bab ii kajian pustaka dan kerangka teori a. …eprints.uny.ac.id/53700/3/bab ii 13413244007.pdf ·...

30
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Kajian Pustaka dan Kerangka Teori 1. Make Up dan Gaya Hidup Penggunaan make up dikalangan mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta memiliki sebuah makna tersendiri bagi mereka. Makna sendiri mengandung pengertian tentang arti atau maksud tertentu. Semua makna budaya diciptakan dengan mengunakan simbol-simbol. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia dalam kehidupan manusia. Simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal tersebut merupakan dasar bagi semua makna simbolik. Dalam kehidupan sehari-hari makna ada yang bersifat sangat individual dan makna yang bersifat sosial (Geertz, 1973). Makna kolektif terbentuk ketika hasil pemaknaan individu satu dengan yang lainnya mempunyai banyak kesamaan karena hasil pemaknaan individu tersebut telah disampaikan kepada yang lain dan kemudian diterima. Disini makna tersebut menjadi bersifat intersubyektif, ini berbeda dengan makna individual, yang dimiliki oleh individu tertentu saja. makna-makna atau pengetahuan individu inilah yang oleh beberapa ahli antropologi disebut sebagai “pengetahuan budaya” (Spradley, 1972). Berdasarkan berbagai

Upload: lamhuong

Post on 29-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Kajian Pustaka dan Kerangka Teori

1. Make Up dan Gaya Hidup

Penggunaan make up dikalangan mahasiswi Universitas Negeri

Yogyakarta memiliki sebuah makna tersendiri bagi mereka. Makna sendiri

mengandung pengertian tentang arti atau maksud tertentu. Semua makna

budaya diciptakan dengan mengunakan simbol-simbol. Makna diciptakan

dalam interaksi antar manusia dalam kehidupan manusia. Simbol adalah

objek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu. Semua simbol

melibatkan tiga unsur simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan

hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal tersebut merupakan dasar

bagi semua makna simbolik. Dalam kehidupan sehari-hari makna ada yang

bersifat sangat individual dan makna yang bersifat sosial (Geertz, 1973).

Makna kolektif terbentuk ketika hasil pemaknaan individu satu dengan

yang lainnya mempunyai banyak kesamaan karena hasil pemaknaan individu

tersebut telah disampaikan kepada yang lain dan kemudian diterima. Disini

makna tersebut menjadi bersifat intersubyektif, ini berbeda dengan makna

individual, yang dimiliki oleh individu tertentu saja. makna-makna atau

pengetahuan individu inilah yang oleh beberapa ahli antropologi disebut

sebagai “pengetahuan budaya” (Spradley, 1972). Berdasarkan berbagai

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

13

penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa makna adalah arti atau maksud

dari sebuah hal.

Makna penggunaan make up bagi mahasiswi tentunya untuk

menunjang penampilan dan kecantikan mereka. Penampilan cantik adalah hal

yang selalu diinginkan oleh setiap wanita. Fenomena gaya hidup seorang

mahasisiwi yang menginginkan suatu jati diri baru dengan cara selalu

mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh,

penggunaan produk-produk kecantikan dan kosmetika untuk menunjang

kecantikan mereka adalah salah satu cara mereka untuk menunjukan

identitasnya. Gaya hidup mahasiswi yang semakin modern membuat mereka

mengikuti segala perkembangan yang ada diberbagai penjuru dunia, salah

satunya adalah dengan mengikuti perkembangan yang ada di Indonesia yang

mengkontruksi kecantikan wanita sebagai suatu kewajiban yang harus

dipenuhi dan harus dirawat oleh setiap wanita.

Sebenarnya kata cantik sendiri berasal dari Bahasa latin, bellus.

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, kata cantik memiliki arti indah,

jelita, elok, dan molek (KBBI, 2005). Meskipun demikian, pemaknaan

seseorang terhadap kecantikan itu berbeda beda dan bahkan selalu berubah-

ubah dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan zaman dan tren. Konsep

cantik menurut seseorang di suatu daerah, bisa jadi berbeda dengan konsep

cantik menurut seseorang di daerah lain.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

14

Kecantikan sesungguhnya bukan hal yang universal ataupun tidak bisa

diubah, meskipun orang Barat percaya bahwa segenap kecantikan perempuan

yang ideal berawal dari sosok yang platonis. Orang-orang suku Maori

mengagumi tubuh yang gemuk. Dan orang-orang Padang menyukai buah

dada yang montok. Kecantikan juga bukan bagian dari fungsi evolusi.

Ukuran-ukuran idealnya berubah lebih cepat dari pada proses evolusi spesies.

Charles Darwin sendiri tidak meyakini pernyataan bahwa kecantikan

dihasilkan dari “seleksi seksual” yang punya aturan-aturan berbeda dengan

seleksi alam. Bagi perempuan, bersaing dengan sesamanya melalui

kecantikan merupakan pembalikan dari cara-cara dimana seleksi alam

mempengaruhi mamalia lainnya (Wolf, 2004: 29-30).

Sebenarnya ada dua hal mengenai kecantikan, ada kecantikan luar

(outer beauty) yang menyangkut fisik berupa kulit, wajah, bentuk tubuh,

rambut, dan bentuk fisik lainya, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah

kecantikan yang berasal dari dalam (inner beauty) yang berhubungan dengan

seluruh kepribadian dan dimensi psikis dan rohani yang bersifat lebih kekal

dan abadi. Meskipun begitu, baik kecantikan luar (outer beauty) dan

kecantikan yang berasal dari dalam (inner beauty) memiliki nilainya masing

masing yang tentunya menjadi pemaknaan masing masing orang.

