bab ii kajian pustaka a. kajian teori teman sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/bab ii.pdf · masalah...

32
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teman Sebaya a. Pengertian Teman Sebaya Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik. Teman sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:563) diartikan sebagai “kawan, sahabat atau orang yang sama -sama bekerja dan berbuat.” Santosa (2004:79) berpendapat “teman sebaya adalah kelompok anak sebaya yang sukses ketika anggotanya dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak-anak tersebut adalah hal yang menyenangkan saja.” Menurut Santrock (1983:268) teman sebaya adalah anak-anak yang tingkat usia dan kematangannya kurag lebih sama. Hurlock (1978:288) mengartikan teman sebaya sebagai anak yang memiliki usia dan taraf perkembangan yang sama. Beberapa pengertian teman sebaya di atas dapat disimpulkan bahwa teman sebaya merupakan interaksi pada anak-anak dengan tingkat usia yang sama serta mempunyai tingkat keakraban yang relatif tinggi diantara kelompoknya. Pada teman sebaya biasanya individu mendapat dukungan sosial. Dukungan tersebut dapat mengacu pada kesenangan Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Upload: hoangnga

Post on 02-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teman Sebaya

a. Pengertian Teman Sebaya

Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan

persahabatan yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik.

Teman sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:563)

diartikan sebagai “kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja

dan berbuat.” Santosa (2004:79) berpendapat “teman sebaya adalah

kelompok anak sebaya yang sukses ketika anggotanya dapat

berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak-anak tersebut adalah hal

yang menyenangkan saja.” Menurut Santrock (1983:268) teman

sebaya adalah anak-anak yang tingkat usia dan kematangannya kurag

lebih sama. Hurlock (1978:288) mengartikan teman sebaya sebagai

anak yang memiliki usia dan taraf perkembangan yang sama.

Beberapa pengertian teman sebaya di atas dapat disimpulkan

bahwa teman sebaya merupakan interaksi pada anak-anak dengan

tingkat usia yang sama serta mempunyai tingkat keakraban yang relatif

tinggi diantara kelompoknya. Pada teman sebaya biasanya individu

mendapat dukungan sosial. Dukungan tersebut dapat mengacu pada

kesenangan

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

9

yang dirasakan karena penghargaan atau kepedulian serta memberi

bantuan agar hubungan dapat terjalin lebih akrab.

b. Peran Teman Sebaya

Teman sebaya mempunyai sejumlah peran dalam proses

perkembangan sosial anak. Menurut Santrock (2011:277) Peranan

teman sebaya dalam proses perkembangan sosial anak antara lain

sebagai sahabat, stimulasi, sumber dukungan fisik, sumber dukungan

ego, fungsi perbandingan sosial dan fungsi kasih sayang. Peran teman

sebaya juga dikemukakan oleh Yusuf (2010:60) yaitu memberikan

kesempatan berinteraksi dengan orang lain, mengontrol perilaku sosial,

mengembangkan keterampilan dan minat sesuai dengan usianya, dan

saling bertukar pikiran dan masalah.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teman sebaya

mempunyai peran bagi perkembangan perilaku social anak. Teman

sebaya memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan orang di luar

anggota keluarganya.

c. Pengaruh Teman Sebaya

Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku.

Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan dapat pula

berupa pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dimaksud adalah

ketika individu bersama teman-teman sebayanya melakukan aktifitas

yang bermanfaat seperti membentuk kelompok belajar dan patuh pada

norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan pengaruh negatif yang

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

10

dimaksudkan dapat berupa pelanggaran terhadap norma-norma sosial,

dan pada lingkungan sekolah berupa pelanggaran terhadap aturan

sekolah.

Hubungan teman sebaya yang baik diperlukan untuk

perkembangan sosio-emosional yang normal, anak-anak yang ditolak

oleh teman sebaya atau menjadi korban temannya maka dia akan

merasa kesepian dan beresiko menjadi depresi. Anak-anak yang

agresif terhadap teman sebayanya beresiko terlibat dengan sejumlah

masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut

Coplan&Arbeau (dalam Santrock, 2011:122) menyatakan bahwa

frekuensi interaksi teman sebaya yang dilakukan selama bertahun-

tahun baik positif maupun negatif terjadi cukup signifikan. Anak-anak

banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya

yaitu dengan bercakap-cakap atau bermain seperti negosiasi peran dan

aturan permainan, berdebat dan menyetujui.

Dampak positif dan negatif teman sebaya dijabarkan oleh

Desmita (2009:220-221) yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Dampak positif

Fungsi positif teman sebaya menurut Kelly dan Hansen

(Desmita, 2009:220) yang diuraian kebagai berikut:

a. Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi dengan

teman sebaya, anak belajar bagaimana memecahkan berbagai

petentangan dengan cara lain selain dengan tindakan agresif.

b. Memperoleh dorongan emosional dan sosial dari teman sebaya

untuk menjadi lebih independen. Dorongan yang diperoleh dari

teman sebaya menyebabkan berkurangnya ketergantungan anak

pada keluarga.

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

11

c. Meningkatkan keterampilan sosial, mengembangkan

kemampuan penalaran, dan belajar mengekspresikan perasaan

dengan cara yang baik.

d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan perilaku peran

jenis kelamin. Anak belajar mengenai perilaku dan sikap yang

mereka asosiasikan dengan menjadi laki-laki dan perempuan.

e. Meningkatkan harga diri, yaitu dengan menjadi orang yang

disukai oleh teman-temannya membuat anak merasa senang

tentang dirinya.

