bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. citra merekeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2166/3/bab...
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Citra Merek
a. Pengertian Citra
Pengertian citra dalam Latifah (2008), citra adalah apa yang
dipikirkan konsumen tentang suatu produk. Citra adalah cara
seseorang atau sekelompok memandang sebuah benda. Perusahaan
harus melakukan survei kembali terhadap publik secara periodik
untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan perusahaan sudah
meningkatkan citranya. Pemasaran digunakan untuk menilai citra
yang lebih baik (Kotler, 2012).
Secara lebih luas citra didefinisikan sebagai jumlah
darikeyakinan – keyakinan, gambaran – gambaran, kesan – kesan
yangdipunyai seseorang pada suatu obyek. Obyek yang dimaksud
bisa orang, organisasi, kelompok orang atau lainnya yang
diketahui. Jika obyek itu berupa organisasi, berarti keseluruhan
keyakinan, gambaran,dan kesan atas organisasi dari seseorang
adalah citra (Kotler, 2012).
Citra (Image)adalah persepsi masyarakat terhadap
perusahaan atau produknya. Image dipengaruhi oleh banyak faktor
12
yang diluar kontrol perusahaan. Citra yang efektif melakukan tiga
hal:
1) Memanfaatkan karakter produk.
2) Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda
sehingga tidak dikacaukan dengan karakter pesaing.
3) Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra
mental. Citra merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan
kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek
(Kotler, 2012). Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan
kreatifitas dan kerja keras. Citra tidak dapat ditanamkan dalam
pikiran manusia dalam semalam atau disebarkan melalui media
masa. Sebaliknya, citra itu harus disampaikan melalui tiap
sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara terus-
menerus. Untuk berhasil memperoleh dan mempertahankan
konsumenmya maka perusahaan harus berusaha semaksimal
mungkin untuk menampilkan produk dengan memiliki citra
merek (brand image) yang positif di mata konsumen. Dengan
menampilkan produk yang memiliki citra merek yang positif
dapat mempertinggi kepercayaan konsumen terhadap
produknya dan mendorong konsumen semakin lama akan
menjadi konsumen yang loyal terhadap produknya tersebut.
Citra merupakan image yang terbentuk dimasyarakat
(konsumen / pelanggan) tentang baik buruknya perusahaan
13
(Majid, 2009). Merek menjadi tanda pengenal bagi penjual
atau pembuat suatu produk atau jasa.
b. Pengertian Merek
Merek merupakan unsur penting yang dapat membantu
proses pemasaran barang di dalam perusahaan, sehingga merek
merupakan salah satu hal yang penting yang menyangkut reputasi
perusahaan. Merek merupakan hal yang penting bagi perusahaan,
karena merek adalah nilai yang akan diingat oleh konsumen atau
pelanggan saat menentukan pembelian produk. Menurut American
Marketing Association yang dikutip oleh Kotler & Keller, (2012)
mendefinisikan merek adalah sebagai berikut :
“Merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau
kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan
mendiferensiasikan barang atau jasa dari salah satu penjual dan
mendiferensiasikan merek dari para pesaing.”
Menurut Kartajaya (2010) merek sebagai aset yang
menciptakan value bagi pelanggan dengan meningkatkan kepuasan
dan menghargai kualitas. Sedangkan menurut Alma (2013)
mengemukakan bahwa “Merek sebagai suatu tanda atau simbol
yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu, dapat
berupa kata – kata, gambar atau kombinasi keduanya.”
14
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa merek adalah suatu bentuk identitas dari suatu
produk yang ditawarkan ke pelanggan yang dapat membedakan
dari produk perusahaan dan produk perusahaan pesaing yang
berbentuk nama, kata, tanda, simbol, desain, atau kombinasi dari
semua hal tersebut.
Menurut Ginting (2011) mendefinisikan merek adalah suatu
nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi daripadanya
untuk menandai produk atau jasa dari satu penjual atau kelompok
penjual dan untuk membedakannya dari pesaing.
1) Tujuan Merek
Tjiptono (2011) dalam Akbar (2012) menyatakan
bahwa merek memiliki berbagai macam tujuan, yaitu :
a) Sebagai identitas perusahaan yang membedakannya dengan
produk pesaing, sehingga mudah mengenali dan melakukan
pembelian ulang.
b) Sebagai alat promosi yang menonjolkan daya tarik produk
(misalnya dengan bentuk desain dan warna – warni
menarik).
c) Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan,
jaminan kualitas, serta citra prestise tertentu kepada
konsumen.
15
d) Untuk mengendalikan dan mendominasi pasar. Artinya
dengan membangun merek yang terkenal, bercitra baik, dan
dilindungi hak eksklusif berdasarkan hak cipta / paten,
maka perusahaan dapat meraih dan mempertahankan
loyalitas konsumen.
2) Makna dan Tipe Merek
Menurut Rahman (2010) menjelaskan dalam suatu merek
memiliki 6 (tingkatan) pengertian sebagai berikut :
a) Atribut
Merek mengingatkan pada atribut tertentu dari sebuah
produk, baik dari program purna jualnya, pelayanan
umum maupun kelebihannya dan perusahaan
menggunakan atribut tersebut sebagai materi iklan
mereka.
b) Manfaat
Pelanggan tentu tidak membeli sebatas aribut dari suatu
produk melainkan manfaatnya.
c) Nilai
Merek mewakili nilai dari produknya. Jam tangan merek
Rolex misalnya yang memberikan nilai tinggi bagi
penggunanya.
d) Budaya
Merek mewakili budaya tertentu.
16
e) Kepribadian
Merek layaknya seseorang yang merefleksikan sebuah
kepribadian tertentu.
f) Pemakai
Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan suatu produk tersebut.
Menurut Tjiptono (2011) dalam Akbar (2012) menerangkan
bahwa pemahaman mengenai peran merek tidak bisa dipisahkan
dari tipe-tipe utama merek, karena masing-masing tipe memiliki
citra merek berbeda. Ketiga tipe tersebut meliputi:
a) Attribute Brands
Attribute brands yaitu merek – merek yang memiliki citra
yang mampu mengkomunikasikan keyakinan /
kepercayaan terhadap atribut fungsional produk. Kerap
kali sangat sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas
dan fitur secara obyektif atas begitu banyak tipe produk,
sehingga mereka cenderung memiliki merek-merek yang
dipersepsikan sesuai dengan kualitasnya.
b) Aspirational Brands
Aspirational brands yaitu menyampaikan citra tentang
tipe orang yang membeli merek yang bersangkutan. Citra
tersebut tidak banyak mengandung produknya, tetapi
justru lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup yang
17
didambakan. Keyakinan yang dipegang konsumen adalah
bahwa dengan memiliki merek semacam ini akan tercipta
asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok
aspirasi tertentu. Dalam hal ini, status, pengakuan sosial
dan identitas jauh lebih penting daripada sekedar nilai
fungsional produk.
c) Experience Brands
Experiance brands mencerminkan merek – merek yang
menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama (shared
association and emotionals). Tipe ini memiliki citra
melebihi sekedar aspirasi dan lebih berkenaan dengan
kesamaan filosofi antara merek dan konsumen individual.
Kesuksesan sebuah experience brands ditentukan oleh
kemampuan merebersangkutan dalam mengekspresikan
individualitas dan pertumbuhan personal.
Bagi konsumen, merek bisa memberikan beraneka
macam nilai melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial.
Menurut Sunyoto (2012), menjelaskan bahwa pemberia
nama merek atas suatu produk menjadi sangat penting dan
mempunyai manfaat, antara lain:
i) Bagi Konsumen
Manfaat nama merek suatu produk bagi konsumen di
antaranya :
18
Mempermudah konsumen meneliti produk atau jasa.
Untuk merek-merek produk yang sudah terkenal dan
mapan, konsumen seolah sudah menjadi percaya,
terutama dari segi kualitas produk.
Membantu konsumen atau pembeli dalam
memperoleh kualitas barang yang sama, jika mereka
membeli ulang serta dalam harga.
ii) Bagi Penjual
Manfaat nama merek suatu produk bagi penjual di
antaranya :
Nama merek memudahkan penjualan untuk mengolah
pesanan-pesanan dan menekan permasalahan.
Merek juga akan membantu penjual mengawasi pasar
mereka karena pembeli tidak akan menjadi bingung.
3) Karakteristik Merek
Menurut Sunyoto (2012), beberapa karakteristik suatu
merek yang baik, yaitu :
a) Mudah dibaca, diucapkan dan diingat.
b) Singkat dan sederhana.
c) Mempunyai ciri khas tersendiri dan disenangi oleh
konsumen seperti National, Toshiba.
d) Merek harus menggambarkan kualitas, prestise, produk dan
sebagainya.
