bab ii kajian pustaka dan landasan teori 1.1 makna ... - …

23
22 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna Sosial 1. Makna Makna dipahami dalam berbagai bidang, makna pengertianya adalah sebuah arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, maksut, dan firasat, dari semua itu makna pun paling dekat pengertianya dengan “arti”, sehingga makna adalah kehadiran transcendental tentang segala sesuatu. Maka di artikan sebagai hal yang bersifat mendalam dan sangat penting. Makna dimengerti sebagai hakikat yang muncul dari sebuah objekakibat dari upaya pembaca mengungkapkannya. Makna tidak bisa muncul dengan sendirinya karena makna berasal dari hubunganhubungan antarunsur di dalam dan di luar dirinya. Kesatuan yang menunjuk dirinya sendiri tentulah tidak memiliki makna karena tidak bisa diurai dalam hubungan unit per unitnya (Rohman, 2013: 12). Makna keseluruhan menentukan fungsi dan makna bagian-bagian, dan makna merupakan sesuatu yang bersifat historis, ia merupakan suatu hubungan keseluruhan kepada bagian-bagiannya yang kita lihat dari sudut pandang tertentu, pada saat tertentu, bagi kombinasi-kombinasi bagian-bagian tertentu (Palmer, 1969: 134). Maka menurut pendapat di atas, bahwa makna tidak dapat dipisahkan dengan objek yang membawanya. Untuk mengartikan sebuah makna, harus memahami peristiwa-

Upload: others

Post on 25-Dec-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1.1 Makna Sosial

1. Makna

Makna dipahami dalam berbagai bidang, makna pengertianya adalah sebuah arti,

gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, maksut, dan firasat, dari semua itu

makna pun paling dekat pengertianya dengan “arti”, sehingga makna adalah kehadiran

transcendental tentang segala sesuatu. Maka di artikan sebagai hal yang bersifat

mendalam dan sangat penting. Makna dimengerti sebagai hakikat yang muncul dari

sebuah objekakibat dari upaya pembaca mengungkapkannya. Makna tidak bisa

muncul dengan sendirinya karena makna berasal dari hubunganhubungan antarunsur

di dalam dan di luar dirinya. Kesatuan yang menunjuk dirinya sendiri tentulah tidak

memiliki makna karena tidak bisa diurai dalam hubungan unit per unitnya (Rohman,

2013: 12).

Makna keseluruhan menentukan fungsi dan makna bagian-bagian, dan makna

merupakan sesuatu yang bersifat historis, ia merupakan suatu hubungan keseluruhan

kepada bagian-bagiannya yang kita lihat dari sudut pandang tertentu, pada saat

tertentu, bagi kombinasi-kombinasi bagian-bagian tertentu (Palmer, 1969: 134).

Maka menurut pendapat di atas, bahwa makna tidak dapat dipisahkan dengan objek

yang membawanya. Untuk mengartikan sebuah makna, harus memahami peristiwa-

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

23

peristiwa yang menjadi tujuan objek tersebut diciptakan. Brodbeck mengungkapkan,

bahwa makna memiliki tiga corak, yaitu:

a. Makna pertama adalah makna inferensial, yaitu makna satu kata(lambang) adalah

objek,pikiran, gagasan, konsep yang ditunjukkan lambang (disebut rujukan atau

referen). Satu lambang dapat menunjukkan banyak rujukan.

b. Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) atau suatu istilah dihubungkan

dengan konsep- konsep lain.

c. Makna yang ketiga adalah makna intensional, yaitu makna yang dimaksud oleh

seseorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secara empiris atau

dicarikan rujukannya. Makna ini terdapat pada pikiran orang, hanya dimiliki

dirinya saja. Dua makna intensional boleh jadi serupa tapi tidak sama (Sobur,

2004:262).

2. Sosial

Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan. Sosial

dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian

dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok

orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai Sosial, dan

aspirasi hidup serta cara mencapainya (Ranjabar, 2013). Namun jika di lihat dari asal

katanya, sosial berasal dari kata ”socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir,

tumbuh dan berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

24

Pada kehidupan sosial masyarakat terdapat sistem sosial dan sistem budaya,

(Parsons dalam Kistanto, 2006) Sistem sosial merupakan sistem interaksi yang

berlangsung antara 2 (dua) pelaku atau lebih, yang masing-masing mengandung

fungsi dalam suatu satuan masyarakat. Sistem sosial dapat dipahami sebagai suatu

sistem atau pemolaan dari hubunganhubungan sosial yang terdapat dan berkembang

dalam masyarakat tertentu, sebagai wahana fungsional dalam masyarakat tersebut.

