bab ii kajian pustaka, kerangka …repository.unpas.ac.id/13013/4/bab ii bener.pdfirham fahmi...

37
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1Ukuran Perusahaan (Firm Size) 2.1.1.1Pengertian Ukuran Perusahaan Suwito dan Herawati (2005:) mengatakan firm size atau ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, dimana ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Menurut Bambang Riyanto (2001:299): “Ukuran perusahaan (Firm Size) merupakan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan pada total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan total aktiva.” Menurut Bringham dan Houston (2006:25) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan adalah: “Rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar dari pada biaya variable dan baiya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil dari pada biaya variable dan biaya tetap makanperusahaan akan menderita kerugian.” Agnes Sawir (2004:101-102) dalam Dewi (2010). Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda yaitu:

Upload: lythien

Post on 05-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1Ukuran Perusahaan (Firm Size)

2.1.1.1Pengertian Ukuran Perusahaan

Suwito dan Herawati (2005:) mengatakan firm size atau ukuran perusahaan

adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut

berbagai cara, dimana ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu

perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan

perusahaan kecil (small firm).

Menurut Bambang Riyanto (2001:299):

“Ukuran perusahaan (Firm Size) merupakan menggambarkan besar

kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan pada total aktiva, jumlah

penjualan, rata-rata penjualan dan total aktiva.”

Menurut Bringham dan Houston (2006:25) menjelaskan bahwa ukuran

perusahaan adalah:

“Rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai

beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar dari pada biaya

variable dan baiya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum

pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil dari pada biaya variable dan

biaya tetap makanperusahaan akan menderita kerugian.”

Agnes Sawir (2004:101-102) dalam Dewi (2010). Ukuran perusahaan

dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi

untuk alasan yang berbeda yaitu:

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

14

“Pertama ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan

perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umunya

kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi

maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari

penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika

penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin

kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga

sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return

lebih tinggi secara signifikan. Kedua, ukuran perusahaan menentukan

kekuatan tawar menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar

biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk

penawaran special yang lebih menguntungkan dibandingkan yang

ditawarkan perusahaan kecil, semakin besar kemungkinan kemungkinan

pembuatan kontrak kontrak standar hutang.Ketiga, ada kemungkinan pengaruh

skala dalam biaya dan return membuatperusahaan yang lebih besar dapat

memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya,ukuran perusahaan diikuti oleh

karakteristik lain yang mempengaruhi strukturkeuangan. Karakteristik lain

tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai stafkhusus, tidak

menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistemakuntansi

mereka menjadi suatu sistem manajemen.

Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) yang dikutip oleh

Ahmad Riahi Belkoui (2006:65) terdapat beberapa perbedaan antara perusahaan

kecil dan besar, perbedaannya adalah sebagai berikut:

“Perusahaan kecil adalah suatu perusahaan yang operasinya relatif kecil,

biasanya dengan total pendapatan kurang dari $ 5 juta. Biasanya

perusahaan ini (a) dikelola oleh pemilik, (b) dan jika ada yang memiliki

hanya sedikit pemilik yang lain, (c) seluruh pemiliknya ikut terlibat secara

aktif dalam pelaksanaan urusan-urusan perusahaan, kecuali mungkin bagi

beberapa anggota keluarga tertentu, (d) memiliki struktur modal yang

sederhana didalam perusahaan kecil (e) jarang terjadi perpindahan

kepemilikan. Sedangkan perusahaan besar diidentifikasikan dengan

perusahaan publik yaitu suatu perusahaan yang (a) sahamnya

diperdagangkan di pasar publik atau bursa saham atau pasar over the

counter atau perusahaan (b) diwajibkan untuk memberikan laporan

keuangannya kepada Securities and Exchange Commission.Suatu

perusahaan juga dapat dianggap perusahaan publik jika laporan

keuangannya diterbitkan sebagai persiapan dilakukannya penjualan

securitas (surat berharga) jenis apapun disebuah bursa umum.”

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

15

Adapun ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20 Tahun

2008.Peraturan tersebut menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai

dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat

jenis ukuran tersebut antara lain:

“a. perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan

bersih Rp.50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki

jumlah penjualan Rp.300.000.000,-.

b. perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih

Rp.50.000.000,- sampai Rp.500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan

bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp.300.000.000,- sampai

dengan Rp.2.500.000.000,-.

c. perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan

bersih Rp.500.000.000,- sampai Rp.10.000.000.000,- (tidak termasuk

tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp.2.500.000.000,-

sampai dengan Rp.50.000.000.000,-.

d. perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih

Rp.10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki

jumlah penjualan Rp.50.000.000.000,-.

2.1.1.2 Klasifikasi Ukuran Perusahaan

UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha

menengah, dan usaha besar sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi

kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

16

4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh

badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha

nasional milik Negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing

yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia”.

