bab ii kajian pustaka a. penelitian...
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang bersumber dari penelitian sebelumnya merupakan hal
yang sangat penting karena dapat membantu dalam penelitian masalah yang akan
dilakukan oleh peneliti. Dasar itu berupa penelitian terdahulu berupa skripsi yang
pembahasan atau topiknya hampir sama dengan topik yang peneliti ambil yaitu
mengenai efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH). Penelitian terdahulu dapat
menjadi referensi dalam pemikiran peneliti baik berupa teori kajian pustaka maupun
dalam mencari literatur yang menyangkut tentang Efektivitas suatu program PKH.
Adapun penelitian terdahulu yang menjadi acuan yang pertama ialah skripsi
milik Hajar Hari Antoro pada tahun 2015 yang berjudul “Efektivitas Pelaksanaan
Program Keluarga Harapan di Bidang Pendidikan di Desa Sungai Kakap Kabupaten
Kubu Raya”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan 2 pengukuran
efektivitas dalam pelaksanaan PKH di bidang Pendidikan di desa Sungai Kakap
yaitu produktivitas dan keseluruhan prestasi, pelaksanaan Program Keluarga
Harapan di bidang Pendidikan di desa Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya masih
kurang efektif, hal tersebut diketahui berdasarkan aspek produktivitas bahwa
pelaksanaan PKH di bidang pendidikan di desa Sungai Kakap tidak produktif,
karena belum mampu meningkatkan taraf pendidikan bagi penerima bantuan PKH
serta belum bisa meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan dari
aspek keseluruhan prestasi menunjukkan bahwa pelaksanaan PKH di Bidang
Pendidikan di desa Sungai Kakap tidak berprestasi, karena masih belum sepenuhnya
12
tepat sasaran sesuai dengan kriteria PKH dan belum mampu mencapai tujuan PKH
bidang pendidikan9.`
Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Yohana
Floridina Purba pada tahun 2014 yang berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Program
Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor”. Berdasarkan
data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis dapat disimpulkan Efektivitas
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan
Medan Johor adalah efektif. Hal ini dapat dilihat dari jawaban hampir seluruh
responden terhadap alat ukur penelitian yaitu ketepatan sasaran program, kepuasan
terhadap program, keberhasilan pelaksanaan program, tujuan dan manfaat,
menghasilkan jawaban efektif10
.
Dari kedua penelitian tersebut, peneliti dapat mempelajari dan memahami
lebih jelas mengenai Program Keluarga Harapan (PKH) yang berada di wilayah
berbeda. Sehingga dapat diketahui perbedaan apa saja yang muncul di setiap
wilayah. Persamaan kedua penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaitu membahas mengenai efektivitas program. Perbedaannya terletak
pada fokus, jika kedua peneliti tersebut mengambil fokus masalah ke bidang
pendidikan dan juga pelaksanaan program PKH secara keseluruhan. Maka, peneliti
sendiri akan memfokuskan penelitian ini pada efektivitas E-Warong dalam Program
Keluarga Harapan (PKH)
9 Antoro, Hajar Hari. 2015. Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Bidang
Pendidikan di Desa Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Skripsi tidak diterbitkan. Pontianak: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Tanjungpura Pontianak. 10 Purba, Yohana Floridina. 2014. Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di
Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara.
13
B. Konsep Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan rasional
untuk menciptakan ketepatan penggunaan berbagai sumber yang dimiliki oleh
suatu organisasi sehingga memberikan manfaat untuk meningkatkan
kesejahteraan sesuai dengan tuntutan kehidupan masing-masing11
. Efektivitas
memiliki arti sejauh mana organisasi melakukan seluruh tugas pokoknya untuk
mencapai semua sasarannya, efektivitas paling mudah dipakai bila dipandang
dari sudut pencapaian tujuan optimum yakni efektivitas organisasi dapat
dipandang sebagai batas kemampuan organisasi mendapatkan dan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan operasi dan
operasionalnya12
. Efektivitas juga memiliki pengertian sebagai suatu ketepatan
dari suatu program tindakan atau kesempurnaan (jaminan) hasil suatu pekerjaan
itu sendiri13
. Umumnya efektivitas dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan
operatif dan operasional. Pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian
tujuan atau sasaran organisasi yang ditetapkan. Efektivitas adalah seberapa baik
pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran sesuai
dengan yang diharapkan14
.
11 Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: Refika Aditama, hal.
