bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan
Menurut Lewis dan Booms dalam Tjiptono dan Chandra (2005), kualitas
pelayanan sebagai ukuran seberapa baik tingkat layanan yang diberikan mampu
sesuai dengan harapan pelanggan.
Sedangkan menurut Tjiptono (2001), kualitas pelayanan adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut
untuk memenuhi keinginan pelanggan. Pendapat Kotler dan Amstrong (2001)
berpendapat bahwa kepuasan pelanggan menunjukkan sejauh mana kinerja yang
diberikan oleh sebuah produk sepadan dengan harapan pembeli. Apabila kinerja
produk sesuai dengan harapan pelanggan maka pelanggan akan merasa puas.
Pelanggan akan merasa semakin puas apabila kinerja produk melebihi harapan
pelanggan. Harapan pelanggan terbentuk oleh pengalaman pembelian terdahulu,
komentar teman dan kenalan, serta informasi atau janji dari pemasar.
Lebih lanjut Tjiptono dkk (2008 : 70) menyatakan bahwa kualitas layanan
mencerminkan perbandingan antara tingkat layanan yang disampaikan perusahaan
dibandingkan ekspektasi pelanggan. Kualitas layanan diwujudkan melalui
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya
dalam mengimbangi atau melampaui harapan pelanggan. Harapan pelanggan bisa
8
berupa tiga standar, yaitu:
1) Will expectation
yaitu tingkat kinerja yang diantisipasi atau diperkirakan konsumen akan
diterimanya, berdasarkan semua informasi yang diketahuinya.
2) Should expectation
yaitu tingkat kinerja yang dianggap sudah sepantasnya diterima
konsumen. Biasanya tuntutan dari apa yang seharusnya diterima jauh lebih
besar daripada apa yang diperkirakan bakal diterima.
3) Ideal expectation
yaitu tingkat kinerja optimum atau terbaik yang diharapkan dapat diterima
konsumen.
Kualitas pelayanan berpusat pada suatu kenyataan yang ditentukan oleh
pelanggan. Interaksi strategi pelayanan, sistem pelayanan dan sumber daya
manusia serta pelanggan akan sangat menentukan keberhasilan dari manajemen
perusahaan. Oleh karena itu perlu menerapkan strategi untuk membentuk kualitas
pelayanan yang terbaik, maka Tjiptono (2004) menerangkan strategi kualitas
pelayanan sebagai berikut:
1) Atribut layanan pelanggan yaitu bahwa penyampaian jasa harus tepat
waktu, akurat dengan perhatian dan keramahan
2) Pendekatan untuk penyempurnaan kualitas jasa merupakan aspek penting
dalam mewujudkan kepuasan pelanggan. Ini disebabkan oleh faktor biaya,
waktu penerapan program dan pengaruh layanan pelanggan. Ketiga faktor
ini merupakan pemahaman dan penerapan suatu sistem yang responsif
9
terhadap pelanggan dan organisasi guna mencapai kepuasan yang
optimum
3) Sistem umpan balik dan kualitas layanan pelanggan, yaitu dengan
memahami persepsi pelanggan terhadap perusahaan dan para pesaing.
Mengukur dan memperbaiki kinerja perusahaan, mengubah bidang-bidang
terkuat perusahaan menjadi faktor pembeda pasar, menunjukkan komitmen
perusahaan pada kualitas dan pelanggan.
4) Implementasi adalah strategi yang paling penting sebagai bagian dari
proses implementasi, pihak manajemen perusahaan harus menentukan
cakupan-cakupan jasa dan level pelayanan.
Menurut Parasuraman et al. yang memperkenalkan konsep Service Quality
(SERVQUAL) secara ringkas menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan
fungsi harapan pelanggan pada tahap pra pembelian, proses penyediaan kualitas
yang diterima dan kualitas output yang diterima. Parasuraman et al.
mendefinisikan kualitas pelayanan (servqual) sebagai suatu konsep yang secara
tepat mewakili inti kinerja suatu jasa, yaitu perbandingan terhadap keterandalan
(excellence) dalam service counter yang dilakukan oleh pelanggan.
Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Parasuraman, Leonard. L. Berry
dalam Marketing Services Competing Through Quality (1991), yang dikutip oleh
Guntur. M. Effendi. (2010. p345) menyatakan bahwa kualitas pelayanan secara
umum dapat dibentuk oleh lima dimensi yaitu:
1) Keterwujudan (tangible)
merupakan dimensi pelayanan yang menitikberatkan pada elemen-elemen
10
yang mewakili pelayanan secara fisik.
2) Kehandalan (reliability)
merupakan kemampuan untuk memberikan jasa sebagaimana yang
dijanjikan secara akurat, segera dan memuaskan. Kinerja harus sesuai
dengan harapan pelanggan yang berarti ketetapan waktu, pelayanan yang
sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik dan akurasi
tinggi.
3) Daya Tangkap (responsiveness)
yaitu dimensi kualitas pelayanan yang menitik beratkan pada kemauan
karyaan atau pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa
dengan cepat.
4) Jaminan (assurance)
adanya kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan kemampusan
para pegawai peruahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan
kepada pelayanan perusahaan yang memiliki beberapa komponen antara
lain: komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi.
5) Empati (empathy)
yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individu atau pribadi
yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki
pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan
pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang
nyaman bagi pelanggan.
11
Pada prinsipnya, kualitas jasa berpotensi menciptakan kepuasan pelanggan
yang pada gilirannya akan memberikan sejumlah manfaat seperti Tjiptono dan
Gregorius (2004) :
1) Terjalin relasi saling menguntungkan jangka panjang antar perusahaan dan
para pelanggan,
2) Terbukanya peluang pertumbuhan bisnis melalui pembelian ulang,
crossselling dan up-selling (penjualan silang dan penjualan keatas).
3) Loyalitas pelanggan dapat terbentuk.
4) Terjadinya komunikasi mulut ke mulut (gethok tular) positif yang
berpotensi menarik pelanggan baru.
5) Presepsi pelanggan dan public terhadap reputasi perusahaan semakin
positif.
6) Laba yang duperoleh bisa meningkat.
Kepuasan disebabkan karena adanya interaksi antara harapan dan
kenyataan. Sebaliknya apa yang diterima pelanggan sebaik yang diharapkan
adalah faktor yang menetukan kepuasan. Jadi harapan harapan pelanggan dapat
dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabat, serta janji dan
informasi pemasar dan pesaing. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama tanpa
memikirkan harga dan memberikan komentar yang baik tentang perusahaan.
Kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian yang dirasakan setelah pemakaiannya. Kepuasan pelanggan
sebagai evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul
12
apabila hasil tidak memenuhi harapan pelanggan.
2.1.2 Pengertian Kepuasan Konsumen
Menurut Swan at al (1980), dalam buku Tjiptono (2005), kepuasan konsumen
adalah evaluasi sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk
atatu jasa relaif bagus atau jelek, atau apakah produk atau jasa cocok atau tidak
cocok dengan tujuan pemakaian. Kata kepuasan (satisfaction sendiri berasal dari
bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau
membuat). Kepuasan dapat diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau
“membuat sesuatu memadai”.
Menurut Kotler (2008, p177) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang
dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada di
bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan
puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.
Sedangkan menurut Irawan (2002) kepuasan pelanggan adalah hasil
akumulasi dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa.
Pelanggan akan merasa puas apabila memperoleh nilai atau manfaat dari suatu
produk atau jasa.
Pada dasarnya kepuasan merupakan tingkat perasaan pelanggan setelah
membandingkan antara kinerja layanan yang diterimanya dengan kinerja layanan
yang diharapkannya. Ini berarti bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara harapan dengan kinerja layanan. Apabila kinerja layanan
dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja layanan sesuai
dengan harapan, maka pelanggan akan merasa puas. Sedangkan bila kinerja
melebihi harapan, pelanggan akan merasa sangat puas. Patut diingat pula bahwa
pelayanan yang memuaskan merupakan bagian masa depan perusahaan (Budiono.
1996. dalam Kaihatu. 2008).
Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat,
diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis,
13
memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas
pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi mulut ke mulut (word of mouth)
yang menguntungkan bagi perusahaan menurut (Tjiptono, 1994 dalam Guntur, E.
