bab ii kajian pustaka -...

16
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika a. Definisi Belajar menurut Teori Konstruktivisme Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu teori pembelajaran yang berkembang saat ini. Teori pembelajaran konstruktivisme melihat belajar sebagai proses aktif siswa mengkonstruksi arti baik dalam bentuk teks, dialog, pengalaman fisis, ataupun bentuk lainnya (Pannen, 2001). Suprijono (2009) menyatakan bahwa dalam perspektif konstruktivis, belajar merupakan hubungan timbal balik dan fungsional antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok. Singkatnya, belajar adalah interaksi sosial. Tujuan pembelajaran konstruktivisme menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata (Suprijono, 2009). Pembelajaran berbasis konstruktivisme merupakan proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Belajar tidak hanya mengonstruksikan makna dan mengembangkan pikiran, namun juga memperdalam proses-proses pemaknaan tersebut melalui pengekspresian ide-ide. Suprijono (2009) juga mengemukakan implikasi teori pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut. 1) Orientasi, tahap untuk memberi kesempatan siswa memperhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap materi pembelajaran. 2) Elicitasi, tahap untuk membantu siswa menggali ide-ide yang dimiliki kemudian dituangkan dalam tulisan yang dipresentasikan kepada semua siswa. 3) Restrukturisasi ide, dalam hal ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontruksikan ide-ide dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi. 4) Aplikasi ide, dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. 5) Reviu, dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya agar menjadi lebih lengkap. Teori pembelajaran konstruktivisime melahirkan definisi-definisi belajar menurut ahli. Salah satu ahli yang berkaitan dengan teori

Upload: truonghanh

Post on 08-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

5

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori1. Hasil Belajar Matematika

a. Definisi Belajar menurut Teori KonstruktivismeTeori pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu teori

pembelajaran yang berkembang saat ini. Teori pembelajarankonstruktivisme melihat belajar sebagai proses aktif siswa mengkonstruksiarti baik dalam bentuk teks, dialog, pengalaman fisis, ataupun bentuklainnya (Pannen, 2001). Suprijono (2009) menyatakan bahwa dalamperspektif konstruktivis, belajar merupakan hubungan timbal balik danfungsional antara individu dan individu, antara individu dan kelompok,serta kelompok dan kelompok. Singkatnya, belajar adalah interaksi sosial.

Tujuan pembelajaran konstruktivisme menekankan pada penciptaanpemahaman yang menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata(Suprijono, 2009). Pembelajaran berbasis konstruktivisme merupakanproses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Belajar tidak hanyamengonstruksikan makna dan mengembangkan pikiran, namun jugamemperdalam proses-proses pemaknaan tersebut melalui pengekspresianide-ide. Suprijono (2009) juga mengemukakan implikasi teori pembelajarankonstruktivisme sebagai berikut.1) Orientasi, tahap untuk memberi kesempatan siswa memperhatikan dan

mengembangkan motivasi terhadap materi pembelajaran.2) Elicitasi, tahap untuk membantu siswa menggali ide-ide yang dimiliki

kemudian dituangkan dalam tulisan yang dipresentasikan kepada semuasiswa.

3) Restrukturisasi ide, dalam hal ini siswa melakukan klarifikasi ide dengancara mengontruksikan ide-ide dengan ide orang lain atau teman melaluidiskusi.

4) Aplikasi ide, dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telahdibentuk siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yangdihadapi.

5) Reviu, dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikanpengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisigagasannya agar menjadi lebih lengkap.

Teori pembelajaran konstruktivisime melahirkan definisi-definisibelajar menurut ahli. Salah satu ahli yang berkaitan dengan teori

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

6

pembelajaran konstruktivisme ialah teori belajar Piaget. Piagetmendefinisikan belajar sebagai proses aktif siswa, yang harus membangunsendiri pengetahuannya (Poedjiadi, 1999). Siswa akan dapat menguasaibahan dengan lebih baik apabila siswa aktif dalam mengolah bahan,bertanya, dan mencerna bahan dengan kritis. Bahkan, kegiatan siswasecara pribadi dalam mengolah bahan, mengerjakan soal, membuatkesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiriadalah kegiatan yang sangat diperlukan agar siswa sanggup membangunpengetahuannya (Paul Suparno, 1997). Lebih lanjut Paul Suparno jugamendefinisikan belajar sebagai proses aktif siswa dalam mengasimilasikandan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari denganpengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannyadikembangkan.

