bab ii kajian pustaka - digital library...

16
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi acuan teori yang diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya yakni beberapa buku dari J.S. Badudu (Membina Bahasa Indonesia Baku dan Pelik-Pelik Bahasa Indonesia), Abdul Chaer (Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia), Harimurti Kridalaksana ( Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi), Sudarno dan Eman A. Rahman (Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tingg) Hasan Alwi, et. Al (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga), Sutan Takdir Alisjahbana (Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia) maupun dari Wikipedia Indonesia. A. Pengertian Error Analysis Error Analysis adalah salah satu topik utama dalam bidang penelitian pemerolehan bahasa kedua. Kesalahan merupakan bagian integral dari pembelajaran bahasa. Pelajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua tidak menyadari keberadaan sistem tertentu atau aturan dalam bahasa Inggris. Kesalahan pelajar ini telah lama tertarik untuk para peneliti bahasa kedua dan asing. Tugas dasar error analysis adalah untuk menjelaskan bagaimana belajar terjadi dengan memeriksa output pelajar dan ini termasuk ucapan yang benar dan salah itu. Error Analysis tidak dapat dipelajari dengan baik tanpa menyentuh pada gagasan analisis kontrastif. Analisis kontrastif dan error analysis telah umum diakui sebagai cabang Terapan Linguistic Science. Makalah ini membahas secara rinci tiga teori kesalahan yang paling

Upload: phamphuc

Post on 01-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi acuan teori yang diperoleh dari beberapa sumber,

diantaranya yakni beberapa buku dari J.S. Badudu (Membina Bahasa Indonesia

Baku dan Pelik-Pelik Bahasa Indonesia), Abdul Chaer (Tata Bahasa Praktis

Bahasa Indonesia), Harimurti Kridalaksana ( Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia

untuk Perguruan Tinggi), Sudarno dan Eman A. Rahman (Kemampuan Berbahasa

Indonesia untuk Perguruan Tingg) Hasan Alwi, et. Al (Tata Bahasa Baku Bahasa

Indonesia Edisi Ketiga), Sutan Takdir Alisjahbana (Tatabahasa Baru Bahasa

Indonesia) maupun dari Wikipedia Indonesia.

A. Pengertian Error Analysis

Error Analysis adalah salah satu topik utama dalam bidang penelitian

pemerolehan bahasa kedua. Kesalahan merupakan bagian integral dari

pembelajaran bahasa. Pelajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua tidak

menyadari keberadaan sistem tertentu atau aturan dalam bahasa Inggris.

Kesalahan pelajar ini telah lama tertarik untuk para peneliti bahasa kedua dan

asing. Tugas dasar error analysis adalah untuk menjelaskan bagaimana belajar

terjadi dengan memeriksa output pelajar dan ini termasuk ucapan yang benar

dan salah itu. Error Analysis tidak dapat dipelajari dengan baik tanpa

menyentuh pada gagasan analisis kontrastif. Analisis kontrastif dan error

analysis telah umum diakui sebagai cabang Terapan Linguistic Science.

Makalah ini membahas secara rinci tiga teori kesalahan yang paling

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

11

berpengaruh: Kontrastif analisis, error analysis dan teori antar bahasa. Corder

(1978) menyatakan bahwa bahasa antara dapat dilihat sebagai restrukturisasi

atau kontinum menciptakan dan, oleh karena itu; mengevaluasi peran mereka

dalam akuisisi bahasa kedua.

Error Analysis itu adalah ahli linguistik terapan Inggris, Pit Corder, yang

kembali memusatkan perhatian pada kesalahan dari perspektif

pengolahan bahasa dan pemerolehan bahasa. Dalam mani (1967) makalahnya

"Arti penting dari peserta didik kesalahan "tegasnya kontribusi positif kognitif

peserta didik untuk belajar. Pandangannya adalah bahwa pelajar adalah

terlibat dalam proses menemukan bahasa. Bentuk pelajar hipotesis

berdasarkan masukan bahasa dan tes tersebut hipotesis dalam produksi ujaran.