M. 2010). Umumnya faktor-faktor yang menentukan harapan pelanggan meliputi
kebutuhan pribadi, pengalaman masa lampau, rekomendasi dari mulut ke mulut,
dan iklan (Zeithaml et al. 1993 dalam Tjiptono, 2005) melakukan penelitian
khusus dalam sektor jasa dan mengemukakan bahwa harapan pelanggan terhadap
kualitas suatu jasa terbentuk oleh beberapa faktor berikut :
1) Enduring Service Intensifiers
Faktor ini merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan
untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap jasa. Faktor ini meliputi harapan
yang disebabkan oleh orang lain dan filosofi pribadi seseorang tentang jasa.
Seorang siswa akan akan berharap patut mendapatkan pelayanan pendidikan yang
baik apabila siswa lainnya dilayani dengan baik oleh pihak sekolah. Selain itu,
filosofi individu (misalnya seorang siswa sekolah) tentang bagaimana
memberikan pelayanan yang benar akan menentukan harapannya pada sekolah
tempat ia bersekolah.
2) Personal Needs
Kebutuhan yang dirasakan seseorang mendasar bagi kesejahteraannya juga
sangat menentukan harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik,
sosial, dan psikologis.
3) Transitory service intensifiers
Faktor ini merupakan faktor individual yang besifat sementara (jangka
pendek) yang meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap jasa. Faktor ini
meliputi:
• Situasi darurat pada saat pelanggan sangat membutuhkan jasa dan ingin
perusahaan bisa membantunya (misalnya jasa pendidikan SMK pada saat
siswa belum mampu membayar spp).
14
• Jasa terakhir yang dikonsumsi pelanggan dapat pula menjadi acuannya
untukmenentukan baik-buruknya jasa berikutnya.
4) Perceived Service Alternatives
Perceived Service Alternatives Merupakan persepsi pelanggan terhadap
tingkat atau derajat pelayanan perusahaan lain yang sejenis. Jika konsumen
memiliki beberapa alternatif, maka harapannya terhadap suatu jasa cenderung
akan semakin besar.
5) Self-Perceived Service Roles
Faktor ini adalah persepsi pelanggan tentang tingkat atau derajat
keterlibatannya dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya. Jika konsumen
terlibat dalam proses pemberian jasa dan jasa yang terjadi ternyata tidak begitu
baik, maka pelanggan tidak menimpakan kesalahan sepenuhnya pada si pemberi
jasa. Oleh karena itu, persepsi tentang derajat keterlibatannya ini akan
mempengaruhi tingkat jasa/pelayanan yang bersedia diterimanya.
6) Situational Factors
Faktor situasional terdiri atas segala kemungkinan yang bisa mempengaruhi
kinerja jasa, yang berada diluar kendali penyedia jasa. Misalnya pada waktu batas
akhir pembayaran spp, siswa akan antri untuk membayar spp karena banyaknya
siswa yang terlambat membayar spp dan ini akan menyebabkan seorang siswa
akan relatif lama menunggu. Untuk sementara waktu, siswa tersebut akan
menurunkan tingkat pelayanan minimal yang bersedia diterimanya karena
keadaan itu bukanlah kesalahan pihak sekolah.
7) Explicit Service Promises
Faktor ini merupakan pernyataan (secara personal maupun non personal)
olehorganisasi tentang jasanya kepada pelanggan. Janji ini bisa berupa iklan,
personal selling, perjanjian, atau komunikasi dengan karyawan organisasi
tersebut.
8) Implicit Service Promises
15
Faktor ini menyangkut petunjuk yang berkaitan dengan jasa, yang
memberikan kesimpulan bagi pelanggan tentang jasa yang bagaimana yang
seharusnya dan yang akan diberikan. Petunjuk yang memberikan gambaran jasa
ini meliputi biaya untuk memperolehnya (harga) dan alat-alat pendukung jasanya.
Pelangan biasanya menghubungkan harga dan peralatan (tangible assets)
pendukung jasa dengan kualitas jasa. Harga yang mahal dihubungkan secara
positif dengan kualitas yang tinggi. Misalnya, setiap ruang kelas diberipendingin
ruangan dan dispenser air minum.
