bab ii kajian pustaka -...

15
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Kajian Teoritis, dan (2) Kajian Empiris. 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pendidikan Karakter Megawangi (Kesuma 2011) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungan. Secara etimologi , istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang antara berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak. Secara terminologi (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umunya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karater adalah sifat kejiwaaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

Upload: dohuong

Post on 05-Jun-2019

245 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab II ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Kajian

Teoritis, dan (2) Kajian Empiris.

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Pendidikan Karakter

Megawangi (Kesuma 2011) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai

sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan

bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungan.

Secara etimologi , istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang

antara berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan

akhlak.

Secara terminologi (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada

umunya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karater adalah sifat

kejiwaaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau

sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

10

budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan

budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan

berbudi pekerti. Dengan demikian pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk

membentuk kebiasaan (habit) sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agar

dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta mempraktikkannya

dalam kehidupan sehri-hari.(Fitri 2012)

2.1.1.1 Hakikat Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral,

karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah,

tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam

kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman

yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks pemikiran Islam, karakter berkaitan dengan iman dan

ikhsan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles, bahwa karakter erat

kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikan dan

diamalkan.

Lebih lanjut (Lickona 2013:84) menekankan pentingnya tiga komponen

karakter yang baik (components of good character), yaitu moral knowing atau

pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral

action atau tindakan moral. Moral knowing berkaitan dengan moral awereness,

knowing moral values, persperctive taking, moral reasoning, decision making dan

11

self-knowledge. Moral feeling berkaitan dengan conscience, self-esteem, empathy,

loving the good, self-control dan humility; sedangkan moral action merupakan

perpaduan dari moral knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam bentuk

kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Ketiga

komponen tersebut perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter, agar peserta

didik menyadari, memahami, merasakan dan dapat mempratikannya dalam

kehidupan sehari-hari nilai-nilai kebajikan itu secara utuh dan menyeluruh

(kaffah).

Dalam prespektif Islam, pendidikan karakter secara teoretik sebenarnya

telah ada sejak Islam diturunkan di dunia; seiring dengan diutusnya Nabi

Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter)

manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya

menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi juga akhlak.

Pengamalan ajaran Islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang

muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad

SAW, yang memiliki sifat Shidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah (STAF) (Mulyasa

2011:5)

Menurut Kemendiknas (2010:7), karakter adalah nilai-nilai yang unik/baik

yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter secara

koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah

raga seseorang atau sekelompok orang. Karaker sangatlah beragam bentuknya,

terdapat 18 nilai karakter bangsa diantaranya: religius, jujur, toleransi, disiplin,

kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,

12

cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola

pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif,

berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab .

Secara substansi, tujuan pendidikan karakter adalah membimbing dan

memfasilitasi anak agar memiliki karakter positif (baik).

Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain:

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa;

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius;

3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa;

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia

yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan;

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta

dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan(dignity).

13

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan dari pendidikan

karakter adalah membentuk, menanamkan, memfasilitasi, dan

mengembangkan nilai-nilai posistif pada anak sehingga menjadi pribadi

yang unggul dan bermartabat (Fitri 2012:22)

2.1.1.3 Pendidikan Karakter Pada Peserta Didik

Pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui beberapa strategi dan

pendekatan yang meliputi: (1) pengintergrasian nilai dan etika pada setiap mata

pelajaran; (2) internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh semua warga sekolah

(kepala sekolah, guru, dan orang tua); (3) pembiasaan dan latihan. Dengan

komitmen dan dukungan berbagai pihak, institusi sekolah dapat

mengimplementasikan kehiatan-kegiatan positif seperti salam, senyum, dan sapa

(3S) setiap hari saat anak datang dan pulang sekolah; (4) pemberian contoh/teladan;

(5) penciptaan suasana berkarakter di sekolah; (6) pembudayaan. Pembuyaan

adalah tujuan institusional suatu lembaga yang ingin mengimplementasikan

karakter di sekolah. Tanpa adanya pembudayaan, nilai dan etika yang diajarkan

hanya akan menjadi pengetahuan kognitif semata (Fitri 2012:45)

Pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Pada dasarnya karakter peserta didik sudah terbentuk semenjak ia masih

dalam rahim seorang ibu, dan pembentukan karakter tersebut hakekatnya sudah

dipengaruhi oleh faktor genetik, sehingga watak dari peserta didik tersebut,

14

menurut para peneliti bahwa 20% karakter bapaknya, 20% karakter ibunya, dan

60% karakter tersebut dipengaruhi oleh lingkungan yang telah mendidiknya.

