bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan...
TRANSCRIPT
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Memuat konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka atau
landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literatur-
literatur yang membahas konsep penelitian.
2.1.1 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
2.1.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Adapun pengertian sistem akuntansi keuangan daerah yang dinyatakan
oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut Erlina (2015:5) mengatakan bahwa:
“Sistem akuntansi keuangan daerah adalah sistem akuntansi yang
meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan
transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD)
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima
umum”.
Sementara menurut Nurmalia Hasanah (2016:195) sistem akuntansi
keuangan daerah dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah merupakan sistem
akuntansi baik secara manual maupun komputerisasi, yang mencatat
transaksi keuangan daerah sebagai akuntabilitas pelaksanaan
anggaran pendapatan belanja daerah dan anggaran lain terkait
dengan keuangan daerah”.
Sedangkan Menurut Abdul Halim (2014: 94) mengatakan bahwa:
“Sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah merupakan suatu
sistem yang secara komprehensif mengatur prosedur-prosedur
18
akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur akuntansi
selain kas, dan prosedur akuntansi aset”.
Dari Pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah adalah Proses akuntansi dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara manual maupun komputerisasi.
2.1.1.2 Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah
Erlina (2015:2) mengatakan secara umum akuntansi dibedakan atas
akuntansi sektor privat dan akuntansi sektor publik. Menurut Erlina (2015:2)
mengemukakan bahwa akuntansi terdiri dari 2 bidang utama, yaitu:
1) Akuntansi Komersial Perusahaan
Dalam akuntansi komersil, data akuntansi digunakan untuk memberikan
informasi keuangan kepada manajemen, pemilik modal, penanaman
modal, kreditor, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan penetapan
pajak. Akuntansi komersial perusahaan adalah akuntansi yang digunakan
untuk mencatat peristiwa ekonomi pada entitas bisnis (perusahaan) yang
mencari keuntungan atau laba.
2) Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik adalah yang digunakan untuk mencatat peristiwa
ekonomi pada organisasi non profit atau nirlaba. Laporan yang disajikan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan sektor publik atau lebih dikenal
dengan standar akuntansi pemerintahan. Akuntansi sektor publik dibagi
atas :
a) Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi digunakan untuk memberi informasi mengenai transaksi
ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan masyarakat. Akuntansi pemerintah dibedakan atas
akuntansi pemerintah pusat dan akuntansi pemerintah. Akuntansi
pemerintah daerah terdiri dari akuntansi pemerintahan provinsi dan
akuntansi pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah perlu mengatur
standar akuntansi pemerintahan daerah agar dapat digunakan secara
seragam diseluruh pemerintah daerah.
b) Akuntansi Sosial
Akuntansi sosial merupakan bidang akuntansi khusus untuk diterapkan
pada lembaga dalam artian makro yang melayani perekonomian
nasional. Akuntansi sosial adalah akuntansi yang digunakan untuk
mencatat peristiwa ekonomi pada organisasi non profit atau nirlaba.
Akuntansi ini banyak dipakai oleh organisasi sektor publik, seperti
19
partai politik, masjid, puskesmas, rumah sakit, sekolah atau
universitas, lembaga swadaya masyarakat.
Berdasarkan klasifikasi di atas, kedudukan akuntansi keuangan daerah
dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:
Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah
Sumber: Erlina, dkk (2015:3)
Gambar 2.1
Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah
2.1.1.3 Sistem Pencatatan
Menurut Erlina (2015:4) mengatakan bahwa akuntansi keuangan daerah
terdapat proses pencatatan, pengidentifikasian, dan pelaporan transaksi-transaksi
ekonomi yang terjadi di pemerintah daerah. Menurut Erlina Rasdianto (2015:4)
dalam proses pencatatan yang merupakan salah satu proses akuntansi, akuntansi
menggunakan sistem pencatatan.
