bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. kemandirian a. pengertian...

37
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemandirian a. Pengertian Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu dari 18 nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di SD. Muslich (2011: 67) berpendapat, “pendidikan karakter, alih-alih disebut pendidikan budi pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang didasari pada pengetahuan nilai itu dilakukan”. Winton dalam Samani, dkk (2012: 43), “Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh- sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada peserta didiknya.” Definisi lainnya dikemukakan oleh Ratna Megawangi dalam Kesuma, dkk (2011: 5), “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”. Lickona dalam Samani dan Hariyanto (2012: 44) mendefinisikan secara sederhana bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya untuk memperbaiki karakter peserta didik. Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Kemandirian

    a. Pengertian Kemandirian

    Kemandirian merupakan salah satu dari 18 nilai pendidikan

    karakter yang dikembangkan di SD. Muslich (2011: 67)

    berpendapat, “pendidikan karakter, alih-alih disebut pendidikan budi

    pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang didasari

    pada pengetahuan nilai itu dilakukan”. Winton dalam Samani, dkk

    (2012: 43), “Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-

    sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada

    peserta didiknya.”

    Definisi lainnya dikemukakan oleh Ratna Megawangi dalam

    Kesuma, dkk (2011: 5), “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak

    agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

    mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta

    didik dapat memberikan kontribusi yang positif kepada

    lingkungannya”. Lickona dalam Samani dan Hariyanto (2012: 44)

    mendefinisikan secara sederhana bahwa pendidikan karakter

    merupakan suatu upaya untuk memperbaiki karakter peserta didik.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 10

    Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli di atas,

    dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses

    penanaman nilai-nilai karakter dari seorang pendidik kepada peserta

    didiknya yang meliputi pengetahuan, kesadaran, dan tindakan untuk

    melaksanakan nilai tersebut baik kepada Tuhan, diri sendiri maupun

    orang lain untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter baik,

    dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah

    memperoleh pendidikan karakter, peserta didik diharapkan dapat

    memberikan kontribusi yang positif di lingkungannya.

    Peserta didik dapat memperoleh pendidikan karakter salah

    satunya yaitu dari sekolah. Pendidikan karakter di sekolah

    mempunyai tujuan tertentu. Kesuma (2011: 9) menjabarkan tujuan

    pendidikan karakter di sekolah adalah sebagai berikut:

    1) Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu

    sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika saat

    berproses di sekolah maupun setelah menjadi lulusan dari

    sekolah.

    2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan

    nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah (meluruskan perilaku

    negatif peserta didik menjadi perilaku yang positif)

    3) Membangun koneksi antara sekolah, keluarga dan masyarakat

    untuk melaksanakan tanggung jawab pendidikan karakter secara

    bersama.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 11

    Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan

    bahwa tujuan pendidikan karakter di sekolah, diharapkan peserta

    didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

    pengetahuannya, serta melaksanakan nilai-nilai karakter dan akhlak

    mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan

    karakter di sekolah, diharapkan dapat menanamkan karakter yang

    baik kepada peserta didik selama berproses di sekolah maupun

    setelah menjadi lulusan dari sekolah.

    Karakter yang dikembangkan di Indonesia ada 18, salah

    satunya yaitu kemandirian. Seifert dan Hoffnug (Desmita, 2009:

    185) mendefinisikan kemandirian atau otonomi sebagai kemampuan

    untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan-perasaan malu

    dan keraguan. Desmita (2009: 185) menyatakan bahwa kemandirian

    mengandung beberapa pengertian, yaitu:

    1) Suatu kondisi seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju

    demi kebaikan dirinya sendiri.

    2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi

    masalah yang dihadapi.

    3) Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.

    4) Bertanggungjawab atas apa yang dilakukan.

    Beberapa pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan

    bahwa kemandirian merupakan kemampuan untuk mengatur dan

    mengendalikan pikiran, perasaan, dan tindakan secara bebas serta

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 12

    berusaha untuk menentukan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain

    untuk menyelesaikan tugas. Menyelesaikan tugas sendiri hasilnya

    akan lebih memuaskan dibandingkan dengan pekerjaan yang dibantu

    oleh orang lain. Peserta didik yang mempunyai kemandirian akan

    menjadikan proses pembelajaran menjadi lancar, sehingga guru juga

    dapat menikmati mengajarnya. Peserta didik yang mandiri, nantinya

    akan dapat melayani kebutuhannya sendiri sekaligus

    bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.

    Karakter mandiri biasanya ditemukan pada peserta didik yang

    memiliki percaya diri, namun pengertian mandiri berbeda dengan

    percaya diri. Mustari (2014: 77) mandiri adalah seseorang yang

    memiliki percaya diri untuk menghadapi situasi apa saja, sedangkan

    percaya diri adalah sifat spesifik yang terdapat pada diri seseorang.

    Arti kemandirian dalam keluarga adalah sifat pada diri peserta didik

    yang dibentuk oleh orang tuanya sejak dini dalam membangun

    kepribadian peserta didik tersebut. Arti mandiri bagi anak usia

    sekolah dasar adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah

    bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

    Adapun individu yang memiliki ciri-ciri kemandirian, menurut

    Erikson (Desmita, 2009: 185) mengatakan bahwa:

    1) Dapat menentukan nasib sendiri.

    2) Memiliki inisiatif dan kreatif.

    3) Membuat pertimbangan sendiri dalam bertindak.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 13

    4) Bertanggungjawab atas tindakan sendiri.

    5) Mampu menahan diri.

    6) Dapat mengambil keputusan sendiri.