9) Word Of Mouth (Rekomendasi / Saran dari Orang lain)
Word Of Mouth merupakan pernyataan (secara personal atau non personal)
yang disampaikan oleh orang lain selain organisasi (service provider) kepada
pelanggan. Word Of Mouth ini biasanya cepat diterimaoleh pelanggan karena
yang menyampaikannya adalah mereka yang dapat dipercayainya, seperti para
ahli, teman, keluarga, dan publikasi media massa. Disamping itu Word Of Mouth
juga cepat diterima sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit
mengevaluasi jasa yang belum dibelinya atau belum dirasakannya sendiri.
10) Past Experience
Pengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau diketahui
pelanggan dari yang pernah diterimanya dimasa lalu. Apabila harapan pelanggan
lebih besar daripada yang mereka dapatkan, makaakan timbul rasa tidak puas
terhadap perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan menetapkan harapan
pelanggan yang terlalu rendah, akan banyak orang yang tidak membeli
produknya, meskipun semua pelanggannya puas. Oleh karena itu, sangat penting
bagi perusahaan untuk membentuk harapan pelanggan yang diselaraskan dengan
kinerja perusahaannya.
Berikut konsep kepuasan pelanggan menurut Engel, et al., 1990. Dalam
(Guntur. M. Effendi. 2010 )
16
Sumber Gambar : Guntur. M. Effendi. 2010
Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan
Kotler menyatakan bahwa pelanggan yang puas akan kinerja perusahaan
mempunyai ciri-ciri (Indikator) sebagai berikut :
1. Menjadi lebih setia.
2. Membeli lebih banyak jika perusahaan memperkenalkan produk baru dan
menyempurnakan produk yang ada.
3. Memberikan komentar yang menguntungkan tentang perusahaan dan
produknya.
4. Kurang memberikan perhatian pada merek dan iklan pesaing dan kurang
sensitif terhadap harga.
Tujuan Perusahaan
Produk
Nilai Produk bagi Pelanggan
Tingkat Kepuasan Pelanggan
Harapan Pelanggan Terhadap Produk
Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
17
Sedangkan menurut Engel, et al yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2004)
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana
alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau
melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil
yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.
Philip kotler (Marketing Management, 2000, p38) merumuskan bebrapa hal
yang harus diperhatikan dalam melacak dan mengukur kepuasan konsumen,
antara lain :
a. Sistem Keluhan dan Saran
Sistem ini memberikan kemudahan bagi perusahaan di dalam memecahkan
masalah, juga menyediakan banyak gagasan yang baik untuk perusahaan dan
memungkinkan perusahaan bertindak lebih cepat untuk memperbaiki dan
menyelesaikan masalah.
b. Suvei Kepuasan Konsumen
Perusahaan yang hanya menggunakan system ini sebagai ukura kepuasan
konsumen belum dapat memberikan gambaran tentang kepuasan dan
ketidakpuasan konsumen. Tetapi perusahaan yang responsive akan hal itu
akan melaksanakan pengukuran pada kepuasan konsumen dengan melakukan
survey biasa seperti mengirimkan daftar pertanyaan sebagai sampel acak
untuk mencari tahu apakah mereka puas dengan berbagai aspek kinerja
perusahaan serta meminta pendapat konsumen tenteng kinerja pesaing mereka.
c. Ghost Shopping
Dalam hal ini, perusahaan menpekerjakan seseorang untuk berperan atau
bersikap sebagai pembeli potensial, dengan tujuan agar menemukan kekuatan
dan kelemahan produk perusahaannya maupun produk perusahaan pesaing.
Para pembelanja siluman ini bahkan dapat menyampaikan masalah tertentu
untuk menguji apakah staff penjualan perusahaan menangani situasi tersebut
dengan baik.
18
d. Lost Customer Analysis
Perusahaan menghubungi konsumen yang telah berhenti membeli produk
perusahaan untuk mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi. Hal ini dilakukan
agar perusahaan dapat mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka
meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen merupakan perasaan puas
yang dirasakan oleh konsumen di dalam menikmati barang ataupun jasa
dikarenakan apa yang customer ekspektasi terhadap suatu barang atau jasa
tersebut melebihi ekspektasinya. Dalam bidang dan pelitian ini kepuasan
konsumen dapat berarti perasaan yang dirasakan pelanggan setelah pelanggan
mendapatkan pelayanan dan produk/barang yang berkualitas sehingga pelanggan
merasa puas.