2. Dampak negatif

Desmita (2009:221) menjabarkan pengaruh negatif dari teman

sebaya terhadap perkembangan anak-anak, antara lain:

a. Anak yang ditolaknya atau diabaikan oleh teman sebayanya

akan memunculkan perasaan kesepian atau permusuhan

b. Budaya dari teman sebaya bisa jadi merupakan suatu bentuk

kejahatan yang merusak nilai dan kontrol orang tua.

c. Teman sebaya dapat mengenalkan anak kepada hal-hal yang

menyimpang seperti merokok, alkohol, narkoba dan

sebagainya.

d. Jenis Teman Sebaya

Teman yang berbeda memainkan peran yang berbeda dalam proses

sosialisasi. Teman yang sesuai dengan usia dan taraf perkembangan

anak, maka dapat membantu anak ke arah penyesuaian yang baik.

Hurlock (1978:288-289) mengklasifikasikan teman pada masa anak-

anak yang dibagi menjadi tiga klasifikasi utama, masing-masing

klasifikasi mempengaruhi sosialisasi pada periode yang berbeda.

Ketiga jenis teman antara lain:

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

12

1. Kawan

Kawan adalah orang yang memuaskan kebutuhan anak

akan teman melalui keberadaannya di lingkungan si anak. Anak

dapat mengamati dan mendengarkan mereka tetapi tidak

memiliki interaksi langsung dengan mereka. Kawan bisa terdiri

dari berbagai usia dan jenis kelamin.

2. Teman bermain

Teman bermain adalah orang yang melakukan aktivitas

yang menyenangkan dengan si anak. Teman bermain dapat

terdiri dari berbagai usia dan jenis kelamin, tetapi biasanya anak

memperoleh kepuasan yang lebih besar dari mereka yang

memiliki usia dan kenis kelamin yang sama, serta mempunyai

minat yang sama. Menurut Upton (2012:94) keuntungan teman

bermain bagi perkembangan anak adalah tanpa intervensi orang

dewasa, anak-anak belajar mengatur sendiri permainan dan

ruang di lapangan bermain.

3. Sahabat

Sahabat adalah orang yang tidak hanya bermain dengan

anak, tetapi juga berkomunikasi melalui pertukaran ide, rasa

percaya, permintaan nasehat dan kritik. Anak yang mempunyai

usia, jenis kelamin dan taraf perkembangan sama lebih dipilih

menjadi sahabat. Papalia (2014:368) menjelaskan bahwa

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

13

persahabatan yang kuat melibatkan komitmen yang sama dan

perhatian saling memberi dan menerima.

Klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa jenis teman yang

paling mempengaruhi anak adalah sahabat, karena sahabat tidak

sekedar teman untuk bermain melainkan teman saling bertukar ide dan

perasaan.

e. Status teman sebaya

Status sosiometrik merupakan penilaian anak-anak terhadap

seberapa banyak mereka suka atau tidak suka dengan teman sebaya

atau teman sekelas mereka. Wentzel dan Asher (Santrock, 2011:271)

membedakan status teman sebaya, yaitu:

1. Anak-anak populer, yaitu anak yang sering dinominasikan sebagai

teman terbaik dan jarang tidak disukai teman sebayanya.

2. Anak-anak biasa, yaitu anak yang menerima jumlah rata-rata, baik

nominasi positif maupun nominasi negatif dari teman sebaya atau

teman sekelasnya.

3. Anak-anak terabaikan, merupakan anak yang jarang dinominasikan

sebagai seorang sahabat tetapi bukan tidak disukai oleh teman

sebaya mereka.

4. Anak-anak yang ditolak, yaitu anak yang jaeang dinominasikan

sebagai seorang sahabat dan secara aktif tidak disukai oleh teman

sebayanya.

5. Anak-anak kontroversial, adalah anak yang sering dicalonkan baik

sebagai sahabat terbaik maupun yang tidak disukai.

f. Kelompok teman sebaya

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi anak yang

mempunyai peranan cukup penting bagi perkembagan kepribadiannya.

Aspek kepribadian anak berkembang secara menonjol dalam

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

14

pengalamannya dengan teman sebaya dikemukakan oleh Johnson

(Yusuf, 2010:59) adalah:

1. Social Cognition : kemampuan untuk memikirkan tentang

pikiran, perasaan, motif dan perilaku dirinya dan orang lain.

Kemampuan memahami orang lain memungkinkan anak untuk

ampu menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan teman

sebayanya.

2. Konformitas : motivasi untuk menjadi sama, sesuai, seragam

dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran, atau budaya dengan

teman sebayanya. Konformitas terjadi apabila: a) norma secara

jelas dinyatakan b) individu berada di bawah pengawasan

kelompok c) kelompok memiliki sanksi yang kuat d) kelompok

memiliki sifat kohesif yang tinggi e) kemungkinan kecil

dukungan terhadap penyimpangan dari norma.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa teman sebaya tidak

hanya berpengaruh pada aspek fisik (yang terlihat) saja namun juga

berpengaruh terhadap aspek psikis seperti pikiran atau perasaan.

g. Indikator teman sebaya

Monks (1994: 183-187) mengemukakan indikator kelompok

teman sebaya yang di dalam penelitian ini dijadikan salah satu

variabel, antara lain:

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

15

1) Umur, konformitas semakin besar dengan bertambahnya usia,

terutama terjadi pada usia 15 tahun atau belasan tahun.

2) Situasi, keadaan mempunyai imbas dalam menentukan permainan

yang hendak dilakukan bersama-sama.

3) Keakraban, keakraban mampu menciptakan suasana yang

kondusif dalam hubungan sosial, termasuk dalam hubungan

dengan teman sebaya.

