bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. prestasi...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dalam bahasa Indonesia
menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar
merupakan suatu masalah yang bersifat potensial dalam sejarah kehidupan manusia,
karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut
bidang dan kemampuan masing-masing.
Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara
lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tau, termasuk kebutuhan siswa
didik dalam suatu program pendidikan.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.
Dengan penjelasan tersebut di atas, bahwa mengetahui dan memahami prestasi
peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok sangat penting,
sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang 6
studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Prestasi
belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Menurut Cronbach dalam Arifin (2009: 13) kegunaan prestasi belajar banyak
ragamnya, bergantung menurut ahli dan pendapatnya masing-masing. Namun antara
lain sebagai: umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik,
untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan
penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan
kebijakan sekolah.
Menurut Winkel (1996: 482) prestasi belajar yang diberikan oleh siswa
berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan
instruksional menampakan hasil belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
prestasi adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Prestasi
belajar dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes.
Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk
mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau
aplikasi suatu konsep.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991: 130-131) faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor dari dalam diri (faktor internal) maupun
dari luar diri (faktor eksternal) individu, yaitu:
1) Yang tergolong faktor internal adalah:
a) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan
sebagainya.
b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yaitu
terdiri atas:
i. Faktor intelektif yang meliputi:
- Faktor potensial yaitu kecerdasan dari bakat.
- Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
ii. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2) Yang tergolong faktor eksternal, ialah:
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
i. Lingkungan keluarga
ii. Lingkungan sekolah
iii. Lingkungan masyarakat
iv. Lingkungan kelompok
b) Faktor kebudayaan seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung
dalam mencapai prestasi belajar.
c. Cara Menentukan Prestasi Belajar
Cara yang paling sesuai untuk melihat perkembangan siswa atau prestasi
belajar siswa dalam proses belajar mengajar yakni dengan mengadakan evaluasi.
Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2001: 28) dalam bukunya bahwa evaluasi
pada dasarnya adalah proses nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Dalam proses
tersebut tercakup usaha mencari dan mengumpulkan data/informasi.
Lingkup evaluasi program pendidikan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan program. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu proses penentuan kecakapan, penentuan
penguasaan seseorang dengan membandingkan dengan norma-norma tertentu sehingga
muatan belajar dapat diketahui.
Teknik evaluasi dilakukan untuk mengetahui prestasi hasil belajar siswa, yang
berupa teknik tes. Arikunto (2006: 145) menjelaskan dalam bukunya “Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan” bahwa tes itu mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan
pada suatu tingkat tertentu atau bahwa tes itu menyimpan suatu standar prestasi
dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu.
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Tes pada umumnya
digunakan untuk mengadakan penilaian terhadap intelegensi, kemampuan dan
kecakapan siswa di sekolah.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Karli (2004: ) pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah. Keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam
pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai
hasil yang optimal dalam belajar.
Slavin (2009: 5) menyebutkan pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong
para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti
diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar-mengajar
guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut
untuk berbagi informasi dengan siswa yang lain saling belajar mengajar sesama
mereka.
Pembelajaran kooperatif ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam
pembelajaran bukan hanya diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain
yang terlibat dalam pembelajaran tersebut, yaitu teman sebaya. Keberhasilan dalam
pembelajaran kooperatif bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara
utuh, melainkan perolehan itu akan lebih baik apabila dilakukan bersama-sama dalam
kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Menurut Isjoni (2009: 75) tujuan penting
dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerja sama dan kolaborasi.
Menurut Karli (2004: 49) perencanaan dan pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif didasari oleh pemikiran filosofis Getting Better Together, yang berarti
untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara
bersama-sama. Untuk menciptakan kebersamaan dalam belajar, guru harus merancang
program pembelajaran dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan siswa,
sehingga mampu mengkondisikan kegiatan belajar siswa dalam interaksi yang aktif
dalam suasana kebersamaan bukan saja di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas.
b. Karakteristik Pendekatan Belajar Kooperatif
Menurut Karli (2004: 49) karakteristik pendekatan belajar kooperatif, antara
lain:
1) Individual Accountability atau tanggung jawab individu yaitu : bahwa setiap
individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi kelompok secara tuntas, sehingga keberhasilan
kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
2) Social Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa
untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan
kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan
menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, sikap saling menolong,
menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.