Kategori ukuran perusahaanmenurut Badan Standarisasi Nasional tebagi menjadi

3 jenis:

a. Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih

besar dari Rp. 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki

penjualan lebih dari Rp. 50 Milyar/tahun.

b. Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih

Rp. 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan

lebih besar dari Rp.1 Milyar dan kurang dari Rp. 50 Milyar

c. Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp. 200 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki

hasil penjualan minimal Rp. 1 Milyar/tahun

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

17

Klasifikasi ukuran perusahaan menurut Small Bussiness Administrasion

(SBA) dalam Restuwulan (2013), yaitu:

Tabel 2.1

Kriteria Ukuran Perusahaan

Small Bussiness Employment

Size

Assets

Size

Sales

Size

Family Size 1-4 Under $100.00 $100.00-500.00

Small 5-19 $100.00-500.00 $500.000-1 Million

Medium 20-99 $500.00-5 Million $1 Million-10 Million

Large 100-499 $5-25 Milion $10Million-50 Million

Sumber:Small Bussiness Administration (Restuwulan, 2013)

Sedangkan di Indonesia perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan

besar atau kecil diatur dalam Pasal 1 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal Nomor KEP-11/PM/1997:

“a. Perusahaan Menengah atau Kecil adalah badan hukum yang didirikan

di Indonesia yang:

1) Memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari

Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan

dikategorikan sebagai perusahaan besar dan perusahaan kecil. Perusahaan kecil

atau menengah adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total asset)

tidak lebih dari Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). Sebaliknya

perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki total aset lebih dari

Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

18

2.1.1.3 Indikator Ukuran Perusahaan

Perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai perusahaan besar atau kecil

didasari oleh indikator yang mempengaruhinya. Adapun indikator dalam ukuran

perusahaan menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005:): “adalah total

aktiva, nilai pasar saham, total pendapatan dan lain-lain.”

Sedangkan menurut Ardi Mardoko Sudarmaji (2007:): indikator dari ukuran

perusahaan adalah sebagai berikut:

“Total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva,

penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran

perusahaan itu. Ketika variable ini digunakan untuk menentukan ukuran

perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut.

Semakin besar aktiva, semakin banyak modal yang ditanam, semakin

banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin

besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam

masyarakat”.

Dari beberapa indikator yang mempengaruhi pengklasifikasian dalam

ukuran perusahaan, maka indikator dalam penelitian ini dibatasi agar lebih

berfokus dan hasil yang dicapai sesuai dengan asumsi yang diharapkan.

Salah satu indikator yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini

adalah total asset. Menurut PSAK Nomor 1 (2007 :10) yang dimaksud dengan

aset adalah :

"Segala manfaat ekonomi yang menggandung potensi dalam suatu yang

produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan.

Mungkin pula berbentuk sesuatu yang dapat di ubah menjadi kas atau

berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti

penurunan biaya akibat proses produksi alternatif."

Sedangkan pengertian total aset menurut Weygandt (2007:11) yang

diterjemahkan oleh Emil Salim adalah sebagai berikut:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

19

“Aset ialah sumber penghasilan atas usahanya sendiri, dimana

karakteristik umum yang dimilikinya yaitu memberikan jasa atau manfaat

dimasa yang akan datang.”

Menurut Werner R. Murhadi (2013) Firm Size diukur dengan

mentrasformasikan total aset yang dimiliki perusahaan ke dalam bentuk logaritma

natural. Ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan Log Natural Total

Aset dengan tujuan agar mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Dengan

menggunakan log natural, jumlah aset dengan nilai ratusan miliar bahkan triliun

akan disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari jumlah aset yang

sesungguhnya.

“Ukuran perusahaan = Ln (Total Aset)”.

Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wijaya (2013) mengemukakan bahwa

pengukuran variable ukuran perusahaan berdasarkan total aktiva. Menurut

Jogiyanto (2007:282) menyatakan ukuran aktiva digunakan untuk mengukur

besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total

aktiva. Nilai total asset biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan

variable keuangan lainya, untuk itu variable asset diperhalus menjadi Log Asset

atau Ln Total Asset.

Jogiyanto (2007:282)

“Ukuran Perusahaan = Ln (Total Asset)”.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

20

Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki kebutuhan dana yang

besar, dan salah satu alternative pemenuhan dana yang tersedia adalah dengan

pendanaan eksternal. Pendanaa eksternal dapat diperoleh dengan penerbitan

saham, obligasi, maupun hutang. Sehingga, dalam rangka pemenuhan pendanaan

eksternal tersebut perusahaan akan lebih meningkatkan kinerja dalam

menjalankan perusahaan (Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wijaya, 2013).

2.1.2 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt To Equity Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Solvabilitas suatu perusahaan

menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya

baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan

dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvale berarti bahwa perusahaan tersebut

mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-

hutangnya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekakyaan

yang cukup untuk membayar hutang hutangnya disebut perusahaan insolvable.

Sofyan syafri (2008:303) menyatakan bahwa:

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban

kewajibanya apabila perusahaan dilikuidasiHal ini berkaitan dengan

keputusan pembiayaan dan menghitung bagian dari setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Rasio ini

memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan rasio keuangan.

Menurut Kasmir (2008 : 151) menyatakan bahwa:

Rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya

berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan

dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

21

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar

seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Menurut Susan Irawati (2006:44) Debt To Equity Ratio adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur pertimbangan antara kewajiban yang dimiliki

perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri

yang digunakan semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya atau

kewajibanya.

Irham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh

dari total asset dikurangi total utang. Lebih jauh James C. Van Horne dan John M.

Wachowicz (2005:209) para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio ini

lebih rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan

perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar

perlindungan bagi kreditor jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar.

Sedangkan menurut Kasmir (2011:158) bagi bank (kreditor), semakin besar rasio

ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang

ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan, sehingga jika

DER tinggi maka harga saha,m rendah.

