bab ii kajian pustaka -...

30
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada Bab II tentang metode penelitian ini, berturut-turut akan dibahas mengenai hasil belajar, belajar dan pembelajaran, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 4 SD, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia, kalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, pembelajaran cooperative script, tujuan pembelajaran cooperative script, unsur penting dan prinsip utama pembelajaran cooperative script, dampak model pembelajaran cooperative script, model pembelajaran cooperative script, langkah-langkah serta penerapan model pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22). Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar. Menurut Purwanto (2009:44) hasil adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Upload: lybao

Post on 07-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Pada Bab II tentang metode penelitian ini, berturut-turut akan dibahas

mengenai hasil belajar, belajar dan pembelajaran, pembelajaran bahasa Indonesia

di sekolah dasar, kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 4 SD, tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia, ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia,

kalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, pembelajaran cooperative

script, tujuan pembelajaran cooperative script, unsur penting dan prinsip utama

pembelajaran cooperative script, dampak model pembelajaran cooperative script,

model pembelajaran cooperative script, langkah-langkah serta penerapan model

pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran, kajian hasil penelitian yang

relevan, kerangka pikir, dan hipotesis.

2.1.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22). Indikator kualitas dan

kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar mengajar

disebut juga dengan hasil belajar.

Menurut Purwanto (2009:44) hasil adalah penilaian pendidikan tentang

perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan

pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam

kurikulum. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar

siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan

siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar

mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai

siswa.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

6

Menurut Sudjana, Nana (2009:22) mengemukakan "Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya". Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain,

yaitu kognitif, efektif, dan psikomotor. (Heri 2012:5)

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Suprijono (2009:5-6) secara

garis besar terbagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotoris.

a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.

b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu fungsi

hasil belajar Bahasa Indonesia di antaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi

yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat

mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa

mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa

adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan

baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui

keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk

mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil

belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik

menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan

alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat

penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam

mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku,

akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil

belajar. Artinya seorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu

yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. (Sumiati dan Asra 2008:38)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

7

Menurut Gagne dalam Sumarjhono (dkk). (2012:13) mengartikan

pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa yang berada diluar diri siswa, yang

dirancang guna memudahkan proses belajar dalam diri siswa. Sedangkan menurut

Sugandi (dkk). 2000:16 Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan

secara sadar dan sengaja.

Dengan demikian suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang

guru mampu mengubah diri siswa dalam arti luas menumbuhkembangkan

keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa

selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara

langsung bagi perkembangan pribadi siswa.

Menurut Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan.

Menurut Morgan (dalam Heri 2012:5) belajar adalah perubahan tingkah laku

yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Belajar dalam

hal ini merupakan proses yang bisa mengubah tingkah laku seseorang disebabkan

adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang

terdijadi dalam diri seseorang.

Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan

perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau

pengalaman”. Slavin (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “Belajar

merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman”.

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian belajar

maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang sama dan

berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan perubahan tingkah

laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan keterampilan,

kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman. Sedang yang dimaksud

pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu

dengan lingkungannya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

8

2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi

interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

(Suyitno, 2004:2)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat

berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang

mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan

menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek

kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta

keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi

kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan

pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,

disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses

belajar siswa yang bersifat internal Gagne dan Briggs (1979:3) dalam dan dapat

ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk

membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa

yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang

berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.Dengan demikian

dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang

melibatkan beberapa komponen: Siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media

dan evaluasi.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

9

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Belajar

a. Belajar menurut Wingo dalam Sumiati dan Asra (2008:41-43) didasarkan atas

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi

Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil

belajar, yaitumeliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep,

kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan

suatu konsep, menyenangi dan memberi respon yang positif terhadap sesuatu

yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.

2) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman

Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui

pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khasanah peristilahan

pendidikan, hal ini dikenal dengan “learning by doing-yaitu belajar dengan

jalan melakukan suatu kegiatan”. Pemahaman itu bersifat abstrak. Sesuatu

yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan kegiatan-

kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga orang yang bersangkutan

memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman yang abstrak.

3) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan

Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan

dimiliki oleh setiap siswa.

b. Prinsip belajar pada aktivitas Siswa

Prinsip belajar yang menekankan pada aktivitas siswa antara lain :

1) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami

2) Belajar merupakan transaksi aktif

3) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat fital, sehingga dapat

berupaya mencaai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya

4) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga

mencapai pemecahan atau tujuan

5) Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkanya

motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang

bertujuan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

10

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar siswa

Menurut Masnur Muslich (2008:207) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar siswa adalah:

1). Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani

dan rohani siswa

2). Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan sekitar

siswa

3). Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

2.1.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu

diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tidak heran apabila mata pelajaran ini

kemudian diberikan sejak masih di bangku SD. Dari situ diharapkan siswa mampu

menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa.

Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1

SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka

memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya

mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik

berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke

tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami

perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah

membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa

Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku

wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat

hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat

menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan

hanya itu-itu saja.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

11

Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam buku Udin S. Winataputra

(2008:40) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang

untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut UU Nomor

20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.

2.1.1.5 Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas 4 SD

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap

hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selanjutnya, Standar Kompetensi mata

pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa

yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan

sikap positif terhadap bahasa dan sastra indonesia. Standar kompetensi ini

merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal,

regional, nasional, dan global.

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan:

1) Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap

hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.

2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa

siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar.

3) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan

dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan

siswanya.

4) Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan

program kebahasaan dan kesastraan disekolah.

5) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

12

6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap

memperhatikan kepentingan nasional.

2.1.1.6 Tujuan Pelajaran Bahasa Indonesia

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa

Indonesia bertujuan agar siswa SD memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulis.

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

pemersatu dan bahasa negara.

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk menigkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa.

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia.

2.1.1.7 Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia

Ruang lingkup pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan

berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Mendengarkan

2) Berbicara

3) Membaca

4) Menulis

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

13

2.1.1.8 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas 4

SD

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran bahasa

Indonesia kelas 4 semester 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas 4 SD

Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Membaca

Memahami teks

melalui membaca

intensif, membaca

nyaring, dan membaca

pantun.

7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf

melalui membaca intensif.

7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan

lafal dan intonasi yang tepat.

7.3 Membaca pantun anak secara berbalasan dengan

lafal dan intonasi yang tepat.

2.1.1.9 Kalimat Utama Paragraf

Pada sebuah paragraf terdapat kalimat utama dan pikiran pokok/ide pokok untuk

memahami hal tersebut hendaknya terlebih dahulu memahami arti kalimat.

2.1.1.10 Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri mempunyai

pola intonasi final dan secara aktual atau pun potensial terdiri atas klausa. (KBBI,

2008)

Berikut ini ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tentang

arti kalimat:

Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003:146) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan, huruf latin, kalimat di

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

14

mulai dengan huruf kapita dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda Tanya (?), atau tanda seru (!); Sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca tanda koma (,),tanda titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.

Menurut Keraf (1984) dalam Nyoto dan Plilipus (2009:54) mendefinisikan

kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh

kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah

lengkap.

Menurut Chaer (2000) mendefinisikan kalimat adalah satuan bahasa yang

berisi suatu pikiran atau amanat yang lengkap.

Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri-sendiri,

mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa (Cook, 1971;Elson dan

Picket, 1969). Hal yang sama pada Kridalaksana dalam Nyoto dan Philipus

(2009:54) merumuskan kalimat sebagai satuan bahasa yang relatif berdiri sendiri,

mempunyai intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa.

Disisi lain Lamuddin (2009:149) kalimat adalah bagian ujaran/tulisan yang

mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi finalnya

menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada

berita, tanya, atau perintah).

Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang diperjelas oleh kalimat-kalimat

lain dalam suatu paragraf. Dengan kata lain, kalimat utama adalah kalimat yang

berisi gagasan utama. Kalimat penjelas adalah kalimat yang memperjelas,

menguraikan, atau berupa rincian-rincian tentang kalimat utama. Dengan kata

lain, kalimat penjelas adalah kalimat yang berisi gagasan penjelas. Kalimat utama bisa terletak di awal paragraf, di akhir paragraf, di awal dan

akhir paragraf, atau di awal sampai akhir paragraf.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat

adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri,

mengandung pikiran lengkap dan mempunyai intonasi final ujaran/tulisan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

15

Berikut ini ciri-ciri kalimat utama:

1) Kalimat bersifat umum

2) Kalimat tersebut dijelaskan oleh kalimat lain

3) Kalimat tersebut memuat kata kunci yang diulang pada kalimat berikutnya

4) Kalimat tersebut mempunyai koherensi dengan kalimat lain

(Koherensi/kesinambungan)

Tanda-tanda koherensi:

a) Pengulangan kata kunci

b) Adanya kata ganti

c) Adanya kata tugas ( kata penghubung, kata sambung, dsb. )

d) Apabila paragraf tersebut paragraf induktif, kalimat terakhir berupa

kesimpulan yang ditandai dengan kata jadi, memang demikian, dan

sejenisnya.

2.1.1.11 Pengertian Paragraf

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan

hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa

kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan.

Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan

(gagasan tunggal). Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak,

saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.

Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan

antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai

karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau

pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam 1

paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat

pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup.

Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu

gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu seberapa

banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

16

1) Bagian-bagian paragraf

Pada umumnya alinea terdiri atas lebih dari satu kalimat. Atau dapat

dikatakan bahwa alinea pada umumnya terdiri atas beberapa kalimat. Dari fungsi

dan kandungannya, kalimat dalam alinea dapat dipilah-pilah menjadi kalimat

topik, kalimat pengembangan, kalimat penutup, dan kalimat penghubung.

2) Tujuan pembentukan paragraf

a) Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema

b) Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal

3) Struktur paragraf

Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas

atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi

ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi

untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.

a) Ciri kalimat topik:

(1) Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri

(2) Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain

(3) Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi

b) Ciri kalimat pendukung:

(1) Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri

(2) Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam

satu alinea

(3) Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa

penghubung atau kalimat transisi

(4) Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat

mendukung kalimat topik

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

17

4) Syarat-syarat Pembentukan Paragraf

a) Kesatuan

Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi

alenia adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena

itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak

berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai

kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau

selalu relevan dengan topik.

b) Kepaduaan (Koherensi)

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau

kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan

kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah

alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca

mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah

alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan

kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan

gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail

berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain,

sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan

seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alenia, ada

bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok

kata) dalam bermacam-macam hubungan.

c) Kelengkapan

Ialah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk

menunjang kalimat topik. Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan

paragraf yang kurang lengkap. Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan

dengan pengulangan-pengulangan adalah paragraf yang tidak lengkap.

d) Panjang Paragraf

Panjang paragraf dalam sebagai tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa

jauh/dalamnya suatu Bahasa dan tingkat pembaca yang menjadi sasaran.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

18

Memperhitungkar, 4 hal :

1) Penyusunan kalimat topik,

2) Penonjolan kalimat topik dalam paragraf,

3) Pengembangan detail-detail penjelas yang tepat, dan

4) Penggunaan kata-kata transisi, frase, dan alat-alat lain di dalam paragraf.

e) Pola Sususnan Paragraf

Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus disusun menurut pola yang taat

asas, pernyataan yang satu disusun oleh pernyatanyang lain dengan wajar dan

bersetalian secara logis. Dengan cara itu pembaca diajak oleh penulis untuk

memahami paragraf sebagai satu kesatuan gagasan yang bulat. Pola susunannya

bermacam-macam, dan yang sering diterapkan dalam tulisan ilmiah. antara lain

(1) pola runtunan waktu, (2) pola uraian sebab akibat, (3) pola perbandingan dan

pertentangan, (4) pola analogi, (5) pola daftar, dan (6) pola lain.

