asimetri wajah

28
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Simetri berarti adanya persamaan ukuran, bentuk dan susunan pada bidang, titik atau garis pada satu sisi dengan sisi yang lain. 1,2 Asimetri berarti adanya ketidakseimbangan ukuran, bentuk serta susunan pada bidang, titik ataupun garis antara satu sisi dengan sisi yang lain. Asimetri merupakan kondisi yang dapat ditemui hampir pada semua individu seperti halnya asimetri fungsi ataupun asimetri morfologi yang dapat terlihat dalam aktivitas hidup sehari – hari seperti dominan menggunakan tangan kanan atau tangan kiri. 3 2.2 Etiologi Asimetri Penyebab asimetri bersifat multifaktorial dan berbeda pada setiap individu serta melibatkan faktor genetik dan lingkungan. 2,7 Erupsi gigi yang tidak normal, gigi desidui yang tanggal terlalu dini, ekstraksi gigi permanen dan kelainan skeletal yang meliputi maksila dan mandibula dapat menjadi faktor penyebab asimetri. Meskipun sangat beragam, etiologi asimetri dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu karena defek perkembangan, trauma dan patologi. 7 Defek perkembangan adalah adanya gangguan yang terjadi selama proses perkembangan seseorang yang menyebabkan kondisi yang sebelumnya simetri menjadi asimetri seperti kebiasaan mengunyah di satu sisi, tidur dengan posisi miring ke satu sisi yang menyebabkan terjadi perubahan skeletal ataupun jaringan lunak yang bersifat ipsilateral (hanya pada satu sisi). 3 Trauma pada sendi temporomandibula dapat menyebabkan perkembangan mandibula pada sisi yang terkena trauma tidak sesuai dengan perkembangan yang seharusnya sehingga menyebabkan tampilan asimetri pada wajah. 2,3 Penyakit seperti artritis dan infeksi pada sendi temporomandibula, dan paralisis otot – otot ekspresi wajah seperti yang terjadi pada pasien Bell’s Palsy juga menyebabkan asimetri pada wajah. 1,3 Universitas Sumatera Utara

Upload: bob-permana-simanungkalit

Post on 08-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

asimetri wajah

TRANSCRIPT

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asimetri

Simetri berarti adanya persamaan ukuran, bentuk dan susunan pada bidang,

titik atau garis pada satu sisi dengan sisi yang lain.1,2 Asimetri berarti adanya

ketidakseimbangan ukuran, bentuk serta susunan pada bidang, titik ataupun garis

antara satu sisi dengan sisi yang lain. Asimetri merupakan kondisi yang dapat ditemui

hampir pada semua individu seperti halnya asimetri fungsi ataupun asimetri

morfologi yang dapat terlihat dalam aktivitas hidup sehari – hari seperti dominan

menggunakan tangan kanan atau tangan kiri.3

2.2 Etiologi Asimetri

Penyebab asimetri bersifat multifaktorial dan berbeda pada setiap individu

serta melibatkan faktor genetik dan lingkungan.2,7 Erupsi gigi yang tidak normal, gigi

desidui yang tanggal terlalu dini, ekstraksi gigi permanen dan kelainan skeletal yang

meliputi maksila dan mandibula dapat menjadi faktor penyebab asimetri. Meskipun

sangat beragam, etiologi asimetri dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu

karena defek perkembangan, trauma dan patologi.7

Defek perkembangan adalah adanya gangguan yang terjadi selama proses

perkembangan seseorang yang menyebabkan kondisi yang sebelumnya simetri

menjadi asimetri seperti kebiasaan mengunyah di satu sisi, tidur dengan posisi miring

ke satu sisi yang menyebabkan terjadi perubahan skeletal ataupun jaringan lunak

yang bersifat ipsilateral (hanya pada satu sisi).3 Trauma pada sendi

temporomandibula dapat menyebabkan perkembangan mandibula pada sisi yang

terkena trauma tidak sesuai dengan perkembangan yang seharusnya sehingga

menyebabkan tampilan asimetri pada wajah.2,3 Penyakit seperti artritis dan infeksi

pada sendi temporomandibula, dan paralisis otot – otot ekspresi wajah seperti yang

terjadi pada pasien Bell’s Palsy juga menyebabkan asimetri pada wajah.1,3

Universitas Sumatera Utara

2.3 Klasifikasi Asimetri

Asimetri dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kraniofasial yang terlibat

menjadi asimetri dental, asimetri skeletal, asimetri jaringan lunak dan asimetri

fungsional dan keempat jenis asimetri tersebut dapat menimbulkan tampilan asimetri

