bab ii kajian pustaka dan kerangka pikir a. kajian … · jurnal yang ditulis oleh zita rarastesa...

22
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian terdahulu dalam penelitian dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian terdahulu, khususnya penelitian yang berkaitan dengan pengkajian feminisme. Berikut ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian penulis. Penelitian ataupun jurnal mengenai feminisme yang pertama adalah jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi Amerika Vol.5, No.6, bulan September 2001 yang berjudul The Image of Women in Louise Erdrich’s Love Medicine: a feminist Approach, diterbitkan oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal ini membicarakan tentang pandangan wanita pada novel Love Medicine karya Louise Erdrich, yaitu pada keempat tokoh yang terdapat dalam novel. Keempat tokoh tersebut adalah June, Zelda, Albertine dan Aurelia. June adalah tokoh yang menyatukan karakter-karakter lainnya, dia menyebut dirinya adalah seorang penggerak feminisme dan bukan korban feminisme. Makalah ini pada intinya membahas mengenai power atau kekuatan yang dimiliki oleh wanita asli Amerika. Wanita asli Amerika atau disebut dengan native American biasanya adalah seorang yang sangat tradisional, namun adanya tokoh June membuat ketradisionalan yang dimiliki

Upload: trinhdiep

Post on 10-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Kajian terdahulu dalam penelitian dilakukan dengan cara menelusuri

penelitian-penelitian terdahulu, khususnya penelitian yang berkaitan dengan

pengkajian feminisme. Berikut ada beberapa penelitian yang berkaitan

dengan penelitian penulis.

Penelitian ataupun jurnal mengenai feminisme yang pertama adalah

jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi

Amerika Vol.5, No.6, bulan September 2001 yang berjudul The Image of

Women in Louise Erdrich’s Love Medicine: a feminist Approach, diterbitkan

oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Jurnal ini membicarakan tentang pandangan wanita pada novel Love

Medicine karya Louise Erdrich, yaitu pada keempat tokoh yang terdapat

dalam novel. Keempat tokoh tersebut adalah June, Zelda, Albertine dan

Aurelia. June adalah tokoh yang menyatukan karakter-karakter lainnya, dia

menyebut dirinya adalah seorang penggerak feminisme dan bukan korban

feminisme. Makalah ini pada intinya membahas mengenai power atau

kekuatan yang dimiliki oleh wanita asli Amerika. Wanita asli Amerika atau

disebut dengan native American biasanya adalah seorang yang sangat

tradisional, namun adanya tokoh June membuat ketradisionalan yang dimiliki

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

11

wanita menjadi modern. Selain tokoh June, tokoh Albertine memiliki karakter

yang hampir sama dengan June. Dia menginginkan kebahagiaan bukan hanya

menjadi Ibu rumah tangga, namun wanita juga bisa bekembang menjadi

wanita karir. Secara umum pada jurnal ilmiah ini memunculkan kekuatan

wanita dan kelemahan laki-laki.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis terletak pada

objek yang dikaji dan problematika yang ada dalam objek kajian. Perbedaan

problematika menyebabkan adanya perbedaan teori yang akan digunakan.

Penelitian feminis yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh

Zakiah Putri Mudjiono mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin, tahun 2012 yang

berjudul Representasi Human Traffickung dan Kekerasan pada Wanita dalam

Novel Galaksi Kinanthi. Hasil dari penelitian yang dilakukan Zakiah Putri

Mudjiono adalah mengenai penggunaan teori konstruksi sosial Luckmann-

Berger, teks yang dihasilkan penulis dalam novel ini adalah hasil konstruksi

melalui tiga tahap, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi sehingga

lahirlah teks trafficking dan kekerasan pada wanita dalam novel. Representasi

posisi subjek-objek dan posisi pembaca dilakukan dengan menggunakan

metode analisis wacana Sara Mills. Di posisi subjek-objek, penulis

memposisikan diri sebagai subjek pencerita dan tokoh dalam novel sebagai

objek penceritaan. Pada posisi pembaca, penulis menempatkan pembaca

sebagai pihak ketiga, pembaca tidak memosisikan diri pada posisi tokoh

utama agar tidak terjadi pemihakan terhadap tokoh novel. Kemudian dari

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

12

analisis representasi ini terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh penulis

bahwa trafficking terjadi karena faktor kemiskinan dan pendidikan yang

rendah, tingkat kekerasan yang menimpa wanita yang bekerja sebagai TKW

di luar negeri masih tinggi. Wanita adalah korban utama dari trafficking dan

kekerasan yang menimpa tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Perbedaan penelitian yang kedua dengan penelitian penulis adalah

objek kajian, problematika dan teori yang digunakan. Namun, pada penelitian

penulis juga mengandung unsur kekerasan pada wanita. Perbedaannya adalah

pada penelitian kedua kekerasan yang terjadi pada wanita TKW sedangkan

penelitian penulis, kekerasan yang terjadi pada wanita yang berada di tanah

air, khususnya daerah Jawa Tengah.

Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Hespi

Septiana dari Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2016. Penelitian

tersebut berjudul Kekerasan Seksual pada Tokoh Diar dalam Novel Rembang

Jingga Karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi. Novel tersebut

menceritakan tentang permasalahan hidup yang menerpa beberapa tokoh

wanita dalam novel tersebut, salah satunya ialah gadis bernama Diar. Ia

dipaksa ayahnya menjadi pekerja seks yang melayani sopir-sopir truk

pelanggan di warung ibunya. Hal tersebut semakin membuat Diar kecewa

dengan hidupnya, setiap malam ia mimpi buruk dan hidupnya tidak pernah

tenang. Pada penelitian ini, kekerasan seksual yang dialami oleh Diar dalam

novel Rembang Jingga dianalisis menggunakan pendekatan Psikoanalisis

Sigmund Freud. Berdasarkan analisis diperoleh simpulan bahwa (1)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

13

kekerasan seksual yang diterima oleh Diar adalah akibat dari id, ego, dan

super ego Sugeng yang tidak seimbang, (2) Super ego yang ada dalam diri

Diar membuatnya untuk tetap bertahan pada situasi yang tidak dia inginkan,

dan (3) dampak kekerasan seksual yang diterima oleh tokoh Diar.

Perbedaan penelitian ketiga dengan penelitian penulis terletak pada

problematika dan teori yang digunakan. Objek yang digunakan adalah sama.

Di dalam problematikanya, penelitian di atas hanya mengungkapkan deskripsi

kekerasan seksual wanita pada satu tokoh saja, sedangkan penelitian penulis

akan mendeskripsikan tentang citra wanita dan ketidakadilan gender yang ada

dalam novel Rembang Jingga.

Penelitian yang keempat adalah penilitian yang dilakukan oleh Risky

Nur Soelika Apriana, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Universitas Nusantara PGRI Kediri pada tahun 2016.

Penelitian tersebut berjudul Inferioritas Wanita dalam Novel Rembang Jingga

karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi. Karya sastra dibangun oleh unsur

intrinsik dan unsur ekstrinsik, unsur intrinsik meliputi tema, penokohan dan

perwatakan, dan konflik. Unsur ekstrinsik dalam penelitian ini membahas

inferioritas wanita meliputi: kekerasan terhadap wanita, identifikasi tokoh

dan prasangka gender.

Dari analisis yang dilakukan, diperoleh deskripsi sebagai berikut.

Dalam novel tersebut terdapat tema mayor dan tema minor, terdapat tokoh

utama, tokoh pendamping, tokoh bawahan, tokoh figuran dan tokoh

bayangan, terdapat perwatakan datar dan perwatakan bulat, dan terdapat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

14

konflik fisik, konflik sosial dan konflik batin. Tinjauan aspek inferioritas

wanita meliputi kekerasan terhadap wanita yang mencakup: kekerasan

domestik, kekerasan fisik, kekerasan emosional, kekerasan ekonomi dan

kekerasan seksual. Identifikasi tokoh meliputi citra wanita dan citra laki-laki.

Yang terakhir adalah prasangka gender, aspek ini terbagi menjadi dua, yaitu

peran tradisional wanita sebagai istri, ibu dan ibu rumah tangga dan

ketergantungan wanita terhadap laki-laki.

Perbedaan yang ada dalam penelitian keempat dengan penelitian

penulis adalah pada problematika dan teori yang digunakan. Meskipun objek

kajiannya adalah sama, tetapi problematika yang akan penulis bahas berbeda.

Penelitian kelima adalah penelitian yang ditulis oleh Endah Susanti

Staff Pengajar di SMP Muhammadiyah Malang dalam Jurnal Artikulasi Vol.