Menurut Suprijono (2009), belajar adalah suatu proses aktif untukmenemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkanfakta. Belajar itu suatu perkembangan pemikiran dengan membuatkerangka pengertian yang berbeda. Siswa harus punya pengalaman denganmembuat hipotesis, menguji hipotesis, memanipulasi objek, memecahkanpersoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog,mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikangagasan, dan Iain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru. Siswa harusmembentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagaimediator dalam proses pembentukan itu.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwabelajar merupakan proses aktif siswa dalam mengasimilasi danmenghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untukmenemukan dan membangun atau mengembangkan pengetahuan baru.

Keberhasilan dalam proses belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor.Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut MuhibbinSyah (2005).1) Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor

internal meliputi faktor fisiologis (kesehatan tubuh, kondisi organ-organ tubuh), faktor psikologis (intelegensi, sikap, bakat, minat, danmotivasi).

2) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktoreksternal meliputi lingkungan sosial (lingkungan sosial di sekolah,lingkungan sosial siswa, lingkungan sosial keluarga) dan lingkungan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

7

nonsosial (gedung sekolah, lokasi sekolah, rumah tempat tingal siswa,alat-alat belajar, keadaan cuaca, waktu belajar).

3) Faktor pendekatan belajar, yaitu segala cara/ strategi yang digunakansiswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.Ada tiga pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan tinggi(speculative dan achieving), pendekatan sedang (analytical dan deep),dan pendekatan rendah (reproductive dan surface).

b. Definisi Hasil BelajarHasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Menurut Sudjana (2004), hasil belajar merupakan suatu akibat dari prosesbelajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yangdisusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tesperbuatan. Dimyati (2006) juga mendefinisikan hasil belajar sebagai hasilyang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajardi akhir pembelajaran. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006)menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut.1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaandengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan maknatentang hal yang dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidahuntuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, prinsip.

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalambagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami denganbaik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnyakemampuan menyusun suatu program.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentangbeberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuanmenilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahlidi atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil yangdicapai setelah proses belajar yang diukur menggunakan alat ukur berupates yang disusun secara terencana dan diwujudnyatakan dalam bentukangka-angka atau skor.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

8

c. Pengertian MatematikaKamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007) mengartika

matematika sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, danprosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaianmasalah mengenai bilangan. James menyatakan bahwa matematika adalahkonsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dankonsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlahyang banyak yang terjadi ke dalam empat bidang yaitu aritmatika, aljabar,analisis, dan geometri (Suherman, 2001).

Sejalan dengan pendapatnya Suherman, Uno (2009) mendefinisikanmatematika sebagai suatu bidang ilmu yang digunakan sebagai alat pikir,alat berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai persoalanpraktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi,generalitas dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lainaritmetika, aljabar, geometri dan analisis. Menurut Riedesel, matematikaadalah kumpulan kebenaran dan aturan, matematika bukanlah sekedarberhitung. Matematika merupakan sebuah bahasa, kegiatan pembangkitanmasalah dan pemecahan masalah, kegiatan menemukan dan mempelajaripola serta hubungan (Supatmono, 2002).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentangdefinisi matematika, maka dapat dikemukakan bahwa matematika adalahkonsep ilmu tentang bilangan dan logika memiliki aturan, konsep-konsepsaling berhubungan satu dengan lainnya yang mencakup 4 bidang yakniaritmatika, aljabar, geometri, dan analisis yang dipelajari berdasarkanpenalaran dan intelegensi yang dimiliki siswa.

d. Pengertian Hasil Belajar MatematikaBerdasarkan definisi hasil belajar dan pengertian matematika maka

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yangdicapai setelah proses belajar konsep ilmu tentang bilangan dan logikamemiliki aturan, konsep-konsep saling berhubungan satu dengan lainnyayakni aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis yang diukur menggunakanalat ukur berupa tes yang disusun secara terencana dan diwujudnyatakandalam bentuk angka-angka atau skor.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

9

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Sharea. Model Pembelajaran Kooperatif

Suprijono (2009) mengemukakan bahwa model pembelajarankooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerjakelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkanoleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkanoleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaanserta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untukmembantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanyamenempatkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Johnson & Johnson menyatakan bahwa pengertian modelpembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengankemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu samalain dalam kelompok tersebut (Isjoni, 2009). Sejalan dengan itu Slavinmengemukakan, model pembelajaran kooperatif adalah suatu modelpembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebihbergairah dalam belajar (Taniredja, 2010).