    Karakter mandiri mempunyai dua indikator yaitu indikator

    sekolah dan indikator kelas (Daryanto dan Suryatri, 2013: 137)

    yaitu:

    Tabel 2.1 Indikator Kemandirian Kelas I Sampai III

    Nilai Indikator kelas I sampai III

    Mandiri 1. Melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung

    jawabnya.

    2. Mengerjakan PR tanpa meniru pekerjaan temannya.

    Pada indikator sekolah, menciptakan situasi sekolah yang

    membangun kemandirian peserta didik. Sekolah memberikan sarana

    yang memungkinkan peserta didik berlatih menjadi individu yang

    mandiri, misalnya untuk melatih kemandirian peserta didik dalam

    mencuci tangan, sekolah menyediakan sarana cuci tangan. Dalam

    indikator kelas, menciptakan suasana kelas yang memberikan

    kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri. Peserta

    didik yang mandiri akan melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi

    tanggung jawabnya.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 14

    b. Bentuk Bentuk Kemandirian

    Kemandirian mempunyai beberapa bentuk. Robert Havighrust

    (Desmita, 2009: 186) membedakan kemandirian atas empat bentuk

    kemandirian, yaitu:

    1) Kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri

    dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain.

    2) Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi

    sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang

    lain.

    3) Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi

    berbagai masalah yang dihadapi.

    4) Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan

    interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang

    lain.

    Steiberg dalam Desmita (2009: 186) membedakan karakteristik

    kemandirian atas tiga bentuk :

    “The first emotional autonomy-that aspect of independence

    relate to changes in the individual’s close relationships,

    especially with parent. The second behavioral autonomy-the

    capacity to make independent decisions and follow through with

    them. The third characterization involves an aspect of

    independence reffered to as value autonomy-wich is more than

    simply being able to resist pressures to go along with the

    demands of other; it means having a set a principles about right

    and wrong, about what is important and what is not”.

    Pendapat Steiberg di atas dapat diartikan bahwa tiga

    karakteristik kemandirian, yaitu: “Pertama, kemandirian emosional

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 15

    menyatakan perubahan kedekatan emosional antar individu. Kedua,

    kemandirian tingkah laku untuk membuat keputusan tanpa

    tergantung pada orang lain dan melakukan secara tanggungjawab.

    Ketiga, kemandirian nilai memaknai prinsip tentang benar dan salah.

    c. Permasalahan Kemandirian

    Pentingnya kemandirian bagi peserta didik dapat dilihat dari

    kompleksitas kehidupan yang secara langsung atau tidak langsung

    mempengaruhi kehidupan peserta didik. Dalam konteks proses

    belajar, terlihat adanya fenomena peserta didik yang kurang mandiri

    dalam belajar. Hal ini dapat menimbulkan gangguan mental setelah

    memasuki pendidikan lanjutan, kebiasaan belajar yang kurang baik

    (seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya menjelang ujian,

    membolos, menyontek, dan mencari bocoran soal-soal).

    Fenomena-fenomena di atas menuntut dunia pendidikan untuk

    mengembangkan kemandirian peserta didik. Sunaryo (Desmita,

    2009: 189-190) menyebutkan bahwa beberapa gejala yang

    berhubungan dengan permasalahan kemandirian, yaitu:

    1) Ketergantungan disiplin kepada kontrol luar dan bukan karena

    niat sendiri yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah pada

    perilaku tidak konsisten, yang akan menghambat pembentukan

    etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri

    kemandirian manusia.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 16

    2) Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri

    bukanlah manusia yang lepas dari lingkungannya, melainkan

    manusia yang peduli dengan lingkungannya.

    3) Ketidakjujuran dalam berpikir dan bertindak, serta kemandirian

    yang masih rendah.

    2. Prestasi Belajar

    a. Pengertian Prestasi Belajar

    Prestasi belajar akan mudah didapat oleh seseorang apabila

    senantiasa belajar. James O. Whittaker (Djamarah, 2008: 12)

    merumuskan belajar sebagai “proses tingkah laku yang ditimbulkan

    atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. Kesimpulan yang

    dikemukakan oleh Abdillah dalam Aunurrahman (2010: 35), belajar

    adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

    perubahan tingkah laku, baik melalui latihan dan pengalaman yang

    menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk

    memperoleh tujuan tertentu. Dalam buku Educational Psychology,

    H.C Witherington (Aunurrahman, 2010: 35), mengemukakan bahwa

    belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

    menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa

    kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.

    Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang

    dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa, belajar adalah proses

    perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh individu sebagai hasil

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 17

    pengalaman interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

    aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tentunya untuk

    mendapatkan perubahan tersebut, dilakukan oleh seseorang melalui

    usaha secara sadar.

    Selain terdapat pengertian belajar, terdapat pula ciri-ciri

    belajar. Apabila hakikat belajar adalah proses perubahan tingkah

    laku, maka terdapat beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan

    ke dalam ciri-ciri belajar (Slameto, 2010: 3). Ciri-ciri belajar adalah

    sebagai berikut:

    1) Perubahan yang terjadi secara sadar. Individu yang belajar akan

    menyadari adanya perubahan yang terjadi pada dirinya. Misalnya,

    menyadari bahwa setelah belajar pengetahuannya menjadi

    bertambah.

    2) Perubahan dalam belajar bersifat berkelanjutan dan fungsional.

    Perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah belajar

    berlangsung secara berkelanjutan, tidak statis. Satu perubahan

    yang terjadi akan menyebabkan perubahan proses belajar

    berikutnya.

    3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Semakin

    seseorang sering belajar, maka akan semakin bertambahnya

    sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat

    aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena usaha individu itu

    sendiri.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 18

    4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

    (menetap/permanen). Perubahan yang terjadi pada seseorang

    setelah belajar akan bersifat menetap, apabila sering dilatih dan

    ilmu yang didapat sering digunakan.