4) Ukuran kelompok, jumlah anak yang saling berinteraksi juga

dapat mempengaruhi hubungan teman sebaya. Semakin besar

jumlah anak yang terlibat dalam suatu pergaulan dalam

kelompok, interaksi yang terjadi akan semakin rendah.

5) Perkembangan kognitif, keterampilan menyelesaikan masalah

yaitu membantu memecahkan permasalahan dalam kelompok

teman sebaya.

Indikator di atas dapat disimpulkan bahwa teman sebaya dapat

terbentuk karena kesamaan umur dan situasi. Interaksi diantara teman

sebaya dapat meningkatkan hubungan sosial yang memicu

perkembangan kognitif dimana anak-anak dapat memecahkan masalah

yang terjadi pada anggotanya.

2. Persepsi Pola Asuh Orang Tua

a. Pengertian Persepsi

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

16

Menurut Rakhmat (2011:50) “persepsi adalah pengalaman tentang

objek, perstiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.” Sugihartono dkk

(2013: 8) mengemukakan bahwa persepsi yaitu kemampuan otak

dalam menerjemahkan stimulus. Persepsi dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia 2008:1147) diartikan sebagai tanggapan (penerimaan)

langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal

dari panca indranya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa persepsi adalah proses penerimaan stimulus atau informasi

melalui alat indera atau inderawi yang kemudian diinterpretasikan oleh

individu.

b. Faktor-Faktor yang Menentukan Persepsi

Rakhmat (2011:55) mengemukakan bahwa persepsi yang ada pada

manusia dapat disebabkan oleh dua faktor, antara lain:

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa

lalu dan faktor personal. Faktor penentu persepsi bukanlah jenis

atau bentuk stimulus tetapi karakteristik orang yang memberikan

respon pada stimulus itu. Krech dan Crutcfield (Rakhmat, 2011:55)

merumuskan bahwa persepsi bersifat selektif secara fungsional,

artinya objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi

biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang

melakukan. Penelitian dari beberapa ahli menunjukkan bahwa

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

17

persepsi dapat dipengaruhi oleh kondisi biologis seseorang,

suasana emosional (suasana bahagia, suasana kritis dan suasana

gelisah), dan pengaruh kebudayaan

2. Faktor-Faktor Struktural

Faktor-faktor struktural berasal dari sifat stimulus fisik da efek-

efek syaraf yang ditimbulka pada sistem syaraf individu. Menurut

teori Gestalt (Rakhmat, 2011:57), bila seseorang memersepsikan

sesuatu maka orang tersebut memersepsikannya sebagai suatu

keseluruhan, dengan kata lain tidak melihat bagian-bagiannya

namun menghimpunnya. Kohler (Rakhmat, 2011:57) juga

mengungkapkan bahwa jika seseorang ingin memahami suatu

peristiwa, peristiwa tersebut tidak dapat diteliti dari fakta-fakta

yang terpisah melainkan harus memandangnya dalam hubungan

keseluruhan.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor fungsional

terjadi karena emosi seseorang. Tekanan dari pengalaman masa

lalu membuat seseorang mempersepsikan sesuatu dan memandang

akan terjadi hal yang sama di masa yang akan datang. Faktor

struktural memandang bahwa persepsi berasal dari stimulus fisik

dan orang yang memersepsikan sesuatu akan memersepsikannya

secara keseluruhan.

c. Teori Persepsi

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

18

Berry, M. H. (1999: 1-3) menjelaskan dua tipe dasar dari teori

yang telah mendominasi perdebatan realis tentang persepsi yaitu teori

persepsi langsung dan tidak langsung.

1. Teori Persepsi Langsung

Teori persepsi langsung dipandu oleh gagasan akal sehat

yaitu ketika menggunakan alat indera, apa yang kita rasakan

adalah objek eksternal dari dunia itu sendiri seperti bau kopi,

merasakan halus kasar meja, melihat matahari terbit. Objek

persepsi sebagian besar merupakan benda-benda fisik dan

peristiwa yang ada di dunia, dan melalui indera mereka sendiri

yang datang sebelum menjadi pikiran. O'Connor dan Brian Carr

(Broniak, 1997: 31) menulis bahwa akal sehat realisme

membuat lima asumsi sebagai berikut: (1) Benda fisik ada

secara independen dari yang dirasakan orang. (2) Objek

eksternal dapat berupa masyarakat, karena dapat dirasakan oleh

sejumlah pengamat. (3) Benda fisik adalah "netral” antara indera

satu orang dengan orang lain sama. Misalnya, orang dapat

melihat, sentuhan, bau dan rasa apel yang sama. (4) Memiliki

lokasi dan ekstensi di kedua waktu dan ruang. Terakhir, (5)

Benda-benda fisik yang padat, yang berarati menempati volume

ruang dan tidak tembus.

2. Teori Persepsi Tidak Langsung

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

19

Ilusi dan halusinasi menjadi masalah yang mendorong ke

arah teori persepsi tidak langsung. Jika gajah merah muda

sebagai objek eksternal, maka orang yang mempersepsikan

berpikir dengan cara lain, karena jika ada satu hal yang kita

yakin aneh seperti situasi persepsi, hal tersebut menandakan

bahwa kita melihat sesuatu di luar akal sehat. Mengingat

keadaan ini, bahwa orang lain tidak melihat benda tersebut di

dunia secara langsung, melainkan apa yang perseptor lihat

adalah semacam perantara persepsi, atau yang sering disebut

sensasi. Alasan untuk memperkenalkan perantara sebagai objek

persepsi adalah hal itu memungkinkan untuk penjelasan dari

ilusi dan fenomena terkait realisme langsung yang tidak mampu

mengatasi.