19
e) Bisa diadaptasi oleh produk-produk baru yang mungkin
ditambahkan di lini produk.
f) Merek harus dapat didaftarkan dan mempunyai
perlindungan hukum.
c. Pengertian Citra Merek
Brand Image atau Brand Description yakni deskripsi
tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.
Sejumlah teknik kuantitatif dan kualitatif telah dikembangkan
untuk membantu mengungkap persepsi dan asosiasi konsumen
terhadap sebuah merek tertentu, diantaranya multidimensional
scaling, projection techniques, dan sebagainya (Tjiptono, 2011).
Brand Image (citra merek) adalah sekumpulan asosiasi
merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen. Konsumen
yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki
konsistensi terhadap citra merek. Citra merek ialah persepsi dan
keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam
asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen (Kotler, 2009).
1) Manfaat Citra Merek
Menurut Tjiptono (2011) merek juga memiliki manfaat
yaitu bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen,
merek berperan penting sebagai:
20
a) Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau
pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam
pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi.
b) Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang
unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti
intelektual. Nama merek bisa diproteksi melalui merek dagang
terdaftar (registered trademarks) proses pemanufakturan bisa
dilindungi melalui hak paten dan kemasan bisa diproteksi
melalui hak cipta (copyright) dan desain.
c) Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas,
sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya
lagi di lain waktu.
d) Sarana untuk menciptakan asosiasi dan makna unik yang
membedakan produk dari para pesaing.
e) Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan
hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk
dalam benak konsumen.
f) Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan
masa datang.
2) Komponen Citra Merek
Citra merek memiliki beberapa komponen, menurut
Sulistian (2011), memyatakan ada tiga komponen citra merek,
diantaranya adalah :
21
a) Citra Pembuat (Corporate Image)
Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen
terhadap perusahaan yang membuat suatu barang atau jasa.
Bagi perusahaan manfaat brand adalah :
i) Brand memudahkan penjual mengolah pesanan dan
menelusuri masalah – masalah yang timbul.
ii) Brand memberikan perlindungan hukum atas
keistimewaan atau ciri khas produk.
iii) Brand memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli
yang setia dan menguntungkan.
iv) Brand membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
b) Citra pemakai atau konsumen (user or customer image)
i) Brand dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli
mengenai mutu.
ii) Brand membantu menarik perhatian pembeli terhadap
produk – produk baru yang mungkin bermanfaat bagi
merek.
c) Citra produk (product image)
Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen
terhadap suatu barang atau jasa, seperti mengenai hal berikut :
i) Kualitas produk asli atau palsu.
ii) Berkualitas baik.
iii) Desain menarik.
22
iv) Bermanfaat bagi konsumen.
3) Faktor – faktor Pembentuk Citra Merek
Agar suatu merek memiliki citra merek yang baik, maka
perusahaan harus memperhatikan faktor – faktor pembentuk citra
merek. Faktor – faktor pembentuk citra merek menurut Sulistian
(2011) adalah sebagai berikut :
a) Kualitas atau mutu berkaitan dengan produk barang atau jasa
yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
b) Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat
atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu
produk yang dikonsumsi.
c) Kegunaan atau manfaat, yang berkaitan dengan fungsi dari
suatu produk barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh
konsumen.
d) Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam
melayani konsumen.
e) Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung
rugi yang mungkin dialami oleh konsumen.
f) Harga, dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau
banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen
untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi
citra jangka panjang.
23
g) Citra yang dimiliki merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,
kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek
dari produk tertentu.
Dengan memperhatikan faktor – faktor tersebut maka
perusahaan akan memiliki citra merek yang baik atas produknya.
Apabila merek produk perusahaan dapat diingat dibenak konsumen,
maka itu akan mempermudah perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan dan mencapai tujuan perusahaan.
4) Pengukuran Citra Merek
Menurut Shimp (2009) citra merek dapat diukur dari :
a) Atribut
Atribut adalah ciri – ciri atau berbagai aspek dari merek yang
diiklankan. Atribut juga dibagi menjadi dua bagian yaitu hal –
hal yang tidak berhubungan dengan produk (harga, kemasan,
dan citra penggunaan) dan hal – hal yang berhubungan dengan
produk (warna, rasa, desain)
b) Manfaat
Manfaat dibagi menjadi tiga bagian yaitu fungsional, simbolis,
dan pengalaman.
i. Fungsional, yaitu manfaat yang berusaha menyediakan
solusi bagi masalah – masalah konsumsi atau potensi
permasalahan yang dapat dialami oleh konsumen,
dengan mengansumsikan bahwa suatu merek memiliki
24
manfaat spesifik yang dapat memecahkan masalah
tersebut.
ii. Simbolis, yaitu diarahkan pada keinginan konsumen
dalam upaya memperbaiki diri, dihargai sebagai
anggota suatu kelompok, afiliasi, dan rasa memiliki.
iii. Pengalaman, yaitu konsumen merupakan representasi
dari keinginan mereka akan produk yang dapat
memberikan rasa senang, keanekaragaman, dan
stimulasi kognitif.
c) Evaluasi keseluruhan
Evaluasi keseluruhan yaitu nilai atau kepentingan subjektif
dimana pelanggan menambahkannya pada hasil konsumsi.
2. Iklan
a. Pengertian Iklan
Advertising merupakan kegiatan komunikasi pemasaran
yang menggunakan media massa dalam proses penyampaian
pesannya. Soemanagara, (2008) menyebutkan bahwa ”Advertising
is paid nonpersonal communication used by an identified sponsor
to inform an audience about product”. Penyampaian informasi
oleh pemasang iklan berhubungan dengan penyewaan ruang di
sebuah media massa dengan menggunakan komunikasi non
personal (Soemanagara, 2008).
25
Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid
form of nonpersonal communication about an organization,
product, service, or idea by an identified sponsor”. (setiap bentuk
komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis
atau ide yang dibayar oleh sponsor yang diketahui). Adapun
maksud “dibayar” pada definisi tersebut menunjukkan fakta bahwa
ruang dan waktu bagi suatu pesan iklan umumnya harus dibeli.
Maksud kata “nonpersonal” berarti suatu iklan melibatkan media
massa (TV, radio, majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan
kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan.
Dengan demikian sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya
tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang
segera dari penerima pesan (kecuali dalam hal direct response
advertising). Karena itu, sebelum pesan iklan dikirimkan,
pemasang iklan harus betul – betul mempertimbangkan bagaimana
audiens akan menginterpretasikan dan memberikan respon
terhadap pesan iklan dimaksud.Ralph S. Alexander (1965) dalam
Morissan (2007).
Dari beberapa definisi di atas, maka disimpulkan bahwa
iklan adalah segala bentuk komunikasi non personal mengenai
suatu organisasi, gagasan, barang, dan jasa oleh sponsor tertentu
yang harus dibayar.
26
b. Tujuan Periklanan
Menurut Soemanagara (2008) mengatakan bahwa tujuan
utama dari kegiatan periklanan adalah :
1) Menyadarkan komunikan dan memberikan informasi tentang
sebuah barang, jasa, atau gagasan.
2) Menumbuhkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan
barang, jasa, ataupun ide yang disajikan dengan memberikan
persepsi kepadanya.
3) Meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang apa yang
dianjurkan dalam iklan dan karenanya menggerakkannya untuk
berusaha memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang
dianjurkan.
Morissan (2007) menjelaskan jika suatu perusahaan
beriklan dengan tujuan untuk mendapatkan respon atau aksi segera
melalui iklan media massa. Perusahaan lain mungkin bertujuan
untuk lebih mengembangkan kesadaran atau ingin membentuk
suatu citra positif dalam jangka panjang bagi barang atau jasa yang
dihasilkan.
c. Media Periklanan
Menurut Morissan (2007) media iklan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga media yaitu:
1) Media penyiaran
27
Iklan dapat disampaikan melalui media penyiaran dengan
menggunakan televisi dan radio. Televisi memiliki posisi
penting bagi pemasar karena media ini menyajikan banyak
program populer yang disukai banyak orang. Setelah televisi,
radio juga menjadi media yang penting. Radio telah menjadi
bagian integral dalam kehidupan masyarakat. Banyak orang
bergantung pada radio untuk mendapatkan informasi dan
hiburan khususnya mereka yang sedang berkendara di jalan
raya.
2) Media cetak
Majalah dan surat kabar telah menjadi media untuk beriklan
selama lebih dari dua abad. Selama bertahun-tahun, pada awal
kelahirannya, kedua media tersebut bahkan menjadi satu-
satunya media massa yang tersedia bagi para pemasang iklan.
