bab ii kajian pustaka dan kerangka pikir · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut...

33
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian mengenai penggunaan bahasa di televisi dengan pendekatan pragmatik telah banyak dilakukan. Akan tetapi sejauh penelusuran penulis penelitian yang berfokus pada FTA dan strategi kesantunan masih belum banyak dilakukan. Penelitian ini mengambil data dari dialog motivasi pada tayangan Mario Teguh Super Show di MNCTV. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian mengenai tindakan pengancaman muka (FTA) dan strategi kesantunan adalah skripsi Damis Amaroh (2010), Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang berjudul Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik “Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos: (Sebuah Kajian Pragmatik). Penelitian ini menyimpulkan beberapa hal berikut. Pertama dalam surat aduan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh 8 jenis tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur, yaitu memerintah, meminta, memberi saran, memberi nasihat, bertanya, menuntut, menagih janji, dan marah. Terdapat 4 jenis tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur, yaitu menuduh, mengeluh, mengkritik, dan menghina. Pengadu menggunakan strategi on record, off record, kesopanan negatif, dan kesopanan positif. Simpulan kedua, dalam surat tanggapan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh 3 jenis tindakan yang mengancam muka negatif penutur, yaitu ucapan terima kasih, melakukan pembelaan, dan melakukan janji. Diperoleh 2 jenis tindakan yang mengancam muka positif

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Studi Terdahulu

Penelitian mengenai penggunaan bahasa di televisi dengan pendekatan

pragmatik telah banyak dilakukan. Akan tetapi sejauh penelusuran penulis

penelitian yang berfokus pada FTA dan strategi kesantunan masih belum banyak

dilakukan. Penelitian ini mengambil data dari dialog motivasi pada tayangan

Mario Teguh Super Show di MNCTV. Berikut ini adalah beberapa penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

Penelitian mengenai tindakan pengancaman muka (FTA) dan strategi

kesantunan adalah skripsi Damis Amaroh (2010), Sastra Indonesia Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang berjudul Tindakan Pengancaman Muka dan

Strategi Kesopanan dalam Rubrik “Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos:

(Sebuah Kajian Pragmatik). Penelitian ini menyimpulkan beberapa hal berikut.

Pertama dalam surat aduan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh 8 jenis tindakan

yang mengancam muka negatif lawan tutur, yaitu memerintah, meminta, memberi

saran, memberi nasihat, bertanya, menuntut, menagih janji, dan marah. Terdapat 4

jenis tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur, yaitu menuduh,

mengeluh, mengkritik, dan menghina. Pengadu menggunakan strategi on record,

off record, kesopanan negatif, dan kesopanan positif. Simpulan kedua, dalam surat

tanggapan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh 3 jenis tindakan yang mengancam

muka negatif penutur, yaitu ucapan terima kasih, melakukan pembelaan, dan

melakukan janji. Diperoleh 2 jenis tindakan yang mengancam muka positif

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

11

penutur, yaitu tindakan meminta maaf dan mengakui kesalahan. Teradu

menggunakan strategi on record, off record, kesopanan negatif, dan kesopanan

positif.

Penelitian lainnya adalah skripsi Mumtazus Sundus (2012), Program Studi

Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, yang

berjudul Sikap Menjaga Muka pada Laporan Pertandingan Kekalahan Chelsea

dalam “Bridge Kids”: Sebuah Analisis Pragmatik. Penelitian ini bertujuan

melihat hubungan antara fungsi dari sebuah wacana, dalam hal ini laporan

pertandingan kekalahan Chelsea untuk anak-anak dengan penggunaan strategi

Face Threatening Acts di dalam penulisannya. Simpulan dari penelitian tersebut

adalah 1) dengan menggunakan strategi Face Threatening Acts dalam laporan

pertandingan kekalahan Chelsea muncul kesan menjaga muka yang berhasil

diciptakan oleh Chelsea; 2) derajat keburukan Chelsea akibat kekalahan yang

mereka peroleh berhasil dikurangi sebagai dampak digunakannya strategi Face

Threatening Acts di dalam laporan pertandingan tersebut; 3) strategi Face

Threatening Acts memang harus digunakan mengingat anak-anak sebagai

addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang

memerlukan “pelayanan” khusus dalam penyampaian jenis berita semacam itu;

dan 4) terdapat ketaksaan pesan dalam laporan pertandingan kekalahan Chelsea

sebagai akibat digunakannnya strategi Face Threatening Acts. Terdapat maksud-

maksud terselubung yang bertujuan untuk melindungi muka Chelsea akibat

kekalahan yang didapat. Strategi bald on-record dan positive redressive

merupakan strategi yang dominan digunakan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

12

Sebelumnya sudah dilakukan beberapa penelitian dilakukan dengan

menggunakan tuturan Mario Teguh sebagai sumber datanya. Akan tetapi

penelitian-penelitian tersebut dibatasi pada jenis tindak tutur tertentu. Penelitian

tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini adalah artikel penelitian

Wulandari, Agustina, dan Ngusman, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Negeri Padang, yang berjudul Tindak Tutur Ekspresif

Mario Teguh dalam Acara “Golden Ways”. Artikel penelitian ini dimuat dalam

Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, jenis tindak

tutur ekspresif yang digunakan oleh Mario Teguh dalam program Golden Ways

adalah menunjukkan rasa terima kasih, ucapan selamat, memuji, mengkritik,

meminta maaf. Memuji adalah yang paling dominan tindak tutur ekspresif yang

digunakan oleh Mario Teguh. Kedua, strategi bertutur yang digunakan oleh Mario

Teguh dalam acara Golden Ways, yaitu strategi bertutur secara apa adanya tanpa

basa-basi, strategi bertutur dengan menggunakan basa-basi kesantunan positif,

strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif, dan strategi bertutur secara

off record atau samar-samar. Strategi yang paling dominan digunakan adalah

bertutur dengan strategi kesantunan positif. Simpulan yang ketiga berkaitan

dengan konteks sosial. Penggunaan strategi bertutur secara apa adanya tanpa basa-

basi cenderung digunakan pada situasi penonton yang lebih muda dengan subjek

sensitif, penggunaan strategi bertutur basa-basi kesantunan positif cenderung

digunakan pada situasi penonton yang lebih muda dengan subjek sensitif

penggunaan strategi bertutur basa-basi kesantunan negatif cenderung digunakan

pada situasi penonton yang lebih muda dengan subjek tidak sensitif, dan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

13

penggunaan strategi samar-samar cenderung digunakan pada situasi penonton

yang lebih muda dengan subjek tidak sensitif.