20
Menurut Erlina Rasdianto (2015:4) Ada tiga sistem pencatatan yang dapat
digunakan yaitu:
1) Single entry
2) Double entry
3) Triple entry
Adapun penjelasan sistem pencatatan yaitu sebagai berikut:
1) Single Entry
Sistem pencatatan single entry disebut dengan sistem tata buku tunggal.
Pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali.
Transasksi yang berakibat ditambahkannya kas akan dicatat disisi
penerimaan di dalam Buku Kas Umum (BKU) sedangkan transaksi yang
berakibat kurangnnya kas akan dicatat disisi pengeluaran di dalam Buku
Kas Umum. Single entry ini disebut dengan pembukuan, sedangkan dalam
akuntansi sistem pencatatan yang digunakan adalah sistem double entry
atau triple entry.
2) Double Entry
Sistem pencatatan double entry disebut sistem tata buku berpasangan.
Pencatatan transaksi ekonomi dua kali, dalam arti, bahwa setiap transaksi
minimal akan mempengaruhi dua perkiraan, yaitu disisi debit dan satu
disisi kredit. Setiap Pencatatan harus menjaga keseimbangan antara sisi
debit dan sisi kredit dari persamaan dasar akuntansi. Pencatatan dengan
sistem double entry sering disebut dengan istilah menjurnal. Pada masa
sebelum reformasi, sistem pencatatan yang dilakukan oleh akuntansi
keuangan daerah adalah sistem tata buku tunggal (single entry). Tetapi
setelah reformasi yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 105/2000, sistem pencatatan yang digunakan adalah sistem
pencatatan double entry.
3) Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry adalah sistem pencatatan yang
menggunakan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku
anggaran. Pencatatan pada buku anggaran ini merupakan pencatatan
tentang anggaran yang telah digunakan sesuai dengan pencatatan pada
double entry. Dengan adanya pencatatan ini maka dapat dilihat sisa
anggaran untuk masing-masing komponen yang ada di anggaran
pendapatan belanja daerah. Pencatatan dengan sistem triple entry ini
dilaksanakan saat pencatatan double entry dilaksanakan, maka sub bagian
keuangan pemerintah daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku
anggaran.
21
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa Akuntansi keuangan
daerah menggunakan sistem pencatatan berpasangan (double entry) artinya bahwa
setiap transaksi akan mempengaruhi dua perkiraan, yaitu disisi debit dan satu
disisi kredit.
2.1.1.4 Basis Akuntansi Pemerintahan
Dalam proses pencatatan dibutuhkan basis akuntansi dalam menentukan
kapan transaksi atau kejadian harus diakui. Basis akuntansi pada umumnya ada
dua yaitu basis kas dan basis akrual.
Menurut Nurlan Darise (2008:38) mengemukakan bahwa:
“Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus
diakui untuk tujuan pelaporan keuangan”.
Adapun basis akuntansi pemerintahan Menurut Erlina (2015:11) terdiri
dari tiga basis yaitu:
1) Akuntansi berbasis kas
2) Akuntansi berbasis kas menuju akrual
3) Akuntansi berbasis akrual
Adapun penjelasan basis akuntansi pemerintahan yaitu sebagai berikut:
1) Akuntansi berbasis kas
Akuntansi berbasis kas adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat
transaksi keuangan pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus
pengukurannya pada saldo kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan.
Keterbatasan sistem akuntansi ini adalah keterbatasan informasi yang
dihasilkan karena terbatas pada pertanggungjawaban kas saja, tetapi tidak
memperlihatkan pertanggungjawaban manajemen atas aset dan kewajiban.