Penampilan mahasiswi yang ingin terlihat cantik baik kecantikan dari

dalam maupun dari luar, mendorong mahasiswi untuk menggunakan cara-

cara guna mendapatkan kecantikan yang diinginkan. Make up adalah sebuah

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

15

usaha yang dilakukan oleh mahasiswi untuk mendapatkan kecantikan seperti

apa yang diinginkan. Bermunculannya berbagai produk-produk kecantikan

atau kosmetik kecantikan, mempermudah usaha mahasiswi guna

mendapatakan sebuah kecantikan yang mereka dambakan.

Make up sendiri adalah seni merias wajah atau mengubah bentuk asli

dengan bantuan alat dan bahan kosmetik yang bertujuan untuk memperindah

serta menutupi kekurangan sehingga wajah terlihat ideal. Make up sendiri

hampir memiliki arti yang sama dengan berdandan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI, 2005) kata dandan diartikan sebagai mengenakan

pakaian dan hiasan serta alat-lat rias, memperbaiki, menjadikan baik (rapi).

Penggunaan make up dikalangan mahasiswi digunakan untuk

membuat mereka lebih percaya diri dengan penampilannya dan untuk

membuatnya merasa percaya diri dengan kecantikan yang dimilikinya.

Meskipun setiap orang punya definisi sendiri tentang cantik. Tetapi industri

kecantikan yang tumbuh subur dengan memanfaatkan kebutuhan orang untuk

tampil cantik, membuat industri tersebut membentuk sebuah kontruksi baru

mengenai definisi cantik. Kecantikan menjadi aspek yang sangat

dipentingkan oleh para kaum perempuan. Memang kecantikan selalu dikejar

oleh wanita dan menjadi permasalahan psikologis bagi banyak wanita yang

kurang percaya diri. Hal ini terjadi karena kecantikan tidak lepas dari

konstruksi sosial. Majalah, film, televisi, dan periklanan, sering menyajikan

perempuan dengan bentuk tubuh yang dikonstruksikan ideal, karenanya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

16

industri kecantikan seperti pelangsingan tubuh dan perawatan awet muda

tumbuh menjadi industri yang sangat berkembang pesat. Kesemua hal itu

termasuk imbas dari gaya hidup kaum wanita di zaman modern ini,

khususnya bagi mahasiswi yang sangat rentan terkena imbas dari

modernisasi.

Hasil penelitian terdahulu memaparkan bahwa kecantikan adalah

atribut wajah yang simetris, dimana hidung memiliki jarak mata, bibir berada

di tempat yang tepat antara hidung dan dagu, standar-standar hanya

diperuntukan untuk wajah perempuan saja. Make up memainkan fitur wajah

wanita: eyeliner dan mascara membuat mata kecil menjadi lebih besar, blush

on menekankan tulang pipi, dan lipstik menunjukkan bibir terlihat lebih

gemuk. Beberapa hal yang digunakan untuk make up mahasiswi yang telah

dijelaskan tadi merupakan contoh dari jenis kosmetik.

Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,

dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan

dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud

untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah

rupa, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik memperbaiki bau badan

tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit. (Depkes RI, Undang-undang tentang Kosmetika dan Alat

Kesehatan).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

17

Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap

untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan

organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan,

menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap

dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Retno, 2007).Kosmetik saat

ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata

lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang

beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta

keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen menuntut industri

kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja

mencakup peruntukkannya dari kosmetik itu sendiri namun juga

kepraktisannya didalam penggunaannya (Djajadisastra, 2005).

Menurut Retno, tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat

modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui

make up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi

kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor

lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu

seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup. (Retno, 2007:7).

Make up banyak dipilih karena dengan menggunakan make up dapat

memberikan dampak positif terhadap daya tarik fisik perempuan, daya tarik

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

18

yang dimaksud di sini yaitu bahwa make up merupakan alat bantu

mempercantik atau menunjang penampilan dari bentuk asli ke bentuk yang

diinginkan. Penggunaan Make up kebanyakan adalah pada bagian wajah, hal

ini karena wajah perempuan merupakan aspek penting dalam konstruksi

kecantikan yang ada.

Selain itu wajah juga menjadi penentu dasar bagi persepsi mengenai

kecantikan atau kejelekan individu, dan semua persepsi ini secara tidak

langsung membuka penghargaan diri dan kesempatan hidup kita. Wajah

sungguh-sungguh menyimbolkan diri dan menandai banyak hal dari bagian

diri yang berbeda. Lebih dari bagian tubuh lainnya, kita mengidentifikasikan

wajah sebagai aku dan kamu (Synnott, 2007: 116).

Banyak perempuan yang mendambakan kecantikan yang alami tetapi

seiring perkembangan zaman kebanyakan dari perempuan sekarang

menggunakan produk make up yang terjual bebas di pasaran. Seseorang

menggunakan make up berharap agar wajahnya terlihat ideal dan tambak

lebih cantik, dengan begitu rasa percaya diri pun akan muncul. Karena make

up bertujuan untuk menutupi kekurangan yang ada pada wajah dan

memunculkan rasa percaya diri, maka orang yang menggunakan make up

mencerminkan pada penerimaan diri yang rendah.