Ketiga penelitian di atas digunakan sebagai tinjauan studi terdahulu karena

membahas permasalahan yang relevan. Penelitian yang penulis lakukan ini

difokuskan pada tindakan yang mengancam muka mitra tutur dan strategi yang

kesantunan yang digunakan Mario Teguh dalam dialog motivasi MTSS.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wulandari terletak pada fokus

penelitian. Penelitian tersebut juga membahas strategi kesantunan pada tuturan

Mario Teguh namun dibatasi pada strategi kesantunan yang digunakan dalam

tindak tutur ekspresif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Amaroh dan

Sundus terletak pada sumber data. Kedua penelitian tersebut menggunakan data

tertulis sedangkan penelitian ini menggunakan data lisan dari tayangan televisi,

yaitu acara Mario Teguh Super Show di MNCTV. Selain itu Sundus melakukan

kajian FTA dan strategi kesantuanan tehadap berita yang ditulis dalam bahasa

Inggris.

B. Landasan Teori

1. Pragmatik

Menurut Levinson istilah pragmatik diperkenalkan oleh seorang filsuf

yang bernama Charles Morris. Morris mengolah kembali pemikiran pendahulunya

seperti Locke dan Peirce mengenai semiotika. Oleh Morris semiotika dibagi

menjadi tiga cabang, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis

mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda, semantik mempelajari

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

14

hubungan antara tanda dengan obyek, dan pragmatik mengkaji hubungan antara

tanda dengan penafsir. Tanda-tanda yang dimaksud di sini adalah tanda bahasa

(1983: 1).

Selain mengutip pendapat tersebut Levinson (1983: 9) juga

mendefinisikan bahwa “pragmatics is the study of those relations between

language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a

language” (pragmatik adalah studi mengenai hubungan bahasa dan konteks yang

tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahasa).

Leech membandingkan pragmatik dengan semantik. Lazimnya semantik

memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan dua segi

(dyadic) sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan

yang melibatkan tiga segi (triadic). Dengan demikian makna dalam pragmatik

didefinisikan dalam hubungannya dengan penutur. Leech memberikan batasan

yang baru bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya

dengan situasi-situasi ujar (dalam edisi terjemahan Oka, 1993: 9)

Mey (1993: 42) mendeskripsikan bahwa “pragmatics the study of the

conditions of human language use as these are determined by the context of

society” (pragmatik adalah studi mengenai kondisi penggunaan bahasa yang

ditentukan oleh konteks).

Thomas mendeskripsikan bahwa pragmatik adalah bidang yang mengkaji

makna dalam interaksi (meaning in interaction). Menurutnya “making meaning is

a dynamic process, involving the negotiation of meaning between speaker and

hearer, the context of utterance (physical, social and linguistic) and the meaning

potential of an utterance” (membuat makna adalah proses yang dinamis, yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

15

melibatkan negosiasi makna antara penutur dan pendengar, konteks ucapan (fisik,

sosial dan linguistik) dan potensi makna dari sebuah tuturan) ( 2013:22).

Yule mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang

disampaikan penutur (atau penulis) dan diinterpretasikan oleh pendengar

(pembaca). Yule memberikan ruang lingkup dalam pragmatik, yaitu sebagai

berikut.

a. Studi tentang maksud penutur.

b. Studi tentang makna kontekstual.

c. Studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada

yang dikatakan (dalam edisi terjemahan Indah Fajar Wahyuni dan Rombe

Mustajab, 2006:3-4).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek yang

membedakan pragmatik dari cabang ilmu bahasa yang lainnya adalah

dilibatkannya konteks tuturan. Jika linguistik struktural mempelajari makna

secara internal maka pragmatik mempelajari makna secara eksternal. Tuturan

dalam pragmatik tidak bisa dilepaskan dari konteks-konteks yang melingkupinya.

2. Konteks

Cummings mengungkapkan bahwa definisi pragmatik tidak akan lengkap

apabila konteksnya tidak disebutkan (2007:5). Sebagai studi tentang makna

kontekstual tuturan-tuturan dalam analisis pragmatik selalu terikat aspek-aspek

yang menyertai tuturan tersebut. Aspek-aspek tersebut disebut konteks. Oleh

karena itu, dalam pragmatik analisis bahasa tidak dapat dilepaskan dari analisis

konteks yang melingkupi bentuk bahasa tersebut. Hymes (dalam Pranowo, 2012:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

16

100-101) mengemukakan bahwa faktor yang harus diperhatikan dalam

berkomunikasi adalah: setting and scene (latar), (participants (peserta), ends

(tujuan komunikasi), act sequence (pesan yang ingin disampaikan), key (kunci,

cara penyampaian), instrumentalities (alat), norms (norma), dan genres (ragam,

register).

Menurut Leech konteks tuturan diartikan sebagai aspek-aspek yang

berhubungan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Dalam pragmatik

konteks pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami

bersama oleh penutur dan petutur (dalam edisi terjemahan Oka, 1993: 19).

Menurut Wijana konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext)

sedangkan konteks latar belakang sosial disebut konteks (1996, 11). Konteks ini

berperan membantu mitra tutur dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan

oleh penutur.

Leech memasukkan konteks tuturan sebagai salah satu aspek dalam

situasi tutur. Selain konteks, aspek-aspek dalam situasi tutur adalah sebagai

berikut.

a. Yang menyapa (penyapa) dan yang disapa (pesapa)

Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca

dalam wacana tulis. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan

lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin,

tingkat keakraban dan sebagainya.

b. Konteks sebuah tuturan

c. Tujuan sebuah tuturan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

17

Dalam konteks ini istilah goal „tujuan‟ atau function „fungsi‟ dianggap

lebih netral daripada intended meaning „makna yang dimaksud‟.

Alasannya karena tujuan tidak membebani pemakainya dengan suatu

kemauan atau motivasi yang sadar sehingga dapat digunakan secara umum

untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan. Tuturan yang

diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh tujuan tertentu. Dalam

hubungan ini bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan

untuk menyatakan tujuan yang sama. Juga sebaliknya berbagai tujuan

dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Di dalam pragmatik berbicara

mmerupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal oriented

activities).

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar

Apabila tata bahasa menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas

yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi

semantik, maka pragmatik berhubungan dengan verbal (verbal act) yang

terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani

bahasa dalam tingkatannya yang lebih konkret dibanding dengan tata

bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan

tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Selain sebagai tindak ujar dan tindak verbal dalam pragmatik kata

„tuturan‟ dapat digunakan sebagai produk suatu tindak verbal. Sebagai

contoh apakah rokmu tidak terlalu pendek? Dapat ditafsirkan sebagai

pertanyaan atau perintah. Dalam hubungan ini dapat ditegaskan ada

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

18

perbedaan mendasar antara kalimat (sentence) dengan tuturan (utterance)

(dalam edisi terjemahan Oka, 1993:19-21).