141
12 Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga, hal. 17
13 Salim, Emil. 1996. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia
Indonesia, hal. 6
14 Sumardi, I Nyoman. 2015. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Jakarta: Citra
Utama, hlm.105
14
Dalam mengukur suatu keberhasilan program memang tidak mudah, karena
peneliti menyadari ukuran-ukuran ataupun konsep efektivitas dari waktu ke
waktu memiliki variabel yang mencolok perbedaannya15
. Berdasarkan
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan sebuah ukuran
tingkat keberhasilan yang telah dicapai. Dapat dikatakan telah efektif apabila
terpenuhinya seluruh komponen yang menjadi tujuan sebuah organisasi atau
sebuah program. Mengukur efektivitas ditentukan oleh tepat atau tidaknya
sasaran yang dituju serta didasarkan atas hasil apakah yang diperoleh dengan
adanya sebuah program baru.
2. Pengukuran Efektivitas
Menurut Duncan dalam Steers, terdapat 3 indikator yang mempengaruhi
efektivitas, antara lain16
:
1. Pencapaian tujuan : adalah suatu proses yang merupakan bagian puncak dari
usaha keseluruhan suatu program. Upaya pencapaian tujuan tersebut dapat
diketahui apakah tujuan dari program yang dijalankan berjalan dengan
optimal atau tidak. Indikator dari pencapaian tujuan ini yaitu: (1) Kurun
Waktu (2) Sasaran dan (3) Dasar Hukum.
2. Integrasi : yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus, dan komunikasi
dengan berbagai macam organisasi lainnya, Integrasi terdiri dari beberapa
indikator yaitu (1) Prosedur dan (2) Proses Sosialisasi.
15
Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga, hlm.159
16 Ibid., hlm.83.
15
3. Adaptasi : adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk
menyalaraskan suatu individu terhadap perubahan – perubahan yang terjadi
di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa indikator yaitu : (1)
Peningkatan Kemampuan dan (2) Sarana dan Prasarana.
Sedangkan menurut Steers hal yang paling menonjol dalam mengukur
efektivitas adalah17
:
1. Keseluruhan Prestasi, dalam istilah lain efektivitas keseluruhan yaitu sejauh
mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai
semua sasarannya. Penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria
tunggal dan mengahasilkan penilaian umum mengenai efektivitas organisasi.
2. Produktivitas, kuantitas atau volume dari produk atau jasa pokok yang
dihasilkan organisasi. Dapat diukur menurut tiga tingkatan: tingkat
individual, kelompok, dan keseluruhan organisasi. Ini bukan ukuran dari
efisiensi karena tidak ada perhitungan nisbah biaya dan keluaran.
3. Kepuasan kerja pegawai, tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas
peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu
bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dan bermacam-macam
aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.
4. Laba atau tingkat penghasilan dari penanaman modal, penghasilan atau
penanaman modal yang dipakai untuk menjalankan organisasi dilihat dari
sudut pandang si pemilik. Jumlah dari sumber daya yang masih tersisa
17 Ibid., hlm. 45.
16
setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi, kadang-kadang dinyatakan
dalam prosentase.
5. Keluarnya karyawan, frekuensi atau jumlah pekerja dan keluar atas
permintaannya sendiri.
C. E-Warong
1. Pengertian E-Warong
E-Warong (Elecronic-Warong) adalah sarana usaha yang didirikan dan
dikelola oleh KUBE Jasa sebagai sarana pencairan Bantuan Sosial berupa bahan
pangan pokok dan/atau uang tunai secara elektonik, kebutuhan usaha, serta
pemasaran hasil produksi anggota KUBE. Sedangkan pengertian KUBE Jasa
adalah kelompok usaha bersama yang melaksanakan usaha ekonomi produktif di
bidang jasa untuk mendirikan dan mengelola Elektronik Warung Gotong
Royong Kelompok Usaha Bersama Program Keluarga Harapan. Setiap E-
Warong akan memperoleh Bantuan Pengembangan Sarana Usaha (BPSU) yang
diberikan kepada setiap peserta PKH yang menjadi anggota KUBE.
Pembentukan E-Warong ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga penerima manfaat Bantuan Sosial PKH18
.