pada wajah.1,3,6,7

2.3.1 Asimetri Dental

Asimetri dental merupakan asimetri yang dapat terjadi karena

ketidakseimbangan antara jumlah gigi dengan lengkung gigi yang tersedia, jumlah

gigi rahang atas dan bawah pada segmen yang sama dan ketidakseimbangan lengkung

gigi rahang atas dan bawah secara keseluruhan atau sebagian (Gambar 1).7

Ketidakseimbangan tersebut dapat terjadi karena faktor – faktor lokal seperti

kehilangan dini gigi desidui, kehilangan satu atau sekelompok gigi secara kongenital,

dan kebiasaan mengisap jari.1,3,14 Faktor – faktor genetik yang mempengaruhi ukuran

material gigi dan ukuran lengkung rahang dinilai belum terlalu memberi pengaruh

terjadinya asimetri dental.1,18

Gambar 1. Asimetri dental7

Keberadaan asimetri pada lengkung gigi dapat dinilai beberapa teknik

diantaranya dengan menggunakan ruled grid (Gambar 2)19,20. Teknik ini dilakukan

Universitas Sumatera Utara

dengan meletakkan ruled grid yang transparan diatas foto model gigi dengan

memperhatikan maxillary raphe sebagai garis tengah model sehingga dapat dinilai

kesimetrisan pada lengkung gigi tersebut. Teknik ini memiliki keuntungan yaitu dapat

dengan cepat menentukan sisi kiri atau kanan yang lebih lebar dan dapat dengan

mudah melihat pergeseran gigi.19

Teknik penentuan asimetri lengkung gigi dengan menggunakan ruled grid

jarang dipakai dalam penelitian. Beberapa penelitian yang dilakukan untuk menilai

keberadaan asimetri lengkung gigi seperti yang dilakukan oleh Maurice TJ dan

Mahmoud JK menggunakan titik – titik referensi pada model cetakan gigi yaitu

mesial insisivus sentralis, cusp kaninus, cusp mesiobukal molar dua desidui dan cusp

mesiobukal molar satu permanen (Gambar 3). Titik – titik tersebut dipilih karena

dapat dievaluasi secara klinis dan mudah diidentifikasi pada model studi.21

Gambar 2. Ruled grid transparan yang diletakkan diatas foto model gigi19

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Titik – titik referensi pada model gigi13

Garis tengah pada model cetakan gigi dapat ditentukan beberapa cara.

Penelitian Kula K dan Maurice TJ menghubungkan titik pertemuan rugae palatina

kedua kiri dan kanan pada maxilary palatal raphe dan titik yang jaraknya 1 cm lebih

distal dari titik pertama pada maxilary palatal raphe. Garis tengah model rahang

bawah diambil dari refleksi garis tengah model rahang atas.4,13

Teknik lain yang dipakai oleh Mahmoud JK untuk menentukan garis tengah

model rahang atas adalah dengan menghubungkan 2 titik referensi yaitu titik

pertemuan bagian distal papila insisivum dan fovea centralis. Garis tengah model

rahang bawah juga diambil dari refleksi garis tengah model rahang atas.21

Perhitungan setiap titik referensi kiri dan kanan ditentukan setelah garis

tengah model cetakan gigi diperoleh sehingga dapat dinilai kesimetrisan lengkung

gigi pada model cetakan gigi. Penelitian Maurice TJ, Kula K, dan Mahmoud JK

mengkategorikan asimetri lengkung gigi secara klinis bila selisih jarak titik referensi

kiri dan kanan ke garis tengah model ≥ 2 mm (Gambar 4).4,21

Universitas Sumatera Utara

Asimetri lengkung gigi juga diteliti oleh Estevao P,dkk. Penelitian tersebut

membandingkan tingkat asimetri lengkung gigi pada sampel yang memiliki oklusi

normal dengan sampel yang memiliki maloklusi Klas II Angle. Garis tengah pada

model cetakan gigi rahang atas menggunakan papila insisivus dan sutura median

palatina sebagai referensi. Garis tengah model rahang bawah diambil dari refleksi

garis tengah model rahang atas (Gambar 5). Penelitian tersebut menggunakan cusp

caninus sebagai titik referensi untuk menentukan keberadaan asimetri lengkung gigi

