bab ii kajian pustaka a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/41586/3/bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Achmad dan Hening (2017) tentang
Pengaruh EVA, MVA, ROE dan TATO terhadap Harga Saham. Objek pada
perusahaan Food And Beverage tahun 2012-2015 di BEI. Peneliti ini
menggunakan alat analisis regresi linier berganda dan uji asumsi klasik serta
menggunakan uji kelayakan model, uji T, dan uji F. Hasil dari penelitian yang
dilakukan menyatakan bahwa secara simultan variabel EVA, MVA, dan ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Variabel EVA,
MVA, ROE secara parsial berpengaruh positif dan signifikan sedangkan
variabel TATO berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham
perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI. Variabel yang paling
berpengaruh adalah ROE
Penelitian yang dilakukan oleh Faitullah (2016) tentang Analisis
Pengaruh EPS, ROA, ROE, EVA, dan MVA terhadap Harga Saham. Objek
pada perusahaan farmasi tahun 2010-2014 di BEI. Alat analisis yang
digunakan regresi linier berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis yang
terdiri dari uji koefisien determinasi, uji T, dan uji F. Hasil dari penelitian
yang dilakukan menyatakan bahwa secara simultan kelima variabel
berpengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama terhadap harga
saham. Pengujian secara parsial (uji T) dari kelima variabel hanya EPS yang
10
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham perusahaan farmasi di BEI.
Penelitian yang dilakukan oleh Sonia, dkk (2014) tentang Analisis
Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan
Return On Investment (ROI) Terhadap Harga Saham pada perusahaan
Property dan Real Estate tahun 2009-2012 di BEI. Alat Analisis yang
digunakan adalah Uji Asumsi klasik, Uji Deskriptif, Analisis Regresi Linear
Berganda, Uji Hipotesis. Hasil dari Penelitian ini adalah dari ketiga variabel
secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham, namun yang lebih dominan berpengaruh terhadap harga saham adalah
ROI.
Penelitian yang dilakukan oleh Vita (2017) tentang Pengaruh ROA,
ROE dan EPS terhadap Harga Saham. penelitian ini mengambil objek pada
PT Garuda Indonesia Tbk yang datanya sekunder yaitu diperoleh dari BEI
tahun 2011-2015. Alat Analisis yang digunakan adalah Regresi linier
berganda, Uji Asumsi Klasik, Uji Hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ROA dan EPS secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
harga saham sedangkan ROE secara parsial berpengaruh negatif tidak
signifikan, namun secara simultan ROA, EPS, ROE berpengaruh positif
terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 pada
perusahaan PT. Garuda Indonesia Tbk.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah terletak
pada beberapa variabel yang digunakan. Peneliti sebelumnya menggunakan
variabel yang berbeda seperti ROI, TATO, EPS, ROE. Objek penelitian yang
11
digunakan perusahaan farmasi, property and real estate, PT Garuda Indonesia
Tbk serta dengan periode tahun yang diteliti yaitu 2009-2015. Penelitian ini
menggunakan perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di BEI dengan
periode tahun 2012-2017 dan variabel tambahan yaitu ROA untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh harga saham pada perusahaan. Persamaan dengan
peneliti sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan variabel EVA dan MVA
untuk mengetahui apakah ada pengaruh dengan harga saham.
B. Tinjauan Teori
1. Kinerja Keuangan
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan maka secara umum
perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan, mencakup
pembandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri
yang sama dan evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan
sepanjang waktu (Brigham dan Houston 2007:78). Laporan keuangan
perusahaan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu
maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu.
Kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh
perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan laba dan cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen
agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana untuk
melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik
perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu
12
perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan
tujuan yang telah ditetapkan perusahaan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar
(Fahmi, 2011:2). Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang
kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alatalat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu.
2. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut, porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan
di perusahaan tersebut ( Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5)
3. Harga Pasar Saham
Jogiyanto (2008:167) harga saham adalah harga yang terjadi
dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan
dipasar modal. Adanya permintaan dan penawaran di dapasar bursa
menyebabkan adanya perbedaan dan perubahaan terhadap harga saham.