Dalam pandangan ini kesalahan tidak hanya tak terelakkan tapi juga, sangat

penting, fitur penting dari bahasa pembelajar, tanpa yang perbaikan tidak

dapat terjadi. Corder menciptakan istilah "kompetensi transisi" untuk

menunjukkan dinamisme penting dan fluks dari sistem berkembang bahasa

pembelajar. Kesalahan Seorang pelajar, menurut Corder (1967), merupakan

ketidaksesuaian antara kompetensi transisi dari pelajar itu dan bahasa target.

menggambar berat pada (1965) pandangan Chomsky akuisisi bahasa pertama,

ia menyarankan bahwa sama seperti bagi anak memperoleh nya bahasa ibu

bahasa berkembang dalam pola yang kurang lebih tetap, sehingga para pelajar

bahasa asing mungkin memiliki sebuah "silabus inbuilt" yang menentukan

urutan sistem bahasa diperoleh dan yang sebagian besar independen dari

urutan silabus eksternal yang menurut pelajar kelas adalah pura-pura belajar.

Corder lanjut menyarankan bahwa mempelajari kesalahan mungkin

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

12

menyediakan petunjuk untuk memesan inbuilt ini akuisisi, kesalahan terus-

menerus menunjukkan unsur-unsur yang diperoleh terlambat. Corder,

bagaimanapun, dipanggil (1965) pembedaan Chomsky antara kompetensi" dan

kinerja "untuk menarik perbedaan antara benar kesalahan kompetensi dan

kesalahan kinerja, yang dilambangkan sebagai hanya "kesalahan", produk dari

"Keadaan kesempatan" analog dengan slip lidah dalam bahasa asli (Corder

1967: 166). Maskapai kinerja kesalahan", tegasnya, mengatakan apa-apa

tentang kompetensi pembicara yang mendasari dan harus karena itu akan

dikeluarkan dari analisis. Dalam sebuah kertas kemudian Corder (1971: 107-

108) mengemukakan bahwa analisis kesalahan harus mencakup tidak hanya

"nyata" esalahan tetapi "rahasia" kesalahan. Kesalahan Terselubung, seperti

kesalahan yang jelas, secara formal diterima tetapi tidak mengungkapkan

makna yang dimaksudkan oleh pelajar. Misalnya, "Saya ingin tahu Inggris

"adalah kalimat formal benar, tapi itu akan menjadi kesalahan rahasia jika

pelajar ingin mengekspresikan artinya dibawa oleh "Aku ingin tahu bahasa

Inggris".

Bahkan, analisis kesalahan telah berubah menjadi lebih bermasalah daripada

yang diharapkan karena berbagai alasan.

Ada masalah identifikasi. Meskipun intuisi penutur asli, kesalahan sulit untuk

menentukan dan dapat tidak berarti selalu jelas diidentifikasi dalam produksi

(Hughes / Lascaratou 1982). Perbedaan antara "kesalahan" dan "kesalahan"

sangat bermasalah karena kinerja yang benar dan bentuk yang salah satu target

sering terjadi berdampingan. Kompetensi transisi Learner telah ditemukan

menjadi sangat bervariasi, dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

13

situasi, lawan bicara, pidato dibandingkan menulis, dan faktor internal

tertentu, terutama kecemasan. Selain itu, tampaknya ada jalan tengah antara

bahasa-benar dapat diterima dan bahasa yang salah, yang mungkin berbeda-

beda dinilai sebagai tdk pantas, Gaya pantas, non-nativelike, jelas (Azevedo

1980; Pawley / Syder 1983).

B. Kata Depan atau Preposisi

Kata depan atau preposisi berasal dari “bahasa Latin yang dibentuk oleh

kata prae berarti „sebelum„ dan kata ponere berarti „menempatkan, tempat„. (

Wikipedia Indonesia, “Preposisi”, artikel diakses pada 24 Januari2014, pukul

12.43 WIB dari (http://id.wikipedia.org/wiki/Preposisi).

Dalam bahasa Inggris kata depan disebut preposition, sedangkan “dalam bahasa

Belanda disebut voorzetsel”. ( J.S. Badudu, Membina Bahasa Indonesia Baku

(Bandung: Pustaka Prima, 1988), hlm. 65.)