Ada tiga teknik pengembangan paragraf :

1) Secara alami

Pengembangan paragraf secara alami berdasarkan urutan ruang dan waktu.

Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik ke

titik berikutnya dalam suatu ruang. Urutan waktu adalah urutan yang

menggambarkan urutan tedadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.

2) Klimaks dan Antiklimaks

Pengembangan paragraf teknik ini berdasarkan posisi tertentu dalam suatu

rangkaian berupa posisi yang tertinggi atau paling menojol. Jika posisi yang

tertinggi itu diletakkan pads bagian akhir disebut klimaks. Sebaliknya, jika

penulis mengawali rangkaian dengan posisi paling menonjol kemudian makin

lama makin tidak menonjol disebut antiklimaks.

3) Umum Khusus dan Khusus Umum

Dalam bentuk Umum ke Khusus utama diletakkan di awal paragraf, disebut

paragraf deduktif. Dalam bentuk khusus-umum, gagasan utama diletakkan di

akhir paragraf, disebut paragraf induktif.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

19

5) Macam-macam paragraf berdasarkan letak kalimat utama

a) Paragraf deduktif

Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf

dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau

penjelasan khusus.

Contoh paragraf deduktif :

Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan

bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu.

Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.

b) Paragraf induktif

Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan

diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan

pernyataan umum.

Contoh paragraf induktif :

Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya.

Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer.

Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang

penting, efektif dan efisien.

c) Paragraf campuran

Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan

akhir paragraph. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang

bersifat penegasan kembali.

Contoh paragraf campuran :

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari

komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana

komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern.

Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini

tanpa adanya sarana komunikasi.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

20

6) Unsur-unsur paragraf

Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun

paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya

a) Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran,

topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf

agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga

bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah

ditentukan sebelumnya.

b) Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan

suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung

pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir

paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.

Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi

menjadi beberapa jenis yaitu:

1) Deduktif : kalimat utama diletakan di awal alinea

2) Induktif : kalimat utama diletakan di akhir anilea

3) Variatif : kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada

akhir alinea

4) Deskriptif/naratif : kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea

c) Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari

gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan

penjelas.

2.1.2 Hakekat Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2010:45-46) model pembelajaran merupakan

Perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

21

Mills (dalam Agus 2009:45) berpendapat bahwa “model adalah bentuk

representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupaka

interprestasi terhadap hasil opservasi dan pengukuran yang diperoleh dari

beberapa sistem.

Model pembelajaran merupakan ladasan praktik pembelajaran hasil

penemuan teori psikologis pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implementasiyan pada

tingkat oprasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola

yang digunakan untuk penyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi

petunjuk kepada guri di kelas.

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagi pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Menurut Arends (dalam Agus 2009:46) model pembelajaran Mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termaksuk

didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedursistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Trianto (2009:46) suatu model pembelajaran adalah

Pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sinyaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama, Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memitivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.

Tiap-tiap model, pembelajaran membutuhksan sistem pengelolaan dan

lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran

cooperative script memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

22

meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran kooperatif

siswa perlu berkomunikasi satu sama lain.

2.1.2.1 Pembelajaran Cooperative Script

Cooperative script atau skrip kooperatif merupakan metode belajar di mana

siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikthisarkan, bagian-

bagian dari materinya yang dipelajari. Belajar cooperative script bukanlah sesuatu

yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah menggunakannya atau

mengalaminya sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium. Dalam belajar

kooperative script, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2

orang berpasangan sebangku untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang

diberikan guru. Dalam belajar cooperative script siswa belajar bersama sebagai

suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan

bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama

untuk keberhasilan kelompoknya.

Dansereau (Komalasari, 2010:63) menjelaskan bahwa “Cooperative Script

merupakan metode belajar dimana murid bekerjasama berpasangan, dan secara lisan

bergantian mengikhtisarkan bagian bagian dari materi yang dipelajari”.

Pembelajaran cooperative script bernaung dalam teori konstruktivis.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan

masalah-maslah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok

sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran cooperative script.