Sistem sosial tak dapat dilepaskan dari pembahasan tentang kebudayaannya,

beserta unsur-unsur kebudayaannya, baik unsur-unsur yang tampak, nyata, kelihatan

atau berwujud (tangible elements) maupun unsur-unsur yang tak-tampak, tak-nyata,

tak-kelihatan atau tak-berujud (intangible elements; intangibles). Sistem budaya

merupakan sistem atau satuan yang merupakan hasil satuan kompleksitas yang

diciptakan dan diselenggarakan oleh manusia dalam masyarakat, dalam memenuhi

dan mengembangkan hajat hidupnya dan lingkungannya, yang bersifat kebendaan

dan bukan kebendaan, yang dilakukan manusia melalui pewarisan, pendidikan,

pengajaran, dan pembiasaan, yang berkelanjutan.

3. Kebudayaan

1. Pengertian kebudayaan

Menurut istilah antropologi, yang ditulis oleh koentjaraningrat kebudayaan

adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Namun

disisi lain ke-budaya-an adalah suatu “hasil” manusia yang mempunyai dasar kata

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

25

“budaya”. Kata “budaya” ini sering dikupas sebagai suatu perkembangan dari

majemuk “budidaya”. Karena itu, sering terjadi pembedaan antara budaya dari

“kebudayaan”. Yang pertama adalah daya dari budi yang berupa cipta karsa, dan rasa.

Sedangkan yang kedua adalah hasil dari daya budi tersebut (Koentjaraningrat, 2009).

Pemahaman terhadap kebudayaan meliputi pengertian “sempit” dan “luas.”

Dalam pengertian “sempit,” kebudayaan dipahami sebagai “kesenian,” sehingga

seniman dianggapsebagai budayawan, pementasan kesenian sering disebut

sebagai acara budaya, misi kesenian yang melawat ke luar negeri sering

dikatakan sebagai misi kebudayaan. Pandangan dan praktek demikian tentu

mempersempit pengertian kebudayaan, terutama ditinjau dariunsur-unsur atau isi

kebudayaan sebagai strategi perluasan kebudayaan.Pengertian demikian tidak

sepenuhnya keliru karena kesenian pun merupakan unsur kebudayaan yang

penting. Sosiolog Inggris terkemuka, Anthony Giddens (dalam Kistanto, 2010)

mengenai kebudayaan dalam hubungannya dengan masyarakatmenerangkan sebagai

berikut.

Ketika kita menggunakan istilah tersebut dalam percakapan biasa sehari-

hari, kita sering berpikir tentang “kebudayaan‟ sama dengan karya-karya akal yang

lebih tinggi, seni, sastra, musik dan lukisan konsepnya meliputi kegiatan-kegiatan

tersebut, tapi juga jauh lebih banyak dari itu. Kebudayaan berkenaan dengan

keseluruhan cara hidup anggota-anggota masyarakat. Kebudayaan meliputi

bagaimana mereka berpakaian, adat kebiasaan perkawinan mereka dan kehidupan

keluarga, pola-pola kerja mereka, upacara-upacara keagamaan dan pencarian

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

26

kesenangan. Kebudayaan meliputi juga barang-barang yang mereka ciptakan dan

yang bermakna bagi mereka –busur dan anak panah, bajak, pabrik dan mesin,

komputer, buku, tempat kediaman. (Giddens dalam Kistanto, 2010).

Budaya merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang

ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan di bekali oleh akal

pikirannya sehingga dia mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara

hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini (Rafael Raga Maran, 1999:36). Selain

itu manusia juga memiliki akal, intelegensiai, perasaan, emosi, keinginan, dan

perilaku. Semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia mampu

menciptakan suatu kebudayaan. Ada hubungan antara manusia dan kebudayaan.

Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk

kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusialah yang menciptakan

dan manusia dapat hidup di tengah kebudayaan yang telah diciptakannya.

Kebudayaan akan terus berjalan manakala ada manusia sebagai

pendudukungnya. Kebudayaan mempunyai kegunaan sangat besar bagi manusia.

Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama

dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan

memiliki peran sebagai berikut:

a. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya

b. Wadah untuk menyalurkan perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.

c. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.

d. Pembeda manusia dan binatang.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

27

e. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku di

dalam pergaulan.

f. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat.

g. Sebagai modal dasar pembangunan.

Manusia merupkan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat

mengembangkan kebudayaan, begitupula manusia hidup dan bergantung pada

kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi

manusiadalam mengelolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Berbagai

macam kekuatan manusia harus menhadapi kekuatan alam dan kekuata-kekuatan

yang lain. Selain itu manusia memerlukan kepuasan yang baik secara sipiritual

maupun material. Kebudayaan masyarakat sebagian besar dipengaruhi oleh

kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat itu

sendiri melahirkan teknologi atau kebuyaan kebendaan yang memiliki kegunaan

utama dalam melindungi diri mereka sendiri terhadap lingkungan. Dalam tindakan

untuk melindungi diri dari lingkungan alam, pada taraf pemula manusia bersikap

menyerah dan semata-mata bertindak didalam batas-batas untuk melindungi dirinya.

