dan karena itu dikerjakan oleh

    para ahli atau “expert” dalam bidang perencanaan kurikulum.

    Menurut pendapat ini kurikulum harus direncanakan baik-baik

    sebelumnya. Seringkali secara terperinci mengenai situasi belajar,

    dan semua murid di semua sekolah tingkat tertentu mempunyai

    kurikulum yang kira-kira seragam. Mengenai perencanaan dimuka

    atau “Pre- Planning” terdapat perbedaan pendapat dalam hal sejauh

    mana perencanaan dimuka dapat dilakukan. Ada beberapa ahli yang

    mengemukakan pendiriannya, bahwa tidak ada aspek- aspek

    kurikulum yang harus direncana jauh sebelum situasi belajar

    berlangsung. Untuk penjelasan singkat, pendapat- pendapat yang

    berbeda itu dapat dikelompokkan sebagai berikut28

    :

    a. Kurikulum seharusnya direncanakan di muka secara terperinci

    oleh “experts” dalam bentuk kumpulan mata pelajaran.

    28

    Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Op.Cit., hlm 213.

  • 22

    b. Kurikulum direncanakan secara terperinci di muka oleh panitia

    yang terdiri dari guru-guru dalam bentuk kumpulan mata

    pelajaran.

    c. Kurikulum direncanakan dalam garis besarnya yang luas oleh

    panitia yang terdiri dari guru- guru dalam bentuk pedoman kerja.

    perincian dilakukan oleh guru berdasarkan kebutuhan- kebutuhan

    murid.

    d. Kurikilum direncanakan dalam garis besarnya berisi partisipasi

    dari guru- guru dan tokoh- tokoh masyarakat. Perincian dilakukan

    oleh perencanaan bersama guru murid.

    e. Kurikulum direncanakan oleh guru bersama murid pada waktu

    akan belajar, tanpa perencanaan jauh dimuka.

    2) Pelaksanaan Kurikulum

    Sebelum kurikulum benar- benar dilaksanakan, harus terlebih

    dahulu memperhatikan perbedaan- perbedaan individual. Yang

    dimaksud disini adalah masalah penyesuaian program pengajaran

    terhadap perbedaan- perbedaan di antara anak-anak. Jawaban

    terhadap persoalan ini macam-macam. Kurikulum yangn

    berorientasikan kumpulan mata pelajaran berasal dari zaman

    sebelum ada pengetahuan tentang perbedaan- pebedaan individu dan

    kemapuan pada murid.

    Pada waktu itu orang menganggap semua murid (kecuali anak-

    anak lemah jiwa) dapat menguasai semua mata pelajaran yang

    diberikan di sekolah dengan kepandaian yang sama asal mereka rajin

    belajar.

    Dewasa ini pada umumnya diakui bahwa makhluk manusia

    sangat beraneka ragam dalam kemampuannya untuk maju. Keadaan

    itu telah menggerakkan para pendidikan kepada perbedaan-

    perbedaan individual ini. Disini timbul perbedaan- perbedaan

  • 23

    pendapat mengenai persoalan bagaimana hal ini harus

    dilaksanakan.29

    Pertama, ialah konsep kurikulum yang telah di tetapkan jauh di

    muka harus di kuasai oleh semua murid menurut kecepatan yang

    telah diatur sebelumnya. Masalahnya ialah menyesuaikan individu-

    individu yang mempunyai kecepatan belajar yang berbeda- beda

    pada “realitas” ini.

    Pendapat kedua, mengemukakan teori bahwa murid- murid

    harus dikelompokkan menurut kemampuannya dengan tujuan bahwa

    pengelompokan ini akan memperkecil perbedaan kemampuan dalam

    tiap kelompok agar mempermudah pelaksanaan individualis program

    pengajaran. Kelompok murid-murid yang lambat belajar atau (slaw

    learners) halnya diberi pelajaran tentang hal-hal penting yang

    sekurang- kurangnya harus dikuasai oleh semua atau “minimum

    assentials” atau di sebut program umum. Kelompok pelajar yang

    cerdas dan cepat belajar atau “Fast Learnest” selain cepat menguasai

    minimum essential diberi juga program yang lebih luas yang

    fungsinya memperkaya program umum (enriched program

    learning).

    Pendapat ketiga, ialah menciptakan jenis kurikulum

    berdasarkan pengalaman yang dipusatkan kepada masalah- masalah

    dan memberikan kesempatan kepada kelompok- kelompok tesebut

    dalam pendapat kedua untuk bekerja sama memecahkan masalah

    bersama, yang menarik perhatian bersama. Hal ini menunjukkan tiap

    anggota kelompok untuk mampu bekerja menurut taraf

    perkembangan masing- masing dalam bidang akademis sosial dan

    emosi dan masih menunjang usaha bersama kelompok.30

    29

    Ibid, hlm 183. 30

    Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 37.