Mengapa disebut sebagai kata depan? Karena “kata depan digunakan di

muka kata benda untuk merangkaikan kata benda itu dengan bagian kalimat lain”.

(Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,

2000), Cet. ke-1, hlm. 122). Kata depan lebih dikenal dengan sebutan preposisi.

Terdapat beberapa definisi mengenai kata depan atau preposisi yang diungkapkan

oleh para ahli bahasa atau penulis yang berkecimpung dalam bidang kebahasaan,

misalnya preposisi adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina

dengan verba di dalam suatu klausa. Menurut Kridalaksana, kata depan dijelaskan

sebagai “kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga

terbentuk frase eksosentrik direktif”. (Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

14

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), Cet.

ke-5, hlm. 95.)

Pada umumnya, kata depan merangkaikan kata benda atau yang

dibendakan dengan jenis kata lain. Jadi, dapat penulis tarik secara garis besar

bahwa kata depan adalah suatu kata yang digunakan untuk merangkaikan kata

benda dengan jenis kata lain dan penulisannya selalu dipisahkan dari kata yang

mengikutinya, seperti kata benda, kata keterangan tempat, dan kata keterangan

waktu.

“Kata depan mempunyai fungsi sangat penting sebab turut serta

mengarahkan arti atau maksud kalimat.(Sudarno dan Eman A. Rahman,

Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Hikmat

Syahid Indah,1986), hlm. 30.) Maksudnya, jika suatu kalimat harus menggunakan

kata depan, tetapi kata itu tidak digunakan, maka arti kalimat akan berubah

bahkan ada yang tidak dipahami lagi maknanya.

Contoh: Rahma berjalan kaki dari rumahnya ke sekolah.

Contoh tersebut menunjukkan jika kata depan dari dan ke dihilangkan atau tidak

digunakan, maka maknanya pun akan rancu atau tidak sesuai dengan makna yang

dituju.

Penulisan kata depan atau preposisi ditulis secara terpisah,

contoh: di rumah, ke kantor, dan dari Surabaya. Kesalahan yang paling umum

adalah penulisan kata seperti "dimana", "disana", "disini", "ditempat", dibawah",

"diatas", "ditengah", "kemana", "kesana", "kesini", "keatas", "kebawah" yang

seharusnya ditulis "di mana", "di sana", "di sini", "di tempat", di bawah", "di

atas", "di tengah", "ke mana", "ke sana", "ke sini", "ke atas", "ke bawah".

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

15

Perkecualian untuk hal ini adalah:

Kepada

keluar (sebagai lawan kata "masuk", untuk lawan kata "ke dalam",

penulisan harus dipisah, "ke luar")

kemari

daripada

B.1. Bentuk – bentuk Preposisi

1. Preposisi 'tunggal' terdiri dari satu kata.

– Preposisi yang berupa kata dasar terdiri dari satu morfem

(monomorfemis). Daftar: akan, antara, bagi, buat, dari, demi, dengan, di,

hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai, sejak,

semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, untuk.

– Preposisi yang berupa kata berafiks (polimorfemis) dibentuk dengan

menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar yang bisa berupa

verba, adjektiva, atau nomina.

Preposisi yang berupa kata berprefiks, daftar: bersama, beserta,

menjelang, menuju, menurut, seantero, sekeliling, sekitar, selama,

sepanjang, seputar, seluruh, terhadap.

Preposisi yang berupa kata bersufiks, daftar: bagaikan.

Preposisi yang berupa kata berprefiks dan bersufiks, daftar: melalui,

mengenai.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

16

2. Preposisi 'gabungan' atau 'majemuk' terdiri atas dua preposisi yang

berdampingan atau berkolerasi.

- Preposisi yang 'berdampingan' terdiri dari dua preposisi yang letaknya berurutan,

baik digabungkan menjadi satu kata atau tetap terpisah menjadi dua kata. Daftar:

daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, selain

dari.