2. Fungsi E-Warong
1. Tempat menjual bahan pangan murah berkualitas dan kebutuhan pokok
rumah tangga;
2. Agen bank penyalur bantuan sosial non-tunai;
18 Kementrian Sosial. Peraturan Menteri Sosial nomor 25 tahun 2016 tentang Bantuan
Pengembangan Sarana Usaha Melalui Elektonik Warung Gotong Royong Kelompok Usaha Bersama
Program Keluarga Harapan. Bab I. Pasal 1.
17
3. Tempat pemasaran hasil produksi KUBE; dan/atau;
4. Tempat layanan koperasi simpan pinjam19
.
3. Kriteria Pembentukan E-Warong
Kriteria pembentukan E-Warong KUBE PKH meliputi:
1. Lokasi terkoneksi jaringan internet dan jaringan listrik;
2. Melayani 500 sampai dengan 1000 keluarga penerima manfaat bantuan
sosial;
3. Menggunakan tempat atau rumah pengurus KUBE Jasa atau tempat lain
berdasarkan kesepakatan anggota KUBE;
4. Melaksanakan transaksi bantuan sosial secara nontunai20
.
4. Syarat Pembentukan E-Warong
1. Membentuk KUBE Jasa yang beranggotakan 10 orang anggota dan 1 orang
penyelia yang bertugas melakukan pendampingan. Anggota KUBE Jasa
merupakan peserta PKH yang memiliki Kartu Keluarga Sejahtera,
berdomisili tetap dan memiliki identitas diri, telah menikah dan/atau berusia
18 tahun sampai dengan 60 tahun dan masih produktif, serta memiliki
potensi dan keterampilan. Kepengurusan KUBE Jasa ini dipilih berdasarkan
musyawarah/keputusan anggota KUBE Jasa.
2. Keanggotaan KUBE Jasa mempunyai struktur organisasi yang terdiri atas:
a. Ketua merangkap anggota;
b. Sekretaris merangkap anggota;
c. Bendahara merangkap anggota;
19 Ibid., Bab I. pasal 3.
20 Ibid., Bab II. pasal 4.
18
d. Anggota.
3. Memiliki tempat untuk mendirikan E-Warong yang berada di rumah salah
satu pengurus KUBE Jasa atau tempat lain berdasarkan kesepakatan anggota.
Pemilik rumah/tempat lain harus menandatangani surat pernyataan yang
memuat ketersediaannya untuk menggunakan rumah/tempat miliknya
sebagai tempat E-Warong selama 2 tahun atau diperpanjang sesuai dengan
kesepakatan dan tidak menuntut biaya sewa atau biaya lainnya atas
penggunaan rumah sebagai tempat E-Warong21
.
5. Bantuan Pengembangan Sarana Usaha (BPSU)
Setiap E-Warong yang telah memenuhi kriteria atau syarat pembentukan E-
Warong mempunyai hak mendapatkan sejumlah bantuan uang tunai berupa
Bantuan Pengembangan Sarana Usaha (BPSU) sebesar Rp 10.000.000,- dan
juga Bantuan KUBE sebesar Rp 20.000.000,-
BPSU digunakan untuk memenuhi biaya perbaikan ruangan (renovasi),
pengadaan lemari etalase, dan rak tempat barang. Sedangkan bantuan KUBE
digunakan untuk pembelian:
1. Listrik dua titik 900 watt;
2. Perangkat elektronik berupa tablet dengan spesifikasi paling kecil ukuran
layar 8 (delapan) inci, menggunakan sistem Android Lollipop, dan kualitas
kamera 5 megapiksel;
3. Printer bluetooth;
4. Layanan internet selama 1 tahun;
21 Ibid., Bab II. pasal 5-11.
19
5. Timbangan barang;
6. Mesin pengemas hampa udara;
7. Lemari pendingin; dan/atau
8. Alat pengangkut berupa trolly22
.
6. Pelayanan yang dilakukan di E-Warong
1. melayani pencairan Bantuan Sosial nontunai;
2. melayani penjualan bahan pangan pokok murah bagi penerima bantuan
sosial
3. melayani pembayaran telepon, listrik, dan air bagi penerima Bantuan sosial
dan masyarakat umum;
4. memasarkan hasil produksi KUBE;
5. menjadi agen bank yang bekerja sama dalam penyaluran Bantuan Sosial
nontunai; dan
6. melakukan usaha pengemasan ulang bahan pangan pokok dari bentuk curah
menjadi kemasan tertentu.
