bab ii kajian pustaka a. tinjauan uraian cyber bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/bab ii.pdf · 22...

31
22 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah cyber bullying pada dasarnya berasal dari dua kata yang terdiri dari cyber dan bullying. Cyber itu sendiri merupakan singkatan dari cyberspace yang berasal dari kata cybernetics dan space serta sebuah representasi grafis dari data yang diabstraksikan dari wadah penyimpanan di setiap komputer dalam sistem manusia, oleh karena itu cyber menurut hemat penulis diartikan sebagai media teknologi yang digunakan untuk berinteraksi dalam dunia maya tanpa harus bertatap muka secara langsung. 2. Pengertian Bullying Menurut Sullivan dalam bukunya yang berjudul “the Anti Bullying Handbook on 2000 th ”, bullying diartikan sebagai tindakan penyerangan yang dilakukan secara sadar dan sengaja dan atau dimanipulasi oleh satu atau lebih banyak orang terhadap orang lain atau banyak orang 13 . Bullying dapat bertahan untuk waktu yang singkat atau bahkan selama bertahun-tahun, dan ini merupakan sebuah penyalahgunaan kekuasaan oleh mereka yang melakukannya, terkadang dilakukan terutama terhadap satu korban, dan terkadang terjadi secara berturut atau acak 13 Sullivan, Keith, The Anti-Bullying Handbook, Oxford University Press, London,2000, hlm 45

Upload: others

Post on 22-Jan-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Uraian Cyber Bullying

1. Pengertian Cyber

Istilah cyber bullying pada dasarnya berasal dari dua kata yang terdiri

dari cyber dan bullying. Cyber itu sendiri merupakan singkatan dari

cyberspace yang berasal dari kata cybernetics dan space serta sebuah

representasi grafis dari data yang diabstraksikan dari wadah penyimpanan

di setiap komputer dalam sistem manusia, oleh karena itu cyber menurut

hemat penulis diartikan sebagai media teknologi yang digunakan untuk

berinteraksi dalam dunia maya tanpa harus bertatap muka secara langsung.

2. Pengertian Bullying

Menurut Sullivan dalam bukunya yang berjudul “the Anti Bullying

Handbook on 2000th

”, bullying diartikan sebagai tindakan penyerangan

yang dilakukan secara sadar dan sengaja dan atau dimanipulasi oleh satu

atau lebih banyak orang terhadap orang lain atau banyak orang

13. Bullying dapat bertahan untuk waktu yang singkat atau bahkan selama

bertahun-tahun, dan ini merupakan sebuah penyalahgunaan kekuasaan

oleh mereka yang melakukannya, terkadang dilakukan terutama terhadap

satu korban, dan terkadang terjadi secara berturut atau acak

13 Sullivan, Keith, The Anti-Bullying Handbook, Oxford University Press,

London,2000, hlm 45

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

23

Ken Right mendefinisikan bullying sebagai berikut 14

:

Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiiti. Hasrat ini

diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi

ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang

lebih kuat, tidak bertanggungjawab, biasanya berulang, dan dilakukan

dengan perasaan senang.

Menurut Black dan Jackson mendefinisikan bullying sebagai berikut

15:

Merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang di dalamnya terdapat

aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau

menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuasaan baik secara

fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial,

serta dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak

terhadap anak lain .

Dengan kata lain, bully berarti perbuatan yang menggunakan kekuatan

atau pengaruh untuk menyakiti atau mengintimidasi seseorang yang lebih

lemah. Bullying mencakup sejumlah perlakuan kasar-kejam yang

ditujukan pada seseorang atau kelompok tertentu secara berulang-ulang

untuk menyakiti perasaan atau fisiknya.

Bulliyng atau yang sering dikenal dengan istilah perudungan

merupakan tindakan negatif yang dilakukan oleh orang lain secara terus

menerus atau berulang. Tindakan perundungan ini terkadang dapat

menyebabkan korban tidak berdaya, terluka secara fisik maupun mental.

Kecenderungan perilaku bullying adalah tendensi seseorang dalam

melakukan tindakan menyakiti orang lain dengan berulang-ulang secara

14 Ponny Retno Astuti, MEREDAM BULLYING: 3 Cara Efektif Mengatasi

K.P.A.(Kekerasan Pada Anak), PT. Grasindo, Jakarta, 2008, hlm. 3

15

Krahe, Dampak Globalisasi Dalam Dunia Internet, Alfabeta, Jakarta, 2005, hlm.

18

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

24

sengaja untuk melukai, merasa tidak nyaman dan takut, secara fisik,

verbal, dan mental dengan tujuan untuk menunjukkan kekuasaan sehingga

membuat orang lain merasa lemah. Para pelaku bullying biasanya laki-laki

populer, dan memiliki kemampuan sosial yang bagus.

Bullying yang dilakukan oleh sebuah kelompok, biasa disebut

mobbing. Bullying bisa terjadi dimana saja, di sekolah, di tempat kerja, di

dunia Cyber (internet), dalam pergaulan antar tetangga, bahkan dalam

keluarga. Pelaku bullying seringkali menyakiti targetnya dengan

mengucapkan atau melakukan hal-hal buruk yang berkaitan dengan berat

badan atau fisik tubuh lainnya, keluarga, jenis kelamin, agama, suku atau

kebudayaan.

Professor Dan Olweus pada tahun 1993 telah mendefenisikan bullying

yang mengandung tiga unsur mendasar perilaku bullying, yaitu:

a) Bersifat menyerang (agresif) dan negatif.

b) Dilakukan secara berulang kali.

c) Adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat.16

Sedangkan jenis-jenis perilaku bullying menurut Astuti antara lain:

a) Kekerasan fisik (mendorong, menendang, memukul, menampar).

b) Secara verbal (misalnya panggilan yang bersifat mengejek atau

celaan).