(Gambar 6).14

Gambar 4. Perhitungan asimetri lengkung gigi13

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6 . Menentukan asimetri lengkung

gigi pada penelitian Paulo14

Gambar 5. Garis tengah model rahang atas dan bawah pada penelitian Paulo14

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Asimetri Skeletal

Asimetri skeletal dapat mencakup satu atau beberapa tulang pendukung

wajah.5 Salah satu bentuk asimetri mencakup beberapa tulang pendukung wajah

adalah hemifacial microsomia (Gambar 7) .1,3 Mengunyah disatu sisi dalam waktu

lama merupakan salah satu penyebab terjadinya asimetri skeletal.22

Bagian 1/3 wajah bawah yang mencakup maksila dan mandibula, asimetri

skeletal lebih sering terjadi pada mandibula.22 Posisi mandibula yang dapat bergerak

dan pusat pertumbuhan utamanya adalah kondilus merupakan hal yang

mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut dan bila terjadi gangguan pada kondilus

pada masa pertumbuhan maka hal ini akan mengganggu pola pertumbuhan normal

pada mandibula.5 Asimetri pada mandibula juga dapat terjadi karena pertumbuhan

bagian mandibula yaitu body dan ramus yang terlalu berlebihan atau sebaliknya yang

berkaitan dengan faktor genetik.5 Asimetri skeletal juga dapat merupakan hasil dari

perkembangan asimetri dental, jaringan lunak maupun fungsional yang tidak dirawat

dalam waktu yang lama.3

Gambar 7. Hemifacial Microsomia1

2.3.3 Asimetri Jaringan Lunak

Asimetri jaringan lunak merupakan asimetri yang terjadi karena adanya

ketidakseimbangan perkembangan otot – otot ekspresi wajah. Asimetri ini dapat

terjadi pada kondisi penyakit hemifacial atrophy atau cerebral palsy. Asimetri

Universitas Sumatera Utara

jaringan lunak/muscular asymmetry dapat menyebabkan disproporsi wajah dan

diskrepansi midline.1

2.3.4 Asimetri Fungsional

Asimetri fungsional dapat terjadi karena adanya gangguan untuk mencapai

oklusi sentrik sehingga mandibula beradaptasi dengan bergerak lebih ke arah lateral

atau anteroposterior ketika oklusi sentrik. Hal yang dapat menghalangi oklusi sentrik

tersebut antara lain terjadinya kontriksi lengkung rahang atas ataupun dapat juga

karena adanya gigi yang malposisi.1 Pada kasus gangguan sendi temporomandibula di

satu sisi, asimetri fungsional ditunjukkan dengan adanya pergeseran garis tengah

wajah saat pembukaan mulut disebabkan adanya gangguan pergerakan mandibula di

bagian yang terganggu.3

2.4 Asimetri Wajah

Asimetri wajah merupakan fenomena yang normal yang dapat ditemui pada

setiap individu.1,6,10 Asimetri wajah merupakan ketidakseimbangan yang terjadi pada

bagian yang homolog pada wajah dalam hal ukuran, bentuk, posisi pada sisi kiri dan

kanan.7 Asimetri wajah juga dapat terlihat pada saat berbicara.8

Langkah pertama dalam menganalisis simetri dan proporsi wajah adalah

dengan menilai wajah dari arah frontal. Dalam kapasitas proporsi wajah yang ideal,

wajah dibagi menjadi bagian sentral, medial, dan lateral pada lima bagian wajah.

Proporsi lebar pada mata, hidung, ataupun mulut dapat dilihat dari lima bagian

tersebut (Gambar 8). Jarak mata dan lebar mata seharusnya memiliki besar yang sama

ditentukan pada bagian sentral dan medial. Hidung dan dagu seharusnya berada pada

bagian sentral, lebar hidung sama dengan atau lebih lebar sedikit dari bagian sentral

wajah, jarak interpupil sama dengan lebar mulut.19

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Proporsi wajah ideal19

Asimetri wajah dalam batas – batas tertentu dianggap normal dan dapat

ditemui hampir pada seluruh individu. Batas dimana asimetri wajah yang dianggap

normal menjadi abnormal adalah ketika perbedaan antara sisi kiri dan kanan

mencapai ≥ 2 mm.4,10,19 Pada asimetri wajah yang masih dalam batas normal

umumnya sisi kanan wajah lebih lebar dibanding dengan sisi kiri.3,9

Asimetri wajah juga merupakan salah satu indikasi yang menunjukkan tingkat

kesehatan individu. Individu dengan wajah yang simetri dianggap memiliki kesehatan

yang lebih baik dan lebih resisten terhadap penyakit dibanding dengan individu yang

memiliki wajah yang asimetri.16

Asimetri wajah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam

menegakkan diagnosis kasus ortodonti bila dalam melakukan perawatan ortodonti

klinisi tidak menyadari adanya asimetri, maka hal ini beresiko membuat jangka waktu

perawatan menjadi lebih lama.7

Asimetri wajah dapat diketahui dengan berbagai cara, diantaranya dengan

mengukur langsung tulang kranial, melakukan perhitungan pada hasil radiografi

misalnya panoramik, menggunakan 3D computed tomography maupun dengan

menggunakan konsep antropometri.3,10

Universitas Sumatera Utara

Konsep antropometri merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam

penelitian yang membahas asimetri wajah. Faktor yang penting diperhatikan dalam

penggunaan konsep ini adalah penentuan garis tengah wajah, dan ada beberapa

metode yang dapat digunakan.17 Dari beberapa metode penentuan garis tengah wajah

tersebut, metode yang sering dipakai dalam penelitian seperti yang dilakukan oleh