Keadaan berbeda pada masyarakat yang kompleks, dimana taraf kebudayaannya

lebih tinggi. Hasil karya tersebut yaitu teknologi yang memberikan kemungkinan

luas untuk memanfaatkan hasil alam bahkan menguasai alam.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

28

2. Kebudayaan Daerah

Kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu dan

merupakan suatu warisan budaya untuk daerah tersebut yang mempunyai ciri khas

tersendiri dan berbeda dari yang lainnya. Menurut Haviland (1999) Budaya tradisi

(daerah) juga dapat diartikan sebagai penentu norma dalam perilaku yang teratur,

serta merupakan kesenian verbal pada umumnya untuk meneruskan kebiasaan dan

nilai-nilai budaya daerah (bangsa).

Kebudayaan daerah yang ada di Indonesia ini semakin lama semakin tergerus

oleh arus globalisasi yang sudah merajalela di negara kita. Oleh karena itu, sebagai

generasi penerus bangsa, kita harus melestarikan dan mempertahankan budaya

daerah tersebut agar tidak hilang ditelan oleh zaman.

Budaya lokal yang hidup di tengah masyarakat biasanya lahir dari dorongan

spritual masyarakat dan situs-situs lokal yang secara rohani dan material sangat

penting bagi kehidupan sosial suatu lingkungan masyarakat desa. Budaya lokal

memiliki hubungan yang sangat erat dngan masyarakat di suatu lingkungan dengan

seluruh kondisi alam di lingkungan tersebut. Ia ditampilkan dalam berbagai upacara

adat suatu desa, bersih desa, misalnya dilakukan untuk menghormati roh nenek

moyang sebagai penunggu desa. Maksud upacara agar desa dilimpahi kesejahteraan

oleh penunggu tersebut. Terlepas dari kepercayaan tersebut, upacara yang dilakukan

dengan cara membersihkan desa menghasilkan dampak lingkungan yang baik.

Apabila desa bersih dari limbah apapun maka alirannya yang berfungsi mengaliri

persawahan akan lancar. Lingkungan desa akan menjadi bersih dan sehat sehingga

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

29

panen menjadi baik. Budaya lokal yang ditampilkan dalam upacara adat tersebut

mempunyai fungsi yang sangat penting. Memberi dorongan solidaritas kepada

masyarakat dalam rangka mempersatukan niat, kemauan dan perasaan mereka dalam

menjalankan upacara tersebut. Budaya lokal sebagaimana seni yang lain secara

historis selalu memiliki suasana kontekstual, dimana seni tidak bisa dilihat tanpa

fungsi tertentu bagi sebagian masyarakat masing-masing budaya (Setyaningrum,

2018)

Secara tradisional, bangsa-bangsa di wilayah Timur, pada umumnya memiliki

orientasi nilai budaya yang bersifat mistis, magis, kosmis dan religius. Bangsa yang

berorientasi pada nilai Budaya seperti ini, secara umum ingin hidup menyatu dengan

alam karena mereka menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari alam. Alam

sebagai sumber kehidupan memiliki kekuatan atau potensi tertentu yang memberi

atau mempengaruhi hidupnya (Kutha & Nyoman, 2007). Oleh karena itu segala

sesuatunya diarahkan untuk menuju kehidupan yang harmoni dengan alam dan

berusaha menghindari segala hal yang berakibat bertentangan dengan atau melawan

alam.

3. Kebudayaan Islam

Kebudayaan Islam adalah hasil olah, akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya

manusia berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal untuk

terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi

sebuah peradaban.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

30

Kebudayaan Islam merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat ideal,

sempurna, praktis, aktual, diakui keberadaannya dan senantiasa diekspresikan.

Sistem yang ideal berdasarkan pada hal-hal yang biasa terjadi dan berkaitandengan

yang aktual (Picktchall & Marmaduke, 1993).

Kebudayaan Islam menurut pendapat Sidi Gazalba (dalam Mustopa, 2017)

adalah cara berfikir dan cara merasa taqwa yang menyatakan diri dalam seluruh segi

kehidupan sekumpulan manusia yang membentuk masyarakat”, atau dapat disarikan

sebagai “cara hidup taqwa”. Cara hidup taqwa yaitu menempuh jalan syariat,

menjalankan suruhan serta menghentikan larangan. Karena itu yang merupakan

karya manusia dalam kebudayaan Islam ialah cara pelaksanaan yang bersifat

dinamik, sedangkan prinsip-prinsipnya dari Allah dan bersifat serba tetap.

Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari

kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil

dari agama (Gazalba, 1989). Hal ini seringkali membingungkan ketika kita harus

meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.

Koentjaraningrat (2009) mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan

karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil

budi dan karya. Ia juga menyatakan bahwa terdapat unsur-unsur universal yang

terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, salah satunya adalah sistem religi.

Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan.