16 Olweus, D. Bullying at school: What We Know and What We Can Do. Oxford,

Blackwell. 1993, hal. 9.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

25

c) Secara non-verbal (misalnya memanipulasi pertemanan, menatap

dengan muka mengancam, mengasingkan, dan menakut-nakuti)17

Pengalaman bullying, bagi sebagian orang selama berbulan-bulan

hingga sekian tahun bisa jadi tidak disadarinya. Sementara bagi orang lain,

sekali aksi negatif dapat menjadi pengalaman bullying. Dalam jangka

panjang korban bullying dapt menderita karena masalah emosional dan

perilaku. Bullying dapat menimbulkan perasaan tidak aman, terisolasi,

perasaan harga diri yang rendah, depresi atau menderita stress yang dapat

berakhir dengan bunuh diri

3. Pengertian Cyber Bullying

Cyber Bullying atau Bullying elektronik merupakan perilaku Bullying

yang dilakukan melalui sarana elektronik seperti computer, hanphone,

internet, website, chatting room, email, SMS dan sebagainya. Biasanya

ditunjukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi,

gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi,

menyakiti atau menyudutkan

Pada dasarnya Bullying dikategorikan ke dalam kontak fisik antara

pelaku dan korban seperti memukul dan mendorong ataupun kontak psikis

yakni mengejek, mengancam, dan berkata kasar secara langsung. Namun

karena bullying mengalami perkembangan akibat kemajuan teknologi

17 Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi K.P.A. Jakarta,

TP. Grasindo, 2008, hal 3

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

26

informasi dan komunikasi dengan menggunakan sarana internet maka

muncullah istilah yang dinamakan cyber bullying.

Perilaku bullying itu sendiri dapat mencakup pelecehan verbal,

kekerasan fisik atau pemaksaan, dan dapat diarahkan berulangkali

terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender,

seksualitas, atau kemampuan. Bullying dapat terjadi dimana saja, di

lingkungan dimana terjadi interaksi sosial antar manusia seperti:

a. Sekolah, yang disebut school bullying

b. Tempat kerja, yang disebut workplace bullying

c. Internet atau teknologi digital yang disebut cyber bullying

d. Lingkungan politik, yang disebut political bullying

e. Lingkungan militer, yang disebut military bullying

f. Dalam perpeloncoan yang disebut hazing18

Cyber bullying adalah kejahatan yang merupakan bentuk perluasan

dari bullying yang selama ini terjadi secara konvensional. Cyber bullying

berbentuk kejahatan secara verbal di dalam cyberspace dan mayoritas

memakan korban anak-anak. Willard dalam bukunya Novan Ardy Wiyani

yang berjudul Save Our Children From School Bullying, menyebutkan

macam-macam jenis cyber bullying sebagai berikut:

a. Flaming (terbakar): yaitu mengirimkan pesan teks yang isinya

merupakan kata-kata yang penuh amarah dan frontal. Istilah

“flame” ini pun merujuk pada kata-kata di pesan yang berapi-api.

18 Novan Ardy Wiyani, 2012, Save Our Children From School Bullying, AR-RUZZ

Media, Jogjakarta. h.14

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

27

b. Harassment (gangguan): pesan-pesan yang berisi gangguan pada

email, sms, maupun pesan teks di jejaring sosial dilakukan secara

terus menerus

c. Denigration (pencemaran nama baik): yaitu proses mengumbar

keburukan seseorang di internet dengan maksud merusak reputasi

dan nama baik orang tersebut

d. Impersonation (peniruan): berpura-pura menjadi orang lain dan

mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik

e. Outing: menyebarkan rahasia orang lain, atau foto-foto pribadi

orang lain

f. Trickery (tipu daya): membujuk seseorang dengan tipu daya agar

mendapatkan rahasia atau foto pribadi orang tersebut

g. Exclusion (pengeluaran) : secara sengaja dan kejam mengeluarkan

seseorang dari grup online.

h. Cyberstalking: mengganggu dan mencemarkan nama baik

seseorang secara intens sehingga membuat ketakutan besar pada

orang tersebut.

4. Cyber Bullying sebagai Kejahatan

Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan. Secara

yuridis, kejahatan berarti segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana

yang diatur dalam hukum pidana. Dari segi apa pun dibicarakan suatu

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

28

kejahatan perlu diketahui bahwa kejahatan bersifat relatif. Dari sifatnya

kejahatan yang relative, G. Peter Hoefnagels menulis pendapatnya yaitu19

:

“We have seen that concept of crime is highly realtive on common

parlence. The use of term “crime” in respect of the same behavior

differs from moment to moment (time), from group to group (place)

and from context to (situation)”.

Kejahatan dapat diartikan sebagai perbuatan pelanggaran norma

hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai

perbuatan yang merugikan, meresahkan, dan menjengkelkan sehingga

tidak boleh dibiarkan20

. Dalam bukunya Principles of Criminologi, Edwin

H. Sutherland menyebutkan terdapat tujuh unsur kejahatan yang saling

bergantung dan saling mempengaruhi, dalam artian suatu perbuatan. Tujuh

unsur -unsur tersebut adalah:

a. Harus terdapat akibat-akibat tertentu yang nyata atau kerugian

b. Kerugian tersebut harus dilarang oleh undang-undang, harus

dikemukakan dengan jelas dalam hukum pidana.

c. Harus ada perbuatan atau sikap membiarkan sesuatu perbuatan yang

disengaja atau sembrono yang menimbulkan akibat-akibat yang

merugikan.

d. Harus ada maksud jahat (mens rea)

e. Harus ada hubungan kesatuan atau kesesuaian persamaan suatu

hubungan kejadian diantara maksud jahat dengan perbuatan.