Dalam persoalan debt to equity ratio ini yang perlu dipahami bahwa tidak

ada batasan berapa DER yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk

konservatif biasanya DER yang lewat 66% atau 2/3 sudah dianggap beresiko

(www.e-samuel.com) . Debt To Equity Ratio semakin rendah semakin baik karena

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

22

aman bagi kreditor saat likuiditas. Sedangkan times interest earned ratio dan fixed

payment coverage ratio semakin tinggi semakin baik.

Debt To Equity Ratio menunjukan hubungan antara jumlah pinjaman yang

diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh

pemilik modal perusahaan Lukman Syamsudin (2007:54). Sofyan Syafri Harahap

(2008:303) mengemukakan rasio utang atas modal atau debt to equity ratio

menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada

pihak luar (kreditor).

Menurut James C.Van Horne and John M. Wachowicz Jr (2005:229):

“The ratio of debt to equity shows the extent to which the funding of the

debt is used when compared with equity financing.”

Kasmir (2008:157) mendefinisikan:

Debt To Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang

dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antaras eluruh

ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan

peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.

Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rasio ini diperoleh dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Debt To Equity Ratio (DER) = Total Utang (Debt)

Ekuitas (Equity)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

23

Kasmir (2008;158)

Agus Sartono (2001:121)Debt Ratio (Ratio Utang) adalah perimbangan antara

seluruh utang dengan jumlah aktiva atau jumlah utang dibagi dengan modal

sendiri.

Debt To Equity Ratio= Total utang

Total Modal Sendiri

Debt To Equity Ratio (DER) yang semakin besar menunjukan bahwa

struktur modal yang berasal dari utang semakin besar digunakan untuk mendanai

ekuitas yang ada. Pada umumnyainvestor berminat pada perusahaan dengan

leverage tinggi karena memungkinkan pengembalian terhadap modal sendiri yang

lebih tinggi jika perusahaan mendapatkan keuntungan, tetapi hal ini juga berarti

bertambahnya tigkat resiko financial bagi investor. Kondisi tersebut dapat

mempengaruhi return saham.

Debt To Equity Ratio atau yang umum disingkat dengan DER, merupakan

rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar

kembali hutang yang ada dengan menggunakan modal/ekuitas yang ada, semakin

tinggi nilai ini tentunya semakin berisiko keuangan perusahaan tersebut, nilai

DER umumnya maksimal adalah 150% dan untuk perusahaan multifinance adalah

600%

Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur nilai

DER, antara lain perbandingan antara komposisi hutang jangka pendek dan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

24

hutang jangka panjang dibandingkan dengan ekuitas, dengan persamaaan sebagai

berikut:

1. Short Term Debt to Equity Ratioadalah hutang kepada supplier dan hutang

kepada bank dengan durasi maksimal satu tahun

2. Long Term Debt to EquityRatioadalahhutang kepada pemegang saham

atau pihak terafiliasi, hutang bank dengan durasi lebih dari satu tahun.

Penggunaan utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (Agus

Sartono. (2008:121) yaitu:

1. Pemberian kredit akan meniti beratkan pada besarnya jaminan atas

kredit yang diberikan

2. Dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan

keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik

perusaahaan keuntungan nya akan meningkat

3. Dengan menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak

kehilangan pengendalian perusahaan.

Perusahaan dengan leverage yang rendah mempunyai resiko yang kecil

bilaperekonomian dalam keadaan menurun. Tetapi perusahaan tersebut juga

memliki laba rata-rata yang rendah bila perekonomian meningkat. Sebaliknya

perusahaan dengan leverage ratio yang tinggi memiliki resiko menderita kerugian

besar. Tetapi mempunyai suatu kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang

besar. Kemungkinan memperoleh laba yang tinggi adalah menarik. Tetapi para

inverstor juga enggan menghadapi resiko. Keputusan tentang penggunaan

leverage berarti menyeimbangkan kemungkinan laba yang tinggi dengan naiknya

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

25

resiko. Rasio ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu perusahaan

membiayai dirinya sendiri.

2.1.3 Nilai Perusahaan

2.1.3.1 Pengertian Perusahaan

Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha dan merupakan tempat

berkumpulnya tenaga kerja, modal dan sumber daya alam yang bertujuan untuk

memperoleh keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya, dengan memperoleh

laba yang maksimal, maka perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan dapat terus berkembang serta memberikan pengembalian yang

menguntungkan bagi para pemiliknya dalam rangka kemakmuran pemilik

perusahaan.

Pengertian perusahaan menurut lukman (2006:37) adalah sebagai berikut:

“Suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisir sumber daya

dengan tujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk kemudian dijual”.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2005:2) tujuan perusahaan dapat

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu 1) memaksimalkan laba, 2) memakmurkan

pemegang saham, dan 3) meningkatkan nilai perusahaan yang bercermin dari

harga saham. Tujuan perusahaan memaksimalkan laba didasarkan pada konsep

efektif dan efisien, sedangkan tujuan perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan

yaitu karena nilai perusahaan itu mencerminkan nilai asset yang dimiliki oleh

perusahaan seperti surat berharga. Saham merupakan suratberharga yang

diterbitkan oleh perusahaan dimana tinggi rendahnya ditentukan oleh kondisi

perusahaan tersebut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

26

2.1.3.2 Pengertian Nilai Perusahaan

Menurut Tendi Haruman (2008) Nilai perusahaan merupakan persepsi

investor terhadap suatu perusahaan yang berkaitan dengan harga saham.Semakin

tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai

perusahaan yang tinggi akan memiliki dampak kemakmuran bagi para pemegang

saham, sehingga para pemegang saham menginvestasikan modalnya ke

perusahaan tersebut.