Seiring dengan pertumbuhan media penyiaran, khususnya
televisi, kebiasaan membaca media cetak menurun.
3) Media internet
Internet didefinisikan sebagai: a worldwide means of
exchanging information and communicating through a series of
interconnected computers (suatu metode yang mendunia untuk
saling tukar menukar informasi dan berkomunikasi melalui
komputer yang saling berkoneksi). Dewasa ini siapa saja yang
memiliki komputer dan modern dapat mengakses internet dan
28
menjadi bagian dari jaringan komunikasi dunia. Salah satu
komponen internet yang paling populer adalah World Wide
Web (www) yaitu suatu halaman di internet yang dapat
menampilkan teks, suara, grafik, foto, dan video yang menjadi
instrumen komersial di internet.
Selain itu ada pendapat lain mengenai beberapa media
iklan. ”Jenis media iklan terdiri atas televisi, radio, surat kabar,
majalah, brosur/folder, banner, poster, billboard/neon box”
Soemanagara (2008).
Pada sebuah iklan, baik yang dipublikasikan melalui media
penyiaran maupun media cetak, pada dasarnya memiliki struktur.
Struktur iklan pada kedua media tersebut pada dasarnya sama,
hanya bentuknya berbeda karena perbedaan karakteristik medianya.
Yang paling mudah diamati adalah struktur iklan pada media cetak.
Headline meliputi kepala tulisan letaknya tidak selalu pada bagian
awal tulisan iklan. Yang paling penting headline iklan tersebut
yang paling pertama dilihat orang. Subheadline, sebuah headline
harus mengatakan sesuatu yang sangat penting kepada para calon
pembeli. Biasanya berupa penjelasan tentang produk atau
keunggulan barang atau jasa yang ditawarkan.Amplifikasi
(perluasan) merupakan naskah atau teks iklan yang mengikuti
headline. Sering juga disebut bodycopy/body text. Pada bagian ini
konsepnya adalah penjelasan lebih rinci tentang produk atau
29
barang/jasa yang ditawarkan. Untuk menghasilkan iklan yang baik
selain memperhatikan struktur iklan diperlukan juga rumus iklan
AIDA.
Pertama yaitu, Attention berarti bahwa iklan harus mampu
menarik perhatian khalayak sasaran. Untuk itu, iklan membutuhkan
bantuan ukuran, penggunaan warna, tata letak atau suara – suara
khusus.
Kedua, Interest yang mana iklan berurusan dengan
bagaimana konsumen berminat dan memiliki keinginan lebih jauh.
Dalam hal ini konsumen harus dirangsang agar mau membaca,
mendengar atau menonton pesan – pesan yang disampaikan.
Perhatian harus segera ditingkatkan menjadi minat agar pembeli
ingin mengetahui lebih rinci.
Ketiga, Desire bermakna bahwa iklan harus mampu
menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati
produk tersebut. Iklan harus mampu menciptakan kebutuhan calon
pembeli. Konsumen mulai goyah dan emosinya mulai tersentuh
untuk membeli produk tersebut untuk menimbulkan rasa percaya
pada diri pembeli dan memberikan pandangan positif pada
konsumen tentang produk sebagai acuan dalam keputusan untuk
membeli produk terhadap iklan. Kemudian, Action mengandung
arti bahwa iklan harus memiliki "daya" membujuk calon pembeli
agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan pembelian.
30
Dalam hal ini dapat digunakan kata beli, ambil, hubungi, rasakan,
gunakan dan lain – lain.
3. Kredibilitas CelebrityEndorser
a. Endorser
Endorser adalah ikon atau sosok tertentu yang sering juga
disebut sebagai direct source (sumber langsung) untuk
mengantarkan sebuah pesan dan atau memperagakan sebuah
produk atau jasa dalam kegiatan promosi yang bertujuan untuk
mendukung efektifitas penyampaian pesan produk, Belch dan
Belch (2009). Shimp (2009) menjelaskan bahwa penggunaan
opinion leader biasanya cukup efektif dalam pemasaran bagi
konsumen. Manusia cenderung meniru apa yang dilakukan oleh
seorang yang dianggap lebih darinya. Penggunaan endorser yang
tepat sebagai pendukung sebuah promosi (iklan) mampu
mempengaruhi dan mendapatkan perhatian konsumen atas pesan
yang disampaikan dalam kegiatan promosi (iklan) tersebut.
Endorser dibagi menjadi dua jenis :
1) Typical Person Endorser
Adalah memanfaatkan beberapa orang bukan selebritis untuk
menyampaikan pesan mengenai suatu produk.
2) Celebrity Endorser
Adalah orang – orang terkenal yang dapat mempengaruhi
karena prestasinya.
31
Kedua jenis endorser diatas memiliki karakteristik dan
atribut yang sama hanya dibedakan dalam penggunaan orang –
orangnya sebagai pendukung apakah orang – orang yang digunakan
sebagai endorser tokoh terkenal atau tidak.
b. Kredibilitas CelebrityEndorser
Celebrity Endorser, menurut Friedman and Friedman
(1979) dalam Rodriguez (2008) mengatakan bahwa selebriti
sebagai individu yang dikenal masyarakat (aktor, tokoh olahraga,
penghibur, dll). “An endorser is a person who makes a
‘testimonial’, or a written or a spoken statement, extrolling the
virtue of some product”, yang artinya endorser adalah orang yang
membuat „testimonial‟, atau menulis atau pernyataan lisan, memuji
kebaikan dari beberapa produk, Rodriguez(2008). Menurut
Sumarwan (2007) pembelian produk dan jasa serta pemilihan
merek, para selebriti bisa memiliki pengaruh kuat kepada
konsumen. Selebriti bisa menjadi alat pemasaran suatu produk
yang sangat penting, daya tariknya yang luar biasa dan memiliki
penggemar yang banyak bisa menjadi hal yang tidak dimiliki oleh
orang lain. Selebriti memiliki inner beauty, kharisma, dan
kredibilitas.
Secara umum kredibilitas endorser bisa diartikan sebagai
suatu karakteristik positif komunikator yang berpengaruh terhadap
penerimaan suatu pesan oleh receiver (Stanfford et. Al. 2008).
32
Kredibilitas sumber terdiri dari tiga dimensi yang mempengaruhi
pesan untuk dapat diyakini dan mempunyai daya persuasi,
DeSarbo dan Harshman (1985); Ohanian (1990)dalam
Goldsmith(2008), yaitu :
1) Daya Tarik (Attractiveness)
Dimensi daya tarik merupakan tingkatan dimana sebuah objek
dinilai melalui perilaku yang simpatik, mempunyai ambisi,
kecerdasan dan karakteristik kepribadian lainnya. Terdapat
lima indikator dalam dimensi daya tarik (attractiveness) yaitu :
attractive, classy, beautiful, sexy, dan elegant.
2) Kepercayaan (Trustworthiness)
Dimensi kepercayaan merupakan tingkatan dimana objek
dianggap merupakan sumber informasi yang jujur. Terdapat
lima indikator dalam dimensi kepercayaan (trustworthiness),
yaitu : dependable, honest, reliable, sincere, dan trustworthy.
3) Kehalian (Expertise)
Dimensi kehlian merupakan tingkatan dimana sebuah objek
dinilai melalui perilaku yang simpatilk, mempunyai ambisi,
kecerdasan dan karakteristik kepribadian lainnya. Terdapat
lima indikator dalam dimensi keahlian (expertise), yaitu :
expert, experienced, knowledge, qualified, dan skilled.
33
c. Atribut Endorser
Dalam memilih endorser perusahaan perlu memperhatikan
atribut yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam promosi atau
dengan kata lain endorser tersebut dapat mewakili apa yang
diinginkan oleh perusahaan. Persepsi terhadap endorser akan
diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh
Ohanian (1990)dalam Goldsmith(2008) yang dinamakan source
credibility scale.