Haraguchi S adalah dengan mengambil titik tengah interpupil. Metode ini dipilih

untuk menghindari kemungkinan terjadinya asimetri pada bagian wajah yang lain

sehingga dapat menyebabkan penentuan garis tengah wajah tidak tepat.9

Berikut beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan garis

tengah wajah.17

1. Menghubungkan glabella dengan Cupid’s bow (Gambar 9).

Gambar 9 . Garis tengah wajah dengan menghubungkan titik

glabella dan Cupid’s bow17

Universitas Sumatera Utara

2. Mengambil titik tengah interpupil untuk kemudian ditarik garis tegak lurus

yang memotong titik tersebut (Gambar 10).

3. Menghubungkan trichion, glabella, nasion, pronasale, subnasale, labiale

superius, stomion, labiale inferius, sublabiale dan gnation (Gambar 11).

Gambar 10. Garis tengah wajah dengan mengambil titik tengah inter-pupil17

Universitas Sumatera Utara

Penelitian mengenai asimetri lengkung gigi yang merupakan salah satu

penyebab asimetri wajah sudah dilakukan sejak tahun 1994 oleh Bishara dan terus

berkembang hingga saat ini.1 Penelitian – penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

asimetri lengkung gigi banyak dijumpai pada kondisi maloklusi walaupun sampai

saat ini penelitian mengenai asimetri lengkung gigi berkaitan dengan maloklusi lebih

banyak dilakukan pada maloklusi Klas I Angle dan maloklusi Klas II Angle.

2.5 Maloklusi

Defenisi oklusi menurut Angle merupakan suatu kondisi dimana gigi geligi

berada pada posisi interkuspasi maksimum ketika rahang atas berkontak dengan

rahang bawah.2 Maloklusi merupakan suatu keadaan adanya posisi postural adaptif,

gerak penutupan translokasi, mekanisme refleks, gigi berjejal, susunan gigi yang

tidak teratur, trauma gigi terhadap jaringan lunak dan penampilan pribadi yang buruk

atau gangguan pada bicara normal yang disebabkan oleh posisi gigi.23

Gambar 11. Garis tengah wajah dengan menghubungkan 11 titik pada wajah17

Universitas Sumatera Utara

Secara umum, maloklusi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:2

a. Maloklusi intra-arch, mencakup variasi pada posisi satu atau sekelompok gigi

yang berada dalam satu rahang.

b. Maloklusi inter-arch, yang terjadi karena adanya malrelasi lengkung gigi

rahang atas dengan rahang bawah.

c. Maloklusi skeletal, yang terjadi karena malrelasi tulang pendukung rahang

atas dan rahang bawah.

Pada tahun 1899, Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi

molar satu permanen rahang bawah terhadap rahang atas karena menurut Angle,

yang menjadi kunci oklusi adalah molar satu permanen rahang atas. Berdasarkan

relasi molar tersebut, Angle mengklasifikasikan maloklusi menjadi tiga Klas yaitu

Klas I, Klas II dan Klas III.2

2.5.1 Maloklusi Klas I Angle

Maloklusi Klas I Angle merupakan kondisi dimana relasi molar normal (cusp

mesiobukal molar satu permanen rahang atas berada pada groove bukal molar satu

permanen rahang bawah ketika beroklusi) namun garis oklusi tidak baik.2

2.5.2 Maloklusi Klas II Angle

Klas II Angle ditunjukkan dengan letak molar satu permanen rahang bawah

berada lebih distal dari rahang atas, sehingga ketika beroklusi cusp mesiobukal molar

satu permanen rahang atas berada di anterior groove bukal molar satu permanen

rahang bawah.2

Prevalensi maloklusi dinilai semakin bertambah seiring waktu. Maloklusi

Klas II Angle merupakan jenis maloklusi yang cukup banyak dijumpai. Pada survei

yang dilakukan tahun 1930 – 1965, tingkat maloklusi di Amerika Serikat adalah

sekitar 35%, tetapi ketika dilakukan survei kembali pada tahun 1989 – 1994,

prevalensi maloklusi meningkat menjadi 70%. Ada teori yang mengatakan bahwa hal

tersebut terjadi karena banyaknya perkawinan antar ras yang berbeda sehingga

ukuran lengkung berubah tetapi tidak disertai dengan perubahan ukuran material gigi