19 Marvin E., Wolfgang et. AI., The Sociology of Crime and Delinquency, Second

Edition, John Wiley, New York, 1970. hal.119

20

Paul Moedikdo Moeliono, lihat Seodjono Dirdjosisworo, Penanggulangan

Kejahatan, Alumni, Bandung, 1976, hal.31

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

29

f. Harus ada hubungan sebab akibat diantara kerugian yang dilarang

undang-undang dengan perbuatan yang disengaja atas keinginan

dendiri.

g. Harus ada hukum yang ditetapkan oleh undang-undang21

Berdasarkan pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa

kejahatan adalah suatu perbuatan yang melanggar norma-norma yang ada

di masyarakat yang bersifat merugikan dan menimbulkan akibat-akibat

tertentu yang nyata. Pelanggaran atas norma tersebut dapat menyebabkan

timbulnya suatu reaksi, baik berupa hukuman, menyudutkan atau

pengucilan. Norma itu merupakan suatu garis untuk membedakan

perbuatan terpuji atau perbuatan yang wajar pada suatu pihak, sedang pada

pihak lain adalah suatu perbuatan tercela.

Secara yuridis, kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan

yang melanggar Undang-Undang atau ketentuan yang berlaku dan diakui

secara legal. Secara kriminolosi yang berbasis sosiologis, kejahatan

merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan

kata lain terdapat korban) dan suatu pola tingkah laku yang mendapat

reaksi sosial dari masyarakat.

Kejahatan di dunia maya atau yang biasa disebut cyber crime memiliki

jenis kejahatan berdasarkan sasaran dan motif kegiatan yaitu :

a. Unauthorized Access

b. Illegal Contents

21 Edwin H. Sutherland, Asas-Asas Kriminologi. Alumni, Bandung. 1973, hal.20-2

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

30

c. Data Forgery

d. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion

e. Cyberstalking

f. Carding

g. Hacking dan Cracking

h. Hijacking

i. Cyber Terrorism 22

Berdasarkan motif kegiatan cyber crime dibedakan menjadi dua yaitu

cyber crime sebagai tindakan murni criminal dan cyber crime sebagai

kejahatan “abu-abu”. Dalam cyber crime sebagai tindakan murni,

biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Contoh

kejahatan semacam ini adalah Carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit

milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.

Juga pemanfaatan media internet (webserver, mailing list) untuk

menyebarkan material bajakan. Pengirim e-mail anonim yang berisi

promosi (spamming) juga dapat dimasukkan dalam contoh kejahatan yang

menggunakan internet sebagai sarana. Di beberapa negara maju pelaku

spamming dapat dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi.

Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah “abu-abu”,

cukup sulit menentukan apakah itu merupakan tindak kriminal atau bukan

mengingat motif kegiatannya terkadang bukan untuk kejahatan. Salah satu

22 Widodo, Aspek Hukum Pidana Kejahatan Mayantara, Aswaja Pressindo,

Yogyakarta, 2013, hal. 164

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

31

contohnya adalah probing atau portscanning. Ini adalah sebutan untuk

semacam tindakan pengintaian terhadap sistem milik orang lain dengan

mengumpulkan inormasi sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai,

termasuk sistem operasi yang digunakan, port-port yang ada, baik yang

terbuka maupun yang tertutup, dan sebagainya.

Selain berdasarkan motif, cyber crime berdasarkan sasaran kejahatan

terbagi atas beberapa macam diantaranya

1) Cyber crime yang menyerang individu (Against Person)

Jenis kejahatan ini, sasaran serangannya ditujukan kepada

perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu

sesuai tujuan penyerangan tersebut. Beberapa contoh kejahatan ini

antara lain:

i) Pornografi

ii) Cyberstalking

iii) Cyber Bullying

iv) Cyber Trespassing 23

2) Cyber crime yang menyerang hak milik (Against Property)

Cyber crime yang dilakukan untuk mengganggu atau menyerang

hak milik orang lain. Beberapa contoh kejahatan jenis ini misalnya

pengaksesan komputer secara tidak sah melalui dunia cyber, pemilikan

informasi elektronik secara tidak sah/pencurian informasi, carding,

23 Ibid

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

32

cybersquating, hijacking, data forgery dan segala kegiatan yang

bersifat merugikan hak milik orang lain.

3) Cyber crime yang menyerang pemerintah (Against Government)

Cyber crime Against Government dilakukan dengan tujuan khusus

penyerangan terhadap pemerintah. Kegiatan tersebut misalnya cyber

terrorism sebagai tindakan yang mengancam pemerintah termasuk

juga cracking ke situs resmi pemerintah atau situs militer.

B. Perlindungan terhadap Korban Cyber Bullying

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh

penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan

ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk

menikmati martabatnya sebagai manusia 24

.

Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan utuk

melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau

kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesame

manusia. Dapat diartikan pula bahwa perlindungan hukum merupakan

suatu hal yang melindungi subjek-subjek hukum melalui peraturan

24 Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta. Magister Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2004. Hlm.3

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

33

perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan

suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a) Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk

mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam

peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu

pelanggaran serta memberikan rambu- rambu atau batasan-batasan

dalam melakukan suatu kewajiban.

b) Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir

berupa saksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang

diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu

pelanggaran.

Peraturan mengenai perlindungan korban tindak pidana cyberbullying

dianggap perlu mengingat semakin banyak korban yang sangat dirugikan

dari adanya bully pada media sosial yaitu artis khususnya. Perlindungan

berupa rehabilitasi apabila korban mengalami depresi serta pemulihan

nama baik untuk para korban yang merasa dicemarkan nama baiknya.

Bully dapat menyebabkan para korban merasa depresi dan stress yang

mana dapat saja berujung pada menyakiti dirinya sendiri hingga sampai

bunuh diri.

