bab ii kajian pustaka dan perumusan hipotesis 2.1 …eprints.umm.ac.id/46374/3/bab ii.pdf · 2.1...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Jao (2011) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh Good Coorporate
Governance, ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba. Teknik
analisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil menunjukan Good
Coorporate Governance dengan proksi kepemilikan institusional, kepemilikan
manjerial dan komite auditberpengaruh negatif terhadap manajemen laba,
Ukuran perusahaan mempunyai hubungannegatif terhadap manajemen laba,
sedangkan laverage tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.
Mangkusuryo (2017) melakukan penelitan yang berjudul Analisis Pengaruh
Good Corporate Governance dengan proksi kepemilikan manajerial, komisaris
independen dan komite audit terhadap Manajemen Laba. Teknik analisis regresi
linear berganda dengan hasil pengujian yang menunjukkan bahwa Good
Coorporate Governance (kepemilikaan manajerial) tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, (komisaris independen) tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba, (komite audit) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Ningsaptiti(2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh
Ukuran PerusahaanDan Mekanisme Good Corporate Governancedengan
9
proksikepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit Terhadap
Manajemen Laba. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil menunjukaan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba,
dan kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audittidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Suryani (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan
dan mekanisme good coorporate governance dengan proksi kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris
independen dan komite audit. Hasil penelitian ini menunjukan ukuran dewan
komisaris, komite independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Sedangkan ukuran perusahaan kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Handayani (2010) menguji pengaruh mekanisme good coorporate
governance dengan proksi kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen,
komite audit dan komisaris independen serta faktor lain yang meliputi
independensi auditor, kualitas audit, ukuran perusahaan, leverage dan
profitabilitas terhadap manajemen laba. Hasil yang diperoleh adalah bahwa
keseluruhan variabel mekanisme good corporate governance yang digunakan
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan variabel ukuran
perusahaan juga tidak berpengartuh terhadap manajemen laba. Sedangkan
10
variabel lainnya (leverage, kualitas audit dan profitabilitas) berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Anggana (2013) menguji pengaruhgood corporate governance dengan
proksi kepemilikan manajerial dan proporsi dewan komisaris terhadap
manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh berpengaruh negatifterhadap manajemen laba, sedangkan proporsi
dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil dari tinjauan penelitian terdahulu di atas, dapat
disimpulkan bahwa beberapa penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil
penelitian yang beragam.Dari penelitian yang dilakukan Jao (2011) good
corporate governancedengan proksi kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan komite auditserta ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh
Mangkusuryo (2017) menyatakan bahwa good corporate governance dengan
proksi kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit
menyatakan bahwa good corporate governance (kepemilikan manajerial,
komisaris independen, komite audit) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Pada
penelitian Ningsaptiti (2010) menyatakan bahwa good corporate
governancedengan proksi kepemilikan manajerial, komisaris independen dan
komite audittidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan ukuran perusahaan
11
berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan Suryani (2010)
menyatakan bahwa good corporate governance dengan proksi kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris
independen dan komite audit mendapatkan hasil yaitu dewan komisaris, komite
independen dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Pada penelitian Handayani (2010)
menyatakan bahwa good corporate governance dengan proksi kepemilikan
institusional, kepemilikan manajemen dan komite audit mendapatkan hasil yaitu
kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen,komite audit dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian yang
dilakukan Anggana (2013) menyatakan bahwa good corporate governance
dengan proksi kepemilikan manajerial dan proporsi dewan komisaris
mendapatkan hasil yaitu kepemilikan manajerial berpengaruh negatifterhadap
manajemen laba, sedangkan proporsi dewan komisaris berpengaruh
positifterhadap manajemen laba.
2.2 Tinjauan Pustaka
a. Teory Agency
Teory agency menjelaskan tentang hubungan antara manajemen
(agent) dan pemegang saham (principal). Menurut Meckling (1976)
12
pemegang sahammerupakan pihak yang memberikan perintah kepada
manajemenuntuk bertindak atas nama pemegang saham, sedangkan
manajemen bertindak sebagai kepentingan pemegang saham yaitu untuk
bertanggung jawab memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Menurut Meckling (1976) teory agency menggunakan tiga asumsi
sifat manusia, yaitu : (1) Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri,
(2) Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang, (3) Manusia selalu menghindari resiko.
b. Manajemen Laba
Menurut Mangkusuryo (2017) manajemen laba didefinisikan sebagai
upaya manajer perusahaan untuk memengaruhi informasi dalam laporan
keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.
Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan keputusan
tertentu dalam laporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah
laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan.
(Kusumawardhani, 2012).
Belkaoui (2011) melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi yang
disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk
mendapatkan beberapa keuntungan pribadi. Hal ini diasumsikan dapat
13
dilakukan melalui pemilihan metode akuntansi dalam GAAP. Menurut
Scott (2003), ada beberapa hal yang memotivasi manajer untuk melakukan
manajemen laba antara lain : (1) bonus schame atau skema bonus, (2) debt
covenant atau perjanjian utang, (3) political motivation atau motivasi
politik, (4) taxation motivation atau motivasi perpajakan, (5)pergantian
CEO dan (6) initial public offering atau penawaran umum.
Menurut Wahyono (2012) Pola Manajemen Laba yaitu :
- Taking a Bath
Pola ini terjadi saat pergantian CEO baru dengan melaporkan
kerugian dengan jumlah yang besar. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba dimasa mendatang.
- Income Minimization
Cara ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat
profitabilitas yang tinggi, sehingga jika laba pada periode mendatang
diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba pada
periode sebelumnya.
- Income Maximization
Cara ini dilakukan pada saat laba suatu perusahaan sedang
menurun. Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang
tinggi untuk bonus yang lebih besar. Jika perusahaan melakukan
14
pelanggaran perjanjian hutang, pola ini dapat dilakukan oleh
perusahaan.
- Income Smoothing
Cara ini dilakukan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan,
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena
pada umumnya para investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Faktor yang mempengaruhi manajemen laba :
1. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen perusahaan (Anggraeni, 2013).
2. Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah komisaris yang tidak berasal dari
pihak terafiliasi (KNKG, 2001).
3. Komite Audit
Komite Audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan
keuangan dan mengamati sistem pengendalian internal (KNKG, 2006).
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara,
antara lain: total aktiva, nilai pasar saham, jumlah karyawan (Launa,
2014).
15
c. Kepemilikan Manajerial
Menurut Anggraeni (2013) Kepemilikan manajerial adalah
kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan saham
manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham
dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari
keputusan yang di ambil dan manajer yang menanggung resiko apabila ada
kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan
yang salah.
d. Komisaris Independen
Komisaris independen menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (2001) adalah komisaris yang tidak berasal dari pihak
terafiliasi. Terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan
kekeluargaan dengan pemegang saham, anggota direksi dan dewan
komisaris lain serta perusahaan itu sendiri.
e. Komite Audit
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) komite audit
merupakan salah satu komite penunjang dewan komisaris. Komite audit
bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan dan mengamati
sistem pengendalian internal, yang dapat mengurangi sifat oportunistik
16
manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan cara mengawasi
laporan keuangan dan mengawasi audit eksternal.
f. Ukuran Perusahaan
Menurut Nurcahya (2014) ukuran perusahaan adalah rata–rata total
penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun.
Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap,
maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika
penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka
perusahaan akan menderita kerugian.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva,
nilai pasar saham, jumlah karyawan, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran
perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar
(large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil
(small firm) (Launa, 2014).
Berdasarkan uraian tentang ukuran perusahaan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan merupakan suatu indikator yang
dapat menunjukkan suatu kondisi atau karakteristik suatu organisasi atau
perusahaan dimana terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk menentukan ukuran (besar/kecilnya) suatu perusahaan, seperti
banyaknya jumlah karyawan yang digunakan dalam perusahaan untuk
melakukan aktivitas operasional perusahaan, jumlah aktiva yang dimiliki
17
perusahaan, total penjualan yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu
periode, serta jumlah saham yang beredar (Launa, 2014).
Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan
dibanding perusahaan berukuran kecil. Kelebihan yang pertama adalah
ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Kedua, ukuran perusahaan menentukan
kekuatan tawar-menawar (Bargaining Power) dalam kontrak keuangan.
Dan ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya
dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih
banyak laba (Jao, 2011).
2.3 Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat
mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer,
karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang di
ambil dan manajer yang menanggung resiko apabila ada kerugian yang
timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah
(Anggraeni, 2013).
Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba
disebabkan karena seorang manajer ikut menentukan pengambilan
18
keputusan terhadap metode yang diterapkan pada perusahaan yang
dikelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa presentase kepemilikan
saham oleh pihak manajer cenderung mempengaruhi praktek manajemen
laba.