13
Keputusan investasi dalam saham investor perlu menganalisis variabel
yang mempengaruhi terbentuknya harga saham
Brigham dan Houston (2014:7) harga saham menentukan kekayaan
pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham
diterjemahkan menjadi memaksimalkan harga saham perusahaan. Harga
saham pada waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang
diharapkan diterima di masa depan oleh investor jika investor itu membeli
saham. Tujuan manajemen adalah mengambil sekumpulan keputusan yang
menghasilkan harga saham maksimal karena ini akan memaksimalkan
kekayaan pemegang saham
Husnan (2003:303) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan
dapat digunakan untuk mengukur harga saham pada suatu perusahaan.
Sebelum melakukan investasi saham pada suatu perusahaan sebagai
investor harus melakukan sebuah analisis untuk kedepannya. Adanya alat
analisis rasio keuangan membantu para calon investor untuk menilai
apakah layak atau tidak perusahaan tersebut dijadikan emiten untuk
penanaman modal karena hasil analisis yang dilakukan dapat mengetahui
seberapa baik perusahan dalam mengelola keuangan.
4. Jenis – Jenis Harga Pasar Saham
Widoatmodjo (2005:54) harga saham dibedakan sebagai berikut:
a. Harga Nominal
Harga yang tecantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan
oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
14
Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena
dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkans nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat
dibursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan
oleh penjamin emisi (underwrite) dan emiten. Diketahui berapa harga
saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk
menentukan harga perdana.
c. Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat
dibursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin
emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga
inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya,
karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi
harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari
diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
d. Harga pembuka
Harga pembukaan adalah harga yang diminta oleh penjual atau
pembeli pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat
dimulainya hari bursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan
harga sesuai dengan yang diminta oleh penjual dan pembeli. Keadaan
seperti itu menunjukkan bahwa harga pembukaan bisa menjadi harga
15
pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar mungkin juga akan menjadi
harga pembukaan, namun tidak selalu terjadi.
e. Harga Penutupan
Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau
pembeli pada saat akhir hari bursa. Keadaan demikian, bisa saja terjadi
pada saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham,
karena ada kesepakatan antar penjual dan pembeli. Apabila hal ini
terjadi maka harga penutupan itu telah menjadi harga pasar, namun
harga ini tetap menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut.
f. Harga Tertinggi
Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi
yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu
saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.
g. Harga Terendah
Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah
yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi
transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang
sama. Kata lain harga terendah merupakan lawan dari harga tertiggi.
h. Harga Rata-Rata
Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan
terendah.
16
5. Faktor Internal yang Mempengaruhi Harga Saham
Arifin (2001 : 116-125) Faktor fundamental merupakan faktor
yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen
organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang
tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Model ini yangs merupakan
langkah paling penting adalah mengidentifikasi faktor–faktor fundamental
yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang
dianalisis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi
perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM, dan
keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan.
Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan
dengan kondisi internal perusahaan. Salah satu komponen yang
berhubungan dengan kondisi internal perusahaan adalah kinerja
perusahaan yang terdiri dari Return On Equity (ROE), Operating Profit
Margin (OPM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS),
Book Value (BV), Return On Assets (ROA).
a. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan salah alat utama investor
yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham. Rasio ini
sering disebut juga dengan return on net worth merupakan rasio
profitabilitas yang menunjukkan rasio antara laba setelah pajak atau
earning after tax (EAT) terhadap total modal sendiri (equity) yang
17
berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain
yang dikumpulkan oleh perusahaan.
Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan
dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau
keuntungan bersih. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian
perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang
dimiliki oleh perusahaan. ROE diformulasikan sebagai berikut:
ROE = EAT
Total Equity
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan
oleh berapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan
untuk membayar hutang. DER yang tinggi menunjukkan hutang
semakin besar dibandingkan dengan ekuitasnya, sehingga beban bunga
dan ketergantungan modal perusahaan terhadap pihak luar juga semakin
besar.
Rasio debt to equity ratio (DER) digunakan untuk mengukur
tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga
beban perusahaan semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak
pemegang saham (dalam bentuk dividen), hal ini menyebabkan
18
berkurangnya minat investor terhadap saham perusahaan karena tingkat
pengembaliannya semakin kecil.
DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kinerja
perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik saham yang
ditawarkan di Pasar Modal. Semakin baik kinerja perusahaan, maka
daya tarik saham perusahaan tersebut semakin tinggi, karena saham
tersebut memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan, jika
permintaan investor terhadap saham perusahaan cukup besar, maka
dapat berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Secara
matematis DER dapat diformulasikan sebagai berikut:
DER = Total Debts
Total Equity
Apabila Debt to Equity Ratio nya tinggi, maka dapat
menunjukkan bahwa risiko finansial atau risiko kegagalan perusahaan
untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, begitu pula
sebaliknya. Jadi penggunaan hutang yang semakin besar akan
mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak terbayar.
c. Operating Profit Margin (OPM)
Operating Profit Margin (OPM) mengukur tingkat keuntungan
perusahaan dari kegiatan operasi utamanya dengan membandingkan
laba operasi (penjualan dikurangi biaya operasi) dan penjualan (laba
operasi/penjualan). Semakin tinggi margin laba operasi perusahaan,
semakin bagus perusahaan tersebut. Operating Profit Margin (OPM)
mengukur persentase setiap penjualan setelah semua cost and expenses
19
diluar biaya bunga dan pajak. Secara matematis OPM dapat
diformulasikan sebagai berikut:
OPM = Operating Profit
Sales
OPM adalah salah satu alat untuk mengukur profitabilitas suatu
perusahaan. Tanpa profit, perusahaan tidak akan menarik bagi investor,
oleh karena itu rasio ini sangat penting bagi investor untuk menilai
masa depan perusahaan. Dalam memilih investasi saham, investor akan
memilih perusahaan yang memiliki OPM yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki OPM rendah.
d. Earning Per Share (EPS)
Setiap investor yang membeli saham perusahaan selalu
mengharapkan return/keuntungan. Salah satu cara mengukur return
yang akan diperoleh adalah dengan Earning Per Share (EPS). EPS
menunjukkan keuntungan yang diterima oleh pemegang saham biasa
per lembar saham. EPS (Earning Per Share) merupakan salah satu
informasi akuntansi yang memberikan analisis rasio keuntungan bersih
per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan.
Investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam
bentuk laba per lembar saham, sebab earning per share (EPS) ini
menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap
lembar saham biasa. Jumlah EPS yang akan didistribusikan kepada
investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal
pembayaran deviden. Semakin tinggi nilai EPS dapat diartikan bahwa
20
semakin besar pula laba yang disediakan untuk pemegang saham. EPS
dihitung dengan formula
EPS = Net Income After Tax
Total Share
EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu
memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang
saham, sedangkan EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan
gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana yang diharapkan oleh
pemegang saham. Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan
ditunjukkan oleh besarnya earning per share dari perusahaan yang
bersangkutan.
e. Book Value (BV)
Book Value (BV) atau nilai buku saham adalah rasio yang
menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah
saham. Nilai buku (Book Value) seringkali dijadikan tolok ukur untuk
menilai tinggi rendah atau mahal murahnya saham perusahaan karena
nilai buku per lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan
yang akan diperoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit
saham (emiten) dilikuidasi. Book value dapat dihitung dengan formula
berikut :
BV = Total Equity
Total Share
21
f. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) adalah imbal hasil atas aset, artinya
penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana investasi atau
aset yang telah ditanamkan mampu memberikan keuntungan. Nilai
ROA menjelaskan bagaimana perusahaan telah mengelola aset agar
memperoleh keuntungan. ROA merupakan salah satu rasio pofitabilitas
yang dinilai dapat mempengaruhi investor untuk melakukan investasi,
tentunya juga berpengaruh tehadap naik turunnya harga saham. Return
on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas.
Hanafi (2004:83) ROA mengukur seberapa baik manajemen
menggunakan semua aktiva untuk menghasilkan keuntungan atau laba.
Rasio ini menghubungkan antara laba setelah pajak dengan total aktiva.
Semakin besar Return On Asset (ROA) perusahaan, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut, sehingga
berdampak pada harga saham yang terbentuk.
Brigham dan Houston (2014:90) Rasio laba bersih terhadap total
aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga
dan pajak. Rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan
keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu
mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada
masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.
Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan,
yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah
22
diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan
untuk kelangsungan hidup perusahaan
Munawir (2007:89) Return on Assets (ROA) merupakan salah
satu rasio profitabilitas yang mengukur efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset, dan
modal saham tertentu. Semakin besar return on assets maka kinerja
perusahaan tersebut semakin baik, karena tingkat kembalian (return)
semakin besar. Perusahaan dengan return on assets yang besar akan
menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut, karena keuntungan yang akan mereka terima besar,
demikian juga sebaliknya jika return on assets rendah, maka minat
investasi turun, dan harga saham pun turun. Aktiva suatu perusahaan
didanai oleh pemegang saham dan kreditor.