  • 24

    3) Pengembangan Kurikulum

    Dalam Pengembangan Kurikulum terdapat dua proses utama,

    yakni pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan

    pedoman instruksional. Pedoman kurikulum, meliputi31

    :

    a. Latar belakang yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga

    pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi

    atau mata kuliah, struktur organisasi bahan pelajaran.

    b. Silabus yang berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang

    diberikan yakni Scope (ruang lingkup) dan Sequence-nya (urutan

    pengajiannya).

    c. Disain evaluasi termasuk strategis revisi atau perbaikan

    kurikulum mengenai bahan pelajaran (Scope dan Sequence).

    d. Organisasi bahan dan strategi intruksionalnya

    Pedoman intruksional untuk tiap mata pelajaran yang

    dikembangkan berdasarkan silabus. Pedoman kurikulum disusun

    untuk menentukan dalam garis besarnya32

    : 1) Apa yang akan

    diajarkan (ruang lingkup, Scope). 2) Kepada siapa diajarkan. 3) Apa

    sebab diajarkan, dengan tujuan apa. 4) Dalam urutan yang

    bagaimana (Sequence) selanjutnya perlu diuraikan. 5) Falsafah dan

    misi lembaga pendidikan, sekolah, akademi, atau Universitas/

    institut. Dalam hal perguruan tinggi perlu dikemukakan falsafah dan

    misi tiap fakultas dan jurusan. 1) Alasan atau rasional kurikulum

    berhubungan dengan populasi yang dijadikan sasaran, yakni untuk

    apa siswa dipersiapkan. 2) Tujuan filosofis mengenai bahan yang

    akandiajarkan, alasan memilihnya. 3) Organisasi bahan pelajaran

    secara umum.

    Langkah-langkah dalam pengembangan pedoman kurikulum

    Dalam garis besarnya kita dapat mengikuti langkah-langkah sebagai

    31

    Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Op.Cit.,hlm. 186. 32

    Ibid, hlm. 187.

  • 25

    berikut33

    : a.) Kumpulan keterangan mengenai faktor-faktor yanng

    turut menentukan kurikulum serta latar belakangnya. b) Tentukan

    mata pelajaran atau mata kuliah yang akan diajarkan. c) Rumusan

    tujuan tiap mata pelajaran. d) Tentukan hasil belajar yang diharapkan

    dari siswa dalam tiap mata pelajaran. e) Tentukan topik-topik tiap

    mata pelajaran. f) Tentukan syarat-syarat yang dituntut dari siswa. g)

    Tentukan bahan yang harus dibaca oleh siswa. h) Tentukan strategi

    mengajar yang serasi serta sediakan berbagai sumber/ alat peraga

    proses belajar mengajar. i) Tentukan alat evaluasi hasil belajar siswa

    serta skala penilaiannya. j) Buat desain rencana penilaian kurikulum

    secara keseluruhan dan strategi perbaikannya.

    4) Evaluasi Kurikulum

    Dasar-dasar Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya,

    yang paling penting di antaranya ialah34

    : a) Mengetahui hingga

    manakah siswa mencapai kemajuan kearah tujuan yang telah

    ditentukan. b) Melalui efektivitas kurikulum. c) Menentukan faktor

    biaya, waktu dan tingkat keberhasilan kurikulum.

    Sering kita lihat bahwa kurikulum dirombak tanpa evaluasi

    yang sistematis. Jika evaluasi diadakan secara terus-menerus

    mungkin tak perlu kurikulum diganti seluruhnya, akan tetapi dapat

    senantiasa di perbaiki dan disempurnakan serta disesuaikan dengan

    perkembangan zaman.

    a. Desain Evaluasi

    Desain evaluasi menguraikan tentang (1) Data yang harus

    dikumpulkan, (2) analisis data untuk “membuktikan” nilai dan

    efektivitas kurikulum. Desain evaluasi biasanya terdiri atas

    sekurang-kurangnya lima langkah, yakni35

    :

    a) Merumuskan tentang evaluasi, tujuan evaluasi yang

    komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni

    33

    Ibid, hlm. 188. 34

    Ibid, hlm. 253. 35

    Ibid, hlm. 255.

  • 26

    1. Dimensi I

    Yang terdiri atas formatif dan sumatif: Formatif adalah

    Evaluasi dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum.

    Data dikumpulkan dan dianalisis untuk menemukan

    masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin.