Menurut Gazalba (1989) Islam mempunyai dua aspek, yakni segi agama dan

segi kebudayaan. Dengan demikian, ada agama Islam dan ada kebudayaan Islam.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

31

Dalam pandangan ilmiah, antara keduanya dapat dibedakan, tetapi dalam pandangan

Islam sendiri tak mungkin dipisahkan. Antara yang kedua dan yang pertama

membentuk integrasi. Demikian eratnya jalinan integrasinya, sehingga sering sukar

mendudukkan suatu perkara, apakah agama atau kebudayaan. Misalnya nikah, talak,

rujuk, dan waris. Dipandang dari kacamata kebudayaan, perkara-perkara itu masuk

kebudayaan. Tetapi ketentuan-ketentuannya berasal dari Tuhan. Dalam hubungan

manusia dengan Tuhan, manusia menaati perintah dan larangan-Nya. Namun

hubungan manusia dengan manusia, ia masuk katagori kebudayaan (Gazalba, 1989)

Dalam Islam sendiri dikenal zona-zona kebudayaan, dan masing-masing zona

mempunyai ciri sendiri-sendiri. Di antaranya Afrika Utara, Afrika Tengah, Timur

Tengah, Turki, Iran, India, Timur Jauh, dan zona Asia Tenggara misalnya, kita

memiliki kebudayaan Islam Aceh, Jawa, Malaysia, Filipina, dan sebagainya

(Kuntowijoyo dalam Fitriyani, 2012). Namun hal yang disepakati oleh para ahli

terkait kebudayaan Islam (Muslim) yaitu bahwa berkembangnya kebudayaan

menurut Islam bukanlah value free (bebas nilai), tetapi justru value bound (terikat

nilai). Keterikatan terhadap nilai tersebut bukan hanya terbatas pada wilayah nilai

insani, tetapi menembus pada nilai Ilahi sebagai pusat nilai, yakni keimanan kepada

Allah SWT, dan iman mewarnai semua aspek kehidupan atau memengaruhi nilai-

nilai Islam (Muhaimin,2007) .

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

32

4. Shalawat

Pengertian shalawat menurut bahasa adalah doa, sedangkan menurut istilah,

shalawat adalah shalawat Allah kepada Rasulullah, berupa rahmat dan kemuliaan.

Shalawat dari malaikat kepada Nabi berupa permohonan rahmat dan kemuliaan

kepada Allah untuk Nabi Muhammad. Shalawat orang-orang beriman yakni

manusia dan jin adalah permohonan rahmat dan kemuliaan kepada Allah untuk

Nabi. (Kamaluddin, 2016:7)

Shawalat (Sholawat) Secara bahasa shalawat adalah bentuk jamak dari

kata shalla atau shalat yang berarti doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan

ibadah.

Secara istilah shalawat adalah doa untuk Rasulullah Saw sebagai bukti rasa cinta

dan hormat kita kepadanya. Ucapan sholawat terpopuler adalah Alloohumma sholli

‘ala Muhammad wa’ala aali Muhammad artinya semoga Allah melimpahkan

rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Shalawat

terhadap Nabi Muhammad Saw memiliki kedudukan yang tinggi di dalam hati setiap

muslim. Menyapa Nabi Saw dengan shalawat bahkan juga dilakukan Allah SWT

dan para malaikat-Nya. (Yunus dalam Syahrul, 2006)

Kata “Shalawat” merupakan jamak dari kata shalat. Kata shalawat berasal dari

bahasa arab yang artinya doa, rahmat dari Tuhan atau memberi kebajikan. Shalawat

pada umumnya dilakukan oleh seorang hamba kepada Allah SWT, hal tersebut

berarti bahwa seorang hamba menunaikan ibadah kepada Allah dan berdoa

memohon kepada Allah. Namun apabila Allah bershalawat kepada hambanya,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

33

berarti Allah melimpahkan kebaikan kepada hambanya. Makna shalawat kepada

seorang hamba, terbagi menjadi dua yakni khusus dan umum. Shalawat umum

adalah shalawat Allah kepada seorang hamba yang beriman dan beramal sholeh.

Sedangkan shalawat khusus adalah shalawat Allah kepada Rasul, para Nabi, dan

teristimewa shalawat-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan menurut Al

Mubarrad dalam Usman berpendapat bahwa shalawat berasal dari kata shalat yang

memiliki arti merahmati. Selain itu, menurut Suryani shalawat merupakan bentuk

jamak dari kata Salla atau shalat yang artinya doa, keberkahan, kemuliaan,

kesejahteraan, dan ibadah. (Wisnu Khoir, 2007:12-13)

Shalawat juga berarti doa, baik untuk diri sendiri, orang lain, maupun

kepentingan bersama. Shalawat yang dinilai sebagai ibadah adalah pernyataan

seorang hamba kepada Allah atas ketundukannya serta pengharapan pahala dari

Allah SWT, sebagaimana yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW. 5 Shalawat

juga sebagai sarana untuk menambah keimanan kita kepada Allah Swt dan cinta kita

kepada Nabi Muhammad Saw, serta mengetahui tentang sunnah-sunnah Nabi

Muhammad agar seseorang dapat mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Nabi

Muhammad kepada seorang hamba untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

(Fahrurozi, 2013:11)

5. Terbangan (rebana)

Menurut bahasa Arab, Musik Rebana atau musik Shalawatan berasal dari kata

asholawat yang merupakan bentuk jamak dari kata asholat yang berarti do’a atau

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

34

sembahyang (Yunus dalam Syahrul, 2006). Sholawat adalah satu ungkapan yang

penuh dengan nuansa-nuansa sastra yang berisi puji-pujian terhadap Nabi

Muhammad SAW.