Menurut Husnan Suad dan Enny Pudjiastuti (2006:6-7) mendefinisikan bahwa;

Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh calon

investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Semakin tinggi nilai

perusahaaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik

perusahaan. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal

harga saham yang diperjual belikan di bursa merupakan indikator nilai

perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik

perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran

pemegang saham juga tinggi.Memaksimumkan nilai perusahaan akan

identik dengan mamksimumkan laba.

Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah

satunya adalah dengan harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham

perusahaan mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas setiap

ekuitas yang dimiliki.Jika nilai suatu perusahaan dapat diproksikan dengan harga

saham maka memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan

memaksimumkan harga pasar saham.

Menurut Agus Sartono (2010:9) menjelaskan bahwa;

Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh

dengan memaksimumkan nilai sekarang atau present value semua

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

27

keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa

datang. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga

saham yang dimilikinya meningkat, maka nilai perusahaan akan ikut

meningkat seiring dengan meningkatnya harga saham itu sendiri.

Nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka

panjang mengalami kenaikan.Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi

pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para

pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran

pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan

mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan terbaik bagi

perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran

(kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham dapat tercapai.

Aspek-aspek sebagai pedoman perusahaan untuk memaksimalkan nilai

perusahaan menurut Tendi Haruman (2008) adalah sebagai berikut:

1. Menghindari Resiko yang Tinggi

Bila perusahaan sedang melaksanakan operasi yang berjangka panjang

maka harus dihindari tingkat resiko yang tinggi. Proyek-proyek yang

memiliki kemungkinan laba yang tinggi tetapi mengandung resiko yang

tinggi perlu dihindarkan. Menerima proyek-proyek tersebut dalam jangka

panjang dapat mematahkan kelangsungan hidup perusahaan.

2. Membayarkan Dividen

Dividen adalah pembagian laba kepada para pemegang saham oleh

perusahaan. Dividen harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan maupun

kebutuhan para pemegang saham. Pada saat perusahaan sedang mengalami

pertumbuhan dividen kemungkinan kecil, agar perushaan dapat memupuk

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

28

dana pada saat pertumbuhan. Dengan membayarkan deviden secara wajar,

maka perusahaan dapat membantu menarik para investor untuk mencari

deviden dan hal ini dapat membantu memelihara nilai perusahaan.

3. Mempertahanakan Tingginya Perusahaan

Harga saham dipasar adalah merupakan perhatian utama dari manajer

keuangan untuk memberikan kemakmuran kepada para pemegang saham

atau pemilik perusahaan. Manajer harus selalu berusaha kearah itu untuk

mendorong masyarakat agar bersedia menanamkan uangnya kedalam

perusahaan. Dengan pemilihan investasi yang tepat maka perusshaan akan

mencerminkan petunjuk sebagai tempat penanaman modal yang bijaksana

bagi masyarakat. Hal ini akan membantu mempertinggi nilai pada

perusahaan.

2.1.3.3 Indikator Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio penilaian.

Sutrisno (2009;224), medefinisikan rasio penilaian adalah:Suatu rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat

(investor) atau pada para pemegang saham.

Rasio penilaian memberikan informasi seberapa besar masyarakat

menghargai perusahaan, sehingga masyarakat tertarik untuk membeli saham

dengan harga yang lebih tinggi dibanding nilai bukunya.

Menurut Weston dan Copeland (2008:224) rasio penilaian terdiri dari:

Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Dan Rasio Tobin’s Q.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

29

Dari pengukuran nilai perusahaan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Price Earning Ratio (PER)

Rasio PER mencerminkan banyak pengaruh yang kadang-kadang saling

menghilangkan yang membuat penafsirannya menjadi sulit. Semakin tinggi

resiko, semakin tinggi faktor diskonto dan semakin rendah rasio PER. Rasio

ini menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba.

2. Price to Book Value (PBV)

Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham

suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek

perusahaan tersebut.

3. Rasio Tobin’s Q

Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukan estimasi pasar

keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi

incremental.

Penelitian ini menggunakan Price Book Value sebagai proksi nilai

perusahaan. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada

manjemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus tumbuh. Price to Book

Valueatau nilai buku perusahaan menggambarkan seberapa besar pasar

menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Nilai Buku Perusahaan yang

diukur menggunakan Ekuitas Biasa dibagi dengan Jumlah Lembar Saham

beredar,Price tobook value juga menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

30

mampu menciptakan nilai perusahaan yang relative terhadap jumlah modal yang

diinvestasikan. Penelitian ini juga meneliti Debt to Equity Ratio yang diukur

menggunakan Total Utang (Debt) dibagi dengan Ekuitas (Equity) sebagai

penilaian seberapa besar modal perusahaan didanai oleh utang maka penelitian ini

menggunakan PBV karena mengukur jumlah modal atau ekuitas yang

diinvestasikan.

2.1.3.3.1 Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value yaitu rasio yang mengukur nilai yang diberikan pasar

keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah

perusahaan yang tumbuh. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek

perusahaan tersebut.