Menurut Suprijono (2009) pembelajaran kooperatif tidak samadengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasarpembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagiankelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur modelpembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan gurumengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapatmenumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yangmemudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama.

Roger dan David Johson mengatakan bahwa tidak semua belajarkelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Guna mencapai hasilyang maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajar harus diterapkan(Suprijono, 2009). Lima unsur tersebut adalah saling ketergantunganpositif, tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasiantar anggota, dan pemrosesan kelompok.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa modelpembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yangmengelompokkan siswa di kelas ke dalam kelompok-kelompok kecildengan pemilihan anggota kelompok tidak dilakukan secara asal-asalan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

10

sehingga dapat merangsang siswa lebih bersemangat mengikutipelajaran.

b. Think Pair Share (TPS)Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa(Trianto, 2010), sedangkanSuyatno (2009) mengatakan bahwa TPS adalah model pembelajarankooperatif yang memiliki prosedur, memberikan waktu lebih banyakkepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yangdijelaskan atau dialami (berpikit, menjawab, dan saling membantu satusama lain). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ThinkPair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswauntuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tahapthinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing ( berbagi).

Menurut Trianto (2009), terdapat 3 langkah utama yang merukakankarakteristik dari model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitulangkah Think (berpikir secara individu), pair (berpasangan) dan share(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas).Berikut penjelasan setiap langkah tersebut.1) Think ( berpikir)

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pernyataan atau masalahyang dikaitkan dengan pembelajaran, siswa ditugasi untuk berpikir secaramandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Dalammenentukan batasan waktu pada tahap ini guru harusmempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawabpertanyaan yang diberikan. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya teknik“time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan pada siswauntuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaantersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangimasalah adanya siswa yang berbicara, karena tiap siswa memiliki tugasuntuk dikerjakan sendiri.2) Pair (berpasangan)

Langkah kedua ini guru menugasi siswa untuk berpasangan dandiskusikan mengenai apa yang telah mereka pikirkan. Interaksi selamaproses ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Setiap pasangan siswasaling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehinggahasil yang didapat menjadi lebih baik karena siswa mendapat tambahaninformasi dan pemecahan masalah yang lain.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

11

3) Share (berbagi)Pada langkah akhir ini guru menugasi pasangan-pasangan tersebut

untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan yang lain ataudengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi lebih efektif apabilaguru berkeliling dari pasangan satu kepasangan yang lainnya. Langkahshare (berbagi) merupakan penyempurnaan dari langkah-langkahsebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong semua kelompokuntuk menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yangdiberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain. Kagan (1997)menunjukan langkah-langkah Think Pair Share (TPS) dalam gambar 2.1

Gambar 2.1 langkah-langkah Think Pair Share (TPS)Berikut langkah-langkah (syntaks) pembelajaran dengan menggunakan

Think Pair Share (TPS) menurut Trianto (2009).1) Langkah Berpikir (Thinking), yaitu guru mengajukan pertanyaan atau

isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untukberpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.

2) Langkah Berpasangan (Pairing), yakni guru meminta kepada siswauntuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang dipikirkan.

3) Langkah Berbagi (Sharing), yakni guru meminta pasangan-pasangantersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secarakeseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.Pendapat di atas dipertegas lagi oleh Nurhadi (2004) yaitu 1) berpikir

(thinking), yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkaitdengan pelajaran kemudian siswa diberikan waktu satu menit untukberpikit sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut; 2) berpasangan(pairing), yaitu guru meminta kepada siswa untuk berpasangan danmendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan; 3) berbagi (sharing),dimana guru meminta pasangan- pasangan tersebut untuk berbagi ataubekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telahmereka bicarakan. Menurut Suyatno (2009) langkah-langkah TPS yaitu

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

12

guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dansiswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku(Think-pair), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skorperkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu tipe dari model pembelajarankooperatif, memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan modelpembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sebagai berikut(Isjoni, 2009).1. Melalui model pembelajaran kooperatif peserta didik tidak terlalu

menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaankemampuan berpikit sendiri, menemukan informasi dari berbagaisumber, dan belajar dari peserta didik yang lain. Modelpembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan,mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbaldan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

2. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untukrespek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannyaserta menerima segala perbedaan.

3. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiappeserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

4. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukupampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaliguskemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain,mengembangkan keterampilan me-manage waku, dan sikap positifterhadap sekolah.

5. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkankemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri,menerima umpan balik. Peserta didik dapat memecahkan masalahtanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuatadalah tanggung jawab kelompoknya.

6. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuanpeserta didik menggunakan informasi dan kemampuan belajarabstrak menjadi nyata.

7. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkanmotivasi dan memberikan rangsangan berpikit. Hal ini bergunauntuk pendidikan jangka panjang.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

13

Think Pair Share (TPS) di samping memiliki kelebihan juga mempunyaikekurangan. Berikut kekurangan TPS menurut Suprijono (2009).1. Pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul

adalah sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri,dan bisa saling mengganggu antar siswa.

2. Siswa-siswa yang pasif, dengan metode ini akan ramai dan bahkanmemngganggu temannya.

3. Siswa yang seharusnya menyelesaikan permasalahan dengan temanpasangannya, seringkali masih suka membicarakan kegiatan di luarmateri pelajaran, menggantungkan pada pasangan dan kurang aktifdalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soaltersebut pada pasangan atau kelompok yang lain.

4. Jumlah siswa di dalam kelas juga berpengaruh. Jumlah siswa yangganjil berdampak pada pembentukan kelompok, hal ini bisamemperlambat proses diskusi. Pasangan lain telah menyelesaikansementara satu siswa tidak mempunyai pasangan.

5. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan denganpelaksanaanya. Hal ini dikarenakan siswa suka megulur-ulur waktudengan alasan pekerjaan belum selesai, sehingga berdampak siswakurang menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya.

6. Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan disekolah.

7. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru. Guru harusmenyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yangsesuai dengan taraf berpikit anak.

8. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari cara mendengarkan ceramahdiganti dengan belajar berpikit memecahkan masalah secarakelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.

3. Media PowerPointPowerpoint merupakan salah satu program dalam Microsoft Office.

Microsoft Office Powerpoint merupakan program aplikasi yang dirancangsecara khusus untuk menampilkan program multimedia. Hal inisebagaimana dikemukakan Riyana (2008), Program Microsoft OfficePowerpoint adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampumenampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalampembuatan, mudah dalam penggunaan. Microsoft Powerpoint adalahsebuah program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

14

Microsoft di dalam paket aplikasi Microsoft Office. Aplikasi ini sangat banyakdigunakan, kalangan perkantoran, para pendidik, siswa, dan trainer(Sutatmi, 2005).

Pada umumnya Powerpoint digunakan untuk presentasi dalam classicallearning, karena Powerpoint merupakan program aplikasi yang digunakanuntuk kepentingan presentasi. Berdasarkan pola penyajian yang telahdikemukakan sebelumnya bahwa powerpoint yang digunakan untukpresentasi dalam classical learning disebut personal presentation.Powerpoint pada pola penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guruuntuk menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru.Jadi, media powerpoint ini merupakan media yang sangat tepat digunakandalam proses belajar mengajar untuk membangkitkan dan meningkatkanmotivasi belajar siswa.

Menurut Riyana (2008) powerpoint memiliki beberapa kelebihan didalam proses belajar mengajar diantaranya penyajiannya menarik karenaada permainan warna, huruf dan animasi, baik animasi teks maupun animasigambar atau foto. Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauhinformasi tentang bahan ajar yang tersaji. Pesan informasi secara visualmudah dipahami siswa. Guru tidak perlu banyak menerangkan bahan ajaryang sedang disajikan, disamping itu bahan ajar dapat diperbanyak sesuaikebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang. Disimpan dalambentuk data optik atau magnetik. (CD /Disket/Flashdisk), sehingga paraktisuntuk di bawa ke mana-mana. Di samping itu, powerpoint memilikikekurangan juga di dalam proses belajar mengajar diantaranyamembutuhkan keterampilan khusus, tidak efektif dalam pembelajaranbahasa, tergantung pada ketersediaan aliran listrik (Riyana, 2008).

4. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Shareberbantuan Media Powerpoint dalam Pembelajaran.Adapun langkah-langkah (sintaks) pembelajaran dalam model

pembelajaran Think Pair Share berbantuan media powerpoint adalahsebagai berikut.a. Langkah 1: Pendahuluan

Tahap ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskantujuan pembelajaran, dan menyampaikan materi dengan bantuan mediapowerpoint, memberi soal yang berhubungan dengan materi yangdisampaikan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