Perlunya diberikan perlindungan hukum pada korban kejahatan secara

memadai tidak saja merupakan isu nasional, tetapi juga internasional.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

34

Pentingnya perlindungan korban kejahatan memperoleh perhatian serius,

dapar dilihat dari bentuknya Declaration of Basic Principles of Justice for

Victims of Crime and Abuse of Power oleh Perserikatan Bangsa-bangsa,

sebagai hasil dari The Seventh United Nation Conggres on the Prevention

of Crime and the Treatment of Offenders, yang berlangsung di Milan,

Italia, September 1985.

2. Korban

Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai

akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri

sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak

asasi yang menderita. Menderitanya korban bisa disebabkan murni karena

pihak lain, tetapi tidak menutup kemungkinan timbul karena keterlibatan

korban di dalamnya, misalnya kedudukan korban dalam tindak pidana

narkotika, perjudian, dan prostitusi.

Namun demikian, secara umum korban merupakan individu atau

kelompok yang menderita secara fisik, mental, dan sosial karena tindakan

kejahatan bahkan korban dapat menderita ketakutan berkepanjangan jika

ia melaporkan perbuatan pelaku dan memberikan kesaksian yang

memberatkan pelaku di pengadilan.

3. Kejahatan Cyber Bullying

Di Amerika Serikat telah mengatur secara eksplisit tindak pidana

cyberbullying pada KUHPnya yang termuat dalam Bab 41 Pasal 18 United

States Code. Perbuatan yang dicantumkan berupa perbuatan memaksa,

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

35

mengintimidasi, melecehkan, atau menyebabkan penderitaan emosional

kepada seseorang dengan menggunakan sara elektronik. Hanya saja, sama

dengan peraturan di Indonesia belum mengatur mengenai perlindungan

yang dapat diberikan kepada para korban dari tindak pidana cyberbullying.

Masalah keadilan dan hak asasi manusia dalam kaitannya dengan

penegakan hukum pidana memang bukan merupakan pekerjaan yang

sederhana untuk direalisasikan banyak peristiwa dalam kehidupan

masyarakat menunjukkan bahwa kedua hal tersebut kurang memperoleh

perhatian yang serius dari pemerintah, padahal sudah sangat jelas dalam

Pancasila, sebagai falsafat hidup bangsa Indonesia, masalah

perikemanusiaan dan perikeadilan mendapat tempat sangat penting

sebagai perwujudan dari Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab serta

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Salah satu contoh kurang diperhatikannya masalah keadilan dan hak

asasi dalam penegakkan hukum pidana adalah berkaitan dengan

perlindungan hukum terhadap korban tindak kejahatan. Korban kejahatan

pada dasarnya merupakan pihak yang paling menderita dalam suatu tindak

pidana, justru tidak memperoleh perlindungan sebanyak yang diberikan

oleh undang-undang kepada pelaku kejahatan. Akibatnya, pada saat pelaku

kejahatan telah dijatuhi sanksi pidana oleh pengadilan, kondisi korban

kejahatan seperti tidak dipedulikan sama sekali. Padahal masalah keadilan

dan penghormatan hak asasi manusia tidak hanya berlaku terhadap pelaku

kejahatan saja, tetapi juga korban kejahatan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

36

Dalam setiap penanganan perkara pidana aparat penegak hukum

(polisi, jaksa) seringkali dihadapkan pada kewajiban untuk melindungi dua

kepentingan yang terkesan saling berlawanan, yaitu kepentingan korban

yang harus dilindungi untuk memulihkan penderitaannya karena telah

menjadi korban kejahatan (secara mental, fisik, maupun material), dan

kepentingan tertuduh/ tersangka sekalipun dia bersalah, tetapi dia tetap

dianggap sebagai manusia yang memiliki hak asasi yang tidak boleh

dilanggar. Terlebih apabila atas perbuatannya itu belum ada putusan hakim

yang menyatakan bahwa pelaku bersalah. Oleh karena itu, pelaku harus

dianggap sebagai orang yang tidak bersalah (asas praduga tidak bersalah).

Dalam penyelesaian perkara pidana, sering kali hukum terlalu

mengedepankan hak-hak tersangka/terdakwa, sementara hak-hak korban

diabaikan, sebagaimana dikemukakan oleh Andi Hamzah25

:

“dalam membahas hukum acara pidana khususnya yang berkaitan

dengan hak-hak asasi manusia, ada kecenderungan untuk mengupas

hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak tersangka tanpa memerhatikan

pula hak-hak para korban”.

Dalam penyelesaian perkara pidana, banyak ditemukan korban

kejahatan kurang memperoleh perlindungan hukum yang memadai, baik

perlindungan yang sifatnya immaterial maupun materiil sebagaimana Geis

25 Andi Hamzah. Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (Bandung : Binacipta). Hal 33

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

37

berpendapat : “to much attention has been paid to offenders and their

rights, to reglect of the victims”26

.

Korban kejahatan ditempatkan sebagai alat bukti yang memberi

keterangan27

, yaitu hanya sebagai saksi sehingga kemungkinan bagi

korban untuk memperoleh keleluasaan dalam memperjuangkan haknya

adalah kecil28

.

Rendahnya kedudukan korban dalam penanganan perkara pidana

dikemukaka pula oleh Prassel yang menyatakan sebagai berikut:

“Victim was a forgotten figure in study of crime. Victims of assault,

robbery, theft, and other offences were ignore while police, courts, and

academicians concentrated on known violators”29

Korban tidak diberikan kewenangan dan tidak terlibat secara aktif

dalam proses penyidikan dan persidangan sehingga ia kehilangan

kesempatan untuk memperjuangkan hak-hak dan memulihkan keadaannya

akibat suatu kejahatan. Dalam kaitannya dengan pemerikasaan suatu

tindak pidana, seringkali korban hanya diposisikan sebagai pemberi

kesaksian, sebagai pelapor dalam proses penyidikan, dan sebagai sumber

informasi atau sebagai salah satu kunci penyelesaian perkara. Sebaliknya

pada saat korban tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai saksi di

26 Gilbert Geis, “Victims and Witness Assistance Program”, dalam : Sanford H.

Kadish (ed), Encyclopedia of crime and Justice (New York : The Free Press : A Division

of Macmillan Inc), 1983 : Volume 4, hal. 1600.