3. Kesantuan Berbahasa

Menurut Sulistyo kesantunan atau kesopanan adalah perlakuan suatu

konsep yang tegas yang berhubungan dengan tingkah laku sosial yang terdapat di

budaya atau suatu masyarakat. Khususnya dalam bahasa, sopan-santun atau

tatakrama berbahasa adalah menghargai dan menghormati pesapa (2013:26).

Untuk mencapai penggunaan bahasa yang santun masyarakat harus

memperhatikan etika berbahsa. Menurut Chaer etika berbahasa berkaitan erat

dengan norma-norma sosial dalam sistem budaya yang berlaku dalam suatu

kelompok masyarakat. Seseorang dikatakan pandai berbahasa jika di menguasai

tata cara atau etika berbahasa tersebut (2010: 6-7). Menurut Pranowo dengan

berbahasa secara santun, seseorang mampu menjaga harkat dan martabat dirinya

dan menghormati orang lain. Menjaga harkat dan martabat diri adalah substansi

dari kesantunan, sedangkan menghormati orang lain bersifat perlokatif (2012: 1).

Gunarwan (dalam Purwo (Ed.), 1994: 87) mengatakan bahwa konsep mengenai

kesantunan berbahasa telah dikemukan oleh para linguis, antara lain Lakoff

(1972), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978), dan Leech (1983).

a. Kesantunan Menurut Lakoff

Lakoff menyatakan ada tiga ketentuan untuk dapat dipenuhinya

kesantunan dalam kegiatan bertutur. Kaidah yang pertama adalah skala formalitas

(formality scale). Di dalam kegiatan bertutur, masing-masing peserta tutur harus

dapat menjaga keformalitasan dan menjaga jarak yang sewajarnya dan senatural-

naturalnya antara yang satu dengan yang lainnya. Kaidah yang kedua adalah skala

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

19

ketidaktegasan (hesitancy scale) atau seringkali disebut dengan skala pilihan

(optionality scale). Skala ini menunjukkan bahwa agar penutur dan mitra tutur

dapat saling merasa nyaman dalam bertutur maka pilihan-pilihan dalam bertutur

harus diberikan oleh kedua belah pihak. Kaidah yang ketiga adalah peringkat

persamaan atau kesekawanan (equality scale). Agar dapat bersifat santun orang

haruslah berisikap ramah dan selalu mempertahankan persahabatan antara pihak

yang satu dengan pihak yang lain (dalam Rahardi, 2005: 70).

b. Kesantunan Menurut Fraser

Fraser (dalam Gunarwan) membedakan kesantunan (politeness) dari

penghormatan (deference). Penghormatan adalah bagian dari aktivitas yang

berfungsi sebagai sarana simbolis untuk menyatakan penghargaan secara regular.

Sementara itu kesantunan adalah properti yang diasosiasikan dengan ujaran,

dalam hal ini menurut pendapat si pendengar, bahwa si penutur tidak melampaui

hak-haknya atau tidak mengingkari dalam memenuhi kewajibannya. Ada

beberapa hal yang perlu diulas dalam pengertian ini. Pertama, kesantunan itu

adalah properti atau bagian dari ujaran, jadi bukan ujaran itu sendiri. Kedua,

pendapat pendengarlah yang menentukan apakah kesantunan itu ada pada suatu

ujaran. Ketiga, kesantunan itu dikaitkan dengan hak dan kewajiban penyerta

interaksi. Artinya, kesantunan sebuah ujaran dilihat berdasarkan (a) apakah si

penutur melampaui haknya kepada lawan bicaranya dan (b) apakah si penutur

memenuhi kewajibannya kepada lawan bicaranya. Yang dimaksud dengan hak

dan kewajiban penutur-mitra tutur itu adalah menyangkut apa yang boleh

diujarkan serta cara mengujarkannya (dalam Purwo (Ed.), 1994: 88-89)).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

20

c. Kesantunan Munurut Brown dan Levinson

Brown dan Levinson mengatakan teori kesantunan berbahasa itu berkisar

atas nosi muka (face), yang dibagi menjadi dua, yaitu muka positif dan negatif.

Muka positif mengacu pada citra diri setiap orang yang rasional, yang

berkeinginan agar yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang

merupakan nilai-nilai yang ia yakini, diakui orang lain sebagai suatu hal yang

baik, menyenangkan, dan patut dihargai. Selanjutnya yang dimaksud muka negatif

itu mengacu pada citra diri setiap orang yang rasional berkeinginan agar ia

dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakan atau

membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu (1987: 61-62). Konsep

muka ini dimiliki oleh setiap warga masyarakat. Oleh karena itu, dalam

berinteraksi masing-masing peserta tutur harus saling menjaga muka. Sebuah

tuturan dapat merupakan ancaman terhadap muka. Untuk mengurangi

keterancaman tersebut dalam berinteraksi perlu memperhatikan strategi

bertuturnya.

d. Kesantunan Menurut Leech

Menurut Leech terdapat lima skala untuk menentukan santun atau tidaknya

sebuah tuturan. Skala-skala tersebut adalah kerugian atau keuntungan (cost-benefit

scale), skala kemanasukaan (optionally scale), skala ketidaklangsungan

(indirectness scale), skala keotoritasan (authority scale), dan skala jarak sosial

(social distance scale) (dalam edisi terjemahan Oka, 1993: 194-200).

Leech mengemukakan bahwa prinsip kesantunan memiliki beberapa

maksim, yaitu maksim kearifan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity

maxim), maksim pujian (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

21

maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim simpati (sympathy

maxim) (dalam edisi terjemahan Oka, 1993: 206-207). Setiap maksim dalam

prinsip kesantunan itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat

kesantunan sebuah tuturan. Thomas (1995: 167-168) mengemukkan bahwa ada

beberapa masalah dalam pendekatan Leech, yaitu itu (a) tidak ada pembatasan

maksim (b) memungkinkan menghasilkan maksim baru untuk menjelaskan setiap

keteraturan yang dirasakan kecil dalam penggunaan bahasa.

Teori kesantunan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Brown

dan Levinson. Teori kesantunan yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson

mengedepankan cara-cara yang ditempuh penutur untuk memperoleh tuturan

dengan ancaman muka yang seminimal mungkin. Teori ini dianggap sesuai karena

tuturan Mario Teguh yang digunakan dalam memotivasi akan memberikan

pengaruh terhadap muka mitra tutur. Untuk menjaga keharmonisan dan

menghindari kemungkinan pengancaman muka maka penggunaan strategi

kesantunan sangat dipertimbangkan.