Terbang atau terbanganan adalah suatu alat musik jenis perkusi merupakan alat

musik yang dipukul (atau digoyangkan, ditumpuk, dsb) untuk membunyikannya

(Prier, 2011: 159). Selain itu pendapat yang sama dikemukakan oleh Banoe (2003:

311) yang menyatakan bahwa Perkusi adalah ragam alat yang cara

membunyikannya dengan cara dipukul, diguncang atau saling memukul sesamanya.

Rebana biasa di pakai oleh masyarakat banyak dibanding dengan nama asalnya,

yaitu terbang, terbangan atau Daff. Terdapat bermacam-macam ukuran rebana

dengan nama dan penggunaanya yang berbeda-beda. Di wilayah jawa biasa disebut

genjiring, jidor atau tambur, kempling, ketimpring dan lain-lain. Kesenian Rebana

atau terbangan yang hadir di tengah-tengan masyarakat dan pelestarianya juga

memiliki keunikan tersendiri yaitu terjadinya kontak budaya timur dan barat

maupun tradisi lokal sehingga menimbulkan akulturasi. Rebana adalah alat musik

perkusi yang di mainkan bersamaan oleh tiga sampai lima orang penbuh sebagai

alunan musik pengiring sholawatan. (Sopandi, 1992:56)

Terbang maupun rebana alat music yang terbuat dari kulit binatang seperti sapi

dan lain-lain. Bentuk dan ukuranya bermacam-macam, bingkai terbuat dari kayu

berbentuk lingkaran, satu sisi di tutup dengan kulit binatang yang sudah di samak

dan dipakukan pada pinggir bingkainya. Ada rebana yang pinggirnya di beri

kepingan-kepingan logam sehingga bila di mainkan akan berbunyi gemerincing dan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

35

di sekitar pulau Pantura pulau Jawa biasa di sebut juga genjiring, maupun rebana

yang mirip dengan ketipung (Sopandi, 1992:56).

1.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan

selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru penelitian selanjutnya disamping itu

penelitian terdahulu membantu peneliti dalam memposisikan penelitian serta

menunjukan orisinalitas dari penelitian. Penelitian terdahulu yang memiliki

relevansi dengan penelitian ini antara lain adalah skripsi Bagas Prambudi (2015)

Fungsi Dan Bentuk Penyajian Musik Sholawat Dalam Kesenian Gajah-Gajahan Di

Desa Ngrukem Kabupaten Ponorogo Jawa Timur, jurnal Syahrul Syah (2006)

Fungsi dan Ciri Khas Kesenian Rebana di Pantura Jawa Tengah, jurnal Adrika

Fithrotul Aini (2014) “Living Hadis Dalam Tradisi Malam Kamis Majelis Shalawat

Diba’ Bil-Mustofa”, jurnal Roro Sri Rejeki Waluyajati dan Afghoni Syahuri (2019)

Budaya Pop Dalam Tradisi Shalawatan Pada Masyarakat Pedesaa, jurnal Mohdi

Yulianto, Prabowo (2013) Bentuk Musik Dan Fungsi Kesenian Terbang Bancahan

Di Desa Sukorejo Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban, Agus Sunarya (2015)

Tradisi Shalawat Kuntulan di Kampung Nglanjaran,. Maka hasil dari penelitian

terdahulu dan relevansinya dengan penelitian yang akan dilakukan, di jelaskan pada

tabel berikut:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

36

Tabel 1. Penelitihan Terdahulu

No.

Penulis

Hasil

Relevansi

1. Bagas Prambudi (2015)

Fungsi Dan Bentuk

Penyajian Musik

Sholawat Dalam

Kesenian Gajah-Gajahan

Di Desa Ngrukem

Kabupaten Ponorogo

Jawa Timur

1. Fungsi musik sholawat

dalam kesenian Gajah-

gajahan adalah sebagai

berikut : a) sebagai upacara

adat, b) sebagai sarana

komunikasi, c)

sebagai kontribusi integrasi

sosial, d) sebagai sarana

hiburan, e) sebagai

sarana pendidikan, f) sebagai

pengiring kesenian.

2. Bentuk Penyajian musik

sholawat dalam kesenian

Gajah-gajahan

dimainkan secara bersama

atau ansambel. Alat musik

yang digunakan

merupakan alat musik perkusi

yang terdiri dari alat musik

ritmik dan

melodis, yaitu : a) rebana, b)

kendhang, c) kenong, d)

saron, e) jedor.