Universitas Sumatera Utara

sehingga terjadi ketidakseimbangan antara ukuran lengkung yang tersedia dengan

ukuran lengkung yang dibutuhkan. Teori lain juga menyebutkan bahwa

meningkatnya prevalensi maloklusi mungkin dikarenakan jenis makanan yang

dikonsumsi masyarakat saat ini yang lebih banyak mengonsumsi makanan lunak

sehingga tidak menstimulasi pertumbuhan rahang.19 Berdasarkan klasifikasi Angle,

maloklusi Klas II dibagi menjadi maloklusi Klas II divisi 1, maloklusi Klas II divisi

2 dan subdivisi.2

2.5.2.1 Maloklusi Klas II Angle Divisi 1

Maloklusi Klas II Angle divisi 1 dikarakteristikkan dengan adanya proklinasi

pada insisivus sentralis rahang atas sehingga overjet besar (Gambar 12 (a)). Kondisi

ini biasanya disertai dengan hipotonik bibir atas sehingga tidak dapat membentuk seal

yang ideal ketika menutup mulut.2,23

2.5.2.2 Maloklusi Klas II Angle Divisi 2

Maloklusi Klas II Angle divisi 2 dikarakteristikkan dengan adanya inklinasi

ke lingual pada insisivus sentralis rahang atas dan inklinasi ke labial pada insisivus

lateralis rahang atas dan biasanya terdapat deep anterior overbite pada pasien tersebut

(Gambar 12 (b)).2,23

( a ) ( b )

Gambar 12. (a). Maloklusi Klas II Angle divisi 1, (b). Maloklusi Klas II Angle divisi 223

Universitas Sumatera Utara

2.5.2.3 Maloklusi Klas II Angle Subdivisi

Maloklusi Klas II Angle subdivisi merupakan kondisi dimana relasi molar

Klas II Angle hanya terdapat pada satu sisi rahang.2

2.5.3 Maloklusi Klas III Angle

Maloklusi Klas III Angle merupakan kondisi dimana molar satu permanen

rahang bawah berada lebih mesial dari rahang atas sehingga ketika beroklusi cusp

mesiobukal molar satu permanen rahang atas berada di posterior groove bukal molar

satu permanen rahang bawah.2

Maloklusi merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan timbulnya

asimetri lengkung gigi dimana asimetri lengkung gigi merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan terjadinya asimetri dental.6

2.6 Diagnosis

Diagnosis merupakan hal harus dilakukan untuk mengetahui apakah seorang

pasien perlu dilakukan perawatan atau tidak, sama halnya dengan kasus asimetri,

penegakan diagnosis bahwa asimetri tersebut memerlukan perawatan ortodonti harus

benar – benar dianalisis sebelumnya.5,9 Rencana perawatan yang tepat dapat

dilakukan jika sebelumnya sudah dilakukan suatu proses penegakan diagnosis yang

tepat. Penegakan diagnosis asimetri lengkung gigi dan asimetri wajah dapat dilakukan

dengan beberapa cara seperti analisis fotometri, pemeriksaan klinis dan analisa

radiografi.1,3,7,10 Penggunaan beberapa metode dalam mendiagnosis asimetri

disarankan agar memperoleh hasil yang lebih akurat.1

2.6.1 Analisis Fotometri

Penilaian asimetri wajah dengan metode fotometri dilakukan dengan

mengambil foto wajah pasien baik dari arah frontal maupun lateral. Metode fotometri

dapat digunakan untuk menganalisis proporsi wajah, simetri wajah, konveksitas

jaringan lunak wajah dan bentuk wajah.24,25

Universitas Sumatera Utara

Teknik pengambilan foto merupakan hal yang penting untuk diperhatikan

dalam analisis fotometri. Pengambilan foto frontal dilakukan dengan posisi kepala

pasien dan jarak pasien ke lensa kamera harus sesuai dengan standar. Pengambilan

foto dilakukan saat posisi kepala pasien berada dalam natural head position, jarak

pasien ke lensa kamera adalah 1,5 m, pandangan mata fokus ke lensa kamera. Saat

pengambilan foto sebaiknya pasien tidak memakai kaca mata, mulut ditutup dengan

posisi oklusi normal pasien tersebut.17

Penilaian asimetri wajah dengan fotometri dapat menggunakan konsep

antropometri dengan menggunakan titik – titik referensi pada wajah. Tragion-

glabella, tragion-nasion, tragion-exocanthion, otobasion superius-nasion, otobasion