4. Teori Kesantunan Brown dan Levinson

a. Muka dan Keinginan Muka

Menurut Penelope Brown dan Stephen C. Levinson kesantunan itu

berkisar atas nosi “muka”. Titik pusat teori ini adalah teori face yang

dikemukakan oleh Goffman. “Face, the public self image that every member

wants to claim for himself” (muka, gambar diri masyarakat yang setiap anggota

ingin mengklaim untuk dirinya sendiri) (1987: 61). Istilah “muka” dapat diartikan

sebagai reputasi, harga diri atau nama baik seseorang. Setiap warga masyarakat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

22

memiliki muka, mereka juga harus menyadari bahwa muka tersebut dimiliki oleh

warga lainnya. Dalam berinteraksi setiap warga masyarakat senantiasa bekerja

sama untuk menghormati muka masing-masing.

Brown dan Levinson membedakan muka menjadi dua, yaitu “(1) negative

face: the want of every „competent adult member‟ that his actions be unimpeded

by others, (2) positive face: the want of every member that his want be desirable

to at least some others” ((1) muka negatif adalah keinginan setiap anggota

masyarakat supaya tindakannya tidak dihalangi orang lain, (2) muka positif adalah

keinginan setiap anggota masyarakat agar keinginannya dihargai orang lain)

(1987: 62).

Muka negatif adalah citra diri setiap orang yang berkeinginan agar

dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakan atau

membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Muka positif

mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar yang dilakukannya,

yang dimilikinya atau yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini, diakui orang lain

sebagai suatu hal yang baik, menyenangkan, dan patut dihargai.

b. Face Threatening Act (FTA)

Menurut Brown dan Levinson “thus face is something that is emotionally

invested and that can be lost maintained or enchanced and must be constantly

attended to in interaction” (muka adalah sesuatu yang diinvestasikan secara

emosional dan dapat hilang oleh karena itu harus dipertahankan atau ditingkatkan

terus-menerus dalam interaksi) (1987: 61). Dalam interaksi sehari-hari muka

adalah sesuatu yang rawan terhadap ancaman dan harus dipertahankan, baik itu

muka mitra tutur maupun muka penutur. Beberapa tuturan berpotensi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

23

mengandung tindakan yang dapat mengancam, merusak, atau mengurangi rasa

hormat terhadap muka peserta tutur, baik itu muka mitra tutur maupun muka

penutur sendiri. Hal-hal yang menyebabkan keterancaman muka disebut sebagai

Face Threatening Act (FTA).

Kriteria pertama yang dikemukakan Brown dan Levinson adalah mengenai

bentuk-bentuk FTA terhadap muka mitra tutur. Menurut Brown dan Levinson

(1987:65-66) tindakan yang merupakan acaman bagi muka negatif mitra tutur

adalah sebagai berikut.

1) Tindakan yang mengakibatkan mitra tutur memberikan persetujuan atau

penolakan seperti orders and requests, suggestions, advice, remindings,

threats, warnings, and dares (meminta dan memberi saran, menasihati,

mengingatkan, mengancam, memperingatkan, serta menantang).

2) Upaya melakukan sesuatu terhadap mitra tutur dan memaksa mitra tutur

menerima atau menolak, seperti offers and promises (menawarkan dan

berjanji).

3) Tindakan mengungkapkan keinginan penutur untuk melakukan sesuatu

terhadap mitra tutur atau terhadap yang dimiliki mitra tutur, seperti

compliments, expressions of envy or admirations, expressions of strong

(negative) emotions toward addressee e.g hatred, anger, and lust (pujian

atau memberikan ucapan selamat, ekspresi cemburu, kekaguman,

kebencian, kemarahan, dan keinginan yang kuat).

Sementara itu tindakan yang dapat mengancam muka positif mitra tutur

menurut Brown dan Levinson (1987: 66-67) adalah sebagai berikut.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

24

1) Memperlihatkan penilaian negatif terhadap mitra tutur, seperti

disapproval, criticism, contempt or ridicule, complains and reprimands,

accusations, insults, contradictions or disagreement, challenges emotions

(celaan, mengkritik, merendahkan, keluhan dan teguran, penghinaan,

pertentangan atau ketidaksetujuan, tantangan emosi).

2) Menunjukkan sikap tidak peduli terhadap mitra tutur, seperti, expressions

of violent emotions, irreverence, taboo topics, bringing bad news about H

or good news about S, raising of dangerously emotional or divisive topics,

blatant non-cooperation in an activity, use of address terms and other

status-markerd identifications in initial encounters (ekspresi emosi

kekerasan, ketidaksopanan, topik tabu, membawa kabar buruk tentang

mitra tutur atau berita baik tentang penutur, menaikkan topik berbahaya

secara emosional atau memecah belah, terang-terangan tidak bekerja sama

dalam suatu kegiatan, penggunaan istilah dan identifikasi lainnya dalam

pembicaraan.

Kriteria yang kedua adalah FTA terhadap muka penutur. Menurut Brown

dan Levinson (1987: 67-77) tindakan yang mengacam muka penutur adalah

sebagai berikut.

1) Tindakan yang mengancam muka negatif penutur adalah expressing

thanks, acceptance of H‟s thanks or H‟ apology, excuse, acceptance of

offers, responses to H‟s faux pas, unwilling promises and offers (ekspresi

terima kasih, menerima ucapan terima kasih atau permintaan maaf,

pembelaan, menerima tawaran, merespon kesalahan bicara mitra tutur,

keseganan dalam berjanji dan menawarkan).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

25

2) Tindakan yang mengancam muka positif penutur adalah apologies,

acceptance of a compliment, breakdown of physical control over body,

self-humilliation, confenssions, admissions of guilt, emotion leakage

(meminta maaf, menerima ucapan selamat, melakukan tindakan yang

memalukan, merendahkan diri, mengakui kesalaan, emosi yang tak

terkendali).

Dalam penelitian ini analisis bentuk-bentuk FTA dibatasi pada tindakan-

tindakan yang merupakan FTA terhadap muka mitra tutur yang terdapat pada

tuturan Mario Teguh pada dialog motivasi MTSS, baik itu positif maupun negatif.

c. Skala Kesantunan Brown dan Levinson

Skala kesantunan adalah skala penentu tingginya peringkat kesantunan

berbahasa yang muncul dalam suatu peristiwa tutur. Menurut Brown dan

Levinson (1987: 74) skala-skala tersebut adalah sebagai berikut.