10, No. 2 yang berjudul Analisis Ketidakadilan Gender Pada Tokoh Wanita

dalam Novel Kupu-Kupu Malam Karya Achmad Munif. Kekuasaan wanita

sebagai kekuasaan inferior, memaksa wanita melakukan apa saja yang

diminta oleh kaum laki-laki sebagai kaum patriarkat. Hasil analisis

menunjukkan bahwa subordinasi dan stereotip membuat wanita mendapatkan

perlakuan semena-mena, karena adanya anggapan bahwa kekuasaan terbesar

ada pada kaum laki-laki dan wanita harus tunduk terhadap laki-laki. Wanita

yang dianggap lemah dan tidak mampu melakukan segala sesuatunya sendiri,

membuat wanita selalu bergantung dan mengakibatkan anggapan bahwa

wanita tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin. Asumsi bahwa wanita

bersolek dalam rangka memancing lawan jenisnya mengakibatkan setiap

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

15

kasus kekerasan seksual atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan label

semakin merendahkan kedudukan wanita. Maka, akan semakin diabaikannya

kesempatan yang dimiliki wanita di dalam masyarakat karena merasa

dinomorduakan dan tidak dianggap penting. Marginalisasi membuat

kedudukan wanita inferior dan berdampak pada pekerjaan wanita yang tidak

terlalu bagus (baik dari gaji, jaminan kerja, status pekerjaaan).

Perbedaan penelitian kelima dengan penelitian ini terletak pada

problematika dan objek yang digunakan. Hal ini menyebabkan terdapatnya

perbedaan teori, pendekatan dan metode yang dipakai.

2. Landasan Teori

a. Feminisme

Pendekatan feminisme merupakan salah satu bagian dari sosiologi

konflik, adapun sosiologi konflik merupakan aliran ilmu sosial yang

menjadi alternatif dari aliran sosiologi fungsionalisme. Menurut Fakih

(1999:84) setiap kelompok masyarakat memiliki kepentingan (interest)

dan kekuasaan (power) yang adalah pusat dari setiap hubungan sosial

termasuk hubungan kaum laki-laki dan wanita. Bagi mereka, gagasan dan

nilai-nilai selalu dipergunakan sebagai senjata untuk menguasai dan

melegitimasi kekuasaan, tidak terkecuali hubungan antara laki-laki dan

wanita. Berdasarkan asumsi seperti ini maka perubahan akan terjadi

melalui konflik yang akhirnya akan merubah posisi dan hubungan

keduanya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

16

Pada umumnya, orang berprasangka bahwa feminisme merupakan

gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki dalam upaya melawan

pranata sosial yang ada, misalnya institusi rumah tangga, perkawinan

maupun usaha pemberontakan wanita untuk mengingkari kodratnya.

Dengan kesalahpahaman seperti ini, maka feminisme tidak saja kurang

mendapat tempat di kalangan kaum wanita, bahkan secara umum ditolak

oleh masyarakat.

Feminisme sebenarnya berasal dari kata Latin femina yang berarti

memiliki sifat kewanitaan. Feminisme diawali oleh persepsi tentang

ketimpangan posisi wanita dibandingkan dengan laki-laki di masyarakat.

Akibat persepsi ini, timbul berbagai upaya untuk mengkaji penyebab

ketimpangan tersebut untuk mengeliminasi dan menemukan formula

penyetaraan hak wanita dan laki-laki dalam segala bidang sesuai dengan

potensi mereka sebagai manusia (human being). Operasionalisasi upaya

pembebasan diri kaum wanita dari berbagai ketimpangan perlakuan

dalam segala aspek kehidupan disebut gerakan feminis. Dalam

praktiknya, gerakan ini menghasilkan berbagai istilah di kalangan

akademisi seperti mainstream feminist, solft feminist, socialist feminist,

liberal feminist, dan women’s lib yang akhirnya menimbulkan bias

terhadap makna feminisme sebagai sebuah gerakan (Nugroho, 2008:30).

Hakikat feminisme adalah gerakan transformasi sosial, dalam arti

tidak selalu hanya memperjuangkan masalah wanita belaka. Dengan

demikian, strategi perjuangan gerakan feminisme dalam jangka panjang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

17

tidak sekadar dalam upaya pemenuhan kebutuhan praktis kondisi kaum

wanita saja atau hanya dalam rangka mengakhiri dominasi gender dan

manifestasinya, seperti eksploitasi, marginalisasi, subordinasi, pelekatan

stereotip, kekerasan dan penjinakan belaka, melainkan perjuangan

transformasi sosial ke arah penciptaan struktur yang secara fundamental

baru dan lebih baik (Nugroho, 2008:31).