Menurut Robert Ang (1997), dalam Nasehah (2012) pengertian price to

bookvalue (PBV) adalah: rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja pasar

saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar

keuangan kepada manjemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus

tumbuh. Price tobook value juga menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan

mampu menciptakan nilai perusahaan yang relative terhadap jumlah modal yang

diinvestasikan. Semakin tinggi rasio price book value dapat diartikan semakin

berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan

perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada

pemegang saham berupa keuntungan yanglebih besar pula. (Agus Sartono, 2001

dalam Nasehah, 2012)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

31

Menurut Bringham dan Houston (2010:92)

“Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada

manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang

terus tumbuh Price to Book Value digunakan untuk mengukur nilai

perusahaan”.

Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai

buku saham suatu perusahaan atau bisa juga digunakan untuk mengukur tingkat

kelemahan dari suatu saham. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan

prospek suatu perusahaan, sehingga mengakibatkan harga saham dari perusahaan

tersebut meningkat pula. Begitu pula sebaliknya jika price to book value rendah

akan berdampak pada rendahnya kepercayaan pasar terhadap prosepek perusahaan

yang berakibat pada turunnya permintaan saham dan berimbas pula dengan

menurunya harga saham dari perusahaan tersebut. (Darmadji dan Fakhrudin,

2001, dalam Prisca Wijayanti 2013).

Menurut (Dev Group on Researce, 2009) dalam Nasehah (2012) price to

book value mempunyai 2 fungsi utama , yaitu:

1. Melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagangkan di harga yang

mahal, masih murah, atau masih wajar menurut rata-rata historisnya.

2. Menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini berdasarkan

perkiraan harga wajar untuk periode 1 tahun mendatang.

Berdasarkan fungsi yang pertama sebuah saham akan dianggap sudah

terlalu mahal atau tinggi jika price to book value saham tersebut saat ini sudah

diatas rata-rata price to book value historisnya. Dengan sebaliknya, sebuah saham

akan dianggap masih murah atau wajar jika price to book value saham tersebut

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

32

saat ini masih berada dibawah atau sama dengan rata rata price to book value

historisnya.

Berdasarkan fungsi yang kedua, sebuah saham akan dianggap mahal atau

murah berdasarkan perkiraan harga wajar. Perhitungan harga wajar dapat

dilakukan dengan dua unsur sebagai berikut:

a. Rata-rata price to book value historis

b. Estimasi nilai buku perusahaan (BV) untuk periode 1 tahun mendatang

Rata-rata price to book value historis untuk perhitungan harga wajar

ditentukan berdasarkan asumsi yang terbagi menjadi 3, yaitu:

a. Asumsi optimis, Artinya jika kita menganggap kondisi ekonomi kedepan

jauh lebih baik dari sekarang. Rata-rata price to book value yang

digunakan adalah price to book value + standar deviasi

b. Asumsi netral, Artinya jika kita menganggap kondisi ekonomi kedepan

sulit diprediksi atau dalam kondisi moderat (biasa-biasa saja). Rata-rata

price to book value yang digunakan adalah rata-rata price to book value

historisnya.

c. Asumsi Pesimis, Artinya jika menganggap kondisi ekonomi kedepan jauh

lebih buruk dari sekarang. Rata-rata price to book value yang digunakan

adalah rata-rata price to book value – standar deviasi

Price to Book Value adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja

pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan

pasar keungan kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus

tumbuh. Price to Book Value juga menunjukan seberapa jauh perusahaan mampu

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

33

menciptakan nilai perusahaan yang relative terhadap jumlah modal yang

diinvestasikan. Semakin tinggi rasio price to book value dapat diartikan semakin

berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan

perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada

pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula.

Market to Book Value Ratio menurut Sutrisno (2001:224) adalah:

“Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar

dibandingkan dengan nilai buku saham nya. Semakin tinggi rasio ini

semakin tinggi pula nilai perusahaan.”

Pengertian harga saham menurut Sartono (2008:88) Harga saham adalah nilai

dimana orang bersedia membayar untuk setiap lembar sahamnya.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2000;):

Harga saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursapada saat

tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh

permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar bursa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah nilai untuk setiap

lembar saham di pasar bursa pada saat tertentu.

Price to Book Value Ratio dapat dihitung sebagai berikut:

PBV =Harga Pasar Saham per Lembar

Nilai Buku per Lembar Saham

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

34

Dimana Nilai Buku Saham menurut Harmono (2009:56) dapat diperoleh dari:

Nilai Buku =Jumlah Ekuiitas

Jumlah Lembar Saham Beredar

Sedangkan menurut Bringham dan Houston (2010:151) adalah;

Rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya memberikan

indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan yang dipandang

baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang

aman serta terus mengalami pertumbuhan dijual dengan rasio nilai buku

yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan denngan pengembalian yang

rendah.

Dimana Nilai buku per saham nya dinyatakan sebagai berikut ini;

Nilai Buku per Saham =Ekuitas Biasa

Jumlah Lembar Saham Beredar

Selanjutnya membagi harga pasar per saham dengan nilai buku per saham untuk

mendapatkan rasio nilai pasar/nilai buku (PBV) menurut Bringham dan Houston

(2001:152)

PBV=Harga Saham

Nilai Buku Saham

2.1.3.3.2 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Nilai Perusahaan

Untuk bisa mengambil keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan

perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan yang hendak

dicapai. Menurut Sutrisno (2015:5) dalam Djoko Satrio Wihardjo (2014)faktor-

faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah :

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

35

1. Keputusan investasi

2. Keputusan Pendanaan

3. Keputusan Dividen

Adapun penjelasan dari faktot-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keputusan Investasi

Keputusan Investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus

mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat

mendatangkan keuntungan di masa yang akan dating. Bentuk, macam, dan

kommposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat

keuntungan dimasa depan. Keuntungan di masa depan diharapkan dari investasi

tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan

mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dari ahsil yang diharapkan dri

investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan , maupun

nilai perusahaan.

2. Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan ini sering disebut kebijakan struktur modal. Pada

keputusan ini manajer keuanngan dituntut untuk mempertimbangkan dan

menganalisis kombinasi dari sumber sumber dana ekonomis bagi perusahaan guna

membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.

3. Keputusan Dividen

Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan

kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari

penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan divden

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

36

merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan : (1) besarnya

presentase laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk

cash dividen, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock

dividen), (4) pemecahan saham (stock split), serta (5) penarikan kembali saham

yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para

peemgang saham.

Faktor-faktor diatas tersebut merupakan penunjang yang harus

dieprtimbangkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya yaitu

memaksimalkan nilai perusahaan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu dan Kerangka Pemikiran

2.2.1 Review Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat masalah nilai

perusahaan ini sebagai berikut :

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan dengan

Penelitian Sekarang

Nia Hardiyanti

(2012)

Analisis Pengaruh

Insider Ownership,

Leverage,

Profitabilitas,

Firm size dan

Dividen Payout

RatioTerhadap

Nilai Perusahaan

Variabel yang diteliti

yaitu Leverage, Firm

Size dan Nilai

Perusahaan

Penelitian terdahulu

meneliti Insider

ownership,

Profitabilitasdan

Dividen Payout

Ratio sedangkan

Penelitian sekarang

hanya meneliti Firm

Size, dan Leverage

yaitu Debt to

Equity Ratio

Ayu Sri Pengaruh Struktur Variabelyang diteliti Variabel lain yang

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

37

Mahatma dan

DewiAry

Wirajaya

(2013)

Modal,

Profitabilitas

dan Ukuran

Perusahaan pada

Nilai Perusahaan

pada Industri

Manufaktur di

BEI

yaituukuran perusahaan

dan nilai perusahaan

diteliti yaitu Struktur

Modal dan Return On

Asset

Djoko Satrio

Wihardjo

(2014)

Analisis faktor-

faktor yang

berpengaruh

terhadap nilai

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

Tahun 2009-2011

Variabel yang diteliti

yaitu Debt to Equity

ratio, Firm Size, dan

Nilai perusahaan

Variabel lain yang

diteliti yaitu Return

On Asset, Dividend

dan Payout Ratio

Dewa Kadek

Oka

Kusumajaya

(2011)

PengaruhStruktur

modal dan

Pertumbuhan

Perusahaan

Terhadap

Profitabilitas dan

Nilai Perusahaan

Pada Perusahaan

Manufaktur di

Bursa Efek

Indonesia

Variabel yang diteliti

yaitu Nilai Perusahaan

Variabel lain yang

diteliti yaitu Struktur

Modal, Pertumbuhan

Perusahaan dan

Profitabilitas

Sri

Hermuningsih

(2012)

Pengaruh

Profitabilitas, Size

Terhadap Nilai

Perusahaan dengan

Struktur Modal

Sebagai Variabel

Intervening

Variabel yang diteliti

Size dan Nilai

Perusahaan

Variabel yang diteliti

yaitu Profitabilitas,

dan menggunakan

variable Intervening

yaitu Struktur Modal

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

38

Moeljadi

and Triningsih

Sri Supriyati

(2014)

Factor Affecting

Firm Value:

The Oretical Study

On Public

Manufacturing

Firms In Indonesia

Variabel yang diteliti

Firm Value

Variabel lain yang

diteliti Social

Responsibility,

Corporate

Governance, Firm

Value, Profitability

Dwita Ayu

Rizqia

Effect of

Managerial

Ownership,

Financial

Leverage,

Profitability, Firm

Size, and

Investment

Opportunity on

Dividend Policy

and Firm Value

Variabel yang diteliti

Leverage, Firm Value

and Firm Size

Variabe; lain yang

diteliti Managerial

Ownership,

Profitability,

Investment

Oportunity, Dividen

Policy

Sumber : Jurnal, Skrispsi dan Tesis

Berikut ini hasil pemaparan dari penelitian-penelitian terdahulu yang

mempengaruhi nilai perusahaan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nia Hardiayanti mengatakan bahwa hasil

penelitian ini menunjukkan tiga variabel independen yang memiliki

pengaruh signifikan terhadap nilai perusahan dan dua variabel independen

yang berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Tiga variabel

independen yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dalam

penelitian inileverage berpengaruh positif signifikan, profitabilitas

berpengaruh positif signifikan, dividen payout ratio berpengaruh positif

signifikan. Dua variable yang berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan dalam penelitian ini insider ownership, firm size. Semua

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

39

variabel ini secara simultan berpengaruhsignifikan terhadap nilai

perusahaan dengan perngaruh sebesar 19,4%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sri Mahatma Dwi, Ary Wirajaya

(2013) mengatakan bahwa variable struktur modal berpengaruh negative

dan signifikan terhadap nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif

dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan variable ukuran perusahaan

tidak berpegaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Djoko Satrio Wihardjo (2014) mengatakan

bahwa analisis pengaruh DER (Debt to Equity Ratio), ROA (Return on

Asset), DPR (dividend Payout Ratio), dan Firm Size terhadap Nilai

perusahaan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel DER, ROA,

DPR, dan Size berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai perusahaan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Dewa Kadek Oka Kusumajaya (2011)

mengatakan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Struktur

Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas,

Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Profitabilitas, Struktur Modal berpengaruh positif dansignifikan terhadap

