bab ii landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00696-mcbab2001.pdf11...

25
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Organisasai Adapun definisi dari komunikasi organisasi dibagi menjadi dua yaitu definisi fungsional dan defini interpretif. “Secara fungsional, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan” (Pace & Faules, 2006: 31). Kemudian di sisi lain, “Secara interpretif, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaktsi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak mencerminkan organisasi; ia adalah organsisasi. Komunikasi organisasi adalah “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah” (Pace & Faules, 2006: 33).

Upload: dinhdat

Post on 30-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Definisi Komunikasi Organisasai

Adapun definisi dari komunikasi organisasi dibagi menjadi dua

yaitu definisi fungsional dan defini interpretif. “Secara fungsional,

komunikasi organisasi didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran

pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu

organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam

hubungan hierarkis antara satu dengan yang lainnya dan berfungsi

dalam suatu lingkungan” (Pace & Faules, 2006: 31).

Kemudian di sisi lain, “Secara interpretif, komunikasi organisasi

didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaktsi yang

merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak mencerminkan

organisasi; ia adalah organsisasi. Komunikasi organisasi adalah “perilaku

pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka terlibat dalam

proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi.

Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna

atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah” (Pace &

Faules, 2006: 33).

12

Dari pemaparan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa

komunikasi organisasi adalah sebuah bentuk interaksi yang terjadi di antara

anggota organisasi, di mana di dalam proses komunikasi tersebut terjadi

pemaknaan sebagai hasil dari interaksi.

Kemudian divisi Marketing di PT.Imora Motor menggunakan jenis

struktur organisasi fungional dimana menurut J. Winardi (2003:9),di mana

kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin

satuan di bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan tertentu. Setiap kepala

dari satuan mempunyai kekuasaan untuk memerintah dan mengawasi semua

pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya.

2.1.2 Definisi Marketing

Menurut The American Marketing Association (AMA) yang dikutip

Wilson Arafat (2006:21) mendefinisikan pemasaran sebagai process of

planning and executing the conception, pricing, promotion, and

distribution of ideas, goods, and services to create an exchange that

satisfies individual or organizational objectives”. Sedangkan The

Charrtered Institute of Marketing, menjelaskan bahwa marketing is the

management process that identifies, anticipates, and satisfies customer

requirements profitably.

Dari definisi AMA dan The Charrtered Institute of Marketing tersebut

maka dapat dikatakan bahwa pemasaran dimulai dari proses perencanaan

13

pemasaran sedemikian rupa sehingga diharapkan konsumen dapat

terpuaskan. Perencanaan pemasaran tersebut merupakan alat bagi suatu

perusahaan untuk memonitor dan mengontrol pengaruh internal maupun

eksternal untuk disesuaikan dengan kemampuan dan atau kompetensi inti

yang dimiliki.

Gambar 2.1 Langkah Proses – Proses Pemasaran

Sumber: Philip Kotler; 2008:35

Menurut Philip Kotler (2008:35) langkah-langkah dalam proses

pemasaran terbagi menjadi lima langkah. Empat langkah yang pertama

menciptakan nilai bagi pelanggan. Kemudian langkah terakhir ialah

mempertahankan hubungan dengan konsumen.

14

Pertama, pemasar harus memahami pasar dan kebutuhan serta

keinginan pelanggan. Berikutnya, pemasar merancang strategi pemasaran

yang digerakkan pelanggan dengan tujuan mendapatkan, mempertahankan,

dan menumbuhkan pelanggan sasaran. Dalam langkah ketiga, pemasar

membangun program pemasar yang benar-benar memberikan nilai unggul.

Seluruh langkah ini membentuk dasar bagi langkah keempat, yaitu

membangun hubungan pelanggan yang menguntungkan, dan

menciptakan kepuasan pelanggan. Pada langkah terakhir, perusahaan

mendapatkan hasil dari hubungan pelanggan yang kuat dengan menangkap

nilai dari pelanggan.

2.1.3 Definisi Public Relations

Terdapat banyak sekali definisi mengenai Public Relations, namun

dalam kesempatan ini penulis hanya membahas definisi dari dua ahli yang

dianggap dapat mewakilinya, salah satunya adalah menurut Denny

Griswold, Wilcox, Ault & Agee (2006:12) seorang Ibu Public Relations

modern sebagai berikut:

“PR adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi publik, memperkenalkan berbagai kebijakan dan prosedur dari suatu individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan membuat perencanaan, serta melaksanakan suatu program kerja dalam upaya memperoleh pengertian dan pengakuan publik.”