22
2) Akuntansi berbasis kas menuju akrual
Akuntansi berbasis kas menujuakrual merupakan proses transisi. Dengan
basis ini, pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis
kas, sedangkan aset, utang dan ekuitas dana dicatat berdasarkan basis
akrual (PP No. 24 Tahun 2005)
3) Akuntansi berbasis akrual
Akuntansi berbasis akrual adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat
transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat
perolehan. Fokus sistem akuntansi ini pada pengukuran sumber daya
ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu entitas. Dalam akuntansi
akrual informasi yang dihasilkan jauh lebih lengkap dan menyediakan
informasi yang lebih rinci mengenai aktiva dan kewajiban. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, telah mewajibkan laporan keuangan pemerintah
menggunakan basis akrual, sedangkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan
masih menggunakan basis akuntansi kas menuju akrual.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa penyusunan laporan
keuangan pada pemerintah daerah wajib menggunakan basis akrual sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
2.1.1.5 Siklus Akuntansi
Menurut Abdul Halim (2014:56) mengatakan akuntansi adalah suatu
sistem, suatu sistem mengelolah input (masukan) dan menjadi output (keluaran).
Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau
formulir. Outpunya adalah laporan keuangan.
Menurut Erlina Rasdianto (2015:6) mengemukakan bahwa:
“Sistem akuntansi keuangan daerah dapat dijelaskan secara rinci
melalui siklus akuntansi. Siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan
yang ada dalam sistem akuntansi”.
Sementara menurut Nurlan Darise (2008:41) mengemukakan bahwa:
23
“Untuk dapat memahami penyusunan laporan keuangan harus
terlebih dahulu memahami siklus akuntansi”.
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa siklus akuntansi terdiri dari
tahap-tahapan dalam penyusunan laporan keuangan.
Adapun tahap-tahap siklus akuntansi pemerintahan menurut Erlina
Rasdianto (2015:6) sebagai berikut:
1) Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan
analisis transaksi keuangan tersebut.
2) Mencatat transaksi ke dalam buku jurnal. Tahapan ini disebut menjurnal.
3) Meringkas dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan yang sudah
dijurnal. Tahapan ini disebut memposting atau mengakunkan.
4) Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan memindahkannya
ke dalam neraca saldo.
5) Melakukan penyesuaian buku besar berdasarkan informasi yang paling
terbaru (up to date).
6) Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan
memindahkannya kedalam neraca saldo setelah disesuaikan.
7) Menyusun laporan keuangan berdasarkan neraca saldo setelah disesuaikan.
8) Menutup buku besar.
9) Menentukan saldo-saldo buku besar dan memindahkannya ke dalam
neraca saldo setelah tutup buku.
Tahapan siklus akuntansi pemerintah daerah dapat digambarkan seperti
Gambar 2.2 berikut ini:
24
Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Sumber: Erlina, dkk (2015:7) Gambar 2.2
Siklus Akuntansi keuangan Daerah
2.1.1.6 Indikator Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Menurut Dwi Ratmono dan Mahfud Sholihin (2015:99), Deddi Nordiawan
(2014:201), dan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah mengatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah meliputi:
1) Pencatatan
2) Pengikhtisaran
3) Pelaporan
Adapun penjelasan indikator sistem akuntansi keuangan daerah
sebagai berikut:
1) Pencatatan
a) Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran dalam bentuk bukti
transaksi dan bukti pencatatan.
b) Kegiatan pencatatan bukti transaksi dalam buku harian atau jurnal.
25
c) Memindahbukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok atau
jenisnya ke dalam akun buku besar.
2) Pengikhtisaran
a) Penyusunan neraca saldo berdasarkan akun buku besar pada akhir
periode akuntansi yaitu suatu daftar yang memuat nama akun atau
rekening beserta jumlah saldonya selama periode tertentu, diambil dari
buku besar.
b) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian yaitu menyesuaikan akun-akun
pada akhir periode yang belum menyajikan informasi yang paling up
to date.
c) Penyusunan kertas kerja atau neraca lajur yaitu neraca lajur merupakan
alat pembantu penyusunan laporan keuangan.
d) Pembuatan ayat jurnal penutup yaitu prosedur jurnal penutup diposting
ke akun-akun bersangkutan sehingga setelah diposting, akun nominal
akan nol.
e) Pembuatan neraca saldo setelah penutupan yaitu neraca yang berisi
daftar akun riil yang dibuat yang dibuat setelah dilakukan penutupan.
f) Pembuatan ayat jurnal pembalik yaitu apabila diperlukan setelah
pembuatan neraca saldo setelah penutupan, dibuat ayat jurnal
pembalik.