    5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Belajar

    senantiasa memiliki tujuan yang telah ditetapkan dan ingin

    dicapai. Belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang

    disadari.

    6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Jika seseorang

    telah belajar sesuatu, maka akan terjadi perubahan tingkah laku

    secara menyeluruh, baik pada aspek pengetahuan, sikap, maupun

    keterampilan.

    Seorang peserta didik apabila belajar dengan teratur dan serius,

    maka akan mudah mendapatkan prestasi belajar. Menurut Hamdani

    (2011: 138-139) prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan

    yang dimiliki peserta didik dalam menerima, menolak, dan menilai

    informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

    Prestasi belajar sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam

    mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai

    atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar

    mengajar.

    Arifin (2013: 12) mengemukakan tentang prestasi belajar pada

    umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 19

    sebagai indikator kualitas dan kuantitas yang telah dikuasai peserta

    didik. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

    pendidikan. Selain itu prestasi belajar dapat dijadikan pendorong

    bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan

    teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan

    mutu pendidikan. Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu

    prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi”

    yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar (achievement) berbeda

    dengan hasil belajar (learning outcome), prestasi belajar biasanya

    berkenaan dengan aspek kognitif yang dicapai peserta didik setelah

    pembelajaran, sedangkan hasil belajar yaitu berkenaan dengan aspek

    pembentukan watak peserta didik.

    Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

    belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang

    yang telah melaksanakan usaha-usaha belajar. Usaha-usaha tersebut

    berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di

    sekolah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai

    setelah mengalami proses belajar mengajar.

    b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar

    Adapun faktor-faktor yang dapat memengaruhi prestasi

    belajar. Hamdani (2011: 139-145) menyatakan faktor-faktor yang

    mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua

    bagian, yaitu:

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 20

    1) Faktor Internal

    Faktor internal adalah faktor yang berasal dari peserta didik.

    Faktor ini antara lain sebagai berikut:

    a) Kecerdasan (Intelegensi)

    Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai

    kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang

    dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi

    rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukan

    kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

    Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-

    kemajuan yang berbeda antara satu peserta didik dengan

    peserta didik yang lain, sehingga peserta didik pada usia

    tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi

    dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu,

    jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang

    tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

    b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis

    Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya

    sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

    c) Sikap

    Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi

    terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka,

    atau acuh tak acuh. Sikap sesorang dapat dipengaruhi oleh

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 21

    faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri

    peserta didik harus ada sikap yang positif (menerima) kepada

    sesama peserta didik atau kepada gurunya. Sikap posistif ini

    akan menggerakan untuk belajar. Peserta didik yang sikapnya

    negatif (menolak) kepada sesama peserta didik atau gurunya

    tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.

    d) Minat

    Minat menurut ahli psikologi adalah suatu

    kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat

    sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan

    perasaan senang. Minat itu terjadi karena perasaan senang

    pada sesuatu. Jika menyukai sesuatu pelajaran, peserta didik

    akan belajar dengan senang hati tanpa beban.

    e) Bakat

    Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

    seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

    datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi

    untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai

    dengan kapasitas masing-masing. Bakat itu sendiri sangat

    mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang-

    bidang studi tertentu.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 22

    f) Motivasi

    Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong

    sesorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat

    menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga

    semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya

    motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi

    prestasi belajar, salah satunya yaitu faktor internal. Faktor internal

    terdiri dari kecerdasan, faktor jasmani, sikap, minat, bakat, dan

    motivasi. Kecerdasan adalah kemampuan dalam menyesuaikan diri

    dengan keadaan yang dihadapi. Faktor jasmani adalah apabila

    kesehatan terganggu, maka kegiatan belajar akan terganggu pula.

    Sikap adalah reaksi seseorang terhadap suatu hal, orang, atau benda.

    Minat adalah kecenderungan mengingat dan memperhatikan sesuatu

    secara terus menerus. Motivasi adalah segala seasuatu yang

    mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

    2) Faktor Eksternal

    a) Keadaan keluarga

    Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

    utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam

    keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat

    seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 23

    merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang

    menambah motivasi untuk belajar.

    b) Keadaan sekolah

    Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong peserta

    didik untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara

    penyajian pembelajaran, hubungan guru dengan peserta didik,

    alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan

    peserta didik yang baik akan mempengaruhi hasil-hasil

    belajarnya.

    c) Lingkungan masyarakat

    Lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam

    pergaulan sehari-hari, seorang anak selalu menyesuaikan dirinya

    dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu,

    apabila seorang peserta didik bertempat tinggal di suatu

    lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan hal

    tersebut akan membawa pengaruh belajar sebagaimana

    temannya.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar selain

    dipengaruhi oleh faktor internal, juga dipengaruhi oleh faktor

    eksternal. Faktor eksternal terdiri dari keadaan keluarga, keadaan

    sekolah, dan lingkungan masyarakat. Adanya rasa aman dalam

    keluarga merupakan kekuatan pendorong dari luar yang menambah

    motivasi untuk belajar. Lalu, keadaan di sekolah meliputi hubungan

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 24

    guru dengan peserta didik, penyajian pembelajaran, alat

    pembelajaran dan kurikulum yang baik akan mempengaruhi hasil

    belajar peserta didik. Apabila peserta didik tinggal di lingkungan

    temannya yang rajin belajar, maka akan membawa pengaruh belajar

    sebagaimana temannya, karena peserta didik selalu menyesuaikan

    diri dengan kebiasaan lingkungannya.

    Jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi (Syah, 2003: 217)

    dapat tersaji dalam tabel berikut:

    Tabel 2.2 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi

    Ranah Cipta Ranah/Jenis

    Prestasi Indikator Cara Evaluasi

    A. Ranah Cipta (Kognitif)

    1. Pengamatan

    2. Ingatan

    3. Pemahaman

    4. Aplikasi/ Penerapan

    5. Analisis (Pemeriksa

    an dan

    pemilahan

    secara teliti)

    6. Sintesis (Membuat

    paduan baru

    dan utuh)

    1. Dapat menunjukkan; 2. Dapat membandingkan; 3. Dapat menghubungkan.

    1. Dapat menyebutkan; 2. Dapat menunjukkan.

    1. Dapat menjelaskan; 2. Dapat mendefinisikan

    dengan lisan sendiri.

    1. Dapat memberikan contoh; 2. Dapat menggunakan secara

    tepat.

    1. Dapat menguraikan; 2. Dapat

    mengklasifikasikan/memila

    h-milah.

    1. Dapat menghubungkan materi-materi, sehingga

    menjadin kesatuan baru;

    2. Dapat menyimpulkan; 3. Dapat menggeneralisasikan

    (membuat prinsip umum).

    1. Tes lisan; 2. Tes Tertulis; 3. Observasi.

    1. Tes lisan; 2. Tes tertulis; 3. Observasi.

    1. Tes lisan; 2. Tes tertulis.

    1. Tes tertulis; 2. Pemberian tugas; 3. Observasi.

    1. Tes tertulis; 2. Pemberian tugas.

    1. Tes tertulis; 2. Pemberian tugas.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 25

    Berdasarkan tabel 2.1 di atas, evaluasi prestasi belajar ranah

    cipta (kognitif) mempunyai 6 tingkatan, yaitu pengamatan, ingatan,

    pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis. Cara evaluasi prestasi

    belajar ranah cipta dapat dilakukan dengan tes tertulis maupun tes

    lisan.

    c. Fungsi Prestasi Belajar

    Prestasi belajar memiliki fungsi. Fungsi utama prestasi belajar

    menurut Arifin (2013: 12) adalah sebagai berikut:

    1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

    pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

    2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

    3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

    pendidikan, karena dapat dijadikan sebagai pendorong bagi

    peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan

    teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan

    mutu pendidikan.

    4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

    institusi pendidikan. Indikator intern berarti prestasi belajar dapat

    dijadikan indikator produktivitas suatu institusi pendidikan,

    sedangkan indikator ekstern berarti tinggi rendahnya prestasi

    belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik

    di masyarakat.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 26

    5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator kecerdasan peserta

    didik.

    Beberapa fungsi utama prestasi belajar di atas begitu penting agar

    dapat mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik, baik

    secara individual maupun kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak

    hanya sebagai indikator keberhasilan dalam mata pelajaran tertentu,

    tetapi juga sebagai indikator kualitas suatu institusi pendidikan. Selain

    itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam

    melaksanakan proses pembelajaran, sehingga guru dapat memutuskan

    apakah peserta didik membutuhkan bimbingan atau tidak.

    3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

    a. Pengertian IPS

    IPS merupakan mata pelajaran di sekolah yang didesain atas

    dasar fenomena, masalah dan realitas sosial. Zuraik dalam Susanto

    (2013: 138), hakikat IPS adalah harapan untuk mampu membina

    suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya benar-benar

    berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung

    jawab, sehingga karenanya diciptakan nilai-nilai. IPS mempunyai

    fondasi dan tugas bagi pengembangan intelektual, emosional,

    kultural, dan sosial peserta didik, agar peka terhadap masalah sosial

    yang terjadi di masyarakat (Zubaedi, 2011: 287).

    Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat dengan IPS,

    adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 27

    dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

    ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang

    mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan

    menengah. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan

    dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi peserta didik

    sebagai warga negara sedini mungkin (Susanto, 2013: 138).

    Jadi, hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep

    pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di

    lingkungan peserta didik, sehingga dengan memberikan pendidikan

    IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan

    bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Pembelajaran

    IPS dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

    daya manusia di bidang nilai, sikap, pengetahuan, serta kecakapan

    dasar peserta didik yang berpijak pada kehidupan nyata.

    Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang

    mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan

    interaksinya di masyarakat. Peran IPS sangat penting untuk

    mendidik peserta didik mengembangkan pengetahuan, sikap, dan

    keterampilan agar kelak dapat menjadi warga negara yang baik.

    b. Visi dan Misi IPS

    Pendidikan IPS mempunyai visi dan misi yaitu, membentuk

    dan mengembangkan pribadi menjadi warga negara yang baik. Barr,

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 28

    R.D, Barth J.L dan Shermis S.S dalam Sapriya dkk (2007: 10) ciri-

    ciri karakter warga negara yang baik adalah sebagai berikut:

    1) Memiliki sikap patriotisme (cinta kepada tanah air, bangsa dan negara).

    2) Mempunyai penghargaan dan pengertian terhadap nilai-nilai, pranata, dan praktik kehidupan kemasyarakatan.

    3) Memiliki sikap integritas sosial dan tanggung jawab sebagai warga negara.

    4) Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya atau tradisi yang diwariskan oleh bangsanya.

    5) Mempunyai motivasi untuk turut serta secara aktif dalam pelaksanaan kehidupan demokrasi.

    6) Memiliki kesadaran (tanggap) akan masalah sosial. 7) Memiliki ide, sikap dan keterampilan yang diharapkan sebagai

    seorang warga negara.

    8) Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap sistem ekonomi yang berlaku.

