bab ii kajian pustaka a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/bab ii.pdf ·...

28
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Affandi (2013) hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan PT. Mayora Indah, Tbk pada tahun 2007-2011, dilihat dari rasio likuiditas menyatakan bahwa perusahaan dalam kondisi keuangan yang baik, karena mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari rasio aktivitas juga baik, karena perusahaan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat, dan dari rasio solvabilitas menyatakan kinerja perusahaan baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil dari penelitian Janaloka (2015). Janaloka (2015) hasil penelitian yang dilakukan pada 3 perusahaan telekomunikasi yaitu PT.Telkomsel Tbk, PT.indosat Tbk, dan PT.smartfren Tbk menyatakan bahwa perusahaan masih belum bisa dikatakan likuid, karena rasio likuiditasnya kurang dari 2 kali sehingga, perusahaan perlu menghindari keputusan yang bersifat mengejar keuntungan yang bersifat jangka pendek, namun mampu memberikan kerugian bersifat jangka panjang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil dari penelitian dari Handayani (2015). Handayani (2015) hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan Asuransi yang Go Public, menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada perusahaan BUMN Asuransi tergolong baik. Dari penilaian analisis rasio, hasilnya tidak ada analisis

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Affandi (2013) hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan PT. Mayora

Indah, Tbk pada tahun 2007-2011, dilihat dari rasio likuiditas menyatakan bahwa

perusahaan dalam kondisi keuangan yang baik, karena mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Dari rasio aktivitas juga baik, karena perusahaan

menunjukkan kinerja yang semakin meningkat, dan dari rasio solvabilitas

menyatakan kinerja perusahaan baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

hasil dari penelitian Janaloka (2015).

Janaloka (2015) hasil penelitian yang dilakukan pada 3 perusahaan

telekomunikasi yaitu PT.Telkomsel Tbk, PT.indosat Tbk, dan PT.smartfren Tbk

menyatakan bahwa perusahaan masih belum bisa dikatakan likuid, karena rasio

likuiditasnya kurang dari 2 kali sehingga, perusahaan perlu menghindari

keputusan yang bersifat mengejar keuntungan yang bersifat jangka pendek,

namun mampu memberikan kerugian bersifat jangka panjang. Hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan hasil dari penelitian dari Handayani (2015).

Handayani (2015) hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan Asuransi

yang Go Public, menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada perusahaan BUMN

Asuransi tergolong baik. Dari penilaian analisis rasio, hasilnya tidak ada analisis

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

6

rasio yang bernilai negatif, dan Risk Based Capital yang negatif. Analisis rasio

yang terdiri dari likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan rentabilitas menunjukkan

nilai terbaik pada PT. Asuransi Jiwa Sraya, dan yang terendah pada PT. Asuransi

Ekspor Indonesia, tetapi pada Risk Based Capital tertinggi pada PT. Asuransi Jasa

Raharja, dan yang terendah pada PT. Asuransi Ekspor Indonesia. Hasil ini sejalan

dengan penelitian terdahulu dari Herdiananda (2017).

Herdiananda (2017) hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan

Tambang yang terdaftar di BEI, yaitu dari seluruh perusahaan tambang yang

terdaftar, ada perusahaan yang memiliki kinerja yang kurang baik yaitu PT.

ATPK Resources Tbk ini terjadi, karena berdasarkan standart industry dari 9 rasio

keuangan hanya 2 rasio yang memenuhi standar industri yaitu current ratio dan

quick ratio, 7 rasio lainnya tidak memenuhi standar industri.