3) Pelaporan
Setelah proses selesai, maka dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD, entitas pelaporan menyusun laporan keuangan.
2.1.2 Kompetensi Sumber Daya Manusia
2.1.2.1 Pengertian Kompetensi Sumber Daya Manusia
Adapun pengertian kompetensi dan sumber daya manusia yang dinyatakan
oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut Spencer dalam Moeheriono (2012:5) mengemukakan bahwa:
“Kompetensi merupakan sebuah karakteristik dasar seseorang yang
mengindikasikan cara berfikir, bersikap, dan bertindak serta menarik
kesimpulan yang dapat dilakukan dan dipertahankan oleh seseorang
pada waktu periode tertentu”.
Menurut Ardeno Kurniawan (2015:118) mengemukakan bahwa:
“Kompetensi adalah pengetahuan dan keahlian yang diperlukan
seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya”.
26
Sedangkan Hutapea dan Thoha, (2008:7) mengemukakan bahwa:
“Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang
dituntut oleh perkerjaan tersebut”.
Menurut Narawi dalam Chr. Jimmy L. Gaol (2015:44) mengemukakan
bahwa:
“Sumber Daya Manusia (SDM) adalah orang yang bekerja dan
berfungsi sebagai aset organisasi/perusahaan yang dapat dihitung
jumlahnya (kuantitatif)”.
Sedangkan Wirawan (2015:18) mengemukakan bahwa:
“Sumber Daya Manusia (SDM) adalah orang yang disebut sebagai
manajer, pegawai, karyawan, buruh atau tenaga kerja yang bekerja
untuk organisasi”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
Kompetensi Sumber Daya Manusia adalah kemampuan seseorang atau individu
suatu organisasi untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk
mencapai tujuannya yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta
didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh perkerjaan tersebut.
27
2.1.2.2 Indikator Kompetensi Sumber Daya Manusia
Menurut Moeheriono (2012:6) dan Hutapea dan Thoha (2008:28)
komponen utama pembentukan kompetensi diantaranya:
1) Pengetahuan (Knowledge)
2) Keterampilan (Skill)
3) Sikap (Attitude)
Adapun penjelasan indikator kompetensi sumber daya manusia yaitu
sebagai berikut:
1. Pengetahuan (Knowledge) adalah informasi yang dimiliki seseorang
karyawan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
dengan bidang yang digelutinya (tertentu).
2. Keterampilan (Skill) merupakan suatu kemampuan dan upaya untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan
kepada seorang karyawan dengan baik dan maksimal.
3. Sikap (Attitude) merupakan pola tingkah laku seorang karyawan/pegawai
di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan
peraturan perusahaan.
2.1.3 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.1.3.1 Pengertian Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Adapun pengertian kualitas dan laporan keuangan pemerintah daerah yang
dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut Iman Mulyana (2010:96) dalam Susilawati (2014)
mengemukakan bahwa:
28
“Kualitas diartikan sebagai kesesuaian dengan standar, diukur
berbasis kadar ketidaksesuaian, serta dicapai melalui pemeriksaan”.
Pengertian laporan keuangan pemerintah daerah yang dikemukakan oleh
Dadang Suwanda dan Hendri Santosa (2015:26) sebagai berikut:
“Laporan keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu wujud
bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah atas penggunaan
keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
operasional pemerintah daerah”.
Sementara menurut M. Yusuf (2013:1) mengemukakan bahwa:
“Laporan keuangan pemerintah daerah adalah suatu bentuk
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada stakeholder yang di
dalamnya mencakup brrbagai macam pekerjaan yang membutuhkan
keuangan, termasuk komponen aset yang tercermin dalam neraca
(kini dikenal sebagai “laporan posisi keuangan”) daerah dimana
setiap tahun dibuatkan laporanya setelah pelaksanaan anggaran.”.