27

Arif Gosita, Masalah Perlindunan Anak (Jakarta : CV Akademika Pressindo,

1989) Edisi Pertama-Cetakan Kedua, hal 94.

28

Chaerudin, Syarif Fadillah, Korban Kejahatan dalam Perspektif Viktimologi dan

Hukum Pidana Islam (Jakarta : Ghalia Press, Juli 2004). Hal 47

29

Frank R. Prassel, Criminal Law, Justice, and Society (Santa Monica-California :

Goodyear Publishing Company Inc. 1979). Hal 65

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

38

persidangan, ia dikenakan sanksi sebagaimana Geis berpendapat sebagai

berikut :

“If victims complain that they cannot afford the loss of wages or works

time to keep returning to court, prosecutors may threaten with fine or

jail”.

Hukum Pidana Materiil dan Hukum Pidana Formal (KUHAP) lebih

menitikberatkan perhatian pada pembuat korban (pelaku kejahatan)

daripada korban, seolah olah terdapat suatu perbedaan atau pemisahan

yang tajam antara si pembuat korban dengan si korban, walupun keduanya

memiliki peranan yang fungsional dalam terjadinya tindak pidana30

.

Korban hanyalah pelengkap atau sebagian dari alat bukti, bukan

pencari keadilan. Bahkan Geis berpendapat “Tend to be treated like pieces

of evidence than like human beings”

Sebagaimana dikemukakan di atas, korban kejahatan umumnya akan

mengalami berbagai penderitaan, sebagai contoh wanita korban perkosaan.

Seorang wanita korban perkosaan selain menderita secara fisik, juga

mengalami tekanan batin yang hebat akibat perkosaan, seperti perasaan

kotor, berdosa dan tidak punya masa depan, serta terkadang mendapat

perlakuan tidak adil dari masyarakat dari masyarakat akibat budaya tabu

terhadap hubungan sex di luar nikah31

.

30 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak (Jakarta : CV Akademika Pressindo,

1989) Edisi Pertama- Cetakan Kedua. Hal. 94

31

Suryono Ekotama, ST. Harum Pudjianto. RS.,dan G. Wiratama. Abortus

Provocatus Bagi Korban Perkosaan Perspektif Viktimologi, Krimonologi dan Hukum

Pidana (Universitas Atma Jaya, 2001) Edisi Pertama : Cetakan Pertama, hal 135.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

39

Korban perkosaan seringkali menjadi korban ganda, ketika harus ke

rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya, membiayai sendiri biaya

transportasi, dan perawatan rumah sakit, sedangkan pelaku apabila terluka

dan membutuhkan perawatan rumah sakit, sedangkan pelaku apbila

terluka dan membutuhkan perawatan, mendapat perlakuan khusus

sebagaimana dikatakan Geis berikut ini.

“Criminal are taken care of by the state. Offenders who have been

wounded by the police while being apprehended receive free hospital

care. Victims on other hand, generally have to cover costs from their

own resource for injuries sustained”

Peran korban dalam persidangan lebih sebagai bagian dari pencarian

kebenaran material, yaitu sebagai saksi. Dalam tahap pemeriksaan, seperti

halnya korban perkosaan, tidak sedikit yang mengabaikan hak-hak asasi

korban, misalnya korban diperiksa tanpa didampingi oleh tenaga medis,

ditanya dengan mempergunakan kalimat-kalimat yang terkesan vulgar,

dan sebagainya. Sementara itu, pada tahap penjatuhan putusan hakim,

korban dikecewakan dengan putusan pidana karena putusan yang

dijatuhkan pada pelaku relatif ringan, tidak sebanding dengan penderitaan

yang harus ditanggung oleh korban.

Dalam pelaksanaan perlindungan terhadap korban yang dimaksudkan

haruslah memenuhi asas-asas yaitu :

a. Asas manfaat

Yaitu perlindungan korban tidak hanya ditunjukkan bagi tercapainya

kemanfaatan bagi korban kejahatan, namun juga kemanfaatan bagi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

40

masyarakat secara luas, khususnya dalam upaya mengurangi jumlah

tindak pidana serta menciptakan ketertiban masyarakat

b. Asas keadilan

Penerapan asas keadilan dalam upaya melindungi korban kejahatan

tidak bersifat mutlak karena hal ini dibatasi pula oleh rasa keadilan

yang harus juga diberikan pada pelaku kejahatan

c. Asas keseimbangan

Yaitu karena tujuan hukum disamping memberikan kepastian dan

perlindungan terhadap kepentingan manusia, juga untuk memulihkan

keseimbangan tatanan masyarakat yang terganggu menuju pada

keadaan yang semula. Azas ini memperoleh tempat yang penting

dalam upaya pemulihan hak-hak korban

d. Asas kepastian hukum

Asas ini dapat memberikan dasar pijakan hukum yang kuat bagi aparat

penegak hukum pada saat melaksanakan tugasnya dalam upaya

memberikan perlindungan hukum pada korban kejahatan.

C. Peraturan Hukum Cyber Bullying di Indonesia

Kedudukan kejahatan cyber bullying dalam hukum pidana Indonesia

diawali dengan pengaturan kejahatan tersebut secara umum dalam ketentuan

pasal 310 ayat (1), (2), dan (3) KUHP tentang penganiayan bahwa :

(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik

seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang

supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

41

pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling

banyak empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan,

dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam

karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu

tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima

ratus rupiah.