    Pendidikan IPS mempunyai misi. Misi pendidikan IPS

    (Sapriya, 2007: 10-11):

    1) Menumbuhkan kesadaran bahwa dirinya merupakan makhluk

    ciptaan-Nya.

    2) Mendidik peserta didik menjadi warga negara yang baik.

    3) Menekankan pada kehidupan manusia yang demokratis.

    4) Meningkatkan partisipasi aktif, efektif, dan kritis sebagai

    warga negara.

    5) Membina peserta didik tidak hanya pengembangan

    pengetahuan, tetapi sikap dan keterampilan agar dapat

    mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan kelak sebagai

    anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 29

    Berdasarkan visi dan misi menurut para ahli di atas, dapat

    disimpulkan bahwa pendidikan IPS dapat membentuk dan

    mengembangkan peserta didik menjadi warga negara yang baik

    menumbuhkan kesadaran bahwa dirinya merupakan makhluk ciptaan

    Tuhan dan membina pengembangan peserta didik pada aspek

    pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat menjadi warga

    negara yang aktif dalam kehidupannya kelak.

    c. Tujuan IPS di Sekolah

    Pendidikan IPS di sekolah dasar mempunyai tujuan tertentu.

    Secara perinci, Mutakin dalam Susanto (2013: 145) merumuskan

    tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:

    1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai

    sejarah dan kebudayaan masyarakat.

    2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial

    yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-

    masalah sosial.

    3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah

    yang berkembang di masyarakat.

    4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya

    mampu mengambil tindakan yang tepat.

    5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian

    bertanggung jawab membangun masyarakat.

    Berdasarkan pendapat di atas mengenai tujuan pendidikan IPS

    di sekolah, dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 30

    1) Memberikan kepada peserta didik pengetahuan tentang

    pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa

    lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.

    2) Menolong peserta didik untuk mengembangkan keterampilan

    untuk mencari, mengolah, dan memproses informasi.

    3) Menolong peserta didik untuk mengembangkan nilai/sikap

    demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.

    4) Menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan

    serta dalam kehidupan sosial.

    Tujuan lain dalam pendidikan IPS ini yaitu peserta didik akan

    dapat mengamati dan mempelajari norma-norma atau peraturan serta

    kebiasaan-kebiasaan baik yang berlaku dalam masyarakat, sehingga

    peserta didik mendapat pengalaman langsung adanya hubungan

    timbal balik yang saling memengaruhi antara kehidupan pribadi dan

    masyarakat. Peserta didik juga akan memperoleh pengetahuan dari

    yang sederhana sampai yang lebih luas, dimulai dari peserta

    didikdiperkenalkan dengan diri sendiri, lalu keluarga, tetangga,

    lingkungan RT dan RW, desa/kelurahan, kota/kabupaten, provinsi,

    negara, hingga dunia. Itulah sebabnya pendidikan IPS di sekolah

    dasar bergerak dari yang konkret menuju ke yang abstrak, mengikuti

    sesuai dengan perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 31

    d. Materi IPS untuk Penelitian

    Materi IPS yang digunakan oleh peneliti dalam PTK ini

    mengambil Standar Kompetensi 2 semester 2 yaitu,

    Mendeskripsikan Lingkungan Rumah, dengan pembagian Standar

    Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator sebagai berikut:

    1) Siklus I Standar Kompetensi Mendeskripsikan Lingkungan

    Rumah, Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Letak Rumah, dan

    indikator pertemuan I Membedakan arah mata angin, indikator

    pertemuan II Menjelaskan letak rumah.

    2) Siklus II Standar Kompetensi Mendeskripsikan Lingkungan

    Rumah, Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Letak Rumah, dan

    indikator pertemuan I Menyebutkan Alamat Rumah, indikator

    pertemuan II Menjelaskan letak suatu tempat.

    Materi ini diajarkan di kelas I, sesuai dengan silabus. Materi

    ini diajarkan dengan alokasi waktu 8 jam pertemuan x 35 menit.

    Materi pokok ini meliputi arah mata angin, letak rumah, alamat

    rumah, dan letak suatu tempat.

    4. Metode Field Study

    a. Pengertian Metode Field Study

    Metode secara harfiah diartikan sebagai “cara”. Metode

    diartikan menurut Susanto (2013: 153), adalah “cara melakukan

    suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan

    fakta dan konsep-konsep secara sistematis”. Adapun menurut

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 32

    Sudjana dalam Susanto (2013: 153), metode mengajar dapat

    diartikan sebagai cara guru dalam mengadakan hubungan dengan

    peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran.

    Dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara

    yang dipakai oleh seorang pendidik dalam menyampaikan bahan

    pelajaran sehingga bisa diterima oleh peserta didik dan juga

    tercapainya tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, seorang guru

    dituntut untuk dapat menggunakan metode pembelajaran yang

    beragam, agar suasana pembelajaran menjadi lebih baik.

    Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran

    IPS adalah metode Field Study (studi lapangan atau karyawisata).

    Studi lapangan menurut Nigel Bevan dan Tomer Sharon (Nursa’ban,

    2012: 6) adalah metode pembelajaran melalui pengumpulan data

    secara langsung dengan pengamatan, wawancara, mencatat, atau

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Pada proses berlangsung,

    pembelajar berada langsung di lapangan. Sumaatmadja (1980: 113)

    mengemukakan studi lapangan atau karyawisata yaitu “suatu

    kunjungan ke objek tertentu di luar lingkungan sekolah, yang ada di

    bawah bimbingan guru, yang bertujuan untuk mencapai tujuan

    instruksional tertentu”.