Sedangkan menurut Erlina, dkk (2015:19) mengemukakan bahwa:
“Laporan keuangan pemerintah daerah adalah suatu hasil dari proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi
(keuangan) dari entitas akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah
daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan entitas akuntansi dan
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang
memerlukannya”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan bahwa laporan
keuangan pemerintah daerah adalah proses akuntansi yang terstruktur dalam suatu
periode akuntansi dan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang
memerlukannya.
29
2.1.3.2 Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Adapun tujuan laporan keuangan secara umum dan khusus yang
dikemukakan Erlina, dkk (2015:20) dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai berikut:
“Tujuan laporan keuangan pemerintah daerah secara umum adalah
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran,
saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas
suatu entitas pelaporan yang bermamfaat bagi para pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya”.
Sedangkan tujuan laporan keuangan secara khusus sebagai berikut:
“Tujuan laporan keuangan pemerintah daerah secara khusus adalah
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
dan menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya
yang dipercayakannya kepadanya”.
Berdasarkan tujuan yang dikemukakan diatas dapat dikatakan bahwa
tujuan laporan keuangan pemerintah daerah adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan yang berguna untuk mengambil keputusan.
2.1.3.3 Indikator Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Deddi Nordiawan, dkk (2012:131) dan Peraturan Pemerintah No.
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mengemukakan bahwa:
“Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran
normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga
dapat memenuhi tujuannya”.
Menurut Erlina, dkk (2015:8) dan Mahmudi (2010:11) Keempat
karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, yaitu:
30
1) Relevan
2) Andal
3) Dapat dibandingkan
4) Dapat dipahami
Adapun penjelasan indikator laporan keuangan yaitu sebagai berikut:
1) Relevan.
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi
masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan
dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang
relevan, yaitu:
a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value).
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau
mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value).
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c) Tepat waktu.
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan.
d) Lengkap.
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan
kendala yang ada. Informasi yang melatar belakangi setiap butir
informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan
dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut
dapat dicegah.
2) Andal.
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi
karakteristik, yaitu:
a) Penyajian jujur.
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
b) Dapat diverifikasi (verifiability).
31
Informasi disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c) Netralitas.
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tetentu.
3) Dapat dibandingkan.
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas laporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat
dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila entitas diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi
yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat
dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan
akuntansi yang lebih baik dari pada kebijakan akuntansi sekarang
diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya
perubahan.
4) Dapat dipahami.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
2.2 Kerangka Pemikiran
Sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) didefinisikan sebagai
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
mengggunakan aplikasi komputer (Dwi Ratmono dan Mahfud Sholihin (2015:99).
Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) yang diharapkan akan
diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten, dan Kota,
sehingga pemerintah daerah mampu menghasilkan laporan pertanggungjawaban
keuangan sesuai dengan tuntutan masyarakat (Ifa Ratifah, 2012). Sistem akuntansi
32
keuangan daerah merupakan salah satu subsistem organisasi yang memfasilitasi
kontrol dengan melaporkan kinerja pemerintah daerah (Ifa Ratifah, 2012).
Proses pelaporan keuangan pemerintah harus dikerjakan oleh SDM yang
memiliki kompetensi agar mampu menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD) yang berkualitas (Akhmad Syarifudin, 2014:27).
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan sangat ditentukan oleh
kualitas dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada di dalamnya
(Akhmad Syarifudin, 2014:31). Kompetensi sumber daya manusia adalah
kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab
yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
yang cukup memadai (Arfianti & Kawedar, 2013:8). Dengan demikian, Untuk
menghasilkan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai, maka
laporan keuangan harus disusun oleh personel yang memiliki kompetensi
dibidang pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi (Indra Kesuma,
2014:73).