Teori persepsi tidak langsung mampu menjelaskan

fenomena persepsi karena apa yang dirasakan adalah perantara

mati, bukan keberadaan dari objek itu sendiri. Karakter

perantara mati belum tentu mati sama dengan objek eksternal.

Persepsi visual mencatat bahwa persepsi berawal dari gambar

yang dihasilkan pada benda mati, kemudian mata akan

memberikan gambaran yang tidak memadai dari dunia.

Halusinasi, ilusi, atau kesalahan persepsi sederhana dapat

dijelaskan dengan mengatakan bahwa cara mengambil sesuatu

yang ada di dunia untuk menjadi melibatkan proses penalaran

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

20

perantara ini, dan bahwa selama proses ini dapat membuat

asumsi tertentu atau tebakan yang berubah menjadi kesalahan.

Teori persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

langsung diperoleh ketika individu terlibat langsung pada

peristiwa atau kejadian tertentu ataupun merasakan dengan alat

inderanya. Persepsi tidak langsung mempunyai arti yang

berlawanan dengan persepsi langsung, yaitu persepsi didapat

dari angan-angan, ilusi atau sensasi karena individu tersebut

tidak secara langsung terlibat dalam suatu peristiwa dan tidak

merasakan dengan alat inderanya secara langsung.

d. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Desmita (2009:144) menjelaskan bahwa pola asuh merupakan

aspek yang sangat penting dalam hubungan orang tua dan anak. Pola

asuh orang tua merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan

sosial anak. Menurut Ormrod (2008:94) pola asuh melibatkan

hubungan antara orang tua dan karakteristik anak namun belum tentu

menunjukkan hubungan sebab akibat.

e. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua

Sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh

sifat hubungan antara anak dengan anggota keluarga termasuk orang

tua. Hubungan ini dipengaruhi oleh pola asuh keluarga (orang tua) dan

sikap atau perilaku anggota keluarga terhadap anak. Pola asuh orang

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

21

tua tidak hanya mempunyai pengaruh kuat pada hubungan di dalam

keluarga namun juga pada sikap dan perilaku anak pada keluarga

tersebut. Sriyanto (2014:77) berpendapat bahwa orang tua juga

memberikan dasar kehidupan emosi dan dasar kehidupan moral pada

anak. Anak yang berasal dari keluarga yang hubungan positif dan

sehat, biasanya hubungan demikian menghasilkan anak yang bahagia,

ramah, dianggap menarik oleh oran lain dan relatif bebas dari

kecemasan.

Anak yang mempunyai penyesuaian buruk biasanya berasal dari

pola asuh orang tua yang tidak baik. Penyesuaian tersebut terjadi

karena anak meniru gaya orang tua yang tidak baik atau kurangnya

kasih sayang dari orang tua dan mempunyai hubungan yang kurang

baik antara orang tua dengan anak. Anak yang tidak memperoleh

perhatian dan kasih sayang orang tua menjadi haus akan kasih sayang

karena mereka merasa takut dikesampingkan. Perlakukan terhadap

seorang anak oleh orang tuanya mempengaruhi sikap anak itu terhadap

orang tua dan hubungan yang berkembang di antara mereka serta

berakibat pada lingkungan sekitar.

Hurlock (1980:170) menjabarkan pengaruh dari hubungan keluarga

dan pola asuh orang tua yaitu:

1. Pekerjaan di sekolah dan sikap anak sangat dipengaruhi oleh

hubungan dengan anggota keluarga. hubungan keluarga yang

bahagia akan menimbulkan dorongan untuk berprestasi

sedangkan hubungan yang kurang sehat menimbulkan

ketegangan yang mempengaruhi konsentrasi anak dan

kemampuan belajar.

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

22

2. Pola asuh orang tua mempengaruhi penyesuaian diri anak

secara sosial di luar rumah. Pada pola asuh yang otoritatian

menyebabkan anak kurang memiliki keterampilan sosial dan

memiliki gaya komunikasi yang koersif dalam berhubungan

dengan orang lain, berbeda dengan pola asuh otoritatif yang

menciptakan anak memiliki keterampilan sosial yang efektif.

3. Peran yang dimainkan di rumah menentuka pola peran di luar

rumah, karena peran yang harus dilakukan di rumah dan jenis

hubungan dengan anggota keluarga sebagai dasar hubungan

anak dengan teman-temannya.

4. Jenis metode pelatihan anak yang digunakan di rumah

mempengaruhi peran anak. Pola asuh otoriter menjadikan anak

belajar menjadi pengikut. Pelatihan yang demokratis

mendorong anak mengembangkan kemampuan memimpin.

5. Pelatihan di rumah mempengaruhi penggolongan peran seks.

Stereotip peran seks yang dipelajari anak di rumah

mempengaruhi bagaimana anak melakukannya di luar rumah.

6. Cita-cita dan prestasi anak di berbagai bidang sangat

dipengaruhi oleh poala asuh orang tua. Orang tua biasanya

lebih menekankan pada anak pertama atau anak tunggal agar

lebih berprestasi dari adik-adiknya. Anak lebih banyak dibantu

dan didorong untuk mencapai tujuan yang ditetapkan orang

tuanya.

7. Anak kreatif atau bersifat konformistis di pengaruhi oleh

pelatihan di rumah. Metode pelatihan anak demokratis

mendorong anak untuk berkreativitas, sedangkan metode

otoriter cenderung mendorong anak kepada sikap konformistis.