A. Daya Tarik
1. Attractive – Unattractive
2. Classy – Not Classy
3. Beautiful – Ugly
4. Elegant – Plain
5. Sexy – Not Sexy
B. Kepercayaan
1. Dependable – Undependable
2. Honest – Dishonest
3. Reliable – Unreliable
4. Sincere– Unsincere
5. Trustworthiness – Untrustworthiness
C. Keahlian
1. Expert – Not an expert
2. Experienced – Inexperienced
3. Knowledgeable – Unknoeledgeable
4. Qualified – Unqualified
5. Skilled – Unskilled
Tabel 2.1
Source Credibility Scale
1) Daya Tarik (Attractiveness)
Daya tarik berkaitan dengan daya fisik dan karakter
seseorang yang dipersepsikan oleh konsumen. Konsep umum
34
daya tarik terdiri dari 3 (tiga) gagasan yang berhubungan
dengan kesamaan (similarity), keakraban (familiarity), dan
peran suka (liking). Pada saat konsumen menemukan sesuatu
yang mereka anggap menarik dalam diri endorser, hal tersebut
terjadi melalui proses identifikasi, yaitu ketika konsumen
mempersepsikan endorser menarik, konsumen akan memihak
kepada endorser. Tetapi bagaimanapun endorser yang menarik
akan lebih efektif hanya apabila image dari sang endorser
cocok dengan sifat dari produk yang diiklankan (Belch and
Belch 2009). Indikator yang dapat menjelaskan tingkat daya
tarik seseorang endorser adalah sebagai berikut :
a) Atraktif (Attractive)
Tingkat kesukaan konsumen terhadap endorser
merupakan bentuk penghargaan yang diberikan karena
pengaruh dari tingkat keatraktifan seorang endorser.
Semakin tinggi keatraktifan seorang endorser akan
membuat konsumen merasa tertarik dengan diri endorser,
Belch and Belch (2009). Dengan tingkat kesukaan
konsumen yang besar, banyak pelaku iklan akan
menggunakan jasanya untuk pembentukan positioning
perusahaan.
b) Berkelas (Classy)
Seseorang yang mencerminkan pribadi yang
berkelas salah satunya dapat dilihat dari cara
35
berpakaiannya. Pakaian yang berkelas adalah pakaian yang
menunjukkan kesan elegan dan modis namun tidak harus
mahal. Selain itu pakaian harus sesuai dengan tubuh dan
kegiatan yang dilakukan, menjaga kerapihan, kebersihan,
dan tampil percaya diri dengan pakaian yang dikenakan
akan menambah kesan berkelas seseorang. Wikihow
(2015).
c) Cantik (Beautiful)
Cantik menurut kamus besar Bahasa Indonesia
sendiri adalah elok, molek (tentang wajah, muka
perempuan). Namun kecantikan merupakan suatu
pandangan yang berbeda – beda dari setiap manusia.
Sebagian besar masyarakat di Indonesia menganggap
bahwa seseorang yang cantik adalah seseorang yang
memiliki kulit putih, berbadan langsing, tinggi, dan berkulit
halus, Prasetyaningsih (2007). Pemilihan endorser yang
memiliki kriteria kecantikan seseuai dengan kriteria cantik
masyarakat Indonesia akan lebih disukai perusahaan karena
sesuai dengan segmentasi dan target perusahaan.
d) Elegan (Elegant)
Elegan adalah pandangan seseorang terhadap sifat
dari segala sesuatu yang berhubungan dengan keindahan,
keanggunan, pergerakan, penampilan, ataupun cara
sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia
36
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan elegan adalah
elok, rapi, anggun, dan luwes. Reisna (2009) menyebutkan
bahwa sesuatu yang elegan adalah kehadiran dari kesatuan
antar susunan yang saling terintegrasi yang tidak dapat
diuraikan dengan mudah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa seorang endorser yang elegan adalah seorang yang
memiliki selera halus atau mewah dalam berpakaian,
anggun dalam pergerakan tubuh, memiliki kepribadian diri
yang baik, dan semua hal tersebut merupakan satu kesatuan
kepribadian diri.
e) Daya Tarik Seksual (Sex appeal)
Daya tarik seksual atau sex appeal adalah
ketertarikan seksual antara pria danwanita
malaluikemampuannya untuk dapat tampak menarik di
mata lawan jenis.Daya tarik seksual dapat diraih dengan
beberapa cara seperti denganmemperhatikan cara
berpakaian dan bermake up, tidak menjadi korban
mode,berpostur tubuh yang baik, memperhatikan Bahasa
tubuh, murah senyum, danmemiliki tubuh yang sehat,
Vemale (2014). Pemilihan endorser yang memiliki
dayatarik seksual yang baik akan lebih menarik konsumen
untuk melihat iklanperusahaan.
37
2) Kepercayaan (Trustworthiness)
Kepercayaan berhubungan dengan kejujuran, integritas,
dan kepercayaan atas diri endorser. Kelayakan dapat dipercaya
pada endorser tergantung kepada persepsi konsumen atas
motivasi sang endorser. Indikator yang dapat menjelaskan
tingkat kepercayaan seorang endorser adalah sebagai berikut :
a) Keandalan (Dependable)
Menurut Sitania (2010) keandalan adalah
probabilitas bahwa suatu produk akan bekerja sesuai
dengan fungsi yang diinginkan tanpa kegagalan pada
kondisi pengoperasian tertentu dan pada periode tertentu.
Seorang endorser yang dikatakan andal adalah seorang
endorser yang memiliki keahlian sesuai harapan perusahaan
agar pesan dapat dikomunikasikan dengan baik kepada
konsumen.
b) Jujur (Honest)
Jujur menurut Sadarjoen (2008) adalah sikap pribadi
yang ada di dalam diri sesorang. Jujur diekspresikan
dengan kata – kata atau sikap yang mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya, tidak ditutupi atau bahkan tidak
menipu. Jujur adalah energi yang positif. Menyatakan
sesuatu dengan langsung, spontan, lugas, apa adanya akan
38
menghemat waktu dan energi. Pemilihan endorser yang
memiliki sifat jujur akan lebih diperhatikan oleh konsumen
sehingga pesan yang disampaikan akan lebih diterima oleh
konsumen.
c) Handal (Reliable)
Reliability adalah kemampuan untuk mewujudkan
pelayanan yang dijanjikandengan handal dan akurat. Dalam
hal ini, seorang endorser yangdapat diandalkan adalah
seorang penyampai pesan yang dapat mewujudkan
ataumenyampaikan citra perusahaan melalui penyampaian
pesan sesuai dengan apayang diharapkan oleh perusahaan.
d) Ketulusan (Sincere)
Ketulusan adalah karakter yang jujur, rendah hati,
membumi, berorientasi keluarga, bersahabat, tulus, nyata,
orisinil, dansederhana. Seorang endorser yang memiliki
ketulusan dalam menyampaikan pesanberarti endorser
tersebut mengkomunikasikan pesan yang diharapkan
perusahaankepada konsumen dengan penyataan –
pernyataan yang jujur sehingga akan lebihditerima oleh
konsumen.
e) Kepercayaan (Trustworthiness)
Kesetiaan konsumen timbul jika ada kepercayaan
dari konsumen terhadapmerek produk sehingga terdapat
39
komunikasi dan interaksi diantara konsumen danprodusen
tentang produknya. Kepercayaan merupakan keyakinan
dimanaseseorang akan mendapatkan apa yang diharapkan
dari orang lain. Kepercayaanmenyangkut kesediaan
seseorang agar berperilaku tertentu karena keyakinan
bahwamitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan
suatu harapan yang umumnyadimiliki seseorang bahwa
kata, janji atau pernyataan orang lain dapat
dipercaya.Dalam penelitian ini, seorang endorser yang
dapat dipercaya adalah seorang endorser yang dapat
meyakinkan konsumen bahwa produk yang
dikonsumsimemiliki manfaat yang sesuai dengan apa yang
diharapkan konsumen.
3) Keahlian (Expertise)
Keahlian mengarah kepada pengetahuan, pengalaan atau
keahlian yang dimiliki oleh seorang endorser yang
dihubungkan dengan topik yang dikomunikasikan. Indikator
yang dapat menjelaskan tingkat keahlian seorang endorser
adalah sebagai berikut :
a) Ahli (Expert)
Expert atau ahli adalah seseorang yang banyak
dianggap sebagai sumberterpercaya atas teknik maupun
keahlian tertentu yang bakatnya untuk menilai
40
danmemutuskan sesuatu dengan aturan dan status oleh
khalayak dalam bidang tertentu.Pemilihan seorang endorser
yang dinilai oleh konsumen adalah seorang endorseryang
ahli dalam menyampaikan pesan lebih banyak disukai oleh
perusahaan karenadianggap apa yang disampaikan akan
lebih dapat diterima lebih baik olehkonsumen.
b) Pengalaman (Experienced)
Dalam dunia kerja istilah pengalaman juga
digunakan untuk merujuk pada pengetahuan dan
keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh lewat
keterlibatan atau berkaitan dengannya selama periode
tertentu. Seorang endorser yang berpengalaman akan lebih
disukai oleh perusahaan untuk menyampaikan pesan
kepada konsumen karena isi pesan akan diterima lebih baik
oleh konsumen.
c) Pengetahuan (Knowledgeable)
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan initerjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu yangmana penginderaan ini terjadi melalui
panca indera manusia yakni inderapenglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian
besarpengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Dari penjelasan tersebut,dapat disimpulkan bahwa
41
seorang endorser yang memiliki pengetahuan
adalahseorang endorser yang memiliki, mengetahui, dan
menyadari informasi tentangpesan yang akan disampaikan
berdasarkan apa yang ditangkap oleh inderanya.
d) Kualitas (Qualified)
Menurut Kotler (2009) kualitas harus dimulai dari
kebutuhan pelanggan danberakhir pada persepsi pelanggan.