3) Positive Interdependence yaitu sifat yang menunjukkan saling ketergantungan
satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok
sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena setiap anggota
kelompok dianggap memiliki konstribusi. Jadi siswa berkolaborasi bukan
berkompetisi.
4) Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh
kelompok secara bersama-sama.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2010: 211) terdapat enam fase atau langkah dalam
pembelajaran kooperatif seperti yang digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Fase atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase Ke- Indikator Kegiatan Guru
1 Menyampaikan
tujuan serta
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
2 Menyajikan
Informasi
Guru menyajikan kepada siswa baik
dengan peragaan (demonstrasi) atau
teks
3 Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok melakukan
perubahan yang efisien
4 Membantu kerja
kelompok dalam
belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pasa saat mereka
mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai upaya atau hasil belajar
individu maupun kelompok
d. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat pembelajaran kooperatif menurut Karli (2004: 51) dalam proses
belajar-mengajar antara lain adalah sebagai berikut :
1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap
dan keterampilan dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan
demokratis.
2) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh
siswa.
3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-
keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
4) Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar
karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
5) Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi
juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi
kesuksesan kelompoknya.
6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami
pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajari lebih
bermakna bagi dirinya.
Dalam pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yaitu: tipe STAD (Student
Teams Achievement Division), tipe Jigsaw, Investigasi kelompok dan tipe Struktural.
Guru dapat memilih tipe model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
Pada penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang
paling baik dan mudah diterapkan. Selain itu di kelas V SD Negeri 4 Banteran
kecamatan Sumbang belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada pelajaran IPA khususnya materi pesawat sederhana. Sehingga peneliti memilih
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan harapan dapat mengaktifkan dan
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
a. Pengertian Kooperatif Tipe STAD
Menurut Slavin (2009: 143) pembelajaran kooperatif tipe STAD (Pembagian
Pencapaian Tim Siswa) adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan
menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar
kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pembelajaran,
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran
melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
b. Komponen Kooperatif Tipe STAD
Menurut Slavin (2009: 143-146) STAD merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD terdiri atas lima komponen
utama yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim
1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi
didalam kelas. Presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit STAD.
Dengan cara ini, siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi
perhatian penuh selama presentasi kelas, sehingga akan membantu mereka
mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama
dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan
untuk mempersiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada setiap poinnya,
yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk
membantu tiap anggotanya.Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja
akademik penting dalam pembelajaran.
3) Kuis
Kuis diberikan setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru
memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, siswa akan
mengerjakan kuis individual. Mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu
dalam mengerjakan kuis, sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara
individual untuk memahami materinya.
4) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor individual adalah untuk memberikan kepada setiap
siswa tentang tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih
giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Tiap siswa diberikan skor awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa
tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Selanjutnya siswa harus
mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis
mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
5) Rekognisi Tim
Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim juga memberikan
sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya. Tim akan mendapatkan
penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Setelah melakukan tiap kuis, maka skor kemajuan dan individual harus
dihitung, serta memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan kepada tim yang
dengan skor tertinggi. Hal tersebut akan meningkatkan keaktifan dan motivasi
mereka untuk melakukan yang terbaik dalam mengumpulkan poin. Skor kemajuan
dikumpulkan oleh siswa untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor kuis
mereka (presentase yang benar) melebihi skor awal. Menurut Slavin (2009: 159)
menghitung Skor Individual dan Tim adalah sebagai berikut:
a) Skor Kuis
Tabel 2.2 Skor Kemajuan individu
Skor Tes/Kuis Poin
Kemajuan
- Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
- 10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal
- Sama dengan skor awal sampai 10 poin di
atasnya
- Lebih dari 10 poin di atas skor awal
- Skor sempurna (tidak berdasar skor awal)
5
10
20
30
30
b) Skor Tim
Skor dihitung berdasarkan rata-rata skor kemajuan yang disumbangkan
anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata skor tim, terdapat tiga tingkatan
penghargaan yang diberikan untuk penghargaan tim atau kelompok.