Sedangkan definisi dari Cutlip, Centre & Broom (2006:6), adalah

sebagai berikut:

15

“Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan tugas seorang PR harus

menjalin hubungan antara pihak internal dan pihak eksternal agar tujuan dari

perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Pernyataan di atas senada dengan pengertian yang di sampaikan oleh

Elvinaro Ardianto dalam bukunya Handbook of Public Relations (2011:9)

sebagai berikut:

“PR adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih

baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu

atau organisasi/perusahaan.”

2.1.2.1 Proses Public Relations (PR)

Pengumpulan Fakta

Definisi Permasalahan

Perencanaan dan Program

Aksi dan Komunikasi

Evaluasi

Gambar 2.2 Proses public relations menurut Rhenald Kesali

Sumber : Iriantara ; 2006 :9

16

2.1.2.2 Model Komunikasi dalam Public Relations

Sumber = Perusahaan/lembaga/organisasi

Komunikator = Bidang/divisi PR

Pesan = Kegiatan-kegiatan

Komunikan = Publik PR

Efek = Citra publik terhadap perusahaan/ lembaga organisasi

Gambar 2.3 Model Komunikasi

Sumber : Iriantara ; 2006:14

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlunya kepercayaan publik kepada

organisasi/perusahaan yang dibangun oleh Public Relations. Sehingga salah satu faktor

penentu baik buruknya citra perusahaan tergantung dari kinerja PR dalam melakukan

pencitraan (branding).

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Teori Marketing Public Relations (MPR)

Secara umum menurut Rosadi Ruslan (2010:246), marketing public

relations dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan

pengevaluasian program-program yang dapat merangsang pembelian dan

keuapasan konsumen melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat

17

dipercaya dan melalui kesan-kesan positif yang ditimbulkan dan berkaitan

dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan,

keingian dan kepentingan bagi para konsumennya.

Definisi menurut Philip kotler mengatakan bahwa : ” Marketing Public

Relations works because works it adds value to product through it’s unique

ability to lend credibility to product message”

Marketing Public Relations diciptakan untuk menambah atau memberikan nilai

bagi produk melalui kemampuan yang unik untuk menunjukkan kredibilitas

pesan produk (Ruslan, 2002: 254).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa MPR adalah sebuah proses

menambah nilai positif yang dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan.

Marketing public relation mengkomunikasikan segenap konsep dan

gagasan organisasi sehingga publik sasaran memiliki motivasi untuk

membeli. Rosady Ruslan (2010:247) mengemukakan marketing public

relation mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Menumbuhkembangkan citra perusahaan positif publik eksternal atau

masyarakat dan konsumen.

2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara public sasaran

dengan perusahaan

3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations

18

4.Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek.

5.Mendukung bauran pemasaran

Keberadaan marketing public relations yang dilandasi tujuan telah

dikemukakan semakin penting dengan berperannya beberapa faktor-faktor.

Menurut Saka Abadi dalam jurnal Imam Mulyana Dwi Suwandi (2010:2),

faktor-faktor tersebut, yaitu :

1. Pecahnya pasar yang brsifat masal

2. Peledakan informasi dan teknologi

3. Peningkatan persaingan

4. Jaringan periklanan yang semakin kuat

5. Peningkatan biaya iklan

6. Penekanan biaya promosi

7. Ketahanan iklan berkurang

2.2.2 Teori Citra(Image)

Citra secara umum dapat diartikans ebagai gambaran, perasaan kesan

mengenai suatu objek. Citra menurut Siswanto Sutojo dalam bukunya

Membangun Citra Perusahaan, seperti yang dikutip oleh Elvinaro Ardianto

dalam bukunya yang berjudul Handbook of Public Relations (2011:63) berkata:

19

“Citra sebagai pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan,

benda atau organisasi.”