Berarti bahwa citra kualitas yang baik bukandilihat dari
persepsi pihak perusahaan atau penyedia jasa, melainkan
berdasar padapersepsi pelanggan. Persepsi pelanggan
terhadap kualitas kualitas merupakanperilaku menyeluruh
atas keunggulan suatu jasa. Seorang endorser yang
berkualitasberarti seseorang yang dinilai oleh konsumen itu
sendiri, sosok atau keberadaannyadapat diterima dengan
baik dan dapat menyampaikan pesan yang ingin
ditujukankepada konsumen dengan baik.
e) Keterampilan (Skilled)
Keterampilan adalah kemampuan dan kapasitas
yang diperoleh melalui upayayang disengaja, sistematis,
dan berkelanjutan untuk melaksanakan beberapa tugasyang
merupakan pengembangan dari hasil ide, latihan, dan
pengalaman yangdidapat, Businessdictionary (2016).
Seorang endorser yang memiliki keterampilanuntuk dapat
42
menyampaikan pesan adalah seorang yang memang sudah
seringmenyampaikan pesan dan mampu untuk
mengembangkan keahliannya pada setiappengalamannya
dalam menyampaikan pesan.
4. Perilaku Konsumen
Mengenali perilaku seorang konsumen sangatlah tidak mudah,
sehingga sangat penting bagi para pemasar untuk mempelajari
persepsi, preferensi, dan perilakunya dalam berbelanja. Menurut
Schiffman dan Kanuk (2009) dalam Nitisusantro (2013), menyatakan
bahwa perilaku konsumen adalah “Istilah perilaku konsumen merujuk
kepada perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk
barang dan produk jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka.”
Levy dan Weltz (2006) dalam Christina Whidya Utami (2010)
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang terlibat
dalam hal perencanaan, pembelian, dan penentuan produk serta jasa
yang konsumen harapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen.
Berdasarkan pengertian perilaku konsumen dari beberapa ahli
maka peneliti sampai pada pemahaman bahwa perilaku konsumen
adalah suatu pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan
pembelian dan menggunakan barang atau jasa dengan melakukan
43
tindakan yang secara langsung terlibat untuk memperoleh barang atau
jasa tersebut yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka.
a. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat 3 (tiga) faktor yang
mempengaruhi perilaku konsume dalam pembelian suatu produk.
Faktor – faktor ini memberi pengaruh yang cukup signifikan
terhadap konsumen dalam memilih produk. Menurut Kotler dan
Keller (2016) faktor – faktor terdiri dari faktor budaya (cultural
factor), faktor sosial (social factor), dan faktor pribadi (personal
factor).
Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
menurut Kotler dan Keller (2016) adalah sebagai berikut :
1) Cultural Factor (Faktor Budaya)
a) Culture(Budaya)
Culture is the fundamental determinant of a person’s
wants amd behavior.
Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa budaya
merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar. Karena budaya merupakan suatu tatanan
kehidupan manusia yang menjadi dasar segala aktivitas
yang dilakukan. Oleh karena itu seorang pemasar harus
44
benar – benar memperhatikan nilai – nilai budaya di
setiap negara untuk memahami bagaimana cara terbaik
untuk memasarkan produk mereka yang sudah ada dan
mencari peluang untuk produk baru.
b) Subculture (Sub-Budaya)
Each culture consist of smaller subcultures that provide
more spesific identification and socialization for their
members.
Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa sub-budaya
merupakan bagian kecil dari budaya dan cirinya dapat
terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok, ras, dn daerah
geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen
pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan
program pemasar yang disesuaikan dengan kebutuhan
mereka, sehingga akan dengan mudah diterima oleh
pasar.
c) Social Classes (Kelas Sosial)
Virtually all human societies exhibit social stratification,
most often in the form of social classes, relatively
homogeneous and enduring divisions in a society,
hierarchically ordered and with members who share
similar values, interest, and behavior.
45
Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa kelas sosial
merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen
dan permanen, tersusun secara hirarkis dan anggotanya
menganut nilai, minat dan perilaku yang sama.
2) Social Factor (Faktor Sosial)
Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku pembelian,seperti :
a) Reference Group (Kelompok Referensi)
A person’s referemce groups are all the groups that have
a direct (face to face) or indirect influence on their
attitudes or behavior.
Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa kelompok
referensi seseorang adalah semua kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.
b) Family(Keluarga)
Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa keluarga adalah
organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan anggota keluarga
mempresentasikan kelompok acuan utama yang paling
berpengaruh. Ada dua kelurga dalam kehidupan pembeli,
yaitu : keluarga orientasi yang terdiri dari orang tua dan
saudara kandung, dan keluarga prokreasi yaitu terdiri dari
pasangan dan anak.
46
c) Roles and Status (Peran dan Status)
We each participates in many groups – family, clubs,
organizations. Groups often are an important source of
information and help to define norms for behavior.
Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa setiap orang
berpatisipasi dalam banyak kelompok, seperti halnya
keluarga, klub, dan organisasi. Kelompok sering menjadi
sumber informasi penting dalam membantu
mendefinisikan norma perilaku. Kita dapat mendefinisikan
posisi seseorang dalam setiap kelompok dimana dia
menjadi anggota berdasarkan peran dan statusnya.
d) Personal Factor (Faktor Pribadi)
Personal characteristic that influence a buyer’s decision
include age and stage in the life cycle, occupation and
economic circumstances, personality and self-concept,
and lifestyle and values.
Ungakapan tersebut menjelaskan bahwa faktor pribadi
juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Faktor pribadi
meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup pembeli,
pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep
diri, serta gaya hidup dan nilai.
47
b. Model Perilaku Konsumen
Mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk
mengetahui dan memahami berbagai aspek yang berada pada diri
konsumen dan salah satunya adalah dalam memutuskan pembelian.
Berikut ini adalah gambaran model perilaku konsumen menurut
Kotler dan Keller (2016).
Gambar 2.1
Model Perilaku Konsumen
c. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan bagian psikologis dari konsumen.
Pada perusahaan kepercayaan pelanggan menjadi faktor yang
penting bagi pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya. Kotler
dan Keller (2016) mendefinisikan kepercayaan sebagai berikut :
Trust is willingness of a firm to rely on a bussiness partner. It
depends on a number of interpersonal and interorganizational
Marketing
Stimuli
Product & Service
Price
Distribution
Communications
Other Stimuli
Motivation
Perseption
Learning
Memory
Economic
Technological
Political
Cultural
Consumer
Psychologyy
Cultural
Social
Personal
Consumer
Characteristics
Problem recognition
Information search
Evaluation of
alternatives
Purchase decision
Post-purchase
behavior
Buying Decision
Process
Product choice
Brand choice
Dealer choice
Purchase amount
Purchase timing
Payment method
Purchase
Decision
48
factors, such as the firms perceived competence, integrity, honestly
and benevolence. Arti dari definisi tersebut bahwa kepercayaan
adalah kesediaan pihak perusahaan untuk mengandalkan mitra
bisnis. kepercayaan bergantung kepada sejumlah faktor
interpersonal dan antar organisasi. Seperti kompetensi perusahaan,
integritas, kejujuran, dan kebaikan.
Kassim dan Abdullah (2010) mendefinisikan kepercayaan
sebagai keadaan psikologis yang membangun niat untuk menerima
kerentanan berdasarkan ekspektasi niat atau perilaku lain. Menurut
Kassim dan Abdullah tersebut kepercayaan dipandang sebagai
faktor yang sangat penting dalam proses pembangunan dan
pemeliharaan hubungan, meskipun juga diakui sebagian sulit untuk
dikelola, begitupun menurut Sirdesmukh et.al., (2012) kepercayaan
merupakan suatu keyakinan satu pihak mengenai maksud dan
perilaku pihak yang lainnya.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan merupakan penilainan hubungan seseorang dengan
orang lain yang dipengaruhi beberapa faktor interpersonal dan
antar organisasi.
d. Pelanggan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelanggan
memiliki arti orang yang membeli (menggunakan / mengkonsumsi)
barang secara tetap. Sedangkan pelanggan dalam bahasa Inggris,
49
customer berasal dari kata custom yaitu habit atau kebiasaan, yang
didefinisikan sebagai membuat sesuatu menjadi kebiasaan dan
mempraktikannya. Menurut wikipedia, pelanggan adalah seseorang
yang terbiasa membeli barang atau jasa di sebuah tempat.