1) Social distance (skala peringkat jarak sosial) antara penutur dan mitra

tutur, skala ini banyak ditentukan oleh parameter perbedaan umur,

jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural. Semakin tua umur

seseorang maka tingkat kesantunan yang digunakan akan semakin

santun. Pada umumnya wanita memiliki tingkat kesantunan yang lebih

tinggi dari pada laki-laki. Berkenaan dengan latar belakang sosial

kultural, orang yang memilik jabatan tertentu dalam kelompok sosial

cenderung memiliki peringkat kesantunan yang lebih tinggi.

2) The speaker and hearer relative power (skala peringkat status sosial

antara penutur dan mitra tutur) atau sering kali disebut juga dengan

peringkat kekuatan atau kekuasaan (power rating). Skala ini

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

26

didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur dan mitra tutur.

Sebagai contoh, di dalam kelas seorang dosen memiliki peringkat

kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang mahasiswa.

3) The absolute rangking of imposition in the particular culture (skala

pembebanan) merupakan skala yang didasarkan atas kedudukan relatif

jenis tindak tutur dalam situasi yang dianggap tidak terlalu mengancam

muka.

d. Strategi Kesantunan

Penutur selalu menghadapi pilihan sebelum membuat tuturan karena setiap

tuturan memiliki potensi mengancam muka mitra tutur, baik itu muka positif

maupun muka negatif. Untuk mengurangi risiko mengancam muka tersebut maka

dalam bertutur hendaknya penutur mempertimbangkan cara bertuturnya. Brown

dan Levinson (1987: 69) membagi strategi kesantunan menjadi lima strategi, yaitu

bald on record (strategi langsung tanpa basa-basi), positive politeness strategy

(strategi kesantuan positif), negative politeness strategy (strategi kesantunan

negatif), off the record (strategi tidak langsung), dan don‟t do the FTA (strategi

tidak melakukan tindakan mengancam muka). Menurut Nadar (2009: 31) kata

“strategi” dalam strategi kesopanan berbahasa tidak selalu mengandung arti usaha

sadar untuk berperilaku sopan melainkan merujuk pada ungkapan-ungkapan

berbahasa yang rutin dan mengacu pada upaya untuk berbicara secara sopan.

Berikut adalah bagan yang menunjukkan strategi kesantunan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

27

Bagan 1

Strategi Kesantunan Brown dan Levinson

(Brown dan Levinson, 1987: 69)

1) Strategi Bald On Record (Langsung Tanpa Basa-Basi)

Apabila penutur membuat tuturan secara on record maka penutur masih

harus menentukan apakah tuturan tersebut akan dituturkan secara lugas tanpa

usaha penyelamatan muka (without redressive action, baldly) atau dengan

mempertimbangkan tindakan penyelamatan muka (with redressive action).

Menurut Brown dan Levinson jika penutur membuat tuturan secara lugas

tanpa melakukan usaha menyelamatkan muka mitra tuturnya maka penutur

membuat tuturannya dengan cara yang paling langsung, jelas, tegas, dan ringkas.

Strategi seperti ini akan mengakibatkan mitra tutur merasa terkejut, malu dan

tidak nyaman. Hal seperti ini biasanya dilakukan ketika penutur tidak

Do the FTA

5. don‟t do

the FTA

4. off

record

on record

1. without

redressive

action,

balddly

2. positive

politeness

3. negative

politeness

with redressive

action

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

28

mempedulikan adanya sanksi balas dendam dari mitra tutur. Biasanya strategi ini

digunakan dalam situasi ketika (a) penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari

adanya hal-hal yang bersifat mendesak sehingga hal-hal yang terkait dengan muka

dikesampingkan terlebih dahulu, (b) bilamana ancaman terhadap muka mitra tutur

sangatlah kecil, misal seperti tindakan yang terkait dengan penawaran,

permintaan, saran dan lain-lain yang jelas mengacu pada kepentingan mitra tutur

dan tidak membutuhkan pengorbanan yang besar pada pihak penutur, dan (c)

penutur memiliki kekuasaan „power‟ yang jauh lebih tinggi dibandingkan mitra

tutur, atau penutur mendapatkan dukungan besar untuk melakukan tindakan yang

dapat mengancam muka mitra tutur tanpa harus kehilangan mukanya sendiri

(1987:69).

Menurut Brown dan dan Levinson (1987: 71) dengan melakukan tuturan

secara on record penutur memperoleh berbagai keuntungan, yaitu sebagai berikut.

a) He can enlist public pressure against the addressee or in support of

himself (memperoleh bantuan berupa tekanan terhadap mitra tutur).

b) He can get credit for honesty, for indicating that he trusts the

addressee (memperoleh kepercayaan tentang kejujurannya dengan

menunjukkan bahwa dia mempercayai mitra tuturnya).

c) He can get credit for outspokenness, avoiding the danger of being seen

to be a manipulator (memperoleh kepercayaan karena keterbukaannya,

menghindari bahaya dianggap sebagai manipulator).

d) He can avoid the danger of being misunderstood (menghindari

kemungkinan kesalahpahaman).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

29

e) He can have the opportunity to pay back in face whatever he

potentially takes away by the FTA (dapat memperbaiki kembali yang

telah dilanggar oleh tindakan yang mengancam muka).

Menurut Brown dan Levinson pilihan kedua apabila penutur membuat

tuturannya secara on record adalah dengan mempertimbangkan tindakan

penyelamatan muka. Tindakan penyelamatan muka adalah tindakan yang

“memberikan muka” kepada mitra tutur. Melalui tindakan ini penutur berusaha

menangkal rasa kurang senang mitra tutur sebagai akibat dari tindakan yang

kurang menyenangkan. Tindakan penyelamatan muka bisa dilakukan dengan cara

melakukan penambahan dan perubahan yang sedemikian rupa pada tuturan. Hal

ini dilakukan untuk menunjukkan kepada mitra tutur bahwa sebenarnya penutur

sama sekali tidak memiliki keingininan untuk melakukan tindakan yang kurang

menyenangkan tersebut. Penutur sesungguhnya memahami keinginan mitra tutur

dan menginginkan agar keinginan tersebut bisa dicapai. Tindakan penyelamatan

muka ini terdiri dari dua bentuk tergantung pada aspek muka yang ingin

ditekankan, yaitu muka negatif atau muka positif (1987: 69-70).

2) Strategi Kesantunan Positif

Brown dan Levinson memberikan penjelasan tentang strategi kesantunan

positif sebagai berikut.