(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan

jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk

membela diri 32

Dalam pembahasan cyber bullying dalam perspektif hukum pidana

tersebut yang dikaji pertama kali adalah berkaitan dengan unsur-unsur delik

yang diatur dalam KUHP. Menurut Eddy O.S Heariej, staff pengajar pada

Fakultas Hukum UGM mengatakan33

:

“Ada kontrakdiksi yang sangat mencolok untuk menindak kejahatan

seperti ini. Dalam hukum diperlukan adanya kepastian termasuk alat bukti

kejahatan, tempat kejahatan dan korban dari tindak kejahatan tersebut,

sedangkan dalam crime by computer (cyber crime pen) ini semuanya serba

maya, lintas waktu”

Dengan demikian berdasarkan paparan pendapat ahli tersebut dapat

diartikan bahwa hukum dalam menghadapi kejahatan ini (cyber bullying)

masih sangat jauh dari memadai, apalagi sebagaimana diketahui bahwa KUHP

adalah produk masa silam, yang pada waktu dibuatnya tidak mengenal

32 Pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

33

Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1997, H. 181.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

42

computer apalagi internet. Kondisi tersebut membawa pada kondisi tidak bisa

terjangkaunya kejahatan tersebut oleh hukum. dengan kata lain tidak ada

aturan yang menjangkaunya. Dalam konsep anomi kondisi ini disebut dengan

normless, yang diartikan sebagai kondisi inability of norm to control or

regulate behavior.

Berdasarkan pertimbangan tersebut pada tahun 2008 dibentuklah suatu

peraturan yang fokus membahas kejahatan dalam dunia maya yakni Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 sebagaimana telah dilakukan perubahan

menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik. Cyberbullying pada UU ITE dimuat pada Pasal 27 ayat

(3) berbunyi :

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Eletronik yang memiliki muatan

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

Kemudian dijelaskan pula dalam Pasal 27 ayat (4) UU ITE bahwa :

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan

pemerasan dan/atau pengancaman”.

Berdasarkan ketentuan pasal dalam KUHP maupun UU ITE yang telah

penulis jelaskan sebelumnya, Indonesia belum mengatur secara spesifik

mengenai tindak pidana cyber bullying baik terkait definisi maupun batasan-

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

43

batasannya. Hanya saja, baik dalam KUHP maupun dalam UU ITE telah

mengatur mengenai tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik

yang merupakan salah satu unsur dari tindak pidana cyberbullying.

Terdapat 19 bentuk tindak pidana dalam pasal 27 sampai 37 UU ITE. Satu

di antaranya merupakan tindak pidana penghinaan khusus, dimuat dalam pasal

27 ayat (3) jo 45 ayat (1). Pasal 27 ayat (3) berbunyi bahwa “setiap orang

dengan sengaja dan hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen yang

memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”

Pasal 45 ayat (1) yaitu “setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana

dimaksud dalam pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3) atau ayat (4) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar”. Tindak pidana penghinaan khusus

dalam pasal 27 ayat (3) jika dirinci terdapat unsur berikut.

1. Unsur objektif

a. Perbuatan : mendistribusikan, Mentransmisikan, Membuat dapat

diaksesnya

Adalah menyalurkan (mengirimkan, membagikan) kepada

beberapa orang atau beberapa tempat34

. Dalam konteks tindak pidana

penghinaan dengan menggunakan sarana teknologi informasi menurut

UU ITE diartikan sebagai perbuatan dalam bentuk dan cara apapun

yang sifatnya menyalurkan, membagikan, mengirimkan, memberikan,

34 Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. Edisi keempat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 336

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

44

menyebarkan informasi elektronik kepada orang lain atau tempat lain

dalam melakukan transaksi elektronik dengan menggunakan teknologi

informasi.

Informasi elektronik yang didistribusikan adalah merupakan data

atau sekumpulan data elektronik seperti tulisan, suara, gambar, gambar

bersuara maupun tidak, peta, rancangan, foto, electronic data

interchange (EDI), surat elektronik (elektronik mail) telegram, teleks,

telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol, atau

perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami

oleh orang mampu memahaminya 35

.

Perbuatan medistribusikan data atau sekumpulan data elektronik

tersebut dalam rangka melakukan transaksi elektronik. Suatu perbuatan

hukum yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi

dengan menggunakan sarana computer, jaringan computer, dan/atau

media elektronik lainnya untuk tujuan-tujuan tertentu.36

Dihubungkan

dengan objek tindak pidana menurut pasal 27 ayat (3) UU ITE.

Perbuatan membuat dapat diaksesnya adalah melakukan perbuatan

dengan cara apapun melalui perangkat elektronik dengan

memanfaatkan teknologi informasi terhadap data atau sekumpulan data

elektronik dalam melakukan transaksi elektronik yang menyebabkan

35 Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Pasal 1 angka 1

36

Ibid, Pasal 1 angka 3

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

45

data lektronik tersebut menjadi dapat diakses oleh orang lain atau

benda elektronik lain.

Penghinaan khusus UU ITE dengan perbuatan “membuat dapat

diaksesnya” merupakan tindak pidana materiil murni. Untuk

terwujudnya secara sempurna tindak pidana ini, diperlukan akibat

bahwa data atau sekumpulan data elektronik telah dapat diakses oleh

orang lain atau seperangkat alat elektronik. Minimal telah terdapat atau

menyebar dalam perangkat elektronik yang lain dari perangkat

elektronik semula yang digunakan oleh si pembuat.

b. Melawan hukum : tanpa hak

Sebagaimana diketahui bahwa unsur tindak pidana tidak berdiri

sendiri. Selalu memiliki hubungan dengan unsur-unsur lainnya.