Dari 60% banguan karakter tersebut, salah satunya adalah pendidikan yang

ikut serta membentuk dan mengembangkannya, sehingga masing-masing

kepribadian dari peserta didik memiliki ciri khas yang berbeda pula, karana dilatar

belakangi oleh faktor genetik, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan

lingkungan sekolah. Oleh sebab itu seorang guru memiliki peran yang cukup

signifikan dalam rangka menjadikan para peserta didik cerdas secara intelektual,

emosional, dan spiritual, sehingga hal tersebut akan menjadi bekal bagi peserta

didik untuk menjalani kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

2.1.2 Kegiatan Pramuka

Praja Muda Karana; organisasi untuk pemuda yang mendidik para

anggotanya dalam berbagai keterampilan, disiplin, kepercayaan pada diri sendiri,

saling menolong, dsb anggota organisasi pramuka. Kepramukaan merupakan

proses kegiatan belajar sendiri yang progresif bagi kaum muda untuk

mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik mental, moral, spiritual, emosional,

sosial, intelektual dan fisik, sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.

Pasal 4 tentang anggaran rumah tangga gerakan pramuka nomor 086 tahun

2005 tujuan dan tugas pokok gerakan pramuka ialah: Gerakan pramuka

mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan bagi kaum muda di

lingkungan luar sekolah yang melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan

lingkungan sekolah dengan tujuan:

15

a. Membentuk kader bangsa dan sekaligus kader pembangunan yang beriman

dan bertakwa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Membentuk sikap dan perilaku yang positif, menguasai keterampilan dan

kecakapan serta memiliki ketahanan mental, moral, spiritual, emosional,

sosial, intelektual dan fisik sehingga dapat menjadi manusia yang

berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan sendiri,

sanggup dan mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama

bertanggungjawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.

Pasal 6 menyatakan fungsi gerakan pramuka yaitu sebagai lembaga

pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga serta sebagai wadah pembinaan

dan pengembangan sumber daya generasi muda, berlandaskan Sistem Among

dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang

pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan

bangsa serta masyarakat Indonesia. (Gerakan pramuka Anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga tahun 2005)

2.1.2.1 Pramuka Sebagai Bentuk Kegiatan Ekstrakulikuler di Sekolah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014

tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakulikuler Wajib pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pendidikan Kepramukaan

dilaksanakan untuk mengintrenalisasi nilai ketuhanan, kebudayaan,

kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, dan kemandirian pada

peserta didik. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian,

16

kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan

pengamalan nilai kepramukaan bagi siswa. Gerakan Pramuka adalah Organisasi

yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.

Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan

kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Drama Pramuka.

Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalm 3 (tiga) Model meliputi

Model Blok, Model Aktualisasi, dan Model Reguler. Model Blok merupakan

kegiatan Wajib dalam bentuk perkemahaan yang dilaksakan setahun sekali dan

diberikan penilaian umum. Model Aktualisasi merupakan kegiatan wajib dalam

bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang

dilaksakan dalam kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan

penilaian formal. Model Reguler merupakan kegiatan sukarela berbasis minat

peserta didik yang dilaksakan di Gugus depan (Sumber :

http://www.jamarismelayu.com, diakses tanggal 27 desember 2016)

Didalam pendidikan karakter pramuka membedakan menjadi 4 pola

pembinaan yaitu:

1. Siaga anggota pola pembinaan siaga berkisar umur 7 sampai 10 tahun.

Biasanya anggota siaga barada pada Sekolah Dasar (SD) dari kelas 1

sampai kelas 4. Pola pembinaan siaga sendiri dengan mengedepankan

mood dari si anak sendiri. Biasanya pola pembinaan dilakukan dengan

permainan sehingga siswa dapat melakukan dengan senang. Dan di sela-

sela pola pembinaan juga disisipkan pendidikan karakter.