Penggunaan kosmetik untuk make up yang diperlukan bagi perempuan

khususnya untuk menambah rasa percaya diri mereka mengenai penampilan

mereka, selain itu juga dapat memperbaiki emosi, mengurangi stress, dan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

19

juga tentunya dapat mempengaruhi sistem imun, kosmetik yang pada

awalnya hanya dipakai untuk membersihkan kemudian dipakai untuk

mengganti atau memperbaiki sebuah penampilan wajah, sehingga tentu

memiliki efek samping kosmetik, karena kosmetik sendiri merupakah bahan

kimiawi.

Seseorang yang menggunakan produk kosmetik tentulah karena

adanya daya tarik kosmetik yang dibelinya tersebut, misalnya ketertarikan

terhadap fungsi dari kosmetik tersebut, kepraktisan dari pemakaian, dan

dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian kosmetik itu. Konsumen haruslah

selektif dalam memilih produk kosmetik sehingga dampak negatif dari

pemakaian kosmetik seperti, kulit wajah menjadi kusam, pucat, kering,

pecah-pecah, dan dampak lain dapat dihindari (Djajadisastra, 2005).

Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya.

Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu

penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan

efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah

penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik,

manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih

detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005).

Efek samping kosmetik ini sebagaian besar bersifat ringan seperti

iritasi dan alergi, maka penderita sebagian besar tidak menyadarinya dan

apabila menyadarinya mereka juga beranggapan bahwa mereka tidak perlu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

20

berobat karena tidak terlalu parah. Efek samping kosmetik terutama dapat

timbul dari kulit yang mengalami kontak langsung, akan tetapi reaksi dapat

pula terjadi pada organ lain dan bahkan dapat menimbulkan gangguan

sistemik tergantung pada bahan aktif yang digunakan oleh produk kosmetik

tersebut.

Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang tidak

aman pada kulit maupun sistem tubuh, antara lain:

a. Iritasi: reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik karena

salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan. Sejumlah

deodorant, kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik impor Pearl

Cream yang mengandung merkuri) dapat langsung menimbulkan reaksi

iritasi.

b. Alergi: reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali,

kadang-kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu mengandung

bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun tidak bagi yang

lain.

c. Fotosensitisasi: reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli

kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari bahan,

zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu bersifat

photosensitizer.

d. Jerawat (acne): beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat berminyak

dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

21

iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang

berminyak. Terutama di negara-negara tropis seperti di Indonesia karena

kosmetik demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama

kotoran dan bakteri.

e. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik melalui

penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau penyerapan lewat

kulit. Terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetik

itu bersifat toksik.

f. Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan

lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar

bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh yang

lain. Ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu efek

positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek

positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat

menyebabkan kelainan-kelainan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Selain dampak negatif mengenai kesehatan, adapula dampak lain bagi

mahasiswi. Mahasiswi sangat konsumtif untuk membeli berbagai produk

make up yang mereka inginkan tanpa melihat berapa besar pengeluaran

yang mereka keluarkan semua itu hanya agar mereka lebih terlihat cantik

dan menarik. Mengingat mereka adalah mahasiswi yang masih di berikan

uang saku oleh orang tuanya tidak menutup kemungkinan para mahasiswi

yang membeli produk make up tersebut baik yang bermerek dengan harga

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

22

mahal maupun yang dibeli dengan harga standar hanya untuk terlihat

cantik, menarik, lebih percaya diri dan juga untuk memperlihatkan

identitas diri mereka, mereka seringkali membeli berbagai produk

tersebut tanpa mereka harus memikirkan besar biaya yang akan mereka

keluarkan demi membeli produk make up tersebut.

Pengaruh penggunaan make up dalam kehidupan sehari-hari

mahasiswi merupakan salah satu dampak dari berbagai dampak yang

terjadi karena penggunaan make up bagi mahasiswi. Tentunya ada

banyak dampak dari yang positif sampai yang negatif, dalam sebuah

tindakan hal itu merupakan sebuah konsekuensi yang harus di ambil dari

sebuah tindakan. Ada beberapa dampak positif dan negatif dari

penggunaan make up diantaranya, dampak positif: membuat kulit wajah

menjadi lebih halus, cerah, cantik, dan lebih terlihat percaya diri, dampak

negatif: mengandung bahan kimia yang berbahaya yang bisa membuat

kulit wajah menjadi rusak, membuat mahasiswi semakin konsumtif

(boros).

Berdasarkan deskripsi diatas, ada beberapa manfaat dan dampak

negatif dari penggunaan produk kosmetik sebagai bahan dasar untuk

make up yang digunakan oleh mahasiswi UNY. Meskipun demikian,

karena tuntutan untuk dapat tampil cantik, dan juga tuntutan untuk

pemenuhan kebutuhan yang sudah mengarah kepada gaya hidup, maka

banyak mahasiswi yang menggunakan produk kosmetik sebagai bagian

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

23

dari kehidupan mereka yang tidak bisa terpisahkan, dan sudah menjadi

gaya hidup mereka.

2. Make Up dan Identitas Diri

Make up diperlukan oleh mahasiswi untuk membuat dirinya menjadi

lebih tampil cantik dan menarik perhatian serta membuatnya merasa percaya

diri dengan penampilannya. Mahasiswi menyadari bahwa mereka yang

menarik biasanya diperlakukan lebih istimewa dari pada yang biasa saja,

mereka yang tampil cantik dan menarik bisa mejadi pusat perhatian banyak

orang dan membuat para kaum adam terpikat akan pesonanya. Tidak heran

jika sekarang semakin banyak para pengguna make up khususnya mahasiswi

yang menggunakan make up karena alasan untuk terlihat menarik, modis,

trendi dan untuk mempercantik penampilan. Menurut (Erikson, 1989) hal ini

disebut sebagai salah satu proses dalam pembentukan identitas diri bagi para

remaja, dimana mereka cenderung berusaha untuk melepaskan diri sendiri

dari ikatan psikis orang tuanya dan berusaha untuk mencari jati dirinya

sendiri dengan berekspresi dan melakukan apa yang mereka sukai.