2.1.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Konsumen
Menurut Kotler dan Amstrong (2003, p61) faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan berhubungan dengn tingkah laku konsumen yaitu faktor
budaya, faktor social, faktor pribadi dan faktor psikologi.
1. Faktor Kebudayaan
Factor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap
perilaku pelanggan. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen yaitu
budaya, sub-budaya dan kelas social. Budaya merupakan penentu keinginan
dan perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi keinginan atau kepuasan
orang. Sub-budaya terdiri atas nasionalitas, agama, kelompok, ras dan daerah
geografi. Sedangkan kelas social adalah sebuah kelompok yang relative
19
homogeny mempunyai susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat
dan tingkah laku. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh suatu factor
melainkan diukur sebagau kombinasi dari pekerjaan , pendapatan, dan variabel
lainnya.
2. Faktor Sosial
Faktor social terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang
yang berpengaruh dalam kelompok biasanya orang yang mempunyai
karakteristik, keterampilan, pengetahuan, kepribadian. Orang ini biasanya
menjadi panutan karena pengaruhnya amat kuat.
3. Faktor Pribadi
Factor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan
dan menanggapi pengalaman sesuai dengan tahap-tahap kedewasaannya.
Factor pribadi pelanggan dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian.
4. Faktor Psikologi
Faktor psikologi yang berperan terhadap kepuasan yaitu motivasi, persepsi,
pengetahuan, kenyakinan dan pendirian.
2.1.2.2 Faktor-faktor pendorong kepuasan konsumen
Menurut Irawan (2002,p37-40), faktor-faktor pendorong kepuasan
konsumen terbagi atas lima bagian :
1. Kualitas produk
20
Konsumen akan merasa puas setelah membeli atau menggunakan produ yang
telah dibelinya ternyata kualitas produk itu sangat baik.
2. Harga
Untuk konsumen yang sensitive, biasanya harga yang murah adaah sumber
kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan nilai uang yang
tinggi, komponen harga ini relative tidak penting bagi mereka yang tidak
sensitive terhadap harga.
3. Service quality
service kualitas sangat bergantung pada tiga hal, yaitu system,teknologi, dan
manusia. Faktor manusia ini memegang kontribusi sekitasr 70%. Maka sari itu
kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit ditiru. Pembentukan
attitude dan perilaku yang seiring dengan keinginan perusahaan menciptakan.
Pembenahan harus dilakukan mulai dari proses rekruitmen, training, budaya
kerja.
4. Emotional factor
Factor ini relative penting karena konsumen timbul pada saat ia sedang
mengkonsumsi produk tertentu, hal ini disebabkan karena merek produk
tersebut sudah tercipta dengan baik, baik dari segi kualitas, harga yang tidak
murah karena harga mahal identik dengan kualitas produk yang semakin
tinggi sebaik pelayanan yang diberikan.
5. Kemudahan
Konsumen akan merasa semakin puas apabila tempat mudah dicapai dan juga
nyaman.
21
2.1.3 Pengertian WOM (Word Of Mouth)
Definisi word-of-mouth menurut word-of-mouth Marketing Association
(WOMMA) dalam Mix (2007), adalah usaha pemasaran yang memicu konsumen
untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan dan menjual
produk/merek kita kepada pelanggan lain. Menurut Sumardy,Silviana, dan
Melone (2011:63) Word of Mouth didefinisikan sebagai : ” Word of mouth
adalah kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh sebuah merek agar konsumen
membicarakan, mempromosikan, dan mau menjual merek kita kepada orang lain”.
Prasetyo and Ihalauw (2004), mengemukakan pendapatnya bahwa
komunikasi informal tentang produk atau jasa berbeda dengan komunikasi formal
karena dalam komunikasi informal pengirim tidak berbicara dalam kapasitas
seorang profesional atau komunikator komersial, tetapi cenderung sebagai teman.