Nilai Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Nilai Perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan

5. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hermuningsih (2012) mengatakan

bahwa hasil yang diteliti dampak Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan

terhadap Nilai Perusahaan dengan Struktur Modal sebagai variabel

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

40

intervening pada perusahaan tercatat di Bursa EfekIndonesia selama

periode 2006 sampai dengan 2010. Menggunakan panel data dan

AnalsisStructural Equation Model, penelitian ini menemukan bahwa

Profitabilitas berpengaruh negative terhadap Struktur Modal, dengan nilai

signifikansi 0,023. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap

Struktur Modal dengan nilai signifikansi 0,012. Struktur Modal

berpengaruh positif terhadap Ukuran Perusahaan dengan nilai signifikansi

0,000. Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh tidak

langsung terhadap Nilai Perusahaan dengan Struktur Modal sebagai

variabel intervening.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Moeljadiand Triningsih Sri

Supriyati(2014) mengatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menguji

hubungan teoritis antara tanggung jawab sosial , Corporate Governance ,

Ukuran Perusahaan , Profitabilitas Perusahaan dan Perusahaan Nilai dalam

konteks dari Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia . Penelitian ini mengklasifikasikan variabel menjadi tiga

variabel jenis, yaitu : eksogen , endogen dan variabel intervening . variabel

eksogen yang Tanggung Jawab Sosial , Tata Kelola Perusahaan dan

Ukuran Perusahaan . Variabel endogen adalah Perusahaan Nilai ,

sementara variabel antara adalah Profitabilitas . Hasil penelitian ini adalah

untuk membuat model yang tentang hubungan antara eksogen , endogen

dan variabel intervening .

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

41

7. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh

kepemilikan manajerial , leverage keuangan , profitabilitas , ukuran

perusahaan , dan peluang investasi terhadap kebijakan dividen , dan efek

dari semua yang variabel terhadap nilai perusahaan . Populasi adalah

semua perusahaan manufaktur yang go- public dan terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama 2006-2011 periode dan sampel diputuskan dengan

metode sensus . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan

manajerial dan peluang investasi terhadap kebijakan dividen , sedangkan

financial leverage , profitabilitas , dan ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen . Hasil ini lebih lanjut

menjelaskan bahwa variabel penelitian , kepemilikan yaitu manajerial ,

leverage keuangan , profitabilitas , ukuran perusahaan , peluang investasi ,

dan kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan

2.2.2 Kerangka Pemikiran

Tujuan manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimalkan nilai

kekayaan para pemegang saham. Nilai kekayaan dapat dilihat melalui

perkembangan harga saham perusahaan dipasar. Dalam hal ini, nilai saham dapat

mereflesikan investasi keuangan perusahaan dan kebijakan dividen. Oleh karena

itu, dalam teori-teori keuangan, variable yang sering digunakan dalam penelitian

pasar modal untuk nilai perusahaan adalah harga saham dengan berbagai jenis

indikator.

Dengan demikian bisa dimaknai bahwa tujuan manajemen keuangan

perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham, yang berarti

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

42

meningkatkan nilai perusahaan yang merupakan ukuran nilai objek publik dan

oriental pada kelangsungan hidup perusahaan.

2.2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Ukuran Perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.

Tolak ukur untuk menunjukan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain dari

total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan total aktiva (Ayu Sri Mahatma

Dewi dan Ary Wirajaya, 2013). Jadi ukuran perusahaan merupakan ukuran atau

besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan

suatu indikator yang dapat menunjukan kondisi perusahaan.

Ukuran perusahaan besar dapat mencerminkan jika perusahaan tersebut

telah mencapai kemapanan dan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus

memperbaiki kinerjanya, sehingga banyak para investor yang ingin memiliki

sahamnya dan pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan

sahamnya.

Price to Book Valueatau nilai buku perusahaan menggambarkan seberapa

besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan atau bisa juga

digunakan untuk mengukur tingkat kelemahan dari suatu saham. Semakin tinggi

rasio ini berarti pasar percaya akan prospek suatu perusahaan, sehingga

mengakibatkan harga saham dari perusahaan tersebut meningkat pula dan

berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan.

Menurut Agus Sartono (2010:249) menyatakan bahwa;

“Skala Perusahaan: Perusahaan besar yang sudah well-estabilished akan

lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan

perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan

besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Bukti empirik

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

43

menyatakan bahwa skala perusahaan berhubungan positif dengan nilai

buku perusahaan”.

Menurut Triningsih Sri Supriyatin (2014);

“Company with large total assets has reached a maturity stage where

company has a positive cash flow and was considered to have good

prospects in a relatively long period of time, but it also reflects that

company relatively more stable and better able to generate profits than

firms with small total assets. Company value can be seen from several

approaches. Balance sheet approach assumes that company value was

value of its assets. This simple method sees company value from balance

sheet. Large company has wider base of stakeholders. Policies of large

enterprises will have greater effect on public interest than the smaller

companies. For investors, company policy will have implications on cash

flow outlook in future. Investors were more interested in company with

good financial condition, so that investors will be attracted to make their

investment, and affect on higher company value”.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perusahaan dengan total aset besar

memiliki arus kas positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam waktu

yang relatif lama, tetapi juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil

dan lebih mampu menghasilkan laba dari perusahaan dengan total aset kecil. Bagi

investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi pada prospek arus kas di masa

depan. Investor lebih tertarik pada perusahaan dengan kondisi keuangan yang

baik, sehingga investor akan tertarik untuk membuat investasi mereka, dan

mempengaruhi nilai perusahaan yang lebih tinggi.

Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar memiliki kemudahan dalam

mendapatkan dana baik dalam bentuk hutang jangka panjang maupun dengan

mengeluarkan saham baru. Maksudnya pihak bank lebih menyukai pinjaman dari

perusahaan besar karena resikonya lebih kecil dan investor akan lebih memilih

perusahaan berukuran besar karena lebih aman. Hal tersebut mengakibatkan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

44

perusahaan dapat lebih leluasa untuk menjalankan operasinya secara kontinyu

dan meningkatkan laba sehingga harga saham akan ikut meningkat karena

deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham meningkat seiring dengan

meningkatnya laba perusahaan dan nilai perusahaan ikut meningkat.

Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sri

Mahatma Dewi dan Ary Wirajaya (2013) yang menyatakan pada hasil

penelitianya variable ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

2.2.2.2 Pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Nilai Perusahaan

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui

perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri (Kasmir, 2012:166).

Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang

lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana

yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan, dengan kata lain

rasio ini berfungsi mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk

jaminan hutang. Bagi kreditor semakin besar rasio ini, akan semakin tidak

menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan

yang mungkin terjadi di perusahaan. (Kasmir, 2012:157-158).

Dari kedua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Debt to

EquityRatio merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung utang dan modal,

yang dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Debt to equity ratio pada

setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik bisnis dan arus

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

45

kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang

lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil.

Struktur modal merupakan struktur financial yang terdiri atas hutang dan

modal sendiri.Proksi struktur modal dalam diukur dengan debt to equity ratio

(DER)karena debt to equity ratio merupakan rasio yang yang digunakan untuk

mengetahui perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (utang) terhadap

total modal yang dimiliki perusahaan, semakin tinggiDER menunjukkan

komposisi total utang (jangka pendek dan jangka panjang)semakin besar

dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampaksemakin besar

beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Penggunaan hutang dalam suatu

perusahaan akan menaikkan harga saham berarti meningkat pula nilai perusahaan

tersebut, apabila pendanaan atau struktur modal didanai melalui hutang maka

peningkatan nilai perusahaan terjadi akibat efek tax deductible atau pengurangan

pajak, yaitu perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman

yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak yang dapat memberikan manfaat

bagi pemegang saham.

Seperti yang dijelaskan melalui pendekatan Modigliani dan Miller dalam Agus

Sartono (2010:236) adalah:

“Semakin besar hutang yang digunakan dalam struktur modal tidak akan

meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena keuntungan

yang diperoleh karena penggunaan utang diimbangi oleh kenaikan biaya

modal sendiri. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi tidak ada

pajak, nilai perusahaan dan biaya modal rata-rata terimbang tidak lain juga

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

46

merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh semua pemilik

modal.”

Namun pada titik tertentu penggunaan hutang dapat menurunkan harga

saham karena adanya pengaruh biaya bunga yang ditimbulkan dari adanya

penggunaan hutang. Dengan adanya pajak maka perusahaan atau harga saham

dipengaruhi oleh struktur modal, semakin tinggi proporsi hutang yang digunakan

maka akan semakin tinggi harga saham penggunaan hutang. Kebijakan pendanaan

yang tercermin dalam debt to equity ratio (DER) sangat mempengaruhi

pencapaian laba yang diperoleh perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang.

Menurut Davis et al., (2005) dalam Dwitia Ayu Rizqia (2013);

“Financial leverage can become external monitoring tool in effort to

achieve firm's goal to maximize firm valueby reducing managers

opportunity to act contrary to shareholders interests. Besides as a

monitoring tool, financial leverage may also provide a signal about firm's

performance and a tax deductible. During period of high investment

growth, in addition to use internal funding, firm also use external funding

in form of debt. This was done to improve monitoring activities to prevent

managers use excess cash of firm (free cash flow) on activities that do not

add value to firm or to invest excess cash in less profitable investment”.

Pernyataan tersebut menyatakan bahwa leverage keuangan dapat menjadi

alat pemantauan eksternal dalam upaya untuk mencapai tujuan perusahaan untuk

memaksimalkan nilai perusahaan. Selain sebagai alat monitoring, leverage

keuangan juga dapat memberikan sinyal tentang kinerja perusahaan dan

dikurangkan dari pajak. Selama periode pertumbuhan investasi yang tinggi, selain

menggunakan dana internal perusahaan juga menggunakan dana eksternal berupa

hutang.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

47

Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Djoko

Satrio Wihardjo (2014) yang menyatakan bahwa variable debt to equity ratio

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.3 Hipotesis

Menurut Jonathan sarwo (2006:26), pengertian hipotesis adalah:

“Hipotesis adalah jawaban sementara dari persoalan yang telah diteliti”

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2013:64) yaitu:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah peneltian biasanya disusun

dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empris yang diperoleh

melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai

jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

empirik”

Berdasarkan kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu maka penulis

menyimpulkan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

H2 : Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

H3 : UkuranPerusahaan dan Debt To Equity Ratio berpengaruh

signifikan terhadap Nilai Perusahaan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

48

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA …repository.unpas.ac.id/13013/4/BAB II bener.pdfIrham Fahmi (2011:63) menyatakan bahwa Shareolders equity diperoleh dari total asset dikurangi total

49