Relevansinya memiliki

kesamaan berkaitan dengan

Shalawatan yang di lakukan

oleh suatu masyarakat dan

pengunaan alat musik sebagai

penggiringnya berupa jenis-

jenis alat music seperti

kendang, jedor, dan

rebana/terbang.

Perbedaanya pada penelitian

terdahulu memfokuskan

penelitianya dalam bentuk

kesenian musiknya,

sedangkan yang akan

dilakukan oleh peneliti

memfokuskan pada makna

sosial pada shalawatan

terbangan.

2. Syahrul Syah (2006)

Fungsi dan Ciri Khas

Kesenian Rebana di

Pantura Jawa Tengah

Shalawat sebagai ungkapan

kecintaan kepada Nabi

Muhammad SAW , shalawat

yang berisi syair-syair pujian

biasanya di iringi dengan alat

musik rebana. Kesenian

rebana adalah merupakan sala

satu jenis dari beberapa

kesenian tradisional yang

bernafaskan Islam yang

cukup pesat berkembang di

jawa tengah khususnya di

daerah pantura. Kesenian ini

Relevansinya adalah sama-

sama berfokus pada shalawat

yang berisi syair-syair pujian

dengan diiringi kesenian

music rebana/terbang.

Kebiasaan yang dilakukan

oleh masyarakat dalam

bershalawat dan ditunjukukan

untuk hari-hari besar tertentu

seperti memperingati hari ke

Nabian.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

37

menurut fungsinya sangat

berarti bagi masyarakatnya di

samping itu sebagai media

dakwah, dzikir, berfungsi

juga sebagai sarana hiburan

masyarakat setempat.

3. Adrika Fithrotul Aini

(2014)

“Living Hadis Dalam

Tradisi Malam Kamis

Majelis Shalawat Diba’

Bil-Mustofa”

1. Secara khusus, shalawat

diba’ dapat bermanfaat

bagi individu. Tujuannya

adalah untuk memohon

syafaat melalui Nabi SAW

dengan alunan pujian

syair-syair dalam shalawat.

2. Bagi beberapa orang yang

memahami kadungan syair

shalawat diba’, mereka

selalu mencoba untuk

mencerminkan diri mereka

dalam akhlak rasul dan

kepribadian rasul,

sehingga dalam

beraktivitas sehari-sehari

seperti meneladani

perilaku Nabi SAW.

Relevansinya adalah memiliki

kesamaan pada masyarakatnya

melakukan tradisi keagamaan

pada hari tertentu yaitu ber

shalawat yang berupa alunan

syair-syair atau pujian.

Masyarakat memahami makna

shalawat sebagai pencerminan

diri dalam meneladani akhlah

mauoun perilaku Nabi SAW.

4. Roro Sri Rejeki

Waluyajati dan Afghoni

Syahuri (2019) Budaya

Pop Dalam Tradisi

Shalawatan Pada

Masyarakat Pedesaan

Penelitian ini hendak

menunjukkan perubahan pola

perilaku masyarakat

pedesaan dalam

mengekspresikan rasa

keberagamaan mereka,

sebagai akibat dari budaya

pop yang mereka lihat sehari-

hari lewat berbagai saluran

media masa terutama televisi.

Ekspresi religiusitas

masyarakat desa yang dahulu

terkesan tradisional dan

konvensional, telah berubah

menjadi modern dan

kontemporer, sebagaimana

yang terlihat dalam kegiatan

Relevansinya adalah

kesamaan pada masyarakat

yang masih melakukan tradisi

ber shalawat. Dimana

masyarakanya telah banyak

mengalami perubahan

perilaku dan budaya, akan

tetapi masyarakatnya masih

melakukan tradisi shalawatan

sebagai sarana keagamaan.

Perbedaanya dengan yang

akan dilakukan peneliti adalah

berfokus pada makna

sahalawatan bagi

masyarakatnya.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

38

Shalawatan yang mereka

adakan. Dahulu mereka

melakukan Shalawatan di

mesjidmesjid atau di rumah-

rumah penduduk, dalam

suanana khidmat, sambil

duduk bersila. Sekarang

mereka melakukannya di

lapangan terbuka dengan

sebuah panggung besar di

depannya. Shalawat

dilantunkan dengan musik

pop atau dangdut yang

sedang popular. Suanana

hingar-bingar bak konser live

music ini mereka lakukan

semalam suntuk, diselingi

dakwah para kyai.

Shalawatan model ini telah

menggantikan popularitas

shalawatan konvensional

yang dulu biasa mereka

lalukan.