Pendekatan feminisme adalah pendekatan terhadap karya sastra

dengan fokus perhatian pada relasi gender yang timpang dan

mempromosikan pada tataran yang seimbang antara laki-laki dan wanita

(Djajanegara, 2000:27). Seperti yang dipaparkan oleh Fakih (1999:99),

hal ini disebabkan oleh feminisme bukan merupakan pemberontakan

kaum wanita kepada laki-laki, upaya melawan pranata sosial, seperti

intuisi rumah tangga dan perkawinan atau pandangan upaya wanita untuk

mengingkari kodratnya, melainkan lebih sebagai upaya untuk mengakhiri

penindasan dan eksploitasi wanita.

b. Citra Wanita Jawa

Citra wanita yang dimaksud dalam uraian ini adalah semua wujud

gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang terekspresi

oleh tokoh wanita. Dalam Sugihastuti (2000:7) gambaran tersebut baik

sebagai makhluk individu yang mencakup aspek fisik dan psikologisnya,

maupun citra wanita dalam aspek sosial. Citra wanita dapat dilihat

melalui peran yang dimainkan wanita dalam kehidupan sehari-hari.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

18

Apabila hal tersebut terdapat dalam karya sastra, khususnya dalam

bentuk prosa, maka citra wanita dapat dilihat dari kehidupan tokoh utama

wanita dan juga melalui tokoh-tokoh lain yang terlibat dalam kehidupan

tokoh wanita yang ditampilkan dalam karya sastra tersebut.

Burns menyatakan bahwa citra lebih bersifat ideografis

dibandingkan dengan konsep diri. Walaupun konsep diri terbentuk

berdasarkan gabungan antara penilaian diri sendiri (ke dalam) dengan

penilaian orang lain di luar dirinya, namun konsep diri cenderung lebih

bersifat subjektif. Adapun citra lebih bersifat keluar, artinya, citra

tersebut diberikan oleh orang lain atau kelompok lain atas dasar

pandangan sepintas dan bahkan sepihak. Kadang kala orang orang atau

sekelompok orang tidak mengetahui tentang citra dirinya sendiri karena

yang membentuk citra itu orang yang ada disekelilingnya. Citra

menyangkut sistem norma dan nilai budaya setempat, sehingga citra

wanita di berbagai daerah tidak sama (dalam Partini, 2013:209).

Berbicara mengenai citra wanita, pencitraan memiliki kaitan yang

erat dengan feminisme karena keduanya mempresentasikan pemikiran

dan tingkah laku tokoh utama. Pencitraan atau citra wanita adalah

gambaran yang dimiliki setiap individu mengenai pribadi wanita. Hal ini

juga sejalan dengan pendapat Altenbend yang terpapar dalam buku

Sugihastuti (2000:43) mengenai citraan yaitu gambar-gambar angan atau

pikiran, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Wujud

citra wanita ini dapat digabungkan dengan aspek fisik, psikis, dan sosial

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

19

budaya dalam kehidupan wanita yang melatarbelakangi terbentuknya

wujud citra wanita. Dalam menjaga citranya tersebut, wanita sebagai

individu harus memerankan perannya dengan baik sebagai individu, istri,

dan perannya di sosial masyarakat (Sugihastuti, 2000:44).

Wanita berasal dari kata wani (berani) dan ditata (diatur).

Artinya, seorang wanita adalah sosok yang berani ditata atau diatur.

Dalam kehidupan praktis masyarakat Jawa, wanita adalah sosok yang

selalu mengusahakan keadaan tertata sehingga untuk itu dia harus

menjadi sosok yang berani ditata. Dalam hal ini, akan tampak bahwa

berani ditata tidak berarti wanita menjadi pasif dan bergantung kepada

orang lain yang mengaturnya. Sementara itu, istilah “perempuan”

tampaknya tidak cukup bisa menggambarkan kenyataan praktis sehari-

hari wanita Jawa. Akar kata “perempuan” adalah empu yang berarti guru

(Handayani & Ardhian, 2011:24). Di dalam masyarakat, kata perempuan

dianggap lebih terhormat daripada kata wanita. Namun, makna kata

wanita lebih menggambarkan kenyataan normatif daripada kenyataan

praktis sehari-hari. Oleh karena itu, penulis dalam penelitian ini penulis

lebih memilih menggunakan kata “wanita” daripada “perempuan”.