Untuk melaksanakan berbagai kegiatan pelayanan diatas maka E-Warong
harus bekerjasama atau bermitra dengan pihak lain yang terkait, yaitu:
1. Kementrian/lembaga;
2. Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota;
3. Bank umum milik negara;
4. Badan usaha milik negara yang menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha;
dan/atau
22 Ibid., Bab III. pasal 15-17.
20
5. Badan usaha yang menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha23
.
7. Mekanisme Penyaluran Bantuan PKH melalui E-Warong
Proses penyaluran bantuan sosial diawali dari pihak Kementrian Sosial yang
mentransfer/dropping seluruh dana bantuan sosial ke pihak Bank Mitra, dalam
hal ini Kementrian sosial bekerjasama dengan HIMBARA (Himpunan Bank
Negara), di kota Malang sendiri bekerjasama dengan Bank BNI (Bank Negara
Indonesia). Setelah dana bantuan sosial di transfer untuk selanjutnya menjadi
tugas dan kewajiban bagi Bank Mitra untuk membuat rekening bagi penerima
bantuan sosial sekaligus memasukkan dana ke dalam masing – masing rekening.
Kemudian, Kementrian Sosial juga bekerjasama dengan KMIS (Koperasi
Masyarakat Indonesia Sejahtera) yang bertugas sebagai koperasi induk bagi
seluruh E-Warong yang ada di Indonesia, jadi nantinya KMIS inilah yang akan
mengendalikan dan mengawasi seluruh aktifitas yang ada di E-Warong. Dan
selanjutnya, penerima bantuan sosial dapat mencairkan dana bantuan lewat E-
Warong yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, bantuan yang dapat dicairkan
disini adalah BNPT (Bantuan Pangan Non Tunai) berupa beras dan gula. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
23 Ibid., Bab IV. Pasal 18-19.
21
Bagan 2.1
Mekanisme Penyaluran Bantuan PKH melalui E-Warong
) (Order Barang)
(Dropping Bansos)
(Supply Barang)
(Pencairan Bansos dengan Belanja)
(Penyaluran Bansos)
Adapun secara proses penyaluran bantuan non tunai berdasarkan bagan diatas adalah
sebagai berikut:
1. Kementrian Sosial memberikan data penerima bantuan PKH kepada Bank
dan KMIS.
KEMENTRIAN
SOSIAL
BULOG
(Distributor
Sembako)
KMIS (KOPERASI MASYARAKAT
INDONESIA SEJAHTERA)
OUTLET
E-WARONG
OUTLET
E-WARONG
OUTLET
E-WARONG
BANK
Catatan (Jenis Bantuan dari Kemensos):
1. Program Keluarga Harapan (PKH)
2. Beras Sejahtera (Rastra)
3. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
PENERIMA ATAU PESERTA BANTUAN PKH melalui KKS
(Kartu KeluargaSejahtera)
22
2. Bank membuka rekening, membuat Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan
membagikannya kepada peserta PKH
3. Kementrian Sosial mentransfer seluruh dana bantuan PKH kepada Bank
Mitra dan kemudian Bank Mitra menyalurkannya ke masing – masing
rekening peserta PKH.
4. KMIS mengorder sembako ke Bulog sekaligus melakukan pembayaran.
5. Bulog membagikan sembako yang telah diorder KMIS ke masing – masing
E-Warong.
6. Peserta PKH mencairkan bantuan non tunai di E-Warong terdekat di wilayah
mereka.
E. Program Keluarga Harapan (PKH)
1. Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan sebuah program bantuan tunai
bersyarat kepada keluarga miskin (KM), atau dalam istilah internasional dikenal
dengan Conditional Cash Transfer (CCT). Pelaksanaan PKH di Indonesia
dimulai tahun 2007, dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem
perlindungan sosial kepada KM untuk meningkatkan kualitas hidup melalui
perubahan perilaku terhadap pendidikan dan kesehatan serta mendukung
tercapainya kesejahteraan sosial. PKH juga dimaksudkan untuk membantu
mengurangi beban pengeluaran keluarga (dampak konsumsi langsung),
sekaligus meningkatkan investasi bagi generasi masa depan melalui peningkatan
kualitas kesehatan dan pendidikan anak – anak. Dalam jangka panjang, PKH
diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antar generasi.