A. Tinjauan Pustaka

1. Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (2004:17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari

suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen

dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Laporan keuangan dapat juga digunakan

untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di

luar perusahaan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

7

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia No.1 (2009), laporan keuangan adalah

suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu

entitas. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari

neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2012 :10), menyatakan bahwa secara umum laporan

keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan,

baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan keuangan juga

dapat disusun secara mendadak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maupun

secara berkala. Menurut Rudianto (2009:18), tujuan laporan keuangan sebagai

berikut :

a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai

sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya dengan perubahaan dalam

sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan yang timbul dalam aktivitas usaha

dalam rangka memperoleh laba.

c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan

dalam mengistimasi potensi perusahaan guna menghasilkan laba dimasa

mendatang.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

8

d. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan

dalam mengistimasi potensi perusahaan guna mengasilkan laba.

e. Untuk memberikan informasi lainya mengenai perubahan dalam sumber-

sumber ekonomi dalam kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas

pembelanjaan dan investasi.

f. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan

dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pengguna laporan,

seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

3. Kegunaan Laporan Keuangan

Fahmi (2012 : 23), menyatakan laporan keuangan sangat diperlukan untuk

mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan

untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Laporan

keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan

sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan

tersebut. Sehingga, laporan keuangan memegang peranan yang luas dan

mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

4. Bentuk Laporan Keuangan

Analisis terhadap laporan keuangan, sangatlah penting bagi seorang analis

untuk mengetahui dan mengenal bentuk ataupun prinsip penyusunan laporan

keuangan serta masalah-masalah yang diperkirakan timbul dalam penyusunan

laporan keuangan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

9

a. Neraca

Menurut Munawir (2002:39), neraca atau balance sheet adalah laporan yang

menyajikan sumber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aktiva,

kewajiban-kewajiban atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam

didalam perusahaan tersebut atau modal pemilik pada suatu saat tertentu.

Neraca dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1) Aktiva (Asset)

Kasmir (2008 : 39), menyatakan aktiva merupakan harta atau kekayaan

yang dimiliki oleh perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu.

Komponen aktiva secara umum, adalah sebagai berikut :

a. Aktiva Lancar (current asset)

Menurut Munawir (2002), Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva

lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan dengan uang tunai,

dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau

dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Penyajian pos-pos aktiva

lancar didalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya, sehingga

penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan aktiva yang

tidak likuid.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

10

b. Investasi (invesment)

Menurut Sadono Sukirno, investasi adalah sebagai pengeluaran atau

pembelanjaan penanam-penanam suatu modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan juga perlengkapan-perlengkapan produksi untuk

menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan juga jasa-jasa yang

tersedia dalam perekonomian.

c. Aktiva Tetap (fixed asset)

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang mempunyai umur relatif

permanen (memberikan manfaat kepada perusahaan selama bertahun-tahun yang

dimiliki dan digunakan untuk operasi sehari-hari dalam rangka kegiatan normal

dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali (bukan barang dagangan) serta

nilainya relatif material (Munawir, 2010:139).

d. Aktiva Tidak Berwujud (intangible asset)

Aktiva tak berwujud adalah aktiva non moneter yang bisa diidentifikasi,

tidak memiliki wujud fisiksecara nyata serta dimiliki guna menghasilkan maupun

menyerahkan barang dan jasa, disewakanmaupun hanya untuk tujuan administrasi

(PSAK No.19).

e. Aktiva Lain-lain (other asset)

Aktiva lain- lain adalah aktiva yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam

kriteria aktiva yang lainnya (aktiva tak berwujud, aktiva lancar, investasi jangka

panjang). Contoh aktiva lain – lain: mesin yang sudah tidak dipakai dan tanah

yang tidak menjadi tempat usaha.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

11

2) Hutang/kewajiban (liabilities)

Kewajiban adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan oleh perusahaan

di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa

yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya. Komponen

dari kewajiban secara umum adalah sebagai berikut :

a. Kewajiban Lancar (current liabilities)

Menurut Munawir (2007:18), hutang lancar atau hutang jangka pendek

adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasan atau pembayaran akan

dilakukan dalam jangka waktu pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan

menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

b. Kewajiban Jangka Panjang (long term liabilities/debt)

Menurut Baridwan (2000:365), hutang jangka panjang digunakan untuk

menunjukkan hutang-hutang yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu

lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan kelompok

dari aktiva lancar.