Citra wanita Jawa sangat identik dengan kultur Jawa, seperti

bertutur kata halus, tenang, pendiam, kalem, tidak suka konflik,

mementingkan harmoni, menjunjung tinggi nilai keluarga, mandiri,

mampu mengerti dan memahami orang lain, sopan, pengendalian diri

tinggi atau terkontrol, dan daya tahan untuk menderita tinggi. Bila ada

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

20

perselisihan ia lebih baik mengalah, tidak gegabah, tidak grusa-grusu,

dan dalam mengambil langkah mencari penyelesaian dengan cara halus.

Menurut Handayani, wanita selalu mempertahankan keseimbangan batin

dan berkelakuan sesuai dengan tuntutan keselarasan sosial; dalam hal ini

terkandung pula kepasrahan aktif yang total kepada Tuhan. Di dalam

kepasrahan inilah sesungguhnya rahasia ketahanan wanita Jawa untuk

“menderita” yang begitu tinggi berada.

Secara umum, masyarakat Jawa memiliki prinsip-prinsip dasar

tentang sikap batin, yaitu terkontrol, tenang, berkepala dingin, sabar,

halus, tenggang rasa, bersikap sederhana, jujur, sumarah, dan tidak

mengejar kepentingan diri sendiri. Sementara dalam hal tata krama,

orang Jawa memiliki prinsip mengambil sikap yang sesuai dengan derajat

masing-masing pihak, pendekatan tidak langsung, tidak memberi

informasi tentang kenyataan yang sebenarnya, dan mencegah segala

ungkapan yang menunjukkan kekacauan batin atau kekurangan kontrol

diri. Konsekuensi dari sikap batin semacam itu adalah orang Jawa

cenderung tidak mengungkapkan secara langsung apapun yang menjadi

keinginannya. Dalam berkomunikasi, orang Jawa dituntut memiliki

ketajaman penafsiran untuk menangkap apa yang ada di balik satu

simbol, apakah itu suatu tutur kata yang halus, satu senyuman, tatapan

mata, bahkan fenomena alam (Handayani & Ardhian, 2011:2).

Citra juga dapat dibentuk melalui pandangan-pandangan yang

lebih bersifat filsafat, seperti dalam budaya Jawa. Pandangan-pandangan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

21

hidup orang Jawa lebih merupakan wujud abstraksi atau pengaturan

mental dari pengalaman hidup, serta pada akhirnya mengembangkan

sikap terhadap hidup. Guna mengetahui watak dan sikap wanita yang

menganut budaya Jawa, dapat digali atau dilihat melalui konsep

pendidikan dari naskah-naskah Jawa. Menurut Soedarsono dan

Murniatmo (dalam Partini, 2013:211), salah satu konsep pendidikan pada

wanita terdapat dalam naskah Wulang Estri Yasan Dalem Kanjeng Gusti

Pangeran Adipati Pakualam II. Demikian juga dengan Wulang Reh Putri

dari Mangkunegaran yang memuat nasihat ayah terhadap anak

wanitanya. Nasihat tersebut dapat diumpamakan dengan jari tangan. Ibu

jari merupakan lambang bahwa wanita itu harus berhati tulus. Telunjuk,

mengisyaratkan agar selalu menurut perintah suami. Jari tengah,

menghendaki agar selalu memelihara pemberian suami. Jari manis,

bermaksud agar seorang istri selalu berbicara dan bersikap manis.

Kelingking, memberikan isyarat seorang istri harus dapat melayani suami

secara sabar.

Naskah Jawa tersebut merupakan hasil kebudayaan Jawa yang

berwujud tulisan-tulisan, yang memuat berbagai aspek kehidupan masa

lalu orang Jawa. Soedarsono dan Murniatmo menunjukkan bahwa, nilai-

nilai luhur yang terkandung dalam naskah Jawa, terutama tentang sikap

dan watak wanita Jawa agar dapat dijadikan teladan bagi wanita

Indonesia pada umumnya. Teladan-teladan tadi diharapkan agar dapat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

22

dimanfaatkan sebagai pengetahuan atau landasan sikap dalam hidup

berumah tangga (Partini, 2013:211).

Jika dulu wanita begitu tinggi dan sangat dihargai oleh

masyarakat Jawa, tetapi mengapa pada saat zaman pembangunan justru

menunjukkan gejala yang sebaliknya (tersubordinasi)? Hal ini terjadi

dikarenakan pembelokan tafsir orang-orang Belanda tentang makna

Raden Ayu. Menurut Carey dan Houben (dalam Partini, 2013:215),

Raden Ayu disamakan dengan kualitas wanita bangsawan yang terdapat

di Eropa pada masa itu. Wanita di sana tidak lebih dari semacam boneka

cantik, berwajah manis, halus, enak dipandang, namun berkepala kosong.