8. Hubungan keluarga mempunyai pengaruh besar bagi

perkembangan kepribadian anak. Pandangan anak-anak tentang

diri mereka sendiri merupakan cerminan langsung dari apa

yang dinilai dari cara mereka diperlakukan oleh anggota

keluarga.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh sangat

mempengaruhi kepribadian dan perkembangan anak. Kepribadian

dan perkembangan anak merupakan cerminan pola asuh yang orang

tua terapkan. Peran yang dimainkan orang tua sangat menentukan

peran anak saat dia berada di luar rumah atau di lingkungan

masyarakat. Peran orang tua juga mempengaruhi prestasi dan

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

23

kreativitas anak, pola asuh yang otoritatif biasanya dapat memotivasi

anak untuk berkembang dan perperilaku sesuai aturan yang berlaku.

f. Tipe Pola Asuh

Baumrind (Santosa, 2015:104-109) mengelompokkan 4 tipe pola

asuh yaitu:

1. Pola Asuh Authoritarian (Otoriter)

Orang tua tipe otoriter mengunakan disiplin dan aturan dalam

mengasuh anaknya. Setiap anak melanggar aturan maka anak

tersebut mendapat konsekuensi. Menurut Santrock (1983:257)

pengasuhan gaya otoriter adalah suatu gaya yang membatasi,

menghukum dan menuntut anak untuk mengikti perintah orang tua

dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter

menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang

kepada anak untuk berbicara (bermusyawarah).

2. Pola Asuh Permissive (Permisif)

Orang tua tipe permisif sering memanjakan anak, tidak banyak

menuntut anak, jarang mendisiplinkan anak dan kontrol yang

rendah terhadap perilaku anak, biasanya orang tua sangat responsif

terhadap kebutuhan anak. Maccoby & Martin (Santrock, 1983:258)

membagi pola asuh permisif menjadi dua yaitu permissive

indifferent dan permissive indulgent. Pola asuh permissive

indifferent adalah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat

dalam kehidupan anak, tipe pola asuh ini diasosiasikan dengan

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

24

inkompetensi sosial anak khususnya kurangnya kendali diri. Pola

asuh permissive indulgent adalah gaya pengasuhan dimana orang

tua sangat terlibat dalam kehidupan anak tetapi menetapkan sedikit

batas atau kendali terhadap mereka.

3. Pola Asuh Un-Involved (Acuh Tak Acuh)

Orang tua un-involved bisanya kurang memiliki tuntutan terhadap

anak (seperti orang tua permisif) dan kurang responsif terhadap

kebutuhan anak. Orang tua tipe ini juga kurang memiliki kekuatan

batin yang kuat terhadap anak, mereka hanya menyediakan sedikit

dukungan emosional terhadap anak dan terkadang malah tidak

sama sekali, mereka juga menerapkan sedikit ekpektasi atau

standar perilaku bagi anak. Orang tua tipe un-involved merasa telah

menjalankan tugasnya sebagai pemberi nafkah, memberikan

fasilitas kehidupan dan pendidikan terbaik untuk anak namun

jarang hadir secara psikis menjadi pendengar untuk anaknya.

4. Pola Asuh Authoritative (Otoritatif)

Orang tua tipe ini memberikan aturan main dan disiplin kepada

anak, namun memiliki gaya yang lebih baik dari pada authoritatian,

selain itu orang tua memberikan penuh kasih sayang kepada anak.

Orang tua otoritatif merupakan orang tua yang mempunyai

karakter idel dan menjadi teladan, mereka mendidik anak dengan

kasih sayang dan disiplin tetapi mereka juga memberi kebebasan

kepada anak dengan penuh tanggung jawab dengan kata lain

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

25

mereka benar-benar memahami karakter anaknya dan mengetahui

ketutuhan emosional anak. Ormrod (2008:94) menjelaskan bahwa

anak-anak yang berasal dari keluarga otoritatif biasanya

mempunyai sifat gembira, semangat, percaya diri dan mandiri.

Anak dapat menjalin hubungan pertemanan dengan mudah,

memiliki keterampila sosial yang baik dan menunjukkan

kepedulian terhadap hak dan kebutuhan orang lain, mereka juga

termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang bagus di sekolah.

g. Peranan dan fungsi keluarga

Keluarga mempunyai peranan penting dalam upaya

mengembangkan kepribadian anak. Erickson (Yusuf, 2010:38)

menjelaskan bahwa delapan tahap perkembangan psikologis dalam

kehidupan individu, bergantung pada pengalaman yang diperolehnya

dalam keluarga. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa

memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan

baik diantara anggota keluarga. Keluarga yang memiliki hubungan

tidak harmonis dan penuh konflik diantara anggota keluarganya maka

dapat menimbulkan masalah kesehatan mental bagi anak.

Menurut Yusuf (2010:38) secara psikososiologis keluarga

mempunyai fungsi sebagai:

1. Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya.

2. Sumber penuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis.

3. Sumber kasih sayang dan penerimaan.

4. Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar

menjadi anggota masyarakat yang baik.

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

26

5. Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara

sosial dianggap tepat.

6. Pembentuk anak dalam ememcahkan masalah yang

dihadapinya dalam rangka menyesuaikan diri terhadap

kehidupan.

7. Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal

dan sosial yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri.

8. Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk

mencapai prestasi baik di sekolah mauoun di masyarakat.

9. Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi

10. Sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup

usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila

persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.

Yusuf (2010:38) mejelaskan fungsi keluarga dari sudut

pandang sosiologis dapat diklasifikasikan ke dalam fungsi-fungsi

sebagai berikut:

1. Fungsi Biologis

Keluarga merupakan pranata sosial yang membeikan

legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya

untuk memenuhi kebutuhan dasar biologis.