Didukung oleh penelitiaan terdahulu Jao (2011) dan Anggraeni
(2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari pihak
manajemen memiki insentif untuk memonitor. Secara teori ketika
kepemilikan manajemen tinggi, maka insentif terhadap kemungkinan
terjadinya perilaku manajer tidak akan termotivasi untuk memanipulasi
informasi sehingga kualitas informasi akuntansi dapat meningkat.
Berdasarkan uraian diatas,berarti semakin tinggi kepemilikan
manajerial maka pengawasan terhadap manajemen semakin tinggi, dengan
harapan laba atau kinerja perusahaan semakin meningkat, maka
manajemen laba akan menurun.
Maka diduga semakin besar kepemikan manajerial maka perilaku
manajer untuk melakukan manajemen laba akan semakin menurun.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
19
2. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Komisaris independen menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance(2001) adalah komisaris yang tidak berasal dari pihak
terafiliasi. Terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan
kekeluargaan dengan pemegang saham, anggota direksi dan dewan
komisaris lain serta perusahaan itu sendiri.
Pengaruh komisaris independen terhadap manajemen laba adalah
komisaris independen dapat memantau manajer dalam rangka
menselaraskan perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemilik.
Semakin besar proporsi komisaris independen, maka aktifitas manajemen
laba dapat dikurangi.
Didukung dengan penelitian Ujiyantho (2007) dan Anggana (2013)
menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal
dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada
manajemen.
Berdasarkan uraian diatas, diduga semakin besar komisaris
independen, maka perilaku manajemen untuk melakukan tindakan
manajemen laba akan semakin menurun. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
H2 : komisaris independen berpengaruh negatifterhadap manajemen laba.
20
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) komite
audit merupakan salah satu komite penunjang dewan komisaris. Untuk
memperkuat fungsi pengawasan maka dibentuk komite audit yang
beranggotakan wakil dewan komisaris, khususnya komisaris independen.
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan dan
mengamati sistem pengendalian internal dapat mengurangi sifat
oportunistik manajemen yang melakukan manajemen laba dengan cara
mengawasi laporan keuangan dan mengawasi audit eksternal.
Pada prinsipnya tugas komite audit adalah memberikan
rekomendasi kepada dewan komisaris untuk kondisi pelaksanaan
peraturan undang-undang kegiatan perusahaan dan menelaah laporan
keuangan perusahaan. Semakin besar peran komite audit maka
diharapkan mampu meningkatkan laba perusahaan melalui pengawasan
dalam proses laporan keuangan.
Didukung dengan penelitian yang dilakukan Ujiyantho (2007)
danAnggana (2013) semakin besar komposisi komite audit maka
pemeriksaan ketaatan terhadap peraturan internal perusahaan dan laporan
keuangan auditan akan lebih maksimal sehingga kemungkinanpraktik
manajemen laba dapat dihindari.
Berdasarkan uraian diatas, diduga semakin besar jumlah anggota
komite audit, maka tindakan manajer untuk melakukan tindakan
21
manajemen laba akan semakin menurun. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
H3 : Komite audit berpengaruh negatifterhadap manajemen laba.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar
kecilnya perusahaan. Menurut Launa (2014) dapat diukur dengan
berbagai cara, antara lain : total aset, nilai pasar dan penjualan
perusahaan.
Ukuran peruahaan merupakan hal yang krusial bagi manajer
maupun para calon investor, karena semakin besar perusahaan maka
mereka akan lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan nya,
sebab perusahaan besar cenderung lebih dilirik oleh para calon investor.
Oleh karena itu perusahaan lebih sedikit melakukan manajemen laba agar
lebih transparan. Sebaliknya bagi perusahaan kecil mereka lebih sering
melakukan praktik manajemen laba agar menujukan kinerja yang
memuaskan.
Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Asih (2014) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
22
Berdasarkan uraian diatas maka diduga semakin besar ukuran
perushaan maka akan semakin kecil kemungkinan untuk melakukan
praktik manajemen laba. Hipoteis dalam penelitian ini adalah :
H4 : ukuran perusahaan berpengaruh negative terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hipotesis diatas maka model penelitian ditunjukan
dalam gambar 1.
H1
H2
H3
H4
Komisaris Independen (X2)
Kepemilikan Manajerial
(X1)
Manajemen Laba
(Y)
Komite Audit (X3)
Ukuran Perusahaan (X4)