    Metode Field Study termasuk dalam pembelajaran kontekstual,

    yaitu tipe pembelajaran yang dapat membawa peserta didik untuk

    belajar di luar kelas atau lingkungan kehidupan nyata, agar mereka

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 33

    dapat mengamati secara langsung. Metode ini merupakan salah satu

    tipe pembelajaran kontekstual yang mudah diterapkan, melibatkan

    aktivitas seluruh peserta didik tanpa merasa bosan dengan

    pembelajaran jika dilakukan di kelas dan mengandung unsur

    refreshing (Rochimah dan Wahid, 2011: 5).

    Field study menerapkan prinsip pengajaran modern yang

    memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran. Peserta didik

    dapat secara mandiri berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang

    dilakukan oleh para instruktur maupun guru pembimbing, serta

    mengalami dan menghayati langsung yang dilakukan, memperoleh

    bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi

    dan terpadu, serta membuat materi yang dipelajari di sekolah

    menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di

    masyarakat, tentunya juga dapat lebih merangsang kreativitas peserta

    didik.

    b. Tujuan Field Study

    Tujuan dilaksanakan Field Study antara lain peserta didik

    memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya dan

    dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat

    bertanya jawab, dengan demikian mereka mampu memecahkan

    persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, maupun pengetahuan

    umum. Selain itu peserta didik dapat melihat, mendengar, meneliti

    dan mencoba yang sedang dihadapinya, agar nantinya dapat

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 34

    mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama

    peserta didik dapat mempelajari beberapa mata pelajaran.

    Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

    Field Study menurut Rochimah dan Wahid (2011: 5) adalah sebagai

    berikut:

    1) Persiapan, untuk menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas,

    mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi objek yang

    akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatu, penyusunan

    rencana,dan mempersiapkan sarana.

    2) Pelaksanaan Field Study, guru mengatur segalanya, setiap

    peserta didik mematuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama,

    guru menerangkan dan memperlihatkan aplikasi dalam kehidupan

    nyata objek sesuai materi pelajaran yang diajarkan. Aktivitas

    belajar berupa pengamatan, percobaan, atau eksperimen yang

    memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks di samping

    menumbuhkan tanggungjawab dan keterlibatan belajar.

    3) Akhir Field Study, setelah itu peserta didik mengadakan diskusi

    mengenai segala hal hasil percobaan dan pengamatannya. Guru

    memberikan soal-soal kepada peserta didik yang dikumpulkan

    secara individu. Menindaklanjuti hasil kegiatan Field Study

    seperti membahas soal-soal yang diberikan.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 35

    c. Keuntungan dan Kekurangan Field Study

    Metode Field Study mempunyai keuntungan. Beberapa

    keuntungan studi lapangan atau karya wisata menurut Roestiyah

    (2012: 87) adalah sebagai berikut:

    1) Peserta didik dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang

    dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta

    mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan para petugas

    yang mungkin hal tersebut tidak diperoleh di sekolah.

    2) Peserta didik dapat melihat kegiatan berbagai kegiatan para

    petugas secara individu maupun kelompok, dan dihayati secara

    langsung, yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman

    peserta didik.

    3) Peserta didik dapat bertanya jawab, menemukan sumber

    informasi yang pertama untuk memecahkan persoalan yang

    dihadapi, sehingga peserta didik menemukan bukti kebenaran

    teorinya atau mencobakan teorinya ke dalam praktik.

    4) Peserta didik dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan

    dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan

    terpadu.

    Pada penerapannya, studi lapangan atau karya wisata pada

    pembelajaran IPS selain memiliki kelebihan juga memiliki

    kekurangan (Sumaatmadja, 1980: 116). Kekurangan tersebut antara

    lain:

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 36

    1) Jika terlalu sering dilaksanakan, akan dapat mengganggu rencana

    pembelajaran.

    2) Jika objek yang akan dijadikan bahan karya wisata terlalu jauh

    letaknya, menyulitkan angkutan dan pembiayaan.

    3) Jika dalam pelaksanaan sifatnya terlalu kaku, dapat menurunkan

    minat peserta didik terhadap studi lapangan, sehingga tujuan tidak

    tercapai.

    5. Media Gambar Denah

    Pada dasarnya, pelajaran IPS adalah pelajaran yang mengikuti

    perkembangan zaman, sehingga guru perlu memberi contoh-contoh

    konkret dalam pembelajaran, misalnya pada materi letak rumah. Dalam

    satu tahun saja, denah letak rumah tahun lalu akan berbeda dengan denah

    letak rumah tahun sekarang. Guru perlu memberi contoh-contoh yang

    bervariasi untuk menarik minat peserta didik dalam pembelajaran

    tersebut.

    Pengalaman langsung peserta didik dari lingkungan melalui benda

    tiruan berupa media gambar denah, akan membantu penyampaian pesan

    kepada peserta didik agar pembelajaran dapat dipahami dengan baik.

    Pengalaman langsung akan memberi informasi dari pengalaman peserta

    didik yang melibatkan panca indera. Media gambar denah yang berupa

    simbol abstrak merupakan awal pembentukan pengalaman berupa

    penggambaran realitas secara langsung. Penjelasan di atas merupakan

    pembuktian dari teori kerucut pengalaman atau Cone of Experience dari

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 37

    Edgar Dale. Edgar Dale mengatakan bahwa tingkat pengalaman peserta

    didik menggunakan rentang dari yang bersifat konkret ke abstrak untuk

    memberikan implikasi terhadap pemilihan media dan bahan

    pembelajaran. Berikut ini gambar kerucut pengalaman menurut Edgar

    Dale:

    Gambar 2.1 Cone of Experience dari Edgard Dale

    Berdasarkan gambar di atas, peneliti memilih metode Field Study

    sebagai simulasi agar 90% materi gambar denah dapat diingat oleh

    peserta didik. Peneliti juga memilih gambar denah sebagai media untuk

    penyajian untuk presentasi materi gambar denah yang 70% dapat diingat

    oleh peserta didik. Gambar denah yang disajikan tersebut juga disajikan

    untuk dilihat agar 30% materi dapat diingat.