- Preposisi yang 'berkorelasi' terdiri dari dua unsur yang dipakai berpasangan,

tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Daftar: antara ... dengan, dari ... hingga,

dari ... sampai dengan, dari ... sampai ke, dari ... sampai, dari ... ke, sejak ...

hingga, sejak ... sampai.

- Preposisi dengan nomina lokatif bergabung dengan dua nomina (FN) yang

nomina pertamanya (N1) mempunyai ciri lokatif atau menunjukkan lokasi (Prep

+ FN (N1 + N2). Contoh: di (atas meja), ke (dalam rumah), dari (sekitar

kampus), dll.. Sebagian dari kelompok N1 maupun N2 ada yang wajib muncul

dan ada pula yang manasuka. Berikut adalah frasa preposisional yang dapat

muncul tanpa N2 jika konteks kalimat atau situasinya jelas: di depan, di muka, di

pinggir, di samping, di sebelah, di tengah, ke depan, ke muka, ke pinggir, ke

samping, ke sebelah, ke tengah, dari depan, dari muka, dari pinggir, dari

samping, dari sebelah, dari tengah

B.2 Jenis-jenis Kata Depan

J.S. Badudu menggolongkan kata depan sebagai berikut:

1. Kata depan sejati, yaitu: di, ke, dari.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

17

2. Kata depan majemuk, yaitu gabungan kata depan sejati dengan kata lain,

misalnya: di dalam, di luar, di atas, di bawah, ke muka, ke belakang, dari

samping, dari depan, kepada, daripada.

3. Kata depan yang tak tergolong pada 1 dan 2, seperti tentang, perihal, akan,

dengan, oleh, antara, bagi, untuk.( J.S. Badudu, Pelik-Pelik Bahasa

Indonesia (Bandung: Pustaka Prima, 1981), Cet. ke-18, hlm. 149.)

Adapun Harimurti Kridalaksana menuliskan dalam buku Kelas Kata dalam

Bahasa Indonesia bahwa ada tiga jenis kata depan atau preposisi, yaitu:

“preposisi dasar, preposisi turunan, dan preposisi yang berasal dari

kategori lain.”( Harimurti Kridalaksana, op. cit., hlm. 95-97 )

Berikut ini merupakan penjabaran dari ketiga jenis kata depan di atas:

a. Preposisi dasar tidak dapat mengalami proses morfologis.

b. Preposisi turunan yang dapat dibagi lagi menjadi :

- Gabungan preposisi dan preposisi, seperti di dalam

- Gabungan preposisi dan non-preposisi, seperti di balik

Preposisi yang berasal dari kategori lain, seperti pada, tanpa, semenjak,

sepanjang, sesuai. Berikut ini merupakan sembilan kata depan yang

digolongkan berdasarkan fungsinya, yaitu kata depan yang menyatakan:

a. tempat berada, yaitu di, pada, dalam, atas, dan antara

b. arah asal, yaitu dari

c. arah tujuan, yaitu ke, kepada, akan, dan terhadap

d. pelaku, yaitu oleh

e. alat, yaitu dengan dan berkat

f. perbandingan, yaitu daripada

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

18

g. hal atau masalah, yaitu tentang dan mengenai

h. akibat, yaitu hingga dan sampai

i. tujuan, yaitu untuk, buat, guna, dan bagi

Pembagian kata depan atau preposisi seperti di atas juga disebut sebagai

peran semantis preposisi, karena menyatakan makna-makna tertentu.

Kemudian berdasarkan bentuknya, kata depan dibagi menjadi dua macam,

yaitu kata depan tunggal dan kata depan majemuk. Berikut ini adalah

penjabarannya:

1. Kata Depan Tunggal

Kata depan tunggal adalah ―preposisi yang hanya terdiri atas satu

kata.(Hasan Alwi, et. al, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga

(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Cet. ke-5, hlm. 288 10 Ibid., hlm. 289.).