Laporan keuangan Pemerintah daerah, disajikan sebagai salah satu bentuk
pelaksanaan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik (Mahmudi, 2010:3). Dari
sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja
bagi pemerintah secara keseluruhan maupun unit-unit kerja didalamnya
(Mahmudi, 2010:2). Dari sisi pemakai eksternal, laporan keuangan pemerintah
daerah merupakan bentuk pertanggungjawaban kepala daerah kepada masyarakat,
investor, kreditor, lembaga donor, pers, serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan dengan laporan tersebut sebagai dasar untuk pengambilan
33
keputusan ekonomi, sosial, dan politik (Mahmudi, 2010:2). Karena laporan
keuangan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, maka laporan
keuangan pemerintah daerah harus disajikan secara tepat waktu dan dapat
diandalkan (Mahmudi, 2010:3).
2.2.1 Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Adapun pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah menurut para ahli sebagai berikut:
Menurut Pramono Hariadi (2013:131) mengemukakan bahwa sistem
akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan sebagai berikut:
“Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal,
diperlukan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang
memadai”.
Menurut Abdul Halim (2014:31) mengemukakan bahwa sistem akuntansi
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebagai
berikut:
“Akuntansi keuangan daerah sering diartikan sebagai tata buku atau
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis di bidang
keuangan berdasarkan prinsip-prinsip, standar-standar tertentu, serta
prosedur-prosedur tertentu untuk menghasilkan informasi aktual di
bidang keuangan”.
Menurut Mahmudi (2010:27) mengemukakan bahwa sistem akuntansi
pemerintah daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan sebagai
berikut:
34
“Sistem akuntansi pemerintah daerah yang disusun dalam rangka
menjamin bahwa siklus akuntansi bisa berjalan dengan baik tanpa
ada gangguan dan masalah, sebab apabila ada masalah pada salah
satu bagian saja dari siklus akuntansi tersebut bisa berakibat laporan
keuangan keuangan yang dihasilkan kurang berkualitas”.
Menurut Tutun Hermawanto (2013:2) mengemukakan bahwa sistem
akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
sebagai berikut:
“Keberadaan sebuah sistem akuntansi menjadi sangat penting karena
fungsinya dalam menentukan kualitas informasi pada laporan
keuangan”.
Menurut Ifa Ratifah dan Mochammad Ridwan (2012) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa sistem akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:
“Model regresi variabel SAKD signifikan hal ini dapat dilihat dari
probabilitas signifikansi untuk SAKD sebesar 0,039 (α < 0.05), sehingga dapat
disimpulkan variabel SAKD mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan”.
Menurut Kadek Desiana Wati, dkk (2014) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa sistem akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:
“Berdasarkan analisis statistik pada tabel 1 dalam penelitian diperoleh nilai
koefisienregresi sistem akuntansi keuangan daerah sebesar 0,135. Hal ini berarti
system akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan daerah. Sedangkan nilai signifikani sistem akuntansi keuangan daerah
adalah 0,021<0,05. Hal ini berarti sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah”.
Berdasarkan teori-teori penghubung diatas, maka dapat dikatakan bahwa
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan
35
Keuangan Pemerintah Daerah. Sistem Akuntansi keuangan Daerah yang baik
akan meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
2.2.2 Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Adapun pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah menurut para ahli sebagai berikut:
Menurut M. Yusuf (2013:154) mengemukakan bahwa kompetensi sumber
daya manusia berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
sebagai berikut:
“Apabila tidak mendapatkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
terhadap laporan keuangan pemerintah atau tidak bisa memberikan
pelayanan perizinan dengan baik, itu juga karena pegawaainya
kurang kompeten”.
Menurut Warisno (2009) dalam Indra Kesuma (2014:76) mengemukakan
bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:
“Kegagalan sumber daya manusia Pemerintah Daerah dalam
memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada
kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian
laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah”.
Menurut Dewi Andini (2015:1) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:
“Untuk menghasilkan laporan keuangan daerah yang berkualitas
dibutuhkan SDM yang memahami dan kompeten dalam akuntansi
pemerintahan, keuangan daerah bahkan organisasional tentang
pemerintahan”.