Hubungan yang dekat dengan unsur tanpa hak dari perbuatan

mendistribusikan, mentransmisikan atau membuat dapat diakses

informasi elektronik, terdapat pada 2 unsur yaitu secara objektif dan

subjektif. Secara objektif, sifat isi informasi atau dokumen (objek)

elektronik tersebut mengandung muatan bentuk-bentuk penghinaan,

utamanya bentuk pencemaran. Pada unsur inilah melekat sifat

melawan hukum perbuatan mendistribusikan dan mentranmisikan

informasi elektronik tersebut.

Kedua secara subjektif, hubungan melawan hukum sangat dekat

dengan unsur dengan sengaja (kesalahan). Bahwa pidana pada

umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barang siapa melakukan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

46

perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki dan diketahui37

. Secara

singkat sengaja artinya menghendaki (willens) dan mengetahui

(wetens). Cara penempatan unsur sengaja dalam ketentuan pidana akan

menentukan relasi pengertian ini terhadap unsur-unsur delik lainnya38

c. Objeknya : informasi dan / atau dokumen elektronik yang memiliki

muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik

- Informasi elektronik dan/atau

Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,

termasuk tapi tidak sebatas pada tulisan, suara, gambar, peta,

rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat

elektronik (elektronik mail), telegram, teleks, telecopy atau

sejenisnya, huruf tanda, angka, kode akses, symbol, atau perforasi

yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh

orang yang mampu memahaminya.

- Dokumen elektronik

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa dokumen

adalah

1) surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai bukti

keterangan (seperti akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian)

2) barang cetakan atau naskah karangan yang dikirim melalui pos

37 Moeljatno. 1979. Hukum Pidana Delk-Delik Penyertaan, Jakarta : Bina Aksara.

Hal 171

38

Jan Remmelink. 2003. Hukum Pidana Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari

KUHP Belanda dan padananya dalam KUHP Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama. Hal 152

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

47

3) rekaman suara, gambar dalam film, dan bukti lainnya yang

dapat digunakan sebagai bukti keterangan

Dengan menggunakan penafsiran gramatikal dan menerapkannya

pada objek tindak pidana, maka dapat didefinisikan bahwa dokumen

elektronik adalah surat tertulis atau tercetak yang disimpan secara

elektronik yang isinya dapat dipakai sebagai bukti berupa tulisan,

suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange

(EDI), Surat Elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy

atau sejenisnya, huruf tanda, angka, kode akses, symbol, atau perforasi

yang teah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang

yang mampu memahaminya.

Terdapat 3 hal yang perlu dipahami mengenai anak kalimat “yang

memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik” sesuai

dengan rumusan pasal 27 ayat 3 UU ITE

a) unsur ini merupakan unsur keadaan yang menyertai yang melekat

pada objek informasi dan/atau dokumen elektronik. Meskipun dua

unsur dapat dibedakan, namun tidak dapat dipisahkan.

b) Pada unsur ini melekat/ letak sifat melawan hukum dari perbuatan

mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan / atau membuat

dapat diaksesnya informasi elektronik. Sekaligus di dalamnya

diletakkan maksud dan tujuan dibentuknya tindak pidana ini.

Sebagai memberi perlindungan hukum terhadap harga diri,

martabat mengenai nama baik dan kehormatan orang.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

48

c) Sebagai indikator bahwa tindak pidana ini merupakan lex spesialis

dari bentuk-bentuk penghinaan umum, utamanya pencemaran

nama baik.

Sebagaimana yang telah diutarakan sebelumnya, terdapat 6

indikator lex specialist. Maka jelas penghinaan dalam pasal 27 ayat (3)

jo 45 ayat (1) UU ITE merupakan lex specialist dari bentukk-bentuk

penghinaan dalam KUHP, khususnya pencemaran. Unsur lex

generalist yang harus ada dalam penghinaan UU ITE ialah salah satu

bentuk-bentuk penghinaan dalam KUHP, khusunya pencemaran.

Alasannya diantaranya yaitu :

a) Dalam frasa yang memiliki muatan penghinaan, khusunya

kata/unsur penghinaan dalam kalimat rumusan Pasal 27 ayat (3)

mengandung makna yuridis adalah semua bentuk-bentuk

penghinaan dalam Bab XVI buku II KUHP. Mulai pencemaran,

fitnah, penghinaan ringan, pengaduan fitnah, menimbulkan

persangkaan palsu sampai penghinaan pada orang mati.

b) Dalam frasa pencemaran nama baik sudah dapat dipastikan, bahwa

maksudnya adalah pencemaran (bentuk standar) dalam pasal 310

ayat (1) KUHP. Hanya saja rumusan Pasal 27 ayat (3) tersebut

kurang lengkap. Tidak menyebutkan objek pencemaran yang lain

ialah kehormatan (eer). Harga diri di bidang nama baik (goeden

naam) itu merupakan salah satu saja dari objek pencemaran selain

kehormatan (eer).

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

49

2. Unsur subjektif

a. Kesalahan : dengan sengaja39

Cyber bullying dalam UU ITE tidak terdapat unsur yang jelas. Hanya

terdapat unsur penghinaan, pencemaran nama baik, pengancaman dan

pemerasan. Sedangkan jenis cyber bullying tidak hanya mengandung unsur

penghinaan, pencemaran nama baik, pengancaman dan pemerasan saja. Pasal

27 ayat (3) dan (4) UU ITE belum menyangkut unsur dari Flaming,

Harassment (gangguan), Impersonation (peniruan), Outing (menyebarkan

rahasia orang lain), Trickery (tipu daya), Exclusion (pengeluaran),

Cyberstalking.