Bentuk kata depan tunggal tersebut dapat berupa kata dasar dan kata

berimbuhan.

a. Kata depan atau preposisi yang berupa kata dasar

Kata depan dalam kelompok ini hanya terdiri dari satu morfem. Artinya,

kata depan ini tidak diikuti oleh imbuhan apapun, baik awalan, akhiran,

sisipan, maupun gabungan awalan dan akhiran. Berikut ini adalah kata

dasar yang menjadi kata depan, yaitu “akan, antara, bagi, buat, dari, demi,

dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai,

sejak/semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, dan untuk.” (Ibid., hlm. 289.)

Berikut ini beberapa contoh penggunaan kata depan yang berupa kata dasar

dalam kalimat:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

19

(a) Rani tidak takut akan kegelapan.

(b) Terlihat sekali perbedaan antara kakak dan adik itu.

(c) Skripsi wajib dikerjakan bagi para mahasiswa S1.

(d) Kak Ami berasal dari Solo.

(e) Tadi siang, Mila terlihat duduk di bangku taman.

Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kata depan ini hanya terdiri

dari satu morfem saja.

b. Kata depan yang berupa kata berafiks

“Kata depan dalam kelompok ini dibentuk dengan menambahkan afiks

pada bentuk dasar yang termasuk kelas kata verba, adjektiva, atau

nomina.”( Hasan Alwi, et. al., loc. cit. ) Artinya, pembentukan kata depan

ini mengalami proses penambahan awalan (prefiks), akhiran (sufiks), atau

gabungan antara keduanya (konfiks). Berikut ini yang termasuk kata depan

berupa kata berimbuhan, seperti bersama, beserta, menjelang, menuju,

menurut, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh, dan

terhadap.

2. Kata Depan Majemuk atau Gabungan

Kata depan majemuk atau gabungan merupakan preposisi yang berupa

gabungan dari beberapa preposisi tunggal. Kata depan ini terdiri dari dua

kata depan yang berdampingan dan dua kata depan yang berkorelasi.

a. Kata depan yang berdampingan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

20

Kata depan jenis ini terdiri dari dua kata depan yang letaknya berurutan.

Kata depan gabungan ini tetap ditulis terpisah dari kata selanjutnya atau

di belakangnya.

Berikut ini contoh kata depan yang berdampingan: daripada, kepada,

oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, dan selain dari.

Berikut ini beberapa contoh kata depan yang berdampingan dalam

kalimat:

(a) Rifka lebih tinggi daripada adiknya.

(b) Permen-permen itu diberikan kepada anak-anak jalanan.

(c) Konser Titi DJ berlangsung mulai pukul 19.00 sampai dengan 21.00

WIB.

b. Kata depan yang berkorelasi

Kata depan ini terdiri dari dua unsur yang dipakai berkorelasi atau

berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Artinya, antara

kata depan pertama dan kedua terdapat jurang pemisah, jadi keduanya

tidak berpasangan secara penuh.

Contohnya, antara …… dengan, antara …… dan, dari …… hingga,

dari …. sampai dengan, dari …. sampai ke, dari … ke, dari ….

sampai, sejak …. hingga, sejak …. sampai. Berikut ini beberapa contoh

kata depan yang berkorelasi dalam kalimat: (a) Antara Fifi dan

kakaknya terdapat perbedaan sifat yang mencolok. (b) Ayah bekerja

keras dari pagi hingga petang.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

21

B.3. Kata Depan “di”, “ke”

Dalam penulisannya, kata depan “di”, “ke” harus dipisah dari kata yang

mengikutinya. Inilah yang membedakannya dengan imbuhan dan sering

membuat siswa keliru dalam menuliskannya. Ada kunci yang dapat diingat

siswa, yaitu penulisan kata depan “di”, “ke” dipisahkan dari kata selanjutnya

jika diikuti oleh keterangan tempat, keterangan waktu, dan kata benda.