c. Kewajiban Lain-lain (other liabilities)

Kewajiban lain-lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung

kewajiban-kewajiban bank yang tidak dapat digolongkan kedalam salah satu pos

tersebut diatas dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri,

antara lain seperti setoran jaminan (PSAK No.31).

d. Kewajiban yang Disubordinasi (subordinated loan)

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

12

Kewajiban yang disubordinasi adalah utang yang didalam perjanjian

disubordinasi, artinya pembayarannya ditempatkan lebih rendah dari prioritasnya,

sesudah perusahaan melunasi kewajiban-kewajiban lain. Jika terjadi likuidasi

perusahaan, utang ini baru dibayar sesudah kewajiban-kewajiban lainnya

dilunaskan (IAI 1984:43).

3) Modal (equity)

Modal merupakan setoran kekayaan (sumber ekonomi) dari pemilik

perusahaan kepada perusahaan. Termasuk ke dalam golongan modal ini antara

lain adalah pendapatan, beban, dan prive. Hal ini dikarenakan, akun/ rekening ini

berpengaruh besar terhadap pertambahan dan pengurangan modal suatu

perusahaan. Komponen terakhir dari neraca adalah modal itu sendiri, yaitu selisih dari

aktiva dengan kewajiban (hutang). Modal ini adalah investasi yang dilakukan oleh

pemilik perusahaan. Komponen modal adalah :

a. Modal Saham (capital stock)

Modal saham merupakan jenis modal yang hanya terdapat dalam

perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang diperoleh dengan cara

menerbitkan dan menempatkan saham – saham tersebut kepada pihak tertentu

atau kepada masyarakat umum. Tingkat kepemilikan pemegang saham terhadap

perusahaan tergantung seberapa besar bagian saham yang dikuasainya.

b. Agio Saham (surplus/premium)

Agio Saham adalah kekayaan bersih perusahaan yang diperoleh dari

penilaian atau penjualan saham di atas nilai nominalnya. Nilai agio saham diambil

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

13

dari selisih harga jual dan harga beli suatu saham. Singkatnya, agio saham adalah

selisih lebih setoran pemegang saham di atas nilai nominalnya.

c. Laba yang Ditahan (retained earning)

Laba Ditahan (Retained Earnings) merupakan kumpulan laba tahun berjalan

dari sejak tahun pertama perusahaan berdiri sampai dengan sekarang setelah

dikurangi dengan dividen yang dibagi. Laba Ditahan (Retained Earnings)

biasanya ada pada perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas).

d. Laba Tahun Berjalan (profit of current year)

Laba ditahan merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu

kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi dividen yang

dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal.

e. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan

adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai

aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi

atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi

mencerminkan nilai yang wajar.

b. Laporan Rugi-Laba

Laporan rugi laba adalah laporan yang memberikan informasi tentang

komposisi keuangan penjualan, harga pokok, dan biaya-biaya perusahaan selama

suatu periode tertentu. Melalui laporan rugi-laba dapat diketahui jumlah

keuntungan yang diperoleh atau kerugian yang dialami oleh perusahaan selama

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

14

periode tertentu tersebut. Bentuk laporan rugi-laba yang biasa digunakan menurut

Kasmir (2008: 49) sebagai berikut :

1) Single Step, yaitu merupakan gabungan dari jumlah seluruh penghasilan baik

pokok (operasional) maupun di luar pokok (nonoperasional) dijadikan satu,

kemudian jumlah biaya pokok dan di luar pokok juga dijadikan satu.

2) Multiple Step, yaitu merupakan pemisahaan antara komponen usaha pokok

(operasional) dengan di luar pokok (nonoperasional).

5. Analisis Laporan Keuangan

Harahap (2011:190) mengungkapkan analisis laporan keuangan berarti

menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil

dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna

antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-

kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang

sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Tujuan analisis

laporan keuangan mempunyai maksud untuk menegaskan apa yang diinginkan

atau diperoleh dari analisis yang dilakukan. Dengan adanya tujuan, analisis

selanjutnya akan dapat terarah, memiliki batasan dan hasil yang ingin dicapai.