Di dalam kelas siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang

terdiri dari 2 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis

kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya

kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa

untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.

Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

23

ketuntasan materi yang disajikan oelh guru, dan saling membantu teman

sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Selama belajar secara cooperative siswa tetap tinggal dalam kelompoknya

selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan

khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti

menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok

dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa

diberi naskah bacaan dan lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang

direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota

kelompok adanya mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling

membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar

belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi

pelajaran.

Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model pembelajaran

cooperative script memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah dan lingkungan

belajar dan sistem pengelolaan yang khas.

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Coperative Script

Di awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah

siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar

temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan

kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok

mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 2002:42). Tujuan pokok belajar

kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi

akademik dan pemahaman baik secra individu maupun secara kelompok. Karena

siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki

hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan,

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan proses kelompok dan pemecahan

masalah

Manfaat penerapan belajar cooperative script adalah dapat mengurangi

kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

24

samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas social di

kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul

generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki

solidaritas sosial yang kuat.

Pembelajaran cooperative script merupakan sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai

tujuan bersama.. Pembelajaran cooperative script disusun dalam sebuah usaha

untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang

berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative script siswa

berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara

kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama

manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Tabel 2.1

Perbedaan Kelompok Belajar Cooperative Script dengan

Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok Belajar Cooperative Script Kelompok Belajar

Konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling

membantu, dan saling memberikan motivasi

sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi

kelompok atau menggantungkan

diri pda kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi pelajaran tiap

anggota kelompok, dan kelompok diberi

umpan balik tentang hasil belajar para

anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan bantuan

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas

sering diborong oleh salah

seorang anggota kelompok

sedangkan anggota kelompok

lainnya hanya “mendompleng”

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

25

dan siapa yang dapat memberikan bantuan. keberhasilan “pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,

etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan bantuan

dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya

homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk memberikan

pengalaman memimpin bagi para anggota

kelompok

Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau

kelompok dibiarkan untuk

memilih pemimpinnya dengan

cara masing-masing.

Ketrampilan social yang diperlukan dalam

kerja gotong royong seperti kepemimpinan,

kemampuan berkomunikasi, mempercayai

orang lain, dan mengelola konflik secara

langsung diajarkan.

Ketrampilan sosial sering tidak

secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

melakukan intervensi jika terjadi masalah

dalam kerja sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi

dan intervensi sering tidak

diakukan oleh guru pada saat

belajar kelompok sedang

berlangsung.

Guru memerhatikan secara proses kelompok

yang terjadi dalam kelompok-kelompok

belajar.

Guru sering tidak memerhatikan

proses kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok

belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian

tugas tetapi juga hubungan interpersonal

(hubungan antar pribadi yang saling

menghargai)

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

26

Struktur tujuan cooperative script terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan

mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan

tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

ketrampilan sosial.

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran cooperative script dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat

memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok

atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Pembelajaran cooperative script mempunyai efek yang berarti terhadap

penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata social,

kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran cooperative script memberikan

peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja

saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui

penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama

lain.

Ketrampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam

pembelajaran cooperative script. Pembelajaran cooperative script sangat tepat

digunakan untuk melatihkan ketrampilan-ketrampilan kerja sama dan kolaborasi,

dan juga ketrampilan-ketrampilan Tanya jawab.

2.1.2.3 Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Cooperative Script

Menurut Saleh (2009:45) terdapat lima unsur penting dalam belajar

cooperative script, yaitu:

Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam

belajar cooperative script siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk

mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses

kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

27

dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap

suksesnya kelompok.

Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar cooperative

script akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang

siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling

memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan

seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi

masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman

sekelompoknya, Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal

tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar

kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa

yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar

“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar

cooperative script, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan

seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain

dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan

menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut ketrampilan khusus.

Kelima, Proses kelompok. Belajar cooperative script tidak akan berlangsung

tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka kan mencapai tujuan dengan baik dan

membuat hubungan kerja yang baik.

Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran

cooperative script, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang

memebdakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar

cooperative script menurut Slavin (1995), adalah sebagai berikut.

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria

yang ditentukan.

b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

28

jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan

setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan lain.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu

kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini

memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-

sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua

anggota kelompok sangat bernilai.

2.1.2.4 Dampak Model Pembelajaran Cooperative Script

Belajar cooperative script dapat mengembangkan tingkah laku cooperative

script dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan

kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam

belajar kooperatif daripada guru. Interaksi yang terjadi dalam belajar cooperative

script dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan

intelektual siswa.

Implikasi positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar

cooperative script yaitu sebagai berikut.

a. Kelompok kecil memberikan dukungan social untuk belajar. Kelompok kecil

membentuk suatu forum di mana siswa menanyakan pertanyaan,

mendiskusikan pendapat, belajar member pendapat orang lain, memberikan

kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk

tulisan.

b. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa.

Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari

konsep dan startegi pemecahan masalah.

c. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab

memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa

dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.

d. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain utnuk menguasai

masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks

permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

29

e. Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang

bermanfaat bila didiskusikan.

Belajar cooperative script dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat

dikategorikan sesuai dengan sifat berikut, (1) tujuan kelompok; (2) tanggung

jawab individual; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetisi

kelompok; (5) spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu.

2.1.2.5 Model Pembelajaran Cooperative Script

Menurut Schank dan Abelson, (2007:33) pembelajaran cooperative script

adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan

sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok

masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.

Salvin, (2000:34) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran

cooperative dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat

meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima

kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.

Spurlin, (2007:23) menyatakan bahwa, cooperative script dapat mendorong

siswa untuk mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang

tidak dipelajarinya

Danserau, (2007:37) menyatakan bahwa pembelajaran cooperative script

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang

lebih banyak dari siswa yang belajar sendiri.

2.1.2.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script

Dansereau (Komalasari, 2010:63) menjelaskan Langkah-langkah Model

Pembelajaran Cooperative Script (Cooperative script) sebagai berikut:

a) Guru membagi siswa untuk berpasangan

b) Guru membagikan wacana atau materi tiap murid untuk dibaca dan membuat

ringkasan

c) Guru dan murid menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara

dan siapa yang berperan sebagai pendengar

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

30

d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

e) Sementara pendengar menyimak, mengoreksi atau menunjukkan ide-ide

pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide

pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi

lainnya

f) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan

sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.

g) Kesimpulan siswa bersama-sama dengan Guru

h) Penutup (evaluasi dan refleksi).

Pada tahap penutup, guru memberikan soal evaluasi secara individu dan

melakukan refleksi terhadap pelajaran yang baru dipelajari. Dalam kegiatan

refleksi ini dijadikan media untuk merefleksi (bercermin) pada kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini merupakan suatu cara untuk

belajar, menghindari kesalahan di waktu yang akan datang dan untuk

meningkatkan prestasi belajar serta kinerja peneliti.

2.1.2.7 Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script

Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model

pembelajaran cooperative script dengan menggunakan beberapa tahap:

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk

penerapan belajar

Pada tahap ini untuk membangkitkan minat siswa, guru menyuruh siswa

membacakan satu cerita pendek sebagai apersepsi. Kemudian guru menjelaskan

materi yang akan disampaikan setelah itu guru membagi siswa untuk

berkelompok berpasangan sebangku.

2) Tahap Penyampaian dan Pelatihan (kegiatan inti) adalah sebagai

bentuk penerapan belajar

Pada tahap ini guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan

membuat ringkasan. Kemudian guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama

berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

31

Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan

kalimat utama dalam ringkasannya. Sementara siswa yang sebagai pendengar

menyimak/mengoreksi/menunjukkan kalimat utama yang kurang lengkap

kemudian embantu mengingat/menghafal ide-ide pokok yang kurang lengkap.

Selanjutnya bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar

dan sebaliknya. melakukan seperti di atas. Kemudian siswa bersama-sama dengan

guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari.