Kemudian beliau juga menambahkan di dalam buku yang sama bahwa

Citra perusahaan sebagai pegangan bagi banyak orang dalam mengambil

berbagai macam keputusan penting. Seperti keputusan membeli barang atau jasa

yang dihasilkan perusahaan (konsumen), berlangganan (pelanggan),

merekomendasikan kepada orang lain.

Menurut Siswanto Sutojo, citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai

banyak manfaatnya:

1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap (Mid and

Long Term Sustainable Competitive Position).

Perusahaan berusaha memenangkan persaingan dengan menyusun

strategi pemasaran taktis.

2. Menjadi perisai selama masa krisis (An Insurance for Adverse Time).

Sebagian besar masyarakat dapat memahami atau memanfaatkan

kesalahan yang dibuat perusahaan dengan citra baik, yang

menyebabkan mereka mengalami krisi.

20

3. Menjadi daya tarik eksekutif handal (Attraction The Best Executives

Available).

Dalam hal ini, yang menjadi eksekutif handal adalah aset

perusahaan.

4. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran (Increasing Effectiveness

of Marketing Instruments).

Dalam hal ini, dengan citra yang baik mudah untuk

merencanakan, membuat hingga menjalankan program-program

yang dicanangkan.

5. Menghemat biaya operasional (Cost Saving).

Perusahaan yang memiliki citra yang baik mudah dalam

menjalankan programnya, sehingga biaya-biaya yang tidak

diinginkan dapat dihindari.

Ada beberapa jenis citra menurut Frank Jefkins dalam Ruslan (2004:45) yaitu:

1. Mirror Image (Citra Bayangan).Citra ini melekat pada orang dalam atau

anggota-anggota organisasi – biasanya adalah pemimpinnya – mengenai

anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan

adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap

organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi,

sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun

pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat

21

atau pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering muncul

fantasi semua orang menyukai kita.

2. Current Image (Citra yang Berlaku).Citra yang berlaku adalah suatu citra atau

pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra

ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh

mereka yang mempercayainya.

3. Multiple Image (Citra Majemuk).Yaitu adanya image yang bermacam-macam

dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang

mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak

seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita.

4. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud dengan citra

perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan

sekedar citra atas produk dan pelayanannya.

5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan).Citra harapan adalah suatu citra yang

diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn

biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika

khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.

6. Citra Penampilan (Performance Image). Citra ini lebih ditujukan kepada

subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari

para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang

ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan.

22

2.2.2.1 Peran Citra

Setiap perusahaan harus mempunyai citra di masyarakat, dan citra

itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang, atau buruk. Dampak

peringkat citra yang berlainan tersebut terhadap keberhasilan kegiatan

bisnis dan pemasaran produk juga berlainan. Citra buruk melahirkan

dampak yang negatif bagi operasi bisnis perusahaan dan juga dapat

melemahkan kemampuan perusahaan untuk bersaing.

Hal tersebut senada menurut buku Perilaku Konsumen karya

Nugroho Setiadi (2003:182), ia menjelaskan pendapat Groonros yang

mengidentifikasikan peran citra bagi perusahaan, yaitu:

a. Citra menceritakan harapan bersama dengan kampanye pemasar

eksternal, seperti periklanan, penjualan pribadi dan komunikasi dari

mulut ke mulut. Citra yang positif memudahkan organisasi untuk

berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti

dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak

diketahui mungkin tidak menyebabkan kehancuran, tetapi hal itu tidak

membuat komunikasi dari mulut ke mulut lebih efektif.

b. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi

kegiatan perusahaan.

c. Citra adalah fungsi pengalaman dan harapan konsumen.

d. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen.

23

2.2.2.2 Proses Pembentukan Citra

Proses pembentukan citra dalam pengertian sistem komunikasi dijelaskan

oleh John S. Nimpoeno dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen,

seperti yang dikutip dari buku Elvinaro Ardianto yang berjudul Dasar-dasar

Public Relations (2005:115), yakni:

Model/Proses Pembentukan Citra

Gambar 2.4 Model Pembentukan Citra

Sumber: Nimpoeno (dalam Soemirat 2002:115)

Keterangan:

“Pada saat stimulus (rangsangan) diberikan, maka masyarakat akan melakukan langkah-langkah yang dianggapnya sesuai dengan apa yang ia

pikirkan. Pertama ia akan melakukan persepsi, dimaana dalam persepsi ini ia akan memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalamannya

mengenai rangsangan. Selanjutnya akan dilakukan kognisi, dimana ia mengerti akan rangsangan yang diberikan. Setelah itu akan muncul dorongan untuk

melakukan kegiatan tertentu atau biasa disebut dengan motif. Kemudian yang terakhir sikap dimana merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir

dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. (Soemirat dan Ardianto, 2007:115-116).”