6. Kinerja Perusahaan

Fahmi (2012:2) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis

yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan

dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Praytino (2010:9) menyebutkan unsur dari kinerja keuangan perusahaan sebagai

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

15

berikut: Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran kinerja perusahaan

disajikan pada laporan keuangan yang disebut laporan laba rugi, penghasilan

bersih seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran

lainnya. Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai

perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan

perusahaan tersebut (Sutrisno, 2009:53). Ada empat tujuan dilaksanakannya

pengukuran kinerja keuangan perusahaan (Munawir (2004:31) yakni untuk:

1. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

2. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi,

kewajiban keuangan yang dimaksud mencakup keuangan jangka pendek maupun

jangka panjang.

3. Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan

menggunakan aktiva atau modal secara produktif.

4. Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam

menjalankan dan mempertahankan usahanya sehingga tetap stabil. Kemampuan

yang dimaksud diukur dari kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan

beban bunga tepat pada waktunya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

16

7. Analisis Kinerja Keuangan

Menurut Jumingan (2006:240) analisis kinerja keuangan merupakan proses

pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data,

menghitung, mengukur, menginterpretasi, dan memberi solusi terhadap keuangan

pada suatu periode tertentu. Dengan demikian, prosedur analisis meliputi tahapan

sebagai berikut:

a. Review Data Laporan

Aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik

sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi yang

berlaku. Sistem akuntansi yang diterapkan dalam memberi pengakuan terhadap

pendapatan dan biaya akan menentukan jumlah pendapatan maupun laba yang

dihasilkan perusahaan. Dengan demikian, kegiatan me-review merupakan jalan

menuju suatu hasil analisis yang memiliki tingkat pembiasaan yang relatif kecil.

b. Menghitung

Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan

perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase perkomponen,

analisis rasio keuangan, dan lain-lain. Dengan metode atau teknik apa yang akan

digunakan dalam perhitungan sangat bergantung pada tujuan analisis.

c. Membandingkan atau Mengukur

Langkah berikutnya setelah melakukan perhitungan, adalah

membandingkan atau mengukur. Langkah ini diperlukan guna mengetahui 16

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

17

kondisi hasil perhitungan tersebut apakah sangat baik, baik, sedang, kurang baik,

dan seterusnya.

Menurut Syamsuddin (2009:39), pada pokoknya ada dua cara yang dapat

dilakukan didalam membandingkan ratio financial perusahaan, yaitu “Cross-

sectional approach” dan “Time series analysis”. Cross-sectional approach

adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara

perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat

bersamaan. Dengan menggunakan pembandingan Cross-sectional approach,

haruslah dipenuhi persyaratan:

1. Perusahaan sejenis

2. Periode/tahun pembandingan sama

3. Ukuran (size) perusahaan relatif sama besar.

Analisis dapat menggunakan data rasio industri untuk melakukan cross

section, dengan tetap memenuhi persyaratan pembandingan di atas. Sedangkan,

time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan hasil yang dicapai

perusahaan dari periode yang satu ke periode lainnya. Dengan pembandingan

semacam ini, akan diketahui hasil yang dicapai perusahaan, apakah mengalami

kemajuan atau kemunduran. Perkembangan keuangan perusahaan terlihat melalui

tren dari tahun ke tahun.

d. Menginterpretasi

Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara

hasil pembandingan/pengukuran dengan kaidah teoritis yang berlaku. Hasil

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

18

interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun pemasalahan apa yang dicapai

perusahaan dalam pengelolaan keuangan.

e. Solusi

Langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisis dengan memahami

masalah keuangan yang dihadapi perusahaan akan menempuh solusi yang tepat.