3) Tahap penampilan hasil, kesimpulan dan refleksi (kegiatan penutup)

adalah sebagai bentuk belajar)

Pada tahap terakhir, guru memberikan soal latihan/evaluasi secara individu

dan melakukan refleksi terhadap pelajaran yang baru dipelajari. Dalam kegiatan

refleksi ini dijadikan media untuk merefleksi (bercermin) pada kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini merupakan suatu cara untuk

belajar, menghindari kesalahan di waktu yang akan datang dan untuk

meningkatkan prestasi belajar serta kinerja peneliti.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Cooperative

Script Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas 4 SDN Mangunsari 01 Salatiga.

Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran IPS

peningkatan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Mangunsari 01 Salatiga dapat

meningkat dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran

cooperative script. Penelitian tersebut dilakukan oleh Delita, subjek penelitiannya

berjumlah 40 orang. Pengumpulan data menggunakan tes dan pengamatan. Data

dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 80% siswa

mendapat skor ≥ 70. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan

rata-rata hasil tes siklus 1 diketahui 75,10 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 78,65.

Ditinjau dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 85%

dan siklus 2 diperoleh 93%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

32

mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 8%.berdasarkan

penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPS dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model

pembelajaran cooperative script. Berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti

bahwa peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan dalam pembelajaran peneliti

menggunakan model pembelajaran cooperative script. Maka dapat disimpulkan

melalui pembelajaran cooperatif script dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 7 SMP Negeri 2 Banyuasin I

Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran Cooperatif

Script.

Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam peningkatan hasil

belajar siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Banyuasin I dapat meningkat dikarenakan

dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Admin, Subjek penelitian berjumlah 30 orang.

Pengumpulan data menggunakan tes dan pengamatan. Data dianalisis dengan

melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 85% siswa mendapat skor ≥

65. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan rata-rata

hasil tes siklus 1 diketahui 73,17 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 76,83. Ditinjau

dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 80% dan siklus 2

diperoleh 90%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa mengalami

peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 10%.berdasarkan penelitian tersebut

maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

menyimak dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model

pembelajaran cooperative script. Maka dapat disimpulkan melalui pembelajaran

cooperatif script dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan para peneliti di atas maka

dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti melakukan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

33

penelitian dengan menerapkan model pembelajaran cooperative script pada

pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil belajar adalah faktor model

pembelajaran yang digunakan oleh guru atau pendidik selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Model yang digunakan sangat berpengaruh dan

berperan penting terhadap hasil belajar anak. Dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran sangat penting untuk menunjang keberhasilah seseorang dalam

belajar.

Pada kondisi awal, hasil belajar bahasa Indonesia melalui kegiatan membaca

dan menemukan kalimat utama pada teks cerita masih rendah. Hal tersebut terjadi

karena guru masih menggunakan metode dan model pembelajaran yang

kovensional, kurang inovatif dalam mengemas pembelajaran, sehingga siswa

kurang termotivasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu,

diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang inovatif yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa melalui kemampuan membaca dan menemukan

kalimat utama dalam teks cerita. Diantara beberapa model pembelajaran

kooperatif, yang lebih cocok dengan pembelajaran membaca ialah penggunaan

model pembelajaran cooperative script.

Model pembelajaran cooperative script merupakan sebuah kelompok model

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai

tujuan bersama. Pembelajaran cooperative script disusun guna untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang

berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative script siswa

berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara

kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama

manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8274/2/T1_292009322_BAB II.pdfkalimat utama paragraf, hakekat model pembelajaran, ... pembelajaran

34

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran cooperative script berpeluang besar dalam meningkatkan hasil

belajar siswa.

Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya

penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sementara

dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran cooperative script

dalam pembelajaran bahasa Indonesia KD: “Menentukan kalimat utama pada tiap

paragraf melalui membaca intensif” dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa

Indonesia kelas 4 semester 2 SD Negeri Tlogo Tahun 2012/2013”