Dibawah ini merupakan kunci mudah memahami penulisan kata depan “di-“,

“ke-“ yaitu :

kata depan di, ke + kata keterangan tempat

kata depan di, ke + kata keterangan waktu

kata depan di, ke + kata benda

Ketiga kalimatnya penulisan dipisahkan

1. Kata depan ”di”

Dalam kata depan, “di” dihitung sebagai satu kata. Pada umumnya, kata

depan “di” dikenal sebagai penunjuk keterangan tempat. Namun,

keterangan tempat itu dibagi-bagi menurut aturan seperti yang terdapat

dalam Abdul Chaer, 2000: 122-124, seperti:

a. untuk menyatakan „tempat berada„. Contoh: “Kami belajar di kelas

7.17.”

b. untuk menyatakan aspek „diam„ atau „berhenti„. Contoh: “Kami sedang

beristirahat di hotel berbintang lima.”

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

22

c. tidak digunakan sebelum kata ganti orang, kata nama diri, kata nama

jabatan, kata nama perkerabatan, dan kata nama waktu. Kata depan yang

lebih tepat digunakan adalah pada. Contoh: “Novelmu ada di saya”.

(sebaiknya: “Novelmu ada pada saya”).

d. tidak langsung digunakan di depan kata yang menyatakan karangan,

tulisan, atau nama buku, majalah, dan koran. Kata depan di ditambahkan

dengan kata depan dalam. Misalnya, “Dimuat di dalam surat kabar.”

2. Kata Depan “ke”

Kata depan “ke” juga biasa dikenal untuk menyatakan tujuan„. Sama halnya

seperti “di”, kata depan “ke” juga memiliki aturan „tujuan„ yang dimaksud,

di antaranya:

a. untuk menyatakan „tempat tujuan„. Contoh: “Ibu pergi ke kantor pos.”

b. untuk menyatakan aspek „gerak„ atau „bergerak„. Contoh: “Apa

maksudmu datang ke sini sepagi ini?”

c. sebaiknya tidak digunakan di depan kata ganti, kata nama diri, kata nama

jabatan, kata nama perkerabatan. Dalam hal ini, lebih tepat digunakan

kata depan kepada. Contoh: “Saya meminjam uang ke saudara.”

(sebaiknya: “Saya meminjam uang kepada saudara.”).

“Dalam masyarakat sunda, sering kita dengar pemakaian kata depan di, ke

di depan kata ganti orang, seperti di saya, di kita, ke ibu, ke dia, dan lain-

lain, malah bentuk seperti itu diberi lagi afiks di-kan menjadi: dikesayakan,

dikeibukan. Bentukan seperti ini boleh kita katakana bahasa Indonesia

dialek Sunda, yang dipengaruhi oleh struktur bahasa Sunda. (J.S. Badudu,

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

23

Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Prima, 1985), Cet. ke-18,

hlm. 152. )

C. Pengertian Awalan

Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa jenis afiks atau imbuhan, yaitu

awalan (prefiks) ialah imbuhan yang diletakkan di awal kata dasar; sisipan (infiks)

adalah imbuhan yang disisipkan di tengah kata dasar; akhiran (sufiks) merupakan

imbuhan yang diletakkan di akhir kata dasar; dan imbuhan gabungan (konfiks),

yakni gabungan antara imbuhan awalan dan akhiran pada kata dasar. Berdasarkan

jenis-jenis tersebut, berikut ini akan dijelaskan lebih lengkap mengenai salah

satunya, yaitu awalan atau prefiks.

Istilah awalan prefiks berasal dari bahasa Latin, yaitu praefixus. Kata prae berarti

sebelum„ dan kata fixus, figere berarti sebelum sesuatu„.( Deny Arnos Kwary,

Analisis Afiks Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, artikel ini

diakses pada 30 Maret 2011, pukul 14.04 WIB dari http://bit.ly/j5aVPr) Awalan

disebut juga prefiks. Awalan merupakan “afiks yang ditempatkan di bagian muka

suatu kata dasar.(Hasan Alwi, et. al, op. cit., hlm. 31.). Pengertian lain

menyebutkan, “prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah

kata dasar. (Wikipedia Indonesia, Prefiks, artikel diakses pada 30 Maret 2011,

pukul 13.57 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Prefiks)