Menurut Greenberg (2010), customer adalah individu atau
kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau jasa
berdasarkan keputusan mereka atas pertimbangan manfaat maupun
harga. Kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melalui
telepon, surat, dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan suatu
penawaran baru bagi perusahaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggan
merupakan individu atau kelompok orang yang memiliki kebiasaan
tetap untuk membeli produk atau jasa ditempat yang sama.
e. Jenis – jenis Pelanggan
Pelanggan merupakan satu-satunya alasan sebuah
perusahaan, karena setiap perusahaan tumbuh karena adanya
pelanggan. Dalam arti luas, pelanggan diartikan sebagai semua
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
perusahaan, atau semua pihak yang terkait dengan proses produksi.
Menurut Baihaqi (2012), secara garis besar terdapat 3 jenis
pelanggan yaitu:
1) Pelanggan internal (internal customer) yaitu orang orang yang
ada di perusahaan dan memiliki pengaruh maju mundurnya
50
terhadap perusahaan. Pelanggan internal teridir dari dua
macam diantaranya:
a) Pelanggan internal organisasi adalah setiap orang yang
terkena dampak produk dan merupakan anggota dari
organisasi yang menghasilkan produk tersebut.
b) Pelanggan internal pemerintah adalah setiap orang yang
terkena dampak produk dan bukan anggota organisasi
penghasil produk tetapi masih dalam lingkungan
organisasi atau pemerintah.
2) Pelanggan perantara adalah setiap orang yang berperan sebagai
perantara produk, namun bukan sebagai pemakai atau
pengguna dari produk yang ditawarkan.
3) Pelanggan eksternal adalah setiap orang atau kelompok orang
pengguna suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.
Pelanggan inilah yang berperan sebagai pelanggan nyata atau
pelanggan akhir.
f. Customer Trust (Kepercayaan Pelanggan)
Kepercayaan pelanggan merupakan konsep hubungan yang
paling penting dalam suatu perusahaan. Beberapa ahli
mendefinisikan arti dari kepercayaan konsumen seperti menurut
Prasaranpanich (2007), ketika konsumen mempercayai perusahaan,
mereka akan lebih suka melakukan pembelian ulang dan
memberikan informasi pribadi yang berharga kepada perusahaan
51
tersebut. Sedangkan menurut Sirdesmukh et.al.,(2012) kepercayaan
konsumen merupakan suatu keyakinan satu pihak mengenai
maksud dan perilaku pihak yang lainnya. Sehingga kepercayaan
konsumen didefinisikan sebagai harapan konsumen bahwa
perusahaan dapat dipercaya atau diandalkan dalam memenuhi
harapan konsumen.
Arta (2011) dalam Rosita (2015) berpendapat kepercayaan
konsumen adalah keyakinan pihak tertentu terhadap yang lain
dalam melakukan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa
orang yang dipercayainya akan memenuhi segala kewajibannya
secara baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Keputusan Pembelian
Pada dasarnya keputusan pembelian ialah suatu tindakan atau
perilaku konsumen jadi atau tidaknya melakukan suatu pembelian atau
transaksi, banyak tidaknya jumlah konsumen dalam mengambil
keputusan menjadi salah satu penentu tercapai atau tidaknya tujuan
perusahaan. Konsumen sering dihadapkan dengan beberapa pilihan
dalam menggunakan suatu produk. Hal tersebut menyebabkan
konsumen harus mempertimbangkan baik – baik sebelum mengambil
keputusan untuk membeli.
Astuti dan Cahyadi (2007) mendefinisikan keputusan
pembelian sebagai rasa percaya diri yang kuat pada diri konsumen atau
52
pelanggan yang merupakan keyainan bahwa keputusan pembelian atas
produk yang diambilnya adalah benar.
Menurut Basu Swastha (2007) perilaku konsumen bisa
diartikan sebagai suatu kegiatan-kegiatan individu yg secara langsung
terlibat dalam menbisakan serta menggunakan barang-barang dan jasa-
jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penerapan kegiatan, Swastha(2007). Perilaku konsumen
akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian
mereka. Proses tersebut yaitu sebuah pendekatan penyelesaian masalah
yg terdiri atas beberapa tahap. Seluruh proses tersebut tidak selalu
dilakukan oleh konsumen dalam pembeliannya. Pada umunya
konsumen akan lebih mudah mengambil keputusan dalam pembelian
ulang atau pembelian yg sifatnya terus menerus terhadap produk yg
sama, Kotler (2010).
Menurut Schiffman dan Kanuk (2009), keputusan pembelian
yaitu pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan
pembelian, artinya bahwa seseorang bisa membuat keputusan, harus
tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli bisa
mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan
tersebut itu dilakukan. Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi
oleh perilaku konsumen.
Menurut Hartiningtyas dan Assegaf (2012) keputusan
pembelian adalah semua pilihan yang mungkin untuk memecahkan
53
persoalan itu dan menilai pilihan-pilihan secara sistematis dan obyektif
serta sasaran-sasarannya yang menentukan keuntungan serta
kerugiannya masing-masing. Berdasarkan definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan tahap-tahap
pengambilan keputusan dalam membeli dimana konsumen terlibat
secara langsung dalam memilih, mendapatkan dan mempergunakan
barang yang ditawarkan.
a. Peran dalam Pembelian
Menurut Abdullah dan Tantri (2012), menjelaskan ada lima
peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian, antara
lain :
1) Pencetus ide (initiator) merupakan orang yang pertama kali
mengusulkan untuk membeli produk atau jasa tertentu.
2) Pemberi pengaruh (influence) merupakan orang yang
pandangan atau pendapatnya memengaruhi keputusan
pembelian.
3) Pengambil keputusan (decider) merupakan orang yang
memutuskan setiap komponen dalam keputusan pembelian:
apakah membeli, apa yang dibeli, bagaimana membeli, atau
dimana membeli.
4) Pembeli (buyer) merupakan orang yang melakukan pembelian
aktual.
54
5) Pemakai merupakan orang yang mengkonsumsi atau
menggunakan produk atau jasa yang dibeli.
b. Tahap – tahap Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) konsumen akan
melalui lima tahap dalam pengambilan keputusan pembelian.
Gambaran proses keputusan pembelian, sebagai berikut :
Gambar 2.2
Proses Keputusan Pembelian
1) Pengenalan kebutuhan
Merupakan tahap pertama proses keputusan pembeli,
dimana konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan.
Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual
dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
2) Pencarian Informasi
Merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana
konsumen ingin mencari informasi lebih banyak, konsumen
mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan
pencarian informasi secara aktif. Konsumen dapat memperoleh
informasi dari berbagai sumber. Sumber itu meliputi :
a) Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan kerja)
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku Pasca
Pembelian
55
b) Sumber komersial (iklan, penjualan, pengecer, bungkus,
situs web, dan lain – lain)
c) Sumber publik (media masa, organisasi pemberi peringkat)
d) Sumber berdasarkan pengalaman (memegang, meneliti,
menggunakan produk)
3) Evaluasi Alternatif
Merupakan tahap proses keputusan pembelian dimana
konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek
alternatif dalam sekelompok pilihan. Cara konsumen memulai
usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada
konsumen individual dan situs pembelian tertentu. Dalam beberapa
kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran
yang logis. Dalam waktu yang lain, konsumen bersangkutan
mengerjakan sedikit atau tidak mengerjakan evaluasi sama sekali
melainkan mereka membeli secara impulsif atau bergantung pada
intuisi.
4) Keputusan Pembelian
Merupakan keputusan pembeli tentang merek mana yang
paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian
dan keputusan pembelian.
56
5) Perilaku Pasca Pembelian
Merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana
konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian,
berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka.
c. Jenis – jenis Perilaku Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen beranekaragam sesuai
dengan keputusan pembelian. Perilaku pembelian konsumen sangat
berbeda untuk setiap produk. Pembelian yang lebih banyak dan
mahal biasanya melibatkan lebih banyak pertimbangan dan lebih
banyak peserta pembelian. Jenis – jenis perilaku keputusan
pembelian sangat bergantung kepada jenis barang yang akan dibeli,
harga dari barang serta rutin atau tidak barang tersebut dibeli.