Tokoh yang dianggap sebagai penemu dan penggagas istilah

pembentukan identitas diri adalah Erikson (1989), menurutnya identitas diri

adalah kesadaran individu untuk menempatkan diri dan memberikan arti pada

dirinya dengan tepat di dalam konteks kehidupan yang akan datang menjadi

sebuah kesatuan gambaran diri yang utuh dan berkesinambungan untuk

menemukan jati dirinya. Teori Erikson dikenal juga sebagai “ego

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

24

psychology” yang menekankan pada konsep bahwa “diri (self)” diatur oleh

ego bawah sadar (unconcious ego) serta pengaruh yang besar dari kekuatan

sosial dan budaya di sekitar individu

Menurut Erikson (1989) pembentukan identitas (identity formation)

merupakan tugas psikososial yang utama pada masa remaja, identitas diri

adalah merupakan potret diri yang disusun dari macam-macam tipe identitas,

meliputi identitas karir, identitas politik, identitas agama,identitas hubungan

dengan orang lain, identitas intelektual, identitas seksual, identitas etnik,

identitas minat, identitas kepribadian, dan identitas fisik.

Erickson (1989) juga menyebutkan, bahwa pembentukan identitas diri

juga memerlukan dua elemen penting, yaitu eksplorasi (krisis) dan komitmen.

Istilah “eksplorasi” menunjuk pada suatu masa dimana seseorang berusaha

menjelajahi berbagai alternatif tertentu dan memberikan perhatian yang besar

terhadap keyakinan dan nilai-nilai yang diperlukan dalam pemilihan alternatif

tersebut. Sedangkan “komitmen” menunjuk pada usaha membuat keputusan

mengenai pekerjaan atau ideologi, serta menentukan berbagai strategi untuk

merealisasikan keputusan tersebut. Berdasarkan dua elemen diatas, maka

dalam pembentukan identitas diri, seorang remaja akan mengalami suatu

krisis identitas untuk menuju pada suatu komitmen yang merupakan

keputusan akan masa depan yang akan dijalani.

Menurut Erikson (1989) terdapat beberapa Sumber yang

mempengaruhi pembentukan identitas diri yaitu :

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

25

a. Lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang seperti

keluarga, tetangga dan kelompok teman sebaya.

b. Kelompok acuan (reference group), yaitu kelompok yang terbentuk pada

remaja misalnya kelompok agama atau kelompok yang memiliki minat

yang sama dimana melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh

nilai-nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya.

c. Tokoh idola, yaitu seseorang yang sangat berarti seperti sahabat, guru,

kakak, atau orang yang mereka kagumi.

Menurut Erikson (1989), remaja yang berhasil mencapai suatu

identitas diri yang stabil bercirikan :

a. Memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya.

b. Memahami perbedaan dan persamaan dengan orang lain.

c. Menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya.

d. Penuh percaya diri.

e. Tanggap terhadap berbagai situasi.

f. Mampu mengambil keputusan penting.

g. Mampu mengantisipasi tantangan masa depan.

h. Mengenal perannya dalam masyarakat

Mahasiswi mencoba memberikan gambaran tentang dirinya kepada

orang lain dengan sebaik-baiknya agar orang lain memandang dirinya seperti

apa yang dia mau. Ada beberapa tokoh yang mendefinisikan mengenai

gambaran diri, diantaranya adalah menurut Duffy dan Atwater (dalam

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

26

Hasanah, 2013) Gambaran diri (self body image) adalah suatu cara pada diri

individu dalam memandang dirinya, bagaimana perasaan seseorang tentang

tubuhnya dan bagaimana kepuasan dan ketidakpuasan seseorang terhadap

tubuhnya. Bukan hanya apa yang tampak dalam cermin tapi juga bagaimana

kita mempersepsikan apa yang ada pada tubuh individu. Selain itu defenisi

lain diberikan Thompson (dalam Hasanah, 2013), bahwa gambaran diri

merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya dalam

bentuk kepuasan dan ketidakpuasan yang merupakan hasil dari pengalaman

subjektif individu.

Atwater (dalam Hasanah, 2013), mengatakan bahwa cara seseorang

menerima gambaran diri (self body image) yang ia miliki tergantung pada dua

hal yaitu :

a. Kebudayaan

Gambaran diri (self body image) dipengaruhi oleh budaya disekitar

individu dan cara bagaimana budaya mengkomunikasikan norma yang ada

tentang berat badan, ukuran tubuh, bentuk badan dan daya tarik fisik.

b. Faktor sosial

Faktor sosial diantaranya adalah media massa, bahwa media massa

telah melakukan manipulasi dengan memberikan gambaran yang

stereotipe yangmenitik beratkan pada pesona daya tarik tanpa

memperlihatkan kekurangan-kekurangan yang ada. Hal ini dapat

berakibat buruk bagi individu.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

27

Identitas diri, gambaran diri, dan juga konsep diri, merupakan sebuah

istilah yang mirip yang merujuk kepada bagaimana seseorang

menggambarkan tentang dirinya dan tentang apa yang ingin dia tuju

sebagai pedoman hidupnya agar orang lain memandangnya seperti yang

dia inginkan. Oleh karennya tiga hal tadi sangat berkaitan erat karena

saling melengkapi dan saling menjelaskan satu sama lain. Setelah kita

membahas mengenai identitas diri, dan gambaran diri, maka sekarang kita

akan membahas mengenai konsep diri.