    Teori kerucut pengalaman Edgar Dale, peneliti jadikan pedoman

    dengan harapan materi letak rumah dapat dipahami oleh semua peserta

    didik. Hal ini merupakan upaya untuk menarik minat siswa terhadap

    pembelajaran IPS.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 38

    a. Pengertian Media Gambar

    Media gambar merupakan media yang sederhana dan biasanya

    mudah di dapat. Hamalik (1986: 81) berpendapat bahwa media

    gambar adalah “gambar yang tak diproyeksikan, terdapat dimana-

    mana, baik di lingkungan anak-anak maupun di lingkungan orang

    dewasa, mudah diperoleh dan ditunjukkan kepada anak-anak.”

    Media gambar yang tidak diproyeksikan merupakan media yang

    sederhana, tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk

    memproyeksikan perangkat lunak. Gambar dan foto merupakan

    media yang umum dipakai untuk berbagai macam kegiatan

    pembelajaran. Gambar yang baik bukan hanya dapat menyampaikan

    saja, tetapi dapat digunakan untuk melatih keterampilan berpikir

    serta dapat mengembangkan kemampuan imajinasi peserta didik

    (Sanjaya, 2012: 166). Sementara itu, Smaldino, dkk (Anitah, 2008:

    8) mengatakan bahwa media gambar atau fotografi dapat

    memberikan gambaran tentang segala sesuatu, seperti binatang,

    orang, tempat, atau peristiwa.

    Pengertian media gambar dapat disimpulkan dari beberapa

    pendapat di atas yaitu suatu alat yang digunakan oleh guru tanpa

    diproyeksikan dan mudah didapat dari lingkungan sekitar, untuk

    membantu pemahaman, melatih keterampilan berpikir dan

    mengembangkan kemampuan imajinasi peserta didik dalam

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 39

    pembelajaran. Melalui media gambar dapat menerjemahkan

    ide/materi pembelajaran menjadi lebih realistis.

    b. Ciri-Ciri Media Gambar

    Ciri-ciri media gambar yang baik (Anitah, 2008: 9) adalah

    sebagai berikut:

    1) Cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan pembelajar.

    2) Sederhana atau tidak terlalu kompleks.

    3) Realistis, yaitu gambar itu menggambarkan benda atau

    keadaan yang sebenarnya dengan perbandingan ukuran

    tertentu.

    4) Gambar sebagai media pembelajaran harus dapat dipegang

    oleh pembelajar.

    Jadi, ciri-ciri media gambar yang baik yaitu gambar yang

    realistis atau gambar yang dapat menggambarkan keadaan

    sebenarnya dengan perbandingan tertentu, yang cocok digunakan

    oleh peserta didik sesuai dengan kemampuannya. Media gambar

    juga dibuat tidak terlalu kompleks, karena yang penting dapat

    membantu memperjelas materi pelajaran yang diajarkan.

    c. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

    Media gambar memiliki beberapa kelebihan sebagai media

    pembelajaran (Sanjaya, 2012: 167), diantaranya yaitu:

    1) Media gambar dapat menghilangkan verbalisme.

    2) Media gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 40

    3) Gambar merupakan media yang mudah diperoleh.

    4) Media gambar harganya relatif murah.

    5) Media gambar tidak perlu menggunakan peralatan secara

    khusus.

    Media gambar selain memiliki kelebihan, juga memiliki

    kekurangan (Anitah, 2008: 8), diantaranya yaitu:

    1) Terkadang media gambar terlalu kecil untuk digunakan di

    kelas yang besar.

    2) Tidak dapat menunjukkan gerak.

    3) Peserta didik tidak selalu mengetahui bagaimana membaca

    (menginterpretasi) gambar.

    4) Media gambar merupakan media yang dapat dilihat

    menggunakan indera penglihatan.

    Menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

    penggunaan media gambar mempunyai kelebihan dan kekurangan.

    Kelebihan menggunakan media gambar yaitu dapat mengatasi ruang

    dan waktu, karena dapat menggambarkan keadaan yang mirip

    dengan aslinya dengan ukuran tertentu. Media gambar juga dapat

    menghilangkan verbalisme pada saat pembelajaran. Kekurangan

    menggunakan media gambar yaitu hanya dapat digunakan bagi yang

    memiliki indera penglihatan yang normal. Terkadang media gambar

    kurang menyesuaikan jika digunakan di kelas yang besar.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 41

    d. Media Gambar Denah

    Media gambar yang digunakan dalam PTK ini adalah media

    gambar denah. Said, dkk (2012: 48) mengemukakan denah adalah

    gambar yang menunjukkan letak kota, jalan dan sebagainya. Adanya

    denah, seseorang menjadi paham jalan yang harus dilalui untuk

    sampai ke tempat tujuan. Tempat yang ditunjukkan tidak terlalu luas,

    namun dapat lebih rinci. Denah juga disebut dengan peta kecil.

    Rumah juga dapat dibuat denah untuk menunjukkan bagian-bagian

    yang ada di dalamnya. Bagian-bagian tersebut disebut ruang atau

    kamar.

    B. Penelitian Relevan

    Hasil penelitian yang relevan sesuai dengan penelitian ini adalah

    penelitian yang dilakukan oleh Arif Karseno (2011) dengan judul

    Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi melalui Penerapan

    CTL dengan Metode Field Study di Kelas V SD Negeri Gununggiana Tahun

    Ajaran 2011/2012.