Tabel 2.3 Penghargaan Kelompok
Nilai rata-rata kelompok Penghargaan
5 – 14
15 – 24
25 – 30
Baik
Sangat baik
Super
c. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Kooperatif tipe STAD ini berbeda dengan kerja kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Lie (2008: 31) mengatakan tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
kooperatif learning. Menurut Lie (2008: 32-35) dalam pembelajaran kooperatif ada
unsur-unsur yang penting yang harus ada diantaranya :
1) Saling Ketergantungan Positif
Artinya keberhasilan suatu kelompok tergantung pada usaha setiap anggotanya.
Contoh dalam penerbitan suatu majalah, ada redaksi, reporter, editing, ada distribusi,
semua bekerja pada bagiannya, bertanggung jawab pula pada bagiannya masing-
masing. Bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan majalah yang bagus yang
sampai pembacanya. Demikian dalam kooperatif tipe STAD ini, satu kelompok
merupakan satu tim, yang bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama.
Penilaian dalam kooperatif learning ini dengan cara unik. Ada nilai pribadi dan
ada nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan setiap anggota, untuk
menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan point tertingginya.
Dengan demikian masing-masing individu mempunyai kesempatan untuk
memberikan sumbangan kepada kelompoknya. Siswa yang kurang mampu tidak perlu
minder karena dirinya juga mempunyai peran dikelompoknya, bahkan semakin
terpacu karena merasa dibutuhkan punya peran yang sama dalam tim itu. Bagi siswa
yang lebih pandai juga bisa belajar untuk menghargai kerja teman, tidak merasa
superior dan ternyata dia juga butuh dengan teman lain. Dengan demikian
mengajarkan falsafah hidup bahwa kita adalah makhluk sosial, tak dapat hidup sendiri
sekuat apapun diri kita.
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini meupakan akibat langsung dari unsur yang pertama, masing-masing
anggota punya tanggung jawab sendiri-sendiri. Bila ternyata ada anggota kelompok
yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas, dan rekan yang
lainnya tentu akan menuntut untuk melaksaakan tugas agar tujuan tim tercapai.
3) Tatap Muka
Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka, berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan bagi kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang tentunya lebih
kaya dari hanya seorang saja, disamping lebih efisien dari sisi waktu dan biaya. Inti
dari sinergi ini menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang
pengalaman, keluarga, sosial, ekonomi yang berbeda. Perbedaan ini akan menjadi
modal utama dalam memperkaya antar kelompok.
4) Komunikasi Antar Anggota
Komunikasi menjadi kunci keberhailan suatu kerja. Dalam Kooperatif tipe
STAD ini masing-masing anggota berlatih diri untuk bisa berbicara, mengemukakan
ide-idenya bahkan juga untuk mau mendengarkan secara aktif temannya yang sedang
berpendapat. Bagaimana cara menyanggah pendapat dengan halus, menghargai
pendapat orang lain, bekomunikasi dengan efektif adalah ketrampilan hidup yang
sangat penting yang harus dimiliki oleh siswa didik kita. Dan untuk melatih hal
tersebut di atas butuh proses yang panjang. Seorang guru bisa sekreatif mungkin untuk
membuat dalam tim itu menjadi dinamis dan siswa didik mendapat pengalaman
belajar, perkembangan mental dan emosi dengan model pembelajaran seperti ini.