Teori konsep diri menurut Goffman disebutnya sebagai

“ketidaksesuaian antara diri manusiawi kita dan diri kita sebagai hasil

proses sosialisasi”. Ketegangan ini disebabkan perbedaan antara apa yang

ingin kita lakukan secara spontan dan apa yang diharapkan orang lain

untuk kita lakukan. Kita berhadapan dengan tuntutan untuk melakukan

tindakan yang diharapkan orang lain kepada kita, selain itu kita

diharapkan untuk tidak ragu-ragu. Seperti dinyatakan Goffman (Ritzer,

2005), “kita tak boleh tunduk pada kestabilan”. Untuk mempertahankan

kestabilan citra diri, orang melakukan audiensi sosial dengan dirinya

sendiri.

Teori konsep diri (self concept theory) menyatakan bahwa manusia

mempunyai pandangan dan persepsi atas dirinya sendiri. Dengan

demikian setiap individu berfungsi sebagai subyek dan obyek persepsi.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

28

Konsep diri yang dimiliki oleh seorang individu adalah berupa penilaian-

penilaian terhadap dirinya sendiri.

Teori konsep diri Goffmann mengusulkan perluasan paham

interaksionisme simbolis ke dalam suatu metafor dramatugis dengan

menyatakan bahwa: individu itu mengadakan pertunjukan (show) bagi

orang lain dengan mengatur kesan-kesan yang dia berikan kepada orang

lain tentang dirinya sendiri. Dia meneliti dengan cermat dan tenang

teknik-teknik yang digunakan setiap hari oleh diri kita masing-masing

agar cipta individu terlihat. Analisis dramaturgi Goffmann terhadap

masyarakat menawarkan cara berguna untuk menguji masyarakat dimana

orang tidak mencoba untuk berbuat tetapi menjadi sesuatu. Mungkin akan

lebih tepat dinamakan “pencitraan diri” sebagai bagian proses sosialisasi,

hal ini berkaitan untuk menunjukan siapa saya, dan siapa dia dalam

waktu-waktu tertentu.

Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri

sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi

subjek maupun objek. Diri mensyaratkan proses sosial, komunikasi antar

manusia. Binatang dan bayi yang baru lahir tak mempunyai diri. Diri

muncul dan berkembang melalui aktivitas antara hubungan sosial ( Ritzer

& Goodman, 2005: 280).

Sementara itu, Cooley (1922) (dalam Saliyo, 2012) memperkenalkan

’teori cermin diri’ (looking-glass self) dengan pemikiran bahwa konsep

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

29

diri seseorang dipengaruhi oleh apa yang diyakini individu-individu,

bahwa orang berpendapat mengenai dia. Cermin memantulkan evaluasi

yang dibayangkan orang lain tentang seseorang. Cermin diri muncul dari

interaksi simbolis antara individu dengan macam-macam kelompok.

Kelompok bercirikan tatap muka (face-to-face-association), ketetapan

yang relatif dan keeratan hubungan dengan tingkatan tinggi di antara

sejumlah kecil anggota menghasilkan interaksi individu dan kelompok.

Hal tersebut dilakukan dengan trial and eror. Coley melaporkan

bagaimana perasaan diri berkembang dalam hubungannya dengan

interpretasi individu tentang kenyataan fisik dan sosial. Hal yang

diperhatikan objek yang diambil dalam diri sendiri oleh perasaan diri dan

sosial dalam dua pengertian. Pertama arti dilengkapi dengan Bahasa dan

budaya yang umum, kedua pembentukan konsep diri dan evaluasi yang

subjektif.

Cooley (dalam Sutisna, 2003) menyebut gejala seperti itu sebagai

looking glass self (cermin diri). Seakan-akan individu itu menaruh cermin

di depannya. Selanjutnya individu (konsumen) menilai bagaimana diri

mereka memandang mereka sendiri, konsep diri yang ada pada konsumen

bisa berhubungan dengan sifat-sifat seperti bahagia, kebergantungan,

modern, praktis, energetic, serius, pengendalian diri, kesuksesan, sensitif

dan agresif.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

30

Ide mengenai cermin diri dapat dipecah menjadi tiga komponen

(Ritzer, 2012: 633-635).

a. Pertama, kita membayangkan bagaiman kita tampak pada orang lain.

b. Kedua, kita membayangkan apa yang mereka pertimbangkan atas

penampilan kita yang seharusnya.

c. Ketiga, kita mengembangkan suatu perasaan diri, seperti kebanggaan

atau rasa malu, sebagai hasil dari imajinasi kita atas pertimbangan-

pertimbangan orang lain.

Tampil cantik secara fisik menjadi bagian yang sangat penting bagi

perempuan modern. Pernyataan tersebut sudah sering di dengar dalam

berbagai tempat, waktu dan kesempatan, oleh seorang perempuan dan laki-

laki. Bagi seorang perempuan, kecantikan merupakan anugerah terindah yang

dipercaya dapat menambah keyakinan, percaya diri, dan energi kehidupan.

Konsep tentang cantik memang relatif, artinya cantik bagi satu orang belum

tentu cantik bagi orang lain. Demikian juga sebaliknya, tidak cantik bagi

seseorang, belum tentu tidak cantik bagi orang lain.