Selanjutnya, prosedur analisis keuangan dapat diilustrasikan dalam alur prosedur

berikut :

Gambar 2.1: Alur Prosedur Analisis Laporan Keuangan

Sumber: Jumingan (2006:241)

Sedangkan, menurut Fahmi (2012:3), ada lima tahapan dalam menganalisis

kinerja perusahaan secara umum yaitu:

1. Melakukan Review terhadap data laporan keuangan

Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah

dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam

Data Laporan Keuangan :

1. Neraca

2. Laporan Laba Rugi

3. Arus Kas Cross Section

Menghitung Review Solusi Menginterpretasi Membandingkan

Times Series

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

19

dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Melakukan Perhitungan

Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi

dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut

akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.

3. Melakukan Perbandingan

Perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari hasil

hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan

hasil hitungan dari berbagai perusahaan lain. Metode yang paling umum

dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua, yaitu:

a. Times series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau periode,

dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik.

b. Cross sectional approach,yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil

hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan perusahaan

lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan.Dari

hasil penggunaaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat dibuat satu

kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi

sangat baik, baik, sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.

4. Melakukan Penafsiran (interpretasi) terhadap berbagai permasalahan yang

ditemukan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

20

Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah

dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat

apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami perusahaan tersebut.

5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan.

Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang

dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar

apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.

8. Penilaian Kinerja Keuangan

Bagi investor, informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dapat

digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka

di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan

baik, maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para

investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan

terjadi kenaikan harga saham. Sedangkan bagi perusahaan, informasi kinerja

keuangan perusahaan dapat dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu

periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan

kegiatannya.

2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka

pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian

dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

21

3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang

akan datang.

4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada

umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.

5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

9. Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara

jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan

formula-formula yang dianggap representatif untuk diterapkan (Fahmi, 2012:49).

Analisis rasio merupakan angka-angka yang diperoleh dari hasil perbandingan

dari satu pos laporan keuangan dengan laporan pos lainnya yang mempunyai

hubungan yangrelevan dan signifikan (Harahap, 2007:297).

Pada dasarnya rasio keuangan itu banyak macamnya dan dapat dibuat

sesuai kebutuhan penganalisis. Berdasarkan sumbernya, rasio keuangan

digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Pertama, Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio), yakni rasio-rasio yang

disusun dari data dalam neraca.

2. Kedua, Rasio-rasio laporan rugi-laba (Income Statement Ratio), yakni rasio-

rasio yang disusun dari data dalam laporan rugi laba.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

22

3. Ketiga, Rasio-rasio antar laporan (Intern Statement Ratio), yaitu rasio-rasio

yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari

laporan rugi laba. Berdasarkan tujuan analisis angka-angka rasio dibagi menjadi 4

yakni: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas yang

dapat dijelaskan berikut ini:

A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu

perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang

jangka pendeknya). Menurut Riyanto (2010:67), masalah likuiditas berhubungan

dengan masalahkemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

finansialnya yang harus segera dipenuhi.

Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban

pada pihak luar (kreditur) dinamakan likuiditas badan usaha, sedangkan apabila

kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban financial untuk

penyelenggaraan proses produksi, maka dinamakan likuiditas perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka

pendek disebut perusahaan yang likuid, sedang bila tidak disebut unlikuid. Rasio

likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu

perusahaan antara lain:

1. Current Ratio

Menurut Kasmir (2016:134) “Rasio Lancar atau current ratio merupakan

rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

23

jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat dirtagih secara

keseluruhan.” Dalam praktiknya seringkali dipakai bahwa rasio lancar dengan

standar 2 kali, (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup

baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Dengan kata lain, seberapa banyak

aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera

jatuh Tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan

antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rumus untuk mencari rasio

lancar atau current ratio adalah sebagai berikut:

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan

bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil

rasio tinggi, belum tentu perusahaan dalam kondisi baik. Bisa saja hal ini terjadi

karena kas tidak digunakan dengan sebaik mungkin.