24

Jika dalam proses public relations digabarkan sebagai input-output,

maka proses intern dalam model ini adalah proses pembentukan citra, sedangkan

input adalah stimulus yang memberikan, dan outoput adalah tanggapan atau

perilaku tertentu.

Citra digambarkan melalui persepsi, kognisi, motivasi dan sikap yang

dimiliki individu. “Proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu

konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan

sikap konsumen terhadap produk. Keempat komponen itu sendiri diartikan

sebagai mental representation (citra) dan stimulus”.

Model pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus yang

berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon. Rangsangan yang

diberikan tersebut dapat diterima atau ditolak.

Pesan terdiri dari struktur pesan, gaya pesan, appeals pesan (imbauan pesan).

Struktur pesan ditunjukan dengan pola penyimpulan (tersirat dan tersurat), pola

urutan argumentasi (pola yang dulu argumentasi yang disenangi atau

argumentasi yang tidak disenangi), pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi).

Gaya pesan menunjukan variasi linguistik dalam penyampaian pesan

(perulangan, kemudahan dimengerti, pembendaharaan kata).

Persepsi merupakan hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan

dikaitkan dengan sebuah proses pemaknaan, berarti pemberian makna seorang

individu tergantung pada pengalaman mengenai stimulus. Hal ini penting sebagai

perkembangan citra.

25

Kognisi adalah suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus yang

dapat timbul jika stimulus telah dimengerti yang mana hal ini akan tergantung

pada terpaan informasi.

Respon yang diinginkan pemberi stimulus digerakan oleh motivasi dan

sikap yang terburuk. Motif adalah kesadaran dalam diri seseorang yang

mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tetentu dalam

mencapai tujuan.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam

menghadapi obyek, ide situasi atau nilai. Sikap tidak sama dengan prilaku tapi

merupakan kecenderungan untuk berprilaku tertentu dengan cara tertentu

terhadap obyek sika: Sikap mendorong aspek evaluatif yaitu rasa suka dan sikap

dapat diperteguh atau diubah.

2.2.3 Brand (Merek)

Secara umum, brand menurut http://bahasa.kemdiknas.go.id adalah

tanda yg dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dsb) pd barang yg

dihasilkan sbg tanda pengenal.

“ Nama adalah sesuatu yang menginterpretasikan sebuah merek. Merek menjadi sebuah identitas. Baik buruknya sebuah pelayanan ataupun produk akan mempengaruhi merek yang tengah dibangun.” (Rahman, 2010:176).

26

Manfaat merek menurut Arif Rahman (2010:180), sebagai berikut:

No.

Manfaat

Merek

Deskripsi

1.

Manfaat

ekonomis

⟨ Merek merupakan sarana bagi perusahaan untuk

saling memperebutkan pasar.

⟨ Konsumen memilih berdasarkan value for money yang

ditawarkan berbagai macam merek.

⟨ Relasi antara merek dan konsumen dimulai dengan

penjualan.

2.

Manfaat

fungsional

⟨ Merek memberikan peluang bagi diferensiasi dan

jaminan kualitas.

⟨ Merek memfasilitasi ketersediaan produk secara luas.

⟨ Merek memudahkan sponsorship dan iklan.

3.

Manfaat

psikologis

⟨ Merek merupakan penyederhanaan dari semua

informasi produk yang diketahui konsumen.

⟨ Pilihan merek tidak selalu didasarkan pada

27

pertimbangan rasional. Faktor gengsi dan emosional

berperan dominant dalam keputusan pembelian.

⟨ Merek bisa memperkuat citra diri dan persepsi orang

lain terhadap pemakai/pemiliknya.

Tabel 2.5

2.2.4 Brand Image (Citra Merek)

Dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2004 :63), Simamora

mengambil definisi dari Kotler yang mendefinisikan citra merek sebagai

seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap

suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek

sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Kotler juga menambahkan bahwa

citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat.