    Sedangkan sumatif adalah proses evaluasi dilakukan pada

    ahkir jangka waktu tertentu (misalnya, pada akhir

    semester, tahun pelajaran atau setelah lima tahun)

    2. Dimensi II

    Yang terdiri dari proses dan produk. Proses adalah

    yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam

    pelaksanaan kurikulum. Sedangkan produk, yang

    dievaluasi ialah hasil- hasil nyata, yang dapat dilihat, yang

    dihasilkan oleh guru (seperti silabus, satuan pelajaran dan

    alat-alat pelajaran) dan yang dihasilkan oleh siswa (seperti

    hasil test, karangan, makalah dan sebagainya).

    3. Dimensi III

    Yang terdiri atas operasi dan hasil belajar siswa

    Operasi disini dievaluasi keseluruhan proses

    pengembangan kurikulum termasuk perencanaan, desain,

    implementasi, administrasi, pengawasan, pemantauan dan

    penilaiannya, juga biaya, staf pengajar, penerimaan siswa,

    pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu.

    Sedangkan hasil belajar siswa disini yang dievaluasi ialah

    hasil belajar siswa bertalian tujuan kurikulum yang harus

    dicapai, dinilai berdasarkan standar yang ditetapkan.

    b. Mendesain proses dan metodologi evaluasi

    Pada saat ini terdapat berbagai model evaluasi yang dapat

    dijadikan pegangan untuk mendesain proses dan metode penilaian

    kurikulum. Model mana yang digunakan bergantung pada tujuan

    evaluasi, waktu dan biaya yang tersedia dan tingkat kecermatan

  • 27

    dan kesfesifikan yang diinginkan. Dibawah ini akan kita

    bicarakan lima model secara singkat36

    :

    1. Model Diskrepansi Provus

    Model ini termasuk model yang paling mudah

    direncanakan dan dilaksanakan. Disini kita hanya

    membandingkan hasil atau performance yang nyata dengan

    standar yang telah ditentukan.

    2. Model Kontingensi- kontingensi Stake

    Yang menarik perhatian stake ialah bahwa hasil yang

    diharapkan oleh pengajar sering berbeda hasil yang nyata

    menurut penilaian objektif oleh team ahli penilai eksternal.

    3. Model CIPP Stufflebeam

    CIPP (Context-Input-Process-Product=konteks-input-

    proses-produk) adalah suatu model evaluasi yang

    dikembangkan oleh Stufflebeam CS yang bertujuan untuk

    membantu dalam perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk

    mengambil keputusan apakah program itu dihentikan saja.

    4. Model Transfarmasi kualitatif Eisner

    Ini dikembangkan oleh Eisner,ia berpendapat bahwa

    pendidikan adalah kegiatan yang bercorak artistik selain

    mengandung unsur latihan. Jika belajar-mengajar pada

    hakikatnya artistik maka proses evaluasinya harus apa yang

    dilakukan dalam konteks seni. Maka kritik kurikulum

    hendaknya berusaha melihat aspek individual yang signifikan

    dalam pelaksanaan kurikulum.

    5. Model Lingkaran-Tertutup Corrigan

    Tiap hasil evaluasi mengenai tiap langkah digunakan

    sebagai balikan agar dapat segera diadakan perbaikan, dapat

    diisi kesenjangan atau ditiadakan tumpang-tindih. Jadi model

    36

    Ibid, hlm. 256-257.

  • 28

    ini mengadakan tinjauan yang kontinu dan tidak menunggu

    sampai akhir program.

    Menspesifikan data yang diperlukan untuk menyusun

    instrumen bagi proses pengumpulan data. Model evaluasi yang

    kita pilih akan memberi petunjuk tentang jenis data yang perlu

    dikumpulkan maupun metode yang harus digunakan. Misal,

    model stake memerlukan data observasi yang diperoleh

    setidaknya tiga orang pengamat ahli selain si pengajar. Data yang

    dikumpulkan bagi evaluasi pada umumnya termasuk dua

    kategori37

    :

    a) Data “keras” berupa fakta seperti score test, absensi,

    pembiayaan dan sebagainya. Alat pengumpul data keras pada

    pokoknya mengumpulkan data berupa score, jumlah, dan taraf

    atau skala.

    b) Data “lunak’ seperti persepsi dan pendapat orang yang dapat

    berbeda-beda. Untuk mengumpulkan data ini digunakan

    wawancara, angket, opinionnair, survey dan sebagainya.

    Mengumpulkan, menyusun, dan mengolah data. Prosedur

    pengumpulan data langsung berhubungan dengan tujuan evaluasi.