15

b. Langkah 2: ThinkPada tahap ini, siswa dituntut untuk berpikir secara individu. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban danmeminta siswaa untuk menuliskan hasil pemikirannya masing-masing darisoal yang diberikan guru. Penulisan hasil pemikiran siswa bertujuan supayasiswa mempunyai bekal untuk berdiskusi dengan pasangannya di tahapberikutnya. Hal ini juga untuk memantau kegiatan siswa dan supaya siswatidak lupa. Siswa yang mengikuti kegiatan dengan baik akan memilikicatatan yang lengkap dan terperinci sehingga memudahkan dalamberdiskusi.

c. Langkah 3: PairSelanjutnya, setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing

dengan pasangan. Guru mengorganisasikan siswa untuk mendiskusikanjawaban yang menurut mereka paling benar dan paling meyakinkan.Interaksi selama waktu disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatupertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalahkhusus yang diidentifikasi. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerjakelompoknya.

d. Langkah 4: ShareTahap Share, guru meminta kelompok untuk berbagi dengan semua

siswa di depan kelas untuk melaporkan hasil kelompoknya. Tahap Share inidimodifikasi dengan cara mengundi kelompok. Modifikasi ini dimaksudkansupaya masing-masing kelompok mempunyai kesempatan yang samauntuk berbagi hasil diskusinya di depan kelas. Hal ini diharapkan dapatmeningkatkan kesiapan kelompok dalam berbagi di depan kelas.e. Langkah 5: Evaluasi

Langkah akhirnya yaitu menganalisis dan mengevaluasi hasilpemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi danpenguatan terhadap hasil pemecahan masalah yang mereka diskusikan.

5. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat

masalah-massalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan (Wibawa, 2004).Arikunto (2006) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakansuatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yangsengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

16

tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan olehsiswa. Beliau juga mendefinisikan penelitian tindakan kelas yang cukupsederhana, yakni suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengajadimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.

Menurut Wiriaatmadja (2006), penelitian tindakan kelas adalah bagaimanasekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaranmereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapatmencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka,dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Penelitian tindakan kelas sebagaibentuk penelaah penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Sukidin, 2002). Susilo(2011) juga mendefinisikan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai sebuahproses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat refleksi mandiriyang dilakukan oleh guru atau calon guru yang memiliki tujuan melakukanperbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atausebuah situasi pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwapenelitian tindakan kelas yang selanjutnya disebut PTK adalah penelitian yangmengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh guru atau calonguru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakanuntuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secaraprofesional.

Ada beberapa model PTK yang sering digunakan dalam dunia pendidikanantara lain; (1) model Kurt Lewin; (2) model Kemmis dan McTaggart; (3) modelJhon Elliot; (4) model dave Ebbutt; dan (5) model Hopkins (Taniredja, 2010).Penelitian ini akan menggunakan model PTK Kemmis dan McTaggart. Model inimerupakan pengembangan dari model Kurt Lewin, akan tetapi model inimenjadi satu kesatuan komponen tindakan dan pengamatan.

Model Kemmis dan McTaggart memiliki empat komponen yang terdiri dariperencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, yang keempatnya merupakansatu siklus (Depdiknas, 1999). Gambar 2.2 adalah alur model PTK Kemmis danMc Taggart (Susilo, 2011).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

17

Gambar 2.2 Alur model PTK Kemmis dan Mc TaggartGambar 2.2 tampak bahwa terdapat dua perangkat komponen yang

dikatakan sabagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlahsiklus bergantung pada masalah yang perlu diselesaikan. Apabilapermasalahan tersebut terkait dengan materi dan tujuan pembelajaranmaka jumlah siklus untuk setiap pelajaran tidak hanya dua tetapi bisa jauhlebih banyak, mungkin lima atau enam siklus.

B. Penelitian yang RelevanTerdapat beberapa penelitian PTK dengan menggunakan TPS. Berikut

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan Think Pair Share (TPS)pada pembelajaran matematika.

Penelitian yang dilakukan Utama Patrianto (2012). Penelitian ini dilakukan padaproses pembelajaran Logaritma pada siswa kelas X SMKN 5 Malang denganmenerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Hasil penelitianini menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklusII sebesar 46,4 %.

Penelitian yang dilakukan Lailatul Fitriyah (2010). Penelitian ini dilakukan padaproses pembelajaran Relasi dan Fungsi pada siswa kelas VIII MTs. Kanjeng SepuhSidayu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan modelpembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar matematikasiswa.

Penelitian yang dilakukan Lailatul Mufidah, Dzulkifli Effendi dan Titi TeriPurwanti (2011) pada proses pembelajaran Matriks pada siswa kelas XII IPA SMAPGRI 5 Sidoarjo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

18

model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas belajarsiswa. Hasil dari penelitian tersebut, menjadi salah satu bahan pertimbanganpenggunaan TPS dalam penelitian ini.