superius-exocanthion merupakan bagian sepertiga wajah atas. Tragion-subnasale,

tragion-cheilion, otobasion inferius-subnasale merupakan bagian sepertiga wajah

tengah. Otobasion inferius-gnathion, gnathion-gonion merupakan bagian sepertiga

wajah bawah (Gambar 13).17 Setelah menentukan garis tengah wajah maka penilaian

terhadap asimetri wajah dapat dilakukan dengan membandingkan jarak titik – titik

yang bersesuaian ke garis tengah wajah.17

Gambar 13. Titik – titik referensi menentukan asimetri wajah17

Universitas Sumatera Utara

Metode yang sama dipakai oleh Lucas,dkk dalam penelitiannya untuk

mengevaluasi asimetri pada wajah yang dinilai dari pandangan frontal wajah dengan

menggunakan foto frontal yang diambil dengan kamera SLR. Garis tengah wajah

harus tegak lurus dengan lantai saat pengambilan foto. Titik-titik biometrik yang

digunakan dalam analisis wajah tersebut membagi wajah menjadi tiga bagian yaitu

sepertiga atas antara titik 1 dan 2, sepertiga tengah antara titik 2 dan 3, dan sepertiga

bawah antara titik 3 dan 6. Kemudian sepertiga bawah wajah dibagi lagi menjadi tiga

bagian menjadi panjang bibir atas antara titik 3 dan 4, panjang bibir bawah antara titik

4 dan 5, dan regio mentum antara titik 5 dan 6 (Gambar 14). Penilaian asimetri

dilakukan dengan membandingkan jarak titik yang bersesuaian ke garis tengah

wajah.26

Gambar 14. Titik biometrik dalam analis asimetri wajah dalam penelitian Lucas, dkk.26

Universitas Sumatera Utara

Metode pemeriksaan yang dipakai Okamoto dalam menganalisis asimetri

pada 1/3 wajah bawah dengan foto frontal dilakukan dengan melihat jarak antara

jaringan lunak gonion kanan dan kiri ke garis midline wajah. Dalam penelitian

tersebut, dikatakan asimetri bila selisih antara jarak gonion kanan dan kiri ke garis

midline wajah ≥ ± 2 mm (Gambar 15).27

Gambar 15. Pengukuran asimetri wajah oleh Okamoto27

2.6.2 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis dapat mengevaluasi asimetri secara vertikal, sagital dan

transversal.1 Pemeriksaan klinis merupakan ‘alat’ diagnosis yang paling penting

dalam mengevaluasi asimetri wajah.3 Pemeriksaan klinis dimulai dengan

mendengarkan keluhan utama pasien yang kemudian dilanjutkan dengan

menganalisis riwayat medis pasien. Pemeriksaan klinis juga dilakukan dengan

melakukan pemeriksaan visual pada seluruh permukaan wajah, palpasi pada jaringan

lunak wajah dan tulang, pemeriksaan kesesuaian midline wajah dan dental dan juga

Universitas Sumatera Utara

melakukan evaluasi terhadap keberadaan maloklusi yang ada pada individu baik

dalam satu rahang maupun maloklusi yang mencakup hubungan antar rahang.3

Secara umum ada empat hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan klinis

dalam menegakkan diagnosis asimetri yaitu evaluasi midline dental, evaluasi oklusi

vertikal,evaluasi oklusi dalam arah transversal dan anteroposterior dan evaluasi

skeletal dan jaringan lunak secara transversal.1

2.6.2.1 Evaluasi midline dental

Dalam mengevaluasi midline dental harus dilakukan dalam beberapa posisi

yaitu ketika membuka mulut, ketika pasien dalam relasi sentrik, kontak pertama dan

oklusi sentrik (Gambar 16).1 Asimetri yang disebabkan oleh struktur skeletal atau

dental yang tidak disertai oleh faktor lain akan menunjukkan diskrepansi midline

yang sama ketika relasi sentrik dan oklusi sentrik. Di sisi lain, asimetri yang

disebabkan karena adanya diskrepansi oklusal akan menunjukkan gerakan mandibula

yang lebih condong ke satu sisi. Arah pergeseran gerakan mandibula tersebut dapat

berada pada arah yang sama atau berbeda dengan arah asimetri dental atau asimetri

skeletal. Evaluasi terhadap sendi temporomandibula harus segera dilakukan jika

ditemui adanya asimetri midline dental, hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya

asimetri fungsional.1,7

Gambar 16. Pergeseran midline saat oklusi sentrik7

Universitas Sumatera Utara

2.6.2.2 Evaluasi oklusi vertikal

Bidang oklusal yang miring menunjukkan adanya perbedaan tinggi kondilus

dan ramus pada sisi kanan dan kiri. Hal yang sama juga dapat terjadi ketika maksila