    Jika misalnya tujuan I telah jelas dipaparkan, maka proses analisis

    langkah itu akan jelas pula. Laporan evaluasi biasanya terdiri atas

    tiga hal, yakni:

    1) Hasil-hasil, yaitu apa yang telah ditemukan berdasarkan data

    yang dikumpulkan

    2) Kesimpulan, yaitu keputusan yang dapat diambil berdasarkan

    data itu dan apakah data telah cukup memadai untuk

    mendukung keputusan itu

    3) Rekomendasi, apakah cukup data untuk mendukung

    kelangsungan kurikulum, ataukah disarankan agar dijalankan

    lanjutan penilaian agar diperoleh data yang lebih banyak.

    37

    Ibid, hlm 259-260.

  • 29

    Desain evaluasi kurikulum harus dimasukkan sebagai

    bagian internasional dari pedoman kurikulum bila kita ingin

    memperoleh gambaran yang jelas mengenai keampuhan atau

    kelemahan pedoman kurikulum itu.

    Desain evaluasi kurikulum harus disiapkan dengan cermat

    dan meliputi, antara lain38

    :

    a. Berapa kali dan kapan akan diadakan evaluasi, prosedur apa

    yang akan dijalankan.

    b. Data apa yang akan dikumpulkan, dari siapa, oleh siapa dan

    kapan

    c. Siapakah yang akan bertanggung jawab atas pengumpulan

    analisis data.

    d. Keputusan apa yang akan diambil mengenai kurikulum, kapan

    dan oleh siapa

    Hanya berkat evaluasi kurikulum kita dapat mengetahui

    dimana kita berada dan kemana kita pergi. Tanpa kedua titik

    orientasi itu proses kurikulum maupun instruksional seakan- akan

    kita biarkan berkelana tanpa kita ketahui kemana arahnya.

    3. Langkah- Langkah Perbaikan Dalam Pengelolaan Administrasi

    Kurikulum

    Administrasi kurikulum merupakan proses kegiatan yang

    direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh

    serta pembinaan yang kontinue terhadap situasi belajar mengajar secara

    efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah

    ditetapkan. Sesungguhnya pengelolaan atau manajemen pendidikan fokus

    dari segala usahanya terletak pada PMB.39

    Adapun langkah- langkah perbaikan pengelolaan administrasi

    kurikulum sebagai berikut:40

    1) Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru atau pengajar

    38

    Ibid, hlm. 261. 39

    Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm. 80. 40

    Ibid, hlm.81- 82.

  • 30

    a) Membagi tugas guru yang dijabarkan dari struktur program

    pengajaran, dan ketentuan tentang beban mengajar wajib bagi

    guru

    b) Guru mengikuti jadwal pelajaran yang meliputi jadwal pelajaran

    kurikuler, kokulrikuler, dan ekstra kurikuler.

    c) Guru melaksanakan tugas PMB yang meliputi pembuatan

    rencana pengajaran, melaksanakan pengajaran, serta evaluasi

    hasil pengajaran.

    2) Melaksanakan Pengajaran, termasuk strategi pengelolaan kelas.

    Setelah membuat persiapan mengajar, maka melaksanakan

    pengajaran merupakan operasionalisasi dari desain intruksional

    secara konsistendan konsekuen disertai tindakan pengelolaan kelas

    secara efektif dan efisien. Apalah artinya desain/ program yang

    telah dibuat dengan baik, jika tidak dilaksanakan secara konsisten

    dan konsekuen, tanpa memperoleh umpan balik, merevisi, dan

    seterusnya.41

    3) Mengevaluasi Hasil belajar

    Evaluasi merupakan sarana untuk menentukan pencapaian

    tujuan pendidikan dan proses pengembangan ilmu sesuai dengan

    yang diharapkan. Tampaklah bahwa ada hubungan timbale balik

    antara evaluasi, tujuan pendidikan, dan PBM yang satu sama lain

    merupakan mata rantai yang tiada terputuskan.42

    C. Hasil Penelitian Terdahulu

    Berdasarkan studi kepustakaan terdapat beberapa penelitian yang

    sebelumnya mengkaji tentang peran kepala madrasah dalam pengelolaan

    administrasi kurikulum dan pengembangan kurikulum 2013, diantaranya

    penelitian yang dilakukan oleh:

    41

    Ibid, hlm. 91. 42

    Ibid, hlm. 98.