Selain penelitian yang berkaitan dengan TPS, terdapat penelitian yang terkaitdengan penggunaan media powerpoint, yaitu Mahrani, K.Y. Margiati, Hery Kresnadi(2013) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika MenggunakanPembelajaran Berbantuan Power Point Kelas Vi SDN 27 Pontianak Utara”. Hasilpenelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan Microsoft OfficePowerPoint dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Selain itu, Rina Kristia Rini (2012) yang berjudul “Penerapan PembelajaranMatematika Berbantuan Media Powerpoint Setting Kooperatif Stad UntukMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Lingkaran Di Kelas Viii-C Smp Negeri13 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan pembelajaranmatematika berbantuan media powerpoint dengan model pembelajarankooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materiLingkaran di kelas VIII-C SMP Negeri 13 Malang.

Sebagai tindak lanjut dari penelitian-penelitian tersebut, penelitian inimengaitkan penerapan model pembelajaran TPS dengan media powerpoint. Jikapenelitian sebelumnya hanya memilih model pembelajaran TPS atau mediapowerpoint saja, maka penelitian ini memilih menerapkan model pembelajaran TPSberbantuan media powerpoint guna meningkatkan hasil belajar matematika siswa.Selain itu, penelitian ini mengambil subjek kelas XI Bahasa dengan materi peluang.

C. Kerangka BerpikirHasil observasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Salatiga menunjukkan hasil

belajar matematika mereka belum optimal. Hasil ulangan akhir semester I siswa XIbahasa menunjukkan 90% siswa belum memperoleh nilai di atas KKM yang telahditetapkan yakni 76. Penggunaan model pembelajaran yang tidakmempertimbangkan karakteristik siswa diduga juga memberi andil akan rendahnyahasil belajar matematika di SMA N 2 Salatiga, khususnya di kelas XI Bahasa. Siswa XIBahasa merupakan siswa yang memiliki potensi dalam hal berkomunikasi. Potensiini perlu dikembangkan secara positif. Misalnya, memberi kesempatan merekauntuk bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu, perlu adanya pemilihandan penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswatersebut. Model pembelajaran yang memberi ruang siswa untuk bekerja dalamkelompok adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran yang sesuaidengan karaktersistik siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Modelpembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan siswa

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

19

lain. Interaksi antar siswa membutuhkan komunikasi yang baik, seperti yang sudahdimiliki oleh siswa kelas XI Bahasa.

Model pembelajaran kooperatif terdapat banyak tipe, salah satunya tipe ThinkPair Share (TPS). TPS memiliki 3 langkah utama yang dilaksanakan dalam prosespembelajaran yaitu Think (berpikir secara individu), Pair (berpasangan) dan Share(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas). Melalui modelini, siswa tidak hanya dituntut mengerjakan soal secara individu tapi juga berbagi(Share) dengan orang lain. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe TPSantara lain siswa diberi waktu lebih untuk berpikir, menjawab, dan salingmembantu satu sama lain. Waktu yang lebih untuk berpikir, menjawab, dan salingmembantu satu sama lain dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalammengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan.

Selain model pembelajaran, belum adanya pemanfaatan media diduga jugamemberikan dampak terhadap belum optimalnya hasil belajar siswa. Penggunaanmedia dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga siswalebih fokus belajar. Salah satu media yang sudah dimiliki guru namun belumdimaksimalkan pemanfaatannya adalah media Powerpoint. Media ini dapatmenarik perhatian siswa karena media ini dapat menampilkan animasi, gambar,dan suara. Siswa juga lebih cepat memahami pesan yang disampaikan secara visual.

Berdasarkan urain tersebut, maka diharapkan melalui penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media Powerpoint yang sesuaidengan sintaks dapat diguna untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswakelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Salatiga. Uraian di atas dapat dinyatakan dalambagan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

Kondisi Awal:Belum menggunakan modelpembelajaran Think PairShare berbantu Powerpoint

Hasil belajar matematikarendah

Kondisi Akhir:Hasil belajar siswameningkat

Tindakan:Menerapkan pembelajaranThink Pair Share berbantuPowerpoint

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5650/3/T1_202010141_BAB II.pdf · kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri

20

D. Hipotesis TindakanHipotesis dari penelitian ini adalah dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan media powerpoint secara maksimaldapat meningkatkan hasil belajar siswa.