36
Menurut As Syifa Nurillah, Dul Muid (2014) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:
“Pernyataan hipotesis pertama (H1) dapat diterima, maka variabel
kompetensi SDM berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan daerah dengan koefisien variabel SDM yang bernilai 0,186 dengan
tingkat signifikansi 0,032. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi
kompetensi SDM, maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap kualitas
laporan keuangan”.
Menurut Iftitah Dian Humairoh (2013) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:
“Berdasarkan hasil analisis regresi diatas (tabel 6) dapat dilihat nilai
signifikansi untuk kompetensi SDM sebesar 0.038 lebih kecil dari
0.05. maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Nilai
koefisien ini menunjukkan bahwa kompetensi SDM memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
daerah”.
Sedangkan Menurut Liza Rahayu, dkk (2014) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:
“Berdasarkan analisa data menyatakan bahwa variabel kompetensi
SDM berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Jember”.
Berdasarkan teori-teori penghubung diatas, maka dapat dikatakan bahwa
Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Kualitas Laporan
Keuangan. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan yang baik akan
meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
37
Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikiran dari
penelitian ini dalam bentuk paradigma penelitian sebagai berikut:
Paradigma Penelitian
Gambar 2.3
Paradigma Penelitian
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan proses kesinambungan dari penelitian
sebelumnya untuk mendapat informasi yang valid mengenai permasalahan
peneliti, yaitu mengenai pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah dan
kompetensi sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Beberapa penelitian terdahulu dapat dilihat dari Tabel 2.1 berikut ini:
Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah
Kompetensi Sumber Daya
Manusia
Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Pramono Hariadi (2013:131)
Abdul Halim (2014:31)
Mahmudi (2010:27)
Tutun Hermawanto (2013:2)
Ifa Ratifah dan Moch. Ridwan (2012)
Kadek Desiana Wati, dkk (2014)
M. Yusuf (2013:154)
Warisno (2009)
Dewi Andini (2015:1)
As Syifa Nurillah, Dul Muid (2014)
Iftitah Dian Humairoh (2013)
Liza Rahayu (2014)
Erlina (2015:5)
Nurmalia Hasanah (2016:195)
Abdul Halim (2014: 94)
Spencer dalam Moeheriono (2012:5)
Ardeno Kurniawan (2015:118)
Hutapea dan Thoha, (2008:7)
Narawi dalam Chr. Jimmy L. Gaol (2015:44)
Wirawan (2015:18)
Iman Mulyana (2010:96)
Dadang Suwanda (2015:26)
M. Yusuf (2013:1)
Erlina, dkk (2015:19)
38
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian
1. Ifa Ratifah dan Mochammad
Ridwan. (2012)
ISSN: 1411-514X
Komitmen Organisasi
Memoderasi Pengaruh
Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Model regresi variabel SAKD signifikan
hal ini dapat dilihat dari probabilitas
signifikansi untuk SAKD sebesar 0,039 (α
< 0.05), sehingga dapat disimpulkan
variabel SAKD mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan.
2. Ni Made Rika Krisna Dewi,
Ni Kadek Sinarwati dan
Nyoman Ari Surya
Darmawan. (2014)
(Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
Pengaruh Pemahaman
Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah Dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Terhadap
Kualitas Informasi Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, bahwa pemahaman sistem
akuntansi keuangan daerah terbukti dapat
mempengaruhi kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah.
3. Kadek Desiana Wati, Nyoman
Trisna Herawati, Ni Kadek
Sinarwati (2014)
(Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
Pengaruh Kompetensi
SDM, Penerapan SAP, Dan
Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Daerah
Berdasarkan analisis statistik pada tabel 1
dalam penelitian diperoleh nilai
koefisienregresi sistem akuntansi
keuangan daerah sebesar 0,135. Hal ini
berarti system akuntansi keuangan daerah
berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan daerah. Sedangkan nilai
signifikani sistem akuntansi keuangan
daerah adalah 0,021<0,05. Hal ini berarti
sistem akuntansi keuangan daerah
berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan daerah.