Economic value Added (EVA) merupakan estimasi laba ekonomi
usaha yang sebenarnya untuk tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda
dari laba bersih akuntansi dimana laba akuntansi tidak dikurangi dengan
biaya ekuitas sementara dalam perhitungan EVA biaya ini akan
dikeluarkan (Brigham & Houstan 2014:110). EVA adalah nilai yang
ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu
tahun tertentu. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah
biaya dari seluruh modal termasuk modal ekuitas dikurangkan.
Sartono (2008:104) EVA memberikan pengukuran yang lebih
baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang
23
saham. Manajer yang menitikberatkan pada EVA dapat diartikan telah
beroperasi pada cara-cara konsisten untuk memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham. Perlu dicatat EVA juga dapat
diterapkan pada tingkat divisi atau subsidiary perusahaan. EVA
merupakan salah satu kriteria yang lebih baik dalam kebijakan
manajerial dan kompensasi. Nilai perusahaan akan meningkat jika
perusahaan membiayai investasi dengan net present value yang positif
akan memberikan EVA kepada pemegang saham
Rudianto (2006:348) menjelaskan hasil penelitian kinerja suatu
perusahaan dengan menggunakan EVA dapat dikelompokkan kedalam
3 kategori yang berbeda yaitu:
1) Nilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil
menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
2) Nilai EVA = 0
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada dalam titik
impas. Perusahaan tidak mengalami kemunduran tapi sekaligus
tidak mengalami kemajuan secara ekonomi.
3) Nilai EVA < 0 atau EVA bernilai negatif
Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses penambahan nilai
ekonomis bagi perusahaan, dalam arti laba yang dihasilkan tidak
dapat memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham
perusahaan (investor ).
24
Market Value Added (MVA) merupakan tujuan utama
perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
yang dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value
equity dan jumlah modal yang ditanamkan investor kedalam
perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai Market Value Added
(MVA). MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja
manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. Definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa MVA adalah nilai tambah pasar atau MVA
adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah
ekuitas modal investor yang telah diberikan (Brigham dan Houston,
2006:68).
Brigham dan Houston (2014:111) semakin besar MVA,
menunjukkan indikasi MVA semakin baik. Paparan tersebut dapat
disimpulkan bila MVA positif maka perusahaan telah berhasil
meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan, sedangkan bila
nilai MVA negatif maka perusahaan tidak berhasil mengubah investasi
menjadi lebih besar, bahkan menurunkan nilai modal yang ditanamkan
kepada. MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu
perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca,
nilai pasar dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah
saham yang beredar.
Brigham dan Houston (2014:111) “Market Value Added
(MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan
25
jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan”. Jadi, kekayaan
atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan
bertambah bila MVA bertambah. Tujuan utama perusahaan adalah
memaksimalkan kekayaan pemegang saham, tujuan ini jelas memihak
pada keuntungan pemegang saham.
Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai
bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang
sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih
besar. Semakin besar MVA, menunjukkan indikasi MVA semakin
baik. Paparan tersebut dapat disimpulkan indikator yang digunakan
untuk mengukur yaitu:
1) Jika Market Value Added (MVA) > 0, bernilai positif, perusahaan
berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh
penyandang dana.
2) Jika Market Value Added (MVA) < 0, bernilai negatif, perusahaan
tidak berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan
oleh penyandang dana
6. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham bukan hanya dipengaruhi oleh internal perusahan
melainkan kondisi eksternal perusahaan juga. (Arifin, 2001 : 116-125)
a. Hukum permintaan dan penawaran
Faktor permintaan dan penawaran yang juga salah satu dalam
mempengaruhi harga saham. Sehingga begitu investor mengetahui
26
kondisi fundamental perusahaan mereka akan melakukan transaksi jual
beli. Transaksi–transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi
harga saham.
b. Tingkat suku bunga
Adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil
berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang
tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor.