Komunikasi ini juga disebut komunikasi dari mulut ke mulut atau gethok tular
(word of mouth communication) yang cenderung lebih persuasif karena pengirim
pesan tidak mempunyai kepentingan sama sekali atas tindakan si penerima setelah
itu. Komunikasi ini sangat bermanfaat bagi pemasar. Word of mouth dapat cepat
diterima oleh pelanggan karena yang menyampaikan adalah seseorang yang
terpecaya seperti pakar, teman, keluarga, dan publikasi media massa.. word of
mouth juga cepat diterima sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit
mengevaluasi jasa yang belum dibelinya aau belum dirasakan sendiri (Tjiptono,
2006:64).
Menurut Sernovits (2006, p5), Word of Mouth adalah pembicaraan yang
secara alami terjadi antar orang-orang. Word of Mouth adalah pembicaraan
22
konsumen asli.
Pendapat Iput (2007), Ketika seorang konsumen mengeluarkan uang untuk
mengkonsumsi suatu produk/jasa, ia secara langsung juga mengkonsumsi sebuah
experience, yang kemudian memberi efek persepsi, dan berakhir pada suatu
tingkat kepuasan emosional. Kepuasan emosional inilah yang akan menghasilkan
sebuah word-of-mouth, yang mungkin sering muncul tanpa sengaja, namun
sebenarnya bisa direncanakan dengan strategi yang tepat, dengan goal yang
diinginkan perusahaan.
Berdasarkan keadaan tersebut, dalam rangka menciptakan word-of-mouth
yang positif, penting untuk diperhatikan adalah:
1) Konsumen yang terpuaskan (harapannya akan produk/jasa itu terpenuhi),
belum tentu 100% akan menceritakannya kepada orang lain. Misal ketika ia
membeli/mengkonsumsi sebuah produk atau jasa, ia tidak merasakan suatu
pengalaman hebat, atau kepuasan emosional yang lebih, sehingga WOM tidak
akan muncul.
2) Word-of-mouth positif akan muncul dari suatu experience yang dianggap
luar biasa oleh seorang konsumen, yang pada saat itu tingkat kepuasan
emosionalnya tinggi. Dengan kata lain, yang didapat ketika melakukan purchase,
lebih tinggi dari pengharapannya. Ia merasa surprise, menjadi jatuh hati.
Selanjutnya sesuai yang diharapkan perusahaan, ia akan menjadi loyal, dan
menyebarkan word-of-mouth positif. Tanpa diminta, ia membeberkan pengalaman
yang dirasakannya kepada orang-orang terdekatnya. Betapa puasnya dia
mengkonsumsi produk/jasa tersebut. Kepuasan yang muncul karena emosi,
23
terhadap kualitas. Baik dari sebuah produk/jasa, ditambah dengan kualitas
experience yang juga dibeli oleh konsumen.
3) Word-of-mouth negatif adalah suatu fenomena yang paling ditakutkan
perusahaan atau pengusaha. Karena seorang konsumen yang tingkat kepuasaan,
terutama emosionalnya negatif, akan berbicara, bukan hanya ke orang-orang
dekatnya saja. Ketidakpuasan belum tentu dari fisik sebuah produk/jasa, tapi bisa
intangible seperti mungkin dari fasilitas, pelayanan dan pengalamannya ketika
melakukan purchase.
Babin, Barry J leee, Yong-Kie, Kim, Eun-Fu, dan Griffin, Mitch (2005),
“Modeling Consumer Satisfaction and Word of Mouth: Restaurant Patronage
Korea” Journal of Service Marketing. Membagi tiga indicator dari Word of
Mouth, yaitu:
• Kemampuan Konsumen dalam Membicarakan hal-hal positif tentang
kualitas pelayanan perusahaan kepada orang lain. (Talk)
• Rekomendasi jasa perusahaan kepada orang lain. (Recommend)
• Dorongan terhadap teman untuk melakukan pembelian terhadap jasa
perusahaan. (Encourage)
Selanjutnya menurut Sernovitz (2006, p6), Word of Mouth terdiri dari dua
jenis, yaitu:
• Organic Word of Mouth adalah pembicaraan yang bersemi secara alami
dari kualitas positif dari perusahaan anda.
• Amplified Word of Mouth adalah pembicaraan yang dimulai oleh
kampanye yang disengajakan untuk membuat orang-orang berbicara.
24
Menurut Sernovitz (2006:184), ada lima elemen penting dalam Word of
Mouth yaitu:
• Talkers yaitu siapa yang menjadi pembicara yang menjadi duta atau teman
bagi produk kita.