Yang mereka tonjolkan hanyalah bentuk-bentuk lahiriah yang lebih

sekadar sebagai pemuas nafsu laki-laki. Oleh karena itulah persepsi

wanita Jawa menjadi berubah dan menyebabkan ketidakadilan gender.

Wanita sering dijuluki sebagai makhluk yang lemah dan perlu

dilindungi oleh pria. Akan tetapi penyelidikan ilmiah akhir-akhir ini

menemukan bahwa otak wanita mempunyai kelebihan dari otak laki-laki,

sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila wanita diberikan kesempatan

yang sama dalam mencerdaskan dirinya setiap kesempatan yang

diberikan kepada kaum lelaki maka ia tidak lagi dapat dikatakan

“lemah.” Beberapa pendapat justru mengatakan bahwa wanita

mempunyai kelebihan dari pria dalam hal keuletan atau tahan merasa

sakit, memiliki naluri yang lebih tajam, mempunyai daya khayal yang

lebih kuat dari kaum laki-laki. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

23

Christina S. Handayani & Ardhian Novianto yang berjudul Kuasa

Wanita Jawa, penelitian yang dilakukan oleh Partini yang berjudul Bias

Gender dalam Birokrasi, dan jurnal-jurnal lain yang membahas tentang

wanita (http://sriyadi.dosen.isi=ska.ac.id/2010/03/31/karya=ilmiah/).

c. Ketidakadilan Gender

Hal yang menjadi faktor penting dari adanya ketidakadilan

gender adalah perbedaan gender yang dilakukan berdasarkan

kepentingan-kepentingan tertentu, seperti golongan tertentu, agama, ras,

dan lain sebagainya. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam

beberapa bentuk:

1) Marginalisasi wanita

Menurut Fakih (1999:13), marginalisasi merupakan proses

pengabaian hak-hak yang seharusnya didapat oleh pihak yang

termarginalkan. Namun, hak tersebut diabaikan dengan berbagai

alasan dan tujuan tertentu. Marginalisasi adalah bentuk pemiskinan

yang terjadi pada jenis kelamin tertentu, dalam hal ini adalah wanita.

Marginalisasi disebabkan oleh perbedaan pendapat mengenai gender.

Beberapa faktor yang menyebabkan adanya marginalisasi wanita,

yaitu kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan

tradisi, dan kebiasaan bahkan asumsi ilmu pengetahuan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

24

2) Gender dan subordinasi

Subordinasi adalah anggapan atau penilaian bahwa suatu peran

yang dilakukan salah satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain,

khususnya wanita. Salah satu contohnya adalah saat seorang laki-laki

diperbolehkan untuk sekolah tinggi, sedangkan wanita pada akhirnya

hanya di dapur. Kedudukan laki-laki yang dianggap lebih tinggi juga

akan berimbas pada pendidikan yang rendah untuk wanita (Fakih,

1999:15).

3) Gender dan stereotip

Stereotip dimaknai dengan pelabelan atau penandaan terhadap

kelompok tertentu yang menimbulkan ketidakadilan, dalam hal ini adalah

wanita. Salah satu jenis stereotip itu adalah yang bersumber dari

pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin

tertentu, umumnya wanita yang bersumber dari penandaan (stereotip)

yang diberikan kepada mereka. Oleh karena itu, stereotip juga diartikan

sebagai pandangan negatif masyarakat yang dilekatkan terhadap wanita

sehingga sangat merugikan kaum wanita (Fakih, 1999:16). Adanya

stereotip wanita dan laki-laki disebabkan oleh pandangan yang salah

kaprah terhadap jenis kelamin dan gender. Jenis kelamin adalah

pembagian jenis laki-laki dan wanita berdasarkan perbedaan biologis,

misalnya laki-laki mempunyai penis, kalamenjing (jakala), dan

memproduksi sperma, sedangkan wanita mempunyai vagina, rahim,

alat menyusui, serta memproduksi sel telur. Adapun gender adalah

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

25

suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan wanita yang dikonstruksi

secara sosial budaya, misalnya laki-laki dianggap kuat, jantan, perkasa,

dan rasional, sedangkan wanita dianggap lembut, cantik, keibuan, dan

irasional. Penyifatan gender tersebut dapat dipertukarkan antara laki-laki

dan wanita berdasarkan tempat dan pergeseran waktu. Namun dewasa ini

terjadi peneguhan yang tidak pada tempatnya, apa yang disebut gender

dianggap sebagai kodrat sehingga muncul anggapan bahwa kodrat wanita

adalah mendidik anak dan mengelola rumah tangga (Fakih, 1999:7-11).