Dalam pergaulan di masyarakat, penampilan fisik perempuan menjadi

standar ideal untuk menilai seorang wanita. Kecantikan berhubungan erat

dengan bagaimana cara berpakaian yang baik, berperilaku baik,

berpenampilan sesuai dengan nilai dan norma. Bagi Plato kecantikan

diartikan secara sederhana yakni kebaikan, sedangkan kejelekan adalah jahat.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

31

Seseorang dengan moral yang baik berarti cantik secara fisik atau sedap

dipandang, dan yang jahat berarti jelek (Synnott, 2007).

Kecantikan bukanlah kualitas di dalam dirinya sendiri, ia eksis

hampir-hampir dalam pikiran yang memikirkannya dan masing-masing

pikiran menerima satu kecantikan yang berbeda. Seseorang mungkin

menerima satu kecantikan yang berbeda. Seseorang mungkin menerima

sesuatu sebagai kelemahan, sementara yang lain melihatnya sebagai

keindahan. Mencari kecantikan yang real, atau kelemahan yang real,

merupakan sebuah pencarian yang sia-sia, sama seperti memaksakan diri

untuk memastikan rasa manis yang real atau rasa pahit yang real (Synnott,

2007: 142).

Kualitas yang disebut dengan cantik benar-benar ada, secara objektif

dan universal. Perempuan pastilah ingin memiliki kecantikan, dan laki-laki

pastilah ingin memiliki perempuan yang cantik. Tekanan yang muncul akibat

perasaan ingin memiliki ini dirasakan oleh perempuan, bukan laki-laki.

Situasi ini menjelma menjadi sesuatu yang alamiah dan diperlukan karena hal

itu bersifat biologis, seksual, evolusioner. Lihat saja, para laki-laki perkasa

selalu berperang demi perempuan cantik. Perempuan yang cantik selalu di

hubungkan dengan kesuburan, dan sejak sistem yang berbasis seleksi seksual

ini diterapkan, kecantikan menjadi sesuatu yang bisa niscahya dan baku

(Wolf, 2004: 29).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

32

Akan tetapi, hal-hal itu tidak sepenuhnya benar. Kecantikan adalah

sistem pertukaran seperti halnya standar emas. Seperti semua yang ada dalam

lingkaran ekonomi, kecantikan juga ditentukan oleh sistem politik. Pada abad

modern, di negara-negara Barat kecantikan menjadi “agama” terakhir dan

terbaik, yang meneguhkan dominasi kaum laki-laki. Dalam upaya

memercikan api perlawanan kaum prempuan dalam hirarki vertikal sesuai

dengan standar fisik, kecantikan merupakan ekspresi dari relasi-relasi

kekuasaan, di mana perempuan harus bersaing secara tidak alamiah demi

sumber daya yang diberi hak oleh laki-laki (Wolf, 2004: 29).

Oleh karena itu banyak mahasiswi yang memilih dirinya untuk

menggunakan make up hanya karena untuk memperlihatkan siapa dirinya

terkadang mereka tidak memperdulikan berapa besar biaya yang harus

mereka keluarkan demi membeli produk make up untuk membuat

penampilannya menjadi cantik dan menarik. Dari kebiasaan mereka

menggunakan produk make up itulah mereka merasa diri mereka paling

“WOW” karena mereka selalu menjaga penampilannya terutama wajah dan

paras cantiknya, terbukti dari cara mereka berdandan tak jarang mahasiswi

seringkali berdandan di depan umum ketika make up yang digunakan sudah

mulai luntur. Misalnya saja ketika setelah mereka makan di sebuah tempat

makan pastilah mereka mengeluarkan make up mereka untuk digunakan

kembali. Terbukti dengan cara mereka menjaga penampilannya dengan selalu

menggunakan produk make up demi menjaga kecantikan dan rasa percaya

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

33

diri menunjukkan bahwa identitas diri mereka selalu ingin terjaga dan ingin

terlihat.

Pertambahan umur bagi perempuan adalah hal yang “tidak cantik”

karena perempuan telah menjadi lebih berkuasa bersama waktu dan juga

karena relasi antar generasi perempuan harus senantiasa dipatahkan.

Perempuan yang lebih tua takut pada perempuan muda, sebaliknya

perempuan muda merasa takut tua, dan mitos kecantikan memotong

kesuluruh siklus kehidupan perempuan. Yang terpenting, identitas perempuan

dianggap melekat pada “kecantikan”, sehingga kita akan merasa perlu

berhati-hati untuk menunjukkan pada dunia luar, menampakkan harga diri

yang vital dan sensitif (Wolf, 2004: 32).

Daya tarik memang memainkan peranan tertentu sehingga

mengharuskan perempuan untuk tampil cantik dengan alasan yang

bermacam-macam, misalnya saja seorang perempuan ingin melamar

pekerjaan pasti yang dilihat pertama adalah wajah dan penampilannya,

sehingga para perempuan dituntut untuk menggunakan make up agar mereka

lebih percaya diri. Karena wanita dikondisikan untuk selalu tampil cantik dan

menarik.

Tidak selamanya merias wajah akan membuat perempuan terlihat

lebih cantik atau menarik dari wajah aslinya. Tidak jarang hasil dari make up

justru membuat wajah akan terlihat lucu dan kurang menarik. Kesan lucu

yang dihasilkan dari make up terkadang diciptakan oleh diri sendiri. Pada

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

34

umumnya seseorang cenderung memikirkan bagaimana persepsi orang lain

mengenai dirinya. Sehingga intensi untuk “menciptakan diri” sebagaimana

yang diinginkan oleh orang lain lebih tinggi dari pada “menerima diri” tanpa

memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadap dirinya. (Hurlock,

1980).