Positive politeness is oriented toward the positive face of H, the

positive self-image that he claims for himself. Positive politeness is

approach-based: it “anoints” the face of the addressee by indicating

that in some respects, S wants H‟s wants (e.g. by treating him as a

member of an in group, friend, a person whose wants and

personality traits are known and liked). (Kesantunan positif adalah

kesantunan yang tujukan kepada muka positif mitra tutur, yakni citra

positif yang dianggap dimiliki oleh mitra tutur. Kesantunan positif

dilakukan dengan upaya menorehkan pada mitra tutur bahwa pada

hal-hal tertentu penutur memiliki keinginan yang sama dengan mitra

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

30

tuturnya. Salah satunya dengan memperlakukan mitra tutur sebagai

anggota kelompok, sahabat, atau sebagai seseorang yang

keinginannya maupun seleranya dikenal dan disukai) (1987:70).

Dengan menggunakan kesantunan positif penutur dapat menunjukkan

kedekatan dan hubungan yang baik dengan mitra tuturnya. Brown dan Levinson

mengemukakan tiga mekanisme kesantunan positif, yaitu: (a) claim common

ground (mengklaim kesamaan); (b) convey that S and H are cooperators

(menyatakan bahwa penutur dan mitra tutur bekerja sama); dan (d) fulfill H‟s want

for some x (memenuhi keinginan mitra tutur). Ketiga mekanisme tersebut

dijabarkan dalam lima belas strategi berikut.

a) Strategi 1: Notice; attend to H (his interest, wants, needs, goods)

(memperhatikan minat, keinginan kebutuhan, barang-barang atau

segala sesuatu yang menjadi milik mitra tutur)

Contoh : “Ya ampun, kamu potong rambut! (…) Ngomong-

ngomong, saya datang untuk meminjam tepung.”

b) Strategi 2: Exaggerate (interest, approval, sympathy with H) (melebih-

lebihkan rasa ketertarikan, persetujuan, simpati terhadap mitra tutur)

Contoh : “Masakkanmu benar-benar enak. Hebat sekali kamu.”

c) Strategi 3: Intensify interest to H (mengintensifkan perhatian kepada

mitra tutur)

Misalnya pada suatu interaksi penutur suka menyelipkan sisipan

ungkapan dan juga pertayaan yang tujuannya hanya untuk membuat

mitra tutur tebih terlibat pada interaksi tersebut.

Contoh : “Aku baru saja menuruni tangga, dan kamu tahu apa yang

aku lihat?”

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

31

d) Strategi 4: Use in-group identity markers (menggunakan bentuk-

bentuk identitas kelompok)

Contoh : “Kemarilah, Nak!”

e) Strategi 5: Seek agreement:safe topics, repetition (mencari persetujuan

dengan topik yang umum atau mengulang sebagian/ seluruh ujaran)

Cara untuk menerapkan strategi ini adalah mengulang sebagian tuturan

mitra tutur untuk menunjukkan bahwa penutur menyetujui dan

mengikuti informasi yang dituturkan oleh mitra tutur.

Contoh : A: “Banku kempes saat perjalanan pulang”

B: “Ya Tuhan, bannya kempes!”

f) Strategi 6: Avoid agreement: Token agreement, pseudo- agreement,

white lies, hedging opinions (menghindari ketidaksetujuan dengan

mitra tutur: berpura-pura setuju, persetujuan yang semu,berbohong

untuk kebaikan, kata berpagar )

Contoh: A: “Jadi apakah ini akan selamanya?”

B: “Ya, selamanya. Selamanya sampai saya menikah lagi.”

g) Strategi 7: Presuppose/ raise/ assert commond ground (menunjukkan

hal- hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa basi dan

presuposisi)

Contoh : A: “Luka ini sakit sekali, Bu”

B: “Ya sayang, memang sakit sekali, saya tahu”

h) Strategi 8: Joke (membuat lelucon)

Contoh : “Motormu butut itu sebaiknya untukku saja (sepeda motor

baru)”

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

32

i) Strategi 9: Assert or presuppose S‟s knowledge of and concern for H‟s

wants (membuat persepsi bahwa penutur memahami keinginan mitra

tuturnya)

Contoh : “Saya tahu bahwa kamu suka mawar tetapi persediaan mawar

sudah habis di toko bunga, jadi saya membawakanmu geranium

sebagai gantinya.”

j) Strategi 10: Offer, promise (membuat janji)

Contoh : “Saya akan datang lagi minggu depan.”

k) Strategi 11: Be optimistic (menunjukkan rasa optimis)

Contoh : “Anda pasti dapat meminjamkan mesin pemotong rumput ini

akhir pekan.”

l) Strategi 12: Include both S and H in the activity (berusaha melibatkan

penutur dan mitra tutur dalam kegiatan)

Contoh : “Aku lapar, ayo kita makan siang!”

m) Strategi 13: Give (or ask for) reason (memberikan pertanyaan atau

meminta alasan)

Contoh : ”Bagaimana kalau Anda meminjamkan saya penginapan

akhir pekan ini?”

n) Strategi 14: Assume or assert reciprocity (menawarkan tindakan timbal

balik)

Contoh : “Aku akan membantumu mengerjakan tugas ini jika kamu

mau membuatkanku segelas susu.”

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

33

o) Strategi 15: Give gifts to H (goods, sympathy, understanding,

cooperation) (memberikan hadiah, barang, simpati, perhatian,

kerjasama kepada lawan tutur).

Contoh : “Kalau ada yang bisa saya bantu katakanlah!” (1987: 103-

129).

3) Strategi Kesantunan Negatif

Brown dan Levinson memberikan pejelasan tentang strategi

kesantunan negatif sebagai berikut.

Negative politeness, on the other hand, is oriented mainly toward

partially satisfying (redressing) H‟s negative face, his basic want to

maintain claims of territory and self determination. Negative

politeness, thus, is essentially avoidance based, and realizations of

negative-politeness strategies consist in assurances that the speaker

recognizes and respect the addressee‟s negative-face wants and will

not (or will only minimally) interfere with the addresee‟s freedom of

action. (Kesantunan negatif ditujukan untuk menyelamatkan muka

negatif mitra tutur, yakni keinginan dasar mitra tutur untuk

mempertahankan apa yang dia anggap sebagai wilayah dan

keyakinan dirinya. Strategi kesantunan negatif mengandung jaminan

bahwa penutur menghormati muka negatif mitra tutur dan tidak akan

mencampuri ataupun melanggar kebebasan mitra tutur untuk

bertindak) ( 1987:70).