  • 31

    1. Berdasarkan hasil penelitian skripsi karya Fitriyah, dengan judul “Analisis

    Pelaksanaan Manajemen Adminisrasi Kependidikan di MA Ismailiyyah

    Nalumsari Jepara Tahun Pelajaran 2014/ 2015) menunjukkan bahwa

    penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis

    dalam hal mengelola administrasi. Penelitian terdahulu menunjukkan

    bahwa administrasi pendidikan merupakan pelayanan yang dilakukan

    tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

    pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang

    proses pendidikan pada satuan pendidikan. Manajemen tenaga

    kependidikan dan manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk

    mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk

    mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang

    menyenangkan. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan mencakup

    tentang pengelolaan administrasi kurikulum yang meliputi proses

    administrasi kurikulum di MTs Roudlotusysyubban Tawangrejo, problem

    yang dihadapi dalam proses pengelolaan administrasi kurikulum, serta

    solusi yang dapat diberikan dalam mengatasi problem dalam pengelolaan

    administrasi kurikulum.

    2. Berdasarkan hasil penelitian skripsi karya Abdul Qodir, dengan judul

    penelitian “Studi Analisis Kurikulum Pendidikan Madrasah Diniyah

    Ishlahussalafiyah Getassrabi Gebog Kudus”, menunjukkan bahwa

    penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis

    dalam hal kurikulum. Hasil penelitian karya Abdul Qodir menunjukkan

    tentang model kurikulum pendidikan yang diterapkan di madrasah

    diniyah Ishlahussalafiyah Getassrabi Gebog Kudus yakni model

    kurikulum madrasah diniya awaliyah namun kurikulumnya menggunakan

    model kurikulum muatan lokal. Bentuk kurikulum pendidikan yang

    diterapkan di madrasah diniyah Ishlahussalafiyah Getassrabi Gebog

    Kudus dapat dilihat pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan

    penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan tentang pengelolaan

    administrasi kurikulum di MTs Roudlotusysyubban Tawangrejo Winong

  • 32

    Pati. Yang meliputi proses, problem serta solusi dalam pengelolaan

    administrasi kurikulum.

    3. Berdasarkan hasil penelitian skripsi karya Moch. Zuhri, dengan judul

    penelitiannya “Manajemen Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MTs

    NU Matholiul Falah Sintru Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten

    Kudus”. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa: perencanaan

    kurikulum di MTs Matholi’ul Falah dimulai dar penyusunan KTSP

    (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), menunjukkan bahwa penelitian

    tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam hal

    kurikulum. Moch. Zuhri meneliti tentang manajemen kurikulum

    Pendidikan Agama Islam dengan penyusunan KTSP yang melibatkan

    kepala sekolah, wakabid kurikulum, menyusun standart kompetensi dan

    kompetensi dasar, memuat silabus, memuat RPP, membuat prota dan

    prome. Sedangkan penulis melakukan penelitian tentang administrasi

    kurikulum di MTs Roudlotusysyubban Tawangrejo Winong Pati yang

    melibatkan kepala sekolah, waka kurikulum, serta semua guru disana.

    Adapun prosesnya meliputi penyusunan kalender pendidikan, penyusunan

    prota, promes, silabus, rpp, dan lain-lain.

    D. Kerangka Berpikir

    Kurikulum memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan

    kegiatan pembelajaran dan menjadi penentu proses pelaksana dan hasil

    pendidikan. Oleh karena itu, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

    dan evaluasi kurikulum merupakan suatu kensicayaan yang harus

    dilaksanakan dan dipersiapkan dengan matang oleh setiap satuan pendidikan

    yang berkualitas.

    Berbicara masalah kurikulum, peran administrasi sangat dibutuhkan.

    Tanpa adanya administrasi pendidikan atau administrasi sekolah yang baik

    maka kemungkinan besar segala upaya peningkatan mutu penyelenggara

    pendidikan tidak berhasil karena administrasi pendidikan memiliki peran

  • 33

    yang penting dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik sebagai sarana

    maupun alat penataan bagi komponen pendidikan lainnya.

    Adanya suatu pengelolaan administrasi kurikulum dapat dijadikan

    pedoman dalam rangka perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

    pengendalian, serta menilai proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan

    kualitas belajar melalui pembelajaran yang aktif.Dengan demikian,

    administrasi kurikulum sangatlah diperlukan di MTs Roudlotusysyubban

    Tawangrejo Winonog Pati karena memegang peranan penting dalam

    pengembangan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan tujuan

    pendidikan.

    Gambar 2.1

    Bagan Kerangka Berfikir

    MTs Roudlotusysyubban

    Tawangrejo Winong Pati

    Administrasi

    Kurikulum

    1. Kepala Madrasah

    2. Waka Kurikulum

    3. Semua guru

    1. Perencanaan

    2. Pengorganisasian

    3. Pelaksanaan

    4. Evaluasi

    Problem Hasil