4) Gender dan kekerasan

Kekerasan gender adalah kekerasan yang diterima oleh jenis

kelamin tertentu, yaitu wanita. Pada dasarnya, kekerasan gender

disebabkan oleh ketidaksetaraan dalam masyararakat. Adapun dalam hal

kekerasan gender, dibedakan atas dua jenis, yaitu kekerasan fisik dan

kekerasan psikis. Kekerasan fisik dibagi menjadi dua hal, yaitu

seksual dan nonseksual. Kekerasan fisik seksual adalah kekerasan

yang terkait mengenai masalah seksual, seperti pemerkosaan dan

pelecehan seksual, sedangkan kekerasan nonseksual adalah kekerasan

yang dilakukan dengan cara memukul, menampar, meninju, dan

sebagainya. Kekerasan psikis adalah kekerasan yang menyangkut

mental seseorang (Fakih, 1999:17).

5) Gender dan beban kerja

Adanya anggapan bahwa kaum wanita memiliki sifat memelihara

dan rajin serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga,

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

26

berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi

tanggung jawab wanita. Konsekuensinya, banyak kaum wanita yang

harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian

rumah tangganya, mulai dari mengepel, mencuci, memasak, mencari air,

hingga merawat anak. Bias gender yang mengakibatkan beban kerja

tersebut sering kali diperkuat dengan adanya pandangan masyarakat

bahwa pekerjaan domestik yang dilakukan wanita adalah lebih rendah

dibandingkan dengan pekerjaan yang dikerjakan laki-laki (Fakih,

1999:21).

d. Kritik Sastra Feminis

Gerakan kritik sastra feminis terjadi di Amerika pada tahun 1960-an.

Sebuah survei menunjukkan bahwa, dengan hanya beberapa pengecualian

kanon sastra negeri itu merupakan tulisan laki-laki. Bahkan ditemukan,

seperti yang diungkapkan bahwa “sejumlah besar bentuk sastra, kurun-kurun

waktu, bahkan berabad-abad dalam sejarah sastra Amerika, tidak

menyinggung satu orang pun penulis wanita”. Hasil survei tersebut tentu saja

menyebabkan banyak pengamat sastra negeri itu bertanya-tanya mengapa.

Yang terjadi kemudian adalah serangkaian usaha untuk menggali

kembali kekayaan sastra Amerika, membongkar untuk mengetahui jangan-

jangan ada karya-karya pengarang wanita yang penting dan tidak tercatat

dikarenakan antara lain, di zaman lampau yang menentukan bermutu atau

tidaknya karya sastra adalah kaum laki-laki. Dari sana munculah semacam

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

27

gerakan di bidang kritik sastra, menyertai gerakan yang sudah ada

sebelumnya di kalangan wanita, yang kemudian kita kenal sebagai kritik

sastra feminis.

Kritik sastra feminis berawal dari hasrat para feminis dan untuk

mengkaji karya penulis-penulis wanita di masa silam untuk menunjukkan

citra wanita dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita

sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta

disepelekan oleh tradisi patriarkat yang dominan (Djajanegara, 2000:27).

Kedua hasrat tersebut menimbulkan berbagai ragam cara mengkritik yang

terkadang berpadu.

Arti sederhana kajian sastra feminis adalah pengkaji memandang

sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang

banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan. Jenis kelamin

inilah yang membuat perbedaan pada diri pengarang, pembaca, perwatakan

dan pada faktor luar yang mempengaruhi situasi karang-mengarang

(Sugihastuti dan Suharto, 2005:5).

Karya sastra dapat disebut berperspektif feminis jika karya itu

mempertanyakan relasi gender yang timpang dan mempromosikan

terciptanya tatanan sosial yang lebih seimbang antara wanita dan laki-laki.