23
Sebagai sebuah program bantuan bersyarat, PKH membuka akses keluarga
miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas
layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang
tersedia di sekitar mereka . Manfaat PKH juga mulai didorong untuk mencakup
penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan mempertahankan taraf
kesejahteraan sosialnya sesuai dengan amanat konstitusi dan Nawacita Presiden
RI. Melalui PKH, KM didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan
pelayanan sosial antar dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan,
dan pendampingan, termasuk akses terhadap berbagai program perlindungan
sosial lainnya yang merupakan program komplementaritas secara berkelanjutan.
PKH diarahkan untuk menjadi center of excellence penanggulangan kemiskinan
yang mensinergikan berbagai program perlindungan dan pemberdayaan sosial
nasional24
.
2. Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)
Tujuan umum PKH adalah untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap
pelayanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam mendukung
tercapainya kualitas hidup keluarga miskin. PKH diharapkan dapat mengurangi
beban pengeluaran keluarga miskin dalam jangka pendek, serta memutus rantai
kemiskinan dalam jangka panjang. Secara khusus, PKH memiliki tujuan untuk:
a. Meningkatkan konsumsi keluarga Peserta PKH.
b. Meningkatkan kualitas kesehatan Peserta PKH.
c. Meningkatkan tarf pendidikan anak - anak Peserta PKH.
24 Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan tahun2016. 2016. Jakarta: Kementrian Sosial
Republik Indonesia, hal. 8
24
d. Mengarahkan perubahan perilaku positif Peserta PKH terhadap pentingnya
kesehatan, pendidikan, dan pelayanan kesejahteraan sosial.
e. Memastikan terpeliharanya taraf kesejahteraan sosial.
3. Ketentuan Peserta PKH
Sejak tahun 2007, basis kepesertaan bantuan PKH diarahkan kepada Rumah
Tangga Sangat Miskin (RTSM). Mulai tahun 2012 basis bantuan PKH diarahkan
pada Keluarga Sangat Miskin (KSM) yaitu ayah, ibu, dan anak. Perubahan ini
untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga adalah satu unit yang relevan
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pada tahun 2016, sasaran
Peserta PKH bukan lagi KSM (7% terbawah pada Basis Data Terpadu)
melainkan Kelurga Miskin (KM) (25% terbawah pada Basis Data Terpadu).
1. Kriteria Peserta PKH
Kriteria PKH adalah keluarga miskin yang memenuhi minimal salah satu
syarat berikut:
a. Memiliki komponen kesehatan yakni anak dengan usia dibawah 6 tahun,
ibu hamil/menyusui, termasuk anak penyandang disabilitas
ringan/sedang.
b. Memiliki komponen pendidikan anak usia sekolah 6 hingga 21 tahun
untuk peserta pendidikan SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat, dan/atau
SMA/MA sederajat, termasuk anak penyandang disabilitas
ringan/sedang.
c. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk Penyandang Disabilitas
Berat di dalam keluarga peserta PKH.
25
d. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk lanjut usia 70 tahun ke
atas didalam keluarga Peserta PKH.
2. Penerima Bantuan
Penerima bantuan adalah ibu atau perempuan dewasa yang dipercaya
oleh keluarga peserta PKH untuk mewakili, menerima, dan memanfaatkan
bantuan PKH. Jika tidak ada ibu, dapat digantikan oleh kakak perempuan
dewasa atau perempuan dewasa yang dapat mengurus anggota keluarga
peserta PKH25
.
4. Hak Peserta PKH
1. Mendapatkan bantuan uang tunai yang besarnya disesuaikan dengan
ketentuan program dalam tabel 2.1
2. Mendapatkan layanan dasar di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh anggota keluarga sesuai kebutuhannya.
3. Terdaftar dan mendapatkan program – program komplementaritas dan
sinergitas penanggulangan kemiskinan lainnya.
4. Mendapatkan pendampingan peningkatan kemampuan keluarga
Tabel 2.1
Indeks dan Komponen Bantuan PKH
NO KOMPONEN BANTUAN INDEKS BANTUAN (Rp)
1 Bantuan tetap 500.000,-
2 Bantuan anak usia dibawah 6 (enam)
tahun, ibu hamil/menyusui
1.200.000,-
3 Bantuan anak peserta pendidikan setara
SD/MI atau sederajat
450.000,-
4 Bantuan anak peserta pendidikan setara
SMP/MTS atau sederajat
750.000,-
25 Ibid., hal. 30-31.
26
5 Bantuan anak peserta pendidikan setara
SMA/MA atau sederajat
1.000.000,-
6 Bantuan penyandang disabilitas berat 3.100.000,-
7 Bantuan lanjut usia 70 tahun ke atas 1.900.000,-
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Umum PKH tahun 2016
Catatan:
Bantuan komponen kesehatan tidak dihitung berdasarkan jumlah anak balita
tetapi menjadi satu paket dengan ibu hamil/nifas.