5) Evaluasi Proses Kelompok
Evaluasi perlu diadakan untuk melihat kerja yang sudah ada dan merancang
kerja kedepan agar lebih baik. Pengajar perlu mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerja sama mereka. Agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
d. Langkah-langkah STAD dalam pembelajaran IPA
1) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku)
2) Guru menyajikan materi pelajaran IPA (pesawat sederhana)
3) Guru memberikan tugas dengan LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan
oleh anggota kelompok masing-masing, anggota yang satu menjelaskan kepada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa dan pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5) Guru membahas kuis yang telah diberikan kepada siswa.
6) Guru menyimpulkan pelajaran yang telah diajarkan.
7) Guru memberikan penghargaan untuk siswa atau kelompok yang terbaik.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran STAD
1) Kelebihan
a) Seluruh siswa menjadi lebih siap didalam mengikuti pelajaran
b) Melatih kerjasama yang baik antara siswa yang satu dengan yang lain
c) Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berfikir kritis didalam
kerjasama kelompok
2) Kekurangan
a) Sebagian siswa mengalami kesulitan karena belum terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini.
b) Membedakan siswa
4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Dasar
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau biasa juga disebut sains (science; dalam
bahasa inggris) secara garis besar dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang objek
telaahnya adalah alam dengan segala isinya, termasuk bumi, tumbuhan, hewan, manusia
dan lain sebagainya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang di kemukakan oleh
pusat kurikulum Balitbang Depdiknas, mengatakan bahwa pembelajaran IPA, sangat
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga
pembelajaran IPA bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan.
Tujuan pendidikan sains di Sekolah Dasar hendaknya lebih menekankan kepada
pemilikan kecakapan proses atau kecakapan generik dibandingkan dengan penguasaan
konsep, karena kecakapan generik merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa, agar
siswa dapat mempelajari bidang studi lainnya sesuai dengan motivasinya. Kecakapan
generik yang dimiliki siswa SD akan berfungsi menjadi alat bagi mereka untuk menggali
konsep-konsep keilmuan yang dimotivasinya, pada jenjang pendidikan berikutnya.
Menurut Hurriiyati (2010) adapun kecakapan proses yang harus dimiliki siswa
adalah:
1) Kecakapan observasi
2) Kecakapan klasifikasi
3) Kecakapan Pengukuran
4) Kecakapan memprediksi
5) Kecakapan inferensi (pengambilan kesimpulan)
6) Kecakapan membuat hipotesa
7) Kecakapan komunikasi
Selain penguasaan konsep dan kecakapan proses yang merupakan keterampilan
ilmiah, siswa juga seharusnya memperoleh nilai religius, karena pada dasarnya IPA
adalah ilmu yang mempelajari ciptaan Allah SWT. Rasa keingintahuan untuk mengamati
fenomena alam, nilai kejujuran harus melekat pada diri seorang saintis kecil.
Model pembelajaran IPA dipilih sesuai degan sifat IPA sebagai pengetahuan
deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Komponen-komponen pembentuk model
pembelajaran dirumuskan sesuai dengan sifat model pembelajaran yang disusun dan
terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut.
b. Materi Pokok Pesawat Sederhana
Materi tentang pesawat sederhana dengan standar kompetensi memahami
hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya dan kompetensi dasar
menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih
cepat. Indikator pada siklus I pertemuan 1 yaitu menjelaskan pengertian pesawat
sederhana dan menguraikan jenis-jenis pesawat sederhana dan indikator pada siklus I
pertemuan 2 yaitu menggolongkan berbagai jenis pesawat sederhana misalnya alat-alat
rumah tangga. Indikator pada siklus II pertemuan 1 yaitu mengidentifikasi kegiatan yang
menggunakan pesawat sederhana dan indikator pada siklus II pertemuan 2 yaitu
menjelaskan manfaat pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Pesawat adalah semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan
manusia. Kesederhanaan dalam menggunakannya menyebabkan pesawat tersebut dikenal
dengan pesawat sederhana. Pesawat sederhana adalah segala jenis perangkat yang hanya
membutuhkan satu gaya untuk bekerja.