• Topics yaitu apa yang dibicarakan tentang produk atau jasa, apa yang
mudah dibicarakan oleh orang mengenai sebuah produk.
• Tools yaitu alat atau media yang digunakan orang untuk berbicara.
• Taking Part yaitu partisipasi yang dilakukan atau diberikan oleh pihak
perusahaan.
• Tracking yaitu dampak dari WOM yang terjadi dan usaha penyesuaian
diri.
Menurut sutisna (2001, p184), kebanyakan proses komunikasi antar manusia
adalah melalui mulut ke mulut. Setiap orang berbicara dengan orang lain tiap hari,
saling tukar informasi. Setiap orang berkomentar dan proses komunikasi lainnya.
Mungkin sebenarnya dapat dikatakan bahwa pengetahuan konsumen atas berbagai
merek produk lebuh banyak disebabkan oleh adannya Word of Mouth. Hal ini
terjadi karena informasi dari teman akan lebih dapat dipercaya dibandingkan
dengan informasi yang diperoleh dari iklan. Informasi yang diperoleh dari orang
tua lebih bernilai dan dapat dipercaya dibandingkan informasi dari brosur. Dalam
hal ini pengaruh individu lebih kuat daripada pengaruh iklan. Lebih jauh dari itu
informasi dari teman, tetangga atau keluarga dapat menguragi resiko pembelian
karena konsumen terlebih dahulu bisa mengamati produk yang akan dbelinya
melalui informasi tersebut.
25
Jadi dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku WOMM merupakan
teknik marketing communication dimana dalam hal ini konsumen
merekomendasikan dan menjual secara tidak langsung produk dari produsen
kepada customer yang lain.
Kerugian yang diakibatkan oleh Word of Mouth adalah :
• Jika word of Mouth yang disebarluaskan adalah negatif maka konsumen
cenderung akan mengatakan kepada lebih banyak orang tentang
pengalamannya darioada ketika merka mendapat Word of Mouth positif.
• Dalam proses Word of Mouth berita dari fakta mengalami distorsi
sehingga dapat berkembang kearah yang salah dan bahkan jau dari berita
aslinya.
• Jika konsumen telah menerima Word of Mouth yang bersifat negated
maka sangat sulit bagi perusahaan untuk mengubah persepsi mereka. Hal
ini dikarenakan konsumen lebih mempercayai orang-orang terdekatnya
daripada informasi dari pihak perusahaan.
Menurut Sutisna (2001, p185) faktor-faktor yang memotivasi konsumen
untuk membicarakan mengenai suatu produk, merek atau jasa dengan atau kepada
orang lain, yaitu:
• Seseorang mungkin banyak mengetahui tentang produk dan menggunakan
percakapan sebagai cara untuk menginformasikan kepada orang lain.
Dalam hal ini Word of Mouth dapat menjadi alat menanamkan kesan
kepada orang lain bahwa kita mempunyai pengetahuan atau keahlian
tertentu.
26
• Seseorang mungkin mengawali suatu diskusi dengan membicarakan
sesuatu yang keluar dari topik. Hal ini terjadi karena menghabiskan waktu
untuk mencari informasi mengenai suatu merek produk.
• Word of mouth merupakan satu cara untuk mengurangi ketidakpatian,
karena dengan bertanya kepada teman, tetangga atau keluarga,
informasinya lebih dapat dipercaya sehingga mengurangi waktu
penelusuran dan evaluasi merek.
Menurut Kotler (2003, p261) ada dua manfaat utama dalam melakukan Word of
Mouth, yaitu :
1. Sumber dari mulut ke mulut meyakinkan :
Cerita dari mulut ke mulut adalah sau-satunya metode promosi yang berasal
dari konsumen, oleh konsumen dan untuk konsumen. Konsumen yang merasa
puas tidak hanya akan membeli kembali, tetapi mereka juga adalah reklame
yang berjalan dan berbicara untuk bisnis yang dijalankan.
2. Sumber dari mulut ke mulut memiliki biaya yang rendah :
Dengan tetap menjaga hubungan dengan konsumen yang puas dan menjadikan
mereka sebagai penyedia akan membebani bisnis yang dijalankan dengan
biaya yang relative murah. Bisnis tersebuat mungkin membalasnya dengan
merujuk pada orang tersebut atau dengan memberikan layanan diskon yang
lebih tinggi atau dengan menawarkan hadiah yang lebih kecil.