Brown dan Levinson mengatakan bahwa kesantunan positif

meminimalkan jarak, sementara kesantunan negatif justru menciptakan jarak

sosial. Strategi kesantunan negatif dirumuskan ke dalam lima mekanisme, yaitu

(a) be direct (langsung berbicara pada inti persoalan); (b) don‟t presume/ assume

(tidak mengira- ngira); (c) don‟t coerce (jangan memaksa); (d) communicate S‟s

want to not impinge on H (komunikasikan keinginan untuk tidak menekan mitra

tutur); dan (e) redress other wants of H‟s (penuhi keinginan lain mitra tutur).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

34

Selanjutnya 5 mekanisme tersebut dibagi menjadi 10 strategi kesantunan negatif

berikut.

a) Strategi 1: Be conventionally indirect (ungkapan tidak langsung sesuai

konvensi yang berlaku di masyarakat)

Strategi ini merupakan jalan keluar bagi dua keadaan yang saling

bertentangan satu sama lain, yakni keinginan untuk tidak menekan

penutur di satu sisi dan keinginan untuk menyatakan pesan secara

langsung tanpa bertele-tele serta jelas maknanya di sisi lain. Oleh

karena itu, strategi ini menempuh cara penyampaian pesan secara tidak

langsung namun makna pesan harus jelas dan tidak ambigu

berdasarkan konteksnya.

Contoh : “Dapatkah kamu menolong saya mengambilkan garam?”

b) Strategi 2: Question, hedge (pertanyaan, pagar)

Dalam strategi kesantunan ini penutur dilarang mengedepankan

praanggapan dan jangan berasumsi bahwa segala hal yang terlibat

dengan ancaman muka dipercaya oleh pendengar. Hedge „pagar‟

adalah partikel, kata, atau frasa yang dapat mengubah derajat predikat

atau frasa benda dalam satu rangkaian menjadi benar hanya dalam hal-

hal tertentu. Dengan kata lain “pagar” membatasi power sebuah

tuturan.

Contoh :

“Menurut saya tindakanmu itu salah.”

“Saya mau minta tolong padamu, bisa kan, kamu bisa menolong saya

kan?”

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

35

c) Strategi 3: Be pessimistic (bersikap pesimis dan melakukannya secara

hati-hati)

Contoh : “Sebenarnya saya mau minta tolong tetapi saya takut

mengganggu Anda.”

d) Strategi 4: Minimize the imposition, Rx (mengurangi daya ancaman)

Contoh : “Bolehkah kalau saya mencicipi kue itu sedikit saja?”

e) Strategi 5: Give deference (memberikan penghormatan)

Contoh : “Permisi, Pak, apakah Bapak keberatan jika saya menutup

jendela itu?”

f) Strategi 6: Apologize (permintaan maaf)

Contoh : “Permisi Bu, maaf mengganggu kenyamanan Anda, tetapi

restoran ini akan segera tutup beberapa menit lagi.”

g) Strategi 7:Impresionalize S and H (tidak menyebutkan penutur dan

mitra tutur)

Contoh : “Tolong keluarkan barang itu!”

h) Strategi 8: State the FTA as a generale rule (menyatakan bahwa FTA

tersebut adalah ketentuan yang berlaku secara umum)

Pilihan pertama dalam strategi ini adalah dengan menyatakan bahwa

FTA yang dilakukan adalah ketentuan sosial. Contoh: “Penonton

dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam bioskop.”

Pilihan yang kedua adalah dengan menggunakan kata kelompok,

bukan mengacu satu individu. Contoh: “Pemerintah Amerika Serikat

mengungkapkan penyesalan atas terjadinya insiden ini.”

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

36

Pilihan yang ketiga adalah menyatakan bahwa FTA tersebut adalah

aturan yang berlaku bagi siapa saja, termasuk penutur dan mitra tutur.

Contoh : “Jony, kita tidak duduk di meja ya, kita duduknya di kursi!”

i) Strategi 9: Nominalize (menominalkan pernyataan)

Contoh : “Prestasimu dalam ujian sangat mengesankan kami.”

j) Strategi 10: Go on record as incurring debt, or as not indebting H

(menyatakan secara jelas bahwa penutur sudah memberikan kebaikan

atau belum terhadap mitra tutur.

Contoh : “Saya tidak akan pernah bisa membayar kebaikan Anda

seandainya Anda…..” (1987: 129-210).

4) Strategi Off Record

Brown dan Levinson memberikan pejelasan tentang strategi off

record sebagai berikut.

A communication act is done off record if is done in such a way it is

not possible to attribute only one clear communicative intention to

the act. In other words, the actor leaves himself an "out" by

providing himself with number of defensible interpretations, he

cannot be held to have commited himself to just one particular

interpretation of his act. Thus if a speaker wants to do an FTA, but

want to avoid the responsibility for doing it, he can do it off record

and leave it up to the addresse to decide how to interpret it. (Tuturan

dibuat secara off record jika suatu tuturan secara sedemikian rupa

tidak mungkin ditujukan hanya untuk satu tujuan komunikatif yang

jelas. Dengan kata lain, penutur membiarkan dirinya "keluar" dengan

menyediakan dirinya untuk kemungkinan timbulnya sejumlah

interpretasi. Di sini penutur tidak bertanggung jawab atas interpretasi

tersebut melainkan mitra tutur. Oleh karena itu jika penutur ingin

melakukan FTA, tetapi ingin menghindari tanggung jawab untuk

melakukannya, dia bisa melakukannya secara off the record dan

menyerahkannya kepada mitra tutur untuk menginterpretasikannya)

(1987: 211).

Brown dan Levinson (1987: 213-227) memberikan lima belas strategi

kesantunan off record, yaitu sebagai berikut.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

37

a) Strategi 1: Give hints (memberikan isyarat)

Contoh : “Aduh di sini gerah sekali” (minta dibukakan jendela).

b) Strategi 2: Give association clues (memberi petunjuk asosiasi)

Contoh : “Rumahku tidak jauh dari sini lho, dekat kok, gang depan

pasar masuk, yang catnya hijau” (minta rumahnya dikunjungi).

c) Strategi 3: Presuppose (menggunakan presuposisi)

Contoh: “Jadi akau lagi nih yang mencuci mobil?”

d) Strategi 4: Understate ( menggunakan ungkapan yang lebih halus)

Contoh : “Sepertinya rumah ini perlu sedikit sentuhan seni” (rumah ini

berantakan).

e) Strategi 5: Overstate (menggunakan ungkapan yang berlebihan)

Contoh : “Aku sudah telepon kamu ratusan kali, tapi kamu tidak

pernah menjawab.”

f) Strategi 6: Use tautologies (menggunakan tautologi)

Conntoh: “Katanya mau mengajakku ke pantai, wah janji tinggal janji

ya.”

g) Strategi 7: Use contradictions ( menggunakan kontradiksi)

Contoh: “Jony, kamu itu di sini tapi sebenarnya kamu nggak di sini”

(jiwanya).

h) Strategi 8: Be ironic (menggunakan ironi)

Contoh : “Jony itu memang pandai, pandai sekali.” (Jony tidak pernah

mendapatkan nilai bagus).

i) Strategi 9: Use metaphors (menggunakan metafora)

Contoh : “Wah Heri itu benar-banar ikan ya” (pandai berenang).