Menurut Sulistyanto (2008: 109) pesawat ada yang rumit dan ada yang sederhana,
pesawat rumit tersusun atas pesawat-pesawat sederhana. Pada prinsipnya, pesawat
sederhana terbagi menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut :
1) Pengungkit atau Tuas
Tuas lebih dikenal dengan nama pengungkit. Pada umumnya tuas atau
pengungkit menggunakan batang besi atau kayu untuk mengungkit suatu benda.
Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa tuas
digolongkan menjadi 3, yaitu :
a) Tuas golongan pertama
Gambar 2.1 tuas (Sumber: Buku IPA Kelas V BSE, 2008)
Kedudukkan titik tumpu terletak diantara beban dan kuasa
Contohnya : gunting, linggis, jungkat-jungkit, alat pencabut kuku, dan
sebagainya.
b) Tuas golongan kedua
Kedudukkan beban diantara titik tumpu dan kuasa
Contohnya : gerobak beroda satu, alat pemotong kertas, alat pemecah kemiri,
pembuka tutup botol dan lain-lain.
c) Tuas golongan ketiga
Kedudukkan kuasa diantara titik tumpu dan beban
Contohnya : sekop untuk memindahkan pasir
2) Bidang Miring
Bidang miring adalah permukaan rata yang menghubungkan dua tempat yang
berbeda ketinggiannya. Dapat ditemukan pada perkakas, contohnya: kampak, pisau,
pahat, obeng, sekop dan lain-lain.
Gambar 2.2 bidang miring(Sumber: Buku IPA Kelas V BSE, 2008)
3) Katrol
Katrol adalah roda yang berputar pada porosnya. Katrol digolongkan menjadi
tiga, yaitu:
a) Katrol tetap
Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak berpindah pada saat digunakan.
Gambar 2.3 katrol tetap (Sumber: Buku IPA Kelas V BSE, 2008)
Contohnya: katrol yang digunakan pada tiang bendera dan sumur timba
b) Katrol bebas
Katrol bebas kedudukkan atau posisi berubah dan tidak dipasang pada tempat
tertentu.
Contohnya: katrol pada alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan.
c) Katrol majemuk
Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan katrol bebas.
4) Roda Berporos
Roda berporos merupakan roda yang dihubungkan dengan sebuah poros yang
dapat berputar bersama-sama.
Contohnya: setir mobil, setir kapal, roda sepeda, roda sepeda motor, dan sebagainya.
A. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Arizal Peristiwantoro pada tahun
2008 yang berjudul: Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Menggunakan
Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di SD N 2 Nogoraji. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitiannya adalah menggunakan lembar tes dan lembar observasi
guru dan siswa. Hasil yang diperoleh dalam penelitian penerapan model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD pada mata pelajaran IPS ternyata berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Terlihat dari prestasi belajar siswa yang meningkat yaitu pada siklus I
ketuntasan belajar siswa 71,71% sedangkan pada siklus II ketuntasan belajarnya menjadi
81,81%. Sehingga dapat diketahui bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Kerangka Berfikir
Pembelajaran kooperatif tipe STAD memanfaatkan kecenderungan siswa untuk
berinteraksi dengan yang lain dan saling memunculkan ide atau strategi-strategi pemecahan
masalah yang efektif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki dampak yang sangat
positif terhadap siswa yang prestasi belajarnya rendah. Karena siswa yang prestasinya rendah
dapat meningkatkan prestasi belajarnya di dalam pembelajaran.
Melihat komponen dan kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam penerapannya di kelas diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan
prestasi belajar IPA siswa khususnya pada pokok bahasan pesawat sederhana.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hal tersebut yang sudah dijelaskan maka hipotesis dalam penelitian
tindakan kelas ini yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok
bahasan pesawat sederhana maka prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Banteran
kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011dapat meningkat.