2. Fungsi Ekonomis

Keluarga (ayah) mempunyai kewajiban menafkahi anggota

keluarganya (istri dan anak). Surat Al Baqarah ayat 223

menjelaskan bahwa kewajiban seorang suami memberi

makan dan pakaian kepada istri dan anaknya dengan cara

yang baik. Seorang suami mencari nafkah untuk

keluarganya sesuai dengan kesanggupannya atau

kemampuannya.

3. Fungsi Pendidikan

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

27

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan

utama bagi anak. Keluarga mempunyai fungsi pendidikan

yaitu menyangkut penanaman, pembimbing dan

pembiasaan nilai-nilai agama, budaya dan jenis-jenis

keterampilan yang berguna bagi anak.

4. Fungsi Sosialisasi

Keluarga mempunyai fungsi sebagai miniatur masyarakat

yang mensosialisasikan nilai atau peran dalam masyarakat

yang harus dilakukan oleh anggota keluarganya. Keluarga

merupakan lembaga yang dapat mempengaruhi

perkembangan kemampuan anak untuk mentaati peraturan,

bekerja sama, bersifat toleransi, menghargai pendapat orang

lain, bertanggung jawab dan mempunyai sikap baik

terhadap kehidupan yang heterogen.

5. Fungsi Perlindungan

Pada fungsi ini keluarga mempunyai fungsi sebagai

pelindung bagi para anggota keluarganya dari gangguan,

ancaman atau kondisi yang menyebabkan rasa tidak aman

bagi anggota keluarganya.

6. Fungsi Rekreatif

Keluarga mempuyai fungsi rekreatif apabila lingkungan

keluarga memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan,

dan memberikan semangat bagi anggotanya. Keluarga

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

28

harus ditata sedemikian rupa agar anggota keluarga dapat

merasa nyaman dan mempunyai rasa satu sama lain seperti

adanya dekorasi interior rumah, hubungan komunikasi

tidak kaku, makan bersama, bercengkrama dengan penuh

humor dan sebagainya.

7. Fungsi Agama

Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat menanamkan

nilai-nilai agama kepada anak agar mereka mempunyai

pedoman hidup yang benar. Pada Surat Al-Tahrim ayat 6

menjelaskan bahwa orang tua diwajbkan memelihara diri

dan keluarganya dari murka Allah SWT.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai

peran yang sangat penting bagi perkembangan anak. Keluarga tidak

hanya memberikan hal yang berupa materi kepada anak, namun

juga memberika rasa kenyamanan, kehangatan, kasih sayang dan

hal lain yang berupa psikis, selain itu keluarga juga sebagai tempat

pembentukan mental dan moral anak.

3. Agresivitas

a. Pengertian Agresivitas

Agresivitas merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang

terdapat pada individu. Menurut Patricia D Barry (Yosep, 2007:48)

agresivitas adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

29

perasaan frustasi dan benci atau marah. Agresivitas dapat dikatakan

sebagai suatu perilaku yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud

untuk melukai atau menyakiti seseorang dengan sengaja. Pengertian

serupa juga dikemukakan oleh berkowitz (Taganing:2008) bahwa

agresivitas merupakan bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk

menyakiti seseorang, baik fisik maupun mental. Breakwell (Zhafarina,

2014:286) mengemukakan bahwa agresif adalah setiap bentuk perilaku

yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang

bertentangan dengan kemauan orang itu, Herbert (Aisyah, 2010) juga

menyatakan bahwa agresivitas merupakan tingkah laku yang tidak

dapat diterima secara sosial, yang menyebabkan luka fisik, psikis pada

orang lain atau yang bersifat merusak benda.Menurut pengertian di

atas dapat disimpulkan bahwa agresivitas adalah suatu perilaku yang

dapat menyakiti dan melukai seseorang baik secara fisik maupun non

fisik dan baik dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja.

b. Faktor yang Mempengaruhi Agresivitas

Menurut Ormrod (2008:176) agresivitas anak dapat disebabkan

dari diri anak itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor-faktor tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor internal (kognisi dan motivasi siswa)

a. Kurang mampu melihat sudut pandang orang lain.

Siswa yang memiliki agresif tinggi cenderung memiliki

kemampuan yang terbatas untuk melihat situasi dari sudut

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

30

pandang orang lain atau kurang berempati terhadap korban-

korbannya.

b. Kesalahan mengartikan syarat-syarat sosial.

Siswa yang mempunyai agresivitas secara fisik maupun

secara relasional terhadap teman sebayanya cenderung

mengartikan perilaku orang lain sebagai niat permusuhan,

terutama perilaku tersebut mempunyai makna yang ambigu.

Anak yang mempunyai agresivitas seperti ini biasanya

hidup di lingkungan keluarga yang broken home atau penuh

kekerasan.

c. Dominannya menguntungan diri sendiri.

Sebagian siswa membentu dan melanggengkan hubungan

interpersonal menjadi prioritas utama. Bagi siswa yang

mempunyai perilaku agresif, tujuan-tujuan yang

menguntungkan diri sendiri seringkali menjadi pemicu

tindak agresivitas.

d. Strategi pemecahan masalah sosial yang efektif.

Siswa yang agresif biasanya tidak tahu bagaimana cara

melakukan persuasi, negosiasi atau kompromi. Mereka

lebih suka menggunakan negosiasi fisik (seperti memukul,

mendorong).

e. Keyakinan bertindak agresif itu tepat dan efektif.

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

31

Banyak siswa agresif yang meyakini bahwa kekerasan dan

berbagai bntuk agresi erupakan cara yang tepat dalam

meyelesaikan konflik dan membalas perilaku orang lain.