17

2. Penggalang anggota pola pembinaan penggalang berkisar dari umur 11

sampai 15 tahun. Biasanya anggota penggalang berada pada Sekolah

Dasar (SD) pada kelas 5dan 6, Serta berada pada Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Pola pembinaan penggalang sendiri berdasarkan sifat

siswanya sendiri seperti keingintahuan yang tinggi, semangat yang

kuat,sangat aktif dan lain lain. Pendidikan karakter di dalam penggalang

dimasukkan kedalam latihan kedisiplinan dan di dalam ilmu pengetahuan

yang diberikan. Pramuka Penggalang digolongkan dalam 4 tingkatan,

yaitu, Penggalang Ramu, Penggalang Rakit, Penggalang Terap, dan

Penggalang Garuda. Sama seperti Siaga, tingkatan tersebut bisa dicapai

secara berturut-turut setelah seorang Pramuka Penggalang menyelesaikan

pencapaian SKU.

3. Penegak anggota pola pembinaan penegak bekisar dari umur 16 sampai 20

tahun. Biasanya anggota penegak berada pada Sekolah Menengah Atas

(SMA) atau Sekolah Menegah Kejuruan (SMK). Para anggota penegak

sendiri biasanya memiliki sifat ingin mencari jati diri, memiliki semangat

yang kuat, kamauan yang kuat, agresif, sudah mengenal cinta dengan jenis

kelamin lain. Pendidikan Karakter di dalam penegak diterapkan dalam

kedisiplinan, kegiatan yang langsung terjun ke lapangan dan

melaksanakan praktek tentang ilmu yang didapat selama menjadi anggota

Pramuka.

4. Pandega anggota pola pembinaan pandega berkisar dari umur 21 sampai

25 tahun. Biasanya anggota pandega berada pada masa Perguruan Tinggi

18

atau Sekolah tinggi. pola pembinaan pandega sama dengan penegak dan

pendidikan karakternya sama dengan penegak. Yang membedakan

penegak dan pandega adalah system pengoorganisasian dan pola

banyaknya kegiatan yang lasung terjun ke lapangan.

Dalam kepramukan itu dikenal metode kepramukaan. Metode

Kepramukaan pada intinya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar

Kepramukaan yang keterkaitanya keduanya terletak pada pelaksanaan Kode

Kehormatan Pramuka. PDK (Prinsip Dasar Kepramukaan) dan MK (Metode

Kepramukaan ) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus berjalan

seimbang dan saling melengkapi. Dalam setiap unsur metode kepramukaan

merupakan bagian tersendiri yang mempunyai fungsi pendidikan tersendiri, dan

seluruhnya bersamasama memperkuat untuk menunjang tercapainya tujuan

pendidikan kepramukaan (Gerakan pramuka Anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga tahun 2005)

Metode kepramukaan adalah metode belajar interaktif progresif yang

dilaksanakan melalui:

a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka.

b. Belajar sambil melakukan.

c. Sistem beregu.

d. Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan

yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda.

e. Kegiatan di alam terbuka.

f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan.

19

g. Sistem tanda kecakapan.

h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri.

i. Kiasan dasar.

2.1.2.2 Pramuka sebagai Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

Gerakan Pramuka merupakan lembaga pendidikan yang berperan untuk

melengkapi pendidikan formal kepada generasi muda. Gerakan pramuka juga

bagian dari organisasi kepanduan dunia yang digagas oleh bapak pramuka sedunia

yaitu Robert Stephenson Smyth Baden Powell “Gagasan Baden Powell adalah

nilai-nilai universal diantarannya tentang kemanusiaan, persaudaraan,

nasionalisme dan penyiapan masa depan generasi muda”. Gerakan Pramuka

sebagai penyelanggara pendidikan kepanduan Indonesia yang merupakan bagian

pendidikan nasional, bertujuan untuk membina kaum muda dalam mencapai

sepenuhnya potensi-potensi spiritual, sosial, intelektual dan fisiknya, agar mereka

bisa:

a. Membentuk kepribadian dan akhlak mulia peserta didik

b. Menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara

c. Meningkatkan keterampilan peserta didik, sehingga siap menjadi

anggota masyarakat yang bermanfaat, patriot dan pejuang yang

tangguh, serta menjadi calon pemimpin bangsa yang handal pada masa

depan.