ataupun tulang temporal yang mendukung fossa glenoid tidak sama tinggi. Asimetri

ini dapat diobservasi dengan menginstruksikan kepada pasien untuk menggigit

sebuah tounge blade dan memeriksa keberadaan asimetri dengan membandingkan

garis gigitan tounge blade dengan garis interpupil (Gambar 17).1,7

Asimetri skeletal dari arah vertikal berhubungan dengan perkembangan

unilateral open bite yang dapat terjadi karena hyperplasia condylar ataupun

neoplasia.1

Gambar 17. Asimetri karena pergeseran vertikal7

2.6.2.3 Evaluasi oklusi dalam arah transversal dan antero-posterior

Evaluasi asimetri dalam arah transversal dan anteroposterior harus dilakukan

dengan hati – hati untuk menentukan asimetri tersebut merupakan asimetri skeletal,

dental atau fungsional. Beberapa kelainan yang dapat dijumpai melalui evaluasi

dalam arah ini adalah crossbite posterior yang bersifat unilateral, asimetri lengkung

Universitas Sumatera Utara

gigi yang disebabkan oleh faktor lokal misalnya premature loss gigi desidui atau

rotasi lengkung gigi dan tulang pendukungnya (Gambar 18).1

Lundstorm menyatakan bahwa penggunaan maxillary raphe sebagai garis

referensi untuk menentukan median plane masih kurang tepat untuk mengevaluasi

asimetri dalam arah anteroposterior atau lateral. Oleh karena itu masing – masing

lengkung gigi harus dievaluasi secara terpisah baik secara klinis ataupun dengan

menggunakan bantuan model gigi untuk menentukan kesimetrisan posisi molar dan

kaninus.1

Gambar 18. Asimetri yang disebabkan oleh pergeseran posterior unilateral mandibula sebelah kiri.7

2.6.2.4 Evaluasi skeletal dan jaringan lunak secara transversal

Deviasi pada dorsum dan puncak hidung juga philtrum dan ujung dagu juga

perlu dievaluasi. Asimetri mandibula dapat diobservasi secara klinis dari arah frontal

dengan memperhatikan relasi titik pada puncak dagu dengan struktur wajah yang

lain.1

Universitas Sumatera Utara

2.6.3 Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat

dalam mendiagnosis kasus ortodonti terkhusus asimetri. Pemeriksaan radiografi

merupakan pemeriksaan yang dapat dipakai untuk menilai apakah kasus tersebut

bersifat skeletal atau jaringan lunak. Secara umum, radiografi dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu radiografi intra oral dan radiografi ekstra oral. Untuk menilai kasus

asimetri ada beberapa jenis radiografi ekstraoral yang dapat digunakan yaitu

sefalometri lateral, radiografi panoramik, radiografi posteroanterior.1,3,7

2.6.3.1 Sefalometri Lateral

Radiografi sefalometri lateral merupakan radiografi yang paling banyak

dipakai oleh klinisi. Dalam menentukan keberadaan asimetri, jenis radiografi ini

memberikan informasi yang lebih sedikit dibanding jenis radiografi ekstraoral yang

lain. Hal ini disebabkan posisi dalam pengambilan foto yaitu dari arah lateral yang

menyebabkan struktur kanan dan kiri wajah berimpit satu sama lain sehingga sulit

untuk menentukan titik yang akan dijadikan referensi untuk menilai asimetri (Gambar

19).1

Gambar 19. Sefalogram lateral3

Universitas Sumatera Utara

2.6.3.2 Radiografi Panoramik

Jenis radiografi panoramik merupakan jenis radiografi yang paling disarankan

untuk menilai asimetri karena hasil foto radiografi ini dapat digunakan untuk melihat

struktur dental dan tulang pada maksila dan mandibula. Selain itu dapat juga

dievaluasi kondisi patologi yang mungkin terdapat di maksila, mandibula maupun

sendi temporomandibula (Gambar 20).1,7

Gambar 20. Radiografi panoramik3

2.6.3.3 Sefalometri Posteroanterior

Radiografi ini merupakan jenis radiografi yang cukup akurat untuk menilai

struktur wajah sebelah kiri dan kanan karena jarak pengambilan foto pada sisi kiri

sama dengan sisi kanan (Gambar 21).7 Pengambilan foto juga dapat dilakukan dengan