    Hasil evaluasi yang diberikan kepada 29 peserta didik, penelitian

    tersebut menyimpulkan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis

    karangan deskripsi peserta didik setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan

    pendekatan kontekstual. Hasil belajar kognitif peserta didik sebelum tindakan

    diperoleh nilai tes rata-rata 62,8 dengan ketuntasan klasikal 51,7%. Pada

    siklus I ada peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dari semula

    ketuntasan klasikal 51,7% naik menjadi 65,5%. Pada siklus II terjadi

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 42

    peningkatan kembali pada keterampilan menulis karangan deskripsi semula

    ketuntasan klasikal 65,5% menjadi 86,2%. Hasil belajar afektif pada siklus I

    mendapat rata-rata 73% dan terjadi peningkatan pada siklus II yaitu 88%.

    Hasil nilai psikomotor pada siklus I, nilai rata-rata 79% dan pada siklus II

    terjadi peningkatan yaitu 87%.

    Berdasarkan hasil uraian di atas terbukti bahwa dengan menggunakan

    metode Field Study dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan

    deskripsi dan hasil belajar peserta didik di sekolah dasar. Hasil belajar

    tersebut mancakup di dalamnya prestasi belajar.

    Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Idawati (2012) dengan

    judul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Bebas melalui Penggunaan

    Media Lingkungan (Field Study) di Kelas VA SD Negeri 3 Cindaga. Hasil

    evaluasi yang diberikan kepada 27 peserta didik, penelitian tersebut

    menyimpulkan bahwa ada peningkatan ketuntasan belajar menulis puisi

    setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan pembelajaran Field Study. Data

    yang diperoleh peneliti, peserta didik dalam menulis puisi pada siklus I

    peserta didik yang tuntas belajar berjumlah 17 peserta didik, dengan

    persentase ketuntasan belajar 62,96%. Pada siklus II, peserta didik yang

    tuntas belajar berjumlah 24 peserta didik, dengan persentase ketuntasan

    belajar 88,88%.

    Berdasarkan hasil uraian di atas terbukti bahwa dengan menggunakan

    pembelajran Field Study dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar

    peserta didik. Metode Field Study termasuk dalam pembelajaran kontekstual.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 43

    Metode Field Study juga membuat peserta didik senang, karena belajar dapat

    dilakukan di luar kelas.

    Metode Field Study yang dilakukan oleh Arif Karseno dalam penelitian

    adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dan

    hasil belajar, dan metode Field Study yang dilakukan Idawati dalam

    penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi, sedangkan

    metode Field Study yang dikgunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah

    untuk meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar.

    C. Kerangka Berpikir

    Kerangka berpikir merupakan alur penalaran untuk dapat memberikan

    jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Kerangka berpikir

    dapat disusun dalam bentuk kalimat atau digambarkan sebagai sebuah

    diagram.

    Berdasarkan landasan teori, dapat disusun kerangka berpikir penerapan

    metode Field Study dalam pembelajaran letak rumah untuk meningkatkan

    kemandirian dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kelas IB SD UMP.

    Kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut ini:

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 44

    Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

    1. Penerapan metode Field Study pada pembelajaran letak rumah untuk

    meningkatkan kemandirian peserta didik pada mata pelajaran IPS.

    Sesuai dengan pengalaman guru dalam pembelajaran IPS yang

    masih banyak dilakukan dengan metode konvensional, kurang variatif,

    dan kurang berbasis dengan dunia nyata kehidupan peserta didik,

    sehingga memengaruhi kemandirian peserta didik yang masih rendah.

    Jadi, penerapan metode Field Study berbantu media gambar denah, serta

    memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah pada pembelajaran letak

    rumah, diharapkan sikap kemandirian dari diri peserta didik akan

    meningkat.

    2. Penerapan metode Field Study pada pembelajaran letak rumah untuk

    meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS.

    Pembelajaran dikatakan efektif apabila peserta didik dapat

    memahami apa yang telah diajarkan oleh gurunya. Penggunaan metode

    Input

    (Keadaan Awal)

    Prestasi Belajar

    Meningkat

    Proses

    (Tindakan)

    Kemandirian

    Meningkat

    Siklus

    Kemandirian

    Rendah

    Perbaikan

    Kualitas Belajar

    Prestasi Belajar

    Rendah

    Output

    (Hasil Setelah

    Tindakan)

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016

  • 45

    pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tujuan

    pembelajaran yang akan dicapai, maka dalam pelaksanaan pembelajaran

    peserta didik akan lebih mudah paham, sehingga prestasi belajar peserta

    didik diharapkan dapat meningkat. Penggunaan metode Field Study

    diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi letak rumah

    pada peserta didik kelas IB SD UMP. Penggunaan metode ini didasarkan

    pada tujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada peserta

    didik. Metode ini juga disesuaikan dengan karakteristik anak kelas I SD

    yang pembelajarannya dikaitkan dengan dunia nyata.

    D. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kerangka berpikir, dapat diajukan hipotesis tindakan dalam

    Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

    1. Penerapan metode Field Study berbantu media gambar denah dalam

    pembelajaran materi tentang Letak Rumah dapat meningkatkan

    kemandirian belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Kelas IB SD

    UMP, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, semester genap

    tahun pelajaran 2015/2016.

    2. Penerapan metode Field Study berbantu media gambar denah dalam

    pembelajaran materi tentang Letak Rumah dapat meningkatkan prestasi

    belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Kelas IB SD UMP,

    Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, semester genap tahun

    pelajaran 2015/2016.

    Peningkatan Kemandirian dan..., Katrina Ramadhani, FKIP UMP 2016