Siswa yang memperlihatkan agresi proaktif mengira bahwa

tindakan agresif dapat memberikan hasil yang positif.

2. Faktor eksternal (lingkungan)

a. Keluarga

Keluarga merupakan faktor untuk perkembangan anak

dalam kehidupan sosial. Menurut Mircea Cel Batran

(2015:247) hubungan keluarga sangat memungkinkan

untuk membentuk kesadaran yang memadai dan

kemampuan beradaptasi dengan cara merubah hidup, atau

anak akan mengalami subjektif psikis ketidaknyamanan

semua waktu yang disertai dengan depresi konstan dan rasa

kurang mampu. Hubungan antara orang tua, baik biologis

atau psikologis, melacak model dasar perilaku anak dan

interaksi masa depan yang berhubungan denan latar

belakang keluarga latar belakang dan dunia sekitarnya.

b. Sekolah

Sekolah menjadi salah satu faktor pendukung

perkembangan anak. Anak menerima pendidikan di sekolah

dan melakukan interaksi dengan warga sekolah. Aktifitas di

sekolah lebih menekankan pada pembinaan intelektual dan

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

32

memberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan

anak.

c. Teman sebaya

Teman sebaya merupakan suatu kelompok yang

anggotanya mempunyai kesamaan usia, minat, status, dan

posisi sosial. Teman sebaya mempunyai peranan penting

bagi perkemangan anak. Hubungan anak dengan teman

sebaya dapat berdampak positif maupun negatif. Menurut

Santrock (2011:122) budaya teman sebaya mempunyai

pengaruh buuruk yang melemahkan nilai dan kontrol orang

tua.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa agresivitas dapat

disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

meliputi segala sesuatu yang berasal dari diri sendiri sedangkan

faktor eksternal meliputi keadaan lingkungan. Faktor eksternal

mempunyai pengaruh agresivitas yang berbeda-beda, tinggi

rendahnya agresivitas dapat dikarenakan dukungan yang mereka

dapat dari lingkungannya.

c. Indikator Agresivitas

Buss dan Perry (1992:452-453) telah mengklasifikasikan

agresivitas menjadi empat aspek yang menjadi indikator penelitian ini.

Klasifikasi agresivitas tersebut yaitu:

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

33

1. Agresi fisik adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang

lain secara fisik, seperti memukul, menendang, menusuk.

2. Agresi verbal adalah agresi yang dilakukan untuk melukai

orang lain secara verbal. Agresi verbal dilakukan dengan cara

membentak, mengumpat, mengejek dan berdebat.

3. Kemarahan yaitu perasaan yang tidak mempunyai tujuan

apapun, seperti seseorang yang sedang frustasi sehingga

menimbulkan rasa marah pada orang tersebut.

4. Kebencian adalah penilaian negatif seseorang terhadap orang

lain, seperti seseorang curiga kepada orang lain karena orang

tersebut hanya dianggap pura-pura baik.

Ormrod (2008:175) mengelompokkan perilaku agresif menjadi

dua yaitu:

1. Agresif fisik, yaitu sebuah tindakan yang berpotensi menyebabkan

cedera terhadap orang lain, perilaku ini biasanya dilakukan oleh

anak laki-laki.

2. Agresif relasional, yaitu sebuah tindakan yang dapat menimbulkan

kerugian pada hubungan persahabatan dan hubungan interpersonal

yang lain seperti mengucilkan teman sebaya, menggosip atau

membicarakan kejelekan orang lain.

Crick dan Dolge (Ormrod, 2008:175) juga mengklasifikasikan

perilaku agresif menjadi dua, yaitu:

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

34

1. Agresif proaktif, yaitu secara sengaja memulai perilaku agresif

sebagai sarana mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Agresif reaktif, yaitu tindakan agresif yang dijadikan sebagai

respon terhadap perasaan frustasi atau provokasi.

Klasifikasi agresivitas di atas menunjukkan bahwa semua bentuk

agresivitas merupakan perilaku negatif. Agresivitas yang terjadi pada

diri seseorang dapat berupa fisik maupun non fisik (verbal).

Agresivitas dapat dilakukan dengan maksud tertentu maupun tanpa

maksud atau tujuan tertentu.

d. Upaya Mengendalikan Agresivitas

Mengatasi masalah agresivitas anak tidak hanya melatih anak

keterampilan pemecahan masalah, namun juga menumbuhkan

keterampilan social, latihan sikap asertif dan meningkatkan

aspirasinya. Lochman, Nelson dan Sims (Safaria, 2004:99)

mengemukakan teknik mengontrol amarah dan self instructional yang

terdiri dari 10 sesi secara berkelompok. Pada sesi pertama berusaha

meningkatkan kesadaran anak akan kesamaan, perbedaan diantara

anggota baik secara fisik, perilaku, dan emosi, sesi kedua

mengeksplorasi reaksi anak untuk bagaimana bekerjasama dengan

orang lain dan bagaimana reaksi anak dalam situasi dikontrol oleh

orang lain, sesi ketiga berfokus pada identifikasi masalah, sesi keempat

fokus pada bagaimana memunculkan solusi alternatif untuk

pemecahan masalah.