Penulisan awalan selalu dirangkaikan dengan kata dasar yang mengikutinya. Jadi,

dapat penulis katakan bahwa awalan atau prefiks adalah salah satu jenis imbuhan

(afiks) yang berada di depan suatu kata dasar dan penulisannya diserangkaikan

dengan kata yang mengikutinya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

24

D. Pengertian Hukum DM (Diterangkan - Menerangkan)

Hukum D-M, singkatan dari "diterangkan-menerangkan", adalah aturan

dalam tata bahasa bahasa Indonesia yang menyebutkan bahwa "baik dalam kata

majemuk maupun dalam kalimat, segala sesuatu yang menerangkan selalu terletak

di belakang yang diterangkan." Istilah ini dicetuskan oleh Sutan Takdir

Alisjahbana dalam bukunya Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia yang diterbitkan

pertama kali pada tahun 1949. Contoh penerapan hukum ini adalah pada kata

"kapal terbang" dan kalimat "Ali makan." Dalam kata majemuk "kapal terbang",

kata kapal diterangkan oleh kata terbang. Demikian juga dalam kalimat "Ali

makan," Ali diterangkan oleh makan.

Hukum DM (Diterangkan-Menerangkan) adalah istilah yang mula-mula

dimunculkan oleh almarhum Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Hukum DM itu

sendiri memang merupakan salah satu sifat utama bahasa Indonesia (BI). Sebuah

frasa, terdiri atas unsur utama yang diikuti oleh unsur penjelas. Ada juga bentuk

susunan sebaliknya yaitu MD, tetapi jumlahnya agak terbatas. Konstituen

pembentuk frasa itu pun bermacam-macam, boleh nomina (N), verba (V),

adjektiva (Ad), pronomina (Pron), dan sebagainya.

Alisjahbana menyebut bagian yang diterangkan sebagai pokok isi dan bagian yang

menerangkan sebagai sebutan isi. Menurutnya pula, hukum D-M ini memiliki

beberapa pengecualian berupa beberapa golongan kata, yang meskipun

menerangkan sesuatu, senantiasa atau sering terletak di depan kata-kata yang

diterangkannya, yaitu:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - Digital Library UWPlibrary.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--arini-402-12-12.bab-w.pdf · 14 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gramedia,

25

Hukum ini merupakan salah satu perbedaan antara bahasa Indonesia (juga bahasa-

bahasa lain yang termasuk rumpun Austronesia) dengan bahasa yang tergolong

dalam rumpun Indo-German, seperti bahasa Belanda dan bahasa Inggris, yang

memiliki struktur M-D (menerangkan-diterangkan). Misalnya, schoolbuilding

(Inggris) 'bangunan sekolah', gouverneurkantoor (Belanda) 'kantor gubernur'.

Dalam setiap bahasa terdapat peraturan-peraturan untuk pemakaiannya.

Peraturan-peraturan tersebut merupakan pedoman atau pegangan dalam

membahasa, sehingga tidak terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam

penggunaannya sehari-hari. Salah satu peraturan yang ada dalam bahasa Indonesia

ialah Hukum Diterangkan Menerangkan, yang disingkat dengan Hukum D-M.

Kebalikannya adalah Hukum M-D, yang berlaku antara lain dalam bahasa

Belanda dan bahasa Inggris. Pengaruh bahasa Belanda sangat besar dalam

pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh

pendudukan Belanda selama tiga setengah abad di Indonesia. Dengan demikian

peraturan dalam bahasa Belanda sedikit banyaknya memasuki bahasa Indonesia

dalam pemakaiannya. Selain bahasa Belanda, juga bahasa Inggris yang

merupakan bahasa kedua secara resmi diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia,

mempunyai pengaruh dalam penerapan Hukum D-M dalam bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan sehari-hari, disebabkan oleh pengaruh bahasa Belanda dan

Inggris, terjadi penyimpangan-penyimpangan mengenai pemakaian Hukum D-M

dalam bahasa Indonesia, sehingga mengikuti hukum sebaliknya, yakni Hukum M-

D, yang berlaku dalam bahasa Belanda dan Inggris.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_D-M)