Menurut Barker “kulit hitam” ditempatkan sisi alam, keliaran, dan

kejelekannya dan menempatkan “kulit putih” pada sisi kebudayaan,

peradaban, dan keindahan. Maka tidak heran sebagai pelarian untuk

membentuk kecantikan “palsu” tersebut adalah dengan menggunakan make

up. Kecantikan tersebut membuat adanya identitas ganda dalam artian adanya

perubahan identitas. Adanya perbedaan antara identitas pribadi dengan

isyarat realitas dimana hal tersebut menjadi persoalan identifikasi yang

menimbulkan pertanyaan subjek (Barker, 2004).

Inilah kontradiksi yang terdapat dalam penggambaran massal atas

perempuan modern sebagai sesuatu yang cantik, ketika perempuan modern

tumbuh, berubah, dan mengekspresikan individualitasnya, sebagaimana yang

disebutkan oleh mitos itu, definisi kecantikan justru statis, tak lekang oleh

waktu dan bersifat umum halusinasi ini penting dan berguna untuk membawa

kecantikan dalam posisi yang bertentangan langsung dengan realitas kaum

perempuan (Wolf, 2004: 37).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

35

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan topik yang akan diteliti peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian relevan pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu

Kusuma Ningrum jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri

Yogyakarta pada tahun 2013 dengan judul “Penggunaan Produk Distro

Sebagai Bentuk Penegasan Identitas Diri Di Kalangan Siswa SMA Daerah

Istimewa Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

maraknya gerai distro bermunculan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang

menjadi pola konsumsi terhadap kebutuhan berpakaian di kalangan remaja

khususnya pelajar SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tindakan konsumsi

akan barang-barang distro dikalangan siswa SMA di Yogyakarta lebih

bersifat gaya hidup dan juga membentuk identitas diri. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan

distro di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini hanya sebuah outlet untuk

sebuah komunitas, namun distro saat ini memenuhi persoalan dan kebutuhan

fashion remaja SMA. Distro menjadi sebuah life style baru bagi remaja SMA.

Gaya bagi remaja adalah segala-galanya dan setiap individu ingin tampil

beda dengan harapan mendapatkan identitas diri dan pengakuan akan dirinya.

Dalam proses pencapaian identitas diri dan pengakuan akan dirinya, faktor

yang mempengaruhi bentuk identitas diri remaja SMA yaitu kreativitas,

ideologi kelompok, status sosial, media massa, dan kesenangan. Selain

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

36

faktor-faktor pembentuk tersebut faktor imitasi atau contoh figure juga

mempengaruhi remaja SMA dalam pembentukan identitas diri mereka. Untuk

memenuhi kebutuhan fashion remaja SMA menggunakan produk distro

sebagai bentukan identitas diri, prestise dan membuat mereka merasa percaya

diri. Produk dari distro memiliki logo, merk, dan simbol tersendiri yang

membedakan distro dengan outlet lainnya. Produk dan merk sendiri

ditempatkan sebagai simbol status untuk pemakaiannnya. Produk distro juga

simbol anak muda modern, simbol suatu kelompok, sarana untuk

mengekspresikan perasaan. Serta sebagai alat untuk mencitrakan dan

menguatkan eksistensi mereka di lingkungan mereka. Pakaian distro

dikalangan remaja tidak hanya sekedar berfungsi sebagai pakian penutup

badan, melainkan juga sebagai simbol terhadap kelompok dan status dirinya

sebagai manusia modern. Perbedaan dan persamaan antara penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah, dalam penelitian ini

mengambil fokus penelitian pada pembentukan identitas diri, begitu juga

penelitian yang akan dilakukan yang menitik beratkan pada identitas diri

yang dibangun dengan penggunaan make up, perbedaannya jika dalam

penelitian ini faktor pembentuk identitas diri adalah penggunaan barang-

barang distro, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah

mengenai makna penggunaan make up sebagai identitas diri.

2. Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Trigita

Ardikawati Java Tresna jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

37

Yogyakarta pada tahun 2013 yang berjudul “Perilaku Konsumtif Di Kalangan

Mahasiswa FIS UNY Pada Klinik Kecantikan”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui perilaku konsumtif di mahasiswa FIS UNY pada klinik

kecantikan, mengetahui faktor pendorong perilaku konsumtif di kalangan

mahasiswa FIS UNY pada klinik kecantikan, serta untuk mengetahui dampak

yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif mahasiswa FIS UNY pada klinik

kecantikan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan analisis

deskriptif. Hasil penelitian adanya kriteria kecantikan serta keinginan untuk

tampil cantik merupakan alasan kuat para mahasiswa untuk melakukan

perawatan wajah di klinik kecantikan. Seiring berjalannya waktu keinginan

untuk tampil cantik dipahami sebagai pemenuh kebutuhan sehingga perilaku

konsumtif di kalangan mahasiwa pada klinik kecantikan pun tanpa terasa

telah ada di pola pikir mahasiswa yang melakukan perawatan wajah di klinik

kecantikan. Faktor pendorong perilaku konsumtif mahasiswa dibedakan

menjadi dua yaitu: faktor pendorong internal dan faktor pendorong eksternal.