5. Mukhammad Zamzami

(2015) Nilai Sufistik

Pembudayaan Musik

Shalawat Emprak

Pesantren Kaliopak

Yogyakarta

Pertunjukan Shalawat

Emprak adalah mirip dengan

para sufi dengan tradisi

mendengarkan musik atau

samâ‘. Musik hanya sebagai

media saja, bukan dijadikan

sebagai yang utama. Sebagai

salah satu bentuk tasawuf

Jawa Emprak berbeda dengan

tasawuf klasik yang

mementingkan laku pribadi

dalam menuju Tuhan. Dalam

konteks pemikiran sufistik,

Emprak tampaknya lebih

mirip sebagai tarîqah, di

mana suatu aktivitas

dilakukan secara berjemaah.

Proses menuju Tuhan

berjemaah dalam Emprak

Relevansinya adanya

kesamaan penelitian terdahulu

dengan peneliti yang akan

dilakukan adalah pada

shalawatan dan iringan musik

sebagai sarana keagamaan.

Shalawat Emprak ini adalah

suatu kegiatan yang dilakukan

oleh para santri di pesantren

kaliopak Yogyakarta.

Perbedaanya adalah fokus

penelitian yang dilakukan.

Dalam penelitian terdahulu

berfokus pada nilai Sufistik

pada shalawatan, sedangkan

penelitian yang akan di

lakukan peneliti berfokus pada

makna sholawat bagi

masyarakat.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

39

merupakan upaya saling

menguatkan dan membangun

resonansi, sehingga dapat

memperkuat masing-masing

pribadi dan mempercepat

proses menuju Tuhan. Setiap

jiwa sanggup mengaktualisir

jalan yang unik menuju

Tuhan, salah satunya lewat

tradisi shalawat Emprak.

6. Agus Sunarya (2015)

Tradisi Shalawat

Kuntulan di Kampung

Nglanjaran,

Sardonoharjo, Ngaglik,

Sleman, Yogyakarta

Makna dari Shalawatan

K/untulan berasal dari kata

konto yang berate olahraga,

gerakan yang tegas, iringan

yang digunakan dalam

Tradisi Shalawat Kuntulan ini

terbang, jidor, syair yang

digunakan adalah shalawatan

atau puji-pujian kepada Allah

SWT dan Nabi SAW. Melalui

unsur budaya yang saling

berbeda sehingga membentuk

keserasian fungsi yang terjadi

pada gerakan, syair dan

busana dalam tradisi

shalawatan kuntulan, yang

menghubungkan antara

agama dan ilmu sehari hari,

sehingga membentuk sebuah

fungsi dan nilai budaya jawa

dan islam. Diantaranya nilai

religious, nilai kebersamaan,

nilai kedisiplinan, nilai

estetika dan nilai agama.

Relevansinya pada penelitian

terdahulu ini memiliki

kesamaan di mana masyarakat

memiliki tradisi dan masih

melakukan kegiatan

shalawatan. Shalawatan yang

diiringi alat musik, terbang,

jidor dan pemain lainya.

Terdapat makna nilai-nilai dari

tradisi shalawatan ini bagi

masyarakatnya.

Adapun Perbedaan pada

penelitian ini yaitu fokus

penelitian mengenai

shalawatan kuntulan dan

shalawatan ternamgan.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

40

2.3 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan Teori Interaksionisme Simbolik Herbert Blumer,

Teori interaksi simbolik berangkat dari pemikiran bahwa realitas sosial merupakan

sebuah proses yang dinamis. Individu-individu berinteraksi melalui simbol, yang

maknanya dihasilkan dari proses negosiasi yang terusmenerus oleh mereka yang

terlibat dengan kepentingan masing-masing (Abdullah dalam Laksmi, 2017). Makna

suatu simbol bersifat dinamis dan variatif, tergantung pada perkembangan dan

kepentingan individu, yang dibingkai oleh ruang dan waktu. Seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, individu diletakkan sebagai pelaku aktif, sehingga konsep

mengenai diri (self) menjadi penting. Konsep diri yang dikaitkan dengan emosi, nilai,

keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan, serta pertimbangan masa lalu dan masa depan,

turut mempengaruhi diri dalam pengambilan peran.

Namun demikian, diri tidak terisolasi, sebab ia bertindak dalam kelompok

individu. Diri tidak dapat memaknai suatu simbol tanpa adanya individu lain yang

berperan sebagai cermin untuk melihat diri sendiri (Arriane dalam Laksmi, 2017).

Dalam kehidupan sosial, manusia menggunakan simbol untuk mempresentasikan

maksud mereka, demikian juga sebaliknya. Proses penafsiran atas simbol-simbol ini

terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial pada dasarnya

adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia di sekeliling mereka. Individu

memilih perilaku sebagai hal yang layak dilakukan, berdasarkan cara individu

mendefinisikan situasi yang ada. Makna muncul karena ada interaksi antar individu,

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

41

yang muncul dari hasil interpretasi pikiran manusia mengenai diri, serta hubungannya

di dalam masyarakat. Pemahaman terhadap simbol harus dipahami bahwa simbol

adalah objek sosial yang muncul dari hasil kesepakatan bersama dari individu-

individu yang menggunakannya. Individu-individu tersebut memberi arti,

menciptakan, dan mengubah objek di dalam interaksi. Simbol sosial tersebut dapat

mewujud dalam bentuk objek fisik, bahasa, serta tindakan.