Terdapat empat tipe perilaku pembelian konsumen
berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di
antara merek. Gambaran tipe perilaku pembelian konsumen
sebagai berikut (Kotler dan Amstorng, 2008) :
Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah
Banyak
perbedaan
antar merek
Sedikit
perbedaan
antar merek
Gambar 2.3
Empat Tipe Perilaku Pembelian
Perilaku pembelian
kompleks
Perilaku pembelian
pengurangan disonansi
Perilaku pembelian
kebiasaan
Perilaku pembelian yang
mencari keragaman
57
1) Perilaku Pembelian Kompleks
Jenis perilaku pembelian yang paling kompleks dalam
situasi yang ditentukan oleh keterlibatan tinggi dalam
pembelian, biasanya diketemukan pada pembelian barang
mahal dan pada umumnya barang yang jarang dibeli konsumen
serta terdapat banyak perbedaan antar merek. Contoh: Laptop
yang termasuk barang mahal dan jarang dibeli konsumen
sehingga saat pembelian konsumen perlu mengetahui
spesifikasi dan fitur produk yang terdapat di dalam laptop.
2) Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi
Jenis perilaku pembelian dimana situasi yang ditentukan
oleh keterlibatan tinggi dalam pembelian tetapi konsumen tidak
melihat banyak perbedaan dalam merek. Contoh: Pembelian
karpet merupakan keputusan yang mempunyai tingkat
keterlibatan tinggi karena harga karpet yang relatif mahal dan
termasuk barang yang jarang dibeli, tetapi pembeli
menganggap kebanyakan merek karpet dalam kisaran harga
adalah sama.
3) Perilaku Pembelian Kebiasaan
Jenis perilaku pembelian dimana situasi yang ditentukan
oleh keterlibatan yang rendah dalam pembelian dan tidak ada
perbedaan merek yang signifikan, biasanya diketemukan pada
pembelian produk yang murah dan produk yang sering dibeli
58
konsumen. Contoh: Pembelian mie instan, biasanya konsumen
mempunyai keterlibatan yang rendah dalam kategori produk
ini.
4) Perilaku Pembelian Mencari Keragaman
Jenis perilaku pembelian dimana situasi yang ditentukan
oleh keterlibatan yang rendah tetapi anggapan perbedaan merek
yang signifikan. Dalam hal ini, konsumen biasanya melakukan
peralihan merek karena rasa bosan atau karena ingin mencoba
rasa yang berbeda. Peralihan merek terjadi karena alasan untuk
variasi dan bukan karena ketidakpuasan konsumen. Contoh:
pembelian permen, biasanya konsumen memiliki sedikit
keyakinan, memilih sebuah merek permen tanpa terlalu banyak
mengevaluasi berbagai merek permen dan mengevaluasinya
selama mengkonsumsinya. Kemudian 26 pada waktu
pembelian berikutnya, konsumen ingin membeli merek permen
yang berbeda, karena untuk mencari keragaman dari permen.
d. Tingkat Pengambilan Keputusan
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:487) dalam rangkaian
usaha yang berkisar yang paling tinggi sampai paling rendah, kita
dapat membedakan tiga tingkat pengambilan keputusan spesifik,
antara lain :
59
1) Pemecahan masalah yang luas
Jika konsumen tidak mempunyai kriteria yang mapan untuk
menilai kategori produk atau merek tertentu dalam kategori
tersebut atau tidak membatasi jumlah merek yang akan mereka
pertimbangkan menjadi rangkaian kecil yang dapat dikuasai,
usaha pengambilan keputusan mereka dapat diklasifikasikan
sebagai pemecahan masalah yang luas. Pada tingkat ini,
konsumen membutuhkan berbagai informasi untuk
menetapkan serangkaian kriteria guna menilai merek-merek
tertentu dan banyak informasi yang sesuai mengenai setiap
yang akan dipertimbangkan.
2) Pemecahan masalah yang terbatas
Pada tingkat pemecahan masalah ini, konsumen telah
menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk dan
berbagai merek dalam kategori tersebut. Tetapi, mereka belum
sepenuhnya menetapkan pilihan terhadap kelompok merek
tertentu. Pencarian informasi tambahan yang mereka lakukan
lebih merupakan “penyesuaian sedikit-sedikit” mereka hars
mengumpulkan informasi merek tambahan untuk melihat
perbedaan di antara berbagai merek.
3) Perilaku sebagai respon yang rutin
Pada tingkat ini, konsumen sudah mempunyai beberapa
pengalaman mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria
60
yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai merek
yang sedang mereka pertimbangkan. Dalam beberapa situasi,
mereka mungkin mencari informasi tambahah; dalam situasi
lain mereka hanya meninjau kembali apa yang sudah mereka
ketahui.
e. Manfaat Keputusan Pembelian
Menurut Sutikno (2013) dalam artikel “Proses Pengambilan
Keputusan oleh Konsumen” disebutkan manfaat dari adanya
keputusan pembelian adalah sebagai berikut :
1) Untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik,
misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan
memberikan diskon untuk menarik pembeli.
2) Dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan
publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan
banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat
keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari
raya tersebut.
3) Pemasaran sosial, yaitu penyebaran ide di antara konsumen.
Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi
sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat
dan efektif.
61
6. Hubungan antara Citra Merek dengan Keputusan Pembelian
Sikap dan tindakan terhadap suatu merek sangat ditentukan
oleh citra merek. Hal ini dikarenakan citra merek sangat berhubungan
dengan keyakinan konsumen terhadap suatu merek. Citra merek
didefinisikan Keller sebagai persepsi tentang suatu merek yang
terekam dalam memori konsumen (Pratiwi, 2010). Konsumen yang
memiliki citra merek positif terhadap suatu merek akan lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian. Konsumen cenderung
membeli merek yang sudah dikenal tersebut karena mereka merasa
aman dengan sesuatu yang dikenal dan memiliki anggapan bahwa
kemungkinan merek ini juga memiliki kualitas yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat diandalkan. Maka dari itu, selain
memperhatikan atribut fisik dari produknya, tugas perusahaan adalah
membangun citra merek yang positif agar tingkat permintaan
pembelian terhadap produknya terus meningkat. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Dinawan (2010) yangmeneliti tentang analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusanpembelian, penelitian ini
menghasilkan penilaian bahwa citra merekternyata berpengaruh positif
dalam keputusan pembelian. Hal inimenunjukkan bahwa reputasi yang
baik mampu meningkatkan sikapkonsumen dalam keputusan
pembelian.
62
7. Hubungan antara Iklan dengan Keputusan Pembelian
Konsumen menganggap bahwa iklan sebagai jendela informasi
sebagai paduan dalam memilih produk. Di lingkungan produsen, iklan
merupakan media promosi tentang kualitas dan ciri-ciri produk kepada
masyarakat baik orang tua maupun anak-anak. Sebagai calon
konsumen tentu perlu informasi yang jelas terhadap produk yang
diiklankan. Melalui informasi yang jelas niscaya calon konsumen akan
mempunyai keputusan untuk membeli.
Dalam memutuskan mengkonsumsi produk bisa dipengaruhi
oleh informasi produk yang diiklankan, tampilan iklan yang menarik
dan model yang ada di iklan. Hal ini menunjukkan bahwa iklan
mempunyai peran yang sangat kuat dalam membujuk konsumen yang
terjaring dalam lingkarannya terbius untuk mengikuti produk yang
diinformasikan.
Iklan adalah penyajian informasi non personal tentang suatu
produk, merek, perusahaan, atau toko yang dilakukan dengan bayaran
tertentu. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi afeksi dan kognisi
konsumen-evaluasi, perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap
dan citra yang berkaitan dengan produk dan merek. Walaupun
pertama-tama iklan akan mempengaruhi afeksi dan kognisi, tujuan
yang paling akhir adalah bagaimana mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen. Iklan yang disenangi konsumen terlihat
63
menciptakan sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli
yang lebih ketimbang iklan yang tidak diketahui (Shinta, 2012)
Informasi media periklanan yang lancar dan mudah dipahami
oleh masyarakat (konsumen) akan memberikan tanggapan yang positif
bagi konsumen. Informasi yang jelas secara visual maupun verbal dan
tidak menyinggung perasaan konsumen akan menguntungkan di pihak
produsen. Harapan positif di hati masyarakat merupakan tujuan utama
produsen dalam menawarkan produknya, sehingga bisa diterima di
pasaran. Berbagai cara produsen dalam mempromosikan produknya
melalui periklanan diharapkan mendapatkan citra positif konsumen.