KUHP maupun UU ITE tidak menyebutkan definisi dari penghinaan dan

pencemaran nama baik. Ketentuan dalam KUHP maupun UU ITE hanya

mengatur mengenai sanksi yang menjerat pelaku dari tindak pidana

cyberbullying yang memuat penghinaan dan pencemaran nama baik, belum

ada pengaturan tentang perlindungan terhadap korban dari tindak pidana

cyberbullying tersebut. Mengingat banyak dampak yang timbul yang

dirasakan oleh para korban seperti halnya depresi, stress, bahkan hingga

sampai menyebabkan akibat yang sangat fatal yaitu bunuh diri.

Salah satu dari kebijakan atau politik hukum adalah pembaharuan hukum

pidana. Pembaharuan hukum pidana juga pada hakikatnya harus merupakan

39 Adami Chazawi. 2008. Hukum Pidana Positif Penghinaan “tindak pidana

menyerang kepentingan hukum mengenai martabat kehormatan dan martabat nama baik

orang bersifat pribadi maupun komunal”. Malang :Bayumedia Publishing. Hal. 258

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

50

perwujudan dari perubahan dan pembaharuan terhadap berbagai aspek40

.

Salah satu faktor peraturan perundang-undangan di luar KUHP mengatur

tindak pidana Informasi dan Teknologi adalah karena KUHP tidak mengatur

tindak pidana tersebut, mengingat KUHP hanya memuat tindak pidana

konvensional. Dalam KUHP, UU ITE maupun RUU KUHP Tahun 2015

mengatur tentang pidana yang menjerat pelaku penghinaan dan tidak

mencakup secara keseluruhan tentang tindak pidana cyberbullying.

Pada prinsipnya RUU KUHP Tahun 2015 telah membahas mengenai

tindak pidana cyberbullying, akan tetapi belum mencakup keseluruhan

perbuatan yang tergolong tindak pidana cyberbullying. Begitu pula dengan

perlindungan korban dari tindak pidana cyberbullying tersebut belum diatur

baik pada KUHP, UU ITE maupun RUU KUHP Tahun 2015.

D. Kebutuhan Korban Cyber Bullying

Manusia dilahirkan ke muka bumi dengan membawa hak-hak dasar yang

diberikan Tuhan Yang Maha Esa atau lazim disebut dengan Hak Asasi

Manusia. Hak Asasi Manusia diberikan kepada tiap individu di dunia tanpa

memandang suku, ras, warna kulit. asal-usul, golongan, dan perbedaan-

perbedaan lainnya. Hak ini tidak akan pernah lepas dan selalu melekat seumur

hidup.

Demikian pentingnya hak asasi manusia bagi setiap individu sehingga

eksistensinya harus senantiasa diakui, dihargai, dan dilindungi, diantaranya

melalui produk perundang-undangan. Adanya pengakuan terhadap hak-hak

40 Barda Nawawi Arief, 2011, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Kencana

Predana Group, Jakarta, hlm. 26

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

51

tersebut dari kemungkinan munculnya tindakan-tindakan yang dapat

merugikan manusia itu sendiri, baik dilakukan oleh manusia lainnya maupun

oleh manusia lainnya maupun oleh pemerintah.

Seperti pendapat A.H. Maslow dikutip oleh Purnadi Purbacaraka, manusia

mengharapkan bahwa kebutuhan dasarnya akan dapat terpenuhi, kebutuhan-

kebutuhan dasar tersebut mencakup :

1. Food, Shelter, Clothing

2. Safety of Self and property

3. Self-esteem

4. Self-actualization

5. Love

Tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut dapat

menyebabkan rasa khawatir, tidak puas, dan pada akhirnya cenderung akan

melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hak-hak orang lain yang

terumus dalam norma-norma hukum yang telah ditentukan oleh Negara yang

dalam masyarakat lebih sering disebut kejahatan. Kejahatan merupakan

masalah sosial yang senantiasa terjadi dalam setiap kehidupan sosial. Menurut

Durkheim, kejahatan dianggap sebagai suatu gejala yang normal dalam setiap

masyarakat yang bercirikan heterogenitas dan perkembangan sosial.

Masyarakat yang heterogen dan memiliki dinamika di dalamnya, dapat

ditemukan pada masyarakat di perkotaan.

Dari banyaknya kepentingan setiap orang yang belum tentu secara

sempurna terpenuhi, akan menyebabkan berusaha memenuhi kebutuhan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Uraian Cyber Bullyingeprints.umm.ac.id/47278/3/BAB II.pdf · 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan. Uraian Cyber Bullying 1. Pengertian Cyber Istilah

52

tersebut dengan bermacam-macam cara dan terkadang cara yang

diterapkannya telah mengganggu hak ataupun kepentingan orang lain. Dengan

terganggunya kepentingan orang lain tersebut akan terjadinya korban.

Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dengan tegas menyebutkan bahwa

Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtstaat) dan bukan Negara Kekuasaan

(Machtstaat). Dengan keberadaannya sebagai Negara hukum ada beberapa

konsekuensi yang melekat padanya, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Philipus M.Hadjon, bahwa konsepsi The Rule Law, menempatkan Hak Asasi

Manusia sebagau salah satu ciri khas pada Negara yang disebut Rechststaat

atau menjunjung tinggi the rule of law, bagi suatu Negara demokrasi

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah

satu ukuran tentang baik buruknya suatu pemerintahan.

Beberapa peraturan perundang-undangan yang memuat perihal

perlindungan hak asasi manusia telah banyak disusun, bak dalam perundang-

undangan nasional maupun internasional, diantaranya Undang-undang Nomor

9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka

Umum, Undnag-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi

Manusia.

Perlindungan korban yang biasanya dikaitkan dengan salah satu tujuan

pemidanaan yaitu penyelesaian konflik. Dengan penyelesaian konflik yang

ditimbulkan oleh adanya tindak pidana akan memulihkan keseimbangan dan

mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.