Tetapi tidak semua teks tentang wanita adalah teks feminis. Demikian juga

analisis tentang penulis wanita tidak selalu bersifat feminis jika tidak

mempertanyakan proses penulisan yang berkenaan dengan relasi gender dan

perombakan tatanan sosial.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

28

Kritik sastra feminis yang paling banyak diterapkan adalah

kritik ideologis. Kritik sastra feminis ini melibatkan wanita, khususnya kaum

feminis, sebagai pembaca dan yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita

adalah citra serta stereotip wanita dalam karya sastra. Kritik ini juga meneliti

kesalahpahaman wanita dan sebab-sebab mengapa wanita sering tidak

diperhitungkan, bahkan nyaris diabaikan sama sekali dalam kritik sastra

(Djajanegara, 2000:28).

Kritik sastra feminis ragam lain adalah kritik yang mengkaji penulis-

penulis wanita. Dalam ragam ini termasuk penelitian tentang sejarah karya

sastra wanita, gaya penulisan, tema, genre, dan struktur tulisan wanita. Jenis

kritik sastra ini dinamakan ginokritik dan berbeda dari kritik ideologis, karena

yang dikaji di sini adalah masalah perbedaan. Ginokritik mencoba mencari

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti: apakah penulis-

penulis wanita merupakan kelompok khusus, dan apa perbedaan antara

tulisan wanita dan tulisan laki-laki (Djajanegara, 2000:29-30).

Pada dasarnya, dominasi merupakan penguasaan oleh pihak yang

lebih kuat terhadap yang lebih lemah. Dalam kaitannya dengan relasi antara

laki-laki dan wanita, laki-laki diposisikan sebagai pihak yang kuat, sedangkan

wanita sebagai pihak yang lemah. Akibatnya, wanita sering sekali menerima

ketidakadilan. Ketidakadilan gender yang diterima wanita dan budaya

patriarkat yang tumbuh di masyarakat menimbulkan sikap dan pemikiran

wanita-wanita yang ingin membela dan mempertahankan haknya. Berawal

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

29

dari pemikiran ingin membela dan mempertahankan hak wanita, muncul

berbagai cara untuk mengkritisi ketidakadilan gender.

Masalah-masalah mengenai wanita pada umumnya dikaitkan dengan

emansipasi gerakan kaum wanita untuk menuntut persamaan hak dengan

kaum laki-laki, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun gerakan sosial

budaya. Kondisi fisik wanita yang lemah secara alamiah hendaknya tidak

digunakan sebagai alasan untuk menempatkan kaum wanita dalam posisinya

yang lebih rendah. Pekerjaan wanita selalu dikaitkan dengan memelihara,

laki-laki selalu dikaitkan dengan bekerja (Ratna, 2012:190-191).

B. Kerangka Pikir

Deskripsi penelitian ini dapat dijelaskan dalam kerangka berpikir sebagai

berikut.

1. Pada tahap awal, penulis membaca dan memahami novel Rembang Jingga

karya TJ dan Dwiyana yang merupakan objek penelitian.

2. Tahap kedua, penulis memahami dan menetapkan fokus permasalahan yang

akan diteliti. Permasalah yang ditemukan oleh penulis adalah tentang citra

wanita Jawa dan ketidakadilan gender. Tahap ini dilakukan untuk

mempertegas pembatasan masalah dalam penelitian ini.

3. Tahap ketiga, menentukan teori yang akan digunakan untuk menganalisis

permasalahan tersebut, yaitu kritik sastra feminis.

4. Tahap keempat, mengklasifikasikan data yang terdapat dalam novel,

berdasarkan citra wanita Jawa. Data tersebut adalah semua konsep yang

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

30

berkaitan dengan ketidakadilan gender. Dari tahap ini, akan diperoleh

gambaran citra wanita Jawa yang akan menunjukkan adanya ketidakadilan

gender dalam novel.

5. Tahap kelima adalah menginterpretasikan citra wanita Jawa dan

ketidakadilan gender yang dipaparkan oleh TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi

dalam novel Rembang Jingga.

6. Tahap keenam adalah memberikan simpulan, yakni tentang citra wanita

Jawa dan ketidakadilan gender dalam novel Rembang Jingga karya TJ

Oetoro dan Dwiyana Premadi.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian … · jurnal yang ditulis oleh Zita Rarastesa pada Jurnal Bahasa, Sastra dan Studi ... oleh sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas

31

Berikut bagan kerangka pikir.

Novel Rembang Jingga

Ketidakadilan Gender

pada tokoh Ires dan

Diar

Kritik Sastra Feminis

Ketidakadilan Gender:

1. Subordinasi

2. Stereotip

3. Kekerasan

Fisik dan Psikis

4. Beban Kerja

Simpulan

Citra Wanita Jawa

Citra Wanita Jawa

Karinaa

Amanda

Diar

Ires