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

35

Sesi kelima dan keenam berfokus pada bagaimana anak mampu

mengevaluasi solusi alternatif dengan melihat hasil yang ingin dicapai,

lalu pada sesi ketujuh berfokus pada peningkatan sensitivitas anak

terhadap munculnya rangsangan kemarahan, pada sesi kedelapan

mengajarkan anak mengontrol emosi melalui self talk, pada sesi

kesembilan memberikan teknik modeling dan yang terakhir fokus pada

bagaimana anak mampu menyatukan berbagai keterampilan pada sesi

sebelumnya untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan John D Coie (1992) dalam jurnal yang berjudul

“Predicting Early Adolescent Disorder From Childhood Aggression and

Peer Rejection” mendapatkan hasil bahwa keadaan sosial, perilaku agresif,

dan jenis kelamin sebagai penyebab utama penolakan teman teman sebaya

yang kemungkinan terdapat interaksi antar variabel. Beberapa orang tua

melaporkan bahwa gangguan internal dan eksternal pada anak terjadi

karena status sosial teman sebaya. Gangguan tersebut berupa perilaku

agresif yang muncul pada diri anak. Pada akhir tahun pertama sekolah,

beberapa guru melakukan pemantauan pada anak berdasarkan pada

perilaku agresif, keadaan sosial, dan perbedaan jenis kelamin. Hasih dari

pemantauan tersebut menyatakan bahwa penyesuaian yang buruk

dikarenakan oleh agresivitas dan perbedaan jenis kelamin yang menjadi

efek dari penolakan teman sebaya.

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

36

2. Ann T. Skinner dkk (2014) dalam penelitiannya yang berjudul

“Neighborhood Danger, Parental Monitoring, Harsh Parenting, and

Child Aggression in Nine Countries”, penelitian ini menghasilkan bahwa

masa anak-anak sangat memeperlukan pemantauan dari orang tua guna

mengatasi kekerasan yang terjadi pada anak-anak. Aspek-aspek penting

dari pemantauan orang tua yaitu upaya untuk mengetahui apa yang anak-

anak mereka lakukan dan upaya untuk membatasi perilaku anak-anak

mereka.

3. Penelitian yang dilakukan Rachmy Diana dalam penelitiannya yang

berjudul “Komunikasi Remaja-Orangtua Dan Agresivitas Pelajar”

mendapatkan hasil bahwa komunikasi orangtua-remaja mempunyai

hubungan dengan agresivitas pelajar. Analisis data menunjukkan korelasi

negatif antara komunikasi remaja-orangtua dengan agresivitas pada

pelajar dengan r = -Q.300 dan p = 0.000 (p<0.01), dari hasil analisis

diketahui bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara

komunikasi remajaorangtua dengan agresivitas siswa. Koefisien

determinasi pada korelasi antara komunikasi remaja-orangtua dan

agresivitas pelajar menunjukkan angka sebesar 0.090, dengan demikian

komunikasi remaja-orangtua memberikan sumbangan sebesar 9% terhadap

agresivitas remaja sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yaitu

sebesar 91%.

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

37

C. Kerangka Pikir

Teman sebaya merupakan kelompok anak sebaya yang sukses ketika

anggotanya dapat berinteraksi, hal-hal yang dialami oleh anak-anak merupakan

hal yang menyenangkan saja. Hubungan teman sebaya dapat menyebabkan

dampak positif maupun negatif. Anak-anak yang ditolak oleh teman sebaya

akan merasa kesepian dan beresiko menjadi depresi sehingga dia akan

cenderung bertindak agresif. Anak-anak yang mempunyai agresivitas terhadap

teman sebayanya beresiko terlibat dengan sejumlah masalah termasuk saat dia

berada di sekolah, dia akan sering mengganggu teman dan merugikan pihak

sekolah seperti sering membuat keributan atau bolos sekolah.

Keluarga merupakan tempat yang berpengaruh dalam membentuk

kepribadian anak. Pada keluarga terdapat pola asuh orang tua yang beraneka

ragam yang dapat menentukan perilaku anak saat mereka berinteraksi dengan

orang lain. Hal ini dilihat dari perilaku anak saat sedang berinteraksi dengan

teman-temannya di sekolah, salah satunya adalah siswa yang mempunyai

agresivitas tinggi, sehingga dia sering melakukan hal yang merugikan seperti

membolos, berbicara kasar, sering berkelahi dan sebagainya.

Permasalahan di atas tentu tidak lepas dari persepsi siswa terhadap pola

asuh orang tua yang diterimanya. Siswa yang mempunyai agresivitas biasanya

berasal dari kondisi keluarga yang kurang perhatian atau sering mengekang

anak sehingga anak menjadi memberontak. Jika persepsi pola asuh orang tua

yang diterima siswa merupakan hal yang tepat dan sesuai dengan keadaan

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

38

siswa, maka siswa tidak akan memiliki agresivitas. Berdasarkan uraian di atas,

kerangka berpikir dari penelitian ini dapat divisualisasikan dalam bagan

berikut:

Teman Sebaya

Agresivitas Siswa

Persepsi Pola Asuh

Orang Tua

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis

Berdasarakan rumusan masalah dapat diambil hipotesis bahwa:

1. Terdapat pengaruh teman sebaya terhadap agresivitas siswa di sekolah

dasar.

2. Terdapat pengaruh persepsi pola asuh orang tua terhadap agresivitas

siswa di sekolah dasar.

3. Terdapat pengaruh teman sebaya dan persepsi pola asuh orang tua

terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar.

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teman Sebayarepository.ump.ac.id/3562/3/BAB II.pdf · masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah. Menurut Coplan&Arbeau (dalam Santrock,

39

3.2 Diagram Hipotesis Penelitian

Keterangan:

= Teman Sebaya

= Persepsi Pola Asuh Orang Tua

= Agresivitas Siswa

Pengaruh Teman Sebaya…, Sulistiyowati Budikuncoroningsih, FKIP, UMP, 2017