Investor produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil
risikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham,
karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan di
bank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada
penurunan harga saham secara signifikan.
c. Valuta asing
Mata uang Amerika (dolar) merupakan mata uang terkuat
diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing
akan menjual sahamnya dan ditempatkan di bank dalam bentuk dolar
sehingga menyebabkan harga saham akan naik.
d. Dana asing di bursa
Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang
penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini
menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang
berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan
merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika
27
investasi asing berkurang, ada pertimbangan bahwa mereka sedang ragu
atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya,
jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada
kenaikan atau penurunan harga saham.
e. Indeks harga saham
Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu
tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian
negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi
sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau
turunnya harga saham di pasar bursa.
f. News and rumors
Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut
beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik keamanan,
hingga berita seputar reshuffle kabinet. Berita tersebut membuat para
investor bisa memprediksi seberapa kondusif keamanan negeri ini
sehingga kegiatan investasi dapat dilaksanakan. Ini akan berdampak
pada pergerakan harga saham di bursa.
Selain faktor -faktor di atas, harga saham juga dapat dipengaruhi oleh
kondisi perusahaan. Semakin baik kinerja suatu perusahaan akan berdampak
pada laba yang diperoleh perusahaan dan keuntungan yang didapat oleh
investor, sehingga akan mempengaruhi peningkatan harga saham.
28
C. Pengembangan Kerangka Pemikiran dan Hipotesis.
1. Hubungan EVA, MVA, dan ROA terhadap harga saham
Penggunaan analisis rasio keuangan (ROA) seringkali digunakan
oleh investor sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan
investasi, namun alat pengukur akuntansi konvensional ini memliki
keterbatasan yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk
mengetahui apakah suatu perusahaan berhasil menciptakan suatu nilai atau
tidak. Keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan konsep baru yang telah
dikembangkan yaitu EVA yang mencoba mengukur nilai tambah yang
timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan, dan MVA merupakan
indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi (Sartono,
2010:104).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Faitullah (2016) dengan
hasil bahwa secara simultan EVA, MVA, dan ROA berpengaruh
positifdan signifikan terhadap harga saham. Hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Achmad dan Hening (2017) bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan secara simultan antara variabel EVA, ROE, MVA, dan TATO
terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan Bergita, dkk (2014) juga
menyatakan secara simultan EVA, MVA, ROI berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham. Kesimpulannya, baik secara teoritis dan
didukung oleh hasil peneliti terdahulu maka variabel EVA, MVA, dan ROA
memiliki hubungan positif dengan harga saham.
H0 : EVA, MVA, ROA secara simultan tidak berpengaruh positif dan
sigifikan terhadap harga saham.
29
H1 : EVA, MVA, ROA secara simultan berpengaruh positif dan sigifikan
terhadap harga saham.
2. Hubungan Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham
Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran kinerja yang
menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai
tambah. Kebijaksanaan mengimplementasikan EVA mendorong kenaikan
harga saham suatu perusahaan. Semakin tinggi EVA semakin tinggi harga
saham perusahaan tersebut, jadi menandakan kesejahteraan para pemegang
saham. EVA yang memiliki nilai positif menunjukkan bahwa perusahaan
yang bersangkutan dikelola dengan efisien dan efektif. Perusahaan untuk
menghasilkan EVA yang positif dapat mempengaruhi harga saham
(Brigham and Houston, 2014:11).
Penelitian yang dilakukan ini untuk menguji pengaruh EVA
terhadap harga saham yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti
yang sudah dijabarkan pada poin peneliti terdahulu. Penelitian yang
dilakukan Bergita, dkk (2014) menunjukkan bahwa variabel EVA secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. penelitian
lain yang mendukung dilakukan oleh Achmad dan Hening (2017)
berdasarkan uji statistik yang dilakukannya menunjukkan bahwa variabel
EVA secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham. Artinya, hasil dari dua jurnal diatas menyimpulkan bahwa baik
secara teoritis dan peneliti terdahulu maka EVA memiliki hubungan positif
dengan harga saham.
30
H0 : EVA tidak berpengaruh positif dan sigifikan secara parsial terhadap
harga saham.
H1 : EVA berpengaruh positif dan sigifikan secara parsial terhadap harga
saham.
3. Hubungan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham
Market Value Added (MVA) adalah suatu pengukuran kinerja yang
tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan
bagi pemiliknya. MVA merupakan selisih antara nilai pasar saham dengan
modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham. Semakin tinggi nilai MVA,
semakin baik pekerjaan yang telah dilakukan manajemen bagi pemegang
saham perusahaan Brigham dan Houston (2014:111). Menurut investor
MVA dengan nilai positif menunjukkan bahwa saham perusahaan lebih
besar dari nilai buku per lembarnya. Perusahaan yang baik dilihat dari
MVA lebih besar dari nol, sedangkan MVA kurang dari nol menunjukkan
berkurangnya nilai modal pemegang saham.