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

38

j) Strategi 10: Use rhetorical questions (menggunakan pertanyaan

retoris)

Contoh : “Sudah berapa kali aku berkata kepada tentang hal itu?”

(sudah sangat sering).

k) Strategi 11: Be ambigious (menggunakan pernyataan yang ambigu)

Contoh : “Eh bulan ini ada yang ulang tahun kan?”(tidak jelas

maksudnya, tergantung konteks)

l) Strategi 12: Be vague (menggunakan ungkapan yang samar-samar)

Contoh : “Aku akan pergi, kamu tahu akan ke mana?”

m) Strategi 13: Over-generalize (menggunakan generalisasi yang

berlebihan)

Contoh : “Satu sen yang ditabung adalah satu sen yang diterima.”

n) Strategi 14: Displace H (tidak mengacu pada mitra tutur secara

langsung)

Contoh : “Yang seragamnya tidak lengkap harap maju ke depan!”

o) Strategi 15: Be incomplete, use ellipsis (menggunakan ungkapan yang

tidak lengkap, epilipsis)

Contoh : “Dingin sekali….” (dingin sekali ruangan ini, tolong kipas

anginnya dimatikan saja).

5) Don‟t do the FTA (Strategi Tidak Melakukan Tindakan Mengancam

Muka)

Menurut Brown dan Levinson dengan “don‟t do the FTA” secara

sederhana penutur menghindari tindakan yang menyinggung mitra tutur dengan

FTA tertentu. Tentu saja S juga gagal untuk mencapai komunikasi yang

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

39

diinginkan (1987:72). Melalui strategi ini penutur memilih diam dan menahan

tuturannya. Hal ini menjadi pilihan ketika penutur tidak menemukan jalan keluar

untuk memperhalus tuturan yang mengandung FTA. Dengan bersikap demikian

penututur justru menunjukkan kesantunan daripada harus memaksakan diri untuk

bertutur.

5. Motivasi dan Memotivasi

Menurut Gray motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat

internal atau eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya

antusiasme dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan (dalam Winardi (Ed.), 2004:

2). Keberadaan motivasi ini sangatlah penting karena berhubungan dengan

kemauan untuk bertindak. Seseorang yang termotivasi akan melaksanakan upaya-

upaya secara maksimal untuk mecapai tujuannya. Sementara seseorang yang tidak

termotivasi hanya akan memberikan upaya yang minimum.

Memotivasi adalah memberikan motivasi; menciptakan suasana yang

subur untuk lahirnya motif (Tim Redaksi KBBI, 2008: 930). Setiap orang

memiliki kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan kemampuan

memotivasi orang lain. Menurut Mesdag (dalam Denny edisi terjemaham

Sumaktoyo, 1994: xi) tugas dalam memotivasi orang lain mencakup kemampuan

untuk berkomunikasi, memberi teladan, menghadapi tantangan, memberikan

dukungan, mengumpulkan umpan balik, melibatkan orang, melaksanakan

pendelegasian, melaksanakan pengembangan, memberi informasi, memberi

petunjuk,serta menjamin berlakunya penghargaan yang layak.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

40

Menurut Denny (dalam edisi terjemahan Sumaktoyo, 1994: 71-75)

langkah-langkah dalam memotivasi orang lain adalah sebgai berikut.

a. Menjadi pendengar yang baik, yaitu, terbuka, tidak mencaci maki yang

dimotivasi, selalu memberi kesempatan berbicara secara wajar, dan siap

mendengarkan permasalahan.

b. Menjadi pendengar yang pantas dipercaya.

c. Menunjukkan pengakuan bahwa orang yang bersangkutan telah

melakukan dengan benar. Dalam upaya ini teguran dan kritik disampaikan

dalam bentuk penjelasan.

d. Menunjukkan kepercayaan terhadap invidu yang bersangkutan.

e. Memberikan pesan positif dengan kata-kata yang menggugah semangat.

f. Menciptakan tantangan bukan untuk menyakiti hati.

g. Berhati-hati dengan tantangan negatif.

h. Menghindari sindiran tajam.

i. Menarik kembali orang-orang yang telah sukses dengan tanggapan yang

yang baik.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

41

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah cara kerja yang dilakukan oleh penulis untuk

menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir dalam penelitian

ini secara garis besar digambarkan pada bagan di bawah ini.

Bagan 2

Kerangka Pikir

Mario Teguh Super

Show

FTA terhadap muka mitra tutur

- Tindakan-tindakan yang

merupakan FTA terhadap

muka negatif mitra tutur

- Tindakan-tindakan yang

merupakan FTA terhadap

muka negatif mitra tutur

Strategi kesantunan yang digunakan Mario Teguh dalam

metuturkan tuturan yang mengandung FTA terhadap muka mitra

tutur.

Tujuan

Mendeskripsikan tuturan Mario Teguh yang mengandung FTA

terhadap muka mitra tutur dan strategi kesantunan

Strategi Kesantunan Brown

dan Levinson

- Bald on Record

- Kesantunan negatif

- Kesantunan positif

- Off record

- Tidak melakukan

FTA

Dialog motivasi antara Mario Teguh

dengan mitra tutur

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · addressee dalam laporan pertandingan kekalahan tersebut merupakan subjek yang ... tentang Mario Teguh yang relevan dengan penelitian ini

42

Sumber data dalam penelitian adalah acara MTSS episode Februari-Maret

2016 yang diunduh dari situs video YouTube. Penelitian ini difokuskan pada

dialog motivasi antara Mario Teguh dengan penanya. Dalam dialog tersebut

Mario Teguh menggunakan berbagai macam tuturan untuk memberikan motivasi

kepada penanya. Terdapat tuturan yang mengandung FTA atau tindakan yang

dapat mengancam muka terhadap mitra tutur, baik itu muka positif maupun muka

negatif. Untuk mengurangi daya ancaman dan untuk menjaga muka mitra tutur

maka tuturan tersebut dituturkan dengan mempertimbangkan strategi kesantunan

Brown dan Levinson. Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan bentuk-bentuk FTA terhadap mitra tutur baik itu muka positif

maupun muka negatif. Selanjutnya data dideskripsikan berdasarkan strategi

kesantunan yang digunakan dalam tuturan tersebut. Dari situ akan diperoleh

kesimpulan tentang strategi menjaga muka mitra tutur yang dilakukan oleh Mario

Teguh dalam dialog motivasi Mario Teguh Super Show.