2. Quick Ratio

Quick Ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara

jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar.

Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio, karena persediaan

merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick

ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu:

kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau

hutang jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

24

Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current

ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti

terjadi investasi yang besar pada persediaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan

aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar

rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 1:1, sudah dapat dikatakan

baik.

3. Cash Ratio

Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera

menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang

perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran.

Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah

dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

Negara yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk

menghitung cash ratio adalah:

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan

total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Meskipun hasil dari

rasio ini hanya 1:1, perusahaan dapat dikatakan baik.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

25

B. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka

panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai

aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, disebut

perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang

solvabel belum tentu ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable belum

tentu ilikuid. Macam-macam rasio keuangan berkaitan dengan rasio solvabilitas

yang biasa digunakan adalah:

1. Total Debt to Total Assets Ratio

Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur

prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah

semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun

yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab

tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk

mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:

Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.

Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva

harus lebih kecil (Harahap, 2002:304).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

26

2. Debt to Equity Ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan

antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi

rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi

perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar

beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.

Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman.

Rumusnya:

C. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba. Perhatian

ditekankan pada rasio ini karena hal ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup

perusahaan. Ada beberapa ukuran rasio rentabilitas yang dipakai, yakni:

1. Profit Margin

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan

laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada

analisis common size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa

diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya

(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim,

2000:84). Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

27

2. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang

diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang

sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat

dicapai setiap rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik

kondisi keuangan perusahaan (Munawir, 2001:89). Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut:

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba, yang

akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan

atas rasio ini dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi

sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Semakin besar rasionya, semakin baik

(Harahap, 2002:306).

3. Net Profit Margin

Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur

rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan

mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan,

penentuan harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat

penjualan tertentu. Tetapi, jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

28

terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk

tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan

Juliaty, 2003:91). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap

satu rupiah penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat

penjualan tertentu.

4. Return On Investment (ROI)

Return On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang

dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih

setelah pajak atau EAT (Sutrisno, 2001:255). Rasio ini dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah pajak) yang

dihasilkan oleh setiap satu rupiah investasi yang dikeluarkan. Semakin besar

rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:255).

5. Return On Assets Ratio

Disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

29

Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau

EBIT (Sutrisno, 2001:254). Rasio ini dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan.

Semakin besar rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:254).

D. Rasio Aktivitas

Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat

aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang

rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya

dana kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut

akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Beberapa

rasio aktivitas yang digunakan adalah:

1. Perputaran Piutang

Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan

dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan

dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya

digunakan dalam hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena

memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas.

Angka jumlah hari piutang, menggambarkan lamanya suatu piutang bisa

ditagih (jangka waktu pelunasan). Semakin lama jangka waktu

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

30

pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang

(Prastowo dan Juliaty, 2003:82). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin tinggi

tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan piutangnya (Sutrisno,

2001:252).

2. Perputaran Persediaan

Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas

perusahaan, yaitu dengan cara mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola

dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Perputaran persediaan

yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun.

Hal ini menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya, jika

perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian atas persediaan kurang

efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80). Rumus perhitungannya adalah:

Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan. Semakin tinggi

tingkat perputarannya, semakin efektif pengelolaan persediaanya (Sutrisno,

2001:251).

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

31

3. Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan

penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini

memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva

tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap

tersebut. Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva

tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa

industri yang lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang

kecil, rasio ini barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan (Hanafi dan

Halim, 2000:81). Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam

mendapatkan penghasilan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif

penggunaan aktiva tetapnya (Sutrisno, 2001:253).

4. Perputaran Total Aktiva

Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran

total aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini

menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya

menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat

manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40384/3/BAB II.pdf · 2018-11-19 · 5 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Affandi

32

modalnya (Hanafi dan Halim, 2000:81). Rasio perputaran total aktiva

menggunakan rumus:

Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam

menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif

perusahaan memanfaatkan aktivanya (Sutrisno, 2001:253).