Didukung dari hasil penenlitian Achmad dan Hening (2017)
menunjukkan bahwa variabel MVA secara parsial berpengaruh positif
terhadap harga saham. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Bergita, dkk
(2014) juga menyatakan bahwa variabel MVA secara parsial berpengaruh
positif dengan harga saham. Kesimpulannya, baik secara teoritis maupun
didukung oleh hasil peneliti terdahulu maka MVA memiliki hubungan positif
dengan harga saham.
H0 : MVA tidak berpengaruh positif dan sigifikan secara parsial terhadap
harga saham.
31
H1 : MVA berpengaruh positif dan sigifikan secara parsial terhadap harga
saham
4. Hubungan Return On Assets (ROA) terhadap harga saham
Return On Assets (ROA) mengukur seberapa baik manajemen
menggunakan semua aktiva untuk menghasilkan keuntungan atau laba.
Rasio ini menghubungkan antara laba setelah pajak dengan total aktiva.
Semakin besar Return On Asset (ROA) perusahaan, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut (Hanafi,
2004:83). Semakin tinggi keuntungan perusahaan, akan membuat investor
tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga saham
perusahaan tersebut akan naik.
Didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu Vita (2017)
menyatakan bahwa secara parsial atau secara individual variabel return on
asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Kesimpulannya, baik secara teoritis dan didukung oleh hasil peneliti terdahulu
maka ROA memiliki hubungan positif dengan harga saham.
H0 : ROA tidak berpengaruh positif dan sigifikan secara parsial terhadap
harga saham.
H1 : ROA berpengaruh positif dan sigifikan secara parsial terhadap harga
saham.
5. Hubungan ROA lebih berpengaruh terhadap harga saham.
Return On Assets (ROA) dapat digunakan sebagai tolak ukur oleh
perusahaan dalam menentukan harga saham. Analisis rasio keuangan dapat
32
digunakan untuk mengukur harga saham pada suatu perusahaan (Husnan,
2003:303) yang salah satunya termasuk ROA yang menjadi ukuran
perusahaan dalam menetapkan harga saham pada perusahaan di Bursa
Efek Indonesia. Didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Bergita,
dkk (2014), Pengaruh EVA, MVA, ROI terhadap harga saham pada
perusahaan property dan real estate menunjukkan bahwa variabel ROI
yang lebih berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan Vita (2017), Pengaruh ROA, ROE dan
EPS terhadap Harga Saham pada PT Garuda Indonesia Tbk menunjukan
bahwa ROA berpengaruh secara signifikan penentuan harga pasar saham
perusahaan. Penelitian yang dilakukan Achmad dan Hening ( 2017)
menunjukkan bahwa dari variabel EVA, MVA, ROE, TATO yang paling
berpengaruh terhadap harga saham adalah ROE. Penelitian Bergita, dkk
(2014) menyatakan dari variabel EVA, MVA, ROI yang paling berpengaruh
terhadap harga saham adalah ROI
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh Economic
Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Return On Assets
(ROA) pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di BEI.
Kerangka penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Berdasarkan kerangka pikir dibawah, kita lihat bahwa dalam
penelitian ini dapat diketahui bagaimana pengaruh antara variabel terikat
dengan variabel bebas baik secara bersama-sama (simultan) maupun
secara individu (parsial), yaitu variabel Economic Value Added (EVA),
33
Market Value Added (MVA), dan Return On Assetss (ROA) sebagai
variabel terikat terhadap harga saham sebagai variabel bebas pada
perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di BEI
Berdasarkan pengembangan hipotesis dan kerangka pemikiran
tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H1: Variabel EVA, MVA, dan ROA berpengaruh positif dan signifikan
secara simultan terhadap harga pasar di BEI.
H2: Variabel EVA, MVA, dan ROA berpengaruh positif dan signifikan
secara parsial terhadap harga pasar saham di BEI.
H3: Variabel ROA yang paling berpengaruh terhadap harga saham di BEI
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
ROA (X3)
EVA (X1)
Harga Pasar
Saham (Y) MVA (X2)