2.2 Teori Pendukung
2.2.1 Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pelanggan
27
Penelitian yang dilakukan (Handayani, Sri. Cahyono, Budhi. 2008).
Dengan judul jurnal “Pengaruh Kinerja Karyawan terhadap Perceived Service
Quality dan Word of Mouth Recommendation pada bprsud kota salatiga.”
Penelitian ini mengambil 100 sampel dan menggunakan path analysis.
Menunjukan hasil hipotesis kelima yang diterima yaitu terdapat pengaruh antara
Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Babin, Barry J leee, Yong-Kie, Kim, Eun-Fu, dan Griffin, Mitch.
2005), “Modeling Consumer Satisfaction and Word of Mouth: Restaurant
Patronage Korea” Journal of Service Marketing, juga menyebutkan bahwa
kualitas layanan(dalam studinya disebut hedonic value), berpengaruh positif bagi
kepuasan konsumen (pelanggan). Kualitas layanan adalah suatu kemudahan yang
dapat dimanfaatkan oleh konsumen. Produsen dapat memuaskan konsumen yang
baik dengan menciptakan kesan dan kemudahan yang baik bagi konsumen dalam
hal pelayanan (Goodman, 2005).
2.2.2 Kualitas Pelayanan dengan Word of Mouth
Kualitas layanan adalah suatu yang mutlak agar sebuah usaha Words-of-
Mouth berjalan dengan baik. Produsen dapat melakukan usaha Words-of-Mouth
yang baik dengan menciptakan pengalaman yang baik bagi pelanggan dalam hal
pelayanan. Goodman. (2005) dalam studinya, menyebutkan bahwa dengan
memelihara pelayanan yang baik bagi konsumen, sehingga memberikan
pengalaman yang baik bagi konsumen, dapat meningkatkan rekomendasi atau
Words of Mouth (WoM) yang positif bagi calon konsumen lain.
28
2.2.3 Kepuasan Pelanggan dengan Word of Mouth
Menurut penelitian yang dilakukan (Erida, 2009) dengan judul “The
Effects of Consumer Satisfaction and Incentives on WOM (word-of-mouth)
Behavior of Consumer at Intercity Bus Service Executive Class in Bandung.”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi words
of mouth dengan kepuasan yang dirasakan konsumen. Semakin besar orang
memiliki kepuasan, maka peluang untuk menceritakan kepada orang lain semakin
besar, demikian pula sebaliknya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Westbrook (1987) bahwa kepuasan pelanggan yang meningkat akan menaikkan
aktifitas words of mouth. Kepuasan konsumen akan membentuk WoM yang
positif bagi perusahaan (Brown et al, 1997; Szymanski dan Henard 2001, dalam
Luo dan Hamburg, 2007). Hal ini dapat mengurangi biaya perusahaan untuk
menarik konsumen baru. Dengan kata lain, biaya pemasaran untuk menarik
konsumen baru dapat ditekan dengan semakin tingginya kepuasan (Luo dan
Hamburg, 2007).
29
2.3. Kerangka Pemikiran
Model penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Analisis
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut sugiyono (2009, p93), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru berupa teori relevan, belum didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh
Kepuasan Pelanggan
- Quality Product
- Price
- Service Quality (of
waitress)
- Emotional factor
- Efficiency
Kualitas Pelayanan
- Tangible
- Reliability
- Responsiveness
- Assurance
- Emphaty
Word of Mouth
- Talk
- Recommend
- Encourage
30
melalui pengumpulan.
H1 : Terdapat pengaruh antara Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan
Pelanggan Seven Eleven Senayan.
H2 : Terdapat pengaruh antara Kualitas Pelayanan terhadap Word of Mouth
(WOM) pengunjung Seven Eleven Senayan.
H3 : Terdapat pengaruh antara Kepuasan Pelanggan terhadap Word of Mouth
(WOM) pengunjung Seven Eleven Senayan.
H4 : Terdapat pengaruh antara Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan
Pelanggan dan dampaknya pada Word of Mouth (WOM) pengunjung
Seven Eleven Senayan.