Faktor pendorong internal antara lain pengalaman belajar, gaya hidup, dan

motivasi. Faktor pendorong eksternal antara lain kebudayaan, kelas sosial,

kelompok referensi, keluarga dan situasi. Dampak perilaku konsumtif

dibedakan menjadi dua yaitu: dampak posif dan dampak negatif. Dampak

positif antara lain menambah rasa percaya diri, terlihat lebih cantik, menjaga

kualitas kulit wajah pada masa tua, menunjang untuk mencari pekerjaan,

serta mengobati penyakit dan merawat kesehatan wajah, dampak negatifnya

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

38

yaitu ketergantungan, tambah boros, lebih mudah terbujuk rayuan iklan dan

tidak pernah merasa puas dengan hasil yang dicapai. Perbedaan dan

persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti adalah, dalam penelitian ini peneliti menitik beratkan pada perilaku

konsumtif mahasiswi, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan lebih

kepada ingin mencari tau makna dari penggunaan make up bagi mahasiswi.

3. Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Esti Rahayu

Styaningtias jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta

pada tahun 2016 yang berjudul “Rias Alis Sebagai Tren Kecantikan (Studi

Pada Mahasiswi Universitas Yogyakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui penggunaan rias alis sebagai wujud tren kecantikan dan

mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya penggunaan rias alis

di kalangan mahasiswi UNY. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

rias alis di kalangan mahasiswi UNY dimulai dari proses identifikasi

terhadap tokoh, karakter, sifat, atau gaya yang ingin mereka tiru. Proses

identifikasi pada penggunaan rias alis. Terjadi pada saat mereka mengenal

tutorial kecantikan yang banyak di unggah di Youtube sejak masuk kuliah.

Berikutnya mahasiswi mencari informasi dari foto-foto artis di Instagram.

Kemudian mereka mulai menggunakan rias alis serta merasa nyaman dan hal

tersebut dirasa menambah kepercayaan diri mereka. Mereka mengakui lebih

cantik setelah menggunakan rias alis sehingga hal itu menjadi budaya baru

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

39

dalam dunia kecantikan. Walaupun rias alis dianggap menambah kecantikan

wajah namun mereka mengungkapkan bahwa kecantikan sejatinya tidak

hanya dilihat dari fisik saja melainkan dari dalam dirinya pula. Beberapa

faktor yang menyebabkan mahasiswi tertarik untuk menggunakan rias alis

diantaranya meliputi konsep diri, perubahan psikologis, lingkungan

pergaulan, pengaruh kebudayaan Korea Selatan, keterbukaan mahasiswi

terhadap lapisan sosial, serta kemajuan media informasi dan media

komunikasi. Perbedaan dan persamaan antara penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan peneliti adalah, dalam penelitian ini menitik beratkan

pada tren rias alis dikalangan mahasiswa sedangkan dalam penelitian yang

akan dilakukan lebih kepada makna identitas diri dari penggunaan make up

bukan pada tren nya, persamaan dalam penelitian ini adalah dilakukan di

kalangan mahasiswi, dengan beberapa pokok pembahasan yang sama yaitu

kecantikan, dan konsep diri.

C. Kerangka Pikir

Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan yang terpenting bagi wanita

saat ini. terutama kosmetik yang dapat membuat wanita tampak lebih putih dan

berkilau. Terutama pada bagian wajah. Kecantikan identik dengan wanita. Masih

banyak wanita yang merasa kurang puas atas karunia kecantikan yang diberikan

Tuhan padanya. Selalu ada saja yang mereka anggap kurang estetik. Gejala

mempercantik diri yang sebenarnya sudah berlangsung lama, jika diamati secara

kejiwaan sesungguhnya adalah erosi kepercayaan diri. Sehingga mahasiswi

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

40

menggunaan make up agar terlihat cantik, menarik, dan untuk meningkatkan rasa

percaya diri mereka.

Mahasiswi menggunakan make up bukan atas dasar ingin terlihat cantik

saja tetapi ingin menunjukan identitas diri mereka dengan cara mereka

menggunakan produk make up untuk menunjang penampilan dan rasa percaya

dirinya. Karena make up menurut mereka sudah menjadi kebutuhan yang tidak

bisa terpisahkan dari dirinya yang mengharuskan mereka untuk membelinya jadi

mau tidak mau mereka akan membeli produk make up yang mereka inginkan.

Mahasiswi yang masih dalam tahap perkembangan ingin menunjukan identitas

diri mereka kepada orang-orang disekitarnya, ada sebuah makna yang ingin dia

tunjukan dari penggunaan make up tersebut.

Penggunaan make up tidak selalu tanpa adanya dampak karena setiap

produk ada yang baik dikonsumsi dan tidak baik dikonsumsi bagi para wanita

yang suka menggunakan make up sebaikanya harus lebih berhari-hati dalam

memebeli ataupun menggunakan make up sebaiknya diperhatikan dulu dari

tanggal kedarluarsanya produk tersebut dan cocok tidaknya di kulit wajah.

Dampak tesebut tidak selalu mengarah pada hal negatif saja tetapi juga dalam hal

positif yaitu bisa membuat wanita menjadi lebih cantik, terlihat lebih cerah, dan

terlihat lebih percaya diri.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. …eprints.uny.ac.id/53700/3/BAB II 13413244007.pdf · mempercantik diri mereka dengan berbagai cara, perawatan wajah, tubuh, ... industri

41

Make Up

Bagan 1. Kerangka Berpikir

Faktor penggunaan

Eksternal

Internal

Mahasiswi

Dampak