Upaya untuk menanamkan pendidikan karakter bangsa agar terus

dilakukan terhadap peserta didik, sebab peserta didik merupakan aset bagi

kelangsungan bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,

20

kedepannya generasi penerus mempunyai semangat dan jiwa nasionalisme sesuai

cita-cita perjuangan bangsa. Sehingga kegiatan Pramuka sebagai wahana

pembentukan pendidikan karakter sangat diperlukan dimana dalam kegiatan

pramuka peserta didik di biasakan untuk disiplin dan selalu bertanggung jawab

melalui kegiatan pramuka yang ada di sekolah peserta didik akan mampu

mengendalikan sikap dan tindakannya dalam bersosialisasi pada masyarakat.

2.1.2.3 Nilai-nilai Karakter melalui kegiatan Pramuka

Dalam menanamkan dan menumbuhkan karakter bangsa, dikepramukaan

mempergunaakan 10 pilar yang menjadi kode kehormatan. Kode kehormatan

mempunyai makna suatu norma (aturan) yang menjadi ukuran kesadaran

mengenai akhlak yang tersimpan dalam hati yang menyadari harga dirinya, serta

menjadi standar tingkah laku pramuka di masyarakat. 10 pilar tersebut bernama

Dasa Dharma dalam (PAD), yaitu:

a. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Cinta alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia.

c. Patriot yang Sopan dan Kesatria

d. Patuh dan Suka Bermusyawarah

e. Rela Menolong dan Tabah

f. Rajin, Terampil, dan Gembira

g. Hemat, Cermat dan Bersahaja

h. Displin, Berani, dan Setia

i. Bertanggung jawab dan Dapat Dipercaya.

j. Suci dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan

21

2.2 Kajian Empiris

2.2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi sebuah penelitian pembanding dengan

penelitian yang sedang dikaji. Adapun bentuk-bentuk penelitian terdahulu yang

digunakan sebagai acuan penelitian dalam penelitian ini adalah yang telah

dilakukan oleh (Hobal, 2015) mahasiswa dari Universitas AS PGRI Yogyakarta

sebagai tugas akhir (skripsi) untuk mendapatkan gelar sarjana (S1), yang berjudul

peranan kegiatan pramuka dalam membentuk karakter siswa SMP PGRI

KASIHAN Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian tersebut

ditemukan bahwa, 1. Peranan kegiatan kepramukaan untuk membentuk karakter

siswa, yaitu meningkatkan nilai religius, kedisiplinan, sikap mandiri, cinta tanah

air, dan tanggung jawab, 2. Faktor pendukung pembentukan karakter melalui

kegiatan kepramukaan adalah kerja sama pihak sekolah dengan guru dan pembina

pramuka dalam memberikan contoh atau keteladanan yang baik kepada siswa,

serta minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka disekolah.

Sedangkan faktor penghambat diantaranya minimya dana untuk kegiatan pramuka

dan sarana prasarana misalnya lapangan latihan.

Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh (Jihad, 2016) mahasiswa

dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai tugas akhir

(skripsi) untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) yang berjudul kegiatan

ekstrakulikuler pramuka dalam pembentukan karakter siswa di MAN 3

Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017. Dalam penelitian tersebut di temukan

bahwa, 1. Materi dalam kegiatan baris-berbaris mengandung nilai karakter

22

disiplin, percaya diri, kepemimpinan dan tanggung jawab. 2 upacara mengandung

nilai karakter semangat kebangsaan, cinta tanah air, disiplin. 3. Pertemuan

mengandung nilai karakter mempercepat nilai persaudaraan dan memelihara

persatuan dan kesatuan. 4. Perkemahan mengandung nilai karakter cinta tanah air,

bersahabat dan peduli lingkungan. 5. Perjalanan lintas alam mengandung nilai

karakter kepemimpinan, demokrasi, dan kemandirian serta percaya diri. 6.

Permainan mengandung karakter peduli sosial, demokratis.

Terdapat persamaan dan juga perbedaan dalam penelitian terdahulu dan

penelitian yang akan dilakukan. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang akan

dilakukan adalaha penelitian ini sama-sama membahas tentang peran kegiatan

pramuka dalam membentuk karakter siswa, faktor penunjang dan penghambat

pembentukan karakter melalui kegiatan pramuka. Perbedaan antara penelitian

terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan adalah berkaitan dengan peranan

kegiatan pramuka dalam membentuk karakter siswa yang akan digunakan saat

penelitian dilakukan, sehingga hasil dari penelitian yang telah dilakukan juga

berbeda-beda.

23