Penilaian konsumen terhadap produk, yang dimaksud antara
lain: Pertama, memperoleh penilaian baik dari konsumen. Penilaian
dari konsumen sangat penting, karena dapat diketahui apakah yang
diiklankan sudah diterima atau tertanam di hati konsumen. Bila iklan
tidak diterima karena faktor penyimpangan budaya atau faktor lain
yang dapat mengakibatkan ruginya produk yang diinformasikan
melalui iklan. Sebagai contoh iklan produk Sanaflu yang slogannya
"belum tahu dia" berhasil menjadi iklan favorit tahun 1998 karena
begitu mudahnya mengingatkan pada produk yang diinformasikan,
sehingga produk meningkat drastis. Sayangnya di wilayah Jawa
Tengah produk ini kurang begitu laku dibandingkan dengan daerah
lain, karena dianggap iklannya meremehkan budaya Jawa.
64
Kedua, memupuk baik dan memberi pengertian tentang produk
yang dibutuhkan konsumen. Teknik ini dilakukan untuk menguatkan
persepsi baik pada diri konsumen terhadap produk yang diinginkan.
Konsumen akan teringat terhadap produk yang diiklankan berkali-kali.
Sering munculnya iklan dalam menawarkan atau memperkenalkan
produk yang tidak menyesatkan, sehingga konsumen akan menerima
informasi yang akhirnya membeli produk yang ditawarkan, seperti
produk obat-obatan.
Ketiga, memperoleh etiket baik dari konsumen dalam
membantu mempromosikan produk. Tanggapan baik konsumen
terhadap produk yang diiklankan sangat membantu dalam
kelancaranpromosi. Suatu produk mempunyai kualitas dan keunggulan
seperti yang mempunyai kualitas dan keunggulan seperti yang
diinformasikan dalam iklan sangat membantu menciptakan predikat
baik. Anggapan seperti ini seperti pada produk SONY yang sudah
mendapatkan kepercayaan konsumen. Karena merasa puas pada
produk yang pernah mereka beli, mereka tanpa sengaja juga ikut
berpromosi antar mulut "gethok tular" kepada calon pembeli.
Keempat, mengatasi prasangka buruk pada konsumen terhadap
produk yang ditawarkan. Iklan kadang kala menutupi kekurangan
kualitas produk yang diinformasikan atau konsumen mempunyai
prasangka buruk terhadap yang diinformasikan. Untuk meluruskan
informasi yang kurang tepat ini perlu adanya iklan yang jitu guna
65
menangkis anggapan tersebut. Seperti kejadian produk Miwon yang
disinyalir mengandung enzim babi hingga produk tersebut dicabut dari
pasaran. Mandra selaku bintang iklannya bertindak tegas untuk
memutuskan tidak mau lagi memperpanjang kontrak. Produk ini
tentunya sudah jatuh dimata konsumen, khususnya masyarakat
muslim. Bagaimana agar produk ini bisa diterima kembali pada
konsumen.
Kelima, mendidik konsumen untuk menggunakan produk yang
disajikan pada iklan. Informasi ini sering dilakukan melalui iklan
produk obat-obatan. Agar konsumen tidak salah persepsi terhadap obat
yang diiklankan, maka dalam menginformasikan harus sangat rinci,
baik tahapan pemakaian atau kegunaannya. Bila hal ini salah
menginformasikan akan fatal akibatnya, sebagai contoh obat untuk
dewasa diminumkan anak-anak yang mengakibatkan kejang-kejang.
Hal ini jelas salah menginformasikan atau persepsi konsumen berbeda
dengan yang diinformasikan dalam iklan. Agar hal ini tidak terjadi
maka perlu penjelasan manfaatnya dan efek sampingnya.
Keenam, memberikan penerangan dan pendidikan terhadap
konsumen. Tidak semua iklan memberikan penerangan atau
pendidikan pada konsumen, karena dinilai kurang efektif dalam
meningkatkan pemasaran. Kurang efektifnya iklan tersebut
kemungkinan disebabkan oleh kurang tepatnya waktu
penginformasian. Bila waktu pemberian tepat, niscaya akan dapat
66
diterima konsumen dengan sendirinya pemasaran akan lancar. Sebagai
contoh produk Pepsodent yang berpromosi secara langsung kepada
Pramuka Gugus Depan di Magelang yang sebagian besar diikuti oleh
anak-anak sekolah, begitu juga yang dilakukan pada Sekolah Dasar
Negeri Tambak Wedi Surabaya pada tangal 5 September 2002. Pihak
Pepsodent memberikan penerangan bagaimana merawat gigi yang baik
dan benar. Promosi ini sangat berhasil, karena mendapat tanggapan
masyarakat yang positif, sekaligus menanamkan kepercayaan produk
tersebut pada diri si pemakai.
8. Hubungan antara Kredibilitas Celebrity Endorser dengan
Keputusan Pembelian
Shimp (2012) berpendapat bahwa Pendukung Iklan (Celebrity
endorser) adalah menggunakan artis sebagai bintang iklan di media –
media, mulai dari media cetak, media sosial, maupun media televisi.
Selain itu selebriti digunakan karena atribut kesohorannya termasuk
ketampanan, keberanian, talenta, keanggunan, kekuatan, dan daya tarik
fisiknya yang sering mewakili daya tarik yang diinginkan oleh merek
yang mereka iklankan. Celebrity Endorser merupakan salah satu
metode promosi yang paling populer di dunia, dengan menggunakan
selebriti yang menarik, menyenangkan, dan dapat dipercaya oleh
publik yang dituju sehingga produk yang dipromosikan menjadi
diketahui dan dikenal. Dengan memilih endorseryang akan digunakan
dalam iklan, khususnya dikalangan selebriti harus sesuai dengan
67
karakter dari produk itu sendiri dan juga mempunyai popularitas,
kepercayaan, daya tarik, dan power yang baik dimata konsumen agar
endorser yang akan digunakan dapat dipercaya dan produk yang
diiklankan menjadi bahan pertimbangan konsumen untuk melakukan
keputusan pembelian. Endorsermemiliki peranan peranan penting
dalam suatu iklan, hal ini disebabkan kecenderungan masyarakat
dalam membeli suatu produk, dengan terlebih dahulu melihat siapa
endorsernya. Oleh karena itu, proses pemilihan endorser harus
dilakukan secara tepat sesuai dengan target sasaran yang telah dituju
dan tidak boleh sembarangan. Endorser berpengaruh terhadap
keputusan pembelian, hal ini menunjukkan bahwa dengn adanya
penggunaan endorser pada suatu iklan dapat membuat konsumen
tertarik dan melakukan keputusan pembelian pada produk tersebut.
B. Hasil Penelitian Sebelumnya
1. Mudiantono (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh Desain Produk, Motivasi Konsumen, dan Citra Merek
terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Bellagio.” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif variabel desain produk,
motivasi konsumen, dan citra merek terhadap keputusan pembelian.
2. Ndarumurti (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh Iklan dan Celebrity Endorser terhadap Citra Merek dalam
Meningkatkan Minat Beli pada Produk Sepatu Olahraga Adidas”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan
68
signifikan variabel iklan dan celebrity endorser terhadap citra merek
dan minat beli dan juga variabel citra merek terhadap minat beli.
3. Nuraini (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Celebrity Endorserdan Kualitas Produk terhadap Keputusan
Pembelian Melalui Citra Merek pada Produk Elzata di Kota
Semarang” menunjukkan bahwa variabel celebrity endorser dan
kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian melalui
citra merek.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan telaah pustaka yang telah diuraikan, maka sebuah
model untuk penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen diantaranya
citra merek, iklan, dan kredibilitas celebrity endorser serta variabel
dependen yaitu keputusan pembelian. Untuk kerangka pemikiran teoritis
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
(+)
(+)
(+)
Gambar 2.4
Kerangka Pikir Penelitian
Citra Merek (X1)
Iklan (X2)
Kredibilitas
Celebrity Endorser
(X3)
Keputusan Pembelian
(Y)
69
Dari gambar diatas terdapat du variabel yaitu independen dan
dependen.
a. Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam
penelitian ini yaitu Citra Merek (X1), Iklan (X2), dan Kredibilitas
Celebrity Endorser (X3).
b. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen pada
penelitian ini adalah Keputusan Pembelian (Y).
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka hipotesis yang penulis
kemukakan adalah :
H1 Citra Merek (X1) berpengaruh terhadap keputusanpembelian
konsumen Cimory Yoghurt Drink (Y)
H2 Iklan (X2) berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen
Cimory Yoghurt Drink (Y)
H3 Kredibilitas Credibility Endorser (X3)berpengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen Cimory Yoghurt Drink (Y)
H4 Citra Merek (X1), Iklan (X2), dan Kredibilitas Celebrity Endorser
(X3) secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian
konsumen Cimory Yoghurt Drink