5. Kewajiban Peserta PKH
Seluruh anggota keluarga PKH memiliki kewajiban memenuhi komitmen
berdasarkan kriteria komponen masing – masing sebagai berikut:
a. Kewajiban komponen kesehatan
1. Peserta PKH wajib memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah
ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan.
2. Peserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan adalah peserta yang
memiliki ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang
belum masuk pendidikan SD.
b. Kewajiban komponen pendidikan
Peserta PKH yang memiliki anak usia 6-21 tahun diwajibkan untuk
didaftarkan/terdaftar pada lembaga pendidikan dasar
(SD/MISDLB/Salafiyah Ula/Paket A, SMP/MTs/SMLB/Salafiyah
Wustha/Paket B termasuk SMP/MTs terbuka, atau SMA/MA/Paket C
termasuk SMA/MA terbuka) dan kehadiran minimal 85% dari hari belajar
efektif setiap bulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak usia
5-6 tahun yang sudah masuk Sekolah Dasar dan sejenisnya, maka yang
bersangkutan dikenakan verifikasi bidang pendidikan.
27
c. Kewajiban Komponen Kesejahteraan Sosial
1. Penyandang disabilitas berat melakukan perawatan kesehatan sesuai
kebutuhan. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan melalui kunjungan kerumah (homecare).
2. Lansia melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
mengunjungi puskesmas santun lanjut usia (jika tersedia). Lansia harus
dipastikan mengikuti kegiatan sosial di fasilitas pelayanan kesejahteraan
sosial melalui kegiatan day care dapat mengikuti kegiatan home care
dengan pendamping lansia mendatangi kerumah26
.
6. Sanksi bagi Peserta PKH
Sanksi dalam hal penangguhan atau pembatalan diberlakukan apabila peserta
PKH tidak memenuhi komitmen dengan ketentuan:
1. Tidak memenuhi komitmen kehadiran pada fasilitas kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan sosial sesuai dengan protokol yang berlaku di setiap
fasilitas layanan secara rutin setiap bulannya berupa pengurangan nominal
bantuan sebesar 10% pada setiap tahapan penyaluran bantuan.
2. Jika tiga bulan berturut – turut seluruh anggota keluarga peserta PKH tidak
memenuhi komitmen kehadiran pada fasilitas layanan kesehatan dan/atau
pendidikan sesuai dengan protokol yang berlaku di setiap fasilitas layanan
maka pengurangan nominal bantuan sebesar 100% atau tidak mendapatkan
bantuan akan tetapi masih menjadi peserta PKH.
26 Ibid., hal. 34-35.
28
3. Jika enam bulan berturut – turut seluruh anggota keluarga peserta PKH
tidak memenuhi komitmen kehadiran pada fasilitas layanan kesehatan
dan/atau pendidikan sesuai dengan protokol yang berlaku di setiap fasilitas
layanan, maka akan dikeluarkan dari kepesertaan PKH secara permanen
meskipun masih memenuhi kriteria PKH.
4. Khusus bagi daerah pengembangan yang infrastruktur pendidikan,
kesehatan, dan kesejahteraan sosial belum memadai maka penerapan sanksi
akan dilakukan secara bertahap.
5. Jika dalam tiga kali siklus penyaluran bantuan berturut – turut atau selama
sembilan bulan peserta PKH tidak mengambil bantuan, maka akan
dikeluarkan dari kepesertaan PKH.
6. KM terbukti tidak memenuhi kriteria sebagai peserta PKH, maka akan
dikeluarkan dari kepesertaan PKH.
7. Peserta PKH yang telah dikeluarkan dari kepesertaannya, tidak dapat
diajukan kembali sebagai Peserta PKH27
.
Tabel 2.2
Skema Pengurangan Bantuan
ANGGOTA KELUARGA
Tidak memenuhi komitmen KET
1 bulan 2 bulan 3 bulan Total
Seluruh Komponen 10% 10% 10% 100%
Sebagian/tanggung renteng 10% 10% 100% 30%
Sumber: Pedoman Pelaksanaan PKH tahun 2016
27 Ibid., hal. 37.