mulut terbuka sehingga dapat juga dinilai keberadaan asimetri fungsional.1,3,7

Universitas Sumatera Utara

2.7 Perawatan Asimetri

Perawatan terhadap kasus asimetri dapat dilakukan jika memenuhi indikasi

perawatan ortodonti. Indikasi perawatan ortodonti mencakup indikasi psikososial,

perkembangan, fungsional dan trauma. Indikasi psikososial adalah adanya

ketidaknyamanan pada seseorang terhadap tampilan gigi maupun wajahnya. Indikasi

perkembangan adalah adanya gangguan perkembangan pada seseorang, misalnya

pertumbuhan gigi permanen yang terlambat. Indikasi fungsional bila kondisi struktur

gigi dan wajah pada seseorang menghambatnya untuk bernafas, menelan,berbicara

dan kegiatan – kegiatan normal lainnya dan yang dimaksud dengan indikasi trauma

adalah bila struktur gigi pasien telah menyebabkan trauma pada rongga mulut.19

Proses pemeriksaan menyeluruh yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis

suatu kasus asimetri dapat menyimpulkan apakah kondisi tersebut memenuhi indikasi

dilakukannya suatu perawatan ortodonti atau tidak. Dalam menyusun rencana

perawatan, perlu diketahui apakah asimetri tersebut bersifat dental, skeletal, jaringan

Gambar 21. Sefalometri Postero-anterior pada pasien dengan ankilosis TMJ sebelah kanan3

Universitas Sumatera Utara

lunak ataupun fungsional sehingga perawatan yang diberikan sesuai dengan jenis

asimetri yang terjadi.7,19

2.7.1 Perawatan Asimetri Dental

Perawatan terhadap asimetri dental harus disesuaikan dengan penyebab

terjadinya asimetri tersebut. Asimetri dental yang disebabkan oleh gangguan pada

proses perkembangan gigi dapat dirawat dengan melakukan observasi ataupun

dengan selective extraction. Asimetri dental yang disebabkan oleh supernumerary

teeth dapat dirawat dengan pencabutan beberapa gigi yang harus dilakukan dengan

sangat hati – hati agar tidak merusak gigi yang lain.19

Asimetri dental yang disebabkan asimetri lengkung gigi dapat dirawat dengan

melakukan sekuens asymmetric extraction. Perawatan prostodonti dan perbaikan gigi

dengan komposit dapat digunakan sebagai pilihan perawatan untuk merawat asimetri

dental yang disebabkan oleh bentuk gigi yang tidak simetri.1,3

2.7.2 Perawatan Asimetri Skeletal

Perawatan asimetri skeletal pada kasus yang ringan dan pasien masih dalam

masa tumbuh kembang cukup dilakukan dengan menggunakan alat – alat ortodonti

misalnya dengan melakukan ekspansi rahang menggunakan slow expansion maupun

rapid maxillary expansion baik dengan piranti lepasan maupun cekat, tetapi untuk

kasus yang berat maka bedah orthognati pada rahang yang menyebabkan asimetri

merupakan pilihan perawatan.1,3,5

2.7.3 Perawatan Asimetri Jaringan Lunak

Perawatan asimetri jaringan lunak dapat dilakukan dengan pembedahan

augmentasi atau reduksi jaringan lunak yang menyebabkan terjadinya asimetri.

Augmentasi yang disebutkan mencakup pencangkokan tulang untuk mengembalikan

kontur wajah.1

Universitas Sumatera Utara

2.7.4 Perawatan Asimetri Fungsional

Salah satu pilihan perawatan untuk asimetri fungsional adalah dengan

melakukan koreksi oklusi dengan menggunakan piranti ortodonti sederhana. Bila

asimetri fungsional merupakan efek dari kebiasaan buruk seperti mengunyah pada

satu sisi, maka perawatan dengan menggunakan occlusal splints mungkin diperlukan

untuk mengurangi kebiasaan buruk tersebut. Pada asimetri fungsional yang

disebabkan oleh asimetri skeletal maka perawatan dengan rapid maxillary expansion,

bedah ortognati kombinasi piranti ortodonti merupakan pilihan perawatan.1

Universitas Sumatera Utara

2.8 Kerangka Teori

Divisi 2 Subdivisi Divisi 1

Asimetri

Skeletal

Fungsional

Dental Jaringan Lunak

Atrofi otot wajah

Asimetri lengkung gigi

Asimetri deviasi rahang

Asimetri pergerakan mandibula

Asimetri Wajah

Diagnosis

Perawatan

Mal-oklusi Klas I Angle

Mal-oklusi Klas II Angle

Mal-oklusi

Klas III Angle

Universitas Sumatera Utara

2.9 Kerangka Konsep

Asimetri

Lengkung gigi

Asimetri Wajah

Maloklusi

Klas II Angle

Universitas Sumatera Utara