4. Subadriyah dan Anita
Rahayuningsih. (2015)
ISSN: 2407-9189
Analisis Hubungan Kualitas
Sumber Daya Manusia Dan
Kualitas Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah Dengan
Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Berdasarkan pengolahan data hasil
kuesioner mengenai sistem akuntansi
keuangan daerah terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah, bahwa
dengan adanya kualitas sistem akuntansi
keuangan daerah terbukti bahwa
berpengaruh terhadap kualitas laporan
keaungan pemerintah daerah dengan
signifikansi 0.000.
5. Tutun Hermawanto Botutihe
(2013)
Jurusan Akuntansi Universitas
Negeri Gorontalo
Pengaruh Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan
Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Gorontalo
Berdasarkan hasil penelitian membuktikan
bahwa penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah terbukti memiliki
pengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pada pemerintah Kota Gorontalo
6. As Syifa Nurillah, Dul Muid
(2014)
ISSN (Online): 2337-3806
Pengaruh Kompetensi
Sumber Daya Manusia,
Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan
Daerah (Sakd),
Pemanfaatan Teknologi
Informasi, Dan Sistem
Pengendalian Intern
Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah
Pernyataan hipotesis pertama (H1) dapat
diterima, maka variabel kompetensi SDM
berpengaruh positif signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan daerah dengan
koefisien variabel SDM yang bernilai
0,186 dengan tingkat signifikansi 0,032.
Hasil penelitian ini menunjukkan semakin
tinggi kompetensi SDM, maka semakin
tinggi pula pengaruhnya terhadap kualitas
laporan keuangan.
39
Daerah
(Studi Empiris Pada Skpd
Kota Depok)
7. Yusar Sagara, 2015
ISSN 2222-1697 (Paper)
ISSN 2222-2847 (Online)
Vol.6, No.10, 2015
The Effect of
Implementation Accounting
Information System and
Competence of Human
Resources on the Quality of
Financial Reporting
human resources competencies is a major
cause of poor quality of financial reporting
in Lebak Banten Indonesia.
8. Liza Rahayu, Kennedy dan
Yuneita Anisma (2014)
JOM FEKON Vol. 1 Nomor.
2 Oktober 2014
Pengaruh Kompetensi
Sumber Daya Manusia
(SDM), Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan
Daerah, dan Penerapan
Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan
Daerah Pada Pemerintah
Provinsi Riau (Studi
Empiris Pada SKPD
Provinsi Riau)
Kompetensi SDM memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah kota Pekanbaru. Hal ini
dapat dilihat dari nilai t hitung variabel
kompetensi SDM > t tabel.
9 Dewi Andini dan Yusrawati
(2015)
Jurnal Ekonomi, Manajemen
dan Akutansi I Vol. 24 No. 1
Juni 2015
Pengaruh Kompetensi
Sumber Daya Manusia Dan
Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan
Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Daerah
Pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Skpd)
Kabupaten Empat Lawang
Berdasarkan hasil analisis regresi diatas
(tabel 6) dapat dilihat nilai signifikansi
untuk kompetensi SDM sebesar 0.038
lebih kecil dari 0.05. maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis diterima.
Nilai koefisien ini
menunjukkan bahwa kompetensi SDM
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan daerah.
10. Iftitah Dian Humairoh (2013)
Artikel Ilmiah Mahasiswa
2013 Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Jember
(UNEJ)
Pengaruh Kompetensi
Sumber Daya Manusia
(SDM) terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
(Studi Empiris Pada SKPD
Kabupaten Jember)
Berdasarkan analisa data menyatakan
bahwa variabel kompetensi SDM
berpengaruh terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Jember.
40
2.4 Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ke tiga dalam
penelitian. Setelah peneliti mengemukakan Landasan Teori dan Kerangka
Pemikiran. Menurut Sugiyono (2013:99) menjelaskan tentang hipotesis sebagai
berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang
empirik”.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diberikan penulis. Untuk
menguji ada atau tidaknya hubungan antara sistem akuntansi keuangan daerah dan
standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan, maka peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bandung Barat.
H2: Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Kabupaten Bandung Barat.