Simamora (Manajemen Sumber Daya Manusia; 2004 :64) mengatakan

bahwa citra merek adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang

(enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila

terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan

memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya.

28

2.2.4.1 Komponen Brand Image (Citra Merek)

Komponen brand image terdiri atas 3 bagian, yaitu (Manajemen

Sumber Daya Manusia; 2004:65):

1. Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi

yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang

membuat suatu produk atau jasa. Dalam penelitian ini citra

pembuat meliputi: popularitas, kredibilitas serta jaringan

perusahaan.

2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang

menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputi : pemakai itu

sendiri, gaya hidup / kepribadian, serta status sosialnya

3. Citra Produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi

atribut produk tersebut, manfaat bagi konsumen,

penggunanya, serta jaminan.

2.2.4.2 Manfaat Brand Image (Citra Merek)

Menurut Park and Srinivasan, yang dikutip oleh Rangkuti dalam

bukunya Measuring Customer Satisfaction (2002 :37), brand image

memiliki beberapa manfaat, yaitu :

29

1. Keuntungan yang berkaitan dengan penampilan serta

keuntungan yang didapat saat ini – merek yang positif dapat

meningkatkan keuntungan yang diraih, dapat membuat konsumen

menerima kenaikan harga dari suatu produk, meningkatkan

efektifitas marketing komunikasi dan peningkatan dalam

kerjasama perdagangan.

2. Keuntungan berkaitan dengan pendapatan jangka panjang –

kesetiaan konsumen terhadap suatu merek sehingga perusahaan

lebih kuat dalam menanggapi serangan dari para pesaing, dan

lebih kuat dalam menangani krisis pemasaran.

3. Keuntungan berkaitan dengan potensi perusahaan untuk

berkembang – kesempatan untuk memberikan surat ijin untuk

membuka cabang, memberikan kekuatan yang positif dalam

pemasaran melalui mulut ke mulut, kemampuan merek dalam

mempermudah pengenalan produk baru sebagai perluasan merek.

Peneliti-peneliti telah menemukan bahwa asosiasi merek dapat

memiliki pengaruh positif terhadap pilihan konsumen, pilihan

konsumen terhadap barang yang lebih disukai dan niat untuk

membeli, kerelaan mereka untuk membayar harga yang lebih

untuk merek tertentu, menerima perluasan merek dan

merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain.

30

2.2.4.3 Peranan MPR dalam Branding Image

Silih Agung Wasesa (Strategi Public Relations 2010:122-125) Peranan

Marketing Public Relations dalam upaya branding image:

1. Memberikan Edukasi kepada konsumen:

a. Edukasi mengenai penggunaan produk yang sudah di

luncurkan.

b. Edukasi mengenai produk yang akan di luncurkan.

c. Edukasi manfaat produk.

2. Meluncurkan merek atau produk:

a. Meluncurkan kembali merek-merek lama.

b. Meluncurkan produk baru sebelum iklan komersial.

3. Membangun event merek.

Dengan tujuan agar lebih dikenal konsumen.

4. Mengembangkan pelayanan publik kepada konsumen:

a. Mengembangkan akses informasi konsumen ke

perusahaan.

b. Menindak lanjuti keluhan, baik langsung maupun dari

surat pembaca.

5. Membantu media melakukan tes produk:

a. Memberi edukasi kepada media mengenai produk.

31

b. Memberi pemecahan terhadap cara-cara penggunaan.

6. Mengajak media dan masyarakat untuk melihat proses

pembuatan produk:

a. Membuka kesempatan kunjungan pabrik untuk media dan

masyarakat.

b. Melakukan kunjungan ke media atau tempat-tempat untuk

mensosialisasikan

Bentuk-bentuk kegiatan dari marketing public relation dalam mempertahankan

citra menurut Rhenald Kasali (2009:54), terdiri dari :

1. Pameran

Pameran merupakan salah satu media promosi dan ikl an yang

bertujuan memperkenalkan suatu produk atau jasa kepada masyarakat

dengan harapan konsumen tertarik dan kemudian membelinya.

Efektifnya pameran adalah pada sarana komunikasi itu. Publik dapat

menyaksikan peragaan proses produksi atau bnenda tertentu.