Dalam interaksi manusia dengan menggunakan simbol, manusia menginterpretasi

situasi dengan pikiran (mind). Pikiran manusia melibatkan kegiatan mental di

dalamnya. Manusia menggunakan pikiran untuk dapat menempatkan diri di dalam

posisi orang lain dan kemampuan menggunakan simbol yang mempunyai makna

sosial yang sama, sehingga manusia mampu menafsirkan arti dari suatu pikiran

dengan tepat. Kemampuan tersebut diekspresikan melalui bahasa, baik bahasa verbal

maupun non-verbal, yang disebut sebagai simbol. Serupa dengan pikiran manusia, diri

(self) juga merupakan suatu proses sadar yang memiliki beberapa kemampuan yang

terus berkembang melalui interaksi dengan individu lain.

Pemikiran interaksionisme simbolik didasari oleh tiga premis Herbert Blumer

yang menyatakan bahwa, premis pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu atas

dasar makna yang dimiliki benda-benda itu bagi mereka. Dengan kata lain, manusia

dianggap aktif dalam menentukan dan memaknai lingkungan atau situasi. Premis

kedua, makna-makna tersebut merupakan hasil interaksi sosial yang terus-menerus

dan terjadi berulang-ulang dalam suatu masyarakat. Makna pada suatu tanda, yaitu

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

42

objek, peristiwa, atau gagasan tidak melekat pada tanda tersebut, tetapi merupakan

hasil dari negosiasi. Premis ketiga, makna-makna tersebut diperbaharui melalui suatu

proses penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan

objek yang dihadapinya. Berdasarkan premis tersebut, maka makna dapat berubah

sesuai dengan konteks dalam ruang dan waktu yang membingkai interaksi.

Herbert Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksi simbolik, yaitu

tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Menurut

Craib (dalam Sarmini, 2002: 50), asumsi teori interaksi simbolik Blumer adalah

sebagai berikut.

Manusia bertindak terhadap sesuatu dasar asumsi internilai simbolik yang dimiliki

sesuatu itu (kata, benda, atau isyarat) dan bermakna bagi mereka. Makna-makna itu

merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat manusia.

Makna-makna yang muncul dari simbol-simbol yang dimodifikasi dan ditangani

melalui proses penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya

dengan benda-benda dan tanda-tanda yang dipergunakan. Sesuatu ini tidak

mempunyai makna yang intrinsik karena makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih

merupakan produk interaksi simbolis. Bagi Blumer, “sesuatu” itu bisa berupa

fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun

nonverbal, dan apa saja yang patut “dimaknakan”.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

43

Menurut Blumer, sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu aktor

melakukan serangkaian kegiatan olah mental, seperti: memilih, memeriksa,

mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna

dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya. Pemberian makna tidak

didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari

proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi

instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dansikap aktor

atas sesuatu tersebut.

Tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar”, tidak pula disebabkan

oleh “kekuatan dalam”, tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang

dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut sebagai self-indication. Proses self-

indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui

sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak

berdasarkan makna tersebut. Dengan demikian, proses self-indication terjadi dalam

konteks sosial di mana individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan

menyesuaikan tindakannya sesuai dengan pemaknaan atas tindakan itu.

Blumer mengatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan

simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain,

bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons (Kamanto,

2000: 185).

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Makna ... - …

44

Makna memiliki peran penting pada kehidupan sosial, sebab ia menjadi dasar

interaksi sosial dan mengarahkan tindakan kita pada oang lain. Konsekuensinya, ia juga

bisa membentuk sifat interaksi tersebut, akankah bersahabat, bertentangan, atau

berkompetisi. Makna akan menjadi sumber konflik atau pertentangan ketika satu

makna dianggap biasa, sementara bagi kelompok lain justru dipandang sakral, bahkan

sering kali ekstrem dimaknai sebagai representasi harga diri.

Karena itu, dalam masyarakat, makna harus dipahami secara subjektif. Bahkan, jika

ingin menciptakan keteraturan, masing- masing pihak harus berempati atas masing-

masing makna subjektif tersebut. Kalaulah tidak sepakat dengan makna pihak lain,

tetapi tidak harus ditunjukkan dalam bentuk sikap atau tindakan yang justru

melecehkan atau merendahkan pihak lain. (Susilo, 2016:163)

Makna dari simbol-simbol merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat.

Individu dan masyarakat merupakan aktor dalam interaksi simbolik yang tidak dapat

dipisahkan. Tindakan individu tidak ditentukan oleh individu itu sendiri, juga tidak

ditentukan oleh masyarakat, namun oleh pengaruh keduanya. Dengan kata lain,

tindakan seseorang adalah hasil dari “internal dan eksternal stimulasi” (Sarmini, 2002:

53).