Konsumen juga dapat bertanya sepuas hati mereka bahkan mungkin

mencoba produk tersebut.

2. Publisitas

Untuk pengenalan (awareness), mencari publisitas hingga

melakukan kegiatan kampanye yang bertujuan untuk mempengaruhi

opini publik dulakukan melalui media masaa. Bahkan upaya untuk

32

menetralisir suatu berita negatif atau masalah tertentu lainnya yang

perlu diketahui atau diungkapkan secara terbuka kepada publiknya

juga dilakukan melalui media massa.

3. Konferensi Pers

Untuk memberikan suatu informasi, berita, publikas i, dan promosi,

dan aktivitas PR yang dianggap penting untuk diketahui secara luas oleh

publik sasarannya, yaitu yang menonjolkan segi pengenalan.

Menjelaskan suatu peristiwa yang mungkin atau telah terjadi,

diharapkan penjelasan melalui media massa tersebut akan muncul

saling pengertian dan saling menghargai di masyarakat terhadap

peristiwa tersebut. Dapat juga “meluruskan” atau sekaligus untuk

membantah tentang berita negatif yang tersebar.

4. Special Event

Untuk memberikan informasi langsung (tatap muka) d an

mendapatkan hubungan timbal balik yang positif dengan publiknya

melalui program kerja atau acara ajang khusus yang sengaja

dirancang dan dikaitkan dengan event (peristiwa khusus) dalam

kegiatan dan program kerja public relations tertentu dan juga sebagai

media komunikasi dan sekaligus untuk mendapatkan publikasi, dan pada

akhirnya media massa atau public sebagai target sasarannya akan

meperoleh pengenlan, pengetahuan, pengertian yang mendalam dan

33

diharapkan dari acara khusus tersebut dapat mencipatakan citra positif

terhadap perusahaan atau produk yang diwakilinya.

5. Sponsorship

Yaitu kegiatan menarik khalayak sasaran atas produk atau

kegiatan perusahaan lainnya dengan mengatur suatu peristiwa atau

pertisipasi dalam acara tertentu seperti seminar, konferensi, olahraga,

peringatan hari jadi, pameran.

6. Berita

Yaitu kegiatan menemukan dan menciptakan informasi yang

mendukung perusahaan maupun publik.

7. Kegiatan layanan publik

Yaitu kegiatan perusahaan untuk meningkatkan hubu ngan baik

dengan masyarakat melalui pemberian sumbangan atau aksi sosial.

8. Media identitas

Adalah upaya PR untuk membuat identitas atau ciri khas dari

perusahaan, seperti: logo, slogan, hingga warna.

Pendapat tersebut, memberikan makna bentuk-bentuk marketing

publik relations bersifat dinamis sehingga terdapat kemungkinan adanya

bentuk merketing public relations lain seperti yang telah dukemukakan dalam

pelaksanaanya di sebuah organisasi. Marketing public relations pada dasarnya

34

merupakan komunikasi antara organisasi dengan pelanggan, konsumen,

masyarakat. Pengelolaan komunikasi dengan tujuan tertentu sehingga dapat

mempunyai bentuk-bentuk pengembangan dari komunikasi organisasi sebagai

pilihan maupun kombinasi yang sesuai dan ditetapkan.

2.3 Penelitian Terdahulu

2.3.1 Faktor Pembentuk Brand Image (Citra Merek)

Adapun faktor yang membentuk suatu brand image menurut

Regina Jokom yang dikutip dalam jurnal Analisis Penilaian Konsumen

Terhadap Ekuisitas Merek Coffee Shop di Surabaya (2007 :90) :

1. Brand awareness (Kesadaran terhadap merek produk)

2. Brand Association

3. Kesan Kualitas (Perceived Quality)

4. Kesetiaan Merek (Brand Loyalty)

Menurutnya sebuah merek dengan citra merek yang baik lebih

dipilih oleh konsumen, tergantung sejauh aman konsumen sadar (aware)

dengan suatu produk, bagaimana konsumen meng-asosiasikan produk

tersebut dengan merek yang dikenalnya, hingga bagaimana sebuah merek

dapat benar-benar mencuci otak konsumen-nya sehingga tidak berpaling

dari merek tersebut

35

2.4 Kerangka Pemikiran

Tabel 2.5